You are on page 1of 20

Sylvia Veronica Siregar, Fitriany, Arie Wibowo, Viska Anggraita, Rotasi dan Kualitas...

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 8 - No. 1, Juni 2011

ROTASI DAN KUALITAS AUDIT:


EVALUASI ATAS KEBIJAKAN MENTERI KEUANGAN
KMK NO. 423/KMK.6/2002 TENTANG JASA AKUNTAN PUBLIK

Sylvia Veronica Siregar


Universitas Indonesia
sylvia.veronica@ui.ac.id
Fitriany
Universitas Indonesia
fitri_any@yahoo.com
Arie Wibowo
Universitas Indonesia
arie_wibowo@depkeu.go.id
Viska Anggraita
Universitas Indonesia
viskaviska257@yahoo.co.id

Abstract

Auditor’s independency is a foundation of the public trust to public accountant profession and is one
important factor for assessing audit quality. Regulators expect that the longer the audit tenure (long term
relationship between auditor and client), the more often auditor will compromise client’s accounting choices
and reporting for his bussines purpose in such a way which will decrease the auditor’s independence.
Related to auditor rotation, regulator in Indonesia have made compulsory the rotation for public accountant
(AP) every 3 years and public accounting firm (KAP) every 5 years since the end of 2002 by issuing KMK
Number 423/KMK.06/2002 dated September 30, 2002 about public accountant services. The objective of
this rotation is to prevent independence deterioration of public accountant and public accounting firm. The
purpose of this study is to empirically investigate whether the audit tenure has any effect on audit quality
and whether rotation for public accountant and public accounting firm will increase audit quality before
and after the implementation of KMK number 423/KMK.06/2002. The result shows that KMK No. 423/
KMK.06/2002 about audit rotation needs to be evaluated because this study finds no evidence that longer
audit tenure and auditor rotation will increase audit quality.
Keywords: audit rotation, audit tenure, audit quality, discretionary accrual

Abstrak

Independensi auditor merupakan dasar kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan
salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai kualitas jasa audit. Regulator menduga semakin
panjang jangka waktu audit (hubungan auditor-klien yang lama), maka auditor semakin sering untuk
mengkompromikan pilihan akuntansi dan pelaporan klien dalam rangka bisnisnya sehingga mengurangi
independensi auditor. Berkaitan dengan hal ini, regulator di Indonesia telah menerapkan aturan Kewajiban
Rotasi Akuntan publik (AP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP) sejak akhir 2002 dengan dikeluarkannya
KMK Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik tanggal 30 September 2002 yang mengatur
bahwa rotasi AP (Akuntan Publik) harus dilakukan setiap 3 tahun dan rotasi KAP (Kantor Akuntan Publik)
2 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 1 - 20

setiap 5 tahun. Rotasi ini bertujuan untuk mencegah terjadinya erosi independensi AP dan KAP. Penelitian
ini bermaksud untuk meneliti apakah aturan rotasi KAP dan AP dapat meningkatkan kualitas audit dan untuk
membandingkan pengaruh rotasi KAP dan AP terhadap kualitas audit sebelum dan sesudah diterapkannya
KMK Nomor 423/KMK.06/2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan tentang rotasi audit perlu
dievaluasi karena hasil penelitian tidak menemukan bukti bahwa jangka waktu audit yang terlalu lama dan
rotasi audit menurunkan kualitas audit.
Kata kunci: rotasi audit, jangka waktu audit, kualitas audit, akrual diskresioner

PENDAHULUAN melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan


umum. Independensi auditor merupakan dasar
Departemen Keuangan Republik Indonesia kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan
menerapkan kebijakan rotasi akuntan publik publik dan merupakan salah satu faktor yang
(AP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP) sangat penting untuk menilai jasa kualitas
dengan mengeluarkan KMK Nomor 423/ audit. Secara khusus literatur akuntansi
KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik memberikan bukti bahwa auditor rentan
tanggal 30 September 2002 yang mengatur terhadap tekanan pengaruh sosial yang tidak
bahwa rotasi AP harus dilakukan setiap 3 tahun tepat dari superior (atasan) (Lord dan DeZoort
dan rotasi KAP setiap 5 tahun. Peraturan ini 1994) dan rekan kerja dalam perusahaan
kemudian direvisi melalui Peraturan Menteri (Ponemon 1992) sehingga diduga semakin
Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tanggal 5 panjang jangka waktu audit (hubungan auditor-
Februari 2008 dimana rotasi AP tetap 3 tahun klien yang lama), maka auditor semakin sering
dan rotasi KAP menjadi 6 tahun. Bapepam- untuk mengkompromikan pilihan akuntansi
LK melalui Peraturan VIII.A.2 tanggal 12 dan pelaporan klien dalam rangka bisnisnya,
November 2002 juga mulai memberlakukan sehingga dapat menurunkan kualitas audit.
rotasi KAP dengan masa cooling-off 3 tahun. Kualitas audit mencakup dua dimensi,
Aturan yang dikeluarkan Kementerian yaitu independensi dan kompetensi. Peraturan
Keuangan tersebut tidak terlepas dari mengenai rotasi auditor dibuat dengan tujuan
kebangkrutan Enron dan bubarnya Anderson untuk meningkatkan kualitas audit berdasarkan
yang menyebabkan banyak kritik ditujukan pada pada asumsi bahwa semakin lama hubungan
proses audit dan kualitas audit yang dilakukan antara auditor (baik partner audit (AP) maupun
oleh KAP, terutama KAP Big 4. Kurangnya Kantor Akuntan Publik (KAP)) dengan
independensi auditor dinyatakan sebagai salah kliennya akan mengurangi independensi
satu penyebab utama berkurangnya kualitas auditor. Namun dari segi kompetensi adanya
audit. Kritik ini memotivasi munculnya rotasi dapat menyebabkan penurunan kualitas
perubahan regulasi di Amerika Serikat dengan audit. Ketika auditor harus menghadapi
adanya Sarbanes Oxley (SOX) Act tahun 2002. perusahaan baru sebagai kliennya maka akan
Sebelumnya, profesi akuntan publik melakukan diperlukan lebih banyak waktu baginya untuk
self-regulation, setelah keluarnya SOX 2002, mempelajari terlebih dahulu klien barunya
dilakukan direct-regulation oleh pihak yang daripada ketika auditor melanjutkan penugasan
independen yaitu PCAOB (Public Company dari klien terdahulunya (Chen et al. 2004). Hal
Accounting Oversight Board). Selain itu untuk inilah yang membuat kualitas audit semakin
menjaga independensi akuntan publik, di meningkat karena adanya peningkatan
dalam SOX juga diatur mengenai kewajiban kompetensi auditor yang diperoleh seiring
melakukan rotasi akuntan publik (AP) setiap 5 dengan semakin lamanya jangka waktu
tahun. penugasan auditor. Oleh karena itu, adanya
Berdasarkan PSA No.04 (SA 220), rotasi dapat berpengaruh positif atau negatif
auditor harus bersikap independen, artinya terhadap kualitas audit tergantung pada mana
tidak mudah dipengaruhi, karena auditor yang lebih dominan antara pengaruh dari
Sylvia Veronica Siregar, Fitriany, Arie Wibowo, Viska Anggraita, Rotasi dan Kualitas... 3

kenaikan independensi atau pengaruh dari dengan membagi jangka waktu audit menjadi
penurunan kompetensi. Beberapa penelitian jangka pendek (2-3 tahun), jangka menengah
masih menemukan hasil yang berbeda-beda (4-8 tahun), dan jangka panjang (lebih dari 9
mengenai dampak rotasi dan pembatasan tahun). Davis et al. (2005) membagi jangka
jangka waktu penugasan auditor terhadap waktu audit menjadi jangka pendek (< 3
kualitas laba yang dilaporkan oleh perusahaan. tahun) dan jangka panjang (> 15 tahun).
Berdasarkan uraian di atas, maka menarik untuk Penelitian Siregar et al. (2011) juga telah
dilakukan penelitian mengenai efektivitas dari meneliti mengenai hubungan non linier
aturan yang mewajibkan rotasi di Indonesia. tersebut, dengan meneliti pengaruh jangka
Penelitian ini bermaksud untuk meneliti waktu audit dan juga rotasi audit terhadap
efektivitas KMK Nomor 423/KMK.06/2002 kualitas audit, dalam satu model secara
tentang Jasa Akuntan Publik tanggal 30 bersamaan. Perbedaan penelitian ini dengan
September 2002 yang mengatur rotasi AP dan penelitian Siregar et al. (2011) tersebut adalah
KAP dilihat dari pengaruh rotasi tersebut dan dilakukan pengujian terpisah untuk variabel
juga jangka waktu penugasan auditor terhadap jangka waktu audit dan rotasi audit. Alasannya
kualitas audit. Selain itu akan dilakukan analisis karena jangka waktu audit dan rotasi audit
dengan membandingkan pengaruh rotasi KAP adalah konsep yang terkait serta agar hasil
dan AP terhadap kualitas audit sebelum dan penelitian lebih dapat diperbandingkan dengan
sesudah diterapkannya KMK Nomor 423/ hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang
KMK.06/2002 untuk menilai efektifitas dari umumnya hanya melakukan pengujian untuk
KMK tersebut. Kualitas laba yang merupakan salah satu variabel saja. Selain itu penelitian
ukuran kualitas audit akan diukur menggunakan ini juga melakukan pengujian tambahan
manajemen laba (yaitu nilai absolut akrual terkait rotasi KAP riil (akan dijelaskan di
diskresioner yang terkandung dalam laba bagian selanjutnya) dan juga memasukkan
perusahaan). Semakin besar manajemen laba, variabel corporate governance.
maka semakin rendah kualitas audit. Ukuran Penelitian ini juga diharapkan dapat
kualitas audit menggunakan manajemen laba memberikan kontribusi yang penting kepada
(akrual diskresioner) ini sudah dipergunakan regulator profesi akuntan publik, yaitu dengan
oleh beberapa penelitian sebelumnya, baik di membantu memberikan masukan kepada
luar negeri (Johnson et al. 2002; Chen et al., regulator mengenai efektivitas aturan rotasi
2004) maupun di Indonesia (Fitriany 2010; KAP di Indonesia dilihat dari pengaruhnya
Siregar et al. 2011). terhadap kualitas audit yang pada akhirnya
Penelitian ini memberikan kontribusi akan mempengaruhi kualitas laba di dalam
terhadap penelitian mengenai rotasi dan laporan keuangan.
jangka waktu audit, dengan menguji adanya
hubungan non linier antara jangka waktu
audit dan kualitas audit. Berdasarkan telaah TINJAUAN PUSTAKA
literatur yang dilakukan, belum banyak
penelitian yang meneliti hubungan non linier Auditor mempunyai tanggung jawab untuk
antara jangka waktu audit dan kualitas audit menentukan apakah angka-angka yang ada
dengan menggunakan pendekatan kuadratik, di dalam laporan keuangan sudah disajikan
seperti yang digunakan dalam penelitian secara wajar dan sudah mencerminkan hasil
ini. Penelitian sebelumnya yang meneliti operasi perusahaan yang sesungguhnya serta
mengenai hubungan non linier tersebut kondisi keuangan perusahaan bersangkutan.
biasanya menggunakan pendekatan piecewise Jika kualitas audit yang dihasilkan buruk
regression. Seperti yang dilakukan Johnson maka laba yang dihasilkan cenderung tidak
et al. (2002) yang meneliti hubungan jangka terlalu tepat menggambarkan hasil operasi
waktu audit dengan akrual diskresioner, serta kondisi keuangan perusahaan (Chen et
4 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 1 - 20

al. 2004). Kualitas audit seringkali dikaitkan Sedangkan penelitian yang mendukung
dengan kualitas laba yang dilaporkan. Dalam rotasi auditor adalah hasil penelitian dari
penelitiannya, Kim et al. (2002) menilai Mautz dan Sharaft (1961) yang menyatakan
kualitas audit dengan menggunakan pen- bahwa dengan panjangnya hubungan antara
dekatan kualitas laba perusahaan. Johnson auditor dengan kliennya akan mempengaruhi
et al. (2002) menilai kualitas laba dengan independensi mereka karena obyektifitas
besaran akrual diskresioner yang terkandung mereka akan menurun seiring dengan
dalam angka laba. Nilai angka laba yang berjalannya waktu yang lama, maka perlu
dilaporkan dapat dikelola sesuai dengan tujuan dilakukan rotasi agar independensi tidak
manajemen, sehingga nilai akrual diskresioner terpengaruh. Gietzmann dan Sen (2001)
yang semakin besar mengindikasikan kualitas menggunakan game theory untuk mempelajari
laba yang lebih rendah (Chen et al. 2004). efek aturan kewajiban rotasi KAP terhadap
Kualitas audit didefinisikan sebagai independensi auditor dan menemukan bahwa
peluang dimana auditor eksternal mendeteksi walaupun aturan kewajiban rotasi KAP
kesalahan dalam laporan keuangan dan memiliki biaya tinggi, namun aturan tersebut
kemudian melaporkannya kepada pengguna meningkatkan independensi auditor melebihi
laporan keuangan tersebut (DeAngelo 1981). biaya di pasar, secara relatif pada beberapa
Peluang untuk mendeteksi kesalahan tersebut klien besar.
tergantung pada kompetensi, sedangkan Terdapat beberapa penelitian di Indonesia
peluang untuk melaporkan kesalahan tersebut mengenai kualitas audit, antara lain dilakukan
tergantung pada independensi dari auditor, oleh Fanny dan Siregar (2007) yang melihat
misalnya kemauan dia untuk menghadapi pengaruh pergantian dan jangka waktu
tekanan dari pembuat laporan keuangan. penugasan auditor terhadap kualitas laba
Terkait dengan aturan rotasi dan pembatasan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan
jangka waktu penugasan auditor, jika jangka bahwa pergantian KAP berpengaruh terhadap
waktu dibatasi, berarti dilakukan rotasi audit, manajemen laba perusahaan, namun pergantian
dan jika jangka waktu audit tidak dibatasi, berarti partner audit (AP) tidak berpengaruh terhadap
tidak dilakukan rotasi audit. Ada penelitian manajemen laba perusahaan. Jangka waktu
yang mendukung rotasi auditor dan ada juga penugasan auditor berpengaruh negatif
yang tidak mendukung rotasi. Penelitian terhadap manajemen laba, baik pada tingkat
yang tidak mendukung rotasi adalah hasil KAP maupun AP. Manajemen laba akan
penelitian dari St Pierre dan Anderson (1984) semakin rendah seiring dengan semakin
yang menyatakan bahwa banyak kesalahan- panjangnya jangka waktu penugasan.
kesalahan audit dan perbuatan melawan Berbagai studi yang pernah dilakukan
hukum auditor terjadi pada tahun-tahun awal tersebut menunjukkan hasil yang mixed.
penugasan audit. Semakin panjang jangka Beberapa studi menemukan jangka waktu
waktu penugasan audit (audit tenure), akan penugasan auditor berpengaruh positif terhadap
memperbaiki kualitas audit. Davis et al. (2002) kualitas audit, namun ada yang menemukan
menyatakan bahwa meningkatnya frekuensi justru berpengaruh negatif (Fanny & Siregar
pergantian auditor akan meningkatkan start-up 2007). Hasil yang berbeda-beda tersebut
costs terkait dengan adanya penugasan awal mungkin disebabkan karena penelitian-
auditor, konsekuensinya akan meningkatkan penelitian tersebut belum mempertimbangkan
pula biaya audit secara keseluruhan. Klien adanya hubungan non linier antara jangka
akan mendapatkan biaya tambahan dalam waktu audit dan kualitas audit.
bentuk harus mencurahkan sumber daya guna Beberapa studi sebelumnya mulai
membantu auditor dalam upaya mendapatkan memasukkan kemungkinan adanya hubungan
pemahaman yang memadai atas operasi dan non linier tersebut, seperti Johnson et al.
sistem informasi kliennya. (2002) dan Geiger dan Raghunandan (2005),
Sylvia Veronica Siregar, Fitriany, Arie Wibowo, Viska Anggraita, Rotasi dan Kualitas... 5

yang membuktikan adanya hubungan non tanggal 30 September 2002 yang mengatur
linier tersebut. Namun penelitian tersebut tidak bahwa rotasi AP (Akuntan Publik) harus
langsung menggunakan variabel kuadratik dilakukan setiap tiga tahun dan rotasi KAP
dalam pengujiannya. Mereka menggunakan (Kantor Akuntan Publik) setiap lima tahun.
piecewise regression dan menggunakan cut Aturan ini terakhir direvisi melalui Peraturan
off jangka waktu tertentu untuk membedakan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008
jangka waktu audit panjang dan pendek. tanggal 5 Februari 2008 dimana rotasi AP tetap
Umumnya dasar yang mereka gunakan untuk tiga tahun dan rotasi KAP menjadi enam tahun.
menentukan pemisahan jangka waktu tersebut Rotasi ini mempunyai tujuan untuk mencegah
adalah berdasarkan ketentuan rotasi yang ada berkurangnya independensi AP dan KAP yang
di negara tertentu atau ada yang cenderung disebabkan jangka waktu penugasan yang
menentukan jangka waktu secara arbitrer. panjang.
Wibowo dan Rossieta (2009) menguji bentuk Terdapat dua pendapat yang bertentangan
non linier ini dengan menggunakan earnings mengenai hubungan antara jangka waktu
surprise benchmark sebagai proksi kualitas penugasan dan kualitas audit, yaitu pendapat
audit, namun belum dapat membuktikan secara pertama mengatakan bahwa jangka waktu
signifikan bentuk hubungan non linier tersebut. penugasan audit berhubungan negatif dengan
kualitas audit dan pendapat kedua yang
Fitriany dan Wibowo (2009) menggunakan
berpendapat bahwa jangka waktu audit
akrual diskresioner sebagai proksi kualitas
berhubungan positif dengan kualitas audit.
audit dan berhasil membuktikan bentuk
Terkait dengan adanya dua pendapat tersebut,
hubungan kuadratik concave antara kualitas
maka hubungan antara jangka waktu audit
audit dan tenure. Fitriany (2010) juga sudah
dan kualitas audit tergantung dari besaran
memasukkan adanya pengaruh non linier dalam
perubahan dampak positif dan negatif tersebut.
penelitiannya dengan memasukkan hubungan Dalam penelitian ini diduga hubungan jangka
kuadratik. Namun hasil penelitiannya masih waktu audit dan kualitas audit berbentuk
menunjukkan hasil yang mixed, yaitu sebagian kuadratik. Pada masa awal penugasan audit
pengujian menunjukkan bukti yang mendukung yang lebih mendominasi adalah dampak positif
hubungan non linier, namun sebagian hasil (peningkatan kompetensi dari bertambahnya
menunjukkan adanya hubungan yang linier. jangka waktu audit lebih besar pengaruhnya
Siregar et al. (2011) tidak menemukan adanya dibandingkan penurunan independensi).
hubungan non linier tersebut. Oleh karena Namun seiring dengan makin lamanya jangka
itu, penelitian ini akan melakukan pengujian waktu audit, maka dampak negatif lebih
kembali dari hubungan non liner antara jangka mendominasi (penurunan independensi yang
waktu audit dan kualitas audit. menyebabkan penurunan kualitas audit lebih
besar pengaruhnya dibandingkan peningkatan
METODE PENELITIAN kompetensi). Hubungan non linier ini didukung
oleh hasil-hasil dari penelitian sebelumnya,
Pengembangan Hipotesis seperti Johnson et al. (2002), Geiger dan
Menteri Keuangan, sebagai regulator Raghunandan (2005), Fitriany dan Wibowo
akuntan publik di Indonesia, telah menerapkan (2009).
aturan adanya pembatasan jangka waktu Sebagaimana dijelaskan di bagian
penugasan auditor (atau biasa disebut sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah
kewajiban rotasi) Akuntan publik (AP) dan membuktikan apakah aturan rotasi AP dan
Kantor Akuntan Publik (KAP) sejak akhir 2002 KAP yang diberlakukan saat ini (KMK Nomor
dengan dikeluarkannya KMK Nomor 423/ 423/KMK.06/2002, yang terakhir direvisi
KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.01/2008) mempunyai pengaruh
6 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 1 - 20

positif terhadap kualitas audit. Apabila hasil manajemen memperoleh fleksibilitas yang
pengujian menunjukkan bahwa semakin lebih tinggi dan juga dapat mencapai prediksi
panjang jangka waktu audit (baik AP maupun analis seiring dengan peningkatan jangka
KAP) menurunkan kualitas audit dan dengan waktu audit.
adanya rotasi (AP dan KAP) meningkatkan Sedangkan pendapat kedua didukung
kualitas audit, maka aturan rotasi tersebut antara lain oleh Geiger dan Raghunandan
efektif. Namun apabila tidak terbukti, maka (2002) yang menemukan secara signifikan
aturan tersebut perlu ditelaah kembali. Oleh terdapat lebih banyak kegagalan audit pada
karena aturan rotasi tersebut mencakup AP dan tahun-tahun awal perikatan audit dibandingkan
KAP, maka pengukuran jangka waktu audit jika auditor telah mengaudit klien untuk waktu
dan rotasi audit dibagi dua, yaitu terkait AP yang lebih panjang. Juga Myers et al. (2003)
dan KAP. menemukan adanya hubungan negatif antara
Penelitian terkait jangka waktu AP lebih jangka waktu audit dan akrual diskresioner.
terbatas, karena di sebagian besar negara H1b : S e m a k i n l a m a j a n g k a w a k t u
yang memberlakukan aturan rotasi, hanya penugasan KAP, maka kualitas
mewajibkan rotasi KAP saja. Namun walaupun audit akan semakin tinggi (rendah)
masih relatif terbatas, hasil penelitian terdahulu sebelum (setelah) mencapai jangka
juga masih mixed (Azizkhani et al. 2006). waktu penugasan optimal.
Chen et al. (2004) menemukan jangka waktu
penugasan AP berhubungan negatif dengan Rotasi dari AP diharapkan akan membawa
akrual diskresioner. Sedangkan Chi dan Huang sudut pandang baru pada saat melakukan
(2005) yang melakukan penelitian di Taiwan audit, sehingga diharapkan audit dilakukan
justru menemukan bahwa akrual abnormal dengan lebih obyektif (Azizkhani et al. 2006).
lebih rendah di tahun-tahun awal penugasan Independensi auditor kemungkinan dapat
dan di tahun akhir dari penugasan. Oleh karena ditingkatkan dengan adanya rotasi AP, karena
itu, dihipotesiskan bahwa kualitas audit akan kekhawatiran adanya masalah independensi
meningkat dengan semakin lama jangka waktu yang timbul karena adanya kedekatan auditor
penugasan audit sampai titik optimal tertentu, dengan klien yang disebabkan lamanya jangka
yang kemudian dengan bertambahnya jangka waktu penugasan, diduga lebih mempengaruhi
waktu audit, akan menurunkan kualitas audit AP dibandingkan KAP. Namun, walaupun
dengan semakin turunnya independensi auditor, terjadi rotasi AP client-specific knowledge
sehingga hipotesis yang diajukan adalah: dapat tetap dipertahankan dalam KAP, tetap
H1a : S e m a k in lama jan gk a w akt u saja akan ada knowledge tertentu yang hilang
penugasan AP, maka kualitas audit pada level AP karena AP yang baru tidak
akan semakin tinggi (rendah) sebelum mempunyai client-specific knowledge yang
(setelah) mencapai jangka waktu sama dengan AP yang lama, sehingga terdapat
penugasan optimal. kemungkinan terjadi penurunan kualitas audit.
Adanya rotasi AP dapat membawa
Penelitian terkait jangka waktu audit KAP perspektif baru dalam melakukan audit dan
dan kualitas audit juga menunjukkan hasil yang juga dapat lebih menjaga independensi auditor,
mixed, yaitu ada yang mendukung pendapat sehingga kualitas audit diharapkan meningkat,
adanya hubungan yang negatif dan pendapat Namun di sisi lain, adanya kehilangan client-
kedua yang menunjukkan hubungan yang specific knowledge tertentu yang ditimbulkan
positif. Pendapat pertama diantaranya didukung dari pergantian AP dapat menurunkan kualitas
oleh Davis et al. (2003) yang menemukan audit. Oleh karena itu, hipotesis untuk rotasi
bukti bahwa jangka waktu perikatan audit AP adalah two-tail.
yang panjang berhubungan dengan kualitas H2a : Rotasi AP berpengaruh terhadap
pelaporan yang lebih rendah dan bahwa kualitas audit.
Sylvia Veronica Siregar, Fitriany, Arie Wibowo, Viska Anggraita, Rotasi dan Kualitas... 7

Hal yang sama berlaku untuk KAP. KAPit + a4TENURE_KAP2it +


Terdapat argumen yang menentang dan a5SPECit + a6ASIZEt + a7LEVit
mendukung rotasi auditor. Penelitian yang + a 8 GROWTH it + a 9 FSIZE it
tidak mendukung rotasi diantaranya adalah St + εit (1)
Pierre dan Anderson (1984) yang menyatakan Model penelitian 2 digunakan untuk
bahwa banyak kesalahan-kesalahan audit dan menguji hubungan antara rotasi auditor dengan
perbuatan melawan hukum auditor pada tahun- kualitas audit:
tahun awal penugasan audit. Davis et al. (2002)
menyatakan bahwa meningkatnya frekuensi EMt = c0 + c1ROTASI_APit + c2 ROTASI_
pergantian auditor akan meningkatkan biaya KAPit + c3SPECit + c4ASIZEit
audit secara keseluruhan. + c5LEVit + c6GROWTHit +
Sedangkan penelitian yang mendukung c7FSIZEit + εit (2)
rotasi auditor diantaranya adalah Mautz dan
Sharaft (1961) yang menyatakan bahwa Keterangan:
dengan panjangnya hubungan antara auditor EM = m a n a j e m e n laba
dengan kliennya akan mempengaruhi (nila i a bsolut akrual
independensi auditor, maka perlu dilakukan diskresioner)
rotasi. Gietzmann dan Sen (2001) menemukan TENURE_AP = jangka waktu penugasan
bahwa walaupun aturan kewajiban rotasi KAP AP (dalam tahun)
memiliki biaya tinggi, namun aturan tersebut TENURE_KAP = jangka waktu penugasan
meningkatkan independensi auditor melebihi KAP (dalam tahun)
biaya di pasar, secara relatif pada beberapa ROTASI_AP = variabel dummy, 1 jika
klien besar. terjadi rotasi AP dan 0 jika
Karena berdasarkan berbagai literatur di sebaliknya
atas terdapat argumen yang mendukung dan ROTASI_KAP = variabel dummy, 1 jika
menentang rotasi audit, maka hipotesis terkait terjadi rotasi KAP dan 0
pengaruh rotasi KAP terhadap kualitas audit jika sebaliknya
bersifat dua arah (two-tail): SPEC = spesialisasi audit, 1 jika
H2b : Rotasi KAP berpengaruh terhadap perusahaan diaudit KAP
kualitas audit. dengan spesialisasi industri
dan 0 jika sebaliknya
Pengujian atas hipotesis di atas akan ASIZE = ukura n KAP, 1 jika
dilakukan untuk periode sebelum dan setelah perusahaan diaudit oleh
dikeluarkannya aturan rotasi. Hasil pengujian KAP Big 4 dan 0 jika
diharapkan dapat menunjukkan apakah dengan sebaliknya
diberlakukannya aturan rotasi tersebut, LEV = leverage (rasio debt-to-
dibandingkan dengan periode sebelum adanya total asset)
aturan, menyebabkan kualitas audit menjadi GROWTH = pertumbuhan perusahaan
lebih tinggi. (price-to-book value)
FSIZE = ukuran perusahaan (loga-
Model Penelitian ritma natural dari total aset)
Untuk melihat hubungan antara audit
tenure dengan kualitas audit yang diukur Pengukuran Variabel
dengan manajemen laba (akrual diskresioner), Variabel Dependen
digunakan model berikut: Kualitas Audit (Akrual Diskresioner Absolut/
EM)
EMt = a0 + a1TENURE_APit + a2 Kim et al. (2002) mengukur kualitas audit

TENURE_AP2it + a3 TENURE_ dengan menggunakan pendekatan kualitas
8 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 1 - 20

laba. Semakin tinggi kualitas laba perusahaan ΔCFOi,t = perubahan arus kas operasi antara
berarti kualitas audit juga semakin tinggi begitu tahun t dari tahun t-1
juga sebaliknya. Kualitas audit diukur dengan εit =
akrual diskresioner
besaran akrual diskresioner absolut. Total akrual (TACC) dihitung dengan
Terdapat dua jenis akrual yaitu akrual menggunakan pendekatan arus kas yaitu selisih
nondiskresioner dan akrual diskresioner. antara laba bersih sebelum pos luar biasa dan
Akrual nondiskresioner adalah akrual yang operasi tidak dilanjutkan (EARN) dengan arus
besarnya tergantung pada kegiatan operasi kas bersih dari kegiatan operasional (CFO).
perusahaan. Sedangkan akrual diskresioner Akrual non diskresioner diestimasi berdasarkan
adalah akrual yang besarnya dipengaruhi oleh model di atas sedangkan akrual diskresioner
diskresi (keleluasan) manajemen (Scott, 2009). adalah selisih antara total akrual dengan akrual
Banyak penelitian terdahulu menemukan non diskresioner (εit ).
adanya hubungan positif antara manajemen Mengikuti Subramanyam (1996) dan Siregar
laba dan kecurangan akuntansi dengan tingkat dan Utama (2008), metode yang digunakan
akrual diskresioner (Jones 1991; Dechow adalah cross-sectional, dimana setiap model
et al. 1996; Becker et al. 1998). Penelitian- dihitung secara terpisah setiap tahunnya untuk
penelitian ini menunjukan bahwa akrual setiap industri. Pengklasifikasian industri
diskresioner yang tinggi mengindikasikan menggunakan klasifikasi industri dari Bursa
adanya kecurangan akuntansi atau manajemen Efek Indonesia.
laba. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa tingkat absolut akrual diskresioner yang Variabel Independen
tinggi mengindikasikan adanya manajemen Jangka Waktu Audit menggunakan:
laba atau dengan kata lain kualitas akrual - TENURE_AP untuk jangka waktu (dalam
mengindikasikan kualitas laba. Dalam tahun) penugasan partner audit (AP) oleh
penelitian ini kualitas laba yang dihasilkan suatu perusahaan
perusahaan juga menunjukkan kualitas audit. - TENURE_KAP untuk jangka waktu
Untuk membagi total akrual menjadi (dalam tahun) penugasan Kantor Akuntan
komponen diskresioner dan non-diskresioner Publik (KAP) oleh suatu perusahaan
penelitian ini menggunakan model Kasznik Rotasi Audit menggunakan:
(1999), sesuai Siregar (2005) yang menemukan - ROTASI_AP: 1 jika terjadi rotasi partner
model Kasznik mempunyai adjusted R2 dan audit (AP) dan 0 jika sebaliknya
prediksi koefisien yang tertinggi dibandingkan - ROTASI_KAP: 1 jika terjadi rotasi
beberapa model lainnya:
Kantor Akuntan Publik (KAP) dan 0 jika
sebaliknya.
TACCit/TAi,t-1 = α1(1/TAi,t-1) + α2(ΔREVit –
ΔRECit)/TAi,t-1 + α3PPEi,t/
Terkait dengan aturan rotasi yang diatur
TAi,t-1 + α3ΔCFOi,t/TAi,t-1 + εit
dalam KMK, banyak KAP yang mengubah
TACCit = total akrual perusahaan i pada nama KAP lokalnya (sedangkan KAP afiliasi
periode t internasionalnya tidak berubah) agar tidak
TAit-1 = total aset perusahaan i pada tahun terkena peraturan rotasi dalam KMK. Dalam
t-1 uji utama akan digunakan pengukuran jangka
ΔREVit = perubahan pendapatan perusahaan waktu penugasan KAP dan rotasi KAP
i antara tahun t dan t-1 mengikuti ketentuan dalam KMK sedangkan
ΔRECit = perubahan piutang perusahaan i dalam pengujian sensitivitas akan digunakan
antara tahun t dan t-1
pengukuran jangka waktu penugasan KAP
PPEit = aset tetap bruto perusahaan i pada
tahun t dan rotasi KAP berdasarkan nama KAP afiliasi
internasionalnya.
Sylvia Veronica Siregar, Fitriany, Arie Wibowo, Viska Anggraita, Rotasi dan Kualitas... 9

Variabel Kontrol Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH)


Spesialisasi Audit (SPEC) Diukur dengan PBV (price to book value)
Pengukuran variabel ini yaitu diberi nilai akhir periode. Pertumbuhan perusahaan
1 jika perusahaan diaudit oleh KAP spesialis, diduga berpengaruh terhadap kualitas audit.
dan 0 jika lainnya (variabel dummy). Penentuan Madhogarhia et al. (2009) menemukan bahwa
spesialisasi berdasarkan apabila KAP yang perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang
bersangkutan menguasai > 10% pangsa pasar semakin tinggi akan cenderung lebih banyak
di suatu industri, sebagaimana yang digunakan melakukan manajemen laba. Hal ini dapat
dalam Craswell et al. (1995); Ferguson & disebabkan perusahaan dengan pertumbuhan
Stokes (2002), Verleyen & De Beelde (2002). yang tinggi mempunyai insentif untuk
Pangsa pasar diukur berdasarkan nilai total mempertahankan tingkat pertumbuhannya
aset dari klien yang merupakan perusahaan yang tinggi dengan melakukan manajemen
publik. Variabel ini diduga berpengaruh positif laba.
terhadap kualitas audit. Ukuran Perusahaan (FSIZE)
Spesialisasi industri diduga dapat mening- Diukur dengan logaritma natural total aset
katkan efisiensi dan efektivitas dalam me- akhir periode. Ukuran perusahaan diprediksi
lakukan audit. Auditor yang memiliki mempengaruhi kualitas audit secara positif.
spesialiasi dan keahlian spesifik pada industri Albrecth and Richardson (1990) menemukan
akan cenderung mempunyai kemampuan untuk bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih
mendeteksi kesalahan atau ketidaknormalan, besar kurang memiliki dorongan untuk
dibandingkan dengan auditor yang tidak punya melakukan perataaan laba dibandingkan
keahlian spesifik tersebut. Krishnan (2003) p e r u s a h a a n - perusahaan kecil karena
dan Balsam et al. (2003) menemukan bahwa perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh
perusahaan yang diaudit oleh auditor yang pihak luar. Lee and Choi (2002) menemukan
spesialis akan menghasilkan nilai akrual bahwa ukuran perusahaan merupakan variabel
diskresioner yang lebih rendah dibandingkan yang dapat membedakan kecenderungan
jika diaudit oleh perusahaan yang diaudit perusahaan untuk melakukan pengelolaan
oleh auditor yang tidak spesialis. laba, dimana perusahaan yang lebih kecil
Ukuran KAP (ASIZE) cenderung untuk melakukan pengelolaan laba
ASIZE = 1, jika auditor berafiliasi dengan untuk menghindari kerugian dibandingkan
Big 4, BIG 4 = 0 jika tidak ada afiliasi perusahaan besar. Siregar (2005) menemukan
dengan Big 4. Variabel ukuran KAP diduga ukuran perusahaan secara negatif signifikan
berpengaruh positif terhadap kualitas audit. mempengaruhi besaran akrual diskresioner
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan perusahaan (Siregar 2005).
bahwa KAP yang lebih besar cenderung
lebih konservatif dan konservatisme tersebut Pengumpulan Data
cenderung membatasi akrual yang ekstrim Data penelitian bersumber dari Osiris,
(Becker et al. 1998; Francis et al. 1999; Francis laporan keuangan perusahaan, dan ICMD
dan Krishnan 1999). serta Laporan Kegiatan KAP Departemen
Risiko Perusahaan (LEV) Keuangan.
LEV diukur dengan rasio debt-to-asset akhir
periode. Leverage diprediksi berpengaruh Pemilihan Sampel
secara negatif terhadap kualitas audit. Populasi penelitian adalah seluruh
Perusahaan dengan tingkat leverage yang perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
tinggi mempunyai motivasi untuk melakukan Indonesia dari tahun 1999 - 2008. Periode
manajemen laba yang lebih besar. Siregar observasi untuk penelitian ini adalah periode
(2005) menemukan adanya pengaruh positif sebelum diberlakukannya KMK No. 423/
LEV terhadap EM.
10 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 1 - 20

Tabel 1
Statistik Deskriptif – Periode Sebelum KMK
Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EM 0,0000 1,0379 0,1151 0,1338
TENURE_AP 1 12 3,2021 2,7383
TENURE_KAP 1 12 5,1431 3,1024
ROTASI_AP 0 1 0,3560 0,4792
ROTASI_KAP 0 1 0,1342 0,3411
SPEC 0 1 0,5921 0,4919
ASIZE 0 1 0,7853 0,4110
LEV 0,0300 4,6900 0,7788 0,5860
GROWTH -2,4600 4,4000 0,9487 1,0986
FSIZE (dalam Rp 000.000) 20.070 58.275.211 1.881.855 4.569.463
N = 559

EM = absolut akrual diskresioner, TENURE_AP = jangka waktu penugasan AP (dalam tahun), TENURE_KAP =
jangka waktu penugasan KAP (dalam tahun), ROTASI_AP = 1 jika terjadi rotasi AP dan 0 jika sebaliknya, ROTASI_
KAP = 1 jika terjadi rotasi KAP dan 0 jika sebaliknya, SPEC = 1 jika perusahaan diaudit KAP dengan spesialisasi
industri dan 0 jika sebaliknya, ASIZE = 1 jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 dan 0 jika sebaliknya, LEV = rasio
debt-to-total asset, GROWTH = price-to-book value, FSIZE = total aset

KMK.06/2002 tahun 1999 - 2001 dan periode sebelum KMK (yaitu 0,1151), hal ini dapat
sesudah diberlakukannya aturan ini yaitu 2004- menjadi indikasi adanya peningkatan kualitas
2008. Akan dilihat bagaimanakah kualitas laba pada periode setelah KMK. Jangka waktu
audit pada periode penugasan tersebut. Tahun audit baik AP maupun KAP lebih panjang
2002 dan 2003 tidak diteliti karena tahun ini pada periode sebelum KMK dibandingkan
mulai diberlakukannya KMK tersebut. setelah KMK, karena setelah KMK memang
Kriteria yang digunakan dalam pemilihan ada pembatasan jangka waktu audit untuk AP
sampel adalah: dan KAP. Rotasi AP dan KAP juga meningkat
1. Perusahaan tidak termasuk dalam industri pada periode setelah KMK dan rotasi AP lebih
keuangan. sering terjadi, baik sebelum dan setelah KMK,
2. Mempunyai data yang lengkap untuk dibandingkan rotasi KAP.
menghitung seluruh variabel penelitian. Pada periode sebelum KMK, perusahaan
Berdasarkan kriteria pemilihan sampel publik lebih banyak diaudit oleh KAP Big 4
tersebut diperoleh sampel sebanyak 559 untuk dibandingkan KAP non Big 4 tetapi setelah
periode sebelum diberlakukannya KMK dan periode KMK KAP Big 4 hanya mengaudit
1132 untuk periode setelah diberlakukannya kurang dari 50% perusahaan publik yang
KMK. menjadi sampel penelitian ini. Hal ini
merupakan konsekuensi logis dari adanya
ANALISIS HASIL KMK yang membatasi jangka waktu audit
sehingga mengurangi pangsa pasar dari KAP
Statistik Deskriptif Big 4.
Tabel 1 dan 2 menyajikan statistik deskriptif Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang
untuk periode sebelum KMK maupun periode mempunyai spesialisasi juga mengalami
setelah KMK. Nilai rata-rata DAC setelah penurunan setelah KMK. Hal ini kemungkinan
KMK (yaitu 0,0640) lebih kecil dibandingkan disebabkan karena cara pengukuran spesialisasi
Sylvia Veronica Siregar, Fitriany, Arie Wibowo, Viska Anggraita, Rotasi dan Kualitas... 11

Tabel 2
Statistik Deskriptif – Periode Setelah KMK
Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DAC 0,00001 0,67657 0,0640 0,0654
TENURE_AP 1 5 1,6837 0,7736
TENURE_KAP 1 9 2,2473 1,2744
ROTASI_AP 0 1 0,5035 0,5002
ROTASI_KAP 0 1 0,3675 0,4823
SPEC 0 1 0,4231 0,4943
ASIZE 0 1 0,4417 0,4968
LEV -0,1798 5,1945 0,5929 0,4502
GROWTH -2,2000 4,6200 1,1731 1,0821
FSIZE (dalam Rp 000.000) 4.976 102.887.052 3.326.034 9.574.922
N = 1132

EM = absolut akrual diskresioner, TENURE_AP = jangka waktu penugasan AP (dalam tahun), TENURE_KAP
= jangka waktu penugasan KAP (dalam tahun), ROTASI_AP = 1 jika terjadi rotasi AP dan 0 jika sebaliknya,
ROTASI_KAP = 1 jika terjadi rotasi KAP dan 0 jika sebaliknya, SPEC = 1 jika perusahaan diaudit KAP dengan
spesialisasi industri dan 0 jika sebaliknya, ASIZE = 1 jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 dan 0 jika
sebaliknya, LEV = rasio debt-to-total asset, GROWTH = price-to-book value, FSIZE = total as et

Tabel 3
Rotasi Auditor Periode 1999 – 2001 dan 2004-2007
Rotasi KAP
Tahun Rotasi AP Rotasi KAP Rotasi KAP Afiliasi
domestik*
(Tidak Ganti KAP
      (Ganti KAP Asing)
Asing)
1999 0 18 11 7
2000 2 16 9 7
2001 0 24 14 10
2004 125 106 47 59
2005 111 84 42 42
2006 120 123 48 75
2007 68 29 29 0
Total 426 400 200 200

yang digunakan di penelitian ini relatif juga dibedakan menjadi rotasi KAP afiliasi
mengklasifikasikan KAP besar (terutama (yaitu jika terjadi pergantian KAP Asing yang
KAP Big 4) sebagai KAP yang mempunyai menjadi afiliasi KAP lokal) dan rotasi KAP
spesialisasi. domestik (yaitu jika KAP lokal berganti nama
Tabel 3 menyajikan rekapitulasi rotasi tapi tidak terjadi pergantian KAP asingnya).
auditor pada periode sebelum dan setelah Dari data di tabel tersebut terlihat adanya
KMK. Dari tabel tersebut terlihat jelas bahwa peningkatan jumlah rotasi KAP domestik mulai
terjadi peningkatan rotasi AP dan rotasi KAP dari tahun 2004. Peningkatan ini disebabkan
yang sangat signifikan setelah dikeluarkannya karena banyak KAP yang mengubah komposisi
KMK yang mengatur mengenai pembatasan AP-nya dan kemudian mengubah nama KAP
jangka waktu audit. Rotasi KAP kemudian lokalnya sehingga menurut peraturan dianggap
12 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 1 - 20

Tabel 4
Hasil Regresi – Sebelum KMK
Panel A: Jangka Waktu Audit
Variabel Ekspektasi Koefisien t-stat p-value
C 0.3808 3.7791 0.0002 ***
TENURE_AP - -0.0005 -0.1249 0.4503
TENURE_AP2 + 0.0002 0.2805 0.3896
TENURE_KAP - -0.0060 -2.5284 0.0059 ***
TENURE_KAP2 + 0.0011 1.4984 0.0673 *
SPEC - -0.0188 -1.4389 0.0754 *
ASIZE - 0.0164 0.9634 0.1679
LEV + 0.0867 8.9460 0.0000 ***
GROWTH + -0.0074 -1.4491 0.0739 *
FSIZE - -0.0113 -2.9757 0.0015 ***
Adj R2 0.1646
F-stat 13.2196
p-value 0.0000

Panel B: Rotasi Audit


Variabel Ekspektasi Koefisien t-stat p-value
C 0.3788 3.7748 0.0002 ***
ROTASI_AP +/- -0.0152 -1.2138 0.2253
ROTASI_KAP +/- 0.0521 2.6666 0.0079 ***
SPEC - -0.0217 -1.6959 0.0452 **
ASIZE - 0.0125 0.7578 0.2244
LEV + 0.0852 8.8429 0.0000 ***
GROWTH + -0.0075 -1.4780 0.0700 *
FSIZE - -0.0118 -3.1058 0.0010 ***
Adj R2 0.1671
F-stat 16.9951
p-value 0.0000

EM = absolut akrual diskresioner, TENURE_AP = jangka waktu penugasan AP (dalam tahun), TENURE_KAP
= jangka waktu penugasan KAP (dalam tahun), ROTASI_AP = 1 jika terjadi rotasi AP dan 0 jika sebaliknya,
ROTASI_KAP = 1 jika terjadi rotasi KAP dan 0 jika sebaliknya, SPEC = 1 jika perusahaan diaudit KAP dengan
spesialisasi industri dan 0 jika sebaliknya, ASIZE = 1 jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 dan 0 jika sebaliknya,
LEV = rasio debt-to-total asset, GROWTH = price-to-book value, FSIZE = logaritma natural total aset

sebagai KAP baru dan dapat menghindari Pengujian Hipotesis


ketentuan rotasi KAP. Pada tahun 2007, untuk Hasil regresi untuk model DAC sebelum
perusahaan yang menjadi sampel penelitian dikeluarkannya KMK dapat dilihat di Tabel 4.
ini, tidak ditemukan adanya rotasi domestik. Hasil pengujian menunjukkan pengaruh jangka
Kemungkinan hal ini terjadi karena aturan waktu audit AP tidak signifikan (hipotesis 1a
KMK yang mewajibkan rotasi KAP setelah ditolak) sedangkan pengaruh TENURE_KAP
lima tahun, sehingga mayoritas KAP sudah terhadap kualitas audit yang sesuai dengan
melakukan pergantian nama KAP lokal prediksi (Hipotesis 1b tidak ditolak). Hipotesis
sebelum periode lima tahun tersebut berakhir. yang dibentuk menyatakan terdapat hubungan
Sylvia Veronica Siregar, Fitriany, Arie Wibowo, Viska Anggraita, Rotasi dan Kualitas... 13

non linier (concave) antara jangka waktu audit Adanya rotasi menyebabkan jangka waktu
dan kualitas audit, atau hubungan non linier audit KAP yang baru masih sangat pendek.
(convex) antara jangka waktu audit dan akrual Sesuai dengan temuan terkait jangka waktu
diskresioner karena hubungan kualitas audit audit, yaitu terdapat hubungan kuadratik, yang
dan akrual diskresioner berbanding terbalik. berarti pada tahun-tahun awal penugasan audit
Semakin tinggi akrual diskresioner, semakin kualitas audit masih rendah, maka dengan
rendah kualitas audit. Hubungan jangka waktu adanya rotasi maka kualitas audit memang
KAP dengan kualitas audit concave yang berarti akan menjadi turun. Temuan ini menunjukkan
semakin panjang jangka waktu audit KAP hasil yang konsisten, yaitu adanya ketentuan
menyebabkan kualitas audit meningkat, tapi pembatasan jangka waktu penugasan audit
akan menurun setelah jangka waktu tertentu. tidak menunjukkan peningkatan kualitas audit.
Dapat disimpulkan adanya hubungan convex Untuk periode setelah KMK (lihat Tabel 5
antara TENURE_KAP dengan DAC karena panel A), jangka waktu audit AP berpengaruh
koefisien TENURE_KAP negatif sedangkan signifikan sesuai prediksi terhadap kualitas audit
TENURE_KAP2 positif. (hipotesis 1a tidak ditolak), sedangkan jangka
Pengaruh rotasi audit terhadap kualitas audit
waktu audit KAP justru tidak berpengaruh
pada periode sebelum KMK dapat dilihat pada
signifikan hipotesis 1b ditolak). Hubungan
Tabel 4 panel B yang menunjukkan ROTASI_
jangka waktu audit AP dengan DAC adalah
AP tidak signifikan mempengaruhi DAC
convex karena koefisien TENURE_AP negatif,
(hipotesis 2a ditolak). Sedangkan variabel
sedangkan koefisien TENURE_AP2 positif.
ROTASI_KAP signifikan berpengaruh positif
terhadap DAC, yang artinya berpengaruh Karena hubungan tersebut convex, maka dapat
negatif terhadap kualitas audit (hipotesis disimpulkan bahwa hubungan jangka waktu
2b tidak ditolak). Hasil ini menunjukkan audit dengan kualitas audit adalah concave
pergantian KAP menyebabkan akrual yang artinya semakin lama AP mengaudit
diskresioner lebih tinggi dibandingkan apabila suatu klien akan berpengaruh positif terhadap
tidak dilakukan pergantian KAP, yang artinya kualitas audit, tetapi setelah jangka waktu
kualitas audit menjadi lebih rendah. Hal ini tertentu akan berpengaruh negatif.
sesuai dengan hasil beberapa penelitian, Pada periode setelah KMK (lihat Tabel
seperti St Pierre dan Anderson (1984) yang 5 panel B) yang signifikan mempengaruhi
menemukan banyak kesalahan-kesalahan audit kualitas audit adalah rotasi AP dimana pada
dan perbuatan melawan hukum auditor pada periode terjadinya rotasi AP menyebabkan
tahun-tahun awal penugasan audit. akrual diskresioner yang lebih tinggi
Hasil pengujian Tabel 4 panel A dan B dibandingkan jika tidak terjadi rotasi AP
sama-sama menunjukkan jangka waktu dan (hipotesis 2a tidak ditolak) sedangkan rotasi
rotasi KAP yang berpengaruh terhadap kualitas KAP tidak signifikan mempengaruhi kualitas
audit, sedangkan jangka waktu dan rotasi AP audit (hipotesis 2b ditolak). Salah satu
tidak berpengaruh. Hubungan non linier antara kemungkinan penjelasan temuan ini adalah
KAP dengan DAC menunjukkan bahwa jangka karena rotasi KAP yang dilakukan setelah
waktu audit KAP yang terlalu lama sampai KMK masih bersifat semu dimana banyak
dengan titik tertentu akan berpengaruh negatif KAP yang hanya melakukan pergantian nama
terhadap kualitas audit, yang mendukung lokal, sedangkan secara riil sebenarnya tidak
adanya pembatasan jangka waktu audit. ada pembubaran dan pembentukan KAP baru.
Tetapi hasil pengujian rotasi KAP setelah Namun, dalam pengujian sensitivitas dengan
diberlakukannya KMK menunjukkan bahwa mengganti ukuran rotasi KAP berdasarkan
apabila terjadi pergantian KAP justru akan nama KAP afiliasi internasional (akan
meningkatkan DAC yang berarti menurunkan dijelaskan kemudian), juga ditemukan hasil
kualitas audit. Hasil ini justru tidak mendukung yang konsisten. Secara keseluruhan, hasil
adanya rotasi. pengujian terkait rotasi KAP menunjukkan
14 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 1 - 20

Tabel 5
Hasil Regresi – Periode Setelah KMK

Panel A: Jangka Waktu Audit


Variabel Ekspektasi Koefisien t-stat p-value
C 0.1417 3.9726 0.0001 ***
TENURE_AP - -0.0075 -2.2929 0.0110 **
TEURE_AP2 + 0.0064 1.7426 0.0408 **
TENURE_KAP - 0.0029 1.4077 0.0797 *
TEURE_KAP2 + 0.0002 0.1928 0.4236
SPEC - -0.0085 -1.5868 0.0564 *
ASIZE - 0.0016 0.3159 0.3761
LEV + 0.0229 5.1829 0.0000 ***
GROWTH + 0.0043 2.3417 0.0097 **
FSIZE - -0.0033 -2.4746 0.0067 ***
Adj R2 0.0329
F-stat 5.2712
p-value 0.0000

Panel B: Rotasi Audit


Variabel Ekspektasi Koefisien t-stat p-value
C 0.1322 3.7118 0.0002 ***
ROTASI_AP +/- 0.0109 2.5075 0.0123 **
ROTASI_KAP +/- -0.0061 -1.3303 0.1837
SPEC - 0.0008 0.1550 0.4384
ASIZE - -0.0075 -1.4004 0.0808 *
LEV + 0.0228 5.1643 0.0000 ***
GROWTH + 0.0041 2.2367 0.0128 **
FSIZE - -0.0032 -2.3644 0.0091 ***
Adj R2 0.0327
F-stat 6.4624
p-value 0.0000

EM = absolut akrual diskresioner, TENURE_AP = jangka waktu penugasan AP (dalam tahun), TENURE_KAP
= jangka waktu penugasan KAP (dalam tahun), ROTASI_AP = 1 jika terjadi rotasi AP dan 0 jika sebaliknya,
ROTASI_KAP = 1 jika terjadi rotasi KAP dan 0 jika sebaliknya, SPEC = 1 jika perusahaan diaudit KAP dengan
spesialisasi industri dan 0 jika sebaliknya, ASIZE = 1 jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 dan 0 jika sebaliknya,
LEV = rasio debt-to-total asset, GROWTH = price-to-book value, FSIZE = logaritma natural total aset

bahwa kewajiban rotasi tidak signifikan yang berpengaruh adalah variabel AP. Hal
mempengaruhi kualitas audit. ini dapat disebabkan karena pergantian KAP
Apabila dibandingkan antara hasil yang dilakukan sebelum KMK kebanyakan
pengujian menggunakan jangka waktu audit adalah pergantian riil KAP afiliasi sedangkan
dan rotasi audit di Tabel 4 dan 5 maka kesamaan pergantian KAP setelah periode KMK
yang ada adalah pada periode sebelum KMK kebanyakan adalah hanya pergantian nama
variabel KAP yang berpengaruh terhadap KAP domestik, yang dilakukan hanya untuk
kualitas audit, tetapi setelah periode KMK memenuhi peraturan KMK.
Sylvia Veronica Siregar, Fitriany, Arie Wibowo, Viska Anggraita, Rotasi dan Kualitas... 15

Temuan terkait jangka waktu dan rotasi AP Selain itu, penelitian Khurana dan Raman
pada periode setelah KMK juga menunjukkan (2004) menunjukkan bahwa kualitas audit
adanya trade-off yang timbul dari ketentuan yang lebih tinggi dari KAP Big 4 hanya terjadi
rotasi. Jangka waktu audit AP yang terlalu lama di negara Amerika Serikat, namun tidak
menimbulkan efek negatif terhadap kualitas untuk negara lain dalam penelitian mereka
audit – yang berarti mendukung pendapat (Australia, Kanada, dan Inggris). Menurut
perlu adanya pembatasan jangka waktu audit mereka faktor yang menyebabkan perbedaan
AP – tetapi pada saat terjadi rotasi AP justru tersebut adalah karena risiko litigasi terhadap
meningkatkan besaran DAC yang artinya KAP Big 4 sebagai auditor besar lebih tinggi di
menurunkan kualitas audit. Amerika Serikat dibandingkan negara lainnya,
Untuk variabel kontrol, variabel LEV dan sehingga di Amerika Serikat KAP Big 4 lebih
FSIZE secara konsisten berpengaruh positif memperhatikan kualitas auditnya. Sehingga
dan negatif terhadap DAC baik pada periode dapat disimpulkan bahwa tidak selalu KAP
sebelum KMK maupun setelah KMK. Temuan Big 4 memberikan kualitas audit yang tinggi,
ini sesuai prediksi dimana sesuai dengan termasuk untuk kasus Indonesia dimana risiko
debt covenant hypothesis perusahaan dengan litigasi yang mungkin dihadapi oleh KAP Big
tingkat leverage yang tinggi mempunyai 4 relatif tidak besar.Hasil ini mungkin bisa
kecenderungan melakukan manajemen laba, mengindikasikan bahwa ukuran KAP (Big 4
sedangkan perusahaan dengan ukuran besar vs Non Big 4) bukan ukuran yang tepat untuk
cenderung menurunkan manajemen laba mengukur kualitas auditor. Sedangkan variabel
(konsisten dengan political cost hypothesis). kontrol GROWTH juga hanya berpengaruh
Variabel kontrol SPEC berpengaruh negatif positif terhadap akrual diskresioner pada
terhadap DAC pada periode sebelum KMK periode setelah KMK. Mungkin penggunaan
pada model rotasi audit. Sedangkan pada PBV sebagai ukuran pertumbuhan bukan proxy
periode setelah KMK, variabel kontrol SPEC yang paling tepat.
berpengaruh negatif terhadap DAC baik pada Dari hasil pengujian menunjukkan ada
model jangka waktu audit maupun rotasi audit. bukti perlunya pembatasan jangka waktu
Hasil ini menunjukkan jika perusahaan diaudit audit tetapi ditemukan juga bukti adanya
oleh auditor yang memiliki spesialisasi audit peningkatan besaran manajemen laba pada saat
dalam suatu industri akan menurunkan tingkat terjadi rotasi, atau dengan kata lain kualitas
audit mengalami penurunan. Temuan ini
manajemen laba (menaikkan kualitas audit).
mengindikasikan perlunya aturan lain, selain
Semula diduga perusahaan yang diaudit
aturan rotasi, untuk mengatasi permasalahan
oleh KAP Big 4 akan mempunyai nilai
yang timbul dari jangka waktu penugasan audit
manajemen laba yang lebih kecil dibandingkan
yang terlalu lama.
perusahaan yang diaudit oleh non Big 4. Tetapi
hasil pengujian hanya menunjukkan bukti
yang lemah karena variabel ASIZE hanya Analisis Sensitivitas
Penelitian ini juga melakukan beberapa
berpengaruh signifikan negatif pada model
pengujian sensitivitas untuk mengetahui
rotasi audit di periode setelah KMK. Salah
robustness dari pengujian model utama:
satu faktor yang mungkin menjadi penyebab
1. Me na mba hka n va r ia be l c orpo r a te
hasil penelitian tersebut adalah proxy yang
governance
digunakan untuk kualitas audit adalah siapa
Variabel corporate governance yang
yang menjadi auditor eksternal peusahaan.
digunakan adalah kepemilikan insti-
Penggunaan KAP Big 4 sebagai proxy kualitas
tusional dan indeks corporate governance.
audit mungkin tidak selalu merupakan proxy
Kepemilikan institusional adalah kepe-
yang tepat untuk kualitas audit di Indonesia
milikan saham perusahaan oleh institusi
(Siregar dan Utama 2008).
keuangan, seperti bank, asuransi, dana
16 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 1 - 20

pensiun, dan lain-lain. Indeks corporate audit capacity stress adalah turunnya
governance yang digunakan dalam kualitas audit dan juga berdampak pada
penelitian ini adalah indeks corporate menurunnya kualitas laba (Hansen et
governance tahun 2003 dan 2004 yang al. 2007). Audit Capacity Stress (ACS)
dipergunakan dalam penelitian Siagian, diukur untuk KAP. ACS KAP diukur
Siregar, dan Rahadian (2007) dan indeks dengan jumlah klien audit yang ditangani
corporate governance tahun 2005 dari oleh suatu KAP pada setiap tahun dibagi
IICD (Indonesian Institute for Corporate dengan total jumlah AP di KAP pada tahun
Directorship). Karena tidak terdapat indeks tersebut.
corporate governance untuk periode 4. Menentukan rotasi KAP berdasarkan
sebelum tahun 2003, maka variabel indeks Afiliasi Internasional
CG hanya akan digunakan dalam pengujian Pengujian sensitivitas berikutnya ter-
sensitivitas untuk periode setelah KMK. kait dengan penentuan rotasi KAP yang
Data indeks corporate governance tersebut didasarkan pada afiliasi internasional. Jika
juga hanya tersedia sampai tahun 2005, hanya nama KAP lokal yang berubah,
oleh karena itu akan dilakukan pengujian tetapi tidak terjadi perubahan KAP afiliasi
sensitivitas 1) hanya untuk tahun 2003- internasional maka dianggap tidak terjadi
2005 saja (indeks CG1), dan 2) untuk rotasi KAP. Rotasi KAP ditentukan
periode tahun 2003-2008, dimana untuk jika terjadi perubahan nama afiliasi
tahun 2006-2008 menggunakan indeks internasionalnya.
tahun 2005, dengan asumsi praktek Variabel CG, baik kepemilikan insti-
corporate governance di perusahaan antar tusional maupun indeks CG, tidak ada yang
tahun cukup stabil (indeks CG2). berpengaruh signifikan terhadap EM. Variabel
2. Mengganti ukuran kualitas audit dengan ACS juga tidak signifikan mempengaruhi
indeks pengungkapan EM. Hasil dari analisis sensitivitas di atas
Indeks pengungkapan yang untuk variabel jangka waktu audit dan rotasi
dipergunakan adalah indeks P3LKE audit (tidak ditabulasi) secara kualitatif tidak
dalam penelitian Siregar, Rahadian, dan berbeda jauh dengan hasil pengujian utama.
Abdullah (2009), yang mengukur tingkat
kepatuhan pengungkapan dalam laporan SIMPULAN
keuangan perusahaan publik sesuai
dengan Surat Edaran Bapepam No. SE-02/ Hasil pengujian menunjukkan adanya
PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan bukti bahwa jangka waktu audit yang terlalu
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten lama menurunkan kualitas audit (meningkatkan
dan Perusahaan Publik (P3LKE). besaran manajemen laba), tetapi terdapat
3. Menambahkan variabel Audit Capacity temuan juga bahwa jika dilakukan rotasi
Stress auditor akan menurunkan kualitas audit. Hasil
Audit Capacity Stress adalah tekanan pengujian tersebut mengindikasikan bahwa
terhadap auditor (AP) sehubungan dengan perlu ada aturan untuk mengatasi dampak
banyaknya klien audit umum yang negatif dari terlalu panjangnya jangka waktu
harus ditanganinya. Hansen et al. (2007) penugasan audit, tetapi aturan rotasi audit yang
menyatakan bahwa audit capacity stress ada saat ini sepertinya belum terlalu efektif.
juga berkaitan dengan bertambahnya klien Untuk itu regulator perlu mengevaluasi
baru yang berasal dari dibubarkannya kembali perlu tidaknya mewajibkan aturan
Anderson. Blouin et al. (2005) dan NyBerg rotasi sebagaimana terdapat dalam KMK No.
(2005) juga menyatakan hal yang serupa 423/KMK.06/2002 atau aturan tersebut perlu
berkaitan dengan bubarnya Anderson. diimplementasikan secara bersamaan dengan
Konsekuensi yang mungkin timbul dari aturan lain seperti melakukan pengawasan AP
Sylvia Veronica Siregar, Fitriany, Arie Wibowo, Viska Anggraita, Rotasi dan Kualitas... 17

dan KAP yang lebih ketat atau mengganti aturan 1. Pengembangan ilmu pengetahuan
rotasi tersebut dengan aturan lain. Walaupun Penelitian sebelumnya mengenai rotasi
mungkin dalam jangka pendek, paling tidak audit lebih banyak dilakukan di negara maju
untuk mempertahankan kepercayaan investor, dengan kondisi pasar modal yang jauh lebih
aturan rotasi tersebut masih dapat diberlakukan. efisien, sehingga penelitian dalam konteks
Untuk periode ke depan, regulator perlu Indonesia sebagai negara berkembang menjadi
merumuskan mekanisme lain atau aturan lain penting. Hasil penelitian ini akan menambah
agar kualitas audit dapat meningkat. bukti empiris mengenai hubungan antara
Kualitas audit yang digunakan dalam jangka waktu audit, rotasi audit, dan kualitas
penelitian ini adalah proksi (yaitu menggunakan audit dalam konteks negara berkembang.
akrual diskresioner sebagai proksi dari kualitas Penelitian ini menemukan adanya bukti
uudit), bukan pengukuran langsung dari kualitas hubungan concave antara kualitas audit dan
audit. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat tenure audit.
mencari pengukuran kualitas audit yang 2. Pengembangan regulasi jasa akuntan publik
bersifat langsung seperti tingkat kepatuhan Bagi Departemen Keuangan dan IAI,
perusahaan pada Standar Profesional Akuntan penelitian ini juga diharapkan dapat memberi
Publik (SPAP). masukan bagi pengembangan regulasi
Pada penelitian ini yang diperhitungkan jasa akuntan publik untuk meningkatkan
sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas independensi akuntan publik dan meningkatkan
audit adalah jangka waktu audit, rotasi audit, kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan
spesialisasi auditor, ukuran KAP (Big 4 atau bahwa rotasi audit maupun pembatasan jangka
bukan) ukuran perusahaan, tingkat leverage waktu penugasan berpengaruh negatif terhadap
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan kualitas audit. Maka untuk itu disarankan,
CG. Karena keterbatasan waktu dan periode perlu membuat kebijakan lainnya agar kualitas
audit dapat meningkat misalnya inspeksi
dikeluarkannya aturan mengenai GCG di
dan pengawasan yang ketat dan reguler oleh
Indonesia baru mulai sekitar tahun 2000,
otoritas (PPAJP Kementerian Keuangan,
maka pada penelitian ini faktor CG yang
Bapepam-LK, dan IAPI). Atau dapat juga
diperhitungkan sepanjang periode penelitian
dengan memberlakukan aturan rotasi staf
(1999 – 2008) hanya kepemilikan institusional,
audit terutama manager in charge karena yang
sedangkan indeks CG hanya diteliti pada tahun
berhubungan langsung dengan klien adalah
tertentu saja. Penelitian berikutnya dapat
manager in charge. KAP juga perlu menyadari
memasukkan variabel lain yang diperkirakan
bahwa peningkatan pengendalian mutu KAP
mempengaruhi kualitas audit seperti efektivitas
harus dilakukan dengan sungguh-sungguh demi
komite audit dan dewan komisaris, maupun
menjaga kepercayaan publik pada profesi ini.
efektivitas internal audit.
Rendahnya kualitas audit diduga juga
DAFTAR PUSTAKA
disebabkan karena lemahnya penerapan
corporate governance. Pada penelitian ini Albrecth, W.D. and Richardson, F.M. 1990.
CG hanya sebagai variabel kontrol, sehingga Income Smoothing by Economy Sector.
di penelitian selanjutnya dapat juga dilakukan Journal of Business Finance and
pengujian dengan menggunakan CG sebagai Accounting, 17(5), 713-730.
variabel yang memoderasi hubungan antara Balsam, S., Bartov, E., and Marquardt, C.
jangka waktu penugasan audit terhadap 2002. Accruals Management, Investor
kualitas audit. Sophistication, and Equity Valuation:
Penelitian ini diharapkan dapat membe- Evidence from 10-Q Fillings. Journal of
rikan kontribusi sebagai berikut: Accounting Research, 40 (4), 987-1012.
18 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 1 - 20

Becker, C.L., Defond, M.L., Jiambalvo, J., and Fajri, T.N. 2009. Analisis Pengaruh Praktik
Subramanyam, K.R. 1998. The Effect Rotasi Audit terhadap Kualitas Audit:
of Audit Quality on Earnings Management. Studi Empiris Perusahaan Manufaktur
Contemporary Accounting Research, 15, 1-24. di Indonesia. Skripsi, Fakultas Ekonomi
Carcello, J.V., and Nagy, A.L. 2004. Audit Universitas Indonesia.
Fanny, M., dan Siregar, S. 2007. Pengaruh
Firm Tenure and Fraudulent Financial
Pergantian dan Jangka Waktu Penugasan
Reporting. Auditing: A Journal of Practice
Auditor terhadap Kualitas Laba: Studi
and Theory, 23(2), 55-69. pada Emiten Bursa Efek Jakarta. Paper
Chen, C-Y., Lin, C-J., and Lin, Y-C. (2004). dipresentasikan pada acara The 1st
Audit Partner Tenure, Audit Firm Tenure Accounting Conference. Universitas
and Discretionary Accruals: Does Long Indonesia, Jakarta.
Auditor Tenure Impair Earnings Quality? Ferguson, A., and D. Stokes. 2002. Brand Name
Working Paper, Hong Kong University of Audit Pricing, Industry Specialization
Science and Technology. and Industry Leadership Premiums Post
Choi, J. H., and R. Doogar. 2005. Auditor Big 8 and Big 6 Mergers. Contemporary
Tenure and Audit Quality: Evidence from Accounting Research 19, 77-110.
Going-concern Qualifications Issued Fitriany, 2010. Analisis Komprehensif
Pengaruh Kompetensi dan Independensi
during 1996-2001. Working Paper,
Akuntan Publik terhadap Kualitas Audit.
Hong Kong University of Science and Disertasi, Program Pasca Sarjana Ilmu
Technology, University of Illinois at Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas
Urbana-Champaign. Indonesia.
Chung, H. (2004), Selective Mandatory Auditor Fitriany dan Wibowo, A. 2009. Perlukah
Rotation and Audit Quality: an Empirical Regulasi KAP di Indonesia?. Laporan
Investigation of Auditor Designation Project Grant Departemen Akuntansi FEUI.
Policy in Korea. Working paper. Francis, J.R. and Krishnan, J.. 1999. Accounting
Craswell, A.T., Francis, J.R., and Taylor, S.L. Accruals and Auditor Reporting
1995. Auditor Brand Name Reputations Conservatism. Contemporary Accounting
and Industry Specializations. Journal of Research 16, 135-165.
Francis, J.R., Maydew, E.L., and Sparks, H.C. 1999.
Accounting and Economics, 20 (3), 297-322.
The Role of Big 6 Auditors in the Credible
Davis, R., Soo, B. and Trompeter, G. 2002.
Reporting of Accruals. Auditing: A Journal of
Auditor Tenure, Auditor Independence and Practice and Theory, 18, 17-34.
Earnings Management. Working Paper, Geiger, M.A. and Raghunandan, K. 2002.
Boston College, Boston, MA. Auditor Tenure and Audit Reporting
DeAngelo, L. E. 1981. Auditor Size and Audit Failures. Auditing: A Journal of Practice
Quality. Journal of Accounting and and Theory, 21 (1), 67-78.
Economics, 3 (1), 167-175. Gietzmann, M.B., and Sen, P.K. 2002. Improving
Dechow, P.M., Sloan, R.G., dan Sweeney, A.P. Auditor Independence through Selective
1995. Detecting Earnings Management. Mandatory Rotation. International Journal
The Accounting Review, 70 (2), 193-225. of Auditing, 6, 183-210.
Dechow, P. M., Sloan, R. G. and Sweeney, A. Hermawan, A.A. 2009. Pengaruh Efektifitas
Dewan Komisaris dan Komite Audit,
P. 1996. Causes and Consequences of
Kepemilikan oleh Keluarga, dan Peran
Earnings Manipulation: An Analysis of
Monitoring Bank Terhadap Kandungan
Firms Subject to Enforcement Actions Informasi Laba. Disertasi, Program
by the SEC. Contemporary Accounting Pasca Sarjana Ilmu Akuntansi, Fakultas
Research, 1-36. Ekonomi Universitas Indonesia.
Sylvia Veronica Siregar, Fitriany, Arie Wibowo, Viska Anggraita, Rotasi dan Kualitas... 19

Hoyle, J. 1978. Mandatory Auditor Rotation: Mautz, R.K., and Sharaf, H.A. 1961. The
The Arguments and An Alternative. Philosophy of Auditing. Monograph No.
Journal of Accountancy, 145 (5), 69-78. 6. Sarasota, FL: American Accounting
Johnson, V.E., Khurana, I.K. and Reynolds, J.K. Association.
2002. Audit-Firm Tenure and the Quality McLaren, N.L. 1958. Rotation of Auditors. The
of Financial Reports. Contemporary Journal of Accountancy (July), 41-44.
Accounting Research, 19 (4), 637-660. Myers, J.N., L.A. Myers., and T.C. Omer. 2003.
Jones, J.J. 1991. Earnings Management during
Exploring the Term of the Auditor-Client
Import Relief Investigations. Journal of
Relationship and the Quality of Earnings:
Accounting Research, 29 (2), 193-228.
A Case for Mandatory Auditor Rotation?
Kasznik, R. 1999. On the Association between
Voluntary Disclosure and Earnings The Accounting Review 78 (3), 779-799.
Management. Journal of Accounting Ponemon, L.A. 1992. Auditor Underreporting
Research, 37, 57-81. of Time and Moral Reasoning: An
Khurana, I. K., dan K. K. Raman. 2004. Experimental Lab Study. Contemporary
Litigation Risk and the Financial Accounting Research, 171-189.
Reporting of Big 4 versus Non-Big4 Raghunathan, B., L. Barry., and J.H. Evans
Audits: Evidence from Anglo-American III. 1994. An Empirical Investigation of
Countries. The Accounting Review, 79 Problem Audits. Research in Accounting
(2), 473-495. Regulation 1(1), 33-58.
Kim, J.B., Min, C.K., & Yi, C.H. (2004). Auditor Raghunandan, K., and D. Rama. 1999. Auditor
Designation, Auditor Independence, and Resignations and the Market for Audit
Earnings Management: Evidence from Services. Auditing: A Journal of Practice
Korea, http://www.spk.uum.edu.my. and Theory, 18 (1): 124-134.
Kothari, S. 2001. Capital Markets Research in Scott, William. R. 2009. Financial Accounting
Accounting. Journal of Accounting and Theory. 5th Edition. Toronto: Pearson
Economics, 31 (1-3), 105-231.
Prentice-Hall.
Krishnan, G. 2003. Audit Quality and the
St. Pierre, K., and Andersen, J. 1984. An
Pricing of Discretionary Accrual.
Analysis of Factors Associated with
Auditing, 22, 109-126.
Lawsuits against Public Accountants.
Lee, B.B. and Choi, B. 2002. Company Size,
Auditor Type, and Earnings Management. The Accounting Review, 59 (1), 242-263.
Journal of Forensic Accounting , III, 27-50. Siregar, S., dan Utama, S. 2006. Pengaruh
Lord, A.T., dan DeZoort, F.T. 2001. The Impact Struktur Kepemilikan, Ukuran
of Commitment and Moral Reasoning on Perusahaan, dan Praktek Corporate
Auditors’ Responses to Social Influence Governance terhadap Pengelolaan Laba
Pressure. Accounting, Organizations and (Earnings Management). Jurnal Riset
Society, 26, 215-235. Akuntansi Indonesia, 9 (3), 307-326.
Madhogarhia, P., Sutton, N.K., and Kohers, T. Siregar, S.V. dan S. Utama. 2008. Type of
2009. Earnings Management Practices Earnings Management and the Effect
among Growth and Value Firms Applied of Ownership Structure, Firm Size,
Financial Economics, 19 (22), 1767-1778. and Corporate-Governance Practices:
Mansi, S. A., W. F. Maxwell., and D. P. Miller. Evidence from Indonesia. The
2004. Does Auditor Quality and Tenure International Journal of Accounting, 43
Matter to Investors? Evidence from the (1), 1-27.
Bond Market. Journal of Accounting
Research, 42 (4), 755-793.
20 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2011, Volume 8 - No. 1, hal 1 - 20

Siagian, F.T., S.V. Siregar, dan Y. Rahadian. Wibowo, A. dan Rossieta, H. 2009. Faktor-
2007. Hubungan antara Corporate faktor Determinasi Kualitas Audit: Suatu
Governance, Struktur Kepemilikan, Kua- Studi dengan Pendekatan Earnings Surprise
litas Pelaporan, dan Nilai perusahaan Benchmark. Paper dipresentasikan pada
– menggunakan Persamaan Simultan: acara Simposium Nasional Akuntansi 12,
Studi atas Perusahaan Publik di BEJ. Palembang.
Paper dipresentasikan pada acara 19th
APC, Paris.
Siregar, S.V., Y. Rahadian, dan I.A. Abdullah.
2009. Comprehensive Evaluation of the
Policy Implementation of Guidelines
for the Presentation and Disclosure of
Issuers and Public Companies’ Financial
Statement. Paper dipresentasikan pada
acara 2009 4A Conference, Istanbul.
Siregar, S.V., F. Amarullah, A. Wibowo, dan
V. Angraita. 2011. Audit Tenure, Auditor
Rotation, and Audit Quality: The Case of
Indonesia. Working Paper.
Teoh, S.H., Welch, I., and Wong, T.J.,
1998. Earnings Management and
t h e Underperformance of Seasoned
Equity Offrings. Journal of Financial
Economics,50, 63-99.
Teoh, S. H., dan T. J. Wong. 1993. Perceived
Auditor Quality and the Earnings
Response Coefficient. The Accounting
Review, 68 (2): 346-366.
Vanstraelen, A. 2000. Impact of Renewable
Long-term Audit Mandates on Audit
Quality. The European Accounting
Review, 9 (3), 419-443.
Verleyen, I and De Beelde, I. 2009. An
Explorative Study of the International
Consistency of Auditor Specialization.
Working Paper.
Veronica, Sylvia, dan Yanivi S Bachtiar.
2004. Good Corporate Governance
Information Asymetry and Earnings
Management. Paper dipresentasikan pada
acara Simposium Nasional Akuntansi 7,
Denpasar.
Watts, R., and J. Zimmerman. 1986. Positive
Accounting Theory. New York, NY:
Prentice Hall.

You might also like