You are on page 1of 9
Berkala fimu Kedokteran Jil. X,.No. 1, Mar 1978 MEKANISME KERJA BEBERAPA PESTISIDA DAN PENANG- GULANGAN KERACUNANNYA PADA MANUSIA” Oleh: R. H, Yudono Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta PENDAHULUAN Seperti sering kita alami, kerugian dapat timbul setelah terdapatnya suatu keuntungan. Kenyataan ini kerap kali kita jumpai di dalam kebidupan schari- hari. Juga penggunaan pestisida, yang pada permulaannya menguntungkan, dapat diikuti oleh suatu kerugian, bahkan suatu bahaya bagi kehidupan manu- sia, yaita dapat menyebabkan keracunan. Untuk menanggulangi keracunan, maka lebih dahulu diperlukan pengetahuan tentang titik tangkap dan mekanis. me kerja pestisida pada badan manusia dan kemudian berdasarkan itu menen- ‘tukan perawatannya. Perdwatannya dapat terdiri atas: — penanggulangan secara umum ~ Pengobatan secara spesifik dengan antidota kimiawi maupun farmakologis. Oleh karena pencegahan adalah selalu lebih baik daripada penyembuhan penyakit, maka juga penggunaan racun-racun untuk makluk-makluk kecil yang dinamakan hama (pest) itu, juga selalu harus diusahakan penentuan “Acceptable Daily Intake” (A.D.1.) pada manusia di samping harus diusahakan A.D.I. itu tidak terlampaui, Untuk yang terakhir ini haruslah penggunaan pestisida dilakukan jauh dari manusia. : Dengan sendirinya sayuran, buah-buahan, daging dan air susu yang ber- lemak (pestisida mudah terikat pada lemak) dan lain-lain, yang mengalami pengotoran dengan pestisida, harus lebih dulu dibersihkan. . Macam-macam pestisida: 1. Insektisida . Herbisida . Fangisida . Rodentisida . Pumigants BTA wo bo 1. Insektisida: A. Hydrokarbon ikatan Chlor (insektisida organochlorin) : B. Insektisida organophosphat C. Insektisida carbamat me A. Hydrokarbon ikatan Chlor (insektisida organochlorine): a. derivat Chlorinated Ethane ve, b. derivat Cyclodiene c. derivat Hexachlorocyclohexane 1) Simposium Pestisida di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, pada tgl. 8 Oktober 1977. 16 Berkala Ilmu Kedokteran X:1 a. Derivat Chlorinated Ethane: Macam derivat ini, yaita DDT (dichloro-diphenyl-trichlorethane, Chlorophenetane), merupakan prototype. toxis untuk serangga maupun manusia (LDS0 tikus: 100- 250 Pevig) Hanya bedanya pada insek toksisitasnya lebih Desar, terutama pada penggunaan secara topik. Sifat yang era ie sebabkan oleh karena DDT mudah menembus exoskelet serangga, sedang manusia tidak berskeleton tsb. Cara kerja DDT pada insekta mnaupun pada mammal, termasok manu: sia, bergengaruh pada susunan saraf, khasuenya pada membran neuronal: DDT bergabung dengan lecithin dan phospholipid phospholipid lain yang terdapat di dalam membran. DDT jug nekan ATP-ase dari membran. ji jadi intoksikasi akut, suatu intohsihast Walaupun jarang terjadi intoksi kronth sering terjadi, oleh karena residu DDT dapat bertaben Tama sampai berbulan-bulan) berakkumulasi di dalam tanah, . buah dan makanan hewani seperti air susu dan lemak. Konsumsi secara kronik dapat menimbulkan : bermacarn- macam antaraksi, di antaranya sebagai drug metabolizing zyme inducer”. Antaraksi itu masih veversibel, aha hepar ini hanya berupa hypertrophi retikulum endoplasmi! inggi i imentil kadang- LD5Onya tinggi sekali, maka experimentil k . kadeng digunaken nek tmengobati keracunan phenobarbital eo iri jbutazone, cortisol, dsb. (Conny et al., 1971; Rap- vat oa. pelea hal keracunan phenobarbital, Pengaruh sti: veilatif pada susunan saraf pusat mempercepat menjadi sadarnya penderita. i kan konsen- da ibu dalara masa laktasi dapat menurunl s trasi bilirubin i dalam plasma darah bayi yang ditétéki (Hazeltine, 1971). : i il ji i k mempercepat meta- erimentil juga digunakan untul a hetiome! wie bin pada kernicterus (bilirabinencephalopathia). i i i ji .da manusia, DDT da mammalia, mungkin sekali juga pa C mempenyal pengaruh stimulatif terhadap pembuatan norman ee trogen, terbukti dari berkurangnya libido sexualis dan mem a nya inammae pada laki-laki (gynecomastia), berkurangnya pro air susu ibu, dsb. all Yudono 1978 Keracunan pestisida pada manusia 7 Suatu iitohsikasi akut, dengan cara-cara pengamanan yang di- adakan pada penggunaannya di pertanian maupun di rumah- tangga, boleh dikatakan tidak pernah terjadi; kemungkinan dapat terjadinya ialah kalau ada kesengajaan (bunuh diri) atau kecelakaan (DDT keistal disangka gula). Untuk keracunan akut seorang dewasa harus makan 10 — 20 gram kristal DDT. Mulai dosis 10 mg/kg sudah dapat menyebabkan gejala-gejala keracunan ringan, Keracunan akut dengan preparat-preparat yang normaliter di- gunakan untuk keperluan ramahtangga sulit terjadi, karena sudah berupa pengecilan konsentrasi yang sangat (bubuk DDT 5 — 10%, larutan DDT dalam minyak petrol 4 — 2%). Sebagai bubuk 5 — 10%, DDT tidak dapat menembus kulit manusia, sehingga berbeda dengan pada jenis organophosphorus, dalam hal ini DDT kurang toxis. : Gejala-gejala keracunan akut ialah: paresthesia bibir, Kidah dan muka, hyperexcitabilitas, tremor, konvulsi tonik-tonik, hypo- thermia (terutama karena stimulasi supraspinal). Urut-urutan manifestasi-manifestasi_konvulsif menurut makin tingginya konsentrasi DDT di dalam otak berupa: tremor ——-> excitabilitas reflex bertambah ~——» kejang umum ~—-> konvulsi, tonik-Konik. Pada pemberian dosis lethalis, waktu antara konvulsi-konvalsi makin lama makin menjadi lebih singkat, kemudian diikuti pe- nekanan pusat pernafasan dan kematian, Di samping ini, terjadi juga penambahan pelepasan catecholamin di dalam jaringan otak maupun perifer. Terjadinya arrhytmia jantung dan kemudian fbrillasi ventrikuler dan Kematian karena itu, disebabkan juga karena myocardium menjadi lebih sensitif terhadap catecholamin. Penanggulangan keracunan insektisida organochlorin dilaku- kan dengan penanggulangan secara umum dengan memperbaiki keadaan umum penderita, memuntahkan dan mencuci lambung dan ususnya, supaya kwantum yang diabsorpsi itu berkurang. Phenobarbital, yang juga merupakan drug metabolizing en- ame inducer, sekaligus melawan konvulsi, digunakan sebagai anti- dotum farmakologis. ‘Methoxychlor: Juga suatu derivat chlorinated ethane, yang berbeda dengan DDT dalam hal: — praktis tidak beracun: LD50 tikus = 6000 mg/kg — kurang persisten di dalam alam — Kurang lama ditahan di dalam jaringan lemak dengan half-life dalam simpanan selama i — 2 minggu (DDT se- lama 6 — 12 bulan) Berkala [lmu Kedokteran K:1 Carakerja dan penanggulangan keracunannya pada manusia tidak berbeda dengan untuk DDT. b. Derivat Cyclodiene: i i iri i: Endrin, Dieldrin, Derivat, yang di antaranya terdiri dari: En » D Chlordane, ‘Arie Heptachlor, Toxaphene, dsb. itu, sesuai dengan DDT, merupakan racun yang memacu susunan saraf dan juga me- rupakan microsomal enaym inducer. Gejala-gejala_keracunannya juga serupa dengan gejala- gejala keracunan DDT, dengan perbedaan: inya ti i i jnului ge- — konvulsinya timbul lebih awal dan sering menda jala-gejala yang lebih ringan, bahkan kadang-kadang pen- derita _mengalami konvulsi tanpa didabului gejala-gejala prodromal. i i 4 tim- — derivat ini lebih toxis dan gejala-gejala keracunannya bul lebih cepat (anak umnur 4 tahun, setelah minum larutan Dieldrin 5%, sesudah 15 menit mengalami konvulsi). — derivat ini dapat diabsorpsi melalui kulit. c. Derivat Hexachlorocyclohexane: Termasuk derivat ini di antaranya terdapat: Lindane dan Mirex. Gejala-gejala keracunannya hampir serupa dengan DDT, yaitu: tremor, ataxia, konvulsi tonik-Klonik, prostrasi dan stimulasi pernafasan_———> kelumpuhan pusat pernafasan. i di h dilaporkan pada be- Degenerasi di dalam hepar dan ren telah dilap berapa ejadian fatal, Alpha- dan gamma-isomernya adalah racun yang menyebabkan konvulsi, sedang beta- dan delta-isomernya menyebabkan depressi susunan saraf pusat. leh semua golongan insek- Cara-cara penanggulangan keracunan o tisida organochiorin sama dengan penanggulangan keracunan. pada DDT. insektisi i digunakan di Yogya- Macam-macam insektisida organochlorin yang ¢ akan y karta adalah: DDT, Endosulfan (Thiodan), Endrin, Dieldrin, Aldrin, Fenitrothion (Sumithion) dan Dichlorvos (Phosphit). B. Insektisida Organophosphat i ii FP), sebagai Sesudah ditemukan Diisopropylfluorophosphat (D) a cholinesterase inhibitor yang irreversibel untuk keperluan therapi, di antaranya pada narrow angle glaucoma, maka effek toksiknya kemu- dian digunakan untuk membunuh serangga. ‘Yudono 1978 Keracunan pestisida pada manusia 19 Insektisida golongan ini yang pertama kali digunakan ialah: Tetraethilpyrophosphat (TEPP), yang telah ditemukan di Jerman dan digunakan selama perang dunia ke-II sebagai pengganti nikotin. Karena juga toxis sekali untuk mammalia dan karena tidak stabil pada lingkungan basah, maka dicari preparat lain dan ditemukan Parathion yang lebih stabil. Preparat-preparat selanjutnya yang ditemukan setelah itu ternyata juga tetap toksis. Macam-macam insektisida organophosphat yang digunakan di Yogyakarta di antaranya ialah: Parathion (Phoskil), Diazinon dan Fenthion (Lebaycide). Cara kerjanya: Insektisida golongan organophosphat, pada serangga maupun pada manusia, berpengaruh sebagai penekan cholinesterase yang irre- versibel, schingga dalam waktu yang lama terjadi stimulasi yang exsessif saraf cholinergis (muskarinis maupun nikotinis) dan juga di susunan saraf pusat, karena adanya kumulasi acetylcholine, Pengaruh muskarinis mengenai otot polos, otot jantung dan kelenjar-kelenjar, sedang pengaruh nikotinis otot skelet dan ganglia autonom (sympathis maupun parasympathis), Dalam susunan saraf pusat, suatu akkumulasi acetylcholine ber- pengaruh: menimbulkan ketegangan, rasa takut, gelisah, tidak dapat tidur, pening, instabilitas emosionil, neurosis, kerap mimpi buruk, apathi, bingung, bicara tidak jelas, tremor, ataxia, kejang-kejang, kelemahan umum dan depressi dari pusat pernafasan dan kardiovas, kuler. Sebab langsung kematian adalah asphyxia, yang disebabkan oleh Penekanan pusat pernafasan, bronkokonstriksi dan paralyse depolari- sasi Karena pengaruh nikotinis yang exsessif terhadap otot-ocot per- nafasan dan berhentinya jantun; Gejala-gejala keracunan mulai tampak antara beberapa menit sampai 2 a 8 jam sctelah terjadinya keracunan. Lamanya gejala-gejala- nya 1 sampai 5 hari. Keracunan akut yang fatal, jika tidak diobati, akan membawa kematian dalam 24 jam. Effek-effek lohal karena debu aerosol dapat terjadi: pada mata: miosis, spasme pada akkomodasi dan lakrimasi; pada tractus resptratortus: bronchokonstriksi, bronchosekresi, nasal discharge, hyperemia nasal dan sesak nafas: pada kultt: teanspirasi dan fasciculasi; pada tractus gastrointestinalis: hypersalivasi, sekresi Jendir lam- bung dan usus yang berlebihan, kolik dan diarrhea, Pengikatan acetylcholinesterase: Organophosphorus insectisides me- nyebabkan phosphorylasi yang irreversibel acetyicholinesterase. 20 Berkala {Imu Kedokteran X:1 Dephosphorylasi dilakukan dengan menggunakan derivat Oxime: di antaranya 2-Pyridine Aldoxime Methiodile (2-PAM), Diacetylmo- noxime (DAM) dan Monoisonitrosoacetone (MINA). Serine $ Serine ZN cheno fer, poss fe Y prox (YOR SN a wv . ° \ chs “ Aceryicholinesterase Acetylcholinsterase yang telah dibuat aktitkembali 0g phesparyted Diagnose dan Penanggulangan Keracunannya Dari gejala-gejala cholinergis yang exsessif (karena tertekannya cholinesterase oleh insektisida organophosphat) dapat diketahui bahwa seorang penderita adalah korban keracunan yang disebabkan oleh obat-obat penekan cholinesterase yang irreversibel. Diagnose ini dapat lebih, ditegakkan dengan menggunakan Thin Layer Chromatography dan alat-alat lain yang memeriksa adanya cholinesterase seperti Tinto- meter, Acholest Test, pH-meter, dsb. Penanggulangannya dimulai dengan pengobatan terhadap ke- adaan umum yang membahayakan hidup penderita: penekanan ter- hadap pusat pernafasan. Keadaan ini ditolong dengan respirasi buatan ditambah dengan antidotum acetylcholine, yaitu: atropine 2 — 4 mg intravenousa, yang dapat diulangi tiap 5 — 10 menit, Dosis atropine ini memang harus besar sekali (normalnya 0,5 mg), karena penderita yang keracunan acetylcholine ini mempunyai toleransi terhadap atro- pine. Setelah diberi atropin, kemudian disusulkan 2-PAM dengan dosis 1 gram dan diberikan intravenousa pelan-pelan untuk meregenerasi- kan cholinesterase. Dapat ditambahkan di sini bahwa kulit, pakaian dan tempat-tempat sekitar korban harus juga dicuci dengan sabun, yang tidak hanya membersihkan inscktisida organophosphatnya, akan tetapi juga menghydrolysenya, Juga selaput lendir mata, hidung dan mulut perlu dicuci bersih dari insektisida tersebut. Macam-macam insektisida organophosphat yang digunakan di Yogyakarta di antaranya ialah: Parathion (Phoskil), Diazinon dan Fenthion (Lebaycide). : . Insektisida Carbamat Cara kerjanya serupa dengan insektisida organophosphat, yaitu menekan acetylcholinesterase, sehingga gejala-gejala juga disebabkan karena pengaruh acetylcholine yang excessif; gejala-gejala yang di- maksudkan di antaranya ialah: hyperlacrimasi, hypersalivasi, miosis, konvulsi, depressi pusat-pusat pernafasan dan vasomotorik. Perla diperhatikan adanya effek teratogenik dan cloudy swelling sel-sel tubuli contorti renis pada percobaan pada binatang, yang mung- kin juga ditimbulkan pada manusia. Yudono 1978 Keracunan pestisida pada manusia 21 Pada penanggulangan keracunan insektisi 8 f id etlckoyarelatifreversibel, tidak peta der 2PAM, bakes bilaens diberikan, dapat memperkeras effek beracunnya insektisida carbamat, df antaranya Carbaryl, Hl itt dk dikes sebabnya. Jadi pada keracunan oleh insektisida ini cukup dib ik an atropine dan kalau perlu, juga pernafasan buatan. poco Macam-macam insektisida carbamat di Mi antaranya: yang dij . xan i Yogyakarta: Carbaryl Sevin) dan Aldicarb (Temik), dan yang fain: Propoxur (Baygon), Mobam dan Zectran, san Yan 2, Herbisida Di negara yang sudah maju dalam 10 ini isi rival insektisida dalam hal diperlukan oleh roel int herbs merupakan Walaupun pada umumnya dasar memati JY matikan tumbuh-tumbuhan i peiasipny | berbeda dengan mematikan hewan, sehingga dapat dpe thi ma iorne is bagi manusia, akan tetapi adakalanya terjadi juga er nan, eracunan yang fatal pada manusia. me 8s Reracunan Macam-macam herbisida: A. Ikatan-ikatan Chlorophenoxy B. - » Dinitrophenol c. » Carbamat D. " Urea E, ” Triazine Fr. ” Amide G. » Bipyridyl. A. Ikatan-ikatan Chlorophenoxy Yang paling populer iatah: 2, 4-Dichl . uler i 12, 4. loro phenox: tic acte Trichlorophenoxyacetie acid sebagai gatamn serag dan ester-coternpe ngelong. an herbisida ini digunakan teratam: terhi lebar dan semak-semak di pinggir ‘alan bean ‘imbul-tambuhan berdaun Cara kerjanya golongan ini i | pada manusia belum diketahui i peréobaan pada binatang memperlihatkan bahwa Kematiannys debating rena fibrillasi ventrikuler. ae decbabian mening a costs yang lebih rendah, maka sebelum mati, binatang percoba: ae ms Kan: ‘eXakuan extremitates, ataxia, paralyse dan coma. Kel in ita ‘adang-kadang terdapat irritasi.lambung, gangguan hi , gangguan ginal 4 igguan hepar dan gangguan Penting juga untuk diketahui adan : ya effek teratogeni i Rercobaan, yang disebabkan oleh kontaminan tetrachlonrlibeneaicain vane usia juga it itis "tke Pada: juga dapat menyebabkan dermatitis yang berat pada applkast '. Penanggulangan keracunanny ifik tidak di ilakokan secara umum dan symptomatia, Pn oe Siketabul dau hanya 22 Berkala Ilmu Kedokteran X:1 B. Ikatan-ikatan Dinitrophenol Digunakan dalam bentuk Dinitrophenol saja atau dalam bentuk garamnya atau amine-amine alifatiknya atau alkali-alkalinya. Gejala-gejala keracunannya berupa nausea, distensi ventriculus, gelisah, kulit hangat dan merah, banyak berkeringat, respirasi cepat, demam, tachy- cardia, cyanosis, collaps dan coma, Proses peracunan ini berlaku cepat dan berakhir dengan kematian setelah 24 —~ 48 jam. Cara kerjanya tidak diketahui dengan pasti, mungkin menaikkan derajat tmetabolisme. Penanggulangannya dilakukan secara umum dan symptomatis. C. Ikatan-ikatan Carbamat Dengan Propham dan Barbane sebagai contoh-contohnya, herbisida ini kurang menunjukkan korban-korban keracunannya. LD50 pada tikus dan kelinci sudah menunjukkan babwa Propham itu tidak toksis untuk mammalia, yaitu: 5000 mg/kg. Barbane agak toxis, yaitu dengan LD60:600 mg/kg. Penanggulangannya dilakukan secara umum dan symptomatis. D. Ikatan-ikatan Urea Sesuai dengan ikatan-ikatan carbamat, ikatan-ikatan urea ini boleh di- katakan tidak toksis, LD 50 untuk tikus; 3000 mg/kg. E. Ikatan-ikatan Triazine Simazine boleh dikatakan non-toksis untuk mencit, tikus, kelinci, ayam dan burung dara, akan tetapi toksis uncuk domba dan sapi. Sebaliknya adalah halnya dengan Atrazine, yang toxis untuk tikus dan kurang toksis untuk domba dan sapi. Amitrole, walaupun tidak tergolong ikatan-ikatan Triazine, akan tetapi struktur molekulnya menyerupai Triazine. Herbisida ini mempunyai toxisitas yang rendah sekali, LD50 untuk tikus dan mencit: 15000 — 25000 mg/kg. Selain itu Amitrole juga bereffek anti-thyroid kuat dan dapat menyebab- kan adenoma dan adenocarcinoma pada kelenjar thyroid; karenaaya, walau- pun tidak toxis untuk manusia, macam ini dilarang juga untuk digunakan. Selanjuinya, oleh karena struktur molekul ikatan-ikatan Triazine ini menye- rupai molekul Amitrole, maka untuk amannya, ikatan-ikatan Triazine lebih baik tidak digunakan. F. Ikatan-ikatan Amide Beberapa derivat aniline yang diesterkan dengan asam-asam organik, yang digolongkan ke dalam ikatan-ikatan amide ini, termasuk golongan yang kurang toxis. Dengan insektisida organophosphat untuk pertama kali terjadi suatu antaraksi yang berupa potensiasi. Dasarnya: Organophosphat menekan hydrolyse herbisida ini. Yudono 1978 Keracunan pestisida pada manusia 23 Kejadiannya adalah sebagai berikut: Propani i i : panil, suatu ikata: mematikan tumbuh-tumabuhan yang terdapat di sawah tanpa mmematiken gat Ini disebabkan karena padi pengandung acylamidase yang dapat meghan, lyse Propanil menjadi 3,4-dichloroaniline dan asam propiteat, teeny Sebaliknya, suatu hydrolyse Propanil sadi der aes smenyebabkan methemoglobinemia. 8G Gevivat aniline ostru muda Penanggula . tomatic, ngan keracunamnya hanya dilakukan secara umum dan symp- G. Tkatan-ikatan Bipyridy): Yang banyak digunakan adalah: Paraquat dan Diquat, Dalam kejadian-kejadian kecelakaan dan b i jac unuh dirt des paca autopsi sering terdapat perobahan-perobahan di dalam pepe boat 7 ginjal, beberapa di antaranya juga menunjukkan adanya myocwditis, Yang paling menyolok ialah adam benyy Yan danya perobahan pathologi i- Seu Slam Ban pam, cela aun fret dengan ponies me ’ bey trasi-1 tit jadi ink penderita meninggal karena gangguan respec ot Pada Kejadian Pemasukan Paraquat per oral menyebabkan Sangguan gastrointestinal, Berbeda dengan pada Paraquat pada Diquat kurang terdapat perobahan. perobahan di dalam Paru-pary, jantun; i inj; dapat hyperexsitabilitas yang: ‘midah mye e eee anya kenutama ter. Chlormequat terutama men) “ hlo r yebabkan_perobahan- i pada ginjal. Cara kerjanya belum diketahui, Penangeatane Fane cle um dan symptomatis, shang Nanya secara Sebaliknya suatu hydrolyse Propani ‘adi deck as menyebabkan methemoglobinen, ropanil menjadi derivat anilin justru mudah Kejadian lain tidak ‘membukei Tait ikan, bahwa ki encegah terjadinya depress susunan sarat purat den hen ato oe oP ngannya hanya dilakukan secara umum dan symptomatis; on” * SMEB™ 3. Fungisida Yang dimaksudkan di sini ial; isi aksud lah fungisida yang di; hoop i bibit dan hasil tumbuh-tumbu bas. opin oetan nba funginida Pa 2a manus dak dibicarakan di sini karena tidak tonie jika de . entuan, Juga fungisida tumbuh-tumbuhan 2 pada umumnya tidak toxis, kecuali , ‘ curiam,“ Uali beberapa golongan, yaitu: derivat yang mengandung mer- Keracunan terjadi bilam; isi term: a i ‘ana fungisida golongan ini i ga mange a ieearanya: fangguan pade susunan vanaf pase eee ie fareew nae place tee ypoplasi dan atrophi Jayingan otak karena 24 Berkala [lmu Kedokteran X:1 Beberapa fungisida seperti Captan dan Folpet, karena mempunyai per- samaan strukturil dengan Thalidomide diperkirakan mempunyai sifat ¢erato- gen. Pentachlorophenol suatu fungisida yang juga berpengaruh sebagai herbi- sida dan insektésida mempunyai sifat-sifat seperti ikatan-ikatan Dinitrophenol, yaitu menaikkan derajat metabolistne. Hexachlorobenaene (sifat-sifatnya tidak sama dengan Hexachlorocyclo- hexane (Lindane)) beracun dengan menyebabkan kelainan-kelainan pada kulit yang berat seperti bullae, atrophi, dsb. dan juga menyebabkan alopecia. Penanggulangannya hanya dilakukan secara umum dan symptomatis. 4, Rodentisida Zat-zat kimiawi termasuk golongan ini digunakan untuk membunuh tikus dan mencit. Walaupun digunakan untuk membunuh mammalia, akan tetapi berhubung adanya perbedaan physiologis, maka rodentiside biasanya kurang tonis untuk mammatia lain termasuk manusia, Juga, karena rodentisida itu biasanya tidak disebar, melainkan dibubuh- kan pada makanan jebakan bagi redentia di tempat-tempat yang tidak mudah dicapai oleh manusia, maka kemungkinan terjadinya keracunan pada manusja sangat kurang. Terjadinya keracunan disebabkan karena kecelakaan dan karena usaha bunuh dirt. a. Warfarin Rodentisida ini termasuk derivat Coumarin, suatu antikoagulan pada manusia. Zat kimia ini berkompetisi dengan wtamzn K di dalam memacu pem- buatan prothrombine di dalam hati, Cara kerjanya ialah: menghabishan prothrombine dan merusak dinding capillaria, sehingga rodentia itu mengalamé perdarahan di seluruh badan yang menyebabkan kematiannya. Penanggulangannya dilakukan secara umum dan symptomatis dan de- ngan memberi transfusi darah dan dengan memberikan vitamin K. Selain Warfarin digunakan juga Coumafuryl, yang termasuk derivat Cou- marin, dan Diphacinone dan Pindone, yang tergolong derivat Indandione Guga golongan antikoagulan untuk manvsia). b. Red Squill Bahan-bahan aktifnya berupa glykosida yang bereffek kardiotonik seperti digitalis. Selain glykosida, terdapat juga zat-zat yang memacu pusat muntah, sehingga emisisnya mengurangi dosis glykosida pada manusia. Rodentia tidak sensitif terhadap pengaruh muntahnya, sehingga men- dapat seluruh kwantum glykosida: seéllaren 4 dan scillaren B dan ini berakibat binatang pengerat itu mati karena fibrillasi ventrikuler dan konvulsi. a i i ‘Yudono 1978 Keracunan pestisida pada manusia 25 Cara kerjanya: memperkuat otot jantung, mem ili . e . ipetkuat kontraktilitas otot jantung, memacu vagus jantung dan mengacau konduksi impuls di jantung. Penanggulangan keracunannya pada manusia dilakukan seca g e ta umum dan symptomatis dengan di antaranya memberikan ouiniai j menggunakan defibrillator listrik. on quinidine dex jog dengan c. Norbormide Pengaruhnya berupa pemacuan rece indi ga Ptor pada otot polos dinding arterio- Jae, Hal ini menyebabkan vasokonstriksi irreversibel, yang selanjutnya berakiber kematian karena ischemia pada alat-alat vital. Karena receptor Norbormide ini berbeda dengan receptor catecholamines : pada manusia, maka manusia tidak sensitif terhadap pengeruh wodean i (Norbormide tidak beracun untuk manusia), = 4. Natrium Fluoroacetat (Ci ic Netra Fe (Compound 1080) dan Flucroacetamide (Com- Rodentisida ini seal entisia tnt termasuk golongan yang poten, akan tetapi juga toxis Cara kerjanya: menekan cyclus asam citrat, Ketera: : zym A dari badan bercampur dengan Natrium Flooreacetat mented Flee, aceryl Coenzym A —->- Dengan oxaloacetat terjadi fluorocitrat, yang enc a aconitase, se! j@ menekan perobahan citrat menjadi isocitrat, vumulasi citrat ini menekan cyclus asam citrat, Penckanan cyclus asam citrat berakibat gangguan jantung, cyanosis, konvulsi dan kematian, ya I i disebabkan oleh fibrillasi ventrikuler dan kelumpuhan pusat pernafacmn, = TDSO manusia: 2 — 10 mg/kg (Pattison, 1959). Anjing mati karena konvulsi dan paralysis respiratoar, akan tetapi manu- ae kuda dan kelinci mati karena fibrillasi ventrikuler (Brockmann, Penanggulangan keracunannya, selain sec; ra umum dan symptomatis, ggul » sel al di pt juga dilakukan dengan cara inhibisi kompetitif dengan pemberian acetat yang ©. Alpha Naphthyl Thiourea (ANTU) Rodentisida ini tidak begitu toxis untuk manusia. Cara kerjanya: Bereaksi den, anya: B gan gugusan sulfhydryl, Hal ini i Iwpatan bagian dari efck toisya. Rodentsida in’ terutana bere neh a capillaria pulmonal dan karena itu menimbulk yang massif dan transudasi Pleural. LD50 tikus: 3 imgikg, tose mungkin juga LD50 manusia: 4000 mg/kg. , era ean Penanggulangan keracunanny i ; ya dapat dilakuk: mati dan dengan memberikan sulfhyni group Blocking eects ee 26 Berkala [Imu Kedokteran X:1 {. Strychnine Sulfat Cara kerjanya zat kimiawi yang tersohor merupakan racun bagi semua binatang dan manusia ini berpengaruh menekan jalan-jalan hambatan ter- hadap impuls pyramidal melalui medulla spinalis. Akibatnya ialah: suatu penurunan nilai ambang untuk pacuan pada pusat reflex dan penderita yang keracunan berada dalam keadaan konvulsi tetanis, jika terkena impuls-impuls ringan saja. Penanggulangan keracunannya dilakukan secara umum, symptomatis dan dengan memberikan antidota farmakologis berupa derivat-derivat barbi- turat. g- Rodentisida anorganik Jenis racun untuk rodentia ini tidak lagi banyak digunakan, karena tidak adanya perbedaan dalam sensitivitas antara rodentia dan manusia (toxis untuk manusia). Zink Phosphide dan Aluminium Phosphide: Pengarubnya, sebagai Phosphine (PH), irritatif dan menyebabkan irzi- tasi gastrointestinal yang berat dan ederna pulmonum yang fatal. Untuk keracunannya tidak terdapat cara-cara penanggulangan yang spe- sifik, Thallium Sulfat: Gara kerjanya tidak diketahui dengan pasti. Akibat keracunannya: irritasi gastrointestinal dan degenerasi-degenerasi di otak, hepar dan ren, paralyse motocik dan kematian karena paralyse per- nafasan. Penanggulangan keracunannya baru dicoba pada binatang percobaan dengan pemberian Diethyldithiocarbamat untuk mempercepat exkresi Thalli- um (Hayes, 1963). Phospor: Cara kerjanya: Zat ini menyebabkan irritasi yang berat pada tractus gas- trointestinalis sammpai dapat menimbulkan perdarahan. Muntahnya bersinar dan berbau seperti bawang. Pengaruh systemik yang fatal berakibat berhenti- nya jantung dan ini dapat terjadi dalam 24 jam. Jika penderita tidak meninggal dalam 24 jam, maka penderita dapat juga meninggal kemudian, karenanekrose atau karena atrophi akut kuning hati. Penanggulangan keracunannya: Mencuci lambung dengan antidotum kimiawi: CuSO4, KMnO4, dan HOg (garam tembaga membungkus bagian phosphor dengan CuP2). Terhadap shock dan acidosis, yang mungkin terjadi, diberikan infus dan elektrolit-elektrolit untuk mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit. Yudono 1978 Keracunan pestisida pada manusia 27 Barium Carbonat: Cara kerjanya: Barium irritatif sckali, sehin, ; 5 gga dapat menyebabka: i diarthea dan perdarahan tractus gastrointestinalis; juga dapat perpensen musculotropik. pada tot-otot dinding arteriolae (menyebabkan_hypertensi berat) dan pada jantung (menimbulkan denyut-denyut yang irreguier dan ke- matian karena berhentinya jantung dalam keadaan systole). Penanggulangan keracunannya: Mempresipitasikan Bati i oleh Magnesium sulfat atau Natrium sulfat dan secara syeoptneadee ee Arsentrioxyde: terhadap tractus digestivus, sehingga da i tl 5 ‘pat menyebabkan kolik, di; perdaraban di dalam Saluran pencernaan, Pada kulit “Anenttioade dene nee dermatitis, hyperkeratosis dan hyperpigmentasi dan kadang lang juga berkelanjutan sampai ke at: i in juga sampal eyebabker ean sampai Ke atrofi dan degenerasi dan mungkin juga Penanggulangan keracunannya: S i mengeeelangan era wmannye jecara umum, symptomatis dan dengan 5. Fumigants Digunakan terhadap binatang-bi idak disukai i: roden tia, insekea, nematoda, dil sekaligus, Pang SGOK disuhal seperti: roden- Biasanya berupa gas atau cairan atau b; ~paska: Kimia berupa gas (famo = asap) seperti: h tatian padat yang melepaskan sat — methylbromide (gas dalam cylinder) — Hydrogencyani ion ony” cyanide (gas berasal dari cairan Ca (CN), + Heo _,, — acrylonitrile — carbondisulfide — carbon tetrachloride — chloropicrin — ethylen dibromide — ethylen oxide — phosphine Gejala-gejaia keracunannya: Methyloromide: — malaise, pening, nausea, Vornitus — gangguan penglihatan — edema pulmonum — konvulsi Klonik dan tonik gia, Tibi ronal tonik dan » myalgia, libido berkurang, 28 Berkala IImu Kedokteran X:1 Phosphine Acrylonitrile Chloropicrin Ethylene oxide Ethylene dibromide gejala-gejalanya berupa reaksi inflammatoar di tractus respiratorius. Cara-cara kerja: Methylbromide mengandung methylasi gugusan sulfhydryl dari cysteine, glutathion dan enzym-enzym. Gejala-gejala psykhiatris dan neurologis sentral diperkirakan disebabkan oleh methylasi gugusan-gugusan sulfhydryl yang essen- siil untuk oksidasi cellulair jaringan saraf, Fumigants lain bersifat irritatif, sehingga menimbulkan reaksi-reaksi inflamamatoar di jalan pernafasan. Penanggulangan keracunannya tak diketahui, kecuali secara umum dan symptomatis. Antaraksi: Kombinasi antara organophosphorus dan pestisida lain dengan tujuan mengurangi kemungkinan timbulnya resistensi dapat memperkuat potensi dan toxisitas pestisida tsb. Organophosphorus menekan enzym yang menghydrolyse organophos- phorus lain (kombinasi antara 2 organophosphorus insektisida}, Dalam kombi- nasi dengan herbisida, organophosphorus juga menekan hydrolyse herbisida, sehingga herbisida bertambah poten dan toxi Insektisida organochloride sebaliknya dapat mengurangi potensi toxisitas pestisida lain, karena seperti DDT misalnya merupakan mécrosomal drug meta- bolizing enzyme inducer, schingga DDT sendiri maupun pestisida lain dapat lebih dimetabolisasi oleh enzym-enzym mikrosomal tsb. Selain itu, dapat juga organophosphorus berkurang potensi dan toxisitas- nya sebagai cholinesterase inhibitor, karena kompetitif mengikat receptor lain, sehingga cholinesterase tak terikat secara irreversibel. RINGKASAN Meskipun pestisida digunakan untuk membunuh pest (= hama atau peng- hidupan yang tak disukai), zat itu juga toxis terhadap jenis-jenis makluk yang tak dituja, termasuk manusia. Memang keracunan-keracunan akut atau kro- nik oleh pestisida betul-betul terjadi, Keracunan-keracunan itu biasanya ter- jadi sebagai hasil terkenanya orang dalam melakukan pekerjaan penyemprotan pestisida tsb. atau karena pemakaian yang tak hati-hati, karena penyalahguna- an atau karena penggunaan yang salah. Seperti pada penggunaan tiap zat kimiawi yang merugikan, penggunaan pestisida harus memperhitungkan keseimbangan antara keuntungan yang di- harapkan dan kemungkinan risiko yang merugikan kesehatan manusia atau degradasi kwalitas lingkungan. Yudono 1978 Keracunan pestisida pada manusia 29 Bayangan kelaparan massal yang disebabkan oleh ke ngan oleh Serangga dan tumbuh-tumbuhan Pengganggu dite an soal kerugian yang mungkin terjadi terhadap beberapa anggota pendudukese, bagai hasil penggunaan insektisida, jelas menunjukkan suatu keuntungan dari ggunaan insektisida kalau dihitung orang-orangnya yang kesehatan dan Kesejahteraannya telah dilindungi. Sama halnya dengan keadaan di mana penyakit-penyakit yang dijangkitkan oleh vector-vector merupakan bahaya yang besar bagi kesehatan sejumlah besar penduduk dan di mana penggunaan tisida kimiawi untuk menumpas vector-vector penyakit itu merupakan suatu tindakan yang berhasil, pemakaian zat-zat kimiawi ini jelas dibenarkan. Untuk beberapa golongan pestisida mckanisme n 2 i peracunannya dapat di- mengerti dengan baik, akan tetapi untuk golongan yang lain hanya ada vedint atau sama Sekali tidak ada keterangan tentang cara meracuninya Mengenai perawatannya, seperti dapat dih: i sekarang tentang pathogencais, juga tidak selala merdah wenn ne perawatan yang benar. Dengan alasan ini, maka jika mungkin, kita lebih bal, mencegah daripada merawat keracunan karena insektisida atau jika terpake menggunakan pestisida, kita memilih yang tidak toxis atau yang sudah dike. tahui penanggulangan keracunannya, ¥ ne SUMMARY Although the pesticides are for the Silt g Purpose of killing pest (= unwanted forms of life ate also toxic to many non-target species, including man. In fact acute or ehronic poison je Pesticides does occur, ‘This is usually the result of occupational exposures or caves suse oF mishandling of the pesticides, meee wees misuse or As with the use of any potentially injuri i bs | eth the ijurious chemical substance, the use of into consideration the balance of the benefits that may be expected versus the pecitle sina tohumman healeh or to degradation of environmental quality. poser com The prospect of mass starvation due co destruction of food crops by insects and noxious weeds compared he quesion oe posible injury to a few members ofthe population as a result ofthe use i an advantage of pesticide use in term: whose health and welfare are protected. Similarly where vector borne arenes wren maior Ce tothe hea th of sarge human populations and where the use of chemical Pesticides o destroy the ese dise: is licatic : dloarly indinneed 8" & # Successful procedure, the application of these chemicals seems ro be For some groups of pesticides the m i For : fechanism of toxic action is well there is ete or essentially no information concerning the way of intoxication ee bor for ether KEPUSTAKAAN Cassarewe, L, J., & Dull, J. 1 LS, 1, J. 1975 T¢ Mc te i yl Golstne., New York, COED The Basie Science of Potions. Macmillan Publishing Deichman, W. B.1972 Toxicology of » W. Be DDT ‘i i nap Med re acl of and related chlorinated hydrocarbon pesticides. J. Oc- 30 Berkala [mu Kedokteran X:1 Ehrlich, P. R., & Ehtlich, A. H. 1970 Population, Resources, Environment; Issues in Human Eco} fogy, 2nd ed. W. H, Freeman and Company, San Francisco. Goodman, L.'S., & Gillman, A. 1975 The Pharmacological Basis of Therapeutics, 5th ed. Mac| mitlan Publishing Co., Inc,, New York, Hayes, W. J.,Jr. 1969 Pesticides and human toxicity. Ann. N, ¥. Acad. Sci., 160:40-54. , Durham, W. F., & Cueto, C., fr. 1955 The effect of known repeaced oral dose of chloro:! phenathane (DDT) in man.J. dm, Med. Ass. 162:890-97, Kimbrough, R. D. 1978 Review of roxicity of hexachlorophene, including its neuroroxicity. J. Clin. | Pharmacol. 18: 439-44. Lockhart, J. D. 1972 How toxic is hexachlorophene? Paediatrica 50 :229-35. Sell, J. L., & Davidson, K, L, 1978 Changes in the activities of hepatic microsomal enzymes co [ ‘by DDT and dieldiin. Proc. Fedn. Am. Socs Exp. Biol. 32-2008 -2008, 1 les. Med. J, Aust. 2:148-9| Simpson, G. R., & Bermingham, S. 1977 Poisoning by carbamate pest

You might also like