You are on page 1of 38
\GIAN ILMU KESEHATAN THT-KL BBI' [ SAKULTAS KEDOKTERAN, ERSITAS HASANUDDIN SSAR PENATALAKSANAAN FRAKTUR OS NASAL Oleh: Abdul Qadar Punagi Dibawakan pada acara Pelatihan Deteksi Dini Kanker Nasofaring Kerjasama Perhati-KL Sulselra, Bag. THT-KL FK UNHAS, FKM UNHAS RS.Dr.Wahidin Sudirohusodo, Dinas Kesehatan Prpp.Sulawesi Selatan dengan Netherland Cancer Instute Yang diselenggarakan di Makassar, 16 Juli 2011 BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011 SERTIFILAT MENCE Salinan/Foto Diberikan kepada : Dr. dr.Abdul Qadar Punagi, Sp. eT g \ SS Atas partisipasinya sebagai: > X Es Pemblicara Svan Kamsul Ane, Sp An-KIC.kAKy j MP 19670524 199503 1 001 Pada ~~ * a Pelatihan Deteksi Dini Kanker Nasofaring Kerjasama Perhati-KL Sulselra, Bag. THT-KL_FK UNHA: , 'S,RS. dr. Wahidin Sudirohusodo, Dinas Kesehatan Prop. Sulawesi Selatan dent land Cancer Institute ssar, 16 Juli 2011 Yang diselenggar. Representative NKI-AVL ¥% Renske Fles Akreditasi DI No. O82/IDI-WIL/SS/VIZ011/CPD —Peserta::8 SKP. Pembicara:8 SKP. Panitia:2 SKP PENATALAKSANAAN FRAKTUR OS NASAL Abdul Qadar Punagi Departemen IImu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ABSTRAK : Fraktur nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka, namun fraktur nasal sering tidak terdioagnosa dan diobati pada saat cedera. Fraktur nasal sering menyebabkan deformitas septum nasal karena adanya pergeseran septum dan fraktur septum. Foto rontgen dari arah lateral dapat menunjang diagnosis. Fraktur tulang hidung harus cepat direposisi dengan anestesi lokal dan imobilisasi dilakukan dengan memasukkan tampon kedalam lubang hidung dan dipertahankan dalam 3 - 4 hari, patahan dapat dilindungi dengan gips tipis berbentuk kupu - kupu untuk 1 - 2 minggu. Penatalaksanaan Fraktur nasal antara lain dapat di lakukan dengan reduksi tertutup, reduksi terbuka dan septorinoplasti tergantungh dari cedera pada hidung. Kata kunei : Fraktur nasal, reduksi terbuka, reduksi tertutup, septorinoplasti ABSTRACT : Nasal fracture is the most common fracture in the face of trauma, but the nasal fractures are often not diagnosed and treated at the time of injury. Nasal fracture frequently cause nasal septum deformity due to a shift in the septum and septum fracture. X-rays of the lateral direction ‘can support the diagnosis. Nasal bone fracture should be quickly repositioned with local anesthesia and immobilization is done by inserting a tampon into the nostrils and maintained in 3-4 days, the fault can be protected with a thin plaster shaped butterfly - butterfly for 1-2 weeks. Management of nasal fractures among others can be done with closed reduction, open reduction and septorinoplasti depending on the injury to the nose. Keywords: nasal fractures, open reduction, closed reduction, septorinoplasti PENDAHULUAN Fraktur nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka, namun fraktur sal sering tidak terdiagnosa dan diobati pada saat cedera. Pada kasus trauma wajah sekitar 40% ah fraktur nasal. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan dibagian anterior wajah merupakan satu faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya fraktur jika terdapat trauma pada 1 Fraktur nasal merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh trauma yang ditandai patahnya tulang hidung baik sederhana maupun kominunitiva. Fraktur nasal pada orang a dijumpai pada kasus berkelahi, trauma akibat olahraga, jatuh dan kecelakaan lalu lintas, fangkan pada anak-anak sering disebabkan karena bermain dan olahraga. ? Fraktur nasal dapat ditemukan dan berhubungan dengan fraktur tulang wajah yang lain. karena itu fraktur nasal sering tidak terdiagnosa dan tidak mendapat penanganan karena beberapa pasien sering tidak menunjukan gejala klinis. Jenis fraktur nasal tergantung pada pukulan yang mengenai hidung. Fraktur lateral biasanya merupakan fraktur nasal tertutup ng mencapai tulang frontalis dan maksilaris. ' Fraktur nasal sering menyebabkan deformitas septum nasal karena adanya pergeseran m dan fraktur septum. Pada jenis fraktur nasal kominunitiva, processus frontalis os maksila lamina prependikularis os ethmoidalis dan vomer biasanya mengalami fraktur. Fraktur os biasanya disebabkan oleh trauma langsung. Pada pemeriksaan di dapatkan pembengkakan, isynyeri tekan dan teraba garis fraktur. Foto rontagen dari arah lateral dapat menunjang agnosis. Fraktur tulang ini harus cepat direposisi dengan anestesi local dan imobilisasi dengan memasukan tampon ke dalam lubang hidung dan dipertahankan dalam 3-4 ri. Patahan dapat dilindungi dengan gips tipis berbentuk kupu-kupu untuk 1-2 minggu.** Fraktur dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka atau tertutup, tergantung pada tegritas mukosa. Identidikasi awal dan penanganan cedera di awal periode juga penting untuk hindari ? ‘Pemeriksaan Rinoskopi Anterior Edema akut dapat menyembunyikan fraktur hidung, sehingga pencarian yang seksama tuk cedera intranasal harus dilakukan. ** Pencahayaan yang cukup harus tersedia, dan pasien harus ditempatkan dalam posisi ing. Perdarahan dapat dikontrol dengan kapas topikal yang direndam dalam konstriktor, seperti fenilefrin 0.25% atau kokain 4% yang juga berefek anestesi. Pembekuan harus dihapus dengan suction atau swabbing. > Klinisi harus mencari setiap deformitas atau hematoma septum, namun deviasi septum. secara otomatis menentukan fraktur. Diperkirakan 33-50 % dari populasi biasanya iliki defek septum. **° ratorium Dalam kasus dengan jumlah yang signifikan perdarahan atau di mana pasien mungkin jerlukan intervensi operasi , tes darah berikut harus diperoleh: >* * Sel darah lengkap (CBC): Untuk memeriksa hemoglobin dan platelet © Pemeriksaan Koagulasi (PT / APTT) ‘* Golongan darah, apabila dibutuhkan transfusi darah iologi Pemeriksaan radiologi jarang dibutuhkan pada fraktur nasal tanpa komplikasi. iksaan X-ray tidak dapat mengidentifikasi disrupsi kartilago sehingga dokter dapat salah jinterpretasikan linea sutura normal sebagai fraktur tanpa pergeseran.° a. X-ray posisi Water Posisi Water (oksipitomental) mungkin merupakan posisi terbaik untuk mengamati fraktur fasial secara keseluruhan. Gambar diambil pada posisi posteroanterior, dengan Jinea canthomeatal pada sudut membentuk hampir 37° relatif terhadap permukaan film. Dengan posisi ini dapat dilihat orbita, maksila, arkus zigomatikum, pyramid dorsalis, dinding, lateral nasal, dan septum. Tanda-tanda kelainan yang dapat dilihat berupa abnormalitas septum nasal dan arkus. Adanya deviasi, perpindahan posisi dengan 19 angulasi yang tajam, dan pembengkakan jaringan lunak merupakan tanda mungkin terjadinya fraktur. '* >. X-ray posisi lateral (profilogam) Posisi lateral diperoleh dengan posisi linea infraorbitomeatal parallel terhadap ‘ransverses dari film dan linea intrapupilaris tegak lurus terhadap plat kamera. Posi paling bagus dalam membedakan fraktur lama dan baru dar tulang nasal. Adanya garis pende, lusen hingga korteks anterior dari tulang nasal, dengan diikuti atau tanpa diikuti pergeseran, merupakan tanda fraktur. Evaluasi zona udara perlu dilakukan, zona udara seringkali hilang setelah trauma. '* . CT-Sean kepala, CT scan diindikasikan apabila dicurigai terjadi fraktur NOE (naso orbito etmoidal) untuk menyingkirkan terjadinya trauma intracranial dan fraktur periorbital. CT scan juga "* PENATALAKSANAAN Jika fraktur hidung tidak dikoreksi dapat menyebabkan hilangnya integritas struktural dan i perubahan jaringan lunak dapat menyebabkan gangguan penampilan dan gangguan si. Pengelolaan fraktur hidung hanya didasarkan pada penilaian fungsi Klinis dan lan, schingga pemeriksaan fisik secara menyeluruh dari hidung yang telah diberikan congestan adalah yang terpenting. ** Pasien dengan fraktur hidung yang mengalami pendarahan hebat dari hidung membuat riksaan agak sulit. Perdarahan pertama harus dikendalikan oleh nasal packing. Pasien- ini juga mengalami pembengkakan dorsum hidung, membuat penilaian juga sulit. Pasien- jen ini harus dikelola secara konservatif selama 3 minggu hingga edema berkurang untuk ilaian yang tepat dari adanya cedera tulang. Menurut Cummins, reduksi fraktur harus bila evaluasi yang akurat dan manipulasi tulang hidung dapat dilakukan; biasanya 20 waktu 5-10 hari pada orang dewasa dan 3-7 hari pada anak-anak. Reduksi idealnya segera setelah cedera sebelum edema terbentuk. Jika edema telah terbentuk, ditunggu edema mereda karena sulit untuk memastikan keberhasilan dari reduksi jika ada edema. juksi Tertutup Adalah modalitas pengobatan yang paling disukai dalam semua fase akut fraktur tulang ig. Bahkan jika deviasi yang terjadi terlihat besar, reduksi tertutup dapat dicoba sebelum i hidur.g karena hal ini akan mempermudah dokter bedah plastik. © i untuk reduksi tertutup menurut Bailey: © 1, Unilateral / Bilateral fraktur tulang hidung 2. Fraktur kompleks septum hidung dengan deviasi hidung kurang dari setengah dari lebar jembatan hidung (bridge). fe 2 tet rr et ek tecenee Gambar 15. Alat yang digunakan untuk reduksi. '” Reduksi tertutup dapat dilakukan dengan anestesi lokal atau umum. Tidak ada perbedaan hasil antara operasi yang dilakukan di bawah anestesi lokal dan anestesi umum. ° Foto profil pasien preoperative adalah suatu keharusan. Hal ini akan memberikan ibaran umum tentang kecukupan reduksi. © 2 Sebagian besar dari fraktur tulang kelas I dapat ditangani dengan reduksi tertutup dan imobilisasi menggunakan Plaster of Paris. Dalam sebagian besar kasus tekanan digital saja sudah cukup.* ‘Setelah reduksi berhasil rongga hidung harus diberikan salep antibiotik dengan kasa. MAKING A Figure 5. External splint providing pressure and support. ‘Gambar 16 dan 17, Pemakaian external splint. "" ELEVATING A FRACTURED NOSE ‘Gambar 18. Reduksi tertutup."” 22 Reduksi Terbuka Indikasi:® 1. Fraktur yang luas terkait dengan dislokasi tulang hidung dan septum 2. Penyimpangan piramida hidung lebih dari setengah dari lebar jembatan hidung. 3. Fraktur dislokasi septum caudal 4. Fraktur terbuka yang melibatkan septum hidung 5. Deformitas nasal persisten bahkan setelah reduksi tertutup Reduksi terbuka lebih sering digunakan untuk semua fraktur hidung kelas Ill Masalahnya adalah meskipun tulang hidung dapat direduksi, tulang yang berdekatan (komponen Jabirin ethmoidal) tidak dapat menyokong tulang hidung karena sifatnya rapuh. Rekonstruksi dan Stabilisasi tabula anterior dari os frontal lebih baik dilakkukan agar dapat menyokong bagian fulang hidung lainnya. Yang lalu pemasangan kawat trans nasal (transnasal wires) digunakan ‘untuk memperbaiki tulang hidung, namun dengan adanya plates and screws memberikan ‘Pengobatan yang jauh lebih baik. ° Prosedur Ellis untuk pengelolaan fraktur hidung kelas III: ‘Tujuan dari prosedur meliputi: 1. Penyediaan paparan bedah yang memadai untuk memberikan pandangan luas dari semua ‘Komponen fraktur. 2. Ligamen kantal medial harus diidentifikasi. Ligament ini jarang mengalami avulsi dan biasanya melekat pada fragmen fraktur yang besar. Setelah diidentifikasi ligamentum harus isambungkan dan diamankan ke lacrimal crest. Hal ini akan menghindari terjadinya telecanthus. 3. Reduksi dan rekonstruksi medial orbital rim, Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan ‘Kawat transnasal 26 G. Jika menggunakan plat maka plat harus sangat tipis, jika tidak maka plat ‘akan terlihat setelah luka sembuh. 4. Rekonstruksi dinding dan lantai orbita medial dengan bone grafts 5. Realignment septum hidung ‘6. Augmentasi dorsum hidung dengan menggunakan bone grafts 7. Readaptasi jaringan lunak secara akurat dengan memakai splints. 23 Septorinoplasti Rinoplasti dirancang untuk memperbaiki penampilan hidung bagian Iuar. Tindakan ini seringkali dapat dikombinasi dengan septoplasti, untuk memperbaiki deformitas fungsional, secara internal. Pada prinsipnya, teknik rinoplasti memerlukan isolasi kerangka tulang dan tulang yrawan serta tindakan mendandani dan menata kembali struktur-struktur dibawah kondisi Tndikasi Kontraindikasi cute saddle nose akibat trauma Usia belum memasuki sekolah Fungsional: deformitas kombinasi nasal | Kondisi komorbid yang berat Jdan septum menyebabkan obstruksi Gangguanpsikiatri atau gangguan Estetika kepribadian Tabel 2. Septorinoplasti: indikasi dan kontraindikasi. '* X. KOMPLIKASI Komplikasi fraktur hidung: '2*° 1. Deformitas kosmetik (saddle nose, deformitas pig snout): sering pada pasien yang memiliki hematoma septum yang disertai cedera tulang hidung. 2. _Deviasi septum persisten 3. Kebocoran CSF 4. Edema orbita/ komplikasi 5. ‘Nasal blok / kompromi fungsi hidung ‘XI. PROGNOSIS Hampir semua fraktur hidung yang nondisplaced sembuh tanpa cacat kosmetik atau fingsional. Teknik reduksi terbuka dan tertutup menghasilkan perbaikan deformitas kosmetik. Banyak pasien juga membutuhkan rhinoplasty. >> to Thorax (19-10-2013) : ae 7 ¢ +” a -Scan Kepala potongan coronal : (18/10/2013) 25 kesan — : Tidak tampak kelainan pada foto thorax ‘Tampak perselubungan os nasal, dinding medial sinus maxillaries kanan, dinding inferior sinus frontal kanan. Perselubungan (77,7 HU) pada sinus maxillaries dan ethmoidalis kanan_serta ‘cavum nasi (77,6 HU). Conca nasalis dalam batas normal. Ostiomeatal_kompleks iri paten, kanan tertutup. Bulbus oculi yang terscan dalam batas normal. ‘Area nasofaring yang terscan dalam batas normal Kesan ‘multipelfraktur dengan hematosinus : Fraktur komunitif os nasal + hematosinus 26 Penatalaksanaan —_ : Reduksi Tertutup + Septorinoplasti Laporan Operasi: 1, Pasien berbaring terlentang dalam GA, ETT terpasang 2. Desinfeksi lapangan operasi dengan betadine, pasang dock steril 3. Identifikasi cavum nasi, tampak distokasi septum ke arah kiri 4. Lakukan reduksi tertutup dengan menggunakan forsep Walsham 5. Lakukan prosedur septorinoplasti : ~ _Infiltrasi daerah mukokutaneus junction dengan lidokain = _Insisi daerah mukokutaneus junction sekitar 3 mm, elevasi pericondrium dan periosteum, angkat bagian septum yang mengalami dislokasi -> jadikan graft ~ Lakukan insisi interkaltilago ‘© Infiltrasi di bawah kartilago lateralis superior S/ kemudian lakukan in ™ Akses dorsum nasi pars kartilago dan osseus 2 Undermined kulit dorsum nasi -> keystone area MBuat kantong untuk graft ~ _ Sisipkan graft (kartitago septum) sebagai fiksasi ~ Lakukan sublabial approach D/ untuk mengevaluasi fraktur dinding medial maxilla D/ dan appertura inferior 6. Kontrol perdarahan, perdarahan (-) Jahit luka robek pada dorsum kavum nasi 8. Jahit luka insisi suleus ginggivolabialis D/. Kontrol perdarahan, perdarahan (-) 9. Jahit luka insisi mukokutaneus junction Sf 10. Pasang tampon boorzalf pada kedua kavum nasi 11. Selipkaa selang kecil plastik pada kedua cavum nasi 12. Fiksasi luar hidung dengan gips berbentuk kupu-kupu 13. Operasi selesai. Perdarahan durante operasi + 30 ce Instruksi Post Operasi : IVED RL 28 tpm + Cefotaxime 1 gr/ 12)/ IV (skin test dulu) + Dexametason I amp/ 8)/ IV = Ranitidin 1 amp/ 8/ IV + Ketorolac I amp/ 8j/ IV 27 > Awasi tanda vital Bila sadar baik, boleh minum sedikit-sedikit Perawatan post operasi : Hari I KU : Baik IVED RL 28 tpm Perdarahan anterior (-) Cefotaxime 1 gr/ 12}/ IV Perdarahan posterior (-) Dexametason 1 amp/ 8)/ IV Udem pipi (-) Ranitidin 1 amp/ 8)/ IV Demam (-) Ketorolac | amp/ 8j/ IV Hari I KU : Baik IVED RL 28 tpm Perdarahan anterior (-) Cefotaxime 1 gr/ 12)/IV Perdarahan posterior (-) Dexametason I amp/ 8j/ IV Nyeri hidung (+) Ranitidin 1 amp/ 8j/ IV Ketorolac 1 amp/ 8j/ IV Hari III KU : Baik Afinfus, ganti oral Perdarahan anterior (-) Cefadroxyl 2 x 500 mg Perdarahan posterior (-) Metilprednisolon 3 x 4 mg Nyeri hidung (+) Asam mefenamat 3 x 500 mg Boleh rawat jalan, kontrol poli THT Kontrol hari ke-V post op. Perdarahan (-), cefalgia (-) 28 DISKUSI Seperti kebanyakan kasus fraktur os nasal disebabkan oleh perkelahian, kecelakaan lalu lintas maupun olahraga, kasus ini pun disebabkan oleh perkelahian. Kasus ini merupakan fraktur 8 nasal tipe II sesuai klasifikasi Harrison dan tipe IV klasifikasi Modifikasi Murray. Fraktur ini menyebabkan deformitas kosmetik yang signifikan, Dalam kelompok ini tidak hanya tulang hidung yang fraktur, namun prosesus frontonasal dari os maksila juga mengalami fraktur. Garis fraktur juga melibatkan septum hidung. °"' Reposisi fraktur os nasal harus segera dilakukan karena dapat menyebabkan hilangnya integritas struktural dan diikuti perubahan jaringan lunak yang menyebabkan gangguan penampilan dan gangguan fungsi. *° Dokurnentasi sebelum dan sesudah operasi secara frontal, lateral dan basal penting dilakukan untuk melihat keberhasilan operasi. Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu reduksi tertutup dan septorinoplasti. Reduksi tertutup adalah modalitas pengobatan yang paling disukai dalam semua fase akut fraktur tulang hidung. Bahkan jika deviasi yang terjadi terlihat besar, reduksi tertutup dapat dicoba sebelum operasi hidung karena hal ini akan mempermudah dokter bedah. Adapun indikasi dilakukan reduksi tertutup adalah fraktur os nasal dan dislokasi septum tertutup, fraktur ringan tanpa komunikatif os nasal dan pasien muda (clastisitas lebih baik).° Pada pasien ini terjadi fraktur Komunitif os nasal disertai dislokasi septum tertutup serta usia yang masih muda, Reduksi tertutup dengan mereposisi os nasal menggunakan forcep Walsham merupakan pilihan, Septorinoplasti dipilih sebagai prosedur operasi untuk mengubah bentuk hidung serta rekonstruksi septum untuk memperbaiki fungsional. Hal ini sesuai dengan indikasi dilakukannya septorinoplasti yaitu acute saddle nose akibat trauma, deformitas kombinasi nasal dan septum menyebabkan obstruksi serta estetika.®'*'* Graft kartilago yang dipilih pada kasus ini diambil g25,| 22 Makassar, 21 Mei 2015 Reviewer 1 Prof.Dr. us As‘ad,M.ScSp.GK NIP.19600504 198601 2.002 Reviewer 2 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN LEMBAR. HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW KARYA ILMIAH : MAKALAH Judul Karya Imiah : PENTALAKSANAAN FRAKTUR OS NASAL Penulis Makala Imiah : Abdul Qadar Punagi Identitas Jurnal Imiah :a.NamaMakalah —— : Makalah bISSN i c-Tahun Terbit 16 Juli 2011 dPenerbit Bagian Iimu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Unhas eJumlah halaman 1-30 Kategori Publikasi Karya Imiah + Forum Iimiah International (beri pada kategori yang tepat) Forum IImiah Nasional Hasil Penilaian Peer Review : Komponen ‘Nilai Maksimal Makalah | Nilai Akhir Yang dinilai 3x100% =3 Yang Diperiksa International ‘Nasional v7) 28 a.Kelengkapan unsur isi buku (10 %) a 9% ©, aA ‘bRuang lingkup dan kedalam .) pembahasan (30%) > 204 OP Kecukupan dan Kemutahiran 9 data/informasi dan metodologi (30%) 2 28% 6 Ly ‘@.Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit (30%) : 28% oy Total = (100%) 7 we a. a Makassar, 21 Mei 2014 wor 2 Prof.dr. Muh Nasrum Masi, Ph.D NIP.19670910 199603 1 001 LEMBAR VALIDASI KARYA ILMIAH A. IDENTITAS (diketik oleh oleh pengusul) ALL. Identitas pengusul (diisi oleh pengusul karya ilmiah) Nama Lengkap (tanpa gelar) : Abdul Qadar Punagi Prodi, Jurusan, Fakultas :Departemen Ilmu Kesehatan THI-KL Fakultas Kedokteran Unhas. Usulan menjadi Asisten Ahli/Lektor/LK/KG (*) dalam bidang : Guru Besar /dalam bidang limu Kesehatan THT. A.2. Identitas karyé ‘Alamat jurnal ontine Alamat repository jumnal/buku/prosiding/laporan penelitian(*): Judul artikel jurnal/buku/laporan_penelitian / Karya Llmiah (*): Penatalaksanaan Fraktur Os Nasal Judul (untuk karya bab dalam buku atau prosiding) - ‘Nama para penulis (tersusun lengkap) : Abdul Qadar Punagi Nama dan ISSN Jurnal, Vol, No, Halaman, : Halaman :1-30 Bulan dan Tahun terbit 216 Juli 2011 ISBN buku/prosiding, penerbit dan tahun terbitan ‘ Ket: (*)lingkari yang sesuai B. Asesmen (validator member centang,“Y' dan/atau member informasi yang relevan pada kotak persegi) {Ale kepeg i-uh 2005 BAA Buku/Prosiding : ISBN] valid [7] tidak valid, alasan B12Jurnal :[] sti [] fotocopy ISSN {] valid [] tidak vati, atasan Jenis : Internasional (*) [-] valid [[] tidak valid, alasan Nasional’) [valid] tidak vali alasan | Kategori (*): Jkt [Ja (Js ks [es [] xs KI : internasional bereputasi SIR: atau Infact Factor dari Thomson Reuters : K2 : internasional tidak bereputasi KG : internasional terindeks DOAJ, CABI, Copernicus Ki nasional terakreditasi dengan no SK berlaku hingga KS: nasional K6 : berbahasa internasional tapi tak memenuhi syarat jurnal internasional (*) Konsistensi : Oya [tidak fakta: ‘Terlibat Sel/-Citation Dye tidak, fakta: Ket: (*) mengacu pada pedoman Operasional PAK Kenaikan Pengkat/ Jabatan Fungsional Dosen (Dirjen Dikti, 2014) ‘le keoeafi-uh 2005 B.2 Artikel/Buku/ Laporan B24. Kemiripan judul : tidak ada ada,fakta B.22 Kesuaian pada factor kepenulisan (authorship) : Sesuai sampul/daftar ya tidak, fakta ‘Sesuai kompetensi : ef sesuai tidak sesuai, fakta Sesuai kontribusi : [Aya tidak, fakta B.2.3 Pelanggaran Etika : [7 tidak ada Jika ada pelanggaran, kategorinya adalah : Plagiasi dir, fakta : Ss Plagiasi orang lain,fakta =: Publikasi ganda, fakta : Kontributor tak berhak, fakta B24 Akurasi rujukan -[fakurat [] tak akurat Ketidak akuratan ditemukan pada : Sit ks, fakta Daftar pustaka, fakta Sitasi in-teks dan daftar pustaka, falta filekepeg uh 2005 C. Rekomendasi Karya ilmiah yang diperiksa ini diterima validator tanggal :{ 2 /— LOM [U6iea diproses tanjut [tax bina diprosesanjt dengan alasa-alasan bert yak: Validator, NIP. {filekepeg flcuh 2005

You might also like