Karya Ibmiah
STRUKTUR DAN PERANAN SEKTOR INFORMAL
DALAM EKONOMI PERKOTAAN
Oleh:
Drs. TUMPAL BUTARBUTAR
FAKULTAS. EKONOMI
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
1994KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulisa panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan kekuatan dan
kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan | penulisan
karya ilmiah ini.
Di dalam penulisan karya ilmiah ini penulis banyak
memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dan untuk itulah ingin
_ fasanya penulis’ menyampaikan rasa terimakasih yang setinggi~
_ tingginya kepada :
i. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HERP Nommengsen yang
telah banyak mendorong penulis di dalam menyelesaian tulisan
ee arit. :
‘2. Bapak Kepala Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen, Medan,
S. Kepada berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu
per satu yang kesemuanya turut membantu penulisan ini.
Akhir kata penulis sampaikan semaga tulisan ini dapat
manfaat kepada para pembaca khusuenya mahasiswa takultas:
ekonomi Universitas HKBP Nommensen.
Medan, Januari 1994
Penulis,
Drs. Tumpal ButarbutarDAFTAR IST
halaman
Pte vee f
BOR eae a
eee aa
See WRN NM Gee ys yy vs ee eee S a Sees c dct e ewes ee +
fd ater shay anerp eet atu fee ee. AR. 2 4
ore. TOUR pent t ache Peter tt PA, SE 2
DANIAURN PORTARA. suai sia ee eee s's x ete e ewan 3
2.1. Pengertian Dan Batasan Sektor Informal .... 3
2.2. Pendapat Mengenai Kehadiran Sektor Informal 9
2.3. Pilihan Kebij ANAA ce we nen e ene AS
2.4, Pekerja dan Pengganggur....sseeeececceeeees 19
IGEUBANERAN Games cle cn siv selec clases aes e-y sere? + & Zs
S.1. Tujuan Produktif
eee ace ee 24
3.2. Pekerja Sektor Informal Dalam Menyerap
WeAGGePet ae reece se cess wet ney cise teeta te 29
a
+3. Campur Tangan Pemerintah..........ceeueeeee St
KESIMPULAN DAN SARAN.......2s20ccccesececeaseeee 39
4.1. Kesimpulan .. eee a
4.2. Saran vee
Demers trata deen ess wet eae oe ao
AR PUSTAKA.
anatar Belakang.
Akibat ketidak mampusn sektor formal menyerap
kerja yang ada, maka banyak tenaga kerja memilih
di sektor informal. Usaha ini merupakan usaha yang
gan dengan sampah dan barang-barang bekas seperti
+ goni, kardus, kertas koran, besi tua, dan lain-lain.
Mg-barang tersebut dikumpulkan atau dibeli dari
@rakat, toko-toko dan perusahaan-perusahaan, yang
udian dijual untuk selaniutnya didaur ulang Gleh sektor
1 Dari penjualan tersebut mereka akan menperoleh
japatan.
Kehadiran sektor informal ternyata menimbulkan
jaan opendapat pada berbagai kalangan. Di satu pihak
@takan “bahwa kehadiran sektor informal di kota-kota
‘ing dianggap gangguan dan menimbulkan kerugian sosial,
mbulkan kemacetan jalan, — mengganggu kebersihan,
hatan dan keindahan kota (Payaman J. Simanjuntak,
ganggur dan setengah Pengganggur, Prisma =, 1985). Akan
di pihak lain menyatakan bahwa sektor informal
upakan Sarana Pengaman karena sebahagian dari mereka yang
mencari pekerjaan di sektor modern, terpaksa di
pung di sektor informal (Payaman J. Simanjuntak).Di samping itu dikatakan bahwa karakteristik sektor
informal adalah bersifat padat karya, kekeluargaan, pendi-~
dikan formal rendah dan mudah dimasuki (Sjahrir, 1985).
1.2, Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ciri-ciri sosial ekonomi pekerja-pekeria
di sektor informal.
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pen
dapatan pekerja sektor informal.BAB IT
TINJAUAN PUSTAKA.
2.1, Pengertian Dan Batasan Sektor Informal
Pada umumnya sektor informalnya selalu dikaitkan
dengan kegiatan-kegiatan ekonomi yang sifatnya di pinggiran
karena kegiatan di sektor ini biasanya didukung oleh
tan
individu-individu yang tidak memiliki persy
pendidikan, ketrampilan dan modal besar, yang merupakan
syarat utama di sektor formal. Sektor informal juga dianggap
sebagai sektor sisa di mana orang hanya akan bekerja di
sektor ini apabila pencarian usaha di sektor formal telah
mencapai jalan buntu. Akan tetapi anqgapan tersebut belam
dapat dijadikan sebagai ‘indikator dalam usaha pendefinisian
sektor informal.
Penelitian tentang sektor informal dapat dikatakan
masih pada tarap awal, oleh karena itu belum terdapat
kesepakatan di antara para ahli mengenai tolok ukur yang
paling tepat untuk digunakan sebagai petunjuk agar suatu
kegiatan dapat dipastikan termasuk informal atau tidak. Hal
ini disebabkan karena luasnya cakupan sektor informa
sehingga sulit dirumuskan secara tegas batas-batasnya. Akan
tetapi untuk sementara, salah satu cara yang memudahkanupaya mendefinisikan sektor informal adalah membuat
tasan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu
is kegiatan.
Pengertian sektor informal yang digunakan dalam
‘tulisan ini adalah sektor kegiatan ekonomi marginal (kecil-
Recilan) yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut +
- Pola kegiatanya tidak teratur, baik dalam arti waktu,
maupun — penerimaanya.
- Tidak tersentuh oleh peraturan atau ketentuan yang
ditetapkan pleh pemerintah.
- Modal, peralatan dan perlengkapan maupun — omzetnya
biasanya kecil dan diusahakan atas dasar perhitungan
harian.
= Umunya tidak mempunyai tempat usaha permanen dan terpisah
dari tempat tinggalnya.
- Tidak mempunyai keterikatan (linkages) dengan usaha yang
lain besar.
- Umnumnya ditakukan oleh dan melayani golongan masyarakat
yang berpendapatan rendah.
- Tidak mempunyai keahlian dan ketrampilan — khusus
sehingga secara luwes dapat menyerap bermacam~macam
tingkat pendidikan tenaga kerja.
- Umnumnya tiap-tiap satuan usaha mempekerjakan tenaga yangsedikit dan dari lingkungan hubungan keluarga, kenalan
atau berasal dari daerah yang sama.
Tidak mengenal sistim perbankan, pembukuan, perkreditan
dan lain sebagainya.(Prisma, 1985).
Ciri-
iri di atas merupakan batasan dalam menentukan apakah
suatu kegiatan termasuk informal atau tidak. Batasan
tersebut mengandung aspek-aspek ekonomi, sosial dan
perencanaan tata ruang. Aspek ekonomi menyangkut permodalan,
investasi, ketrampilan dan lain-lain. Aspek sosial
menyangkut penggunaan tenaga kerja keluarga, jam kerja yang
tidak menentu, asal kedaerahan dan sebaqainya. Tata ruang
menyangkut jenis kegiatan, lokasi dan
pak kegiatan
terhadap masyarakat.
Studi mengenai sektor informal ini,
bagaimana
diketahui pada awalnya diprakarsai oleh Keith Hart melalui
penelitiannya di Ghana, Afrika, Keith Hart membagi kegiatan
penduduk atas tiga kategori ; formal, informal sah dan
informal tidak sah. Kategori tersebut didasarkan atas
tingkat pendapatan, keteraturan kerja, curahan waktu d.
status hukum. Selanjutnya prakarsa Hart dikembangkan oleh
ILO (International Labour Organisation) melalui penelitian~
penelitian ; yang dilakukan di negara-negara sedang
berkembang. Penelitian Keith Hart dan ILO menghasilkan
beberapa karakteristik sektor informal yaitu bersifat padatkarya, kekeluargaan, pendidikan formal rendah, skala
kegiatan kecil, tidak ada proteksi pemerintah, keahlian dan
ketrampilan rendah, mucdah dimasuki, berubah-ubah tidak
stabil, tingkat penghasilan tidak sepenuhnya dapat
dibenarkan (Prisma,1985)
Untuk kepentingan penganalisisan, sering defenisi
konseptual seperti dijabarkan diatas, tidak mudah digunakan
sebagai dasar pengumpulan data sektor informal. Hal ini
disebabkan Karevae fmungkin saja suatu kegiatan tidak memiliki
keseluruhan ciri-ciri di atas. Dengan kata lain, suatu
kegiatan mungkin tidak memenuhi salah satu atau beberapa
Ciri diatas, akan atetapi digolongkan ke dalam sektor
informal. Oleh karena itu jalan keluar yang
ing dilakukan
untuk mengetahui sifat keinformalan dari suatu kegiatan
adalah mencari apakah salah satu atau beberapa ciri di atas
Gapat dipenuhi atau dimiliki oleh jenis kegiatan tersebut.
nm
Sebagai contoh, kegiatan pedagang berlian. Keahlian d.
ketrampilan mereka adalah menilai keaslian sesuatu permata
dan menentukan ragamnya. Keahlian tersebut tidak diperoleh
dari bangku sekolah. Akan tetapi keahlian tersebut harus
@imiliki. Kegiatan ini juga tidak bersifat padat karya
karena’ beropera
i sendiri-sendiri tanpa memerlukan orang
jain sebagai pembantu atau orang gajian. Oleh karena itukeinformalanya terletak pada tingkat pendidikan formal yang
rendah dan tidak adanya proteksi daari pemerintah.
Sektor informal biasanya dibeda-bedakan menjadi
berbagai jenis kegiatan. Hasilnya adalah berbagai jenis
pendapatan. Dan biasanya kegiatan di sektor ini adalah jenis
usaha sendiri (swausaha). Si
ara garis besar kegiatan di
sektor informal dapat digolongkan menjadi
kategori
masing-masing perdagangan, sektor jasa, industri
pengolahan, angkutan, bangunan dan sektor perbankan. Setiap
bagian terdiri lagi atas sub-sub kegiatanya misalnya :
Sektor perdagangan terdiridari : penjual makanan, penjual
barang bekas, tukang goni botot, penjual obat~obat
tradisional, penjual air, broker (perantara dan penjualan)
dan lain~lain.
Sektor jasa terdiri dari ; Pembantu rumah tangga, tukang
cukur, tukang
emir sepetu, tukang potert, montir di
bengkel, pelayan toka dan rumah makan dan lain-lain.
Sektor industri pengolahan terdiri dari : Pengrajin, buruh
kasar dan lain-lain.
Sektor angkutan terdiri dari : Pengemudi becak, pengemudi
taksi, tukang ojek (sepeda otor sewaan) dan lain-lain.
Sektor bangunan, misalnya kuli bangunan, Sektor perbankan,
misalnya rentenir.Dalam tulisan ini, secara umum dilihat bagaimana
keberadaan pekerja-pekerja yang menekuni setiap jen
pekerjaan pada kelompok tak berinduk. Jenis kegiatan ini
digolongkan ke dalam sektor informal di bidang perdagangan
barang bekas. Untuk tujuan analisis, maka jenis kegiatan
ini dianggap memiliki ciri-ciri umum sektor informal seperti
ditulis di atas.
Keinformalan keqiatan ini ditinjau dari beberapa
sebagai berikut :
i. Kegiatan usaha umumnya sederhana tidak tergantung apada
kerja sama abanyak orang dan im pembagian kerja yang
ketat.
Dengan demikian dapat ditakukan oleh perorangan. atau
keluarga.
2. Skala usaha umumnya tidak mempunyai izin. Modal usaha,
modal kerja dan omzet penjualan kecil.
S- kKegiatan ini umumnya tidak mempunyai izin usaha seperti
_ halnya dalam bentuk Firma atau Perseraan Terbatas.
4. Terbuka untuk setiap tenaga kerja dari setiap tingkatan
Pendidikan. Seseorang dapat memulai dan melakukan
kegiatan sebagai tukang goni botot jika mempunyai
keinginan dan kesediaan untuk itu.
S- Tidak mendapat proteksi, bantuan dan perlindungan kerja
dari pemerintah.2.2. Pendapat Mengenai Kahadiran Sektor Informal
sektor informal dapat dikatakan sebagai
perwujudan dari ketidak mampuan sektor formal (modern) untuk
i kehadiran
menyerap tenaga kerja yang berlebihan. Akan
sektor informal ternyata menimbulkan berbagai pendapatan
yang saling bertentangan, yakni antara pendapat yang
mengatakan dihapuskan dengan pendapat yang mengatakan sektor
informal seharugnya "dibina dan dikembangkan".
pendapat tersebut menjadi dasar pertimbangan terhadap
pilihan kebijaksanaan yang akan dilakukan.
informal
Pendapat yang mengatakan bahwa ektor
|
sebaiknya dihapuskan, di latar belakangi oleh pelaksanaan
kebijaksan.
dengan titik berat "ketertiban". Pada umunnya
arah kebijaksanaan yang dilakukan adalah : (i) menyelamatkan
fasilitas mum yang diduduki oleh pekerja sektor informal
secara tidak sah sehingga tampaknya merusak keindahan
terutama di kota-kota besar, (ii) mencegah usaha yang
mengganggu ketertiban umum, mejaga kebersihan, kesehatan dan
kelancaran lalylintas. Pangan ini muncul akibat anggapan
bahwa pekerja di sektor informal tidak mempunyai keteraturan
kerja. Misalnay pengemudi becak yang sering melanggar
rambu-rambu lalu lintas akan menyebabkan kemacetan; pengais
sampah di kota-kota akan merusak keindahan kota; pedagangima dan pedagang keliling yang mempergunakan fasilitas
sebagai tempat berjualan dan lain-lain.
tara itu, di mata pemerintah kota mereka tidak memberi
jan secara langsung berupa pajak dan pungutan yang
untuk membiayai pemeliharaan sarana dan fasilitas umum
Di sisi lain ada pendapat yang mengatakan bahwa
radaan sektor informal tidak dapat diabaikan terutama
menampung Juapan tenaga kerja yang tidak dapat diserap
sektor industri modern. Bahkan dalam masa sulit, sektor
al telah berfungsi sebagai sarana —— pengaman
juntak, 1985). Di samping itu, sektor tradisionalk ke
modern, karena sektor ini merupakan penampung pertama
ran apekerja dari sektor pertanian.
Gejala tumbubnya sektor informal sebesnarnya telah lama
adi perhatianpara ahli. Pada awalnya ada pendapat yang
takan bahwa -sektor informal adalah harga yang harus
yar pada pertumbuhan sebagai prioritas pembagunan. Latar
akang pemikiran dalam defenisi tersebut adalah
tumbuhan tertentu, kegiatan di sektor ini akan berkurang
sendirinya hingga mencapai titik keseimbangan. Oleh
itu, fungsi sektor informal sebagai sarana pengaman
ya bersifat sementara, Selanjutnya pendapat tersebutmengatakan bahwa harga yang harus dibayar ini sifatnya
sementara saja.
Kehadirian sektor informal merupakan gambaran dari
berlangsungnya dualisma sistem ekonomi. Selama kebijaksaan
ekonomi dan kebijaksanaan pembangunan sosial masih menitik~
beratkan pertumbuhan produksi nasional, maka sektor informa
tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem
. Kehidupan kegiatan sektor
ekonomi dan sosial yang ad
informalan adalah suatu kehidupana ekonomi yang’selalu ada
di semia negara.
Pada negara-negara yang mulai membangun dengan surplus
tenaga kerja yang besar, walaupuna pertumbuhan ekonomiyang
tinggidapat dicapai, akan tetapi tidak secara otomatis mampu
menyerap surplus tenaga kerja yang ada, terutama bagi
hegara-negara di mana terdapat pertumbuhan angkatan
erja
yang tinggi. Dengan latar belakang tersebut, maka sektor
informal merupakan corak kegiatan ekonomi yang selalu ada
Selanjutnya ada pandangan yang = mencoba — melihat
pertumbuhan dan keberadaan sektor informal sebagai
manifestasi dari sistem perekonomian lokal (tradisional)
karena adanya proses eksploitasi di sektor tradisional.
Dasar dari pendapatan ini adalah adanya persamaan sifat
antara informal dan tradisional seperti mekan
terjadinya
(terjadi dengan sendirinya), dan pada tipe serta jenispekerjaan yang diberi — karakteristik kecil~kecilan
(marginal). Mereka yang menyokong pendapat ini melihat bahwa
keberadaan = sektor informal akan tetap ada, dan
pertumbuhannya akan mengikuti pertumbuhan sektor industri
modern.
Di banyak negara sedang berkembang, kehadiran sektor
informal dalam kegiatan ekonomi perkotaan, nyata dan
pertumbuhanya makin pesat. Kenyataan inilah yang menimbulkan
Sanagahan terhadap anggapan yang menyatakan sektor informal
Sebagai sektor sisa (residu). Keterkaitan sektor ini dengan
aspek kesem|
atan kerja dan pengangguran serta urbanisasi,
telah mengundang peneliti dari berbagai disiplin ilmi untuk
membahasnya, sekaligus memperkaya pengertian dan wawasan
mengenai struktur dan peranan sektor informal dalam ekonomi
perkotaan. Umumnya sektor informal dianggap sebagai wadah
Penampungan tenaga kerja di mana pelaku~pelakunya dianggap
tidak akan seterusnya memengang jenis pekerjaan tersebut.
Diperkirakan bahwa mereka akan segera meninggalkannya
Bilamana terbuka kemungkinan untuk memasuki lapangan kerja
“di sektor formal, Akan tetapi pandangan tersebut tidak
Sepenuhnys dapat dibenarkan, Studi sektor’ informal tahun
976 di Jakarta menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi di sek
os
formal cukup stabil. Sejalan dengan itu, Aris Ananta’ dan
Tjiptoherijanto mengatakan bahwa : Perkenomian disektor informal relatif lebih stabil dari pada yang di
sektor formal, kerna sektor informal tidak tergantung pada
perekonomian internasional, modal yang besar, — maupun
ketrampilan yang tinggi. “Kelesuan" ekonomi relatif kurang
dirasakan di sektor informal (Prisma, 1985).
Dari uraian di atas tampaknya para peneliti cenderung
mendukung persyaratan bahwa sektor informal tidak besifat
sementara akan tetapi selalu tumbuh dan berkembang. Studi~
studi yang menolak pandangan negatif terhadap konsep sektor
informal lebih menekankan pandangan bahwa sektor ini secara
ekonomis dapat ditingkatkan efisiensinya dengan mengubah
lingkungan kerjanya daripada prestasi kerja (Riga, 1985).
Gleh karena itu, sektor informal dengan sifatnya yang padat
karya, perlu dibina dan ditertibkan dalam rangka
pengembangan usaha di sektor tersebut.
2.3. Pilihan Kebijaksanaan
Di negara-negara yang menghadapi kelebihan tenaga
kerja, salah satu kebijaksanaan yang biasa dilakukan adalah
perluasan kesempatan kerja dan mendukung sektor~sektor yang
mampu menciptakan kesempatan kerja. Akan tetapi
kebijaksanaan tersebut tidak dengan segera menunjukkan hasil
akibat adanya penyimpangan di antara tujuan dengpelaksanaan. Sektor formal (modern) pada umumnya memberi
sumbangan besar terhadap pertumbuhan produksi nasional,
tetapi sebaliknya sangat terbatas dalam penyerapan tenaga
kerja. Sehingga sebagian besar tenaga kerja memilih usaha di
-sektor informal.
Sektor formal (modern) yang mengacu pada per tumbuhan
produksi dan sektor informal yang mengacu apada penyerapan
‘tenaga kerja, merupakan dilema dalam rangka — pilihan
“kebijaksanaan. Model pembangunan ekonomi yang ada pada
umumnya hanya menganalisis sektopr modern semata-mata
Soetjipto Wirosardjono mengatakan bahwa : Intiervensi yang
dilakukan pemerintah melalui intrumen kebijakeanaan ekonomi
konvensional, hanya akan menyentuh sisi modern (ekonomi
wang) dari bekerjanya dualisme sistim ekonomi. Dari sudut
ketenaga kerjaaan dampaknya tampak sebagai usaha sia~sia
untuk mengurangi pengangguran, melalui acuan ekonometri
tentang hubungan investasi dan penyerapan tenaga kerja.
Gleh karena itu, sektor informal yang hampir mengabaikan
pengaruh modal, investasi, ketrampilan dan lain sebagainya
tampaknya tidak menarik para perencana ekonomi untuk
menanganinya. Kebijaksanaan di Bidang investasi, moneter
fiskal dan perdagangan pada uminya hanya menyentuh sektor
ekonomi modern. Karena itu pengaruhnya pada sektor
tradisional dan informal sangat kecil.Pembangunan ekonomi berusaha meningkatkan kesejahteraan
yakarat melalui peningkatan produksi yang berarti pula
ingkatan konsumsi terjadi akibat konsumei masyarakat yang
kin beraneka ragam. Spesialisasi dalam produksi
yebabkan tidak semua yang diprodukei oleh suatu
yarakat akan di konsumsi oleh masyarakat lain. Akan
dalam perkembangan selanjutnya, model pembangunan
oni Ssemakin menganalisis usaha merebut pasar di luar
ri. Karena Miveetaus di sekter modern secara tak
lakkan harus memperhatikan pasar di luar negeri
batnya alur utama produksi barang dan jase yang
silkan diabadikan pada tuntutan dinamika pasar
ernasional. Keberhasilan dari ugaha ter:
birt hanya akan
ingkatkan kesejahteraan golongan ‘yang berketrampilan
dan bermodal besar. Akibatnya kesenjangan antara
tor formal dan informal semakin melebar.
Letak masalah pokok di sektor informal adalah
tasnya ruang gerak dan makin an
lapal
di sektor tersebut sebagai akibat penghapusan beberapa
is Usaha. Karena kemampuan sektor formal (modern)
pung tenaga kerja sangat terbatas, maka terdapat luapan
stan kerja pada beberapa jenis usaha di sektor informal.
batnys tingkat produktivitas pekerja menjadi makin
ah.
aSiD a
Berdasarkan uraian di atas, yang dapat diharapkan dari
le kebijaksanaan pemerintah adalah pembinaan dan perbaikan
kondisi usaha ataupun tindakan yang mengarah kepada
terciptanya iklim usaha yang baik dengan memberikan
-kelonggaran serta meminimumkan pembatasan terhadapnya.
Sejalan dengan itu, Payaman J. Simanjuntak mengatakan
mereka yang bekerja di sektor informal perlu dibina dengan
baik supaya memberikan mamfaat yang wajar bagi mereka
“sendiri dan Ge eee aruikans kertgian ceaial - bagi
Masyarakat. Selain itu, pengembangan sektor informal juga
menaikkan pendapatan mereka yang tiadak mempunyai, modal
besar dan tidak berketrampilan tinggi. Menurut Soetjipto
Wirosardjone, bila dasar kebijaksanaan diletakkan dititik
beratnya pada penanggulangan masalah lapangan
a, maka
derap kebijaksanaannya akan bercorak utama derequiasi.
Menghilangkan sampai batas seminim mungkin rongrongan
berbagai pihak; memfasilitas kehadirannya, tanga mengorban-
kan sarana, fasilitas dan ketertiban umum kota.
Kebijaksanaan pemerintah di bidang pembinaan sektor
informal perlu dilandasi sikap dasar bahwa kehadiran se
ktor
informal perlu dan bersifat jangka panjang. Perubshan
Srientasi dan cara pandang terhadap kegiatan sektor informal
sangat dibutuhkan dan perlu disadari bahwa sektor ini sangat
banyak menyerap tenaga kerja. Di samping itu, sektor iniTkan barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat
ri. Pembinaan sektor informal dalam hubungannya
pembangunan adalah : Karena pertumbuban di sektor
al secara langsung memperbaiki kesejahteraan golongan
Jemah, maka kemajuan di sektor informal sekaligus
pendapatan nasional, walau tidak banyak, dan
Ki distribusi: pendapatan.
bagaimana dikatakan sebelumnya, hahwa kegiatan di
informal sangat beraneka ragam. "Namun usaha di
informal ini sering pula menimbulkan hal yang tidak
kan" Sehingga masalah yang dihadapi oleh masing~
usaha di sektor ini juga berbeda-beda, sesuai dengan
Ho jenis dan kemapuannya. Dengan demikian,
ganas pembinaannya juga aperlu
serbeda. Menurut
J. Simanjuntak, ada 4 pendekatan kebijaksanaan
an yaitu: Pertama, mendorong sektor-sektor yang ada
di usaha-usaha formal. dua, mM™eningkatkan kemampuan
usaha sektor informal yang sama. Ketiga, dapat
an dengan mengadakan relokasi, yaitu menempatkannya
asi baru. Keempat, mengalihkan usaha yang sama sekali
mempunyai prospek ke bidang usaha lain.
Dalam upaya mendorong sektor informal menjadi sektor
Jo tentunya membutubkan tambahan modal untuk melengkapi
silitas usaha. Misalnya sektor informal di bidang produksiantu melalui penyediaan bahan baku dan kelancaran
Akan tetapi ada juga usaha di sektor informal
s dihdpuskan, misalnya "pengemis". Dengan demikian
diadakan penilaian terhadap beberapa jenis usahan di
informal untuk menentukan apakah layak dikembangkan
seharusnya ditiadakan. Menurut Aris Ananta dan Prijono
cherijanto, keputusan untuk meniadakan atau menertibkan
uosektor informal hendaknya mempertimbangkan beberapa
agai berikeee
kah permintaan yang kuat dalam uasahan tersebut?
gan kata lain apakah masyarakat membutuhkan barang dan
a yang dihasilkan usaha tersebut.
permintaan memang tinggi, perlu dipikirkan lebih
apakah usaha tersebut dapat diterima secara
Atau apakah secara sosial masyarakat memang
“menginginkan berkembangnys usaha tersebut.
Bila permintaan tinggi dan usaha tersebut dapat diterima
secara sosial, maka usaha tersebut tentu saja perlu
dipertahankan. Pertanyaan berikutnya adalah apakha
kerugian yang ditimbulkan karena usaha tersebut?
Dasar-dasar pertimbangan di atas selanjutnya akan
ligunakan untuk menguji apakah usaha tukang doni botet layak
kembangkan sebagai suatu lapangan kerja dalam mengurangi
gangguran di perkotaan.2.4, Pekerja Dan Penganggur
Dalam usaha mengukur tingkat pengangguran terdapat
kesulitan untuk membedakan pekerja dan pengganggur. Berbagai
pendekatan yang dilakukan untuk membedakan pekerja dan
penggangur, ternyata memberikan hasil yang berbeda terhadap
‘tingkat penggangouran. Di Indonesia, dalam Sensus Penduduk
tahun 1941, orang dinyatakan bekerja bila paling sedikit 60
hari selama 6 fulan sebelum pencacahan, ia melakukan
kegiatan untuk memperoleh penghasilan. Dalam Sensus Penduduk’
tahun 1971, orang yang bekerja dengan maksud memperoleh
nghasilan paling sedikit dua hari selama seminggu sebelum
ri pencacahan, dinyatakan sebagai bekerja. Sebaliknya
ngganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau
kerja kurang dari dua hari selamia seminggu sebelum hari
neacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan, ia melakukan
egiatan untuk memperoleh penghasilan paling sedikit selama
tu jam. Pengganggur adalah mereka yang tidak bekerja sama
kali selama satu minggu sebelum pencacahan dan berusaha
neari pekerjaan.
Masalah pokok dalam usaha membedakan pekerjaan dan
nganaguran terletak pada penentuan batas jam kerja, yang
eee ebeda pans: gene (ee jan/karia yang pendek niaainya
tu jam dalam seminggu, akan memberikan tingkat
one =angguran yang rendah, Sebaliknya pemilihan jam kerja
9 panjang misalnya dua hari atau 14 jam seminggu, akan
berikan tingkat pengangguran yang relatif tinggi.
Pada perkembangan selanjutnya disusun suatu cara yang
sebut Pendekatan penggunaan tenaga kerja ditinjau dar
i jumiah jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan
19 diperoleh. Dengan menagunakan pendekatan ini maka
bedakan antara lain +
Beegetvuur yates orang yang sama sekali tidak bekerja
(openunemployed) dan berusaha mencari pekerjaan.
Setengah penganggur (under employed), yaitu mereka yang
kurang dimanfaatkan dalam bekerja (under utilized
dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan
pendapatan.
Bekerja penuh atau cukup dimanfaaatkan. Setengah
(Pengganggur (underemloyed persons) dapat digolengkan
berdasarkan jumlah jam kerja, yaitu = (i). Setengah
penganggur kentara (Visible underemployed) yakni mereka
yang bekerja kurang dari 35 jam si
minngu; dan (ii)
“Setengah — pengganggur tidak kentara (invisible
underemployed) yaitu mereka yang produktivitas kerja dan
pendapatanya rendah.
Pendekatan ini akan digunakan selanjutnya untuk mengetahu
@pakah tukang goni botot termasuk pekerja, penganqgur atau
setengah penganggur.BAR IIT
PEMBAHASAN
Kebijaksanaan~kebijaksanaan ekonomi selalu ditujukan
mempertinggi kesejahteraan dan kehidupan masyarakat
amarti yang seluas~luasnys. Kegiatan pembangunan ekonomi
lu dipandang sebagai bagian’ dari keseluruhan usaha
ngunan yang dijalankan oleh suatu masyarakwt. Menurut
6 Sukirne pengertian pembanqunan Ekonomi dinyatakan
ai berikut : Pembangunan ekonomi ekonomi sebagai suatu
yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu
@rakat akan meningkatkan dalam jangka panjang.
Sementara menurut Scemitro Djojohadikusum — bahwa
nan = ekonomi adalah : Suatu usaha memperbesar
tan perkapita dan menaikkan produktiviteit perkapita
Jalan menambah peralatan modal dan skill, atau dengan
Tain pembangunan ekonomi adalah usaha menambah
modal dan skill agar satu sama lainnya membawa
Perkapita yang lebih besar dan produktiviteit
h tinggi.
definisi si atas dapat diketahui bahwa
nM ekonomi mendapat penekanan dalam dua fakto
lal dan skill. Selanjutnya apabila kedua faktor in
tap, maka selanjutnya akan terjadilah pertumbuhan
Atas dan terwujudlah kenaikan pendapatan
21Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan
apabila hal ini terjadi di negara berkembang, faktor
dan skill merupakan faktor yana sangat — lemah,
kan faktor yang lainnya seperti tenaga kerja cukup
fia, karena pada umumnya negera sedang berkembang
at pertambahan penduduknya dari tahun ke tahun
at dengan pesat. Akibat kepadatan penduduk pada satu
mengakibatkan tenaga kerja yang ditawarkan berlebihan
ibatkan mengadakan urbanisasi ke kota untuk mencari
karena mereka ini tidak mendapatkan pekerjaan di
ya.
Dampak positip perkembangan penduduk terhadap
junan ekonomi adalah : Borongan Tain yang timbul dari
Bibengan penduduk terhadap pembangunan adalah perluasan
+ Luas pasar barang-barang dan jasa~jasa di tentukan
dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat dan
Ih penduduk. Maka apabila jumlah penduduk bertambah
sendirinya luas pasar akan bertambah pula. (Sadono,
Dilihat dari kutipan tadi, pertamban penduduk
vai peranan penting dalam kegiatan ekonomi. Tetapi
dilihat dari sisi lain, pertambahan penduduk mempunyai
negatif dalam pembanqunan ekonomi, — seper
bahan penduduk yang semakin pesat dan semakin besardahnya dio negara berkembang menyebabkan macalah dan
tan pembagunan merumitkan corak masalah dan hambatan
iguinan yang oo harus dihadapi dalam usaha untuk
rcepat pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang.
Dalam teori Klassik diyakini bahwa pengaliran tenaga
ja dari daerah miskin ke daerah kaya akan terus
apabila tingkat upah masih berbeda. Keseimbangan
tercapai apabila di dua daerah tersebut sama
Ji yaitu UK2 = UM1, yang berarti penawaran tenaga kerja
tambah menjadi S1, Tetapi apabila terus-menerus
Pindahan tenaga kerja menyebabkan timbulnya dorong-
gan abaru dalam perekonomian dan akan menaikkan
mintaan tenaga kerja menjadi D2 dengan tingkat upah UKS,
di daerah miskin perekonomian semakin lesu dan
tenaga kerja menjadi Sm. Ini mengakibatkan
emerosotan ekonomi di daerah miskin, karena umunya orang
ig berurbanisasi mempunyai pendidikan labih baik dari yang
Mggal di desa sehingga tidak ada lagi yang mengemudi
rekonomian desa.
Sementara menurut Sotjipto Wiresarjono dan Urip
Soewarno dalam bukunya Urbanisasi masalak
ta Jakarta,
Pengertian sektor informal adalah sebagai berikut +: Unit
Usaha yang berada di sektor informal semuanya termasuk ke
dalam ekonomi lamah. Lemahnya ketahanan ekonomi yang
dimilik
oleh unit usaha sektor informal k, belumMeh proteksi ekonomi dari pemerintah. Kalau
h talah menyediakan fasilitas untuk membantunya,
ini ternyata tidak dapat terjangkau oleh mereka.
jadi kesimpulan dari pembangunan ekonomi adalah
Pendapatan dalam jangka panjang mengakibatkan
Pasar serta peningkatan jumlah penduduk yang
Qleh karena penawaran tenaga kerja tidak dapat
mengakibatkan mereka berurbanisasi ke kota untuk
iki tingkat kehidupannya, sementara di kota
ttasan peluang kerja tentu ada, oleh sebab itu
mereka bekerja pada sektor informal tersebut agar
E melangsungkan kehidupannya.
Berarti bahwa dengan adanya sektor informal ini maka
pekerja (yang berurbanisasi ke kota) dapat
sungkan kehidupannya walaupun — pekerjaan yang
Jehnya tidak sesuai yang dimilikinya. Misalnya ia
SLTA pekerjaan yang ia dapat menjadi peniual koran.
Tujuan Produktif
Penyisihan pendapatan untuk tujuan non konsumtit
ah merupakan kegiatan menabung, pada 4
syarakat yang
dapatan rendah keinginan untuk menabung terbatas oleh
8 pendapatannya. Dengan demikian ia tidak dapat bisa
= 24 -
sa) ¥ xyisihkan sisa dari pendapatannya untuk menabung dan pada
tu saat dapat dipergunakan. Bagi pengusaha kegiatan
abung mempunyai tujuan yaitu memperbesar usahanya, yakni
gan meningkatkan hasil produksi melalui penambahan
tor-faktor produksi yang dibiayai oleh tabungannya.
Faktor—faktor produksi tersebut dapat diarahkan untuk
t omenghasilkan barang konsumsi kebutuhan masyarakat
fatan —menabung mempunyai tujuan dan faktor—faktor
tu. Pengorbanan dalam arti tabungan oleh masyarakat
Jah aspek yang sangat penting dalam — pembangunan
fekenomian. Untuk itu ada faktor penentu tabungan yang
BMPS Sioned clehjekeyoes yakni + Besar tabungan yang
Jakukan oleh rumah tangga bukan tergantung tinggi
dahnya bunga, ia terutama tergantung kepada bes.
Z
ilnya tingkat pendapatan yang diterima suatu rumahtangga,
in besar pendapatan yang diterima makin besar pula jumlah
ig dilakukan olehnya.
Dari pendapat di atas dapatiah dilihat faktor—faktor
gg sangat penting untuk melakukan tabungan. dadi jumlah
restasi tergantung dari banyaknya tabungan yang dilakukan
masyarakat. Produksi dan pendapatan pada pokeknya hanya
+ dinaikkan dengan lebih banyak menabung untuk tujuan
uktif. Produktivitas pada negara berkembang umumnyasebab terdapat faktor-faktor penghambat yang datang
maupun yang datang dari dalam negeri sendiri.
‘Klasifikasi negara berkembang dapat di utarakan di
jkat kehidupan yang rendah.
kat produktivitas yang rendah
‘tumbuhan populasi dan tanggungan beban yang tinggi
gkat pengangguran dan pengangguran semu yang tinggi
rgantungan = yang sangat produksi pertanian dan
eduk~ produk pokok eksport.
nasi, dipedensi dan vulnerbilitas (sifat mudah
singgung/terpengaruh) dalam bubungan internasional
Dari klasifikasi negara berkembang di atas dapat
negara tersebut mempunyai produktivitas yang
Penambahan faktor-faktor — produkei tersebut
dana, peroleh dana dapat menabung karena
pendapatan yang disisikan. Dilihat dari
ataannya kemampuan menabung yang rendah memungkinkan
luktivitas juga rendah. Produktivitas yang rendah akibat
rangan modal. Ini disebabkan kemampuan yang rendah.
ini secara terus menerus terjadi, sehingga negara
kembang menghadapi lingkaran kemiskinan yang tiada
nya.
26.untuk meningkatkan mengembangkan usaha diperlukan
latan «=o modal dan ini dapat diperoleh apabila ada
Jan, dengan kata lain setiap usaha dapat ditingkatkan
i penambahan modal, melalui tabungan yang dilakukan.
Ih ink «akan diutarakan pengertian dari tabungan
tasi) yaitu : Investasi adalah pengeluaran untuk
Q-barang yang tidak dikonsumsi sekarang, melainkan
Ih jumlah barang-barang atau alat-alat produksi.
Di negara berkembang usaha pengeluaran modal dilakukan
menambah tabungan dan memperbesar instalasi. Usaha
bersumber dari masyarakat, perugahaan maupun dari
rintah untuk membantu perekonomian dalam
vegeri.
intah dalam hal ini selalu berupaya dengan melakukan
jakeanaan fiskal. Dalam pembangunan ekonomi suatu negara
gerahan modal dalam negeri berasal dari tiga sumber,
ni dari tabungan sukarela masyarakat, — tabungan
erintah dan tabungan paksa. Yang dimaksud dengan tabungan
arela masyarakat adalah : Bagian pendapatan yang diterima
Syarakat yang secara sukarela tidak digunakan, untuk
sumsi. Masyarakat menggunakan bahagian pendapatan yang
idsk dikonsumsi tersebut untuk beberapa tujuan + disimpan
Ga tanpa digunakan (hoarding) ditabungkan dibadan-badan |
angan, dipinjamkan kepada masyarakat. Lainnya digunakanPenanaman modal yang tidak produktif, atau digunakan
penanaman modal yang produktif.
Tabungan masyarakat baru akan memberikan sumbangan
usaha pembangunan apabila para penabung menabungnya
penanaman modal, hal ini akan menaikkan jumlah barang-
dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, atau
tersebut dialihkan kebadai
badan keuangan dan
tnya badan-badan keuwangan meminjamkan modal kepada
ha yang) ingi mela
kukan penanaman modal yang
tif. Dalam mempersoalkan tabungan sukarela, perlulah
an dengan dua pengertian tu k
Aggupan menabung
ty to save) dan kemauai
menabung. Kesangqupan menabung
Kemampuan suatu masyarakat untuk mengarahkan tabungan
Ham negeri. Pada negara yang berpendapatan rendah
in omenabung kecil, disinilah kebijaksanaan fiska
dilakukan dengan pemungutan berbagai jenis pajak,
j@ksanaan ini = omerupakan salah satu usaha — untu
atkan tabungan pemerintah.
Tujuan pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah
dicapai apabila pertambahan pendapatannys meningkat
Pada pengeluaran sehingga sisa anggaran tersebut dapat
kan untuk pembangunan demi kemajuan perekonomian
ui peningkatan pendapatan dan memperluas kesempatan
ja dengan membangun proyek~proyek pemerintah, membantuPara pengusaha padat karya tu/sandal
perti pengu
dan pabrik-pabrik yang membutuhkan tenaga
S.2.Pekerja Sektor Informal Dalam Menyerap Tenaga Kerja
Pekerja sektor informal yang menjadi obyek pembahasan
dalam tulisan ini merupakan salah satu unit usaha dari
sektor informal adalah suatu kegiatan ekonomi marginal
(kecil~kecilan), berarti kegiatan sektor ini mempunyai skala
ekonomi kecil, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut +
i. Pola keyiatannya tidak teratur baik dalam arti waktu,
permodalan, maupun penerimaannya.
2. Tidak tersentuh oleh peraturan atu ketentuan yang
ditetapkan oleh pemerintah.
3. Modal, peralatan dan perlengkapan maupun omzetnya
biasanya kecil dan diusahakan atas dasar hitungan b
rian.
Umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan
terpisah dari tempat tinggalnya.
S. Tidak mempunyai keterikatan (linkages) dengan
aha lain
yang besar.
6. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat
yang berpendapatan rendah.
7. Tidak = membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus
sehingga secara lues dapat menyerap tenaga kerja
bermacam-mac
m tingkat pendidikan tenaga kerja.8. Umumnya tiap-tiap satuan usaha mempekerjakan tenaga yang
Sedikit dan dari lingkungan hubungan keluarga, kenalan
atau berasal daerah yang sama,
%- Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan
dan sebagainya (Wirosardjono, 1985).
Yang termasuk dalam sektor informal adalah golengan
ekonomi lemah, lemahnya ketahana
ekonomi yang dimiliki oleh
usaha ini karena umumnya golongan ini tidak memperoleh
proteksi dari ‘pemerintah. Apabila pemerintah telah
menyediakan fasilitas maupun bantuan modal untuk membantu
Pers pengusaha ekonomi lemah, ternyata modal maupun
fasilitas itu tidak sampai kepada me
Froteksi adalah kebijaksanaan yang dilakukan cleh pemerintah
Salam melindungi industri dalam negeri. Pembanqunan
Perekonomian, baik itu di daerah perkotaan maupun di desea
dapat dilaku
an melalui sektor industri, pertanian dan
Perdagangan demi pertumbuhan perekonomian yang mantap. Namun
peri ciri-ciri Gi atas dapat dilinhat, | parwa setiap
Pantuan/kebijaksanaan yang dilakukan pemerintah tidak pernah
fterfangkau oleh para pekerja. Kepincangan pembangunan
yang terjadi di negaracnegara berkembang di antara kota dan
desa menyebabkan ketidakmerataan pertumbuhan ekenomi.
Biasanya pembangunan selalu diprioritaskan pada daerah
Perkotaan, . sedangkan di daerah secara lambat aun.Kepincangan pembangunan diantara kota-kota, seperti halnya
ko Jakarta sebagai ibukota merupaka pusat pemerintahan,
mbangunan di
pendidikan, perdangangan dan lain~lain.
segala sektor terus menerus berjalan, sehingga permintaan
akan tenaga kerjapun meningkat sejalan dengan pembangunan.
Hal ind yang membuat rangsangan bagi masyarakat dari kota~
kota lain maupun dari desa untuk berurbanisasi dan
berimigrasi ke kota Jakarta.
Adapun alagan yang menyebabkan migran, baik dari desa
maupun dari kota kecil melanda kota Jakarta, diantara
adalah +
4. Dengan adanya sistim politik dan administrasi — yanc
terpusat di ibu kota, sehingga para penanam modal asing
lebih cenderung untuk menanam modalnya di Jakarta.
2. Dengan adanya pusat~pusat industri di tempatkan di
Jakarta sehingga dapat memberikan kemungkinan bagi yang
mencari kerja untuk datang ke Jakarta
3. Dengan adanya tanah pertanian di desa yang sudah
menyempit, sehingga banyak orang desa tidak memiliki
tanah garapan lagi (Suparmoko, 1988).
3.3, Campur Tangan Pemerintah
Feranan kebijaksanaan~kebijaksanaan pembangunan
ekonomi selalu di tujukan kepada kegiatan peningkatankesejahteraan rakyat dalam arti yang seluas~luasnya,
kegiatan pembangunan yang = dijalankan oleh sesuatu
masyarakat. Pembangunan ekonomi meliputi usaha mempertinggi
tingkat pendapatan masyarakat. Usaha-usaha pemerintah telah
banyak diusahakan untuk menciptakan pembangunan ekonomi
suatu negara, dilihat dari istilah pembangunan mempunyai
tiga sasaran sebagai berikut :
1. Meningkatkan persediaan dan memper Lue
pembagaian/pemerataan bahan-bahan pokok yang dibutuhkan
untuk bisa hidup, seperti makan, perumahan, kesehatan dan
perlindungan.
N
+ Mengangkat araf hidup, termasuk — meniambah dan
npertinggi penghasilan, penyediaan lapangan kerja yang
nad
tian yang
» Pendidikan yang lebih baik dan perh.
lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan manusi
semuann itu bukan hannya untuk memenuhi kebutuban
materi mata-mata, tetapi juga untuk mengangkat
kesadaran akan harga diri, baik individual maupun
nasional.
+ Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi
semua individual dan nasional dengan A memebebaskan
mereka dari sikap-sikap budak ketergantunga, tidak
hanya dalam hubungannya dengan orang lain dan negara-negara lain tetapi’ dari umber kebodehan dan
Penderitaan manusia. (Todaro, 1983)
pitibet Gapseeatipac di atas, sacanan — peat guna
mempunyai jangkauan yang ngat lu bagi kehidupan
Bp AA: Pare petagang kak? lina merupaken salah satu
Usaha meningkatkan produksi maupun penyerapan tenaga kerja.
Dalam meningkatkan/mengembangkan ekonomi lemah, pemerintah
Secara terus menerus memperhatikan hal—hal yang vita
melalui k
bijaksanaan, misalnya dapat dilihat dari kutipan
¥
di‘bawah ini +
pebijakeanasn Oedember 4973, kebijaksanaan perkreditan
Pemerintah pusat untuk mengembangkan usaha menengah dan
kecil sebenarnya telah di letakkan sejak Arpril 1973, Rank
gpoonesia® “cebagetlembags yang wengatur pelaksanaan
Perkreditan telah manetapkan pengaolongan Kredit inve:
menjadi empat golongan. Disamping Penggolongan pemerintah
telah pula menetapkan "target" bahwa realisasi kredi
investasi tersetut esx akan diarahkan untuk golongan I dan
47> yaitu untuk kredit sampai dengan Rp. 25 jute dan sampa
Rp. 100 juta. Alasan penggolongan maupun target tersebu
adalah untuk lebih banyak mendorong kegiatan pengusaha-
Fengusaha golongan menengah dan kecil yang hersifat padat
karya. (Mirhad, 1982),urut Anne Booth dkk, yang
Dari sisi lain, me
Baru
diterjemahkan oleh Boediono dalam bukunya Ekonomi Orde
sebagai berikut
Cara lain yang ditempuh untuk menyalurkan kredit ke bidang-
bidang yang diutamakan adalah dengan jalan menentukan
tingkat bunga pinjaman. Demikian pula kebijaksanaan plafon
Kredit ditentukan secara terperinci menurut macam kredit
yang diberikan, sehingga menentukan pula arah pemberian
Kredit tersebut. (Eremille, 1987)
rermin dari
Pembangunan ekonomi suatu negara merupakan
tingkat kesejahteraan suatu masyarakat umumnya, pengusaha
kKhususnys melalui lembaga moneter sebagai lembaga keuangan
harus memiliki kemampuan untuk memberikan modal yang
Giperlukan pengusaha, kita lihat suatu pendapat yang
menyatakan : Dalam rangka mendorong pemerataan pembangunan,
Kebijaksanaan moneter mempunyai peranan penting khususnya di
dalam meningkatkan produksi barang-barang kebutuhan pokok
masyarakat khususnya pangan, sandang dan — perumahan.
Wiajaya, 1980)
Pada dasarnya pembangunan di negara-negara berkembang
mempunyai ketimpangan-ketimpangan, baik itu bangunan
daerah maupun kegiatan ekonomi yang mempengaruhi tingkat
Pendapatan’ dari setiap masyrakat. Kebijaksanaan pemerintah
Pada umumnya untuk memeratakan pendapatan.
~ 34 -Masalah ketimpangan dalam pembagian pendapatan dapat
ditinjau dari tiga seqi, yaitu :
(Size
1. Pembangian pendapatan antara golongan pend
distribition of income) atau ketimpangan relatif.
2. Pembagian pendapatan antara daerah perkotaan dan daerah
pedesaan (Urban-rural income disparities). 3. Pembangian
pendapatan antara daerah (Regional income disparities).
Berdasarkan ketimpangan~ketimpangan yang terjadi di
masyarakat, pemerintah secara terus menerus membimbing,
memberikan penyuluhan serta bantuan fasilitas yang sangat
membantu pengusaha mengadakan prasarana maupun sarana
kelanjutan/pengembangan usaha yang masih memungkinkan dapat
memberikan sumbangan terhadap pendapatan wasyarakat,
pengusaha khususnya. Para pekerja di sekter informal yang
tidak mendapat perlindungan ekonomi, tidak — mempunyad
perjanj
an kerja jangka panjang dan barang jasa yang mereka
hagilkan merupakan barang dana jasa yang dibutuhkan
masyarakat.
Perkonomian pekerja di sekter informal tidak
tergantung kepada perekonomian internasional yang bermodal
besar, maupun ketrampilan yang tinggi, tetapi kelesuan
ekonomi sangat mempengaruhi situasi pedagang. Sejalan dengan
Pembangunan di Indonesia, segala sektor periu digerakkanpkan, peranan
Untuk mencapai pertumbunhan ekonomi yang diha
rapaian tuj
Pedagang kaki lima salah satu usaha per
tersebut.
Kebijaksanaan di bidang pembinaan pedagang pekerja di
sektor informal amatlah beragam, dapat dipahami bila
ketertiban
Pelaksanaan tersebut bertitik tolak pace
Remerintah kota terhadap kehadiran kegiatan ekonomi di
sektor informal ini ialah penyelamatan sarana dan fasilitas
mum yang ditempati secara tidak sah, mencegah usaha yang
Menggangou ‘ketertiGan umum, keindahan, kebersihan, 1a arnya
lalu-lintas, kesehatan, sementara dimata pemerintah kota
mereka tidak memberikan sumbangan ra langsung, berupa
Pajaks dan pungutan yang sah untuk membiayai Sarana dan
fasilitas umum tersebut.
Kebadiran “fekerja di sektor informal ‘ad
adalah merupak masalah bagi pemerintah untuk
menertibkannya, karena tersebar pada tempat yang dapat
@iperkenankan. Keadaan ini sangat mengganggu kelancaran
lalu-lintas dan kebersihan.
Kebijaksanaan pemerintah kepada pekerja di sektor
soforoal perlu dilan@aai @ikap dawar, dan’ Kenadiy annya. dadi
tindakan pemerintah adalah tindakan yang mengarah pada
Rerciptanya 1 lq namie kelongguea, 1 isa memperkecil
tindakan-tindakan “agar mereka bertumbuh secara wajar dansehat. Dalam pembangunan nasional tidak = realitis
merencanakan untuk menghilangkan sektor informal tersebut.
Namun apabila kebijaksanaan di titik~beratkan pada
penanggulangan masalah lapangan kerja, maka derap sekali
kebijaksanaan akan melindungi mereka dari rongrangan
berbagai pihak dan menfasilitaskan kehadirannya adalah
sangat membantu masyarakat untuk memenuhi barang dan jase
yang mereka hasilkan, baik golongan ekenomi lemah — yang
bekerja di sektor formal maupun yang bekerja di sektor
informal, namun pengalaman elalu terbentur dalam
mengembangkan usahannya yakni keterbatasan modal — yang
dimilikinya
Untuk kebijaksanaan pemerintah sangat ditutuhkan dalam
pengembangan, yakni melalui kredit-kredit deng. bunga
rendah. Bagi pengusaha kegiatan menabung mempunyai tujuan
yaitu memperbesar usahanya, yakni dengan meningkatkan hasil
produksi melalui penambahan faktor-faktor produkei yang
dibiayai oleh tabungannya.
Faktor-faktor produksi tersebut dapat diaratkan untuk
dapat menghasilkan barang kensumsi kebutuhan masyarakat.
Kegiatan = menabung mempunyai tujuan dan — faktor—faktor
Penentu. Pengorbanan dalam arti tabungan oleh masyarakat
adalah aspek yang sangat penting dalam — pembangunan
Perekenomian. Untuk itu ada faktor penentu tabungan yangdikemukakan oleh Keynes yakni : Besar tabungan yang
dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung tinggi
rendahnya bunga, ia terutama tergantung kepada bes:
kecilnya tingkat pendapatan yang diterima suatu rumahtangga,
makin besar pendapatan yang diterima makin besar pula jumlah
yang dilakukan olehnya.
Dari pendapat di atas dapatiah dilihat faktor-faktor
yang sangat penting untuk melakukan tabungan. Jadi jumlah
investasi tergantung dari banyak
nya tabungan yang dilakukan
oleh masyarakat.BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Mengingat sifat pekerjaan di sektor informal yang — mudah
dimasuki, tidak membutuhkan ketrampilan tinggi, tida
tergantung kepada besarnya modal dan lain-lain, maka pekerjaan
ini layak dibina dan dikembangkan terutama — menampung
penganggur yang berpendidikan rendah
2. Tidak ada gangguan dari masyarakat terhadap pekerja di sektor
informal sehubungan dengan pekerjaannya. Hal ini merupakan
gambaran bahwa sektor informal tidak menimbulkan kerugian
kepada masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan di sektor
informal dapat diterima secara sosial.
4.2. Saran
1. Disarankan supa
dibentuk koperasi pekerja di sektor informal
untuk menampung barang=barang agar terdapat keseragaman harga
2. Perlu di informasikan kepada pekerja di sektor informal jer
jenis barang bekas yang dapat di daur ulang.
3. Perlu diadakan pembinaan terhadap pekerja di sektor informal
tentang kesehatan karena mereka berhadapan dengan barang-
barang bekas dan sampah.4. Perlu diadakan penyuluhan tentang penggunaan pendapatan yang
mereka peroleh. Kerena pada umumnya, walaupun pendapatan
mereka tinggi, tetapi kehidupan mereka terlihat sangat
sederhana.Sagir, Suharsono, Kerangka Kebijaksanaan Perluasan Kesempatan
eleh Prijono
Kerja Dalam Dasawarsa 1983-1993, Disuntin
Tiiptoherijanto, Jakarta : LPFE - UI, 1982
Fayaman J. "Penganggur dan Setengah Penganggur”
Simanjunta
Prisma,3 198
Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta : LPFE ~ UT, i985
berapa catatan kritis"
Gjahrir, Kartini, "Sektor Informal : B
Prisma 3, 1995.
ratno dan Lincoln A@rsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi
1988.
Dan Bisnis, Yokjakarta :
Wirosardjono, Suetjipte, "“Pengertian, Ratasan Dan Masalah Sektor
Informal" Prisma 3, 1995.DAFTAR PUSTAKA
Ekonomi Dalam Sektor
Adiwiso, Riga dan Suprapto, "Perilaku
njaia Dan Pembeli, Prisma
Informal Studi Interaksi
198
@nanta, Aris dan Prijono Tjiptoherijante "Sektor Informal; Suatu
Tinjauan Ekonomi" Prisma 3, 1995.
Prospek
Arsyad, Anwar M, et. al. Ekonomi Indonesia Masalah Dan
1986,
1996/1987, Jakarta : Ul Pres
Cosmas, Masalah Ketenagakerjaan Di Indonesia, disunting
Ratubara
oleh Payaman J. Simanjuntak, Jakarta : Departemen Tenaga Kerje
ia, 1989.
Republik Indone
Il, Jakarta +
Dajan, Anto, Pengantar Metode Statistik, Jilid
1980.
LP3
dagangan Eceran
Hidayat, "Peranan Dan Profil Serta Prospek F
1987
n Pembangunan”, Prisma
(Formal dan Informal) Da
: elamat" Prisma 3, 1985
"Sektor Informal : Sang P
Juwono, Sutope,
Perekonomian
flies D. Tampubclon,
Lumbantebing, duliar
dan Universitas
Masalah dan Kebijaksanaan, M
Indonesia
HKEP Nommensen, 1991.
Manning, Chirs, et.al., Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor
Informal Di Kota, Jakarta : Gramedia,
an Sektor Informal
atan Pembin
cerbo, Hasan, et.al.,"Pen
1985
Tukang Pungut Sampah Di Bandung", Prisma