You are on page 1of 45
Karya Ibmiah STRUKTUR DAN PERANAN SEKTOR INFORMAL DALAM EKONOMI PERKOTAAN Oleh: Drs. TUMPAL BUTARBUTAR FAKULTAS. EKONOMI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 1994 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulisa panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan | penulisan karya ilmiah ini. Di dalam penulisan karya ilmiah ini penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dan untuk itulah ingin _ fasanya penulis’ menyampaikan rasa terimakasih yang setinggi~ _ tingginya kepada : i. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HERP Nommengsen yang telah banyak mendorong penulis di dalam menyelesaian tulisan ee arit. : ‘2. Bapak Kepala Perpustakaan Universitas HKBP Nommensen, Medan, S. Kepada berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang kesemuanya turut membantu penulisan ini. Akhir kata penulis sampaikan semaga tulisan ini dapat manfaat kepada para pembaca khusuenya mahasiswa takultas: ekonomi Universitas HKBP Nommensen. Medan, Januari 1994 Penulis, Drs. Tumpal Butarbutar DAFTAR IST halaman Pte vee f BOR eae a eee aa See WRN NM Gee ys yy vs ee eee S a Sees c dct e ewes ee + fd ater shay anerp eet atu fee ee. AR. 2 4 ore. TOUR pent t ache Peter tt PA, SE 2 DANIAURN PORTARA. suai sia ee eee s's x ete e ewan 3 2.1. Pengertian Dan Batasan Sektor Informal .... 3 2.2. Pendapat Mengenai Kehadiran Sektor Informal 9 2.3. Pilihan Kebij ANAA ce we nen e ene AS 2.4, Pekerja dan Pengganggur....sseeeececceeeees 19 IGEUBANERAN Games cle cn siv selec clases aes e-y sere? + & Zs S.1. Tujuan Produktif eee ace ee 24 3.2. Pekerja Sektor Informal Dalam Menyerap WeAGGePet ae reece se cess wet ney cise teeta te 29 a +3. Campur Tangan Pemerintah..........ceeueeeee St KESIMPULAN DAN SARAN.......2s20ccccesececeaseeee 39 4.1. Kesimpulan .. eee a 4.2. Saran vee Demers trata deen ess wet eae oe ao AR PUSTAKA. ana tar Belakang. Akibat ketidak mampusn sektor formal menyerap kerja yang ada, maka banyak tenaga kerja memilih di sektor informal. Usaha ini merupakan usaha yang gan dengan sampah dan barang-barang bekas seperti + goni, kardus, kertas koran, besi tua, dan lain-lain. Mg-barang tersebut dikumpulkan atau dibeli dari @rakat, toko-toko dan perusahaan-perusahaan, yang udian dijual untuk selaniutnya didaur ulang Gleh sektor 1 Dari penjualan tersebut mereka akan menperoleh japatan. Kehadiran sektor informal ternyata menimbulkan jaan opendapat pada berbagai kalangan. Di satu pihak @takan “bahwa kehadiran sektor informal di kota-kota ‘ing dianggap gangguan dan menimbulkan kerugian sosial, mbulkan kemacetan jalan, — mengganggu kebersihan, hatan dan keindahan kota (Payaman J. Simanjuntak, ganggur dan setengah Pengganggur, Prisma =, 1985). Akan di pihak lain menyatakan bahwa sektor informal upakan Sarana Pengaman karena sebahagian dari mereka yang mencari pekerjaan di sektor modern, terpaksa di pung di sektor informal (Payaman J. Simanjuntak). Di samping itu dikatakan bahwa karakteristik sektor informal adalah bersifat padat karya, kekeluargaan, pendi-~ dikan formal rendah dan mudah dimasuki (Sjahrir, 1985). 1.2, Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui ciri-ciri sosial ekonomi pekerja-pekeria di sektor informal. 2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pen dapatan pekerja sektor informal. BAB IT TINJAUAN PUSTAKA. 2.1, Pengertian Dan Batasan Sektor Informal Pada umumnya sektor informalnya selalu dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan ekonomi yang sifatnya di pinggiran karena kegiatan di sektor ini biasanya didukung oleh tan individu-individu yang tidak memiliki persy pendidikan, ketrampilan dan modal besar, yang merupakan syarat utama di sektor formal. Sektor informal juga dianggap sebagai sektor sisa di mana orang hanya akan bekerja di sektor ini apabila pencarian usaha di sektor formal telah mencapai jalan buntu. Akan tetapi anqgapan tersebut belam dapat dijadikan sebagai ‘indikator dalam usaha pendefinisian sektor informal. Penelitian tentang sektor informal dapat dikatakan masih pada tarap awal, oleh karena itu belum terdapat kesepakatan di antara para ahli mengenai tolok ukur yang paling tepat untuk digunakan sebagai petunjuk agar suatu kegiatan dapat dipastikan termasuk informal atau tidak. Hal ini disebabkan karena luasnya cakupan sektor informa sehingga sulit dirumuskan secara tegas batas-batasnya. Akan tetapi untuk sementara, salah satu cara yang memudahkan upaya mendefinisikan sektor informal adalah membuat tasan berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu is kegiatan. Pengertian sektor informal yang digunakan dalam ‘tulisan ini adalah sektor kegiatan ekonomi marginal (kecil- Recilan) yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut + - Pola kegiatanya tidak teratur, baik dalam arti waktu, maupun — penerimaanya. - Tidak tersentuh oleh peraturan atau ketentuan yang ditetapkan pleh pemerintah. - Modal, peralatan dan perlengkapan maupun — omzetnya biasanya kecil dan diusahakan atas dasar perhitungan harian. = Umunya tidak mempunyai tempat usaha permanen dan terpisah dari tempat tinggalnya. - Tidak mempunyai keterikatan (linkages) dengan usaha yang lain besar. - Umnumnya ditakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. - Tidak mempunyai keahlian dan ketrampilan — khusus sehingga secara luwes dapat menyerap bermacam~macam tingkat pendidikan tenaga kerja. - Umnumnya tiap-tiap satuan usaha mempekerjakan tenaga yang sedikit dan dari lingkungan hubungan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama. Tidak mengenal sistim perbankan, pembukuan, perkreditan dan lain sebagainya.(Prisma, 1985). Ciri- iri di atas merupakan batasan dalam menentukan apakah suatu kegiatan termasuk informal atau tidak. Batasan tersebut mengandung aspek-aspek ekonomi, sosial dan perencanaan tata ruang. Aspek ekonomi menyangkut permodalan, investasi, ketrampilan dan lain-lain. Aspek sosial menyangkut penggunaan tenaga kerja keluarga, jam kerja yang tidak menentu, asal kedaerahan dan sebaqainya. Tata ruang menyangkut jenis kegiatan, lokasi dan pak kegiatan terhadap masyarakat. Studi mengenai sektor informal ini, bagaimana diketahui pada awalnya diprakarsai oleh Keith Hart melalui penelitiannya di Ghana, Afrika, Keith Hart membagi kegiatan penduduk atas tiga kategori ; formal, informal sah dan informal tidak sah. Kategori tersebut didasarkan atas tingkat pendapatan, keteraturan kerja, curahan waktu d. status hukum. Selanjutnya prakarsa Hart dikembangkan oleh ILO (International Labour Organisation) melalui penelitian~ penelitian ; yang dilakukan di negara-negara sedang berkembang. Penelitian Keith Hart dan ILO menghasilkan beberapa karakteristik sektor informal yaitu bersifat padat karya, kekeluargaan, pendidikan formal rendah, skala kegiatan kecil, tidak ada proteksi pemerintah, keahlian dan ketrampilan rendah, mucdah dimasuki, berubah-ubah tidak stabil, tingkat penghasilan tidak sepenuhnya dapat dibenarkan (Prisma,1985) Untuk kepentingan penganalisisan, sering defenisi konseptual seperti dijabarkan diatas, tidak mudah digunakan sebagai dasar pengumpulan data sektor informal. Hal ini disebabkan Karevae fmungkin saja suatu kegiatan tidak memiliki keseluruhan ciri-ciri di atas. Dengan kata lain, suatu kegiatan mungkin tidak memenuhi salah satu atau beberapa Ciri diatas, akan atetapi digolongkan ke dalam sektor informal. Oleh karena itu jalan keluar yang ing dilakukan untuk mengetahui sifat keinformalan dari suatu kegiatan adalah mencari apakah salah satu atau beberapa ciri di atas Gapat dipenuhi atau dimiliki oleh jenis kegiatan tersebut. nm Sebagai contoh, kegiatan pedagang berlian. Keahlian d. ketrampilan mereka adalah menilai keaslian sesuatu permata dan menentukan ragamnya. Keahlian tersebut tidak diperoleh dari bangku sekolah. Akan tetapi keahlian tersebut harus @imiliki. Kegiatan ini juga tidak bersifat padat karya karena’ beropera i sendiri-sendiri tanpa memerlukan orang jain sebagai pembantu atau orang gajian. Oleh karena itu keinformalanya terletak pada tingkat pendidikan formal yang rendah dan tidak adanya proteksi daari pemerintah. Sektor informal biasanya dibeda-bedakan menjadi berbagai jenis kegiatan. Hasilnya adalah berbagai jenis pendapatan. Dan biasanya kegiatan di sektor ini adalah jenis usaha sendiri (swausaha). Si ara garis besar kegiatan di sektor informal dapat digolongkan menjadi kategori masing-masing perdagangan, sektor jasa, industri pengolahan, angkutan, bangunan dan sektor perbankan. Setiap bagian terdiri lagi atas sub-sub kegiatanya misalnya : Sektor perdagangan terdiridari : penjual makanan, penjual barang bekas, tukang goni botot, penjual obat~obat tradisional, penjual air, broker (perantara dan penjualan) dan lain~lain. Sektor jasa terdiri dari ; Pembantu rumah tangga, tukang cukur, tukang emir sepetu, tukang potert, montir di bengkel, pelayan toka dan rumah makan dan lain-lain. Sektor industri pengolahan terdiri dari : Pengrajin, buruh kasar dan lain-lain. Sektor angkutan terdiri dari : Pengemudi becak, pengemudi taksi, tukang ojek (sepeda otor sewaan) dan lain-lain. Sektor bangunan, misalnya kuli bangunan, Sektor perbankan, misalnya rentenir. Dalam tulisan ini, secara umum dilihat bagaimana keberadaan pekerja-pekerja yang menekuni setiap jen pekerjaan pada kelompok tak berinduk. Jenis kegiatan ini digolongkan ke dalam sektor informal di bidang perdagangan barang bekas. Untuk tujuan analisis, maka jenis kegiatan ini dianggap memiliki ciri-ciri umum sektor informal seperti ditulis di atas. Keinformalan keqiatan ini ditinjau dari beberapa sebagai berikut : i. Kegiatan usaha umumnya sederhana tidak tergantung apada kerja sama abanyak orang dan im pembagian kerja yang ketat. Dengan demikian dapat ditakukan oleh perorangan. atau keluarga. 2. Skala usaha umumnya tidak mempunyai izin. Modal usaha, modal kerja dan omzet penjualan kecil. S- kKegiatan ini umumnya tidak mempunyai izin usaha seperti _ halnya dalam bentuk Firma atau Perseraan Terbatas. 4. Terbuka untuk setiap tenaga kerja dari setiap tingkatan Pendidikan. Seseorang dapat memulai dan melakukan kegiatan sebagai tukang goni botot jika mempunyai keinginan dan kesediaan untuk itu. S- Tidak mendapat proteksi, bantuan dan perlindungan kerja dari pemerintah. 2.2. Pendapat Mengenai Kahadiran Sektor Informal sektor informal dapat dikatakan sebagai perwujudan dari ketidak mampuan sektor formal (modern) untuk i kehadiran menyerap tenaga kerja yang berlebihan. Akan sektor informal ternyata menimbulkan berbagai pendapatan yang saling bertentangan, yakni antara pendapat yang mengatakan dihapuskan dengan pendapat yang mengatakan sektor informal seharugnya "dibina dan dikembangkan". pendapat tersebut menjadi dasar pertimbangan terhadap pilihan kebijaksanaan yang akan dilakukan. informal Pendapat yang mengatakan bahwa ektor | sebaiknya dihapuskan, di latar belakangi oleh pelaksanaan kebijaksan. dengan titik berat "ketertiban". Pada umunnya arah kebijaksanaan yang dilakukan adalah : (i) menyelamatkan fasilitas mum yang diduduki oleh pekerja sektor informal secara tidak sah sehingga tampaknya merusak keindahan terutama di kota-kota besar, (ii) mencegah usaha yang mengganggu ketertiban umum, mejaga kebersihan, kesehatan dan kelancaran lalylintas. Pangan ini muncul akibat anggapan bahwa pekerja di sektor informal tidak mempunyai keteraturan kerja. Misalnay pengemudi becak yang sering melanggar rambu-rambu lalu lintas akan menyebabkan kemacetan; pengais sampah di kota-kota akan merusak keindahan kota; pedagang ima dan pedagang keliling yang mempergunakan fasilitas sebagai tempat berjualan dan lain-lain. tara itu, di mata pemerintah kota mereka tidak memberi jan secara langsung berupa pajak dan pungutan yang untuk membiayai pemeliharaan sarana dan fasilitas umum Di sisi lain ada pendapat yang mengatakan bahwa radaan sektor informal tidak dapat diabaikan terutama menampung Juapan tenaga kerja yang tidak dapat diserap sektor industri modern. Bahkan dalam masa sulit, sektor al telah berfungsi sebagai sarana —— pengaman juntak, 1985). Di samping itu, sektor tradisionalk ke modern, karena sektor ini merupakan penampung pertama ran apekerja dari sektor pertanian. Gejala tumbubnya sektor informal sebesnarnya telah lama adi perhatianpara ahli. Pada awalnya ada pendapat yang takan bahwa -sektor informal adalah harga yang harus yar pada pertumbuhan sebagai prioritas pembagunan. Latar akang pemikiran dalam defenisi tersebut adalah tumbuhan tertentu, kegiatan di sektor ini akan berkurang sendirinya hingga mencapai titik keseimbangan. Oleh itu, fungsi sektor informal sebagai sarana pengaman ya bersifat sementara, Selanjutnya pendapat tersebut mengatakan bahwa harga yang harus dibayar ini sifatnya sementara saja. Kehadirian sektor informal merupakan gambaran dari berlangsungnya dualisma sistem ekonomi. Selama kebijaksaan ekonomi dan kebijaksanaan pembangunan sosial masih menitik~ beratkan pertumbuhan produksi nasional, maka sektor informa tetap merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem . Kehidupan kegiatan sektor ekonomi dan sosial yang ad informalan adalah suatu kehidupana ekonomi yang’selalu ada di semia negara. Pada negara-negara yang mulai membangun dengan surplus tenaga kerja yang besar, walaupuna pertumbuhan ekonomiyang tinggidapat dicapai, akan tetapi tidak secara otomatis mampu menyerap surplus tenaga kerja yang ada, terutama bagi hegara-negara di mana terdapat pertumbuhan angkatan erja yang tinggi. Dengan latar belakang tersebut, maka sektor informal merupakan corak kegiatan ekonomi yang selalu ada Selanjutnya ada pandangan yang = mencoba — melihat pertumbuhan dan keberadaan sektor informal sebagai manifestasi dari sistem perekonomian lokal (tradisional) karena adanya proses eksploitasi di sektor tradisional. Dasar dari pendapatan ini adalah adanya persamaan sifat antara informal dan tradisional seperti mekan terjadinya (terjadi dengan sendirinya), dan pada tipe serta jenis pekerjaan yang diberi — karakteristik kecil~kecilan (marginal). Mereka yang menyokong pendapat ini melihat bahwa keberadaan = sektor informal akan tetap ada, dan pertumbuhannya akan mengikuti pertumbuhan sektor industri modern. Di banyak negara sedang berkembang, kehadiran sektor informal dalam kegiatan ekonomi perkotaan, nyata dan pertumbuhanya makin pesat. Kenyataan inilah yang menimbulkan Sanagahan terhadap anggapan yang menyatakan sektor informal Sebagai sektor sisa (residu). Keterkaitan sektor ini dengan aspek kesem| atan kerja dan pengangguran serta urbanisasi, telah mengundang peneliti dari berbagai disiplin ilmi untuk membahasnya, sekaligus memperkaya pengertian dan wawasan mengenai struktur dan peranan sektor informal dalam ekonomi perkotaan. Umumnya sektor informal dianggap sebagai wadah Penampungan tenaga kerja di mana pelaku~pelakunya dianggap tidak akan seterusnya memengang jenis pekerjaan tersebut. Diperkirakan bahwa mereka akan segera meninggalkannya Bilamana terbuka kemungkinan untuk memasuki lapangan kerja “di sektor formal, Akan tetapi pandangan tersebut tidak Sepenuhnys dapat dibenarkan, Studi sektor’ informal tahun 976 di Jakarta menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi di sek os formal cukup stabil. Sejalan dengan itu, Aris Ananta’ dan Tjiptoherijanto mengatakan bahwa : Perkenomian di sektor informal relatif lebih stabil dari pada yang di sektor formal, kerna sektor informal tidak tergantung pada perekonomian internasional, modal yang besar, — maupun ketrampilan yang tinggi. “Kelesuan" ekonomi relatif kurang dirasakan di sektor informal (Prisma, 1985). Dari uraian di atas tampaknya para peneliti cenderung mendukung persyaratan bahwa sektor informal tidak besifat sementara akan tetapi selalu tumbuh dan berkembang. Studi~ studi yang menolak pandangan negatif terhadap konsep sektor informal lebih menekankan pandangan bahwa sektor ini secara ekonomis dapat ditingkatkan efisiensinya dengan mengubah lingkungan kerjanya daripada prestasi kerja (Riga, 1985). Gleh karena itu, sektor informal dengan sifatnya yang padat karya, perlu dibina dan ditertibkan dalam rangka pengembangan usaha di sektor tersebut. 2.3. Pilihan Kebijaksanaan Di negara-negara yang menghadapi kelebihan tenaga kerja, salah satu kebijaksanaan yang biasa dilakukan adalah perluasan kesempatan kerja dan mendukung sektor~sektor yang mampu menciptakan kesempatan kerja. Akan tetapi kebijaksanaan tersebut tidak dengan segera menunjukkan hasil akibat adanya penyimpangan di antara tujuan deng pelaksanaan. Sektor formal (modern) pada umumnya memberi sumbangan besar terhadap pertumbuhan produksi nasional, tetapi sebaliknya sangat terbatas dalam penyerapan tenaga kerja. Sehingga sebagian besar tenaga kerja memilih usaha di -sektor informal. Sektor formal (modern) yang mengacu pada per tumbuhan produksi dan sektor informal yang mengacu apada penyerapan ‘tenaga kerja, merupakan dilema dalam rangka — pilihan “kebijaksanaan. Model pembangunan ekonomi yang ada pada umumnya hanya menganalisis sektopr modern semata-mata Soetjipto Wirosardjono mengatakan bahwa : Intiervensi yang dilakukan pemerintah melalui intrumen kebijakeanaan ekonomi konvensional, hanya akan menyentuh sisi modern (ekonomi wang) dari bekerjanya dualisme sistim ekonomi. Dari sudut ketenaga kerjaaan dampaknya tampak sebagai usaha sia~sia untuk mengurangi pengangguran, melalui acuan ekonometri tentang hubungan investasi dan penyerapan tenaga kerja. Gleh karena itu, sektor informal yang hampir mengabaikan pengaruh modal, investasi, ketrampilan dan lain sebagainya tampaknya tidak menarik para perencana ekonomi untuk menanganinya. Kebijaksanaan di Bidang investasi, moneter fiskal dan perdagangan pada uminya hanya menyentuh sektor ekonomi modern. Karena itu pengaruhnya pada sektor tradisional dan informal sangat kecil. Pembangunan ekonomi berusaha meningkatkan kesejahteraan yakarat melalui peningkatan produksi yang berarti pula ingkatan konsumsi terjadi akibat konsumei masyarakat yang kin beraneka ragam. Spesialisasi dalam produksi yebabkan tidak semua yang diprodukei oleh suatu yarakat akan di konsumsi oleh masyarakat lain. Akan dalam perkembangan selanjutnya, model pembangunan oni Ssemakin menganalisis usaha merebut pasar di luar ri. Karena Miveetaus di sekter modern secara tak lakkan harus memperhatikan pasar di luar negeri batnya alur utama produksi barang dan jase yang silkan diabadikan pada tuntutan dinamika pasar ernasional. Keberhasilan dari ugaha ter: birt hanya akan ingkatkan kesejahteraan golongan ‘yang berketrampilan dan bermodal besar. Akibatnya kesenjangan antara tor formal dan informal semakin melebar. Letak masalah pokok di sektor informal adalah tasnya ruang gerak dan makin an lapal di sektor tersebut sebagai akibat penghapusan beberapa is Usaha. Karena kemampuan sektor formal (modern) pung tenaga kerja sangat terbatas, maka terdapat luapan stan kerja pada beberapa jenis usaha di sektor informal. batnys tingkat produktivitas pekerja menjadi makin ah. aS iD a Berdasarkan uraian di atas, yang dapat diharapkan dari le kebijaksanaan pemerintah adalah pembinaan dan perbaikan kondisi usaha ataupun tindakan yang mengarah kepada terciptanya iklim usaha yang baik dengan memberikan -kelonggaran serta meminimumkan pembatasan terhadapnya. Sejalan dengan itu, Payaman J. Simanjuntak mengatakan mereka yang bekerja di sektor informal perlu dibina dengan baik supaya memberikan mamfaat yang wajar bagi mereka “sendiri dan Ge eee aruikans kertgian ceaial - bagi Masyarakat. Selain itu, pengembangan sektor informal juga menaikkan pendapatan mereka yang tiadak mempunyai, modal besar dan tidak berketrampilan tinggi. Menurut Soetjipto Wirosardjone, bila dasar kebijaksanaan diletakkan dititik beratnya pada penanggulangan masalah lapangan a, maka derap kebijaksanaannya akan bercorak utama derequiasi. Menghilangkan sampai batas seminim mungkin rongrongan berbagai pihak; memfasilitas kehadirannya, tanga mengorban- kan sarana, fasilitas dan ketertiban umum kota. Kebijaksanaan pemerintah di bidang pembinaan sektor informal perlu dilandasi sikap dasar bahwa kehadiran se ktor informal perlu dan bersifat jangka panjang. Perubshan Srientasi dan cara pandang terhadap kegiatan sektor informal sangat dibutuhkan dan perlu disadari bahwa sektor ini sangat banyak menyerap tenaga kerja. Di samping itu, sektor ini Tkan barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat ri. Pembinaan sektor informal dalam hubungannya pembangunan adalah : Karena pertumbuban di sektor al secara langsung memperbaiki kesejahteraan golongan Jemah, maka kemajuan di sektor informal sekaligus pendapatan nasional, walau tidak banyak, dan Ki distribusi: pendapatan. bagaimana dikatakan sebelumnya, hahwa kegiatan di informal sangat beraneka ragam. "Namun usaha di informal ini sering pula menimbulkan hal yang tidak kan" Sehingga masalah yang dihadapi oleh masing~ usaha di sektor ini juga berbeda-beda, sesuai dengan Ho jenis dan kemapuannya. Dengan demikian, ganas pembinaannya juga aperlu serbeda. Menurut J. Simanjuntak, ada 4 pendekatan kebijaksanaan an yaitu: Pertama, mendorong sektor-sektor yang ada di usaha-usaha formal. dua, mM™eningkatkan kemampuan usaha sektor informal yang sama. Ketiga, dapat an dengan mengadakan relokasi, yaitu menempatkannya asi baru. Keempat, mengalihkan usaha yang sama sekali mempunyai prospek ke bidang usaha lain. Dalam upaya mendorong sektor informal menjadi sektor Jo tentunya membutubkan tambahan modal untuk melengkapi silitas usaha. Misalnya sektor informal di bidang produksi antu melalui penyediaan bahan baku dan kelancaran Akan tetapi ada juga usaha di sektor informal s dihdpuskan, misalnya "pengemis". Dengan demikian diadakan penilaian terhadap beberapa jenis usahan di informal untuk menentukan apakah layak dikembangkan seharusnya ditiadakan. Menurut Aris Ananta dan Prijono cherijanto, keputusan untuk meniadakan atau menertibkan uosektor informal hendaknya mempertimbangkan beberapa agai berikeee kah permintaan yang kuat dalam uasahan tersebut? gan kata lain apakah masyarakat membutuhkan barang dan a yang dihasilkan usaha tersebut. permintaan memang tinggi, perlu dipikirkan lebih apakah usaha tersebut dapat diterima secara Atau apakah secara sosial masyarakat memang “menginginkan berkembangnys usaha tersebut. Bila permintaan tinggi dan usaha tersebut dapat diterima secara sosial, maka usaha tersebut tentu saja perlu dipertahankan. Pertanyaan berikutnya adalah apakha kerugian yang ditimbulkan karena usaha tersebut? Dasar-dasar pertimbangan di atas selanjutnya akan ligunakan untuk menguji apakah usaha tukang doni botet layak kembangkan sebagai suatu lapangan kerja dalam mengurangi gangguran di perkotaan. 2.4, Pekerja Dan Penganggur Dalam usaha mengukur tingkat pengangguran terdapat kesulitan untuk membedakan pekerja dan pengganggur. Berbagai pendekatan yang dilakukan untuk membedakan pekerja dan penggangur, ternyata memberikan hasil yang berbeda terhadap ‘tingkat penggangouran. Di Indonesia, dalam Sensus Penduduk tahun 1941, orang dinyatakan bekerja bila paling sedikit 60 hari selama 6 fulan sebelum pencacahan, ia melakukan kegiatan untuk memperoleh penghasilan. Dalam Sensus Penduduk’ tahun 1971, orang yang bekerja dengan maksud memperoleh nghasilan paling sedikit dua hari selama seminggu sebelum ri pencacahan, dinyatakan sebagai bekerja. Sebaliknya ngganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau kerja kurang dari dua hari selamia seminggu sebelum hari neacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan, ia melakukan egiatan untuk memperoleh penghasilan paling sedikit selama tu jam. Pengganggur adalah mereka yang tidak bekerja sama kali selama satu minggu sebelum pencacahan dan berusaha neari pekerjaan. Masalah pokok dalam usaha membedakan pekerjaan dan nganaguran terletak pada penentuan batas jam kerja, yang eee ebeda pans: gene (ee jan/karia yang pendek niaainya tu jam dalam seminggu, akan memberikan tingkat one = angguran yang rendah, Sebaliknya pemilihan jam kerja 9 panjang misalnya dua hari atau 14 jam seminggu, akan berikan tingkat pengangguran yang relatif tinggi. Pada perkembangan selanjutnya disusun suatu cara yang sebut Pendekatan penggunaan tenaga kerja ditinjau dar i jumiah jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan 19 diperoleh. Dengan menagunakan pendekatan ini maka bedakan antara lain + Beegetvuur yates orang yang sama sekali tidak bekerja (openunemployed) dan berusaha mencari pekerjaan. Setengah penganggur (under employed), yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja (under utilized dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan. Bekerja penuh atau cukup dimanfaaatkan. Setengah (Pengganggur (underemloyed persons) dapat digolengkan berdasarkan jumlah jam kerja, yaitu = (i). Setengah penganggur kentara (Visible underemployed) yakni mereka yang bekerja kurang dari 35 jam si minngu; dan (ii) “Setengah — pengganggur tidak kentara (invisible underemployed) yaitu mereka yang produktivitas kerja dan pendapatanya rendah. Pendekatan ini akan digunakan selanjutnya untuk mengetahu @pakah tukang goni botot termasuk pekerja, penganqgur atau setengah penganggur. BAR IIT PEMBAHASAN Kebijaksanaan~kebijaksanaan ekonomi selalu ditujukan mempertinggi kesejahteraan dan kehidupan masyarakat amarti yang seluas~luasnys. Kegiatan pembangunan ekonomi lu dipandang sebagai bagian’ dari keseluruhan usaha ngunan yang dijalankan oleh suatu masyarakwt. Menurut 6 Sukirne pengertian pembanqunan Ekonomi dinyatakan ai berikut : Pembangunan ekonomi ekonomi sebagai suatu yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu @rakat akan meningkatkan dalam jangka panjang. Sementara menurut Scemitro Djojohadikusum — bahwa nan = ekonomi adalah : Suatu usaha memperbesar tan perkapita dan menaikkan produktiviteit perkapita Jalan menambah peralatan modal dan skill, atau dengan Tain pembangunan ekonomi adalah usaha menambah modal dan skill agar satu sama lainnya membawa Perkapita yang lebih besar dan produktiviteit h tinggi. definisi si atas dapat diketahui bahwa nM ekonomi mendapat penekanan dalam dua fakto lal dan skill. Selanjutnya apabila kedua faktor in tap, maka selanjutnya akan terjadilah pertumbuhan Atas dan terwujudlah kenaikan pendapatan 21 Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan apabila hal ini terjadi di negara berkembang, faktor dan skill merupakan faktor yana sangat — lemah, kan faktor yang lainnya seperti tenaga kerja cukup fia, karena pada umumnya negera sedang berkembang at pertambahan penduduknya dari tahun ke tahun at dengan pesat. Akibat kepadatan penduduk pada satu mengakibatkan tenaga kerja yang ditawarkan berlebihan ibatkan mengadakan urbanisasi ke kota untuk mencari karena mereka ini tidak mendapatkan pekerjaan di ya. Dampak positip perkembangan penduduk terhadap junan ekonomi adalah : Borongan Tain yang timbul dari Bibengan penduduk terhadap pembangunan adalah perluasan + Luas pasar barang-barang dan jasa~jasa di tentukan dua faktor penting, yaitu pendapatan masyarakat dan Ih penduduk. Maka apabila jumlah penduduk bertambah sendirinya luas pasar akan bertambah pula. (Sadono, Dilihat dari kutipan tadi, pertamban penduduk vai peranan penting dalam kegiatan ekonomi. Tetapi dilihat dari sisi lain, pertambahan penduduk mempunyai negatif dalam pembanqunan ekonomi, — seper bahan penduduk yang semakin pesat dan semakin besar dahnya dio negara berkembang menyebabkan macalah dan tan pembagunan merumitkan corak masalah dan hambatan iguinan yang oo harus dihadapi dalam usaha untuk rcepat pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang. Dalam teori Klassik diyakini bahwa pengaliran tenaga ja dari daerah miskin ke daerah kaya akan terus apabila tingkat upah masih berbeda. Keseimbangan tercapai apabila di dua daerah tersebut sama Ji yaitu UK2 = UM1, yang berarti penawaran tenaga kerja tambah menjadi S1, Tetapi apabila terus-menerus Pindahan tenaga kerja menyebabkan timbulnya dorong- gan abaru dalam perekonomian dan akan menaikkan mintaan tenaga kerja menjadi D2 dengan tingkat upah UKS, di daerah miskin perekonomian semakin lesu dan tenaga kerja menjadi Sm. Ini mengakibatkan emerosotan ekonomi di daerah miskin, karena umunya orang ig berurbanisasi mempunyai pendidikan labih baik dari yang Mggal di desa sehingga tidak ada lagi yang mengemudi rekonomian desa. Sementara menurut Sotjipto Wiresarjono dan Urip Soewarno dalam bukunya Urbanisasi masalak ta Jakarta, Pengertian sektor informal adalah sebagai berikut +: Unit Usaha yang berada di sektor informal semuanya termasuk ke dalam ekonomi lamah. Lemahnya ketahanan ekonomi yang dimilik oleh unit usaha sektor informal k, belum Meh proteksi ekonomi dari pemerintah. Kalau h talah menyediakan fasilitas untuk membantunya, ini ternyata tidak dapat terjangkau oleh mereka. jadi kesimpulan dari pembangunan ekonomi adalah Pendapatan dalam jangka panjang mengakibatkan Pasar serta peningkatan jumlah penduduk yang Qleh karena penawaran tenaga kerja tidak dapat mengakibatkan mereka berurbanisasi ke kota untuk iki tingkat kehidupannya, sementara di kota ttasan peluang kerja tentu ada, oleh sebab itu mereka bekerja pada sektor informal tersebut agar E melangsungkan kehidupannya. Berarti bahwa dengan adanya sektor informal ini maka pekerja (yang berurbanisasi ke kota) dapat sungkan kehidupannya walaupun — pekerjaan yang Jehnya tidak sesuai yang dimilikinya. Misalnya ia SLTA pekerjaan yang ia dapat menjadi peniual koran. Tujuan Produktif Penyisihan pendapatan untuk tujuan non konsumtit ah merupakan kegiatan menabung, pada 4 syarakat yang dapatan rendah keinginan untuk menabung terbatas oleh 8 pendapatannya. Dengan demikian ia tidak dapat bisa = 24 - sa) ¥ x yisihkan sisa dari pendapatannya untuk menabung dan pada tu saat dapat dipergunakan. Bagi pengusaha kegiatan abung mempunyai tujuan yaitu memperbesar usahanya, yakni gan meningkatkan hasil produksi melalui penambahan tor-faktor produksi yang dibiayai oleh tabungannya. Faktor—faktor produksi tersebut dapat diarahkan untuk t omenghasilkan barang konsumsi kebutuhan masyarakat fatan —menabung mempunyai tujuan dan faktor—faktor tu. Pengorbanan dalam arti tabungan oleh masyarakat Jah aspek yang sangat penting dalam — pembangunan fekenomian. Untuk itu ada faktor penentu tabungan yang BMPS Sioned clehjekeyoes yakni + Besar tabungan yang Jakukan oleh rumah tangga bukan tergantung tinggi dahnya bunga, ia terutama tergantung kepada bes. Z ilnya tingkat pendapatan yang diterima suatu rumahtangga, in besar pendapatan yang diterima makin besar pula jumlah ig dilakukan olehnya. Dari pendapat di atas dapatiah dilihat faktor—faktor gg sangat penting untuk melakukan tabungan. dadi jumlah restasi tergantung dari banyaknya tabungan yang dilakukan masyarakat. Produksi dan pendapatan pada pokeknya hanya + dinaikkan dengan lebih banyak menabung untuk tujuan uktif. Produktivitas pada negara berkembang umumnya sebab terdapat faktor-faktor penghambat yang datang maupun yang datang dari dalam negeri sendiri. ‘Klasifikasi negara berkembang dapat di utarakan di jkat kehidupan yang rendah. kat produktivitas yang rendah ‘tumbuhan populasi dan tanggungan beban yang tinggi gkat pengangguran dan pengangguran semu yang tinggi rgantungan = yang sangat produksi pertanian dan eduk~ produk pokok eksport. nasi, dipedensi dan vulnerbilitas (sifat mudah singgung/terpengaruh) dalam bubungan internasional Dari klasifikasi negara berkembang di atas dapat negara tersebut mempunyai produktivitas yang Penambahan faktor-faktor — produkei tersebut dana, peroleh dana dapat menabung karena pendapatan yang disisikan. Dilihat dari ataannya kemampuan menabung yang rendah memungkinkan luktivitas juga rendah. Produktivitas yang rendah akibat rangan modal. Ini disebabkan kemampuan yang rendah. ini secara terus menerus terjadi, sehingga negara kembang menghadapi lingkaran kemiskinan yang tiada nya. 26. untuk meningkatkan mengembangkan usaha diperlukan latan «=o modal dan ini dapat diperoleh apabila ada Jan, dengan kata lain setiap usaha dapat ditingkatkan i penambahan modal, melalui tabungan yang dilakukan. Ih ink «akan diutarakan pengertian dari tabungan tasi) yaitu : Investasi adalah pengeluaran untuk Q-barang yang tidak dikonsumsi sekarang, melainkan Ih jumlah barang-barang atau alat-alat produksi. Di negara berkembang usaha pengeluaran modal dilakukan menambah tabungan dan memperbesar instalasi. Usaha bersumber dari masyarakat, perugahaan maupun dari rintah untuk membantu perekonomian dalam vegeri. intah dalam hal ini selalu berupaya dengan melakukan jakeanaan fiskal. Dalam pembangunan ekonomi suatu negara gerahan modal dalam negeri berasal dari tiga sumber, ni dari tabungan sukarela masyarakat, — tabungan erintah dan tabungan paksa. Yang dimaksud dengan tabungan arela masyarakat adalah : Bagian pendapatan yang diterima Syarakat yang secara sukarela tidak digunakan, untuk sumsi. Masyarakat menggunakan bahagian pendapatan yang idsk dikonsumsi tersebut untuk beberapa tujuan + disimpan Ga tanpa digunakan (hoarding) ditabungkan dibadan-badan | angan, dipinjamkan kepada masyarakat. Lainnya digunakan Penanaman modal yang tidak produktif, atau digunakan penanaman modal yang produktif. Tabungan masyarakat baru akan memberikan sumbangan usaha pembangunan apabila para penabung menabungnya penanaman modal, hal ini akan menaikkan jumlah barang- dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, atau tersebut dialihkan kebadai badan keuangan dan tnya badan-badan keuwangan meminjamkan modal kepada ha yang) ingi mela kukan penanaman modal yang tif. Dalam mempersoalkan tabungan sukarela, perlulah an dengan dua pengertian tu k Aggupan menabung ty to save) dan kemauai menabung. Kesangqupan menabung Kemampuan suatu masyarakat untuk mengarahkan tabungan Ham negeri. Pada negara yang berpendapatan rendah in omenabung kecil, disinilah kebijaksanaan fiska dilakukan dengan pemungutan berbagai jenis pajak, j@ksanaan ini = omerupakan salah satu usaha — untu atkan tabungan pemerintah. Tujuan pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah dicapai apabila pertambahan pendapatannys meningkat Pada pengeluaran sehingga sisa anggaran tersebut dapat kan untuk pembangunan demi kemajuan perekonomian ui peningkatan pendapatan dan memperluas kesempatan ja dengan membangun proyek~proyek pemerintah, membantu Para pengusaha padat karya tu/sandal perti pengu dan pabrik-pabrik yang membutuhkan tenaga S.2.Pekerja Sektor Informal Dalam Menyerap Tenaga Kerja Pekerja sektor informal yang menjadi obyek pembahasan dalam tulisan ini merupakan salah satu unit usaha dari sektor informal adalah suatu kegiatan ekonomi marginal (kecil~kecilan), berarti kegiatan sektor ini mempunyai skala ekonomi kecil, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut + i. Pola keyiatannya tidak teratur baik dalam arti waktu, permodalan, maupun penerimaannya. 2. Tidak tersentuh oleh peraturan atu ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. 3. Modal, peralatan dan perlengkapan maupun omzetnya biasanya kecil dan diusahakan atas dasar hitungan b rian. Umumnya tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan terpisah dari tempat tinggalnya. S. Tidak mempunyai keterikatan (linkages) dengan aha lain yang besar. 6. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. 7. Tidak = membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus sehingga secara lues dapat menyerap tenaga kerja bermacam-mac m tingkat pendidikan tenaga kerja. 8. Umumnya tiap-tiap satuan usaha mempekerjakan tenaga yang Sedikit dan dari lingkungan hubungan keluarga, kenalan atau berasal daerah yang sama, %- Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan dan sebagainya (Wirosardjono, 1985). Yang termasuk dalam sektor informal adalah golengan ekonomi lemah, lemahnya ketahana ekonomi yang dimiliki oleh usaha ini karena umumnya golongan ini tidak memperoleh proteksi dari ‘pemerintah. Apabila pemerintah telah menyediakan fasilitas maupun bantuan modal untuk membantu Pers pengusaha ekonomi lemah, ternyata modal maupun fasilitas itu tidak sampai kepada me Froteksi adalah kebijaksanaan yang dilakukan cleh pemerintah Salam melindungi industri dalam negeri. Pembanqunan Perekonomian, baik itu di daerah perkotaan maupun di desea dapat dilaku an melalui sektor industri, pertanian dan Perdagangan demi pertumbuhan perekonomian yang mantap. Namun peri ciri-ciri Gi atas dapat dilinhat, | parwa setiap Pantuan/kebijaksanaan yang dilakukan pemerintah tidak pernah fterfangkau oleh para pekerja. Kepincangan pembangunan yang terjadi di negaracnegara berkembang di antara kota dan desa menyebabkan ketidakmerataan pertumbuhan ekenomi. Biasanya pembangunan selalu diprioritaskan pada daerah Perkotaan, . sedangkan di daerah secara lambat aun. Kepincangan pembangunan diantara kota-kota, seperti halnya ko Jakarta sebagai ibukota merupaka pusat pemerintahan, mbangunan di pendidikan, perdangangan dan lain~lain. segala sektor terus menerus berjalan, sehingga permintaan akan tenaga kerjapun meningkat sejalan dengan pembangunan. Hal ind yang membuat rangsangan bagi masyarakat dari kota~ kota lain maupun dari desa untuk berurbanisasi dan berimigrasi ke kota Jakarta. Adapun alagan yang menyebabkan migran, baik dari desa maupun dari kota kecil melanda kota Jakarta, diantara adalah + 4. Dengan adanya sistim politik dan administrasi — yanc terpusat di ibu kota, sehingga para penanam modal asing lebih cenderung untuk menanam modalnya di Jakarta. 2. Dengan adanya pusat~pusat industri di tempatkan di Jakarta sehingga dapat memberikan kemungkinan bagi yang mencari kerja untuk datang ke Jakarta 3. Dengan adanya tanah pertanian di desa yang sudah menyempit, sehingga banyak orang desa tidak memiliki tanah garapan lagi (Suparmoko, 1988). 3.3, Campur Tangan Pemerintah Feranan kebijaksanaan~kebijaksanaan pembangunan ekonomi selalu di tujukan kepada kegiatan peningkatan kesejahteraan rakyat dalam arti yang seluas~luasnya, kegiatan pembangunan yang = dijalankan oleh sesuatu masyarakat. Pembangunan ekonomi meliputi usaha mempertinggi tingkat pendapatan masyarakat. Usaha-usaha pemerintah telah banyak diusahakan untuk menciptakan pembangunan ekonomi suatu negara, dilihat dari istilah pembangunan mempunyai tiga sasaran sebagai berikut : 1. Meningkatkan persediaan dan memper Lue pembagaian/pemerataan bahan-bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, seperti makan, perumahan, kesehatan dan perlindungan. N + Mengangkat araf hidup, termasuk — meniambah dan npertinggi penghasilan, penyediaan lapangan kerja yang nad tian yang » Pendidikan yang lebih baik dan perh. lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan manusi semuann itu bukan hannya untuk memenuhi kebutuban materi mata-mata, tetapi juga untuk mengangkat kesadaran akan harga diri, baik individual maupun nasional. + Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individual dan nasional dengan A memebebaskan mereka dari sikap-sikap budak ketergantunga, tidak hanya dalam hubungannya dengan orang lain dan negara- negara lain tetapi’ dari umber kebodehan dan Penderitaan manusia. (Todaro, 1983) pitibet Gapseeatipac di atas, sacanan — peat guna mempunyai jangkauan yang ngat lu bagi kehidupan Bp AA: Pare petagang kak? lina merupaken salah satu Usaha meningkatkan produksi maupun penyerapan tenaga kerja. Dalam meningkatkan/mengembangkan ekonomi lemah, pemerintah Secara terus menerus memperhatikan hal—hal yang vita melalui k bijaksanaan, misalnya dapat dilihat dari kutipan ¥ di‘bawah ini + pebijakeanasn Oedember 4973, kebijaksanaan perkreditan Pemerintah pusat untuk mengembangkan usaha menengah dan kecil sebenarnya telah di letakkan sejak Arpril 1973, Rank gpoonesia® “cebagetlembags yang wengatur pelaksanaan Perkreditan telah manetapkan pengaolongan Kredit inve: menjadi empat golongan. Disamping Penggolongan pemerintah telah pula menetapkan "target" bahwa realisasi kredi investasi tersetut esx akan diarahkan untuk golongan I dan 47> yaitu untuk kredit sampai dengan Rp. 25 jute dan sampa Rp. 100 juta. Alasan penggolongan maupun target tersebu adalah untuk lebih banyak mendorong kegiatan pengusaha- Fengusaha golongan menengah dan kecil yang hersifat padat karya. (Mirhad, 1982), urut Anne Booth dkk, yang Dari sisi lain, me Baru diterjemahkan oleh Boediono dalam bukunya Ekonomi Orde sebagai berikut Cara lain yang ditempuh untuk menyalurkan kredit ke bidang- bidang yang diutamakan adalah dengan jalan menentukan tingkat bunga pinjaman. Demikian pula kebijaksanaan plafon Kredit ditentukan secara terperinci menurut macam kredit yang diberikan, sehingga menentukan pula arah pemberian Kredit tersebut. (Eremille, 1987) rermin dari Pembangunan ekonomi suatu negara merupakan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat umumnya, pengusaha kKhususnys melalui lembaga moneter sebagai lembaga keuangan harus memiliki kemampuan untuk memberikan modal yang Giperlukan pengusaha, kita lihat suatu pendapat yang menyatakan : Dalam rangka mendorong pemerataan pembangunan, Kebijaksanaan moneter mempunyai peranan penting khususnya di dalam meningkatkan produksi barang-barang kebutuhan pokok masyarakat khususnya pangan, sandang dan — perumahan. Wiajaya, 1980) Pada dasarnya pembangunan di negara-negara berkembang mempunyai ketimpangan-ketimpangan, baik itu bangunan daerah maupun kegiatan ekonomi yang mempengaruhi tingkat Pendapatan’ dari setiap masyrakat. Kebijaksanaan pemerintah Pada umumnya untuk memeratakan pendapatan. ~ 34 - Masalah ketimpangan dalam pembagian pendapatan dapat ditinjau dari tiga seqi, yaitu : (Size 1. Pembangian pendapatan antara golongan pend distribition of income) atau ketimpangan relatif. 2. Pembagian pendapatan antara daerah perkotaan dan daerah pedesaan (Urban-rural income disparities). 3. Pembangian pendapatan antara daerah (Regional income disparities). Berdasarkan ketimpangan~ketimpangan yang terjadi di masyarakat, pemerintah secara terus menerus membimbing, memberikan penyuluhan serta bantuan fasilitas yang sangat membantu pengusaha mengadakan prasarana maupun sarana kelanjutan/pengembangan usaha yang masih memungkinkan dapat memberikan sumbangan terhadap pendapatan wasyarakat, pengusaha khususnya. Para pekerja di sekter informal yang tidak mendapat perlindungan ekonomi, tidak — mempunyad perjanj an kerja jangka panjang dan barang jasa yang mereka hagilkan merupakan barang dana jasa yang dibutuhkan masyarakat. Perkonomian pekerja di sekter informal tidak tergantung kepada perekonomian internasional yang bermodal besar, maupun ketrampilan yang tinggi, tetapi kelesuan ekonomi sangat mempengaruhi situasi pedagang. Sejalan dengan Pembangunan di Indonesia, segala sektor periu digerakkan pkan, peranan Untuk mencapai pertumbunhan ekonomi yang diha rapaian tuj Pedagang kaki lima salah satu usaha per tersebut. Kebijaksanaan di bidang pembinaan pedagang pekerja di sektor informal amatlah beragam, dapat dipahami bila ketertiban Pelaksanaan tersebut bertitik tolak pace Remerintah kota terhadap kehadiran kegiatan ekonomi di sektor informal ini ialah penyelamatan sarana dan fasilitas mum yang ditempati secara tidak sah, mencegah usaha yang Menggangou ‘ketertiGan umum, keindahan, kebersihan, 1a arnya lalu-lintas, kesehatan, sementara dimata pemerintah kota mereka tidak memberikan sumbangan ra langsung, berupa Pajaks dan pungutan yang sah untuk membiayai Sarana dan fasilitas umum tersebut. Kebadiran “fekerja di sektor informal ‘ad adalah merupak masalah bagi pemerintah untuk menertibkannya, karena tersebar pada tempat yang dapat @iperkenankan. Keadaan ini sangat mengganggu kelancaran lalu-lintas dan kebersihan. Kebijaksanaan pemerintah kepada pekerja di sektor soforoal perlu dilan@aai @ikap dawar, dan’ Kenadiy annya. dadi tindakan pemerintah adalah tindakan yang mengarah pada Rerciptanya 1 lq namie kelongguea, 1 isa memperkecil tindakan-tindakan “agar mereka bertumbuh secara wajar dan sehat. Dalam pembangunan nasional tidak = realitis merencanakan untuk menghilangkan sektor informal tersebut. Namun apabila kebijaksanaan di titik~beratkan pada penanggulangan masalah lapangan kerja, maka derap sekali kebijaksanaan akan melindungi mereka dari rongrangan berbagai pihak dan menfasilitaskan kehadirannya adalah sangat membantu masyarakat untuk memenuhi barang dan jase yang mereka hasilkan, baik golongan ekenomi lemah — yang bekerja di sektor formal maupun yang bekerja di sektor informal, namun pengalaman elalu terbentur dalam mengembangkan usahannya yakni keterbatasan modal — yang dimilikinya Untuk kebijaksanaan pemerintah sangat ditutuhkan dalam pengembangan, yakni melalui kredit-kredit deng. bunga rendah. Bagi pengusaha kegiatan menabung mempunyai tujuan yaitu memperbesar usahanya, yakni dengan meningkatkan hasil produksi melalui penambahan faktor-faktor produkei yang dibiayai oleh tabungannya. Faktor-faktor produksi tersebut dapat diaratkan untuk dapat menghasilkan barang kensumsi kebutuhan masyarakat. Kegiatan = menabung mempunyai tujuan dan — faktor—faktor Penentu. Pengorbanan dalam arti tabungan oleh masyarakat adalah aspek yang sangat penting dalam — pembangunan Perekenomian. Untuk itu ada faktor penentu tabungan yang dikemukakan oleh Keynes yakni : Besar tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung tinggi rendahnya bunga, ia terutama tergantung kepada bes: kecilnya tingkat pendapatan yang diterima suatu rumahtangga, makin besar pendapatan yang diterima makin besar pula jumlah yang dilakukan olehnya. Dari pendapat di atas dapatiah dilihat faktor-faktor yang sangat penting untuk melakukan tabungan. Jadi jumlah investasi tergantung dari banyak nya tabungan yang dilakukan oleh masyarakat. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1. Mengingat sifat pekerjaan di sektor informal yang — mudah dimasuki, tidak membutuhkan ketrampilan tinggi, tida tergantung kepada besarnya modal dan lain-lain, maka pekerjaan ini layak dibina dan dikembangkan terutama — menampung penganggur yang berpendidikan rendah 2. Tidak ada gangguan dari masyarakat terhadap pekerja di sektor informal sehubungan dengan pekerjaannya. Hal ini merupakan gambaran bahwa sektor informal tidak menimbulkan kerugian kepada masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan di sektor informal dapat diterima secara sosial. 4.2. Saran 1. Disarankan supa dibentuk koperasi pekerja di sektor informal untuk menampung barang=barang agar terdapat keseragaman harga 2. Perlu di informasikan kepada pekerja di sektor informal jer jenis barang bekas yang dapat di daur ulang. 3. Perlu diadakan pembinaan terhadap pekerja di sektor informal tentang kesehatan karena mereka berhadapan dengan barang- barang bekas dan sampah. 4. Perlu diadakan penyuluhan tentang penggunaan pendapatan yang mereka peroleh. Kerena pada umumnya, walaupun pendapatan mereka tinggi, tetapi kehidupan mereka terlihat sangat sederhana. Sagir, Suharsono, Kerangka Kebijaksanaan Perluasan Kesempatan eleh Prijono Kerja Dalam Dasawarsa 1983-1993, Disuntin Tiiptoherijanto, Jakarta : LPFE - UI, 1982 Fayaman J. "Penganggur dan Setengah Penganggur” Simanjunta Prisma,3 198 Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta : LPFE ~ UT, i985 berapa catatan kritis" Gjahrir, Kartini, "Sektor Informal : B Prisma 3, 1995. ratno dan Lincoln A@rsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi 1988. Dan Bisnis, Yokjakarta : Wirosardjono, Suetjipte, "“Pengertian, Ratasan Dan Masalah Sektor Informal" Prisma 3, 1995. DAFTAR PUSTAKA Ekonomi Dalam Sektor Adiwiso, Riga dan Suprapto, "Perilaku njaia Dan Pembeli, Prisma Informal Studi Interaksi 198 @nanta, Aris dan Prijono Tjiptoherijante "Sektor Informal; Suatu Tinjauan Ekonomi" Prisma 3, 1995. Prospek Arsyad, Anwar M, et. al. Ekonomi Indonesia Masalah Dan 1986, 1996/1987, Jakarta : Ul Pres Cosmas, Masalah Ketenagakerjaan Di Indonesia, disunting Ratubara oleh Payaman J. Simanjuntak, Jakarta : Departemen Tenaga Kerje ia, 1989. Republik Indone Il, Jakarta + Dajan, Anto, Pengantar Metode Statistik, Jilid 1980. LP3 dagangan Eceran Hidayat, "Peranan Dan Profil Serta Prospek F 1987 n Pembangunan”, Prisma (Formal dan Informal) Da : elamat" Prisma 3, 1985 "Sektor Informal : Sang P Juwono, Sutope, Perekonomian flies D. Tampubclon, Lumbantebing, duliar dan Universitas Masalah dan Kebijaksanaan, M Indonesia HKEP Nommensen, 1991. Manning, Chirs, et.al., Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal Di Kota, Jakarta : Gramedia, an Sektor Informal atan Pembin cerbo, Hasan, et.al.,"Pen 1985 Tukang Pungut Sampah Di Bandung", Prisma

You might also like