PREsiO“N
REPUBLIC INDONESIA
PERATURAN PEM!
INTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1998
TENTANG
PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL,
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Mengingat bala sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 93 ayat (3) Undang-
undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, dipandang perlu
‘menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pemeriksaan Kecelakaan
Kapal;
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3493);
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMERIKSAAN
KECELAKAAN KAPAL,
BAB I
- KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Pemerintal ini yang dimaksud denganpReswen
REPUBLIK INDONESIA
2
Pemietiksaan Kecelakaan Kapal adalal: kegiatan penyclidikan
‘atau pengusutan suatu peristiwa kecelakaan kapal yang dilaku-
kan oleh Pejabat Pemerintah yang berwenang untuk mengetabui
sebab-sebab terjadinya kecelakaan kapal.
Tersangkut adalah Nakhoda atau pemimpin kapal dan/atau
perwira kapal yang diduga melakukan kesalalan atau kelalaian
dalam penerapan standar profesi kepelautan yang menyebabkan
kecelakaan kapal,
Terlukum adalah tersangkut yang dijatuhi sanksi administratif
berdasarkan hasil Keputusan Sidang Majlis Mahkanah
Pelayaran
|. Penwira kapal adalah para muatim, masinis, dan perwira radio
kapat. -
Saksi adalah setiap orang yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan pemeriksaan mengenai suatu peristiwa
kevelakaan kapat yang didengar sendiri, ditthat sendiri atau
dialami sendiri, atau pihak tain yang berwenang yang secara
Tangsung atau tidak tangsung berkaitan dengan kapal yang
mengalami kecelakaan atau peristiwa kecclakaan tersebut.
Saksi Abii adalah orang yang memiliki keablian di bidang
ertentu yang memberikan keterangan sesuai dengan keahlian-
nya datam pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal untuk mem-
buat terany suatu peristiwa kecelakaan kapalpeesicen
REPUTE INDONESIA
a
7. Penaschat Ali adalah orang yang kecena Keabliannya ditunjuk
oleh tersangkut untuk mendampingi tersangkut selaina berlang-
sungnya pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal.
8. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang
pelayaran.
Pasai 2
(1) Pemerikssan Kecelakaan kapal dilakukan terhadap semua
kecelakaan kapal yang terjadi di dalam wilayah perairan
Indonesia dan kecelakaan kapal berbendera Indonesia yang
terjadi di luar wilayah perairan Indonesia
(2) Kecelakaan kapal scbagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi
a. kapal tenggelam;
. kapal terbakar;
kapal tubrukan;
d. kecelakaan kapal yang menyebabkan terancamnya jiwa
‘manusia dan kerugian harta benda;
kapal kandas.
Pasal 3
Pemeriksaan kecelakaan kapal meliputi
peincriksaan pendahuluan kecelakaan kapal;
b. pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal
BAB ILREPUNLIR INDONESIA
4
BAB UL
LAPORAN KECELAKAAN KAPAL
Pasal 4
‘Setiap orang yang berada di atas kapal yang mengetahui dikapalnya
terjadi kecelakaan kapal, sesuai batas kemampuannya wajib
melaporkan kecelakaan kapa! kepada:
a. Syahbandar pelabuhan terdekat bila kecelakian kapal terjadi di
dalam wilayah perairan Indonesia
b. Pejabat Perwakilan Republik Indonesia terdekat dan Pejabat
Pemerintal negara setempat yang berwenang apabila kecelakaan
kapal atau pelabuhan pertama yang disinggahi sesudah kecelaka-
an kapal terjadi di luar wilayah perairan Indonesia
Pasal 5
(1) Nakhods atau pemimpin kapal, ya
Ms
a, kapalnya mengalami kecelakuan kapal,
bb, smenyebabkan kapal lain mendspat kecelakaan kapal;
“€. mengetahurkapal lain mendapat kecela
kaan kapal;
i. membawa awak kapal atau pen
mpang dari kapal yang,
ncnystami kecelakuan kapal,
waitsREPUBLIC INDONESIA
wajib imelaporkan Kecelakaan kapal kepada Syahbandar
pelabuhan terdekat bila Kecelakaan kapal terjadi di dalam
wilayah perairan Indonesia.
2) Nakhoda atau pemimpin kapal berbendera Indonesia yang
mengalami kecelakaan kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) wajib melaporkan Kecelakaan kapal kepada pejabat_per-
wakilan Republik Indonesia terdekat dan pejabat Pemerintah
negara sctempat yang berwenang, apabila kecelakaan kapal atau
pelabuhan pertama yang disinggahi sesudah kecelakaan kapal
terjadi berada di iuar wilayah perairan Indonesia,
Pasal 6
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk isi faporan
kecelakaan kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5
diate oleh Menteri
Pasal 7
Laporan kecelakaan™kapal yang dilaporkan kepada pejabat Per-
wakilan Republik Indonesia scbagaimana dimaksud dalam Pasal 4
hburuf b dau Pasal 5 ayat (2), olch Pimpinan Perwakilan Republik
Indonesia diteruskan kepads MenteriREPUBLIC INDONESIA
BAB III
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
KECELAKAAN KAPAL
Pasal 8
(1) Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal dilaksanakan atas
dasar laporan kecelakaan kapal
(2) Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal _sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh
a. Syahbandar, setelah menerima laporan kecelakaan kapal
dari pelapor;
b, Pejabat Pemerintah yang ditunjuk olch Menteri, setelah
Menter
menerima laporan kecelakaan Kapal dari Pimpinan
Perwakilan Republik Indonesia dan/atau dari pejabat
Pemerintah negara setempat yang berwenang,
Pasal 9
Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 dilaksanakan untuk mencari ketera nate.
0
bukti-bukti awal atas terjadinya kecelakaan kapalREHUBLIK INDONESIA
Pasal 10
Dalam melaksanakan pemeriksaan pendahuluan kecelakaan ka val,
Syahbandar atau pejabat Pemerintah yang ditunjuk oleh Mer eri
dapat mencari keterangan yang diperlukan dari
a. Nakhoda atau pemimpin kapat;
b. perwira kapal;
¢. anak buah kapal;
4. piliak lainnya,
Pasal 11
Ketcntuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksean pendahuluan
kecelakaan’ kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9,
dan Pasal 10 diatur oleh Menteri
Pasal 12
(1) Basil pemeriksaan pendahulvan kecelakaan kapal dituangkan
dalam bentuk berita acara pemeriksaan pendahuluan kecelakaan
kapal,
(2) Berita acara pemeriksaan pendahulvan kécelakaan kapal seba-
gaimana dimaksud dalam ayat (1) ditandatangani oleh Syah-
bbandar atau pejabat Pemerintah yang ditunjuk oleh MenteriPasal 13
(1) Hasii pemeriksaan pendahulvan kecelakaan kapal ¢ sampaikan
secara tertulis kepada Menteri sclambatlambatny : 30 (tiga
puluh) hari sejak diterimanya laporaa kecelakaan kap
Q) Hasil pemeriksaan pendahuluan kecetakaan kapal sc agaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilampiri dengan :
a. kesimpulan hasil pemeriksaan pendahuluan sjutan kecelakaan kapal. Pemeriksaan_pendahuluan
kecelakaan kepal dijaksan: kan untuk mencari keterangan dan/atau_bukti-bukti
awal atas terjadinya kecel: kaan kapal sebelym diteruskan dengan pemeriksaan
lanjutan kecelakaan kapal a abila terdapat dugaan adanya kesalahan atau kelalaian
dalam penerapan siandar ») ofesi kepelautan oleh tenaga protesi kepelautan yaitu
Nakhoda atau pemimpin ka sal dan/atau perwira kapsl
Pemeriksaan lanjutan kece! kaan kapal dilakukan oleh Mahkamah Pelayaran yang,
anggota-anggotanya terdiri lari ora
rang abli di bidang hukumn dan kepelautan.
Hal ini dimaksudkan uniuk memberikan penilaian yang obyektif atas ada atau
tidak adanya kesalahan atau kelalajan dalam penerapan standar profesi kepelautan
yang difakukan oleh Nakhoda atau pemimpin
apal dan/atau pecwira kapal atas
terjadinya kecelakaan kapal
Dalam hal terdapat kesalahan atau kelalsian dalam penerapan standar profesi
Kepelautan, maka Makkaniah Pelayaran berdasarkan Undang-undang Nomor 21
Tahun 1992 tentang Pelayaran dapat memberikan sanksi administeati.
‘Sanksi_a¢
ninisteatif yang diberikan dapat berupa peringatan atau pencabutan
‘Sementara sertifikat keahlian pelaut untuk bertugas dalam jabatan tertentu di kapal.
Peraturan Pemetintah tentang Pemeriksaan Kecelakian Kapal i
ditetapkan
sebagai peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992.REPUBLIK IRDOHE SIA
PASAL DEMI PASAL
Pasal_ 1
‘Cukup j tas
Pasal 2
Ayat (1)
Cuk p jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pass 3
Cukup jelas
Pasel 4
Huruf 3
Vengertian dari pelabuhian terdckat termasuk pelabuban asal
Huruf b
Yang dimaksud dengan pejabat pemeriniah negara setempat yang, ber-
wenang’ adalah pejabat yang berdasarkari ketentuan peraturan per
vundang-undangan yang berlaku di negara yang bersangkutan memilil
kewenangan untuk menindaklanjuti laporan kecel:
kaan kapal,
PenjelasanPRESIDEN
REPUBLIC INDONESIA
Penjelasan atas pengertian pejabat pemerintah negara setempat yang
berwenang berlaku untuk seterusnya kecuali ditentukan secara lain
dalam Peraturan Pemerintah ini
Pasal
A)
Cukup jelas
Asat 2)
Cukup jetas
Pasal 6
Cukup jelis
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal &
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Horuf a
Pemeriksaan pendaliuluan kecelakaan kapal olch Syahbandar padaPasal 9
pREsioEN
REPUGLIK INDONESIA
Gasarnya dilakukan setelah Syahbandar yang bersangkutan mene-
ima laporan kecelakaan kapal dari pelapor
Namun demikian, tidak menutup Kemungkinan pemeriksaan pen-
dahuluan kecelakaan kapal dilakukan oleh Syahbandar 1
n yang
lerdekat dengan lokasi kecelakaan kapal dengan pertimbangsn
efisiensi dari segi tenaga dan waktu,
Dalam pelaksanaannya, Syahbandar yang menerima taporan kecela-
Kaan kapal melakukan langkah-langkah yang diperlukan dan ber-
koordinasi dengan Syalibandar lain yang terdekat dengan lokasi
kecelakaan kapal
Hurufb
Cukup jelas
Cukup jelas
Pasal 10
Horufa
‘Cukup jelas
Hurufb
Yang dimaksud dengan perwira kapal adalah perwira yang mendapat
tugas jaga pada waktu kecelakaan kapal terjadl.REPUBLIC INDONESIA
Huruf c
Yang cimaksud dengan anak buah kapal adaiaiv anak buah kapal yang
‘mendapat (ugas jaga pada waktu kecelakaan kapat terjadi
Hurufd
Yang dimaksud dengan pihak tainnya adalah pihak-pihzk yang dapat
memiberikan keterangan alas terjadinya kecelakaan kapal, misalnys
saksi
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jetas
Ayat (2)
Pengertian ditandat
ngani dalam ayat ini adalah ditandatangani oleh
Syahbandar atau pejabat pemerintah yang ditunjuk oleh Menteti, yang
melakukan pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal
Pasal 13REPUBLIC INDONESIA,
Pasal 13
Ayat (1)
‘Cukup jelas
Ayat @)
Huruf a
Kesimputan hasil pemeriksaan pendahuluan kecelakaan kapal me-
‘muat pendapat Syahbandar atau pejabat pemerintah yang ditunjuk
olch Menteri, yang melakukan pemeriksaan pendahuluan kecela
kaan kapal mengenai sebab-sebab terjadinya kecelakaan kapal.
Hutt b
‘Cukup jelas
Huruf e
Yang dimaksud dengan dokumen lain yang diperlukan antara lain
fotokopi dari surat kapal, sertifikat kapal, buku harian kapal, buku
olah gerak kapal pada waktu kecelakaan kapal terjadi, dokumen
awak kapal, buku pelaut, daftar penumpang dan muatan kapal, surat
ijn berlayar terakhir, data kapal, peta lokasi kecelakaan kapal.
Aya (3)
Cukup jelas
Pasal 14presiocn
RRPUBLIK IEDC
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat ()
Cukup jelas
Ayat Q)
Hurufa
Cukup jelas
Hunt
Cukup jelas
Hurufe
Lihat penjelasan Pasal 13 ayat (2) huruf a
Hurufd
Lihat penjetasan Pasal 13 ayat (2) huruf c.
Pasal 16
Aya (1)
Cukup jelas
Ayat 2)
Cukup jelasPresiocn
REPUSLIK INDONESIA
Ayat 3)
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas
Avat (2)Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
‘Ayat (1)
Cukup jetas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
PRESIODN
REPUBLIC INDONESIA
- 0
Pasal 28 ...prcsiocn:
REPUBLIC INDONESIA
Pasa! 28
Aya (0)
Cukup jelas
‘Ayat 2)
Hurt a
Cukup jetas
Huruf b
Jabatan Ketua Mahkamah Pelayaran adalah jabatan struktural
Pegawai Negeri Sipil, maka untuk dapat menduduki jabatan tersebut
ha
jus memenulii persyaratan jabatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Pegawai
Negeri Sipil
Pasal 29
Huruf a
Cukup jelas
Hurt b
Cukup jelas
Hurufe
Cukup jelas
Hurt dREPUGLIK NS NCSI
Hurufd
Jabatan Sekretaris Mahkamah Pelayaran adalah jabatanstruktural
Pegawai Negeri Sipil
Lihat penjetasan Pasal 28 ayat (2) hurufb.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat 2)
Cukup jelas
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat Q)
Cukup jelas
‘Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelasAyat Q)
‘Yang dimaksud dengan sekretaris pengganti adalah Pegawai Negeri Sipil
yang diangkat oleh pejabat yang berwenang dan ditugaskan sebagai
sekretaris pengganti dalam Mahkamah Pelayatan sesuai_ dengan
ketentuan peraturan perundany
ndangan yang berlaku di bidang
Pegawai Negeri Sipit
Sckretaris pengganti mempunyai twgas sebagai sekretaris dalam Sidang,
Maj
pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal
Ayat 3)
Pengertian yan
ada dalam ayat ini adalah baiwa jumnlah sekretaris
pengganti yang dapat diangkat dalam Mabkai
Pelayaran sebanyak-
banyaknya adalah 2 (dua) orang,
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Ayat (1)
‘Cukup jelas
uvPRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA
Ayat (2)
Dalam hal tertentu Sidang Majelis dapat dilangsungkan di tuar tempat
kedudukan Mahkamah Pelayaran dengan pertimbangan antara iain
arena sebagian besar alat bukti yang diperlukan berada di lokasi yang,
bersangkutan atau tersangkut berada dalam penahanan oleh pejabat yang,
berwenang pada lokasi yang bersangkulan.
Ayat 3)
‘Cukup jelas
Pasal 35
Ayat (1)
‘Cukup jelas
Aya @)
Cukup jets
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 36
Aya (I)
‘Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelasPRESIOEN
REPURNIK INDONESIA
PNG
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Ayat (1)
‘Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
‘Cukup jelas
Ayat (4)
‘Cukup jelas
Pasal 39
Ayat (1)
‘Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 40
Ayat (1).
Yang dimaksud dengan hal atau alasan yang dapat dipertanggung-
Jawabkan misalnya saksi dan/atau saksi abli yang bersangkutan tidak
inendapat jin untuk meninggatkan tugsPRESIOCN
REPUGLIK INDONESIA
Ayat (2)
‘Cukup
Ayat 3)
Cukup jelas
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat 2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 42
‘Cukup jelas
Pasal 43,
Cukup jelas
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelaspcs:
REPUBLIK INDONESIA
Ce
Ayat Q)
Cukup jelas
Ayat 3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jetas
Pasal 47
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan pilak yang terkait danatau yang membutuhkan
anara fain Syahbandar, Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha
Negara
Pasal 48,4,
¢
wy
PRESIOEN
REPUBLIC INDONESIA
Pasal 48
Ayat (I)
Cukup jetas
Ayat @2)
‘Cukup jelas
Pasal 49
‘Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasat 51
Ayat (IJ
Cukup jelas
Ayat 2)
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jetas
Pasal 53
Cukup jelasPRESIOEN,
REPUGLIK INDONESIA,
Soe ee
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Ayat (1)
‘Cukup jelas
Ayat (2) s
‘Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas .
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59_
Cukup jelas.
Pasal 60
‘Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3724