You are on page 1of 7

ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

Indonesia Diagnosis Related Groups

Ronnie Rivany*

Abstrak
Di Amerika dan Australia, Kelompok Diagnosis Terkait (Diagnosis Related Group’s) (DRGs) adalah suatu cara mengidentifikasi dan mengelompokkan pasien
yang mempunyai kebutuhan dan sumber yang sama dirumah sakit berdasarkan alur perjalanan klinis (Clinical Pathway). Penyakit yang mempunyai co mor-
bidity atau co mortality, disebut Casemix dan mempunyai kode yang memperlihatkan derajat keparahan kelompok penyakit sehingga secara linear akan mem-
pengaruhi besaran biaya perawatan. Dengan demikian, pembayaran perawatan di rumah sakit akan dilakukan berdasarkan “kesembuhan“ (cost of treatment
per diagnosis), dan bukan berdasarkan penggunaan pelayanan medis dan non medis (fee for services). Di Indonesia sampai kini belum ada model perhi-
tungan biaya untuk pembayaran perawatan mulai pasien masuk sampai sembuh dan keluar rumah sakit berdasarkan diagnosis (cost of treatment per diag-
nosis). Pola pembiayaan yang digunakan di rumah sakit masih didasarkan pada fee for services. Dalam bentuk tesis, konsep Indonesia – DRG/ INA –DRG
kami kembangkan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, mengacu pada Australian DRG.
Kata kunci : INA-DRG, kelompok diagnosis terkait, alur perjalanan klinis

Abstract
In America, and Australian, Diagnosis Related Groups, known as DRGs is a method to identify and classify inpatients that have the same resources within
hospitals based on Clinical Pathway. It has numbering/coding system used like a menu for determining the cost. The co morbidity and/or co mortality of a di-
sease is called the Casemix, where it has numbering/coding that shows the degree of severity, which the cost linearly increased. Therefore the financing is
based on the in-patients’ ”recovery” (cost of treatment per diagnosis), and not based on the utility of the medical and non medical treatments ( fee for servi-
ces). One of the issues arise in Indonesia’s health financing system is that it does not have the costing model for health care financing, for inpatients from ad-
mission to discharge (cost of treatment per diagnosis). Therefore the financing system used is based on fee for services. Using Australian DRG as reference,
the concept of Indonesia–DRG / INA –DRG is developed by the researcher with Graduate Students in the Public Health and Hospital Administration Program,
Postgraduate Studies Faculty of Public Health University of Indonesia, in Thesis.
Key words : INA-DRG’s, diagnosis related groups, clinical pathway

*Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gd. F Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 (e-mail: ronnie_rivany@yahoo.com)

3
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 1, Agustus 2009

Klasifikasi Penyakit Internasional X (International medis dan non medis yang diberikan kepada pasien.
Classification of Disease X) (ICD-X) dari WHO telah se- Tarif per diagnosis telah ditetapkan sebelumnya, se-
jak lama dikembangkan berikut berbagai revisinya. hingga selisih biaya yang dikeluarkan oleh rumah sa-
Klasifikasi tersebut mengelompokkan penyakit berdasar- kit lebih dari tarif yang telah disepakati, merupakan
kan anatomi dan fungsi organ secara menyeluruh.1 keuntungan atau kerugian rumah sakit.3 Metoda ini di-
Mengacu pada ICD-X tersebut, Australia sebagai negara perkenalkan pertama kali di Amerika Serikat, pada
berkembang berusaha mengelompokkan kembali semua tahun 1984, dalam program Medicare dan Medicaid
penyakit yang ada dalam ICD-X tersebut ke dalam kate- yang bermanfaat mengendalikan biaya kesehatan, me-
gori diagnosis utama (Major Diagnostic Categories mudahkan administrasi dan meningkatkan mutu pe-
(MDC) yang berjumlah 23 jenis (Lihat Tabel 1).2 layanan rumah sakit.
Kategori tersebut secara terperinci dikelompokkan Clinical pathway di rumah sakit merupakan pedoman
menjadi 661 DRG’s dengan format A DD S yang meliputi yang mencakup semua aktivitas pasien mulai saat masuk
A=Pre MDC DRG’s; B = nervous system DRG; hingga keluar dari rumah sakit. Pedoman ini berguna un-
O=Reproductive System; Z=DRG’s relating to other tuk meningkatkan mutu pelayanan dan pengendalian bi-
health factors; 9=the error DRG’s; DD=DRG’s partition; aya pelayanan. Clinical pathway dapat digunakan untuk
Range 01–39 Surgical Partition, Range 40–59 Other alat evaluasi pelayanan medik yang bermutu dan dapat
Partition, Range 60–99 Medical Partition dengan S=split menghindari tindakan yang tidak diperlukan. Hal terse-
indicator diman A=highest resources DRG, dan B=se- but dapat digunakan sebagai pedoman dasar dalam per-
cond highest resources. hitungan biaya pelayanan. Dengan demikian, pasien men-
Berdasarkan MDC versi Australia tersebut terlihat dapatkan kepastian tentang biaya dari upaya penyembu-
ada beberapa MDC yang menggunakan pengelompok- han penyakit yang diderita.4-7
kan secara berbeda dengan pola pengelompokkan di
Indonesia. Sebagai contoh, MDC.18 tentang Infectious Permasalahan
and parasitic disease (systemic or unspecified sites) Sampai kini belum ada standarisasi pelayanan medik
yang memisahkan kelompok penyakit infeksi dan (clinical pathway) yang diberlakukan di seluruh rumah
kelompok penyakit yang disebabkan oleh parasit. sakit di Indonesia guna dijadikan basis perhitungan biaya
Secara khusus, pengelompokkan DRG pada beberapa per penyakit. Shortcut yang dilakukan Departemen
tesis yang diuji ternyata ditemukan pengelompokkan Kesehatan dengan menerbitkan Buku Tarif RS Umum
DRG’s versi Australia ada yang cocok dengan pola dan Khusus bagi berbagai tingkatan rumah sakit peme-
penyakit di Indonesia, meskipun ada perbedaan kelom-
pok usia pasien. Di lain pihak, umumnya pelayanan di Tabel 1. Kategori Diagnostik Utama – Versi Australian
rumah sakit Indonesia menghadapi masalah kompleks
informasi biaya yang sering tidak jelas. Sistem pem- No Kategori

bayaran yang ditetapkan di rumah sakit adalah sistem 1. Penyakit dan kelainan system saraf
pembayaran per jasa pelayanan, dengan pembayaran 2. Penyakit dan kelainan mata
yang dilakukan setelah pelayanan diberikan yang dise- 3. Penyakit dan kelainan telinga, hidung dan tenggorok
4. Penyakit dan kelainan system respirasi
but fee for service. 5. Penyakit dan kelainan system sirkulasi
Upaya pengendalian biaya pelayanan kesehatan (cost 6. Penyakit dan kelainan system pencernakan
containment) perlu dilakukan yang salah satu bentuknya 7. Penyakit dan kelainan system hepatobiliar dan pankreas
8. Penyakit dan kelainan sistem otot dan kerangka dan jaringan penunjang
adalah mengubah sistim fee for service menjadi bentuk 9. Penyakit dan kelainan kulit, jaringan subkutan dan payudara
Prospective Payment System (PPS). PPS merupakan sis- 10. Penyakit dan kelainan endokrin, nutrisi, metabolik
tem pembayaran dengan jumlah yang sudah ditetapkan 11. Penyakit dan kelainan ginjal dan saluran kemih
12. Penyakit dan kelainan system reproduksi pria
sebelum pemberian pelayanan, tanpa mempertimbang- 13. Penyakit dan kelainan system reproduksi wanita
kan tindakan medik atau lama perawatan di rumah sa- 14. Kehamilan, pwesalinan dan nifas
kit. Salah satu bentuk PPS tersebut adalah Diagnosis 15. Bayi baru lahir dan dan neonatus lain dengan periode perinatal
16. Penyakit dan kelainan darah, organ pembentuk darah dan immunologi
Related Groups yang digunakan pada pasien-pasien akut 17. Penyakit dan kelainan myeloproliferative dan meoplasma berdifferensiasi
yang mengalami rawat inap. jelak
Diagnosis Related Group’s selanjutnya disebut 18. Penyakit infeksi dan parasit (daerah sistemik atau tidak spesifik)
19. Penyakit dan kelainan mental
DRG’s adalah suatu metoda identifikasi pasien yang 20. Penggunaan Alkohol/ obat dan kelainan mental organik diinduksi alkohol/
mempunyai kebutuhan dan sumber yang sama di ru- obat
mah sakit. Selanjutnya, mereka dikelompokkan ke da- 21. Cedera, keracunan dan efek tosik obat membakar
22. Faktor mempengaruhi staus kesehatan dan kontak lain dg pelayanan
lam kelompok yang sama. Dengan demikian, pem- kesehatan
bayaran perawatan rumah sakit dilakukan berdasar-
kan diagnosis, bukan berdasarkan utilisasi pelayanan Sumber: AR-DRG’s Version 5.2 Tahun 2006

4
Rivany, Indonesia Diagnosis Related Groups

rintah tahun 2007 memicu berbagai kontroversi. aya paket pelayanan kesehatan dari penyakit rawat inap
Hampir semua kritik mempertanyakan tentang metoda dengan tindakan surgical/others/medical beserta komor-
perhitungan Buku Tarif tersebut, karena banyak pihak biditas dan komplikasinya dengan mengacu pada clinical
yang merasa dirugikan. Hal tersebut terjadi karena pathway yang telah dibuat dan ditetapkan; Perhitungan
yang seharusnya dihitung adalah biaya bukan tarifnya. analisis biaya dengan mempergunakan metode Activity
Disamping itu, Surat Keputusan Menteri Keuangan Based Costing untuk direct cost-nya, khusus untuk in-
Nomor 298/MK.02/2005 tentang Peralihan Status direct cost-nya dilakukan dengan simple distribution met-
Rumah Sakit Perusahaan Jawatan menjadi Instansi hode. (6) Melakukan sensitivitas perhitungan biaya paket
Pemerintah Pengelola Keuangan Badan Layanan pelayanan kesehatan dengan simulasi cost of treatment
Umum (BLU) yang menerapkan Pola Pengelolaan tanpa gaji dan obat, untuk menghindari double counting
Keuangan Badan Layanan Umum. Pengelolaan keu- pembiayaan Program Askeskin/Jamkesmas kepada RS di
angan rumah sakit BLU yang efektif dan efisien se- Indonesia sebab semua sumber pembiayaan telah berasal
harusnya adalah melalui sistem cost of DRGs atau cost dari pemerintah.
of treatment dan bukan cost per tindakan ataupun fee Ruang lingkup kegiatan dari pengembangan konsep
for servives. dan sosialisasi Istilah dan Konsep Akademik INA-DRG
Cost of DRGs atau cost of treatment pada dasarnya ini mencakup semua sektor yang terkait dengan industri
adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan mulai sejak layanan kesehatan di Indonesia. Hal tersebut, seperti
pasien masuk melakukan pendaftaran, penegakkan di- aspek manajemen keuangan rumah sakit, profesi, asu-
agnosa, terapi, dan pulang. Semua biaya tersebut te- ransi kesehatan baik PT Askes maupun perusahaan asu-
rangkum dalam suatu alur perawatan atau Integrated ransi kesehatan swasta lainnya serta Departemen
Clinical Pathway. Tujuan pengembangan konsep dan Kesehatan yang seharusnya akan berfungsi sebagai regu-
sosialisasi Istilah dan Konsep Akademik dari INA-DRG latornya. Dasar pemikiran dari INA-DRG ini adalah kon-
tersebut adalah untuk mengembangkan pengelompokan firmasi dan perhitungan yang secara umum akan terlihat
penyakit rawat inap sejenis versi Indonesia yang meli- sebagai dua pola pikir.3
puti template Clinical Pathway dan perhitungan Cost of Pertama, Istilah dan Konsep Akademik INA-DRG ini
Treatment ke seluruh stakeholder yang terkait dengan berupa perhitungan biaya yang dikeluarkan dengan unit
pola pembiayaan layanan kesehatan di rumah sakit tan- cost actual pengobatan di rumah sakit yang berbasis cli-
pa melupakan basic idea dari konseptor yang mengem- nical pathway. Unit cost dihitung dengan metode
bangkannya. Activity Based Cost System + Simple Distribution
Secara spesifik, tujuan Istilah dan Konsep Akademik Methode, pada mana biaya perawatan di rumah sakit me-
INA-DRG meliputi: (1) Mengkonfirmasi apakah pola pe- rupakan fungsi utilisasi dan unit cost.17,18 Kedua, pene-
nyakit rawat inap dengan tindakan surgical/others/medi- litian bertujuan mendapatkan biaya nyata berbagai tin-
cal beserta komorbiditas dan komplikasinya di lingkung- dakan, obat dan bahan medis berbasis clinical pathway
an RS di Indonesia dapat disesuaikan/mengikuti pola pe- yang diberikan untuk pengobatan pasien sampai sembuh.
nyakit rawat inap negara lain (Referensi: Australian Berbagai faktor yang mempengaruhi utilisasi meliputi di-
Refined–DRG).3,8-16 (2) Mengidentifikasi semua aktivi- agnosa utama berdasarkan ICD X, karakteristik pasien
tas dan utilisasi (evidence based) yang terkait dengan pa- dan case mix. Penetapan tarif dapat disertai atau tidak
ket pelayanan kesehatan penyakit rawat inap dengan tin- disertai dengan margin, sesuai dengan visi dan misi se-
dakan surgical/others/medical beserta komorbiditas dan tiap rumah sakit.
komplikasinya mulai dari pendaftaran pasien, penegak- Asumsi hubungan antar variabel dalam penelitian ini
kan diagnosa, pra terapi, terapi, tindak lanjut sampai adalah clinical pathway, sementara unit cost menjadi va-
dengan pasien keluar dari rumah sakit sebagai bahan da- riabel bebas dari cost of treatment per diagnosis. Hal ter-
sar Draft Clinical Pathway. (3) Membuat dan menetap- sebut dapat dilakukan berdasarkan tingkat keparahan
kan clinical pathway berbasis INA-DRG bersama orga- penyakit yang diderita oleh pasien baik dengan penyer-
nisasi profesi terkait lainnya untuk pola penyakit rawat ta/penyulit ataupun tidak. Aspek diagnosa utama meli-
inap dengan tindakan surgical/others/medical beserta ko- puti case mix (penyakit penyerta dan penyulit), karakte-
morbiditas dan komplikasinya berdasarkan evidence ba- ristik pasien (umur dan jenis kelamin), lama hari rawat,
sed yang terjadi di lingkungan RS di Indonesia. (4) utilisasi dari tindakan medis/non medis, serta obat dan
Mengidentifikasi semua biaya langsung dan tak langsung bahan medis sangat berperan dalam aspek analisis biaya
yang terkait dalam clinical pathway berbasis INA-DRG untuk perhitungan unit cost per tindakan.
dari penyakit rawat inap dengan tindakan surgical/ot-
hers/medical beserta komorbiditas dan komplikasinya Clinical Pathway
berdasarkan evidence based yang terjadi di lingkungan Clinical pathway adalah “konsep perencanaan pela-
RS di Indonesia. (5) Melakukan perhitungan seluruh bi- yanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang di-

5
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 1, Agustus 2009

Hari Ke-…
Clinical Pathway
Diagnosa Utama + Serta + Sulit + Sulit dan + Serta

Admission
Diagnostic
Pra Therapy
Therapy
Follow Up
Discharge

Gambar 1. Dummy Table

Gambar 2. Hubungan Antar Variabel

berikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan asemix-nya. Apabila ternyata kelompok penyakit terse-
medis, standar asuhan keperawatan, dan standar pelaya- but mempunyai komorbiditi dan komplikasi. Pada taha-
nan tenaga kesehatan lainnya. Keseluruhan berbasis buk- pan pembagian kelompok tersebut, clinical pathway
ti dengan hasil yang dapat diukur pada periode waktu ter- akan berkontribusi secara sangat bermakna. Pola pena-
tentu selama di rumah sakit”.19-21 Dari pola pengem- nganan pasien dengan berbagai macam tindakan medis
bangan konsep clinical pathway di atas, terlihat bahwa dan bedah tersebut berperan pada pengelompokan pola
basis dari semua pola penyakit adalah International penyakit yang dimaksud. Secara teknis, tahapan clinical
Classification of Diseases (ICD) dari WHO, yang kemu- pathway tersebut meliputi berbagai macam aktivitas pe-
dian dengan karakteristik pola penyakit setiap negara di- nerimaan, diagnosis, pra pengobatan, pengobatan, pe-
kelompokkan menjadi Major Diagnostic Categories mantauan, dan penghentian. Template dari tahapan ter-
(MDC). sebut dapat dilihat pada Dummy Table (Lihat Gambar
Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, 1).
Indonesia sangat membutuhkan ICD WHO yang meru- Secara teoritis tingkat keparahan suatu kelompok
pakan harga mati tidak dapat ditawar. Demikian pula, penyakit rawat inap sejenis akan terdiri dari empat
halnya dengan MDC yang di negara kita belum dapat di- tingkatan, meliputi: tingkatan pertama, ditegakkan diag-
kelompokkan. Tahapan pengelompokkan Diagnosis nosa utama/principal diagnosis; tingkatan kedua, diag-
Related Groups yang biasa disebut dengan pengelom- nosa utama yang hanya disertai dengan penyakit
pokkan pola penyakit rawat inap sejenis lengkap dengan penyerta; tingkatan ketiga, diagnosa utama yang hanya

6
Rivany, Indonesia Diagnosis Related Groups

Gambar 3. Alur Aktifitas Klinik dan Pembiayaan

disertai penyulit. Tingkat keempat, penyakit dengan di-


Clinical Pathway U DC IC TC UC U X UC
agnosa utama yang disertai berbagai penyakit penyerta
dan penyulit secara bersamaan. Tingkat keparahan terse- Admission
but digunakan sebagai pola penetapan kode dan Diagnostic
Pra Therapy
penomoran Australian DRG. Therapy
Secara konseptual, INA-DRG yang berbasis evidence Follow Up
tersebut menggambarkan hubungan antara berbagai Discharge

variabel tersebut (Lihat Gambar 2). Gambar 4. Dummy Table

Biaya Pengobatan
Biaya pengobatan (Cost of Treatment) adalah perhi- diperoleh biaya per aktivitas dari clinical pathway
tungan biaya yang terkait dengan biaya langsung dan (Utilisasi x Unit Cost) dan biaya total dari Cost of
tidak langsung yang dibutuhkan dalam tindakan pe- Treatment yang merupakan penjumlahan biaya per ak-
rawatan/layanan kesehatan untuk setiap penyakit yang tivitas – aktivitas yang telah dihitung terlebih dahulu se-
sesuai dengan clinical pathway. Secara teknis, perhitu- belumnya (Cost/DRG) (Lihat Gambar 4).
ngan biaya tersebut menggunakan Activity Based Costing Dengan mempergunakan teori dasar Ekonomi ten-
untuk biaya langsung yang dimodifikasi dengan Simple tang Penetapan Tarif (Pricing), dapat digambarkan bah-
Distribution Methode untuk biaya tak langsung (Lihat wa untuk membuat tarif sebaiknya adalah dengan cara
Gambar 3). menghitung biayanya terlebih dahulu, sehingga Tarif
Dengan perhitungan analisis biaya berbasis metode adalah Unit Cost + Margin, seperti gambaran diterminan
Activity based Costing + Simple Distribution Methode, tarif per DRG dibawah ini (Lihat Gambar 5). Disini ter-
maka dapat dihitung biaya total dan biaya satuan yang lihat bahwa cost yang terjadi dalam rawat inap adalah
dibutuhkan untuk setiap tindakan/aktivitas yang terjadi merupakan penjumlahan dari berbagai biaya yang terja-
mulai dari pasien datang sampai pulang dengan kesem- di sesuai dengan tahapan clinical pathway mulai dari ad-
buhan yang sesuai dengan Clinical Pathway masing- mission sampai discharge. Khusus untuk INA-DRG disi-
masing. ni, yang dimaksud dengan penetapan tarif seharusnya
Pada Dummy Table Gambar 4, terlihat pula bahwa adalah total biaya per penyakit rawat inap yang telah di-
dengan mengacu pada clinical pathway maka akan dapat hitung berbasis clinical pathway tadi ditambah dengan
diketahui berbagai macam jenis tindakan dan jumlah uti- kemungkinan margin yang diharapkan oleh rumah sakit
lisasinya (U), disamping itu, dapat dihitung pula Direct atau cukup dengan pola Break Even Point (BEP) saja di-
Cost (DC), Indirect Cost (IDC), Total Cost (TC) serta mana tarif yang di tetapkan cukup sama dengan nilai bia-
Unit Cost-nya(UC) sehingga secara subtotal akan dapat ya yang telah dikeluarkan oleh rumah sakit.

7
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 1, Agustus 2009

Gambar 5. Determinan Tarif per DRG’s

Kesimpulan 4. Rivany R. Hubungan clinical pathway dengan DRG’s casemix. INA-ver-


Mengacu pada dua puluhan hasil riset yang berbasis sion; 2006.
evidence sejak tahun 2000 sampai sekarang, terlihat bah- 5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Clinical pathway di rumah
wa sebenarnya clinical pathway dapat dibuat dan dite- sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen
gakkan di Indonesia, demikian pula pengelompokkan po- Kesehatan Republik Indonesia; 2006.
la penyakit rawat inap sejenisnya, sehingga sebenarnya 6. Supartono B. Clinical pathway pembedahan fraktur clavikula di Rumah
Diagnosis Related Group versi Indonesia dapat dibuat Sakit Pusat TNI AU Dr. Esnawa n Antariksa tahun 2005 [tesis]. Depok:
tanpa perlu melakukan shortcut dengan program kom- FKM UI; 2006.
putansi. Catatan utama yang diperoleh dari lesson 7. Mixmarina DA. Analisis penyusunan clinical pathway operasi histerek-
learned di atas antara lain: 1) adanya perbedaan batasan tomi di RS Cengkareng tahun 2006 [tesis]. Depok: Fakultas Kesehatan
umur pada penderita, 2) adanya perbedaan antara Masyarakat Universitas Indonesia; 2007.
penyakit co-morbidity dan co-mortality dalam casemix 8. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Analisis biaya berbasis paket di-
dari kelompok penyakit tertentu, dan 3) adanya perbe- agnosa related groups (DRG’s). Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi DKI
daan konsep dalam pengelompokkan penyakit infeksi Jakarta; 2007.
dan parasit dalam Major Diagnostic Categories nomor 9. Devi AA. Variasi biaya demam berdarah dengue berdasarkan DRG’s di
18. Rumah Sakit Umum dr. Soedarso Pontianak tahun 2005 [tesis]. Depok:
FKM UI; 2005.
Saran 10. Effendi S. Cost of treatment berdasarkan diagnosis related groups
Sebaiknya dilakukan matching antara berbagai pen- (E62A, E62B, E62C) di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar
dapat yang ada tentang cara dan aplikasi clinical pathway Provinsi Jawa Barat tahun 2006.
dan Cost of Treatment per pengelompokkan penyakit 11. Ermawati. Studi kasus variasi biaya tahun 2004 dalam penyusunan
rawat inap sejenis yang ada di Indonesia, tanpa melu- DRG’s diare/gastroenteritis dengan unit cost pada kelompok umur
pakan degree of severity dan pengelompokkannya dalam anak-anak di RSU Tangerang [tesis]. Depok: Fakultas Kesehatan
Major Diagnostic Categories yang sesuai dengan pola Masyarakat Universitas Indonesia; 2005.
penyakit di Indonesia. 12. Harmidy F. Cost index dan cost of treatment penyakit diare anak dan
tindakan sectio caesaria di RSUD DKI Jaya [tesis]. Depok: FKM UI;
Daftar Pustaka 2006.
1. World Health Organization. International statistical of diseases and 13. Ninae. Studi kasus biaya pengobatan penyakit malaria di RSUD St.
related health problems – 10th Revision. 2nd Ed. Geneva: WHO; Imanuddin Pangkalan Bun tahun 2003. 2004.
2004. 14. Prasetya A. Analisis cost of treatment tindakan operasi lensa diagnosis
2. Australian Refined Diagnosis Related Group. Definition manual, katarak berdasarkan clinical pathway di RSUD Tarakan dan RSUD Budi
Australian government department of health and ageing. Australia: Asih [tesis]. Depok: FKM UI; 2008.
Commonwealth of Australia; 2006. 15. Rusady MA. Studi eksplorasi diagnosis realted groups (DRG’s) penya-
3. Rivany R. Casemix, reformasi mikroekonomi di industri layanan kese- kit abortus di Rumah Sakit Fatmawati tahun 2000 [tesis]. Depok: FKM
hatan. Depok: FKM UI; 1998. UI; 2000.

8
Rivany, Indonesia Diagnosis Related Groups

16. Susi. Cost of treatment penyakit stroke di Rumah Sakit Bukittinggi. 19. Rosch J. Cost unit accounting based on clinical pathway.
2005 2005.
17. Hindle D. Casemix and financial management. McGraw and Hill; 20. Feyner R. Cost profit-accounting based on a clinical pathway for CABG:
1997. a practical tool for DRG-implementation. 2005.
18. Baker J. Activity based costing and activity based management for health 21. Gardner K, Allhusen J, Kamm J, Tobin J. Determining the cost of care
care. Maryland: Aspen Publisher Inc.; 1998. through clinical pathways. 1997

You might also like