You are on page 1of 8

3

Semakin kuat rasa cinta seorang muslim kepada Rasulullah shallallahu


'alaihi wa salam, niscaya keimanannya semakin kuat pula. Dan keimanan
tersebut akan mencapai puncaknya ketika seorang muslim lebih mencintai
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam daripada rasa cintanya kepada
ayah, ibu, anak, istri, saudara dan manusia siapapun juga.

Sebagaimana ditegaskan dalam hadits-hadits shahih:

 ُ‫ َع ْن أَيِب ُهَر ْيَرة َر ِض َي اللَّه‬ ‫ َر ُسول اهلل‬ : ‫صل اهلل عليه وسلّم‬
ّ
«‫ َو َولَ ِد ِه‬ ‫ َوالِ ِد ِه‬ ‫ ِم ْن‬ ‫إِلَْي ِه‬ ‫ب‬ َ ‫أ‬ ‫أَ ُكو َن‬  ‫ َحىَّت‬ ‫َح ُد ُك ْم‬
َّ ‫َح‬ ِ ِِ ِ ِ
َ ‫أ‬ ‫يُ ْؤم ُن‬ َ‫ال‬ ،‫ َن ْفسيبِيَده‬ ‫» َف َوالَّذي‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu


'alaihi wa salam bersabda: "Demi Allah Yang nyawaku berada di tangan-
Nya. Salah seorang di antara kalian tidak beriman sehingga aku lebih ia
cintai daripada bapaknya dan anaknya sendiri." (HR. Bukhari no. 14)

Seorang muslim senantiasa mencintai dan mengagungkan Rasulullah


shallallahu 'alaihi wa salam. Di antara wujud mencintai dan
mengagungkan beliau adalah:
1. Membenarkan wahyu Al-Qur'an dan as-sunnah (hadits nabawi) yang
beliau
Terima dari Allah Taa’la
2. Melaksanakan perintah-perintah beliau, baik hal yang wajib maupun
yang sunah.
3. Menjauhi larangan-larangan beliau, baik hal yang haram maupun
yang makruh.
4. Mempelajari, mengajarkan, mendakwahkan dan memperjuangkan
ajaran agama
Islam yang beliau bawa
5. Menjadikan syariat beliau, Al-Qur'an dan as-sunnah, sebagai satu-
satunya pedoman
4

hidup dalam kehidupan pribadi,keluarga,masyarakat,bangsa dan


Negara.
6. Mengorbankan jiwa raga, harta, tenaga, pikiran dan waktunya untuk
memperjungkan tegaknya syariat beliau.
7. Memanjatkan shalawat kepada beliau dan memohon kepada Allah
agar kelak di
hari kiamata di perkenankan menerima syafaat beliau.
8. Memusuhi dan membenci orang-orang yang membenci, memusuhi,
mencaci maki
dan melecehkan beliau.

Sesudah mencintai Rasulullah SAW, kita juga berkewajiban menghormati


dan memuliakan beliau, lebih daripada menghormati dan memuliakan tokoh
manapun dalam sejarah umat manusia. Diantara bentuk penghormatan dan
pemuliaan terhadap beliau adalah tidak boleh mendahului beliau dalam
mengambil keputusan atau menjawab pertanyaan.

ُ ‫ َو ا ت‬3ۖ ‫َّه َو َر ُس ولِ ِه‬


َّ‫ إِ ن‬3ۚ َ‫َّق وا اللَّه‬ َ َ ‫ُ َ نْي‬
ِ
ِ ‫َّذ ين آم نُ وا اَل ُت َق ِّد م وا ب ي َد ِي الل‬
َ َ ‫يَا أَيُّ َه ا ال‬
ِ ِ
ٌ‫يع َع ل يم‬
ٌ ‫اللَّهَ مَس‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Menurut Muhammad’ ali ash-shabuni ,para sahabat,jika diajukan pertanyaan


dalam majlis yang dihadiri nabi, mereka tidak mau mendahului beliau
menjawab,apabila dihindangkan makanan mereka tidak akan memulai makan
sebelum nabi memulainya, kalau berjalan bersama nabi mereka tidak akan
berada didepan”.2
5

Bentuk lain dari menghormati dan memuliakan rasulullah saw adalah tidak
berbicara keras dihadapan beliau. Allah SWT berfirman :

ِ ِ
ُ‫ص ْو ت النَّيِب ِّ َو اَل جَتْ َه ُر وا لَ ه‬
َ ‫َص َو اتَ ُك ْم َف ْو َق‬
ْ ‫آم نُ وا اَل َت ْر َف عُ وا أ‬ َ ‫يَا أَيُّ َه ا الَّذ‬
َ ‫ين‬

َ ‫َع َم الُ ُك ْم َو أَ ْن تُ ْم اَل تَ ْش عُ ُر‬


‫ون‬ ْ ‫َن حَتْ بَ َط أ‬ ٍ ‫ض ُك ْم لِ َب ْع‬
ْ‫ض أ‬ ِ ‫بِ الْ َق و ِل َك ج ه ِر ب ع‬
َْ ْ َ ْ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu
melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara
yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian
yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak
menyadari. (QS. Al-Hujarat 1 )”

Sanksi bagi yang melanggar larangan Allah diatas tidak tanggung-tanggung,


yaitu hilang lenyap seluruh pahala amal kebaikan yang telah dilakukan. Tapi
sebaliknya bagi yang mematuhi juga dapat janji pahala yang besar.

ِ ِ
ُ‫ين ْام تَ َح َن اللَّه‬ َ ِ‫ُولَ ئ‬
َ ‫ك الَّذ‬
ِ ‫ول الل‬
ٰ ‫َّه أ‬ ِ ‫ون أَص و ا َت ه م ِع ْن َد ر س‬
ُ َ ْ ُ َْ َ ‫ض‬ ُّ ُ‫ين َي غ‬ ِ
َ ‫إ نَّ الَّذ‬
ِ ِ ْ ‫وب ُه ْم لِ ل ت‬
ٌ‫َج ٌر َع ظ يم‬
ْ ‫ هَلُ ْم َم ْغ ف َر ةٌ َو أ‬3ۚ ‫َّق َو ٰى‬ َ ُ‫ُق ل‬
“Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah
mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk
bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Hujarat 3
)

1. Mengikuti dan Menaati Rasul

Mengikuti Rasulullah saw (ittiba’ ar-Rasul) adalah salah satu bukti kecintaan
seorang hamba terhadap Allah SWT. Allah berfirman :

ِ َ ُّ‫قُ ْل إِ ْن ُك ْن تُ ْم حُتِ ب‬
ُ‫ َو اللَّه‬3ۗ ‫ون اللَّهَ فَ اتَّبِ عُ و يِن حُيْ بِ ْب ُك ُم اللَّهُ َو َي ْغ ف ْر لَ ُك ْم ذُ نُوبَ ُك ْم‬
ِ
ٌ‫ور َر ح يم‬
ٌ ‫َغ ُف‬
6

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya


Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS. Ali-Imran 3:31 )

Rasulullah saw, sebagaimana rasul-rasul yang lain, diutus oleh Allah SWT
untuk diikuti dan dipatuhi.

ِ‫ول إِ اَّل لِ ي طَ اع بِ ِإ ْذ ِن اللَّه‬


ٍ ‫ۚ و م ا أَر س ْل نَ ا ِم ن ر س‬
َ ُ ُ َ ْ َ ْ ََ

“Dan kami tidak mengutus seseorang rasul, melainkan untuk ditaati dengan
seizin Allah” ( QS. An-Nisa 4:64 )

Apa saja yang datang dari Rasulullah saw harus diterima, apa yang
diperintahkannya diikuti, dan apa yang dilarangnya ditinggalkan.

Allah berfirman:

3ۖ َ‫َّق وا اللَّه‬
ُ ‫ َو ا ت‬3ۚ ‫اك ْم َع ْن هُ فَ ا ْن َت ُه وا‬
ُ ‫ول فَ ُخ ُذ وهُ َو َم ا َن َه‬
ُ ‫الر ُس‬
َّ ‫اك ُم‬
ُ َ‫َو َم ا آت‬

ُ ‫إِ نَّ اللَّهَ َش ِد‬


ِ ‫يد الْ عِ َق‬
‫اب‬

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”. (QS. Al-Hasyr 59:7)

Ketaatan kepada Rasulullah saw bersifat mutlak, karena taat kepada beliau merupakan
bagian dari taat kepada Allah. Allah SWT menegaskan hal itu dalam firman-Nya:

‫اك َع لَ ْي ِه ْم َح ِف يظً ا‬
َ َ‫ َو َم ْن َت َو ىَّل ٰ فَ َم ا أ َْر َس ْل ن‬3ۖ َ‫اع اللَّه‬
َ َ‫ول َف َق ْد أَط‬ َّ ‫َم ْن يُ ِط ِع‬
َ ‫الر ُس‬
7

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati


Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak
mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An-Nisa 4:80)

Dalam banyak ayat, Allah SWT meletakkan perintah taat kepada Rasulullah
sesudah perintah taat kepada Allah. Adakalanya perintah taat kepada
Rasulullah disebut secara eksplisit sehingga kalimatnya menjadi “taatlah
kepada Allah dan taatlah kepada Rasul”, dan adakalanya dengan di ‘athaf
(diikutkan) saja kepada perintah taat kepada Allah, sehingga kalimatnya
menjadi “taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya” seperti arti dalam dua ayat
berikut ini:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.”(QS. An-Nisa 4:59)

Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka


sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".(QS. Ali-Imran 3:32)

Perbedaan redaksi tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah saw diberi


kewenangan tidak hanya menjelaskan dan menegaskan ajaran dan aturan
Allah dalam Al-Qur’an, tapi juga dalam menetapkan apa-apa yang belum
ditetapkan oleh Al-Qur’an, seperti shalat misalnya. Nabilah yang
menunjukkan bagaimana tatacara shalat yang didalam Al-Qur’an tidak
dijelaskan.

Ajaran Al-Qur’an dan Sunnah bersifat komprehensif (mencakup


seluruh konsep kehidupan). Secara garis besar dapat dibagi menjadi aspek
aqidah, ibadah, akhlaq dan mu’amalah. Ada yang bersifat statis da nada yang
bersifat dinamis. Yang bersifat statis itu adalah aspek aqidah, ibadah, akhlaq
(dalam pengertian nilai baik buruknya tidak berubah, tapi manifestasinya bisa
berubah) dan sebagian kecil aspek mu’amalah (yaitu tata kehidupan
berkeluarga). Sedangkan yang bersifat dinamis adalah sebagian besar aspek
mu’amalah (politik-ekonomi-sosial-budaya-hankam dan lain-lain).
8

2. MENGUCAPKAN SHALAWAT DAN SALAM

Allah SWT memerintahkan kepada orang orang yang beriman untuk selalu
bersholawat serta salam kepada baginda Nabi Muhammad SAW

ِ ِ
‫ص لُّ وا‬
َ ‫آم نُ وا‬ َ ‫ يَ ا أَيُّ َه ا الَّذ‬3ۚ ِّ ‫ون َع لَ ى النَّيِب‬
َ ‫ين‬ َ ُ‫إِ نَّ اللَّهَ َو َم اَل ئ َك تَ هُ ي‬
َ ُّ‫ص ل‬
ِ ‫َع لَ ْي ِه‬
ً ‫َو َس لِّ ُم وا تَ ْس ل‬
‫يم ا‬

”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.


Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”(QS. Al-Ahzab 33:56)

Perintah untuk bersholawat dalam ayat diatas diawali dengan pernyataan


bahwa Allah dan malaikat bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Hal
itu menunjukan betapa mulianya dan terhormatnya kedudukan nabi
Muhammad SAW disisi Allah SWT. Bahkan untuk memastikan bahwa setiap
orang yang beriman, sholawat dan salam itu dijadikan sebagai salah satu
bacaan sholat.

Menurut Al Ghazali Khalil ‘Aid dalam bukunya tafsir surah Al


Ahdzab sholawat dari Allah SWT untuk nabi artinya rahmah dan keridhaan,
dari malaikat artinya permohonan ampunan dan doa, sedangkan dari orang
yang beriman berarti penghormatan dan doa supaya Allah SWT menambah
kehormatan dan kemuliaan bagi Nabi Muhammad SAW. Pengertian dari kata
sholawat (ash-shalah) dalam ayat diatas sesuai dengan arti kata tersebut.
Secara estimologis ash shalah (bentuk mashdar dari yushallun) dapat berarti
doa, istighfar, dan rahmah. Allah SWT memerintahkan kepada orang orang
yang beriman mengucapkan sholawat dan salam kepada nabi bukanlah karna
nabi membutuhkannya sebab tanpa doa dari siapapun nabi sudah pasti akan
selamat dan mendapatkan tempat yang paling mulia dan paling terhormat
disisi Allah SWT.

Waktu dan teks sholawat dan salam


9

Selain membacanya dalam ibadah shalat, kita dianjurkan sebanyak


mungkin mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW
dalam berbagai kesempatan, terutama sekali tatkala mendengar nama beliau
disebut, baik dalam pidato, ceramah, seminar, diskusi maupun dalam
pembicaraan sehari-hari. Nabi menilai orang yang benar-benar bakhil adalah
orang yang tidak mau bershalawat kepada beliau tatkala mendengar nama
beliau disebut.

Teks yang digunakan dalam shalat sebagai berikut :

1. Teks Salam :

‫السالم عليك ايها النيب ورمحةاهلل وبركاته‬


“ Semoga keselamatan bagi engkau , wahai nabi,beserta rahmat dan berkah
dari allah “.

2. Teks sholawat

‫ َو َعلَى ِآل‬،‫يم‬ ِ ِ ٍ ِ ٍ
َ ‫صلَّْي‬
َ ‫ت َعلَى إ ْبَراه‬ َ ‫للَّ ُه َّم‬
َ ‫ َك َما‬،‫ص ِّل َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى آل حُمَ َّمد‬
ٍ ِ ٍ ِ ِ َ ‫ إِن‬،‫إِبر ِاهيم‬
َ ‫ َك َما بَ َار ْك‬،‫ اللَّ ُه َّم بَا ِر ْك َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى آل حُمَ َّمد‬،‫َّك مَح ي ٌد جَم ي ٌد‬
‫ت‬ َ َْ
‫َّك مَحِ ي ٌد جَمِ ي ٌد‬ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫يم إِن‬
َ ‫ َو َعلَى آل إ ْبَراه‬،‫يم‬
َ ‫َعلَى إ ْبَراه‬
Secara tertulis ucapan shalawat dan salam sesudah nama nabi
muhammad saw , disamping ditulis lengkap ,juga dapat dituls dengan
singkatan SAW.

Demikianlah ,sebagai ujud dari iman ,cinta dan hormat kita kepada
nabi muhammad saw ,dan juga sebagai bentuk terima kasih kita atas jasa-
jasa beliau yang tidak ada tandingannya untuk umat manusia, lebih
khuusu lagi untuk orag-orang yang beriman ,tentu salam kepada beliau
apalagi sampai jatuh ketingkat “bakhil” sebagaimana yang dinyatakan
sendiri oleh beliau .apalagi mengingat manfaat dari shalawat dan salam
itu justru untuk kebaikan diri kita sendiri
10

You might also like