You are on page 1of 10
yr rT empekerjakannya tanpa imbalan, Firman Allah, spl By oss ‘Sis “Dan Allah memberi rezehi kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” Adh-Dhahak berkata, “Maksudnya tanpa pertanggungjawaban di akhirat.” Menurut satu pendapat, firman Allah ini merupakan isyarat yang, jjukan kepada orang-orang yang lemah itu. Maksudnya, Allah memberi | mereka derajat yang tinggi, Dengan demikian, ayat ini merupakan peringatan tentang agungnya nikmat yang diberikan kepada mereka, Allah memberikan. rezeki kepada mereka tanpa batas, yang terus mengalir tanpa pernah berhenti, sehingga rezeki itu tidak terhitung, Menurut satu pendapat, firman Allah, “> f% “tanpa batas,” adalah sifat untuk rezeki Allah, yaitu tentang bagaimana Dia mengalokasikan rezeki-Nya itu. Pasalnya, Dia memberikan rezeki-Nya tanpa ada perhitungan. Oleh karena itu, semua karunia yang Dia berikan merupakan rezeki yang tidak diperhitungkan, sebab yang akan diperhitungkan adalah amalan yang dilakukan oleh seorang hamba. Allah berfirman, Cup sth LS 93 115 “Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak.” (Qs. An-Nabaa’ [78]: 36) Wallahu alam. ‘Namun ada kemungkinan bahwa yang dimaksud adalah tanpa usaha dari mereka yang menerima rezeki tersebut, sebagaimana dijelaskan a firman Allah Ta’ala, 229 £25. 5435535 “Dan mei arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Qs. Ath- Dipindai dengan CamScanner fi. a, Pa ‘ “ifs ast Gort ge aa Oe de bie UG! FES oe Gee “Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan, Tidakiah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena. dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi. petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal ‘yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya, Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (Qs. Al Bagarah [2]: 213) Firman Allah, 45-5 212,013 “Manusia itu adalah umat yang satu,” yakni menganut agama yang satu, Ubay bin Ka’b mengatakan, juga Tbnu Zaid, bahwa yang dimaksud dengan manusia (dalam ayat ini) adalah anak cucu Adam ketika Allah mengeluarkan mereka dalam bentuk manusia dari (tulang) rusuk Adam, kemudian mereka mengakui keesaan Allah, ; Namun Mujahid berkata, “(Yang dimaksud) dengan manusia (dalam ayat ini) adalah. ‘Adam saja. Dalam hal ini, satu orang disebut dengan kata- kata yang menunjukkan ‘banyak orang, karena orang itu merupakan nenek moyang.” Menurut satu pendapat, (yang dimaksu, id dengan 5, t ini) adalah Adam dan Hawa, ‘gan manusia dalam ayal Tbnu ‘Abbas dan Qatadah berkata, “Yang dimaksud dengan manusia lam ayat ini) adalah (orang-orang yang hidup) pada TMasa antara Adam (dal: dan Nuh. Mereka ada sepuluh orang dan semuanya berada dalam kebenaran, hingga mereka kemudian berselisih, lalu Allah mengirim Nabi Nuh setelah iw”* Tbnu Abi Khaitsamah berkata, “(Yang dimaksud dengan manusia dalam ayat ini adalah manusia) sejak Allah menciptakan Nabi Adam AS sampai Dia mengutus Nabi Muhammad Saw, yaitu selama 5800 tahun.” ‘Namun menurut yang lain, lebih dari 5800 tahun, sebab jarak antara Nabi Adam dengan Nabi Nuh saja 1200 tahun. Disamping itu, Adam hidup (didunia) 960 tahun, dan orang-orang yang ada pada masanya adalah orang- orang yang menganut kepercayaan yang satu dan memeluk agama yang sama. Mereka diberkati oleh para malaikat dan senantiasa dalam kondisi itu sampai Nabi Idris diangkat, yang menyebabkan mereka berselisih. Namun dalam hal ini ada beberapa hal yang masih perlu dipertimbangkan, sebab menurut pendapat yang shahih, Nabi Idris muncul setelah Nabi Nuh. Sekelompok orang mengatakan bahwa di antara mereka adalah Al Kalabi dan Al Waqidi, dan yang dimaksud (dengan manusia dalam ayat ini) adalah Nuh dan orang-orang yang ada dalam kapal(nya), Pada saat itu mereka adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah, namun setelah Nabi Nuh meninggal dunia, mereka terpecah.® Tonu Abbas juga berkata, “Mereka adalah umat yang satu dalam kekafiran.” Yang dimaksud oleh Ibnu Abbas adalah orang-orang pada masa ‘Nabi Nuh, yakni ketika Allah mengutusnya.* Dari Ibnu Abbas juga diriwayatkan, dia berkata, “Manusia pada masa Torahim AS adalah umat yang satu. Mereka semua orang kafir, dan Ibrahim a a Atsar ini dicantumkan oleh Tonu Athiyah dala ‘Abu Hayyan dalam Al Bahr Al Muhith (2/135), sarin dicatumkan oleh Ibnu Athiyah dalam Al Muharrir Al Wa (2/205), ramun 4a tidak menisbatkannya kepada seorang pun. ea ee © Ata int ° : Appa ni Gicantumkan oleh Tonu Athiyah dalam AY Muharir Al Pj dai im Al Muharrir Al Wajiz (2/207) dan Gan Dipindai dengan CamScanner ae pun terlahir pada masa jahiliyah. Allah kemudian mengutus Ibrahim dan para nabi yang lainnya.” Jika berdasarkan kepada pendapat-pendapat tersebut, maka lafach Oo (Yang ada dalam ayat ini) telah sesuai dengan aturannya, yaitu menunjuk Pada masa lampau. Sementara orang-orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan ‘manusia’ dalam ayat ini adalah orang-orang beriman, telah memperkirakan adanya (kalimat yang dibuang) dalam firman Allah tersebut, yaitu, ‘(setelah timbul perselisihan)’, \alu Allah mengutus (para nabi). Kalimat yang dibuang ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala, seal onall Sy 43H “Tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab.” Maksudnya, manusia itu dahulu menganut agama hak. Setelah itu mereka berselisih, lalu Allah mengutus para nabi kepada mereka untuk memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang taat dan memberikan peringatan kepada orang-orang yang suka berbuat maksiat. Adapun orang-orang yang beranggapan bahwa yang dimaksud. dengan manusia dalam ayat ini adalah orang-orang kafir, maka pengutusan nabi tersebut ditujukan kepada mereka. ‘Namun demikian, ada kemungkinan bahwa lafazh o& Galam ayat ini) berfungsi memberikan penetapan. Maksudnya, (dalam ayat ini Allah) memberitahukan (kepada kaum. muslim) tentang semua jenis manusia, bahwa mereka semua adalah umat yang satu, yakni dalam hal tidak memiliki syariat dan tidak mengetahui hakikat, seandainya tidak karena Allah memberikan anugerah dan keutamaan kepada mereka, yaitu dengan mengutus para rasul kepada mereka. Jadi, jika didasarkan pada penakwilan ini, maka lafazh tidak hanya menunjukkan maka yang lampau,tetapi maknanya adalah makra yang terkandung dalam firman Allah Ta ‘ala, oe tees ab St 665 “Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”" (Qs, An-Nisaa’ [4]:96) of Dipindai dengan CamScanner Lafazh djambil dari ucapan orang-orang Arab, ‘amamtu kadza (aku bermaksud demikian), yakni aku bermaksud demikian. Dengan demikian, makna lafazh i adalah maksud mereka adalah satu. Dikatakan kepada seseorang: £1, yakni maksudnya adalah bukan maksud manusia. Contonya adalah sabda Nabi SAW tentang Qus bin Sa’idah,* “Dia akan dikumpulkan pada Hari Kiamat dalam umat yang satu.”** Seperti itu pula yang diucapkan tentang Zaid bin Amru bin Nufail.” ** Qus bin Sa’idah Al Iyadi adalah orang Arab yang bijak, sekaligus seorang orator. Garis keturunannya bersambung kepada Ma’d bin Adnan. Dia meninggal dunia sebelum Rasulullah SAW diangkat menjadi nabi. Perlu diketahui bahwa di antara orang-orang Arab ada orang-orang yang tidak menyembah berhala dan beribadah sesuai dengan kepercayaan atau agama Nabi Ibrahim, dan Qus adalah salah seorang di antara mereka. Menurut satu pendapat, dia menganut agama Nasrani, Bahkan dia seorang uskup di Najran. Ketika duta dari kabilah Lyad datang kepada Nabi SAW, beliau bertanya kepada mereka (setelah beliau memenuhi | keperluan mereka), “Apakah di antara kalian ada yang mengenal Qus bin Sa’idah?” Mereka menjawab, “Kami semua mengenalnya? Beliau bertanya, “Apa yang dia Jakukan?” Mereka menjawab, “Dia celaka.” Rasulullah SAW bersabda, “Rasanya aku pernah bertemu dengannya, saat dia berada di atas unta merah, Dia berkata, ‘Wahai ‘manusia, dengarlah dan pahamilah (oleh kalian), barangsiapa hidup maka dia akan mati, dan barangsiapa akan mati maka dia akan binasa, Barangsiapa akan datang maka dia akan datang. Malam itu kelam, langit itu berbintang, bintang itu ‘ersinar, dan lauian itu berombak Besar.’ Ini adalah keistimewaan Qus dan kaurnnya, dan tidak ada seorang pun dari kalangan Arab yang seperti mereka, sebab Rasulullah SAW menceritakan ucapannya, keberadaannya di atas untanya dengan bertumpu kepada tongkat, dan nasihatnya, Beliau juga merasa kagum dengan ucapannya yang indah dan Kekokohan pendiriannya. Ini merupakan sebuah penghormatan yang tidak mungkin bisa diharapkan. Lihat kitab At-Tarikh Al Adabi karya Ali Hasan Al Ammari (1/113). * Ibnu Al Atsir berkata (dalam Usud Al Ghabah), “Sika memang dapat dipastikan bahwa hadits ini benar, maka hadits ini diucapkan oleh Nabi SAW ketika beliau ‘melihatnya, namun saat itu beliau belum diangkat sebagai seorang nabi. WallahusA lam.” HR. Abu Musa. ® Dia adalah Zaid bin Amru bin Nufail Al Adawi, ayah Sa’id bin Zaid, salah seorang yang mendapatkan kabar gembira akan masuk surga, dan anak dari pa bi Khaththab. Namanya dicantumkan oleh Al Bughawi, Ibnu Mund dalam daftar nama-nama para sahabat, Tapi hal ini periu dipertimb ‘meninggal dunia lima tahun sebelum Rasulullah SAW diangkat biografinya dalam A/ Ishabah (1/569). Tafsir rN Truly Dipindai dengan CamScanner Al ummah adalah al gaamah (fostur), seolah-olah ja adalah tujuan dari seluruh tubuh, Sedangkan af mah adalah an-nl ‘mah (ntkmat), sebab orang-orang bertujuan untuk mendapatkannya, Menurut satu pendapat, al immah adalah imam, sebab orang-orang meniru perbuatannya, Pendapat ini diriwayatkan dari An-Nuhas, Ubai bin Ka’b membaca dengan, fap Lf yas Ge “Manusla itu adalah umat yang satu." Sedangkan Ibnu Mas’ud membaca dengan, BEES iiss Zag Lt US G6 “Manusia itu adalah umat yang satu, Setelah timbul perselisihan, maka Allah mengutus para nabi.” Seas vee Firman Allah, js Van ead “Maka Allah mengutus para nabi,” Jumlah mereka 124000 orang, dan yang menjadi rasul di antara mereka adalah 313 orang. Adapun nama-nama yang disebutkan dalam Al Qur'an adalah 18 orang. Rasul yang pertama adalah Adam AS, sesuai hadits Abu Dzar** yang diriwayatkan oleh AL. Ajiri dan Abu Hatim Al Busti, Menurut satu pendapat, (rasul yang pertama adalah Nuh, berdasarkan hadits tentang syafaat, sebab manusia berkata kepadanya, “Engkau adalah rasul pertama.” Menurut pendapat yang lain, (rasul yang pertama adalah) Idris, Penjelasan mengenai hal ini akan dijelaskan dalam surah Al Anfaal, insya Allah. Firman Allah, (445 Syke “Sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan,” Lafazh yb@ dinashabkan karena menjadi haal, ° Firman Allah, Csi *32: gf, “Dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab.” Lafazh “Sil adalah isim ji i Kitat 5 Jins yang berarti Al Kutub (berbagai \Jenis kita), —_— 5 i itis nears sy meant ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa'd dalam Ath-Thabagat Al Kubra(V/ 2 Dipindai dengan CamScanner me, Tafsir Al Qurthubi Namun Ath-Thabari berkata, “Huruf alifdan fam yang terdapat pada, lafazh Csi adalah alifdan Jam i al-‘ahdi, dan yang dimaksud (dengan Al Kitab di sini) adalah Taurat. ‘Menurat pendapat kalangan mayoritas, lafazh a keputusan) disandarkan pada latazh cast if. La ni dinashabkan Karena menyimpan latazh 3f, yakni Shi oy (untuk memberikan keputusan), Ini adalah majaz, seperti firman Allah), SN (Kis Sloss WLS Wak “(Allah berfirman), ‘Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar’." (Qs. Al Jaatsiyah [45]: 29) untuk memberi Menurut satu pendapat, yakni agar setiap nabi memberikan keputusan berdasarkan kitabnya. Apabila dia memberikan keputusan berdasarkan Kitabnya, maka seolah-olah Kitab itulah yang menghukumi, Qira‘ah Ashim Al Jahdari adalah, vt 38 9 (agar manusia diberikan keputusan), yakni dengan bentuk fi'il yang mabni majhuul Ini qira‘ah yang asing, sebab lafazh ©.:

You might also like