You are on page 1of 10

Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm.

43-51

MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION


BERBASIS ASSESSMENT FOR LEARNING PADA PERSAMAAN
GARIS LURUS DITINJAU DARI KARAKTERISTIK
CARA BERPIKIR

Naning Sutriningsih
Pendidikan Matematika, STKIP Muhammadiyah Pringsewu
email: naning.sutriningsih@yahoo.com

Abstract

The aims of this research are to find out the different effect of each categories of
cooperative learning model, characteristics of mind style and their interaction
towards students mathematics learning results on equation of straight line. The
research used to quasi experimental with 2x4 factorial design. The population was all
of the students in Grade VIII of the State Junior High Schools of the district
Pringsewu in academic year 2013-2014. The samples of the research were taken by
stratified cluster random sampling technique. Based on hypothesis test, it can be
conclude that: 1) the cooperative learning model of TAI type on the basis of the AfL
gives a better mathematics learning results than TAI type; 2) the mathematics learning
result of student abstract sequential (AS) type have a better than student concrete
sequential (CS) type, student concrete random (CR) type, and student abstract random
(AR) type; whereas student CS type have the same result of student CR type and
student AR type; 3) at each of characteristics of mind style students (CS, AS, CR. and
AR), the cooperative learning model of TAI type on the basis of the AfL gives a better
mathematics learning results than TAI type.

Keywords: Team Assisted Individualization (TAI), Assessment for Learning (AfL),


The Characteristics of Mind Style, Learning Result in Mathematitcs.

1. PENDAHULUAN model pembelajaran yang sesuai dengan


Grouws, dalam Ning dan Sun materi merupakan salah satu hal yang
(2011:67) menyatakan bahwa “The sangat penting guna mencapai tujuan
development of mathematics skill is one of pembelajaran yang telah ditetapkan.
the core targets of high quality Model pembelajaran merupakan kerangka
mathematics education.” Maksudnya konseptual yang melukiskan prosedur
perkembangan keterampilan matematika yang sistematis dalam mengorganisasikan
adalah salah satu target inti dari mutu pengalaman belajar untuk mencapai
pendidikan matematika yang tinggi tujuan belajar (I Wayan Santyasa,
mengisyaratkan bahwa matematika 2007:7).
sekolah merupakan terpilih untuk Pada pembelajaran saat ini peran guru
berorentasi pada kepentingan pendidikan. sangat dominan akibatnya siswa kurang
Dalam proses pembelajaran, pemilihan aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 43
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 43-51

Sebagian siswa kurang berinteraksi untuk meningkatkan hasil belajar


dengan guru dan teman lainnya, tidak matematika siswa.
memperhatikan dan tidak mencatat apa Menyadari kenyataan tersebut, maka
yang disampaikan guru. Mereka perlu adanya perubahan pola mengajar
cenderung pasif, mereka lebih suka guru diantaranya adalah merubah model
menerima daripada memberi sehingga pembelajaran langsung menjadi model
tidak ada interaksi timbal balik antar guru pembelajaran kooperatif yang bertujuan
dan siswa atau antar siswa satu dengan memperbaiki cara belajar siswa menjadi
siswa lainnya. Hal ini menyebabkan lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan.
tujuan pembelajaran tidak tercapai secara Hasil penelitian Tran dan Lewis (2012)
optimal dan berdampak pada pencapaian menjelaskan bahwa pembelajaran
hasil belajar matematika siswa tergolong kooperatif memberikan interaksi timbal
masih rendah. balik diantara siswa dalam kelompok
Data nilai rata-rata hasil ujian perlakuan berdampak pada terstimulasi
nasional matematika SMP tahun pelajaran aktivitas kognitif siswa, meningkatkan
2011/2012 di Kabupaten Pringsewu prestasi dan ingatan ke tingkat yang lebih
adalah 8,10; nilai tertinggi 10,00 dan nilai tinggi, dan menambah tingkah laku positif
terendah 3,15; dan memiliki standar siswa terhadap pembelajaran.
deviasi 1,10. Data tersebut Pembelajaran ini menitikberatkan pelajar
menggambarkan bahwa perolehan nilai berasal dari budaya yang berbeda dan
ujian nasional masih ada yang rendah memperlihatkan bahwa pembelajaran
belum mencapai standar kelulusan dan kooperatif adalah pendekatan
belum merata sehingga perlu pembelajaran yang efektif. Model
ditingkatkan. Adapun perolehan pembelajaran kooperatif adalah
persentase penguasaan materi soal serangkaian kegiatan belajar yang
matematika UN 2011 SMP tahun dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
pelajaran 2011/2012 di Kabupaten kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
Pringsewu terkait persamaan garis lurus pembelajaran yang telah dirumuskan
untuk 6 SMP dari 55 SMP belum (Wina Sanjaya, 2006:241).
mencapai 50%. Hal ini menerangkan Model pembelajaran kooperatif yang
masih perlunya usaha yang maksimal dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa salah satunya adalah

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 44
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 43-51

model pembelajaran kooperatif tipe Team memonitor dan merencanakan kemajuan


Assisted Individualization (TAI) berbasis belajar mereka sendiri. Clarke dalam
Assessment for Learning (AfL). Budiyono (2011:60) menyatakan bahwa
Pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah pelaksanaan AfL harus mengikuti strategi:
model pembelajaran yang (1) menyatakan dengan jelas tujuan
mengkombinasikan pembelajaran pembelajaran dan kriteria sukses pada
kooperatif dan pembelajaran individual. perencanaan pembelajaran sebagai
Dasar pemikirannya adalah mengadopsi kerangka dasar untuk AfL, (2) berbagi
pembelajaran terhadap perbedaan tujuan pembelajaran dan kriteria sukses
individual berkaitan dengan kemampuan dengan siswa, (3) menggunakan teknik
peserta didik (Slavin, 2005:15). Adapun bertanya dengan yang tepat dan efektif
langkah-langkah pembelajaran kooperatif untuk mengembangkan pembelajaran,
tipe TAI adalah pengelompokan tim, bukan untuk mengukur kemampuan
pemberian bahan ajar, belajar kelompok, siswa, (4) memusatkan kepada pemberian
mengerjakan tes formatif, mengerjakan balikan, baik secara lisan maupun tertulis,
tes unit, dan pemberian penghargaan (5) menata target sedemikian hingga
kelompok. pencapaian kemampuan siswa
Assessment for Learning (AfL) berdasarkan kepada kemampuan
adalah proses untuk mencari dan sebelumnya, (6) melibatkan asesmen diri
menginterprestasikan bukti-bukti yang dan asesmen antar teman, (7) memberi
ada untuk digunakan bagi siswa dan guru pemahaman bahwa setiap siswa dapat
untuk menentukan pada posisi dimana belajar dan berkembang dengan baik.
siswa-siswa telah belajar, apa yang harus Selain model pembelajaran, karakteristik
dikerjakan kemudian, dan bagaimana cara cara berpikir juga menentukan hasil
terbaik untuk mencapai tujuan yang belajar siswa. Karakteristik cara berpikir
diinginkan (Budiyono, 2011: 59). Dalam adalah cara khas yang digunakan
penelitian Willis (2007) Assessment for seseorang dalam mengamati dan
Learning adalah praktek yang pedagogi beraktivitas mental, yaitu mengatur dan
yang menguntungkan seperti mengolah informasi dibidang kognitif.
meningkatnya motivasi, penguasaan dan De Porter dan Hernacki (1999:128-
otonom sebagai pelajar untuk 135) membagi tipe karakteristik cara
mengembangkan kapasitas mereka dalam berpikir menjadi empat, yaitu tipe

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 45
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 43-51

sekuensial konkret (SK), tipe sekuensial SA, tipe AK, atau tipe AA, (3a) pada
abstrak (SA), tipe acak abstrak (AA), dan masing-masing model pembelajaran (TAI
tipe acak konkret (AK). Tipe SK berbasis AfL dan TAI), manakah yang
cenderung menghafal, lebih menyukai hal mempunyai hasil belajar lebih baik siswa
yang konkret. Tipe SA suka berpikir yang memiliki karakteristik cara berpikir
dalam konsep dan menganalisis informasi tipe SK, tipe SA, tipe AK, atau tipe AA,
serta proses berpikir logis, rasional, dan (3b) pada masing-masing karakteristik
intelektual sehingga mereka lebih mudah cara berpikir siswa (SK, SA, AK dan
menyelesaikan masalah. Tipe AA AA), manakah yang memberikan hasil
cenderung menggunakan perasaan dalam belajar yang lebih baik model
belajar. Tipe AK cenderung bersikap pembelajaran kooperatif tipe TAI
coba-coba, senang menemukan alternatif berbasis AfL atau model pembelajaran
dan mengerjakan segala sesuatu dengan kooperatif tipe TAI.
cara mereka sendiri. Perbedaan cara
2. METODE PENELITIAN
berpikir siswa akan mempengaruhi cara
Berdasarkan permasalahan yang
mereka memandang kemudian mengambil
diteliti, maka jenis penelitian yang
strategi yang tepat menurut mereka
digunakan pada penelitian ini adalah
sendiri untuk menyelesaikan tugas
eksperimental semu dengan desain 2 × 4
mereka. Hal ini menyebabkan
yang disajikan pada Tabel 1 berikut.
karakteristik cara berpikir siswa ini ikut
Tabel 1. Rancangan Penelitian
mempengaruhi hasil belajar matematika Karakteristik
siswa. Cara SK
SA AK AA
Berpikir (b)
Penelitian ini bertujuan untuk (b2) (b3) (b4)
Model (b1)
mengetahui: (1) manakah yang Pembelajaran (a)
TAI berbasis
memberikan hasil belajar matematika ab11 ab12 ab13 ab14
AfL (a1)
siswa yang lebih baik antara model TAI (a2) ab21 ab22 ab23 ab24

pembelajaran kooperatif tipe TAI berbasis Populasi dalam penelitian ini adalah
AfL atau model pembelajaran kooperatif seluruh siswa SMP se-Kabupaten
tipe TAI, (2) manakah yang mempunyai Pringsewu. Sampel diambil secara acak
hasil belajar matematika siswa yang lebih dari SMP se-Kabupaten dengan teknik
baik, antara siswa yang memiliki pengambilan stratified cluster random
karakteristik cara berpikir tipe SK, tipe sampling. Dari sampling diperoleh SMP

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 46
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 43-51

Negeri 1 Ambarawa mewakili kelompok karakteristik cara berpikir siswa yang


tinggi, SMP Negeri 1 Pagelaran mewakili dikelompokkan menjadi empat karakter
kelompok sedang, dan SMP 11 Maret yaitu SA, SK, AA dan AK. Metode
Sumberangung mewakili kelompok dokumentasi digunakan untuk
rendah. Selanjutnya pada tiap-tiap SMP mendapatkan data kemampuan awal siswa
yang terpilih, secara acak dipilih tiga yang berupa nilai ujian tengah semester
kelas untuk dijadikan kelompok ganjil.
eksperimen dan kontrol, yaitu siswa kelas Adapun teknik analisis data yang
VIII-A dan VIII-D pada SMP Negeri 1 digunakan untuk menguji hipotesis dalam
Ambarawa , siswa kelas VIII-1 dan VIII-3 penelitian ini adalah analisis variansi dua
pada SMP Negeri 1 Pagelaran, dan siswa jalan sel tak sama. Sebelum masing-
kelas VIII-A dan VIII-D pada SMP 11 masing kelas diberikan perlakuan, terlebih
Maret Sumberagung sebagai kelompok dahulu dilakukan uji keseimbangan
eksperimen, serta siswa kelas VIII-C pada dengan menggunakan uji-t. Hal ini
SMP Negeri 1 Ambarawa, siswa kelas bartujuan untuk mengetahui apakah kelas
VIII-2 pada SMP Negeri 1 Pagelaran, dan eksperimen dan kelas kontrol dalam
siswa kelas VIII-B pada SMP 11 Maret keadaan seimbang atau tidak. Sebelum
Sumberagung sebagai kelompok kontrol. dilakukan analisis variansi dua jalan sel
Terdapat dua variabel dalam tak sama, terlebih dahulu dilakukan uji
penelitian ini yakni variabel terikat dan persyaratan meliputi uji normalitas
variabel bebas. Variabel terikatnya yaitu menggunakan uji Lilliefors dan uji
hasil belajar matematika siswa dan homogenitas variansi menggunakan uji
variabel bebasnya yaitu model Bartlett.
pembelajaran dan karakteristik cara
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
berpikir. Untuk mengumpulkan data
Berdasarkan hasil uji normalitas
digunakan metode tes, metode angket, dan
populasi terhadap data kemampuan awal
metode dokumentasi. Metode tes
matematika siswa, diperoleh simpulan
digunakan untuk mengukur kemampuan
bahwa sampel dari kelas eksperimen dan
siswa terhadap materi yang telah
kelas kontrol berasal dari populasi yang
dipelajari dan mendapatkan data hasil
berdistribusi normal. Demikian pula hasil
belajar matematika siswa. Metode angket
uji homogenitas variansi populasi
digunakan untuk mendapatkan data
terhadap data kemampuan awal siswa,

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 47
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 43-51

disimpulkan bahwa sampel berasal dari persyaratan anava yaitu uji normalitas
populasi-populasi yang homogen. Setelah populasi dan uji homogenitas variansi.
dilakukan uji keseimbangan, diperoleh Berdasarkan hasil uji normalitas populasi
simpulan bahwa sampel dari kelas terhadap data hasil belajar matematika
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai siswa, diperoleh simpulan bahwa sampel
kemampuan awal yang sama. Selanjutnya dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
dilakukan uji hipotesis penelitian pada berasal dari populasi yang berdistribusi
data hasil belajar matematika siswa, normal. Demikian pula hasil uji
setelah dipenuhinya uji persyaratan homogenitas variansi populasi terhadap
analisis variansi dua jalan sel tak sama data hasil belajar matematika siswa,
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. disimpulkan bahwa sampel berasal dari
Berikut ini disajikan rangkuman populasi-populasi yang homogen. Adapun
deskripsi rerata hasil belajar matematika rangkuman hasil perhitungannya analisis
siswa berdasarkan kategori model variansi dua jalan sel tak sama dapat
pembelajaran (TAI berbasis AfL dan TAI) dilihat pada tabel 3.
ditinjau dari karakteristik cara berpikir Tabel 3. Rangkuman Analisis Variansi Dua
Jalan Sel Tak Sama
siswa (SK, SA, AK, AA). Kep.
Sumber JK dk RK Fobs Fα
Uji

Tabel 2. Deskripsi Rerata Hasil Belajar Model


H0
Pembelajaran 2310,16 1 2310,16 15,991 3,896
Matematika Siswa Pada Masing- (A)
ditolak
Masing Model Pembelajaran Dan Karakeristik
H0
Karakteristik Cara Berpikir Cara Berpikir 3037,42 3 1012,47 7,008 2,657
ditolak
Karakteristi (B)
k Cara Interaksi H0
SK Rerata (AB) 191,46 3 63,82 0,442 2,657 diterim
Berpikir (b) SA AK AA
Margina a
Model (b2) (b3) (b4) Galat 24993,37 173 144,47
(b1) l
Pembelajaran Total 30532,41 180
(a)
TAI berbasis 74,5 89,1 76,0 75,3
76,36 Berdasarkan Tabel 3 diperoleh bahwa
AfL (a1) 3 4 0 6
67,8 76,6 69,7 66,7
TAI (a2)
1 2 1 0
68,84 nilai FA = 15,991 > 3,896 = F0,05;1;173.
Rerata 71,0 81,0 72,8 71,3
Marginal 0 0 6 5 Oleh karena itu H0A ditolak, berarti model
pembelajaran berpengaruh (TAI berbasis
Setelah diperoleh data hasil belajar
AfL dan TAI) terhadap hasil belajar
matematika siswa kemudian dilakukan
matematika siswa. Dengan melihat rerata
analisis data menggunakan analisis
marginal yang terdapat pada Tabel 2,
variansi (anava) dua jalan sel tak sama
diperoleh simpulan bahwa penerapan
pada taraf signifikansi 0,05, dengan
model pembelajaran TAI berbasis AfL
terlebih dahulu dipenuhinya uji

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 48
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 43-51

memberikan hasil belajar matematika anava dua jalan sel tak sama dengan uji
siswa lebih baik dibandingkan penerapan Scheffe’ diperoleh H0 pertama ditolak, H0
model pembelajaran TAI. kedua diterima, H0 ketiga diterima, H0
Hasil dari penelitian ini sejalan keempat ditolak, H0 kelima ditolak, dan
dengan penelitian yang dilakukan oleh H0 keenam diterima. Hal ini berarti,
beberapa peneliti sebelumnya. Penelitian terdapat perbedaan rerata yang signifikan
Rahayu (2011), menyebutkan bahwa pada siswa tipe SK dan siswa tipe SA,
penggunaan model pembelajaran tidak terdapat perbedaan rerata yang
kooperatif tipe TGT yang dimodifikasi signifikan pada siswa tipe SK dan siswa
AfL menghasilkan prestasi belajar siswa tipe AK, tidak terdapat perbedaan rerata
lebih baik daripada penggunaan model yang signifikan pada siswa tipe SK dan
pembelajaran kooperatif tipe TGT. siswa tipe AA, terdapat perbedaan rerata
Walaupun model pembelajaran yang di yang signifikan pada siswa tipe SA dan
modifikasi dengan AfL berbeda namun siswa tipe AK, terdapat perbedaan rerata
model pembelajaran yang dimodifikasi yang signifikan pada siswa tipe SK dan
dengan AfL tersebut memberikan hasil siswa tipe SA, dan tidak terdapat
belajar yang lebih baik dibandingkan perbedaan rerata yang signifikan pada
model pembelajaran yang aslinya. Oleh siswa tipe AK dan siswa tipe AA.
karena itu, penerapan model pembelajaran Siswa tipe SA mempunyai hasil
TAI berbasis AfL memberikan hasil belajar matematika lebih baik
belajar matematika siswa yang lebih baik dibandingkan siswa tipe SK, siswa tipe
dibandingkan siswa-siswa yang AK, maupun siswa tipe AA. Adapun
menggunakan model pembelajaran siswa tipe SK mempunyai hasil belajar
kooperatif tipe TAI. Hasil penelitian ini matematika yang sama dibandingkan
sesuai dengan hipotesis penelitian. siswa tipe AK maupun siswa tipe AA, dan
Untuk nilai FB = 7,008 > 2,657 = siswa tipe AK mempunyai hasil belajar
F0,05;3;173. Oleh karena itu H0B ditolak, matematika yang sama dibandingkan
berarti terdapat perbedaan efek antar siswa tipe AA.
masing-masing karakteristik cara berpikir Hasil penelitian ini selaras dengan
(SK, SA, AK, dan AA) terhadap hasil penelitian Myers dan Dyer (2006),
belajar matematika siswa. Setelah dimana siswa yang mempunyai gaya
dilakukan uji lanjut antar kolom pasca belajar sekuensial abstrak memiliki skor

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 49
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 43-51

keterampilan berpikir kritis lebih tinggi. baiknya dengan siswa AK maupun siswa
Jika siswa yang mempunyai gaya belajar AA, dan siswa AK mempunyai hasil
sekuensial abstrak inheren dengan mahir belajar yang sama baiknya dengan siswa
berpikir kritis, guru tidak perlu AA. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis
memfokuskan perhatiannya pada strategi penelitian. Selain itu, karena tidak ada
pembelajaran pada gaya belajar ini. interaksi maka karakteristik perbedaan
Sebaliknya, pelajar yang mempunyai gaya rerata hasil belajar matematika antar sel
belajar sekuensial konkret, maupun acak dalam kolom yang sama akan sama
abstrak, dan acak konkret membutuhkan dengan karakteristik perbedaan rerata
perhatian tambahan melalui metode marginal barisnya. Dengan demikian,
pembelajaran dan teknik yang pada masing-masing karakteristik (SK,
meningkatkan keterampilan berpikir kritis SA, AK, AA) cara berpikir, penerapan
siswa. Keterampilan berpikir kritis tentu pembelajaran dengan model kooperatif
saja akan dapat meningkatkan pencapaian TAI berbasis AfL memberikan hasil
hasil belajar siswa. belajar matematika yang lebih baik
Untuk nilai FAB = 0,442 > 2,657 = dibanding model pembelajaran kooperatif
F0,05;3;173. Oleh karena itu H0AB diterima, TAI. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis
berarti tidak terdapat interaksi antara penelitian.
model pembelajaran dan karakteristik cara
4. KESIMPULAN
berpikir terhadap hasil belajar
Adapun simpulan dari hasil penelitian
matematika. Karena tidak ada interaksi
ini adalah sebagai berikut. (1) Penerapan
maka karakteristik perbedaan rerata hasil
pembelajaran dengan model kooperatif
belajar matematika antar sel dalam baris
TAI berbasis AfL memberikan hasil
yang sama akan sama dengan
belajar matematika yang lebih baik
karakteristik perbedaan rerata marginal
dibandingkan model pembelajaran
kolomnya. Dengan demikian pada kooperatif TAI. (2) Siswa SA
masing-masing model pembelajaran (TAI mempunyai hasil belajar yang lebih baik
berbasis AfL dan TAI), siswa SA dibandingkan siswa SK, siswa AK
mempunyai hasil belajar yang lebih baik maupun siswa AA, sedangkan SK
dibandingkan SK, siswa AK maupun mempunyai hasil belajar yang sama
siswa AA, sedangkan siswa SK baiknya dengan siswa AK maupun siswa
mempunyai hasil belajar yang sama berpikir AA, dan siswa AK mempunyai
hasil belajar yang sama baiknya dengan

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 50
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 43-51

siswa berpikir AA. (3a) Pada model Ning, L. dan Sun, Z. (2011). An
pembelajaran (TAI berbasis AfL dan Experimental Research on the
Transfer of Mathematics Skills Based
TAI), siswa SA mempunyai hasil belajar On Self-Monitoring Strategy, Journal
yang lebih baik dibandingkan siswa SK, of Mathematics Education. Vol. 4,
N0. 1, pp 67-74.
siswa AK maupun siswa AA, sedangkan
siswa SK mempunyai hasil belajar yang Rahayu. (2011). Eksperimentasi Model
sama baiknya dengan siswa AK maupun Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams-Games-Tournaments (TGT)
siswa AA, dan siswa AK mempunyai yang Dimodifikasi dengan
hasil belajar yang sama baiknya dengan Assessment for Learning (AfL) Pada
Pokok Bahasan Aplikasi Turunan
siswa AA. (3b) Pada masing-masing Fungsi Ditinjau Dari Perhatian
karakteristik cara berpikir (SK, SA, AK, Orang Tua Siswa Kelas XI IPA SMA
AA), penerapan pembelajaran dengan Negeri di Surakarta. Tesis. Surakarta:
UNS.
model kooperatif TAI berbasis AfL
memberikan hasil belajar matematika Slavin, R.E. (2009). Cooperative
Learning: Teori, Riset, dan Praktik.
yang lebih baik dibandingkan model Penerjemah: Nurulita. Bandung:
pembelajaran kooperatif TAI. Nusa Media.

Tran, V.D., dan Lewis, R. (2012). Effects


5. DAFTAR PUSTAKA of Cooperative Learning on Students
at An Giang University in Vietnam,
Budiyono. (2011). Penilaian Hasil International Education Studies,
Belajar. Surakarta: UNS Press. Vol.5, No.1, pp.86-99.

DePorter, B. dan Hernacki, M. (1999). Willis, J. (2007). Assessment for


Quantum Learning: Membiasakan Learning-Why the theory needs the
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. practice. International Journal of
Bandung: Kaifa. Pedagogies and Learning October
2007, Vol.3, No.2, pp. 52–59.
I Wayan Santyasa. (2007). Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Makalah Wina Sanjaya. (2006). Pembelajaran
disajikan dalam Pelatihan Tentang Berorentasi Standar Proses
Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru- Pendidikan. Jakarta: Kencana
Guru SMP Dan SMA Di Nusa Prenada Media Group.
Penida, tanggal 29 Juni s.d 1 Juli
2007.

Myers, B.E., Dyer, J.E., (2006) The


Influence of Student Learning Style
On Critical Thinking Skill. Journal
Of Agricultural Education. Vol.47,
No.1, pp.43-52.

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 51
Jurnal e-DuMath Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 43-51

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath


Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 52

You might also like