You are on page 1of 10

PRODUK HALAL PERKUAT IDENTITAS BANGSA

HALAL PRODUCTS: STRENGTHEN NATIONAL IDENTITY

Tiara Aprilia
Apotheker, Production and Quality Control, School of Pharmacy, Bandung Institute of Technology
(ITB), Indonesia.
ABSTRACT
The Global Islamic Economy Report 2015/2016 by Thomson Reuters showed that
Islamic economy in Food and Lifestyle sector valued USD1.8 trillion and it is projected to
reach USD2.6 trillion in 2020. It proves that Islamic economy has an outstanding prospect
because the consumers are not just Muslim people, but also non-Muslim ones. Many countries
put their power to be included in this competition and become a leader of Islamic economics.
The statistic has shown that 61,7% Muslim population all over the world lived in Asia-Pacific
and Indonesia is a country with the biggest Muslim population due to data by Pew Research
Center's Forum on Religion and Public Life, 2012. It seems that Indonesia has a big potency
to be a leader in the Islamic economy. Unfortunately, Indonesia did not take this chance.
There are many issues and analysis why and what makes this thing happen. Overall, by
learning of the success of other countries and facing global needs Halal Center Indonesia
should be built to integrate all aspects that must be reunite to get the attention of the investors.
Also, being the country that is trustworthy and can show the world that Islamic economy is a
part of our identity.

Keywords: Islamic, economy, halal, Asia-pacific.


Kebangkitan Ekonomi Islam
Sebagaimana di definisikan oleh Salaam1, ekonomi islam tercakup dalam tujuh pilar
yaitu: Food; Finance; Fashion, Art & Design; Travel; Pharmaceuticals & Cosmetics;
Digital; and, Media & Recreation. Kini, momentum kebangkitan ekonomi islam beranjak
menunjukan adidayanya. Global Islamic Economy Report 2015/2016 yang dikeluarkan oleh
Thomson Reuters menunjukan konsumsi produk halal di sektor Food and Lifestyle bernilai
USD1.8 trillion dan di proyeksikan akan mencapai USD2.6 trillion pada 2020.2
Selaras dengan data-data tersebut, kucuran dana terlihat mulai digelintirkan oleh
berbagai investor, diantaranya: BRF (The Brazilian Food Group) melakukan investasi sebesar
USD90 million untuk membuat sarana produksi di UAE (United Arab Emirates) dan
investasi sebesar USD100 million untuk mengembangkan vaksin halal di Malaysia.3
Sekiranya hal ini menjadi bukti bahwa produk halal memiliki miliki outstanding prospect
dalam lingkup global.
Di Indonesia konsumsi produk halal memang menjadi hajat hidup banyak orang,
ditunjukan dari data sebesar 87.2% warga Indonesia memeluk agama Islam4. Oleh karena itu,
bukanlah hal yang mengherankan hingga saat ini produksi produk halal masih terpusat bagi
pasar domestik.5 Namun, dalam lingkup global, produk halal dikonsumsi bukan sebatas oleh
penduduk Muslim, namun juga oleh penduduk non-Muslim. Beragam alasan untuk
mengkonsumsi produk halal bermunculan, misalnya makanan berlabel halal dicari karena
reputasinya yang baik dari segi kesehatan dan keamaanannya. Selain itu, cara penyembelihan
hewan yang lebih beradab di rasa merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
meningkatnya peminat makanan halal bagi kalangan non-Muslim.6

Sindrom Paralisis Bangsa


Acapkali bersaing dalam berbagai aspek, nampaknya Indonesia sempat tertidur dalam
menyikapi persaingan produk halal dengan Negara tetangga, Malaysia. Dari tujuh sektor yang
di-highlight oleh Global Islamic of Ecnomic report 2014/2015, Malaysia mempimpin sebagai
produsen nomor satu pada lima sektor, yaitu sektor Pharmaceutical, Cosmetics, Food, Islamic

1
Salaam – Global Islamic Economy Gateway (www.salaamgateway.com)
2
Global Islamic Economy Report 2015/2016 by Thomson Reuters (www.halalbalancing.com)
3
Global Islamic Economy Report 2014/2015 by Thomson Reuters (www.halalbalancing.com)
4
Badan Pusat Statistik - Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut (bps.go.id)
5
Fight Islamic Economy Leadership Explained by Dr Cedomir Nestorovic (hqasia.org)
6
Non-Muslims’ awareness of Halal principles and related food products in Malaysia by Golnaz, R.,
Zainalabidin, M., Mad Nasir, S. and Eddie Chiew, F.C. International Food Research Journal 17: 667-
674 (2010) (core.ac.uk )
Finance dan Travel halal.7 Pada laporan tahun 2015/2016 Singapura berhasil bersaing dengan
Malaysia dengan menduduki posisi sebagai leader pada tiga dari tujuh sektor yang ada, yaitu
Pharmaceutical, Cosmetics, dan Media and Recreation. Sedangkan dari ketujuh sektor
tersebut, tidak ada satupun nama Indonesia muncul sebagai top leader. Ironinya, Indonesia
selalu muncul sebagai top consumer pada sektor Pharmaceutics dan Food.8
Asrorun Niam Soleh, Ketua Komite Syariah World Halal Food Council (WHFC) dalam
acara “Strategi Merebut Pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan Produk Halal”
pada 29 Desember 2015, menyatakan bahwa negara tetangga yaitu Thailand, Vietnam,
Singapura, terlebih lagi Malaysia sangat memperhatikan kepentingan konsumen, khususnya
dalam memasarkan produk makanan, minuman, jasa dan barang dengan jaminan produk
halal.9 Sedikitnya, bukti keseriusan Malaysia dalam memperhatikan konsumen akan produk
halal yaitu dukungan penuh pemerintah Malaysia dalam penerapan syariah, sebagai outcome-
nya kini Malaysia telah menjadi leader dalam sektor Islamic Finance global.
Bentuk lain fokus produk halal yang dilakukan oleh negara lain adalah membangun
pusat penelitian dan pengkajian halal yang komprehensif seperti Dubai Islamic Economy
Develompment Center (Dubai); The Halal Science Center (Thailand); serta Halal Industry
Coorperation Development Center, Global Halal Support Center, International Institute for
Halal and Research Training (Malaysia) sehingga memungkinkan dilakukan produksi produk
halal yang cost-effective. Konsep-konsep inilah yang perlu Indonesia sadari untuk segera
tergerak dari paralysis yang mendera.

Anomali Prospek Halal


Pada awal tahun 2016 Industri Pakaian Muslim Indonesia patut berbangga diri, pasalnya
lima desainer muslim Indonesia turut serta memperkenalkan karyanya dalam London Fashion
Week (LFW).10 Kita patut berterimakasih kepada hijup.com -sebuah e-commerce dengan
konsep modest fahion- yang berhasil membawa produk muslim Indonesia ke event prestisius
dunia. Meskipun pada laporan Global Islamic of Economic pada tahun 2014/2015 maupun
2015/2016 nama Indonesia belum muncul sebagai top leader of Modest Fashion, perlu

7
Lihat no.3.
8
Lihat no.2
9
Ketua WHFC: Produk Halal Indonesia Harus Rebut Pasar MEA (www.icmi.or.id)
10
International Fashion Showcase 2016 (www.londonfashionweek.co.uk)
diketahui bahwa pada awal 2015 brand ini telah berhasil menarik investor global senilai
USD1 million hingga USD10 million.11
Dibalik secercah harapan yang ada, kita harus menyadari bahwa terdapat anomali dalam
prospek ekonomi halal di Indonesia. Dalam Master Class yang difasilitasi ESSEC Asia-
Pacific oleh Professor Cedomir Nestorovic -Director of the ESSEC & Mannheim EMBA Asia-
Pacific-, beliau menyatakan bahwa Industri halal merupakan Fragmented Industry -yaitu
Industri yang belum memiliki perusahaan yang memiliki market shared yang signifikan dan
dapat memperngaruhi outcome dari industri tersebut12- sehingga menjadikan industri ini lebih
mudah dimasuki oleh newcomer untuk berkompetisi di pasar global.
Dari populasi warga dunia, tercatat 23% penduduk beragama muslim, sebesar 61,7%
populasinya terdapat di Asia-Pasifik dan Indonesia merupakan penyumbang penduduk
muslim terbesar yaitu sebesar 13%.13 Berdasarkan paparan data tersebut, normalnya, investor
akan berlomba-lomba untuk melakukan investasi di Indonesia untuk memasok pasar lokal
Indonesia maupun dalam lingkup Asia-Pasifik. Namun, sepertinya data tersebut belum cukup
menarik minat investor untuk turut serta dalam memajukan industri halal Indonesia. Justru
Malaysia dengan JAKIM (Jabatan Kemajuan Islam Malaysia) dan standar sertifikasi halalnya
yang mampu menarik perusahaan multinasional seperti Nestle untuk menghasilkan produk
disana, lalu mengekspor produknya ke seluruh dunia.14
Hingga saat ini, Indonesia belum menjadi pemain untuk pasar internasional, aktivitas
ekspornya masih terbatas, serta masih menerapkan protective trade practices untuk
melindungi pasar domestik dari serbuan pasar global.15 Analisis professor Nestorovic
menyatakan bahwa Indonesia belum cukup dewasa, kesadaran antara konsumen dengan
kesadaran pemerintah belum selaras yang menjadikan Indonesia belum siap, Indonesia
memiliki potensi yang besar namun tidak akan berhasil jika kedua hal tersebut tidak berjalan
beriringan.16

11
Modest Fashion or Fashioning Modesty? HijUp Unveiled at London Fashion Week
(www.huffingtonpost.co.uk)
12
E.Porter, Michael.1998. Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors.
New York: The Free Press.
13
Pew Research Center's Forum on Religion and Public Life. Global Religious Landscape, 2012.
(www.pewforum.org)
14
Lihat no.5
15
Lihat no.5
16
ESSEC Asia-Pacific: Halal Business - Master Class by Prof. Cedomir Nestorovic
Koreksi dan Eksekusi
Pelaksana Tugas Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK)
Kementrian Luar Negeri Duta Besar Salman Al Farisi menyatakan bahwa Indonesia baru
memanfaatkan 1% dari potensi permintaan atas produk halal global. Bahkan, Thailand yang
penduduknya bukan mayoritas Muslim memiliki produk halal empat kali lipat dibandingkan
dengan Indonesia. Solusi yang diberikan Salman adalah optimalisasi fungsi perwakilan
Republik Indonesia (RI) di seluruh dunia untuk memberi informasi mengenai pangsa pasar
produk halal yang potensial di masing-masing negara perwakilan.17
Solusi tersebut lahir dari anggapan bahwa minimnya perkembangan potensi disebabkan
belum lengkapnya data pendukung potensi produk halal, data produk kompetitor, serta standar
kebijakan di Negara tujuan ekspor. Jika benar itu masalahnya, apakah cukup hanya
mengoptimalisasi perwakilan RI di seluruh dunia? Setelah informasi terkini didapat, kemana
larinya informasi tersebut? Untuk mendapat informasi tersebut, kemana kita harus
mencarinya? Tindak lanjut apa yang dapat diperbuat dari informasi-informasi tersebut?
Agaknya, solusi yang ditawarkan belum menjadi solusi yang komprehensif dalam
menguraikan masalah ini.
Berkaca pada tantangan ekonomi global saat ini serta keberhasilan negara yang telah
sukses menjajaki sektor halal, sudah saatnya Indonesia mempertimbangkan untuk
membangun Halal Center Indonesia. Tanpa mengenyampingkan peran lembaga yang tengah
bertanggung jawab atas aspek-aspek halal di Indonesia ataupun pusat halal yang tengah
dibangun di beberapa universitas, Halal Center Indonesia dibangun untuk mengintegrasikan
peran-peran lembaga tersebut bahkan ikut serta mendukung dan memudahkan program-
program yang dilakukannya. Langkah ini dirasa dapat melakukan penggerakan yang lebih
masif dalam mendorong kemajuan produk halal Indonesia secara terintegrasi dalam
menjawab tantangan ekonomi global.
Mengadopsi program kerja dari Dubai Islamic Economy Develompment Center18
berikut program kerja yang dapat diajukan untuk Halal Center Indonesia:

17
Saatnya Indonesia Bersaing Manfaatkan Potensi Pasar Halal Dunia (www.kemendag.go.id)
18
Dubai Islamic Economy Develompment Center (www.iedcdubai.ae)
Aspek Program
Informasi  Menjadi portal informasi terpadu mencakup tujuh pilar ekonomi
islam dalam menyerap informasi dari berbagai Negara dan
mengolahnya menjadi data yang mudah diterima masyarakat
maupun pelaku usaha.
 Mengembangkan database produk halal Indonesia, list material
yang diharamkan serta beragam kasus yang sering terjadi dalam
praktik ekonomi islam beserta solusinya.
 Bekerjasama dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia)
mengembangkan standar yang memiliki kredibilitas tinggi yang
sesuai dengan syariah Islam serta memenuhi ketentuan untuk di
ekspor ke pasar global, tidak terbatas pada spesifikasi produk
namun juga mencakup sistem managemen mutu.
 Melakukan pendidikan khusus dan pelatihan rutin bagi auditor
produk halal.
 Rutin mengadakan penyuluhan dan penyebaran informasi terkini
berkenaan standar dan ketentuan produk halal melalui seminar
maupun workshop.
 Memfasilitasi pelaku usaha untuk mendapatkan dampingan dalam
pengembangan serta implementasi jaminan mutu produk halal.
 Meningkatkan pemasaran produk-produk yang telah berlabel halal
ke negara-negara potensial.
 Turut serta dalam edukasi produk halal dan prinsip ekonomi islam
dalam mata kuliah di beberapa jurusan setingkat sarjana,
diantaranya: Teknologi Pangan, Farmasi, Kimia, Tata boga, Gizi,
Perbankan, Ekonomi, Bisnis, Design Grafis, Tata Busana, Seni,
Perhotelan, Public Relation, Jurnalistik, Media Komunikasi dan
lain-lain.
Food,  Memfasilitasi pengembangan inovasi produk obat-obatan maupun
Pharmaceuticals kosmetik yang memenuhi standar produk halal.
& Cosmetics
 Melakukan pengembangan dan penelitian mengenai raw material
yang berpotensi menggantikan raw material yang tidak sesuai
dengan kaidah Islam, misalnya mencari pengganti gelatin babi,
mencari media biakan vaksin yang berpotensi menggantikan
media biakan yang berasal dari darah babi, membuat senyawa
sintetis yang memiliki aktifitas serupa dari material yang
digunakan dari hewan.
 Meningkatkan upaya untuk mengembangkan halal produk dengan
mengembangkan bahan jadi maupun barang setengah jadi tidak
sebatas untuk keperluan lokal namun juga dibuat untuk dapat
digunakan untuk pasar global.
 Menyediakan sarana laboratorium yang telah terakreditasi secara
internasional untuk pengujian produk halal, juga secara terus
menerus melakukan pengembangan metode pengujian.
Finance  Melakukan upaya pengembangan dalam pelayanan finasial dengan
mengembangkan metode yang menarik konsumen namun
menyesuaikannya sehingga tidak menyalahi prinsip syariah
Islam.
 Memonitor pelayanan perbankan yang memenuhi kaidah Syariah
namun tetap memiliki prospek yang baik dalam Stock Exchange.
Fashion, Art,  Mendorong untuk pengembangan fashion, art, design lokal untuk
Design berkembang ke pasar global dengan mengedepankan budaya
Indonesia namun tidak menyalahi kaidah Islam.
Travel, Media &  Membangun strategi agar Indonesia mampu menjadi destinasi
Recreation wisata global untuk family tourism dengan memfasilitasi wisata
yang memiliki iklim yang sesuai untuk seluruh keluarga.
 Membangun strategi agar Indonesia mampu mejadi destinasi
wisata rohani dengan memberdayakan peninggalan budaya
kerajaan Islam terdahulu serta kebudayaan Islam yang sedang
berkembang saat ini di Indonesia.
Jika dibandingkan beberapa negara lainnya, memang nampak bahwa Indonesia belum
siap seutuhnya untuk menghadapi tantangan pasar global terkait Halal Issue, namun sekiranya
Halal Center Indonesia dapat membantu kesiapan Indonesia dalam menyambut tantangan ini.
When costumer consciousness meets goverment consciousness, Halal issue will be great
potency in Indonesia. Potensi halal tidak hanya perlu kita manfaatkan dari segi ekonomi,
namun mari kita jadikan produk halal sebagai salah satu sarana untuk memperkuat identitas
bangsa, sehingga Indonesia mampu dipandang sebagai negara prospektif dan mampu
berkompetisi dalam persaingan ekonomi islam global.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik - Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut (bps.go.id)
Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors by Michael
E.Porter (1998). New York: The Free Press.
Dubai Islamic Economy Develompment Center (www.iedcdubai.ae)
ESSEC Asia-Pacific: Halal Business - Master Class by Prof. Cedomir Nestorovic
Fight Islamic Economy Leadership Explained by Dr Cedomir Nestorovic (hqasia.org)
Global Islamic Economy Report 2014/2015 by Thomson Reuters (www.halalbalancing.com)
Global Islamic Economy Report 2015/2016 by Thomson Reuters (www.halalbalancing.com)
International Fashion Showcase 2016 (www.londonfashionweek.co.uk)
Ketua WHFC: Produk Halal Indonesia Harus Rebut Pasar MEA (www.icmi.or.id)
Modest Fashion or Fashioning Modesty? HijUp Unveiled at London Fashion Week
(www.huffingtonpost.co.uk)
Non-Muslims’ awareness of Halal principles and related food products in Malaysia by
Golnaz, R., Zainalabidin, M., Mad Nasir, S. and Eddie Chiew, F.C. International
Food Research Journal 17: 667-674 (2010) (core.ac.uk )
Pew Research Center's Forum on Religion and Public Life. Global Religious Landscape,
2012. (www.pewforum.org)
Salaam – Global Islamic Economy Gateway (www.salaamgateway.com)

You might also like