You are on page 1of 9
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KEGIATAN EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN METODE COMPREHENSIVE SOLUTION (BIOREMEDIASI, BIOTREATMENT DAN BIOFILTRASI) (TREATMENT OF WASTE WATER FROM ACTIVITY OF EXPLORATION AND PRODUCTION OIL AND GAS WITH COMPREHENSIVE SOLUTION METHOD) (BIOREMEDIATION, BIOTREATMENT, BIOFILTRATION) Chasri Nurhayati Baristand Industri Palembang Abstrak Penelitian tentang Pengolahan Limbah Cair Kegiatan Eksplorasi Minyak dan Gas Bumi dengan Metode Comprehensive Solution (Bioremediasi-Biotreatment-Biofiltrasi) telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan kadar cemaran limbah cair dengan penambahan bakteri yang diisolasi dari limbah tersebut. Tahap pertama adalah bioremediasi dengan penambahan mikroba hasil dari isolasi. Pada tahap ini_ditambahkan bakteri sebanyak 6% viv dari volume limbah cair minyak bumi yang akan diolah dan pertumbuhan bakteri dioptimalkan. Tahap ke dua adalah biotreatment yaitu dengan memberikan kesempatan bakteri yang telah ditambahkan sehingga _mampu limbah cair dialirkan secara perlahan dan tidak dilakukan aerasi sehingga terbentuk flok-flok yang diinisiasi oleh bakteri, sedang tahap ke tiga adalah biofitrasi dengan mengalirkan limbah ke bagian akhir bioreaktor yang mengandung arang aktif, Arang aktif yang ada telah mengandung bakteri pada bagian permukaannya sehingga limbah cair yang melewatinya akan mengalami biofiltrasi. Tiga tahapan tersebut mampu mengolah limbah sehingga parameter yang dipersyaratkan yaitu H,S, Fenol, pH, COD, minyak-lemak, dan amoniak menurun hingga dibawah BML dengan waktu yang lebih cepat. Untuk mengetahui efektivitas metode comprehensive solution dilakukan pengolahan limbah skala mikrokosmos menggunakan agen biologis. Pada hasil uji coba pengolahan skala mikrokosmos sampai enam belas hari menunjukkan metode comprehensive solution cukup efektif dalam pengolahan limbah cair minyak bum, Hal ini ditunjukkan hasil pengujian kimia limbah pada mikrokosmos kontrol dari sampling T, sampai T, adalah H,S : 0,144-0,015 mg/l, fenol 1,6537-0,405 mg/l, pH 9,07-9,13, COD 9372-1132 mg/l, minyak lemak 52-471 mg/l dan amoniak 3,713-0,1373 mg/l sedang hasil uji kimia pada mikrokosmos dengan metode comprehensive solution adalah H,S : 0,160-0,014 mg/,, fenol 0,0529-0,0105 mg/l, pH 8,45-9,70, COD 7613,76-2332,76, minyak lemak 752-256 mg/l dan amoniak 3,713-0,110 mg/l. Berdasarkan pehitungan regresi linier terhadap penurunan parameter uji limbah pada mikrokosmos dengan metode comprehensive solution diperkirakan membutuhkan waktu pengolahan sekitar 41 hari, hampir tiga kalilebih efektf ika menggunakan metode IPAL biasa. Kata kunci: Limbah cair, bakteri, bioremediasi, biotritmen, biofiltrasi Abstract Research about Treatment of waste water from activity of Exploration and production oil and Gas with comprehensive solution method (bioremediation-biotreatment-biofiltration) has been done. Purpose of this research is to knows the bacterium activity in reducing rate cemaran’ petroleum liquid waste. First phase is bioremediasi with addition of biological agent which has been obtained. At this phase added bacterium counted 6% v/v from waste water volume and growth of bacterium is optimal. Second phase is biotreatment Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 37 Tahun 2010 9 that is by giving opportunity of bacterium which has been added so that initiation of floc formation. At This phase liquid waste is flown slowly and is not aerated so that is formed flok initiation by bacterium, and than phase three is biofiltration by flowing waste to bioreactor ending containing active carbonl. The active carbon has contained bacterium at part of the surface so that liquid waste passing it will experience biofitration. The three steps can process waste so that parameter qualifyed that is H,S, Fenol, COD, oil-fatty, and ammonia declines so is under threasthold with quicker time. To know method effectiveness comprehensive solution is done waste treatment of microcosm scale to apply biological agent obtained. This thing was showed result of examination of _ control microcosm from sampling T, until T, is H,S : 0,144-0,015 mg/, phenol 1,6537-0,405 mg/, hydrogen on exponget 907-919, GOD 9372-1792 maf, ol lomak 52-471 mol and ammonia 3,713-0,1973 mg/l of chemical test result at microcosm with method ‘comprehensive solution is H2S : 0,160-0,014 mg, phenol 0,0529-0,0105 mg/, hydrogen ion exponent 8,45-9,70, COD 7613,76-2332,76, fixed oil 752-256 mg/ and ammonia 3,713-0,110 mg/l. Based on calculation of linear regression to degradation of parameter tested waste at microcosm with method comprehensive solution is estimated to requires processing time around 41 days, almost thrice more effectively if using ordinary IPAL method. Keywords : Waste water, bacteria, bioremediation, biotreatment, biofiltration’ PENDAHULUAN Salah satu jenis limbah yang dinasilkan dari kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi adalah limbah cair. Limbah tersebut berasal dari pemisahan crude oil dan air. Crude oil ditampung di dalam tanki dan air limbah ditampung di kolam penampungan. ‘Sebelum limbah dibuang ke lingkungan, limbah harus diolah terlebin dahulu supaya komponen limbah yang dapat mencemari lingkungan dapat dikurangi atau dihilangkan, sehingga dampak negatif dapat diminimalisasi Minyak dan lemak merupakan salah satu jenis polutan yang berasal dari limbah cair tersebut dengan penyebaran yang sangat luas. Polutan industri minyak bumi akan menyebabkan terancamnya kehidupan biota pada lingkungan. Polutan ini mengandung senyawa hidrokarbon alifatik dan aromatik yang mempunyai berat molekul rendah sampai tinggi (Udiharto, 1992) Polutan ini terbentuk dari minyak mentah (crude oil) dengan struktur-bangun kimia alifatik atau aromatik. Polutan ini masuk ke dalam lingkungan berkaitan dengan kegiatan eksplorasi dan produksi, penyulingan, pengangkutan dan 20 penggunaan bahan bakar (Gunalan, 1996). Fenol dalam timbah cair_minyak bumi merupakan turunan dari hidrokarbon aromatik yang mengandung gugus OH. Salah satu sifat senyawa ini sangat toksik, sehingga jika terurai_ke lingkungan dapat membahayakan biota yang hidup di lingkungan tersebut (Komar dan Irianto, 2000). Fenol merupakan senyawa organik yang sering ditemukan dalam limbah cair sehingga perlu dilakukan pemantauan (Fatimah, 2005). Hidrokarbon aromatik yang sering menimbulkan permasalahan lingkungan dan sering dijumpai, terutama di daerah perairan adalah fenol yang salah satunya berasal dari industri pengolahan minyak bumi. Amoniak dalam air limbah eksplorasi minyak dan gas dapat berasal dari hasil degradasi baik secara aerobik maupun anaerobik bahan yang mengandung unsur nitrogen, seperti protein. Adanya amoniak yang terkandung dala air dapat menimbulkan bau. Batas maksimum yang diperbolehkan dalam air permukaan adalah 8 mg/l (PP Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4, 2007’. Kandungan amoniak dalam air limbah eksplorasi dan produksi minyak bumi setelah melalui unit pemisahan outlet yak Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 37 Tahun 2010 dari_ground pit masih cukup tinggi 8,640 mg/l (Pusat Penelitian Lingkungnan Hidup Universitas Sriwijaya, 2005). Kandungan amoniak dalam air limbah sebelum dibuang ke lingkungan harus diturunkan sampai batas yang diizinkan dengan tujuan agar limbah tersebut tidak mencemari lingkungan yang ada di sekitamya. Pengaruh kandungan amoniak yang melebihi daya dukung lingkungan penerima akan berdampak negatif terutama terhadap biota perairan maupun tumbuhan yang ada di sekitamya. Teknik penurunan kandungan amoniak dalam air limbah dapat dilakukan dengan cara optimalisasi, efisiensi dan peningkatan kualitas lingkungan dengan menurunkan konsentrasi bahan pencemar (Suratno, 2000). Beberapa penelitian telah banyak dilakukan dalam upaya untuk menurunkan kandungan amoniak yang terdapat dalam air limbah, diantaranya dengan cara penyerapan dengan menggunakan karbon aktif, penyerapan dengan zeolit aktif, penambahan bahan kimia ke dalam limbah dan dengan metoda pemisahan secara fisik. Metoda penurunan amoniak dalam air limbah saat ini yang sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu dengan teknik degradasi dengan penambahan agen bakteri ke dalam limbah yang akan diolah. Teknik pengolahan ini menggunakan agen biologis berupa bakteri petrofilik yang diisolasi dari limbah itu. sendiri. Degradasi amoniak dengan melibatkan agen bakteri melalui proses nitrifikasi yaitu proses oksidasi amoniak menjadi nitrit Kemudian menjadi nitrat. Menurut Holt, ef a/., (1994), bakteri yang mempunyai kemampuan untuk digunakan alam proses degraedasi adalah Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrosolobus dan Nitrosovibrio. Dari hasil penelitian beberapa peneliti yang telah dilakukan sebelumnya, untuk menurunkan kandungan polutan yang terdapat dalam air limbah eksplorasi dan produksi minyak bumi diduga dapat digunakan metode Comprehensive Solution. Metode ini menggunakan_bakteri petrofiik multi kultur yang diisolasi dari limbah itu sendiri. Bakteri ini mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk mendegradasi secara tuntas polutan yang terkandung dalam limbah cair minyak dan gas bumi. Tahapan yang dilakukan pada proses pengolahan limbah dengan metode Comprehensive Solution adalah pengembangbiakan bakteri, penggandaan bakteri dan menguji kinerja bakteri terhadap limbah cair eksplorasi minyak dan gas bumi skala laboratorium. BAHAN DAN METODA A. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air limbah minyak, Medium Busnel Mineral Salt (BHMS) cair, BHMS padat, medium zobel agar, medium minyak, medium Suminar arang aktif, medium Plate Count Agar (PCA), alkohol, kertas saring, kertas merang, aluminium foil, kapas bebas minyak. B. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah — mikrokosmos, aerator, sprayer, termos plastik, masker, jerigen’ plastik seperangkat alat untuk analisa C. ProsedurPenelitian Tahap penelitian dimulai dari pengambilan contoh limbah cair yang berasal dari perusahaan eksplorasi minyak dan gas bumi di Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan. Bakteri yang ada pada sampel —limbah cair diisolasi, diidentifikasi, dibiakkan dan diseleksi. Bakteri hasil isolasi yang terseleksi ditambahkan pada proses pengolahan limbah cair_menggunakan metode comprehensive solution (bioremediasi-biotreatment-biofiltrasi) skala mikrokosmos. Sebagai pembanding perlakuan metode comprehensive solution (bioremediasi- biotreatment-biofiltrasi) dilakukan Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 37 Tahun 2010 2 penelitian kontrol dimana pada peneli initidak ditambahkan bakteri Untuk penentuan komposisi konsorsium berdasarkan populasi bakteri minimum > 8,5 x 10° FU/mi. Bakteri yang terisolasi dibuat kultur campur yang selanjutnya kultur bakteri tersebut digunakan pada pengolahan limbah dengan rincian sbb: 1. Tahap |: Proses Bioremediasi Pada tahap ini limbah cair ditambah kultur bakteri hasil isolasi sebanyak > 8,5 x 10° FU/ml, Pada tahap ini selanjutnya dilakukan pemeliharaan bakteri_ agar tetap melakukan aktivitasnya. Faktor lingkungan dan nutrien dalam limbah dioptimalkan sehingga kondusif untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas bakteri_ dalam menguraikan komponen limbah cair yang diotah. Salah satu yang dilakukan adalah penambahan aerator dan pengukuran pH limbah 2. Tahapll.Biotreatment Pada tahapan ini limbah cair dirancang untuk melewati sekat-sekat dengan tujuan untuk memperpanjang proses flokulasi sehingga proses pembentukkan flok lebih efektif 3. Tahap Ill: Proses Biofiltra Pada tahap ini limbah cair dialirkan melalui sistem biofilter_ yang dibuat dari arang aktif yang telah disterilkan dan dilakukan penambahan kultur bakteri hasil isolasi pada permukaannya. Pada tahap ini terjadi proses filtrasi komponen limbah melalui arang aktif yang mengandung bakteri. Arang aktif yang dipergunakan adalah arang aktif yang telah dinaikkan daya serapnya dengan pemanasan oven pada suhu 150 °C selama 5 jam, sedang bakteri yang ditambahkan merupakan kultur bakteri hasil isolasi. Arang aktif merupakan arang yang mempunyai daya serap dan telah mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Proses pengolahan limbah minyak secara comprehensive solution (bioremediasi-biotreatment- biofiltrasi) dapat dilhhat pada Gambar 1. 22 4 + ried ¥ Tape 1 mi Gambar 1. Bagan alir pengolahan limbah 4, Analisa Pengolahan Limbah Cair Limbah cair hasil penelitian dilakukan pengambilan contoh pada titik sampling pada limbah setelah mengalami perlakuan dan limbah pada kontrol | sebanyak 8 kali. Sampling dilakukan sebanyak 8 (delapan) kali setiap 2 (dua) hari sesuai (Tabel 1). Tabel 1. Sampling pengambilan contoh sancingsamang" 0 2 mae can asset Fatman 2 Sides) ela 2ekak Kapaa Seen) Zena Baetat Kenpo 3 Femina” Resa Kopant 7 om 2 wat __ Peat Sampling pada limbah tersebut dengan parameter uji sesuai_ baku mutu (Tabel 2) Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 37 Tahun 2010 ‘Tabel 2. Baku mutu limbah cair Batas No Parameter Satuan_—_maksimum ssesuai BML" (ieeencon, wor 200 2 finer den Molt. 5 3 Sulfda (4:8) Molt. os 4 Amonia(NHeN) Magi s 5 Fenol total Mgt 2 6 Suny c 40 7 pH Unit__ 60-90 T Kap Gales Pos Sura Stn No, 1 aha BC, Lanaan a HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran kadar cemaran limbah, jumlah bakteri setelah perlakuan dan kontrol terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4 4. Tahap bioremediasi Bioremediasi didefinisikan sebagai teknologi yang menggunakan mikroba untuk mengolah limbah — melalui mekanisme biodegradasi alamiah atau meningkatkan mekanisme biodegradasi alamiah dengan menambahkan mikroba, nutrien, donor electron dan/atau akseptor elektron (enhanced bioremediation). Pada penelitian skala_mikrokosmos tahap pertama adalah pengolahan limbah dengan menggunakan_ bakteri yang dihasilkan dari isolasi. Penentuan komposisi konsorsium ditentukan berdasarkan populasi bakteri minimum > 8,5 x 10° CFUimi dan bakteri yang mampu tumbuh bersama secara sinergis, hasil uji interaksi sinergis. Pada tahap ini juga ditambahkan oksigen dengan menggunakan aerator. Proses biodegradasi didominasi oleh proses oksidasi. Enzim bakteri akan mengkatalisa pemasukan oksigen ke dalam hidrokarbon sehingga_molekul dapat dikonsumsi untuk metabolisme sel. Oksigen adalah kebutuhan terpenting dalam proses biodegradasi minyak bumi. Menurut Atlas dan Barta, (1985) oksigen adalah kebutuhan terpenting dalam degradasi_hidrokarbon Karena jalur_utama untuk hidrokarbon baik hidrokarbon jenuh maupun aromatik melibatkan molekul oksigen atau oksigenase. Baker dan Herson, (1994) Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 37 Tahun 2010 menjelaskan sejumiah suplai_ oksigen diperlukan untuk degradasi aerobik karerté prinsip reaksi adalah oksidasi reduksi dengan oksigen sebagai elektron penerima. Hasil pengujian pH sebagai faktor pendukung pertumbuhan pada perlakuan penambahan_bakteri maupun kontrol berkisar 8,45 samp: dengan 9,2 CFU/ml dimana kon tersebut dapat digunakan untuk perkembang biakan bakteri. Hasil pengukuran suhu menunjukkan suhu sudah sesuai dengan kondisi lingkungan untuk bakteri. Hasil perhitungan jumlah bakteri pada periakuan berkisar antara 3.1x10'sid8,7x 10° Jumlah bakteri ini_ memungkinkan terjadinya bioremediasi oleh bakteri karena persyaratan minimum untuk biodegradasi adalah > 8,5 x 10° CFU/ml Pada hari Ke-7 pada perlakuan jumlah bakteri menurun 3,1 x 10° selanjutnya pada hari ke 8 jumiah bakteri meningkat menjadi 5,1. x 10° dimana jumlah ini memungkinkan kembali_ terjadinya biodegradasi (Tabel 4). Sedang untuk kontrol hasil perhitungan jumiah bakteri adalah 1,7 x 10° s/d 9,0 x 10° dimana jumiah bakteri ini tidak memungkinkan terjadinya bioremediasi (Tabel 3). 2. Tahap biotreatment Pada tahap ini terjadi_ proses fiokulasi_ yang diinisiasi oleh bakteri sehingga terbentuk flok. Koagulasi adalah proses kimia yang digunakan untuk menghilangkan bahan cemaran yang tersuspensi atau dalam bentuk koloid. Partikel-partikel koloid ini tidak dapat mengendap sendiri dan sulit ditangani oleh perlakuan fisik. Melalui proses koagulasi, kekokohan partikel koloid ditiadakan sehingga_terbentuk flok-fiok lembut yang kemudian dapat disatukan melalui proses flokulasi. Penghancuran partikel koloid ini akan terjadi apabila elektrolit yang ditambahkan dapat diserap oleh partikel koloid sehingga muatan partikel menjadi netral Penetralan muatan_partikel oleh koagulan hanya mungkin terjadi_jika muatan partikel mempunyai konsentrasi yang cukup kuat untuk mengadakan 23 gaya tarik menarik antar partikel koloid. Koagulasi yang efektif terjadi pada selang pH tertentu. Penggunaan koagulan logam seperti aluminium dan garam-garam besi secara umum dapat mendekolorisasi limbah cair yang mengandung melanoidin. Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan pada partikel tersuspensi dan koloid, 1. Tahap biofiltrasi Pada tahap ini terjadi proses filtrasi Komponen limbah melalui arang aktif yang mengandung bakteri. Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang _mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Arang dalam perlakuan ini digunakan sebagai adsorben (penyerap) limbah cair. Arang aktif yang ditambahkan pada pengolahan limbah merupakan arang yang mempunyai daya serap dan mengalami perubahan sifat- sifat fisika dan kimia karena pada penelitian ini arang dinaikkan daya serapnya dengan pemanasan oven pada suhu 150°C selama 5 jam. ‘Arang aktif akan mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa_ kimia_tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori- pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-10% terhadap berat arang aktif. Tabel 3. Hasil pengukuran parameter limbah cair sampai hari ke-18 (t8) pada pengolahan limbah skala mikrokosmos yang tidak dlinokulasi bakteri (kontrol) i bantibg FE Hasil analisa parameter COD dan lemak-minyak sampai hari ke-18 (T,) masih tinggi walaupun sudah mengalami nilai penurunan dibandingkan dengan awal sebelum dilakukan proses dan nilai tersebut masing-masing adalah nilai 24 4176.0 dan 471 mg/l. Sedangkan pada tabel 4 nilai parameter COD dan lemak- minyak sampai hari ke-18 (T,) sudah mengalami penurunan yang relatif lebih cepat dengan masing-masing nilai 2332,76 dan 337 mg/l, hal ini disebabkan karena kultur bakteri yang ditambahkan mampu bersinergis satu dengan yang lain dalam menggunakan oksigen yang berasal dari senyawa kimia yang terdapat di dalam minyak limbah cair dan kultur bakteri ini mampu mendegradasi komponen limbah terutama sisa_hidrokarbon, amoniak, material organik dan Komponen kimia lain yang terdapat pada limbah , sehingga_komponen kimiawi limbah cair terdegradasi atau terurai. Pada tahap bioremediasi akan teriadi penguraian bahan organik yang terdapat dalam limbah sehingga nilai COD dan pH air limbah akan menurun, di samping itu terjadi penguraian senyawa kimia limbah seperti fenol, amonia, dan hidrogen sulfida, sehingga kandungan senyawa tersebut dalam limbah akan turun juga. Selanjutnya dilakukan tahap pemeliharaan bakteri supaya —_tetap melakukan_aktivitas_menguraikan komponen. Pada tahap ini kondisi faktor lingkungan dan nutrien dalam. limbah dioptimalkan sehingga kondusif untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas bakteri dalam menguraikan komponen limbah cair yang diolah. Tabel 4. Hasil pengukuran parameter limbah cair sampai hari ke-18 (t) pada pengolahan skala mikrokosmos yang diinokulasi bakteri (perlakuan) Berdasarkan hasil_ prediksi pada kontrol dan perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 5. Parameter amonia, hidrogen sulfida, dan fenol pada limbah cair yang diolah’ menunjukkan nilai_ yang sudah dibawah Baku Mutu Limbah, untuk Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 37 Tahun 2010 parameter COD dan minyak-lemak nilai parameter pada limbah cair sebelum diolah sangat tinggi dan dengan teknologi pengolahan yang meliputi tiga tahap yaitu bioremediasi, biotreatment dan biofiltrasi_menunjukkan_bahwa teknologi yang digunakan sangat efektif karena dapat mengurangi waktu Penurunan beban pencemaran 2 (dua) ‘sampai 6 (enam) kali lebih cepat. Tabel 5. Prediksi penurunan parameter pada kontrol Tabel 6 prediksi yang dihitung secara regresi linier diperoleh kesimpulan bahwa nilai COD pada kontrol (tanpa perlakuan) akan tercapai sesuai baku mutu lingkungan membutuhkan waktu 171 hari sedang waktu yang dibutuhkan pada bioremediasi (perlakuan) sampai memenuhi baku mutu limbah selama 10 hari. Untuk parameter uji minyak-lemak akan tercapai sesuai baku mutu lingkungan dibutuhkan waktu 86,6 hari sedangkan waktu yang dibutuhkan bioremediasi (perlakuan) sampai memenuhi baku mutu limbah selama 44,1 hari (Tabel3 dan Tabel 4) Tabel 6. Prediksi penurunan parameter pada A. Kesimpulan 1. Hasil perhitungan angka lempeng total pada sampling T, sampai T, Pada kontrol berkisar antara 4,0 x 10° sampai 4,5 x 10° sedang hasil perhitungan angka lempeng total pada perlakuan berkisar antara 3,1 x 10° sampai 1,4x10" 2. Hasil pengujian kimia limbah sebelum proses bioremediasi pada sampling TO sampai T8 adalah H,S : 0,144-0,015 mail, fenol 1,6537- 0,405 mg/l, pH 9,07-9,13, COD 93721132 maj, minyak lemak 52— 471 mg/l dan amoniak 3,713-0,1373 mg/l sedang hasil uji kimia setelah proses bioremediasi adalah H2S 0,160-0,014 mg/l, fenol 0,0529- 0,0105 magi, pH 8,45-9,70 COD 7613,76-2332,76, minyak lemak 752-256 mg/l dan amoniak 3,713- 0,110 mgf, 3. Dari pehitungan regresi linier terhadap penurunan parameter ji limbah setelah perlakuan —sampai mencapai batas mutu adalah bahwa parameter COD 10 hari, minyak dan lemak 41,1 hari, sedang amonia, sufida, phenol total sudah memenuhi baku mutu lingkungan. B. Saran Hasil penelitian pengolahan limbah cair kegiatan eksplorasi dan produksi minyak bumi dengan metode comprehensive solution (bioremediasi, biotreatment, biofiltrasi) skala mikrokosmos periu perlakuan diaplikasikan ke skala lapangan == SE Se (unit pengolahan jimbah — skala Seem * = industri). ee reorder ee DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Laporan Pemantauan Kualitas_ Lingkungan, Kuaitas Limbah Cair Bulan Oktober 2005 ian TAC Pertamina - PT. Pilona Petro Tanjung Lontar LTD.. PPLH, Inderalaya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan _hasil_ pen maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 37 Tahun 2010 25 Atlas, R dan Bartha, R.1985. Microbial Ecology. The Benjamin/Cummings Publishing, London. Baker, K. dan D. Herson. 1994. Bioremediation. McGraw-Hill. inc. New York. Bastiaens, L., D. Springael, P. Wattiau, H. Harms, R. Dewachter, H. Verachtert, and L. Diels 2000. Isolation of adherent polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH)- degrading bacteria using Pah- sorbing carriers. Appl. Environ. Microbiol. 66(5):1834-1843. American society for microbiologi ‘America. Fatmah, Yuliasari, L. dan Nedeak, T.E.Y. 2005, Penggunaan Lumut (Octoblepharum albidum Hedw) Untuk menyerap feno! dari Limbah Pengeboran Minyak Bumi. Jumal Penelitian Sains. No 17 : 66-75. Gunalan, 1996. Penerapan Bioremediasi pada Pengolahan Limbah dan Pemulihan Lingkungan Tercemar Hidrokarbon Petrolium. Majalah Sriwijaya. 32 (1): 1-9.Univ. Sriwijaya, Palembang. Haris, A., Udiharto, M. dan Fierdaus, M. 2003. Pemanfaatan Bioteknologi Untuk Penaggulangan Polutan Minyak Bumi dan Fenol dalam Air Produksi dari Industri Perminyakan. Diskusi_lmiah IX PPPTMG LEMIGAS. Jakarta Holt, John, G., Krieg, Noel. R., Sneath, Peter. H., Staley, James, T., dan Wiliam, Stanley. T. 1994. Bergey'sManual of Determinative Bacteriology. Ninth Edition Lippincot Williams and Wilkins. USA: xvili+ 787 him. Irfan D. Priambada dan Jaka Widada 2006. Mitigasi Dan Bioremediasi Lahan Tambang Minyak Lab. Mikrobiologi Tanah dan Lingkungan. Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta Komar, M.S. dan Irianto. 2000. Pengaruh Penambahan Kultur Bacillus UK41 dan UK44 terhadap Biodegredasi Fenol pada Proses Bioremediasi Tanah Tercemar Minyak Buri. 26 Jumal Sains dan Matematika. Vol. 8(1):1-5.ITB, Bandung. Linggawati. A, Muhdarina, Harapan Sianturi. 2001. Efektivitas Pati- Fosfat dan Aluminium Sulfat Sebagai Flokulan dan Koagulan. Jumal Natur Indonesia 4 (1). Riau, Mangkoedihardji, Sarwoko. 2005. Seleksi Teknologi Pemulihan untuk Ekosistem. Seminar Nasional Teor! dan Aplikasi. ITS, Surabaya. Mrozik, A dan Labuzek, S. 2002. A Comprasion of Biodegradation of Fenolic and Homologous Compound By Pseudomonas vesicularis and Staphilococcus sciuri strai. Acta Microbiologica Polonica. Vol. 51 (4):367-378. Mulyono, M., Desrina, R. Udiharto, M Legowo, E.H. dan Suhardono. 2000. Jenis Senyawa Fenol dan Cara Penanggulangannya di Dalam Air Produksi. Lembaran Publikasi LEMIGAS. Vol. 33(2). Munawar and M. Said. 2007. Role of ‘Nutrient and Bacteria in Reduction of Oil in Bioremediation of Wastewater from Oil Refinery Industry. The 14th Regional Symposium on Chemical Engineering. Chemical Engineering Department. Gadjah Mada University. Yogyakarta. Munawar dan Mukhtasor, 2007. Bioremediasi Tumpahan Minyak Mentah dengan Metode Biostimulasi Nutrien Organik di Lingkungan Pantai Surabaya Timur. Berk.Penel.Hayati: 13 (91- 96). Surabaya.Diases tgl 12 Juni 2009 jam 10.21 Munawar, 1999. /solasi Dan Uji Kemampuan Isolat Bakteri Rizosfir dari Hutan Bakau di Cilacap dalam Mendegradasi Residu Minyak Bumi. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Novita, E. 2001. Optimasi Proses Koagulasi Flokulasi pada Limbah Cair yang Mengandung Melanoidin (Optimizatin of Coagulation Flocculation Process for Wastewater which Contains Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 37 Tahun 2010 Melanoidin). Vol.2 No.1,:61-67 62. Jember. Nugroho, Astri. 2006. Biodeg-radasi Sludge Minyak Bumi dalam Skala Mikrokosmos: Simulasi Sederhana Sebagai Kajian Awal Bioremediasi Land Treatment. Makara, Teknologi, Vol. 10, No; 2, November 2006: 82-89. Jakarta, Diases tgl 12 Juni 2009 jam 11.00. Rustamsjah. 2001. Rekayasa Biodegredasi Fenol oleh Psudomanas aeruginosa ATCC 27833. Makalah Filsafat Sains (pps 702). Prog Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. =, Rusyandi, 1993. Penurtfian Kadar Feno! dari Air Buangan Minyak dan Gas Bumi Oleh Enceng Gondok (Eichomia crassipes) (Mart) Solms) di PT. Vico Indonesia, Kalimantan Timur. Skrepsi. FMIPA Universitas Padjajaran: 44 Him Bandung. Saidi, D, Iswandi Anas, Noegroho Hadi ‘dan Dwi Andreas Santoso. 1999. Kemampuan Bakteri dari Ekosistim air Hitam Kalimantan Tengah dalam Merombak Minyak Bumi dan Solar. 1-7(2)(2). Journal of Soil Sciences and Environment. Jakarta. Diaseg, tal 7 Maret 2009 jam 13.50. Suratno, H. 2000. Pengembangan Teknologi industri Amoniak yang Berwawasan Lingkungan Direktorat Teknologi dan Rekayasa, BPPT. Majalah Ilmiah Pengkajian Industri. Edisi Khusus. 5 him. Udiharto. 1992. Aktivitas Mikroba dalam Mendegredasi Minyak. Proccedings Diskusi limiah Vil Hasil Penelitian Lemigas. Jakarta : 464 — 467. Diases tgl 4 Maret 2009 jam 13.20. Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 37 Tahun 2010 a7

You might also like