You are on page 1of 18

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH

DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN


TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI
PENINGKATAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI
PROVINSI JAWA TENGAH

Adi Widodo1, Waridin2, dan Johanna Maria K.2

BPKP Perwakilan Jawa Tengah


1

2
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang
E-mail: maswhied@gmail.com

Diterima 6 Mei 2011/Disetujui 14 Juni 2011

Abstract: The purposes of this paper are (a) to illustrate patterns of development of not only public
expenditures on education and health sectors, indicators of human development, and poverty indicators in
Central Java province, (b) to identify and analyze the role of the Human Development Index (HDI) with
regards to the relationship between government spending for education and health sectors and poverty
reduction in the province: whether the HDI as a moderator variable or intervening variable. The data used
were government expenditures in education and health sectors, HDI and regional poverty rates in 35 districts /
cities in Central Java, in the period of 2007 to 2008. The study suggests that (a) in general, in the year 2007 and
2008, government spending patterns in education and health sectors, HDI and the percentage of the number
of poor in the regencies / cities demonstrated a positive trend. That is, the increase in government spending
on education and health sectors was followed by not only an increase in HDI but also by a decrease in the
percentage of the population is the poor. Interestingly, the study suggests that HDI was more dominant to be a
“pure moderator” variable rather than to be an intervening variable. This infers that the relationship between
government spending on education and health sectors and the alleviation of poverty is reinforced by the role
of HDI. Consequently, government spending on education and health sector did not by itself affect the poverty
reduction directly.

Keywords: Human Development Index (HDI), government spending, education and health sectors, the poor

Pelaksanaan kebijakan otonomi daerah dan desentral- belanja untuk keperluan ini dalam penyusunan ang-
isasi fiskal didasarkan pada pertimbangan bahwa dae- garan (Priyo Hari Adi, 2009). Prioritas belanja dalam
rahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan standar rangka peningkatan pembangunan manusia akan me-
pelayanan bagi masyarakat di daerahnya, sehingga ningkatkan pula tingkat kesejahteraan masyarakat.
pemberian otonomi daerah diharapkan dapat me- Peningkatan pembangunan manusia dapat dicermati
macu peningkatan kesejahteraan masyarakat di dae- dari besar kecilnya IPMnya. Apabila IPMnya mengal-
rah melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi. Ad- ami peningkatan, maka dapat diduga bahwa tingkat
anya peningkatan dana desentralisasi yang ditransfer kesejahteraan masyarakat juga akan mengalami pen-
pemerintah pusat setiap tahunnya diharapkan dapat ingkatan. Jika tingkat kesejahteraan masyarakat me-
mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. ningkat, pada gilirannya penduduk miskin menjadi
Laju pertumbuhan ekonomi daerah dipengaruhi se- semakin berkurang baik dari segi jumlah maupun
cara positif dan signifikan oleh pembangunan manu- kualitasnya.
sia. Pada hakekatnya pembangunan adalah pemban- Kinerja pembangunan ekonomi Indonesia
gunan manusia, sehingga perlu diprioritaskan alokasi dalam beberapa tahun ini, secara umum dapat di-

25
26 JURNAL DINAMIKA EKONOMI PEMBANGUNAN, JULI 2011, VOLUME 1, NOMOR 1

katakan sangat membanggakan dengan tingkat per- ya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek
tumbuhan ekonomi selama beberapa dekade terakhir huruf; dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi
ini sangatlah tinggi, walaupun mengalami penurunan masyarakat yang tercermin dari nilai purcashing pow-
di masa krisis. Tetapi tingkat pertumbuhan yang er parity index (PPP).
tinggi tersebut masih menyisakan sejumlah persoalan Pada tahun 2004, menurut BPS, capaian IPM
diantaranya kemiskinan dan rendahnya pembangunan Indonesia sebesar 68,70 dan pada tahun 2008 sebesar
manusia. Secara umum, selama periode 2007 – 2009, 71,17, sehingga selama kurun waktu 4 tahun terjadi
persentase penduduk miskin di Indonesia masih rela- peningkatan IPM sebesar 3,60 persen. Demikian juga
tif cukup signifikan, meskipun mengalami penurunan dengan kondisi IPM di Pulau Jawa, di mana secara
selama periode 2007 – 2009, yaitu masing – masing nasional capaian IPM Provinsi Jawa Tengah pada
secara berurutan mencapai 16,58 persen, 15,42 pers- tahun 2008 sebesar 71,60 dan Provinsi Jawa Ten-
en, dan 14,15 persen. Secara khusus, penurunan ini gah menduduki peringkat ke-14 jika dibandingkan
juga tercermin pada penurunan prosentase penduduk dengan provinsi lainnya di Indonesia. Namun jika
miskin di 6 provinsi di Jawa pada periode yang sama, dibandingkan dengan 5 provinsi lainnya yang ada di
yaitu masing – masing sebesar 14,44 persen di tahun Pulau Jawa, capaian IPM Provinsi Jawa Tengah pada
2007, menurun menjadi 13,59 persen di tahun 2008 tahun 2008 menduduki peringkat ke-3. Secara umum,
dan 12,48 persen di tahun 2009. (Data dan Informasi capaian IPM seluruh provinsi di Indonesia termasuk
Kemiskinan BPS, 2009) provinsi di Pulau Jawa mengalami peningkatan dari
Jika dilihat per provinsi yang ada di Pulau tahun ke tahun. (BPS, 2009)
Jawa, di tahun 2009 terdapat 3 provinsi yang jumlah Pembangunan manusia merupakan salah satu
penduduk miskinnya di atas 1 juta jiwa, yaitu Provinsi indikator bagi kemajuan suatu negara. Suatu negara
Jawa Timur dengan jumlah penduduk miskin seban- dikatakan maju bukan saja dihitung dari pendapatan
yak 6,022 juta jiwa, Provinsi Jawa Tengah dengan domestik bruto saja tetapi juga mencakup aspek hara-
jumlah penduduk miskin sebanyak 5,725 juta jiwa, pan hidup serta pendidikan masyarakatnya. Hal ini se-
dan Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk jalan dengan paradigma pembangunan yang berkem-
miskin sebanyak 4,983 juta jiwa. Provinsi Jawa Ten- bang pada tahun 90-an yaitu paradigma pemban-
gah secara berurutan dari tahun 2007 sampai dengan gunan yang berpusat pada manusia (human centered
2009 persentase penduduk miskinnya mencapai 20,43 development). Secara konsep, pembangunan manu-
persen, 19,23 persen, dan 17,72 persen. Walaupun sia adalah upaya yang dilakukan untuk memperluas
menunjukkan kecenderungan yang menurun, namun peluang penduduk untuk mencapai hidup layak, yang
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 menduduki secara umum dapat dilakukan melalui peningkatan
peringkat pertama dalam hal persentase penduduk kapasitas dasar dan daya beli. Pada tataran praktis
miskin jika dibandingkan dengan 5 provinsi lainnya peningkatan kapasitas dasar adalah upaya meningkat-
di Pulau Jawa. Selain itu, selama kurun waktu tiga kan produktivitas penduduk melalui peningkatan pen-
tahun dari tahun 2007 sampai dengan 2009, ternyata getahuan dan derajat kesehatan.
persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah Dengan demikian sekurangnya ada dua sektor
selalu paling tinggi jika dibandingkan dengan lima yang perlu diperhatikan oleh pemerintah sehubungan
provinsi lainnya yang ada di Pulau Jawa. dengan upaya memperluas kesempatan penduduknya
Di samping dihadapkan pada angka kemiski- untuk mencapai hidup layak yaitu pendidikan dan ke-
nan yang cukup tinggi, Indonesia juga menghadapi sehatan. Dalam hal ini bisa terwujud melalui alokasi
masalah lain yang sangat serius, yaitu masih ren- pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan
dahnya kualitas SDM yang tercermin dari IPM atau kesehatan. Dengan meningkatnya alokasi pengelu-
dikenal dengan Human Development Index (HDI) aran pemerintah di sektor publik tersebut maka akan
yang dikeluarkan oleh United Nations Development meningkatkan pula produktivitas penduduk. Pening-
Programme (UNDP). katan produktivitas ini, pada gilirannya mampu me-
IPM merupakan salah satu cara untuk mengu- ningkatkan pembangunan manusia yang selanjutnya
kur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk. Kuali- dengan sendirinya berdampak pada penurunan angka
tas fisik tercermin dari angka harapan hidup; sedang- kemiskinan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
kan kualitas non fisik (intelektualitas) melalui laman- bahwa pengeluaran di sektor publik sangat berman-
Johanna, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan
Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah 27

faat untuk meningkatkan pembangunan manusia dan Masalah yang dihadapi di Provinsi Jawa Ten-
mengurangi penduduk miskin, seperti penelitian yang gah saat ini terkait dengan masalah rendahnya pem-
telah dilakukan oleh antara lain Fan et. Al (2000), bangunan manusia dan tingginya angka kemiskinan.
Gomanee at.al (2003), Brata (2005) dan Chemingui Dua masalah tersebut, salah satu penyebabnya adalah
(2007). rendahnya dukungan sumber pendanaan yang terba-
Dalam kurun waktu 2007 dan 2008, berdasar- tas. Sumber dana yang terbatas tersebut menyebab-
kan hasil audit BPK atas Laporan Keuangan Provinsi kan relatif rendahnya pengeluaran pemerintah un-
Jawa Tengah, terlihat bahwa baik Pendapatan, Pen- tuk membiayai sektor publik. Rendahnya tingkat
geluaran (Belanja), dan SILPA Provinsi Jawa Ten- investasi publik di Provinsi Jawa Tengah tercermin
gah, menunjukkan kecenderungan yang meningkat. dari rendahnya alokasi pengeluaran pemerintah untuk
Demikian pula dengan pengeluaran sektor publik sektor tersebut.
bidang pendidikan dan kesehatan di Provinsi Jawa Di antara sektor publik yang krusial bagi pem-
Tengah yang juga menunjukkan kecenderungan yang bangunan kualitas sumber daya manusia yang tercer-
meningkat. Realisasi pengeluaran publik bidang min dari IPMadalah investasi pada sektor pendidikan
pendidikan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 dan kesehatan, yang pada akhirnya mempunyai pen-
sebesar Rp127.932.205.596,00 atau meningkat sebe- garuh terhadap kemiskinan. Di Provinsi Jawa Ten-
sar Rp32.202.722.111,00 jika dibandingkan dengan gah, realisasi bidang pendidikan terhadap total belan-
tahun 2007. Namun, persentase pengeluaran bidang ja pada tahun 2007 hanya mencapai 3,77 persen dan
pendidikan terhadap jumlah belanja (Belanja Operasi, menurun pada tahun 2008 menjadi 3,68 persen. (Hasil
Belanja Modal, dan Belanja Tak Terduga) pada tahun Audit BPK, diolah).
2008 yang sebesar 3,68 persen justru menunjukkan Rendahnya alokasi pengeluaran di sektor pen-
penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2007 yang didikan terjadi juga pada sektor kesehatan. Saat ini
mencapai 3,77 persen. Demikian juga dengan realisasi pengeluaran untuk sektor kesehatan terhadap PDRB
pengeluaran bidang kesehatan yang meningkat pada masih rendah. Hal tersebut terlihat pula di Provinsi
tahun 2008 menjadi sebesar Rp429.715.515.972,00 Jawa Tengah, di mana pada tahun 2007 persen-
jika dibandingkan dengan tahun 2007. Persentase tase pengeluaran bidang kesehatan terhadap PDRB
pengeluaran bidang kesehatan terhadap jumlah belan- Provinsi Jawa Tengah hanya sebesar 0,07% dan pada
ja juga mengalami peningkatan, di mana pada tahun tahun 2008 meningkat menjadi sebesar 0,26% (BPS,
2007 sebesar 4,42 persen dan pada tahun 2008 menin- 2009). Dengan demikian terlihat adanya kesenjangan
gkat menjadi 12,35 persen. antara keinginan untuk mengurangi kemiskinan me-
Kenyataan terjadinya peningkatan pengeluaran lalui peningkatan pembangunan manusia, sementara
pemerintah Provinsi Jawa Tengah, terutama pengelu- dari sisi alokasi anggaran untuk sektor publik (pen-
aran bidang pendidikan dan kesehatan, menunjukkan didikan dan kesehatan) masih relatif rendah.
adanya komitmen pemerintah Provinsi Jawa Tengah Pertanyaan yang hendak dijawab dalam studi
untuk meningkatkan pelayanan publik kepada ma- ini adalah:
syarakat. Namun pengeluaran pemerintah tersebut 1. Bagaimana pola dan perkembangan pengeluaran
belum tentu menyentuh langsung kepada masyarakat pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan,
miskin. Jika hal tersebut terjadi dapat menyebabkan indikator pembangunan manusia, dan indikator
tidak tercapainya tujuan pemerintah dalam rangka kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah?
menyejahterakan seluruh masyarakatnya. Kini saa- 2. Bagaimana peran IPM dalam kaitannya dengan
tnya untuk mengambil langkah-langkah peningka- hubungan antara pengeluaran pemerintah di sek-
tan dengan menggunakan sumber-sumber keuangan tor pendidikan dan kesehatan dengan pengentasan
daerah secara optimal untuk memperbaiki layanan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah?
pendidikan dan perluasan layanan kesehatan, dalam Tujuan dalam penelitian ini yaitu:
rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia 1. Mendeskripsikan pola dan perkembangan pen-
yang semuanya digunakan untuk kesejahteraan ma- geluaran pemerintah di sektor pendidikan dan
syarakat, sebagai salah satu cara menanggulangi ke- kesehatan, indikator pembangunan manusia, dan
miskinan yang masih menjadi masalah bagi pemer- indikator kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.
intah daerah. 2. Menganalisis bagaimana peran IPM dalam kai-
28 JURNAL DINAMIKA EKONOMI PEMBANGUNAN, JULI 2011, VOLUME 1, NOMOR 1

tannya dengan hubungan antara pengeluaran merupakan suatu bentuk investasi sumber daya ma-
pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan nusia. Tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap
dengan pengentasan kemiskinan di Provinsi Jawa tingkat kemiskinan karena pendidikan merupakan
Tengah, apakah sebagai variabel moderator atau salah satu komponen utama dalam lingkaran setan ke-
sebagai variabel intervening. miskinan. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah
melalui perbaikan kualitas pendidikan. Pelayanan
pendidikan masyarakat yang paling elementer adalah
TINJAUAN PUSTAKA
pendidikan dasar, yang oleh pemerintah diterjemah-
Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan kan dalam program Wajib Belajar Sembilan Tahun.
dan Kesehatan Pemerintah hendak menjamin bahwa semua anak
dapat bersekolah, sehingga diperlukan alokasi ang-
Menurut Mahmudi (2007), pelayanan publik garan pendidikan yang besar. Dalam pemenuhan ang-
adalah segala kegiatan pelayanan yang diselengga- garan tersebut amanat amandemen UUD 1945 telah
rakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai mensyaratkan alokasi anggaran pendidikan minimal
upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan sebesar 20 persen dari total anggaran.
kententuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal
ini, yang dimaksud dengan penyelenggara pelayanan Bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat
publik adalah instansi pemerintah, baik pemerintah Kebutuhan pokok masyarakat meliputi beras,
pusat maupun pemerintah daerah. Sedangkan pelay- minyak goreng, minyak tanah, gula pasir, telur, dag-
anan publik yang harus diberikan kepada masyarakat ing, dan sebagainya. Dalam hal penyediaan bahan ke-
diklasifikasikan dalam dua kategori utama yaitu: butuhan pokok, pemerintah perlu menjamin stabilitas
harga kebutuhan pokok masyarakat dan menjaga ket-
Pelayanan Kebutuhan Dasar ersediaannya di pasar maupun gudang dalam bentuk
Pelayanan kebutuhan dasar yang harus diberi- cadangan atau persediaan. Ketidakstabilan harga kebu-
kan oleh pemerintah meliputi kesehatan, pendidikan tuhan pokok yang tidak terkendali bisa menimbulkan
dasar, dan bahan kebutuhan pokok masyarakat den- inflasi yang tinggi (hiperinflasi) dan dapat menimbul-
gan uraian sebagai berikut: kan ketidakstabilan politik. Selain menjaga stabilitas
Kesehatan harga-harga umum, pemerintah juga perlu menjamin
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan bahwa cadangan persediaan di gudang pemerintah cu-
dasar masyarakat, oleh karena itu kesehatan adalah kup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sampai
hak bagi setiap warga masyarakat yang dilindungi Un- jangka waktu tertentu untuk menghindari terjadinya
dang-Undang Dasar. Perbaikan pelayanan kesehatan kepanikan masyarakat terhadap kelangkaan bahan ke-
pada dasarnya merupakan suatu investasi sumber daya butuhan pokok tersebut.
manusia untuk mencapai masyarakat yang sejahtera Pelayanan Umum
(welfare society). Tingkat kesehatan masyarakat akan Selain pelayanan kebutuhan dasar, pemerintah
sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan sebagai instansi penyedia pelayanan publik juga ha-
masyarakat, karena tingkat kesehatan memiliki keter- rus memberikan pelayanan umum kepada masyarakat
kaitan yang erat dengan kemiskinan. Sementara itu, yang meliputi pelayanan administratif (yaitu pelay-
tingkat kemiskinan akan terkait dengan tingkat kes- anan berupa penyediaan berbagai bentuk dokumen
ejahteraan. Oleh karena kesehatan merupakan faktor yang dibutuhkan publik), pelayanan barang (yaitu
utama kesejahteraan masyarakat yang hendak diwu- pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis
judkan pemerintah, maka kesehatan harus menjadi barang yang menjadi kebutuhan publik), dan pelayan-
perhatian utama pemerintah sebagai penyelenggara an jasa (yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
pelayanan publik. Pemerintah harus dapat menjamin bentuk jasa yang dibutuhkan publik.
hak masyarakat untuk sehat (right for health) dengan Terbatasnya akses-akses bagi kaum miskin me-
memberikan pelayanan kesehatan secara adil, merata, nyebabkan mereka tak mampu untuk mengakumu-
memadai, terjangkau, dan berkualitas. lasi kapital/modal yang diperlukan baginya untuk ke-
Pendidikan Dasar luar dari jebakan kemiskinan (poverty trap). Akibat
Sama halnya dengan kesehatan, pendidikan minimnya akumulasi kapital kaum miskin, konsekue-
Johanna, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan
Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah 29

nsinya, kaum miskin tak mampu berperan aktif dalam prehensif daripada hanya sekedar pendapatan per
kegiatan ekonomi dan merasakan berkah dari adanya kapita seperti yang dilakukan selama ini dalam me-
pembangunan. Hal tersebutlah yang mendasari betapa nentukan atau menunjukkan apakah suatu negara itu
pentingnya pembangunan manusia, di mana dalam negara maju, berkembang, atau belum berkembang.
pembangunan manusia tersebut tidak hanya meliputi HDI juga merupakan salah satu bahan kajian atau
dimensi kesejahteraan saja melainkan terkait juga topik pembahasan bagi para peneliti untuk meneliti
dengan peningkatan kapasitas dasar manusia melalui ukuran-ukuran kualitas manusia di sebuah negara se-
akses terhadap pendidikan dan kesehatan terutama cara luas dan beragam.
bagi masyarakat miskin. Dalam Human Development Report (UNES-
Adalah merupakan kewajiban pemerintah un- CO, 2007) dijelaskan bahwa Human Development
tuk menyediakan barang publik. Teori public finance Index (HDI) merupakan suatu konstruksi penguku-
(Musgrave, 1989) mengungkapkan bahwa tidak se- ran atas dasar konsep right based approach to human
luruhnya semua masalah ekonomi diselesaikan oleh development. HDI melakukan pengukuran rata-rata
mekanisme pasar seperti halnya dengan social goods. capaian setiap individu negara yang menyangkut tiga
Social goods yang dimaksud terkait dengan ekster- dimensi dasar dari proses pengembangan kualitas ma-
nalitas, distribusi pendapatan, masalah-masalah eko- nusia. Pengukuran ini dilakukan dengan menetapkan
nomi lainnya (pengangguran, kemiskinan, inflasi, beberapa asumsi dasar bahwa manusia yang berkuali-
dan lain-lain). Dalam hal tersebut mekanisme pasar tas adalah:
gagal menyelesaikannya (market failure). Pasar pada Manusia yang dapat hidup sehat dan panjang
hakekatnya adalah wahana untuk mengekspresi-kan umur, sebagaimana diukur dengan Angka Harapan
kebebasan individu, untuk mencari keuntungan indi- Hidup sejak waktu lahir (life expectancy at birth);
vidual. Oleh karena itu, aktivitas-aktivitas perekono- Manusia yang memiliki kecakapan dan pendi-
mian yang bersifat kolektif publik dan atau aktivitas dikan yang diperlukan bagi hidupnya, sebagaimana
tidak bermotif keuntungan tidak bisa diselenggarakan diukur melalui indikator angka literasi orang dewasa
oleh pasar. Karena adanya kegagalan pasar dan dalam (adult literacy rate) dengan bobot penilaian dua perti-
kaitannya dengan ketiga peran pemerintah sebagai ga, serta indikator kombinasi Angka Partisipasi Kasar
peran alokasi, peran distribusi, dan peran stabilitasi, (APK) pendidikan dasar, menengah dan tinggi den-
maka kewajiban publik di bidang pendidikan dan kes- gan bobot penilaian satu pertiga dari penghitungan
ehatan yang tidak disentuh oleh pasar, menjadi kewa- indeks pendidikan;
jiban pemerintah untuk menyediakannya. Manusia yang dapat mencapai standar hidup
layak, sebagaimana diukur dengan logaritma pendapa-
tan domestik bruto (PDB) per kapita yang menggu-
Pembangunan Manusia dan IPM
nakan indikator purchasing power parity (PPP) yang
Sejak tahun 1990, United Nations Develop- dihitung dalam dolar Amerika.
ment Programme (UNDP) telah menerbitkan laporan Pembangunan manusia yang dimaksudkan
tahunan berupa Human Development Report (HDR). dalam IPM tidak sama dengan pengembangan sum-
Dalam HDR tersebut dikeluarkan laporan tahunan ber daya manusia yang biasanya dimaksudkan dalam
mengenai indek pembangunan manusia/Human De- teori ekonomi. Sumber daya manusia menunjuk pada
velopment Index (HDI) di tiap negara. Indeks tersebut manusia sebagai salah satu faktor produksi, yaitu seb-
dikembangkan pada tahun 1990 oleh seorang peraih agai tenaga kerja yang produktivitasnya harus diting-
Hadiah Nobel berkebangsaan India yaitu Amartya katkan. Dalam hal ini manusia hanya sebagai alat (in-
Sen, dan seorang ekonom dari Pakistan, Mahbub Ul put) untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan output
Haq, yang dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale Uni- barang dan jasa.
versity dan Lord Meghnad Desai dari London School Sedangkan manusia di dalam IPM lebih diarti-
of Economic. Sen menyatakan bahwa HDI adalah se- kan sebagai tujuan pembangunan yang orientasi akh-
buah pengukuran indeks manusia yang cukup kasar irnya pada peningkatan kesejahteraan.
(vulgar measure) karena masih banyak keterbatasan.
Namun, HDI menerapkan ukuran pada aspek-aspek Kemiskinan
pengembangan kualitas manusia secara lebih kom-
30 JURNAL DINAMIKA EKONOMI PEMBANGUNAN, JULI 2011, VOLUME 1, NOMOR 1

Kemiskinan menurut Mudrajad Kuncoro (2000) lebih besar ataukah lebih kecil daripada tingkat per-
adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar tumbuhan penduduk, atau apakah perubahan dalam
hidup minimum. Permasalahan standar hidup yang struktur ekonomi berlaku atau tidak (Sadono Sukir-
rendah berkaitan pula dengan jumlah pendapatan no, 1981). Teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan
yang sedikit (kemiskinan), perumahan yang kurang mengenai faktor-faktor yang menentukan pertumbu-
layak, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bu- han ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang,
ruk, tingkat pendidikan masyarakat yang rendah se- penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor itu
hingga berakibat pada rendahnya sumber daya ma- berinteraksi satu dengan yang lainnya, sehingga me-
nusia dan banyaknya pengangguran. Tingkat standar nimbulkan terjadinya proses pertumbuhan (Lincolin
hidup dalam suatu negara bisa diukur dari beberapa Arsyad, 1999).
indikator antara lain Gross National Product (GNP) Istilah pertumbuhan ekonomi sering didefinisi-
per capita, pertumbuhan relatif nasional dan pendapa- kan oleh para ahli dengan istilah pembangunan eko-
tan per kapita, distribusi pendapatan nasional, tingkat nomi. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha
kemiskinan, dan tingkat kesejahteraan masyarakat. untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang
Menurut Todaro (2000), besarnya kemiskinan sering diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan
dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis perkapita, tetapi biasanya istilah pertumbuhan ekono-
kemiskinan (poverty line). Konsep yang mengacu ke- mi digunakan untuk menyatakan perkembangan eko-
pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut, nomi di negara-negara maju dan istilah pembangunan
sedangkan konsep yang pengukurannya tidak di- ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi
dasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan di negara-negara berkembang. Perekonomian dapat
relatif. Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dinyatakan dalam keadaan berkembang jika pendapa-
di bawah, di mana kebutuhan-kebutuhan minimum tan perkapita menunjukkan kecenderungan meningkat
untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi. Ini adalah dalam jangka panjang. Tetapi tidak berarti kenaikan-
suatu ukuran tetap (tidak berubah) di dalam bentuk nya secara terus menerus. Suatu perekonomian akan
suatu kebutuhan kalori minimum di tambah kompo- dapat mengalami penurunan dalam tingkat kegiatan
nen-komponen non makanan yang juga sangat diper- ekonominya apabila terjadi resesi ekonomi, kekacau-
lukan untuk survive. Sedangkan kemiskinan relatif an politik dan penurunan ekspor. Tetapi jika keadaan
adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam demikian hanya bersifat sementara, kegiatan ekonomi
distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan di meningkat secara rata-rata dari tahun ke tahun, maka
dalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distri- masyarakat tersebut dapatlah dikatakan mengalami
busi yang dimaksud. pembangunan ekonomi.
Mengutip pendapat Nurske, Jhingan (2000) dan
Mudrajad Kuncoro (2003) menyatakan bahwa negara/
Hubungan antara Pengeluaran Publik,
daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi, umumnya
Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan
terjerat ke dalam apa yang disebut lingkaran kemiski-
nan (vicious circle). Nurske menjelaskan bahwa ling- Masalah kemiskinan yang identik dengan jum-
karan kemiskinan mengandung arti deretan melingkar lah pendapatan masyarakat yang tidak memadai,
kekuatan-kekuatan yang satu sama lain berinteraksi harus selalu menjadi prioritas dalam pembangunan
sedemikian rupa sehingga menempatkan suatu neg- suatu negara. Meskipun masalah kemiskinan akan se-
ara/daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi tetap lalu muncul karena sifat dasar dari kemiskinan adalah
berada dalam keadaan terbelakang. Menurut Nurske, relatif, namun ketika dari sebuah negara mengalami
kemiskinan adalah sebab sekaligus akibat. peningkatan taraf hidup, maka standar hidup akan
berubah. Agenda mengatasi kemiskinan bagi suatu
negara berkaitan dengan banyaknya faktor yang ber-
Teori Pertumbuhan Ekonomi
hubungan dengan apa yang diakibatkan oleh kemiski-
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu pros- nan itu sendiri, karena dampak dari kemiskinan itu
es kenaikan output total secara terus menerus dalam akan berhubungan dengan kondisi fundamental yang
jangka panjang. Pengertian pertumbuhan ekonomi menjadi syarat berlangsungnya pembangunan suatu
yang dimaksud adalah tanpa memandang kenaikan itu negara yang berkelanjutan.
Johanna, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan
Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah 31

Menurut Novianto Dwi Wibowo (2003), esensi Berdasarkan hal tersebut maka salah satu hal
utama dari masalah kemiskinan adalah masalah ak- yang bisa dilakukan pemerintah dalam mengatasi per-
sesibilitas. Aksesibilitas dalam hal ini berarti kemam- masalahan kemiskinan adalah upaya untuk mening-
puan seseorang atau sekelompok orang dalam ma- katkan kualitas sumber daya manusia melalui pening-
syarakat untuk dapat mencapai atau mendapatkan ses- katan kualitas pembangunan manusia. Dalam hal ini,
uatu yang sebenarnya merupakan kebutuhan dasarnya pembangunan manusia di-proxy dengan IPM atau Hu-
dan seharusnya menjadi haknya sebagai manusia dan man Development Index (HDI) yang merupakan suatu
sebagai warga negara. indeks komposit untuk mengukur pencapaian kualitas
Seseorang atau sekelompok orang yang miskin, pembangunan manusia untuk dapat hidup secara lebih
akan mempunyai aksesibilitas yang rendah dan terba- berkualitas, baik dari aspek kesehatan, pendidikan, mau-
tas terhadap berbagai kebutuhan dan layanan diband- pun aspek ekonomi. Di mana IPM merupakan indeks
ingkan mereka yang termasuk golongan menengah pengembangan manusia yang dilihat dari sisi perluasan,
maupun golongan kaya. Akses-akses yang tidak bisa pemerataan, dan keadilan baik dalam bidang kesehatan,
didapat oleh masyarakat miskin yaitu: pendidikan, maupun kesejahteraan masyarakat.
• Akses untuk mendapatkan makanan yang layak Peranan pemerintah disini adalah sebagai pe-
• Akses untuk mendapatkan sandang yang layak nyedia kewajiban publik di bidang pendidikan dan ke-
• Akses untuk mendapatkan rumah yang layak sehatan yang tidak disentuh oleh pasar karena adanya
• Akses untuk mendapatkan layanan kesehatan kegagalan pasar dan dalam kaitannya dengan peranan
baik dan layak pemerintah sebagai peranan alokasi, peranan distribusi,
• Akses untuk mendapatkan layanan pendidikan dan peranan stabilisasi. Menurut Center for the Study
• Akses kepada leisure dan entertainment of Living Standars (2001) dalam Toyamah, dkk (2004)
• Akses untuk mendapatkan kualitas hidup yang menyatakan bahwa pendidikan adalah elemen pent-
baik dengan terpenuhinya semua basic need dan ing untuk memerangi kemiskinan, memberdayakan
supporting needs. perempuan, serta menyelamatkan anak-anak dari upaya
Permasalahan aksesibilitas ini menjadi penting eksploitasi. Demikian juga pernyataan dari UNICEF
karena kemiskinan akan menjadi lingkaran setan kare- yang mengatakan bahwa pendidikan adalah investasi
nanya, di mana golongan miskin tidak akan terangkat yang penting untuk memperoleh pekerjaan yang layak
atau terlepas dari kemiskinan ketika mereka tidak dapat dengan upah yang tinggi.
meningkatkan intelektualitas dan sumber daya mereka. Investasi publik di bidang pendidikan dan kes-
Namun karena adanya masalah aksesibilitas tersebut, ehatan akan memberikan kesempatan pendidikan dan
peningkatan ini akan menjadi suatu yang tidak mung- pelayanan kesehatan yang lebih merata kepada ma-
kin dilakukan. Pada akhirnya, sebagai akumulasi dari syarakat sehingga sumber daya manusia (SDM) handal
beban fisik dan psikologis akan menimbulkan berbagai yang sehat menjadi semakin bertambah. Meningkatnya
ekses negatif seperti keresahan sosial. kesehatan dan pendidikan akan mendorong peningkatan
Menurut Mahmudi (2007), dalam suatu ling- kualitas sumber daya manusia dan peningkatan produk-
karan setan kemiskinan terdapat tiga poros utama yang tivitas tenaga kerja, yang pada gilirannya akan menin-
menyebabkan seseorang menjadi miskin yaitu 1) renda- gkatkan pendapatan masyarakat. Dengan demikian di-
hnya tingkat kesehatan, 2) rendahnya pendapatan, dan harapkan kondisi ini akan memajukan perekonomian
3) rendahnya tingkat pendidikan. Rendahnya tingkat masyarakat dengan bertambahnya kesempatan kerja
kesehatan merupakan salah satu pemicu terjadinya ke- serta berkurangnya kemiskinan.
miskinan karena tingkat kesehatan masyarakat yang Telah banyak penelitian yang dilakukan yang ter-
rendah akan menyebabkan tingkat produktivitas men- kait dengan pentingnya pembangunan manusia sebagai
jadi rendah. Tingkat produktivitas yang rendah lebih salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan ma-
lanjut menyebabkan pendapatan rendah, dan pendapa- syarakat melalui pengalokasian dana pemerintah dalam
tan yang rendah menyebabkan terjadinya kemiskinan. upaya pengentasan kemiskinan. Studi – studi tersebut
Kemiskinan itu selanjutnya menyebabkan seseorang dilakukan oleh Fan, et. Al (2000), Michael Boozer,
tidak dapat menjangkau pendidikan yang berkualitas Gustav Ranis, Frances Stewart, Tavneet Suri (2003),
serta membayar biaya pemeliharaan dan perawatan ke- Brata (2005), Chemingui (2007), Agussalim (2007),
sehatan. Yani Mulyaningsih (2008), Fhina Andrea Christy, Priyo
32 JURNAL DINAMIKA EKONOMI PEMBANGUNAN, JULI 2011, VOLUME 1, NOMOR 1

Hari Adi (2009), dan Suhyun Jung, Seong-Hoon Cho, kau kebutuhan pokok, bahkan pendidikan akan mem-
Roland K Roberts (2009), Brata (2005) dan Yani Mu- buat seseorang terhindar dari kondisi miskin (Zuluaga,
lyaningsih (2008). Studi – studi mereka memberikan 1990). Rendahnya tingkat pendapatan juga berdampak
inspirasi yang signifikan bagi studi ini. Utamanya, studi pada rendahnya kemampuan seseorang mengakses
yang dilakukan oleh Brata (2005) dan Yani Mulyaning- pelayanan kesehatan. Apabila kualitas SDM rendah
sih (2008). Brata (2005) dan Yani Mulyaningsih (2008) yang tercermin dari tingkat pendidikan dan kesehatan
menyebutkan bahwa pembangunan manusia yang di- yang rendah maka akan tercermin pula pada rendahnya
proxi dari IPM(Human Development Index) memuat IPM. IPM adalah indeks komposit dari harapan hid-
tiga dimensi penting dalam pembangunan, yaitu di- up, melek huruf dewasa, rata-rata lama sekolah, dan
mensi yang terkait dengan (a) aspek pemenuhan kebu- pengeluaran per kapita.
tuhan akan hidup panjang umur (longevity) dan hidup Dari pembahasan di atas terungkap bahwa
sehat (healthy life), (b) upaya untuk mendapatkan pen- dengan semakin besarnya alokasi anggaran di sek-
getahuan (the knowlodge) dan (c) akses sumber daya tor pendidikan dan kesehatan menyebabkan semakin
yang mampu memenuhi standar hidup. Ke tiga dimensi banyaknya masyarakat yang mendapat akses atas pen-
ini secara langsung maupun tidak langsung terkait den- didikan dan kesehatan. Seperti yang disebutkan oleh
gan tingkat kemiskinan. Amartya Sen (1985), bahwa masalah kemiskinan ti-
Hal yang menarik dari studi ini untuk dikede- dak hanya masalah income semata melainkan terkait
pankan dan yang membedakan dengan studi – studi se- dengan kapabilitas-kapabilitas yang harus dimiliki oleh
belumnya adalah dilakukannya analisis yang mengkaji seseorang dalam hal ini salah satunya menyangkut ma-
bagaimana peran IPM dalam kaitannya dengan hubun- salah akses-akses, baik terhadap pendidikan, kesehatan
gan antara pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesempatan kerja. Dengan demikian penanganan
dan kesehatan dengan tingkat kemiskinan. Pertanyaan kemiskinan akan lebih komprehensif.
sentral dari studi ini adalah apakah IPM merupakan Berdasarkan uraian tersebut di atas maka alur pikir
variabel moderator (variabel yang memperkuat atau penelitian tentang peran pembangunan manusia (dalam
memperlemah) atau variabel intervening (variabel yang hal ini di-proxy dengan indeks pembangunan manusia)
memediasi) hubungan antara pengeluaran pemerintah dalam kaitannya dengan hubungan antara pengeluaran
tersebut dengan tingkat kemiskinan. pemerintah sektor publik terhadap pengurangan ke-
miskinan, baik IPMsebagai variabel moderating maupun
sebagai variabel intervening adalah sebagai berikut:
Kerangka Pemikiran Teoritis

Permasalahan besar yang dihadapi di seluruh Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Teoritis
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah saat ini ter-
kait dengan masalah rendahnya pembangunan manusia
dan tingginya angka kemiskinan. Salah satu hal yang
biasa dilakukan pemerintah saat ini dengan melakukan
investasi pada sektor publik. Investasi sektor publik
tersebut bisa di-proxy dari pengeluaran pemerintah. Di
antara sektor publik yang bermanfaat bagi peningkatan
pembangunan manusia dan pengurangan kemiskinan
adalah sektor pendidikan dan kesehatan. Hipotesis
Pendidikan merupakan elemen terpenting
dalam memberantas kemiskinan. Seseorang yang Berdasarkan latar belakang, perumusan ma-
memperoleh pendidikan akan memperoleh kesem- salah, serta uraian pada peneliti terdahulu serta kerang-
patan yang lebih baik dan bisa memperbaiki standar ka pemikiran teoritis, maka dalam penelitian ini dapat
hidupnya. Pengaruh pendidikan tidak hanya mempen- diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:
garuhi kemampuan individu untuk mendapatkan tingkat
upah maupun pendapatan yang tinggi, tetapi juga terha-
dap perilaku dan pengambilan keputusan, yang akan
meningkatkan kemungkinan sukses dalam menjang-
Johanna, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan
Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah 33

H1 : Pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan Analisis Statistik Deskriptif


dan kesehatan berpengaruh positif terhadap Statistik deskriptif menurut Imam Ghozali
IPM, selanjutnya IPM berpengaruh negatif (2009), memberikan gambaran atau deskripsi suatu
terhadap tingkat kemiskinan (IPM berfungsi data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
sebagai variabel intervening (variabel yang deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
memediasi) hubungan antara pengeluaran kurtosis, dan kemencengan distribusi (skewness). Data
pemerintah pemerintah tersebut dengan yang digunakan pada penelitian ini adalah data runtun
tingkat kemiskinan). waktu yang merupakan data tahunan kabupaten/kota
H2 : IPM mempengaruhi pengentasan kemiskinan
di Provinsi Jawa Tengah, dari tahun 2007 hingga ta-
hun 2008, tentang pencapaian kinerja indikator kabu-
secara negatif dan signifikan; dan IPM mem-
paten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang berkaitan
perkuat atau memperlemah hubungan an-
dengan keuangan daerah, pembangunan manusia, dan
tara pengeluaran pemerintah tersebut dengan
kemiskinan yang dibandingkan dengan capaian se-
tingkat kemiskinan (IPM berfungsi sebagai
cara regional dan nasional. Metode yang didasarkan
variabel moderating)
pada analisis ini adalah dengan pendeskripsian fak-
tor-faktor yang berhubungan dengan permasalahan
METODE PENELITIAN yang dimaksud sebagai pendukung hasil dari analisis
metode kuantitatif.
Operasional Variabel dan Data
Analisis Kuantitatif
Variabel yang digunakan dalam penelitian
Studi ini menggunakan Analisis Regresi Ber-
ini terdiri dari (a) pengeluaran pemerintah di sektor
ganda (Multiple Regression Analysis) untuk menga-
pendidikan dan kesehatan yang diukur dari realisasi
nalisis data. Analisis regresi berganda ini adalah anali-
APBD 35 Kabupaten/Kota di sektor pendidikan dan
sis mengenai ketergantungan suatu variabel dependent
kesehatan di Jawa Tengah (PUB), dalam satuan juta
(tak bebas) terhadap satu atau lebih variabel indepen-
rupiah. (b) Pembangunan manusia yang di-proxy dari
dent (bebas) untuk mengestimasi nilai rata-rata varia-
angka IPM(IPM) 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
bel dependen berdasarkan nilai tepat variabel inde-
yang diukur dalam satuan angka. (c) Angka kemiski-
penden (Gujarati, 2003). Pusat perhatian pada upaya
nan yang diukur dari persentase penduduk miskin
menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara satu
regional (POV) 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
variabel dengan satu atau lebih variabel independen.
Adapun periode kajian studi ini adalah tahun 2007
Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien regresi
– 2008.
untuk masing-masing variabel independen. Koefisien
Data PUB, IPM dan POV di atas diperoleh
ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel
dari Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka, Kabupat-
dependen dengan suatu persamaan. Dalam analisis re-
en/Kota Dalam Angka, Statistik Keuangan Pemer-
gresi, selain mengukur kekuatan antara dua variabel
intah Daerah Jawa Tengah, Indikator Utama Sosial
atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara
Politik dan Keamanan Provinsi Jawa Tengah, Perda
variabel dependen dengan variabel independen.
Pertanggungjawaban APBD pada Biro Keuangan
Analisis Regresi Berganda dengan variabel
Provinsi Jawa Tengah, Publikasi BPS dan literatur-
moderating dan intervening digunakan untuk men-
literatur yang relevan dengan studi ini. Selain itu,
jawab bagaimana peran IPM dalam kaitannya antara
data juga diperoleh dengan mengunduh dari situs
hubungan pengeluaran pemerintah di sektor pendidi-
– situs antara lain: www.bps.go.id, www.bi.go.id,
kan dan kesehatan dengan pengentasan kemiskinan.
www.jateng.bappeda.go.id.
Menurut Imam Ghozali (2009), variabel moderating
adalah variabel independen yang akan memperkuat
Teknik Analisis atau memperlemah hubungan antara variabel indepen-
den lainnya terhadap variabel dependen. Tidak seperti
Berdasarkan tujuan studi dan pengujian hipote- variabel moderating, variabel intervening merupakan
sis yang telah dikemukakan terdahulu, studi ini meng- variabel antara atau mediating yang fungsinya meme-
gunakan teknik analisis statistik deskriptif dan teknik diasi hubungan antara variabel independen dengan
analisis kuantitatif.
34 JURNAL DINAMIKA EKONOMI PEMBANGUNAN, JULI 2011, VOLUME 1, NOMOR 1

variabel dependen. nilai selisih mutlak dari variabel independen dengan


rumus dasar persamaan regresi sebagai berikut:
POV = b0 + b1 PUB + b2 IPM + b3 PUB * IPM + f
Analisis Regresi Berganda dengan Variabel
.............................................................................. (4)
Moderating
di mana: β1, β2, dan β3 < 0
Ada tiga cara yang ditawarkan untuk menguji POV = Persentase penduduk miskin (%)
variabel moderating (Imam Ghozali, 2009), yaitu:
PUB = Realisasi Pengeluaran Bidang
Uji Interaksi Pendidikan dan Kesehatan (juta Rp)
Uji interaksi atau sering disebut dengan Moder- IPM = IPM
ated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi
khusus regresi berganda linier di mana dalam persa- Uji Residual
maan regresinya mengandung unsur interaksi (perka- Pengujian variabel moderating dengan uji in-
lian dua atau lebih variabel independen). Menurut teraksi maupun uji selisih nilai absolut mempunyai
Imam Ghozali (2009), moderated regression analy- kecenderungan akan terjadi multikolonieritas yang
sis (MRA) menggunakan pendekatan analitik yang tinggi antar variabel independen, sehingga hal ini akan
mempertahankan integritas sampel dan memberikan menyalahi asumsi klasik dalam regresi ordinary least
dasar untuk mengontrol pengaruh variabel modera- square (OLS). Untuk mengatasi multikolonieritas ini,
tor. Dengan menggunakan model MRA dengan satu maka dikembangkan metode lain yang disebut uji re-
variabel independen (yaitu variabel Pengeluaran Pub- sidual (Imam Ghozali, 2009). Langkah uji residual
lik), maka dibandingkan tiga persamaan regresi untuk pada hipotesis ketiga pada penelitian ini, dapat digam-
menentukan jenis variabel moderator yaitu sebagai barkan dengan persamaan regresi sebagai berikut:
berikut:
Gambar 2. Analisis Regresi Berganda dengan
POV = b0 + b1 PUB + f .................................... (1)
Variabel Moderating
POV
POV ==b +b
b00 + b11 PUB +b
PUB + b22 IPM
IPM +
PUB + fff ................... (2)
+
POV =
+ b2 IPM + f POV =b b00 +
+bb11 PUB
PUB +
+b b22 IPM
IPM
PUB + +
+b bb333(((PUB
PUB IPM
PUB *** IPM
IPM))) +++ fff
+ b2 IPM + b3 (PUB * IPM) + f .............................................. (3)
di mana: β1, β2, dan β3 < 0
Sumber: Imam Ghozali. Ekonometrika; Teori, Konsep dan
POV = Persentase penduduk miskin (%) Aplikasi dengan SPSS 17
PUB = Realisasi pengeluaran pemerintah di Dari gambar tersebut dibuat persamaan regresi
sektor Pendidikan dan Kesehatan (juta sebagai berikut:
Rp) IPM = b0 + b1 PUB + f ................................... (5)
IPM = Indeks Pembangunan Manusia f = b0 - b1 POV .............................................. (6)
Menurut Imam Ghozali (2009), jika persamaan
Persamaan regresi (6) menggambarkan apakah varia-
(2) dan (3) tidak berbeda secara signifikan atau (β3
bel IPM merupakan variabel
IPM moderating dan+ hal
= b0 + b1 PUB f ini
= 0; β2 ≠ 0) maka IPM bukanlah variabel modera-
ditunjukkan dengan nilai koefisien
f = b0 - b1 POV signifikan
tor, tetapi sebagai variabel independen. Variabel IPM
dan negatif hasilnya (yang berarti adanya lack of fit
merupakan variabel pure moderator jika persamaan
antara PUB dan IPM sehingga mengakibatkan POV
(1) dan (2) tidak berbeda, tetapi harus berbeda dengan
meningkat atau berpengaruh negatif).
persamaan (3) atau (β2 = 0; β3 ≠ 0). Selain itu, variabel
IPM merupakan variabel quasi moderator jika persa- Analisis Regresi dengan Variabel Intervening
maan (1), (2), dan (3) harus berbeda dengan lainnya Variabel intervening merupakan variabel antara
atau (β2 ≠ β3 ≠ 0). yang berfungsi memediasi hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Menurut Bar-
Uji Nilai Selisih Mutlak
on dan Kenny (1986) dalam Imam Ghozali (2009),
Frucot dan Shearon (1991) dalam Imam Ghozali
suatu variabel disebut mediator atau intervening jika
(2009) mengajukan model regresi yang agak berbeda
variabel tersebut ikut mempengaruhi hubungan antara
untuk menguji pengaruh moderasi yaitu dengan model
Johanna, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan
Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah 35

variabel independen dan variabel dependen. publik ke kemiskinan (koefisien path atau regresi p1)
ditambah pengaruh tidak langsung yaitu koefisien
Analisis Jalur (Path Analysis)
path dari pengeluaran sektor publik ke pembangunan
Menurut Imam Ghozali (2009), untuk men-
manusia yaitu p2 dikalikan dengan koefisien path dari
guji pengaruh variabel intervening digunakan metode
pembangunan manusia ke kemiskinan yaitu p3, seb-
analisi jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan
agaimana berikut ini:
penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan
kausalitas antar variabel (model casual) yang telah Pengaruh langsung
ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Analisis pengeluaran sektor publik ke
jalur tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat kemiskinan = p1
Pengaruh tidak langsung
dan juga tidak dapat digunakan sebagai substitusi un-
pengeluaran sektor publik
tuk melihat hubungan kausalitas antar variabel. Anali-
ke pembangunan manusia
sis jalur digunakan untuk menentukan pola hubungan
kemudian ke kemiskinan = p2 x p3
antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digu-
Total pengaruh (korelasi
nakan untuk mengkonfrimasi atau menolak hipotesis
pengeluaran sektor publik ke
kasualitas imajiner.
kemiskinan) = p1 + (p2 x p3)
Dalam penelitian ini, hubungan antara penge-
luaran sektor publik dengan kemiskinan di mediasi Selanjutnya, pengaruh mediasi yang ditunjuk-
oleh pembangunan manusia, dengan model analisis kan dengan perkalian koefisien (p2 x p3) adalah sig-
jalur sebagai berikut: nifikan atau tidak, akan diuji dengan uji Sobel untuk
menghitung nilai standar error dari koefisien penga-
Gambar 3. Model Analisis Jalur (Path Analysis) ruh tidak langsung tersebut, dengan rumus sebagai
berikut:
Sp2p3 = p32 Sp22 + p22 Sp32 + Sp22 Sp32 ... (7)
Berdasarkan hasil perhitungan Sp2p3 tersebut
di atas, dihitung nilai t statistik untuk pengaruh me-
diasi dengan rumus sebagai berikut:
p2p3
t hitung = Sp2p3 ................................................... (8)

Sumber: Imam Ghozali. Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Jika hasil hasil t hitung lebih besar dari t tabel,
Aplikasi dengan SPSS 17 maka dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien medi-
Diagram jalur memberikan gambaran secara asi pengaruh tidak langsung (p2 x p3) adalah signifi-
eksplisit hubungan kausalitas antar variabel berdasar- kan yang menunjukkan adanya pengaruh mediasi. Di
kan teori. Anak panah menunjukkan hubungan antar mana, nilai t tabel pada tingkat signifikansi α = 0,05
variabel. Model bergerak dari kiri ke kanan dengan sebesar 1,96.
implikasi prioritas hubungan kasualitas variabel Masih menurut Imam Ghozali (2009), koefisien
yang dekat ke sebelah kiri. Setiap nilai p menggam- jalur adalah standardized koefisien regresi. Koefisien
barkan jalur dan koefisian jalur. Berdasarkan model jalur dihitung dengan membuat dua persamaan struk-
jalur pada Gambar 3 diajukan hubungan berdasarkan tural yaitu persamaan regresi yang menunjukkan
teori bahwa pengeluaran sektor publik mempunyai hubungan yang dihipotesiskan. Dalam penelitian ini
hubungan langsung dengan kemiskinan (p1). Namun ada dua persamaan, yaitu:
demikian, pengeluaran sektor publik di bidang pendi- IPM = b0 + b1 PUB + f ..................................... (9)
dikan dan kesehatan juga mempunyai hubungan tidak f ==
POV b0b-0 + 1 PUB + b2 IPM + f .................. (10)
b1 bPOV
langsung dengan kemiskinan yaitu dari pengeluaran
sektor publik ke pembangunan manusia (p2) baru ke- POV = b0 +standardized
Nilai b1 PUB + b2 IPM + b3 (untuk
koefisien IPM) + f
PUB *variabel
mudian ke kemiskinan (p3). Total pengaruh hubun- pengeluaran sektor publik (PUB) pada persamaan (9)
gan dari pengeluaran sektor publik ke kemiskinan akan memberikan nilai p2. Sedangkan pada persa-
(korelasi pengeluaran sektor publik dan kemiskinan) maan (10), nilai standardized koefisien untuk variabel
sama dengan pengaruh langsung pengeluaran sektor pengeluaran sektor publik (PUB) akan memberikan
36 JURNAL DINAMIKA EKONOMI PEMBANGUNAN, JULI 2011, VOLUME 1, NOMOR 1

nilai p1 dan nilai standardized koefisien untuk varia- pula. Peningkatan pengeluaran pemerintah di sektor
bel pembangunan manusia (IPM) akan memberikan pendidikan dan kesehatan maupun indikator pemban-
nilai p3. gunan manusia, dibarengi dengan semakin membai-
knya indikator kemiskinan yang ditandai dengan se-
makin menurunnya indikator jumlah dan persentase
Pendeteksian Penyimpangan Asumsi Klasik
penduduk miskin.
Teorema Gauss-Markov adalah teorema yang Menurut BPS, jumlah pengeluaran sektor pub-
melekat dalam metode kuadrat terkecil (OLS). Teo- lik untuk bidang pendidikan dan kesehatan menun-
rema ini menyatakan bahwa apabila semua asumsi jukkan kecenderungan yang meningkat. Pada ta-
linier klasik dipenuhi, maka akan diketemukan mod- hun 2008, pengeluaran sektor publik yang tertinggi
el penaksir yang tidak bias, linier dan merupakan adalah Kabupaten Purworejo sebesar Rp799.174,67
penaksir terbaik (best linier unbiased estimator = juta berupa pengeluaran bidang pendidikan sebesar
BLUE) (Gujarati, 2003 dalam Insukindro, 2004). Rp653.523,92 juta atau 22,03 persen dari total pen-
Oleh karena itu, penaksir OLS (b0 dan b1) yang bersi- geluaran, dan pengeluaran bidang kesehatan sebesar
fat BLUE mengandung arti sebagai berikut: Rp145.650,75 juta 4,91 persen dari total pengeluaran
• Linier, di mana b0 dan b1 merupakan suatu fungsi Kabupaten Purworejo. Sedangkan pengeluaran sektor
linier dari variabel acak Y di dalam suatu model publik yang terendah adalah Kota Pekalongan sebesar
regresi. Rp137.601,25 berupa pengeluaran bidang pendidikan
• Unbiased, di mana b0 dan b1 tidak bias, terutama sebesar Rp105.666,80 juta atau 16,04 persen dari to-
dalam regresi dengan menggunakan sampel besar tal pengeluaran, dan pengeluaran bidang kesehatan
sehingga penaksir parameter diperoleh dari sam- sebesar Rp31.934,45 juta 4,85 persen dari total pen-
pel besar kira-kira lebih mendekati nilai param- geluaran Kota Pekalongan.
eter yang sebenarnya. Nilai IPM tertinggi di Provinsi Jawa Tengah
• Efficient estimator, di mana b0 dan b1 mempunyai pada tahun 2008 sebesar 77,16 yang dicapai oleh
varian yang minimum atau penaksir yang efisien. Kota Surakarta dan nilai IPM yang terendah sebe-
Secara teoritis model OLS akan menghasilkan sar 67,08 yaitu ada di Kabupaten Brebes. Di satu
estimasi nilai parameter model penduga yang sahih sisi, jumlah penduduk miskin terbanyak di Provinsi
bila dipenuhi asumsi Tidak Ada Autokorelasi, Tidak Jawa Tengah ada di Kabupaten Brebes yaitu sebanyak
Ada Multikolinearitas, dan Tidak Ada Heteroskedas- 459.300 orang dengan persentase penduduk miskin
tisitas. Apabila seluruh asumsi klasik tersebut telah sebesar 25,98 persen. Sedangkan jumlah penduduk
terpenuhi maka akan menghasilkan hasil regresi yang miskin yang paling sedikit ada di Kota Salatiga yang
best, linear, unbias, efficient of estimation (BLUE). mencapai 14.900 orang dengan persentase penduduk
Untuk memenuhi asumsi-asumsi di atas, maka estima- miskin sebesar 8,47 persen. Menurut BPS, terdapat
si regresi hendaknya dilengkapi dengan uji-uji yang hubungan yang signifikan antara tingkat kualitas
diperlukan, seperti uji heteroskedastisitas, uji auto- pembangunan manusia dengan tingkat kemiskinan.
korelasi, uji multikolinearitas, dan uji normalitas. Tabel 4.1. menunjukkan bahwa Kabupaten Brebes di
tahun 2008 merupakan kabupaten yang mempunyai
tingkat IPM terendah (67,08) sekaligus juga mempu-
HASIL DAN PEMBAHASAN nyai jumlah penduduk miskin terbanyak yaitu sebesar
Hasil Analisis Statistik Deskriptif 459.300 orang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Brata (2005) dan Yani Mulyan-
Secara garis besar, alokasi pengeluaran pemer- ingsih (2008) yang menyatakan bahwa tiga dimensi
intah di sektor pendidikan dan kesehatan di kabu- penting dalam pembangunan manusia yang tercakup
paten/kota di Provinsi Jawa Tengah menunjukkan ke- dalam IPM sangat berpengaruh terhadap kemiskinan.
cenderungan yang meningkat. Demikian pula dengan Selengkapnya, hasil statistik deskriptif terhadap vari-
indikator yang berkaitan dengan pembangunan manu- abel penelitian untuk data tahun 2007 dan 2008, dapat
sia, seperti angka harapan hidup, angka melek huruf, dilihat pada Tabel 1.
rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita per
bulan; menunjukkan kecenderungan yang meningkat
Johanna, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan
Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah 37

Tabel 1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian sektor pendidikan dan kesehatan (PUB) tidak mem-
pengaruhi kemiskinan (POV). Hasil yang berbeda
Variabel 2007 2008
diperoleh pada saat dilakukan uji interaksi yang digu-
Pengeluaran Pemerintah di Pendidikan dan Kesehatan
(juta Rp) nakan untuk menguji adanya variabel pure moderator
Mean 319,588.27 393,876.53 (moderator murni), di mana secara statistik ternyata
Minimum 64,914.63 137,601.25 menunjukkan bahwa variabel IPM merupakan varia-
Maximum 498,210.27 799,174.67 bel pure moderator terhadap variabel kemiskinan
Std. Deviation 97,713.94 126,523.76 (POV). Hal ini mengindikasikan bahwa variabel IPM
IPM tidak berfungsi sebagai variabel independen namun
Mean 71.09 71.57 langsung berinteraksi dengan variabel independen
Minimum 66.57 67.08 lainnya (variabel pengeluaran publik/PUB) dalam
Maximum 76.58 77.16 rangka mengurangi kemiskinan. Dalam uji tersebut,
Std. Deviation 2.36 2.34 variance variabel kemiskinan (POV) dapat dijelaskan
Jumlah Penduduk Miskin (ribu) oleh variabel pengeluaran pemerintah di sektor pendi-
Mean 187.34 174.93 dikan dan kesehatan (PUB) dan variabel interaksi an-
Minimum 13.00 14.90 tara pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan
Maximum 492.20 459.30 kesehatan (PUB) dengan variabel IPM berkisar 40,6
Std. Deviation 110.83 101.41 persen sampai dengan 46,4 persen. Namun, pengaruh
Persentase Penduduk Miskin (%) variabel interaksi terhadap pengurangan kemiskinan
Mean 19.31 18.12 masih sangat kecil yaitu berkisar 3,964x10-6 sampai
Minimum 5.26 6.00 dengan 5,913x10-6.
Maximum 32.29 27.87
Hasil dari Uji Selisih Nilai Mutlak, menunjuk-
Std. Deviation 7.15 5.77
kan bahwa koefisien dari selisih nilai mutlak antara
Sumber: Data BPS, diolah variabel independen (PUB dan IPM) ternyata tidak
signifikan. Hal ini berarti bahwa variabel IPM ternya-
ta bukan merupakan variabel moderating. Sama sep-
Pembahasan erti Uji Selisih Nilai Mutlak, dalam Uji Residual juga
menunjukkan bahwa variabel IPM bukan merupakan
Hasil yang diperoleh pada uji Moderated Re-
variabel moderating. Hal ini ditunjukkan pada Uji Re-
gression Analysis (MRA), menunjukkan bahwa pem-
sidual dengan nilai koefisien variabel uji (dalam hal
bangunan manusia yang di-proxy dengan IPM(IPM)
ini variabel kemiskinan) yang negatif namun tidak sig-
bukan merupakan variabel moderating, tetapi meru-
nifikan. Selengkapnya ikhtisar hasil analisis terhadap
pakan variabel yang berdiri sendiri sebagai variabel
hipotesis adanya pengaruh pengeluaran sektor publik
prediktor (independen) yang berpengaruh terhadap ke-
secara negatif dan signifikan terhadap angka kemiski-
miskinan. Selain itu, pada uji MRA tersebut, ternyata
nan melalui indikator pembangunan manusia (IPM se-
diketahui bahwa variabel pengeluaran pemerintah di
bagai variabel moderator), dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Ikhtisar Analisis Variabel IPM sebagai Variabel Moderator

Hasil Analisis dengan Data Tahun


Uraian
2007 2008
Variabel IPM bukan merupa-kan variabel Variabel IPM bukan meru-pakan variabel
Uji dengan MRA moderator, teta-pi sebagai variabel independen moderator, tetapi sebagai variabel independen
(prediktor) (prediktor)
Variabel IPM merupakan variabel pure moderator, Variabel IPM merupakan variabel pure moderator,
Uji Pure Moderator
dengan nilai koefisien sebesar – 5,913x10-6 dengan nilai koefisien sebesar – 3,964x10-6
Variabel IPM bersama – sama variabel independen Variabel IPM bersama – sama dengan variabel
Uji Nilai Selisih Mutlak PUB dan IPM mempenga-ruhi variabel kemiskinan PUB mempengaruhi variabel ke-miskinan dan
dan pengaruhnya sebesar 49% pengaruhnya sebesar 42,29%
Variabel IPM bukan merupakan variabel Variabel IPM bukan merupakan variabel
Uji Residual
moderating. moderating.
Sumber: Hasil Olahan Data Tahun 2007 dan 2008 dengan Aplikasi SPSS
38 JURNAL DINAMIKA EKONOMI PEMBANGUNAN, JULI 2011, VOLUME 1, NOMOR 1

Dari uraian tersebut di atas, menunjukkan 2007 hanya sebesar 4,91 persen dan pada tahun 2008
bahwa IPM tidak bisa berdiri sendiri sebagai variabel sebesar 5,41 persen. Sedangkan rata-rata persentase
independen dalam mempengaruhi tingkat kemiski- alokasi pengeluaran pemerintah sektor publik bi-
nan. Hal tersebut mengandung makna bahwa untuk dang kesehatan pada 35 kabupaten/kota yang ada di
meningkatkan kualitas pembangunan manusia yang Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 hanya sebesar
di-proxy dengan IPM harus didukung dengan kebi- 1,27 persen dan pada tahun 2008 sebesar 1,37 persen.
jakan pemerintah melalui alokasi sumber pendanaan Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kecenderun-
dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat gan adanya peningkatan pengeluaran pemerintah sek-
yang memang ditujukan untuk peningkatan kualitas tor publik, namun karena masih minimnya alokasi
pembangunan manusia. Kualitas pembangunan ma- dana tersebut menyebabkan belum adanya pengaruh
nusia, sebagaimana diungkapkan oleh UNDP, terkait pengeluaran tersebut terhadap kemiskinan dan jika
dengan aspek pemenuhan kebutuhan akan hidup pan- diinteraksikan dengan variabel pembangunan manu-
jang umur (longevity) dan hidup sehat (healthy life), sia (IPM), pengaruhnya masih sangat kecil.
untuk mendapatkan pengetahuan (the knowledge) dan Menurut Agus Salim (2007), pengeluaran
mempunyai akses kepada sumberdaya yang bisa me- pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan, baik
menuhi standar hidup. secara langsung maupun tidak langsung, merupakan
Dalam berbagai literatur yang ada, menun- suatu kebijakan yang pro poor yang mempunyai dam-
jukkan bahwa tingkat pembangunan manusia yang pak yang negatif terhadap kemiskinan melalui dam-
tinggi akan mempengaruhi perekonomian melalui paknya terhadap pertumbuhan dan pemerataan. Di
peningkatan kapabilitas penduduk yang konsekuen- samping itu, kebijakan pengeluaran tersebut mempu-
sinya adalah pada produktivitas dan kreativitas pen- nyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan melalui
duduk. Oleh karena itu, dukungan sumber dana dari dampaknya terhadap pembentukan modal manusia
pemerintah terutama untuk kegiatan yang berkaitan (human capital). Kebijakan inilah yang yang diang-
dengan peningkatan kualitas pembangunan manusia gap sebagai kebijakan yang berdampak ganda (win
seperti pembangunan bidang pendidikan dan bidang win policies).
kesehatan, sangat menentukan dalam peningkatan Selain itu, hasil analisis terhadap pengaruh
kualitas pembangunan manusia yang ujungnya adalah pengeluaran sektor publik secara negatif dan signifi-
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. (Aloysius kan terhadap angka kemiskinan yang diperkuat den-
Gunadi Brata, 2002). gan indikator pembangunan manusia (IPM sebagai
Walaupun IPM berpengaruh terhadap kemiski- variabel intervening), dapat diikhtisarkan seperti pada
nan sebagai variabel yang memperkuat/memperlemah Tabel 3.
variabel independen lainnya (sebagai variabel pure Sejalan dengan hasil analisis yang menyatakan
moderating), namun pengaruhnya masih sangat kecil. bahwa IPM merupakan variabel pure moderator yang
Kecilnya pengaruh interaksi tersebut, bisa disebabkan tidak berhubungan dengan variabel kemiskinan dan
karena rendahnya alokasi pengeluaran sektor publik variabel pengeluaran sektor publik, namun berinter-
dari pemerintah kabupaten/kota yang ada di Provinsi aksi dengan variabel pengeluaran publik dalam mem-
Jawa Tengah. pengaruhi kemiskinan, maka hasil analisis seperti
Data statistik dari BPS menunjukkan bahwa, dalam Tabel 4.3. tersebut menyatakan bahwa pada ta-
rata-rata persentase alokasi pengeluaran pemerintah hun 2008 variabel IPM merupakan variabel interven-
sektor publik bidang pendidikan pada 35 kabupaten/ ing yang ikut mempengaruhi hubungan antara varia-
kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah pada tahun bel independen (pengeluaran sektor publik) dengan

Tabel 3.Ikhtisar Analisis Variabel IPM sebagai Variabel Intervening (Mediating)


Hasil Analisis dengan Data Tahun
Uraian
2007 2008
Variabel Indeks Pemba-ngunan Manusia Variabel Indeks Pemba-ngunan Manusia (IPM)
(IPM) bukan merupakan variabel merupakan variabel intervening, karena nilai t
Uji analisis jalur dan Uji Sobel
intervening, karena nilai t hitung = hitung = 4,9367 lebih besar dari nilai t tabel =
0,53434 kurang dari nilai t tabel = 1,96. 1,96; dengan total pengaruh sebesar 5,9732 x 10-6
Sumber: Hasil Olahan Data Tahun 2007 dan 2008 dengan Aplikasi SPSS
Johanna, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan
Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah 39

variabel dependen (kemiskinan). Namun pada tahun total pengaruh variabel IPM sebagai variabel yang
2007 hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa memediasi hubungan antara pengeluaran pemerintah
variabel IPM bukan merupakan variabel interven- sektor publik terhadap pengurangan kemiskinan ma-
ing. Hal tersebut terlihat dari nilai t hitung = 0,53434 sih sangat kecil yaitu pada tahun 2008 hanya sebesar
kurang dari nilai t tabel = 1,96 pada tingkat signifi- 5,9732 x 10-6.
kansi α = 0,05. Hasil analisis tersebut di atas, yang menyatakan
Perbedaan hasil uji intervening antara tahun bahwa variabel pengeluaran pemerintah sektor publik
2007 dan 2008 tersebut, disebabkan karena adanya tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengu-
peningkatan pengeluaran sektor publik yang cukup rangan kemiskinan, juga terbukti dalam studi yang
signifikan dimana pada tahun 2008, secara total untuk dilakukan oleh Yani Mulyaningsih (2008). Dalam
35 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah penelitian tersebut menunjukkan bahwa alokasi pen-
menunjukkan peningkatan pengeluaran sektor publik geluaran pemerintah tidak berpengaruh terhadap pen-
sebesar Rp2.600.089,42 juta atau terjadi peningkatan ingkatan pembangunan manusia yang di-proxy dari
sebesar 23,24 persen jika dibandingkan dengan tahun indeks pembangunan manusia, dan juga tidak berpen-
2007. Sumbangan terbesar terjadi pada pengeluaran garuh terhadap kemiskinan. Salah satu penyebabnya
sektor publik bidang pendidikan, yaitu meningkat adalah karena masih rendahnya pengeluaran pemerin-
sebesar Rp2.163.143,18 juta pada tahun 2008 atau ter- tah di sektor publik terutama untuk sektor pendidikan
jadi kenaikan sebesar 24,14 persen jika dibandingkan dan kesehatan.
dengan tahun 2007. Sedangkan kenaikan pengeluaran Pembangunan manusia, yang dalam penelitian
sektor publik bidang kesehatan pada tahun 2008 sebe- ini di-proxy dengan IPM, secara statistik mempunyai
sar Rp436.946,24juta atau naik sebesar 19,64 persen pengaruh terhadap kemiskinan sebagai variabel pure
jika dibandingkan dengan tahun 2007. moderating yang memperkuat atau memperlemah
Adanya perbedaan hasil uji intervening tersebut, hubungan antara variabel independen yaitu variabel
juga ditandai dengan semakin meningkatnya persen- pengeluaran pemerintah sektor publik (PUB) terhadap
tase pengeluaran sektor publik terhadap PDRB pada variabel dependen yaitu variabel Kemiskinan (POV),
masing-masing kabupaten/kota yang ada di Provinsi di mana variabel pembangunan manusia (IPM) tidak
Jawa Tengah. Rata-rata persentase pengeluaran sek- berhubungan dengan variabel dependen dan variabel
tor publik terhadap PDRB di 35 kabupaten/kota di independen, namun variabel pembangunan manusia
Provinsi Jawa Tengah, pada tahun 2007 mencapai berinteraksi dengan variabel independen (pengeluaran
6,19 persen dan pada tahun 2008 meningkat sebesar sektor publik). Selain itu, variabel IPM juga sebagai
0,69 persen menjadi 6,78 persen. Sumbangan terbe- variabel intervening (pada tahun 2008) yaitu variabel
sar peningkatan persentase pengeluaran sektor publik yang ikut mempengaruhi hubungan antara variabel
terhadap PDRB tersebut terjadi pada bidang pendidi- independen (variabel pengeluaran pemerintah sektor
kan, di mana secara rata-rata persentase pengeluaran publik) dan variabel dependen (variabel kemiskinan).
bidang pendidikan terhadap PDRB pada tahun 2008 Secara umum, hasil penelitian menunjukkan
meningkat sebesar 0,50 persen menjadi 5,41 persen bahwa apabila pengeluaran pemerintah tidak ditu-
jika dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 4,91 jukan untuk meningkatkan kualitas pembangunan
persen. Sedangkan persentase pengeluaran bidang ke- manusia, maka pengentasan kemiskinan tidak akan
sehatan terhadap PDRB pada tahun 2008 meningkat terwujud. Secara logis hal ini bisa dikaitkan dengan
0,10 persen menjadi 1,37 persen dari tahun 2007 yang jangkauan pelayanan pendidikan dan kesehatan kepa-
mencapai 1,27 persen. da masyarakat miskin, di mana jika pelayanan pendi-
Adanya pengaruh intervening pada variabel in- dikan maupun kesehatan kepada masyarakat terutama
deks pembangunan manusia, mengandung arti bahwa masyarakat miskin semakin tidak terjangkau, maka
pengeluaran pemerintah sektor publik tidak akan ser- kemiskinan akan terus meningkat. Hal tersebut dise-
ta merta langsung berpengaruh terhadap pengurangan babkan karena penduduk miskin yang sakit dan tidak
kemiskinan, namun pengaruhnya dapat dirasakan jika mampu berobat karena layanan kesehatan yang ren-
pengeluaran tersebut berkaitan dengan peningkatan dah dan minimnya pengetahuan dari pasien yang ber-
kualitas pembangunan manusia seperti pengeluaran sangkutan untuk menghindari penyakit tersebut, maka
bidang pendidikan dan kesehatan. Namun demikian, secara otomatis dia tidak akan mampu memenuhi ke-
40 JURNAL DINAMIKA EKONOMI PEMBANGUNAN, JULI 2011, VOLUME 1, NOMOR 1

butuhan dasar dirinya sendiri bahkan mungkin kelu- bahwa rata-rata di 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa
arganya. Lingkaran setan inilah yang menyebabkan Tengah menunjukkan kecenderungan yang mening-
sulitnya pemerintah dalam mengurangi kemiskinan, kat. Capaian IPM rata-rata untuk 35 kabupaten/kota
terutama jika kebijakan pemerintah yang dijalankan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar
bukan kebijakan yang pro poor. Hal ini tercermin 71,6 atau meningkat sebesar 0,67 persen jika diband-
dari masih minimnya alokasi dana pemerintah yang ingkan dengan rata-rata capaian tahun 2007 sebesar
digunakan untuk peningkatan kualitas pembangunan 71,1. Peningkatan capaian indikator pembangunan
manusia. manusia ini menunjukkan semakin baiknya kualitas
Menurut Novianto (2003), esensi utama dari pembangunan manusia di 35 kabupaten/kota yang
masalah kemiskinan adalah masalah aksesibilitas. ada di Provinsi Jawa Tengah.
Aksesibilitas berarti kemampuan seseorang atau seke- Peningkatan kualitas pembangunan pada 35
lompok orang dalam masyarakat untuk mendapatkan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tersebut dii-
sesuatu yang merupakan kebutuhan dasarnya dan se- kuti dengan indikator kemiskinan yang menunjukkan
harusnya menjadi haknya sebagai manusia dan seb- kecenderungan yang menurun. Menurut data statis-
agai warga negara. Seseorang atau sekelompok orang tik BPS, indikator jumlah penduduk miskin maupun
yang miskin, mempunyai daya aksesibilitas yang persentase penduduk miskin yang ada di 35 kabupat-
rendah dan terbatas terhadap berbagai kebutuhan dan en/kota di Provinsi Jawa Tengah, terus menurun dari
layanan dibandingkan mereka yang termasuk golon- tahun 2007 persentase penduduk miskin di Provinsi
gan menengah ataupun golongan kaya. Akses-akses Jawa Tengah sebesar 20,43 persen dan pada tahun
yang tidak bisa didapat oleh masyarakat miskin yaitu: 2008 persentase penduduk miskin turun sebesar 7,05
1) akses untuk mendapatkan makanan yang layak, persen atau menjadi 18,99 persen. Hal ini sejalan den-
2) akses untuk mendapatkan sandang yang layak, 3) gan hasil penelitian bahwa indikator pembangunan
akses untuk mendapatkan rumah yang layak, 4) ak- manusia akan mempengaruhi indikator kemiskinan
ses untuk mendapatkan layanan kesehatan, 5) akses secara signifikan dan negatif sebagai variabel pure
untuk mendapatkan layanan pendidikan, 6) akses ke- moderating maupun sebagai variabel intervening.
pada leisure dan entertainment, dan 7) akses untuk Namun demikian, pengaruh variabel IPM sebagai
mendapatkan kualitas hidup yang layak. variabel pure moderating maupun variabel interven-
Untuk mengatasi masalah kemiskinan, peranan ing terhadap hubungan antara pengeluaran sektor
pemerintah dalam meningkatkan kualitas pemban- publik dengan kemiskinan, masih sangat kecil. Hal
gunan manusia sangat besar diharapkan. Investasi ini merupakan keterbatasan studi ini, karena studi ini
pemerintah untuk pembangunan manusia, baik itu lebih menekankan kepada political will dari pemer-
di bidang pendidikan dan kesehatan ataupun bidang intah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dalam
lainnya yang berkaitan dengan pelayanan publik, mengurangi kemiskinan yang dilihat dari kebijakan
merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran sektor publik yang berkaitan dengan
bidang ekonomi. Meningkatnya kesehatan dan pen- peningkatan kualitas pembangunan manusia yaitu
didikan akan mendorong peningkatan produktivitas pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan
tenaga kerja, dan pada gilirannya akan meningkatkan
pendapatan anggota masyarakat. Dengan demikian,
KESIMPULAN DAN SARAN
semakin besar investasi pembangunan manusia akan
berdampak pada semakin tinggi produktivitas dan Kesimpulan
pendapatan individual, regional dan nasional serta
merupakan aspek pendorong peningkatan pertumbu- Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diu-
han ekonomi. raikan pada bagian sebelumnya, maka dapat diambil
Menurut data statistik BPS yang berkaitan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
dengan indikator pembangunan manusia yang ada di • Hasil studi menunjukkan bahwa alokasi pengelu-
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, yaitu IPM aran pemerintah sektor publik tidak secara lang-
dan indikator yang membentuk IPM seperti Angka sung mempengaruhi IPM ataupun kemiskinan,
Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Rata-rata Lama namun secara bersama-sama (simultan) pengelu-
Sekolah, dan Pengeluaran Riil per Kapita, terlihat aran sektor publik dan IPM dapat mempengaruhi
Johanna, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan
Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah 41

kemiskinan. Hal tersebut berarti bahwa pengelu- pembangunan manusia yang tercermin dari nilai
aran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehat- IPM akan berpengaruh terhadap pengurangan
an tidak bisa berdiri sendiri sebagai variabel inde- kemiskinan, baik itu sebagai variabel pure mod-
penden dalam mempengaruhi kemiskinan, namun erator maupun sebagai variabel intervening. Hal
harus berinteraksi dengan variabel lain (variabel tersebut mengindikasikan bahwa IPM merupakan
IPM). Hal ini juga diperkuat dengan hasil studi variabel yang dapat mempengaruhi variabel ke-
yang menunjukkan bahwa selain berperan seb- miskinan (sebagai variabel dependen) jika ber-
agai variabel pure moderator, IPM juga berperan interaksi dengan variabel independen lainnya.
sebagai variabel intervening (tahun 2008), dalam Selain itu, variabel IPM juga merupakan varia-
kaitannya dengan hubungan antara pengeluaran bel yang memediasi variabel independen lainnya
di sektor pendidikan dan kesehatan dengan pen- dalam mempengaruhi variabel kemiskinan. Oleh
gentasan kemiskinan. Sehingga implikasi dari karena itu, dalam rangka mengurangi kemiski-
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penge- nan sangat diperlukan dukungan kebijakan dari
luaran pemerintah di sektor pendidikan dan ke- pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Jawa Ten-
sehatan akan dapat mempengaruhi kemiskinan gah untuk meningkatkan kualitas pembangunan
jika pengeluaran tersebut dilakukan dalam rangka manusia (IPM) di daerahnya. Beberapa hal yang
peningkatan kualitas pembangunan manusia. bisa dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota di
• Adanya perbedaan hasil uji intervening untuk data Provinsi Jawa Tengah untuk meningkatkan IPM,
tahun 2007 dan 2008, di mana pada tahun 2008 salah satunya terkait dengan pengeluaran pemer-
variabel IPM berperan sebagai variabel interven- intah untuk sektor publik dalam rangka penyedi-
ing, sedangkan pada tahun 2007 variabel IPM aan kapasitas dasar seperti pendidikan dan kes-
tidak berperan sebagai variabel intervening, dise- ehatan bagi masyarakatnya, terutama masyarakat
babkan karena adanya peningkatan pengeluaran miskin. Keberpihakan pengeluaran pemerintah
sektor publik yang cukup signifikan yang terjadi untuk mengurangi kemiskinan (pro poor fis-
pada 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, cal policy) sangat penting untuk dilakukan oleh
di mana pada tahun 2008 secara total terjadi pen- pemerintah daerah.
ingkatan sebesar 23,24 persen jika dibandingkan • Studi ini, menunjukkan adanya keterkaitan IPM
dengan tahun 2007, serta karena adanya peningka- sebagai variabel pure moderator maupun sebagai
tan persentase rata-rata pengeluaran sektor publik variabel intervening (mediating) terhadap hubun-
terhadap PDRB masing-masing kabupaten/kota gan antara pengeluaran publik dan kemiskinan,
di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,69 persen. namun pengaruhnya masih sangat kecil. Penga-
• Indikator IPM menunjukkan kecenderungan ruh variabel IPM sebagai variabel pure moderator
peningkatan, di mana capaian IPM rata-rata un- pada tahun 2007 sebesar – 5,913x10-6 dan pada
tuk 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 sebesar – 3,964x10-6. Sedangkan total
pada tahun 2008 meningkat sebesar 0,67 persen pengaruh variabel IPM sebagai variabel interven-
jika dibandingkan dengan rata-rata capaian tahun ing pada tahun 2008 sebesar 5,9732x10-6. Kecil-
2007. Peningkatan kualitas pembangunan manu- nya pengaruh tersebut dikarenakan keterbatasan
sia tersebut diikuti dengan indikator kemiskinan dari studi ini, di mana variabel independen yang
yang menunjukkan kecenderungan yang menu- mempengaruhi variabel kemiskinan baru sebatas
run. Di mana, persentase penduduk miskin di pada political will pemerintah kabupaten/kota
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008, turun dalam mengurangi kemiskinan yang dilihat dari
sebesar 7,05 persen menjadi 18,99 persen jika kebijakan pengeluaran sektor publik yang berkai-
dibandingkan tahun 2007. tan dengan peningkatan kualitas pembangunan
manusia berupa pengeluaran bidang pendidikan
dan kesehatan. Dengan demikian, perlu dilakukan
Saran
penelitian lanjutan mengenai keterkaitan varia-
Adapun saran-saran yang dapat diberikan bel-variabel lain termasuk variabel IPM terhadap
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: variabel kemiskinan.
• Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
42 JURNAL DINAMIKA EKONOMI PEMBANGUNAN, JULI 2011, VOLUME 1, NOMOR 1

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim. 2001. Ekonomi Pembangunan. UII Press. Jhingan, ML. 2000. Ekonomi Pembangunan dan
Yogyakarta. Perencanaan. Edisi Pertama. Raja Grafindo
Agusalim. 2007. Peran Anggaran Pemerintah Terhadap Persada. Jakarta.
Pengurangan Angka Kemiskinan di Indonesia. Lincolin Arsyad. 1999. Ekonomi Pembangunan. Edisi
Ekonomi dan Bisnis. Vol. 10 No. 1. Keempat, Bagian Penerbitan STIE YKPN.
BPS. 2009. Data dan Informasi Kemiskinan Yogyakarta.
____. 2004. Data dan Informasi Kemiskinan Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UPP
____. 2002. Data dan Informasi Kemiskinan STIM YKPN. Yogyakarta.
____. Statistik Keuangan Daerah Kabupaten dan Kota Mudrajad Kuncoro. 2000. Ekonomi Pembangunan: Teori,
Berbagai Publikasi Masalah, dan Kebijakan. UPP AMP YKPN.
____. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2006 ________. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah:
____. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2007 Reformasi, Perekonomian, Strategi dan Peluang.
____. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2008 Penerbit Erlangga. Jakarta.
____. Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2009 Musgrave, Richard. A dan Peggy B Musgrave. 1989.
____. 2009. Indikator Utama Sosial, Politik dan Keamanan Public Finance in Theory and Practise. Fifth
Provinsi Jawa Tengah 2008. Edition, McGraw-Hill Book, International
Brata, Aloysius Gunadi. 2005. Investasi Sektor Publik Edition, 1989.
Lokal, Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan. Novianto Dwi Wibowo. 2003. Masalah Pengentasan
Lembaga Penelitian – Universitas Atma Jaya Kemiskinan di Indonesia: Pendekatan Hipotesis
Yogyakarta, Februari Kuznet. Buletin Pangsa. Edisi 10/IX.
Chemingui, Mohamed Abdelbasset. 2007. Public Priyo Hari Adi, Fhino Andrea Christy. 2009. Hubungan
Spending and Poverty Reduction in an Oil antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal dan
based Economy: The Case of Yemen. Revised: Kualitas Pembangunan Manusia. The 3rd National
January Conference UKWMS. Surabaya.
Damodar Gujarati. 1991. Ekonometrika Dasar, Terjemahan Sadono Sukirno. 2000. Makroekonomi Modern. Raja
oleh Sumarno Zain. Penerbit Erlangga, Jakarta. Grafindo Persada. Jakarta.
Fan, Shenggen. 2000. How Does Public Spending Stigliz, E. Joseph. 1986. Economic of Public Sector. New
Affect Growth and Poverty? The Experience of York: WW Norton and Company
China. Paper submitted to 2nd annual Global Syaukani, H.R, Affan Gaffar, Ryass Rasyid. 2005. Otonomi
Development Network Confrence. Tokyo, Japan. Daerah dalam Negara Kesatuan Republik
Guritno Mangkoesoebroto. 2001. Ekonomi Publik, BPFE Indonesia. Pustaka Pelajar. Cetakan ke IV.
UGM, Yogyakarta Yogyakarta.
Gomanee, Karuna. 2003. Aid, Public Spending and Human Todaro, Michael. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia
Welfare: Evidence From Quantile Regressions, Ketiga. Edisi ke-7 (Terjemahan Bahasa Indonesia).
Paper for a Session on ‘Poverty and Human Jakarta. PT Erlangga.
Development’. Organised by Dr Noorbakhsh UNDP. 1990. Human Development Report
at the DSA Annual Conference. Glasgow. 10-12 _____. 1997. Human Development Report
September ­­­­_____. 2005. Human Development Indicator
Insukindro, R. Maryatmo, Aliman, Sri Yani Kusumastuti, World Bank. 2007. Ikhtisar Kajian Pengeluaran Publik
A. Ika Rahutami. 2004. Modul Ekonometrika Indonesia: Memaksimalkan peluang Baru: Kajian
Dasar. Kerjasama BI dan FE UGM. Yogyakarta. Pengeluaran Publik Indonesia. Februari.
Imam Ghozali. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep Zuluaga. 1990. Different Channels of Impact of
dan Aplikasi dengan SPSS 17. Badan Penerbit Education on Poverty: An Analysis for Colombia.
Universitas Diponegoro, Semarang. Preliminary Draft.

You might also like