You are on page 1of 8

HUBUNGAN HITUNG JENIS LEUKOSIT DENGAN DURASI

KOLESISTEKTOMI LAPAROSKOPI PADA PASIEN


KOLELITIASIS

Iola Salsabila1, Agung A Wibowo2, Alfi Yasmina3

1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas kedokteran, Universitas Lambung
Mangkurat
2
Divisi Bedah Digestif Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran, Universitas
Lambung Mangkurat.
3
Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran,Universitas Lambung Mangkurat

Email korespondensi: iolaoyarahim@gmail.com

Abstract: Gallbladder may be obstructed by cholelithiasis, which results in inflammation


and leukocytosis that may lead to a prolonged duration of laparoscopic cholecystectomy.
Changes in leukocyte count can also result in changes in leukocyte differential count, and
these changes may also be related to prolongation of laparoscopic cholecystectomy. This
study aimed to determine the relationship between leukocyte differential count and the
duration of laparoscopic cholecystectomy in cholelithiasis patients. It was an observational
study with a prospective approach. The inclusion criteria of the study subjects were
cholelithiasis patients who were about to undergo laparoscopic cholecystectomy and had
their leukocyte differential count measured. Samples were taken by total sampling. The
independent variable was leukocyte differential count, and the dependent variable was the
duration of laparoscopic cholecystectomy. The relationship between independent and
dependent variables was analyzed with the Spearman correlation test with a 95%
confidence level. A total of 30 cholelithiasis patients met the inclusion criteria. The average
leukocyte differential counts were as follows: neutrophil count was 5.693 thousand/µl,
monocyte count was 0.517 thousand/µl, lymphocyte count was 2.219 thousand/µl,
eosinophil count was 0.189 thousand/µl, and basophil count was 0.044 thousand/µl. The
mean duration of laparoscopic cholecystectomy was 43.40±12.41 minutes. There were no
statistically significant correlations between neutrophil count (r = 0.184, p = 0.334),
monocyte count (r = 0.220, p = 0.243), lymphocyte count (r = 0.254, p = 0.175), eosinophil
count (r = -0.127, p = 0.503), and basophil count (r = -0.054, p = 0.776) with the duration
of laparoscopic cholecystectomy. It can be concluded that there is no correlation between
leukocyte differential count with the duration of laparoscopic cholecystectomy in
cholelithiasis patients.

Keywords: leukoctye differential count, basophil, eosinophil, neutrophil, lymphocyte,


monocyte, laparoscopic cholecystectomy, duration.

Abstrak: Kandung empedu dapat mengalami obstruksi yang disebabkan oleh kolelitiasis,
sehingga dapat terjadi inflamasi dan leukositosis yang bisa mengakibatkan pemanjangan
durasi kolesistektomi laparoskopi. Perubahan pada jumlah leukosit dapat mengakibatkan
perubahan juga pada hitung jenis leukosit, dan perubahan hitung jenis lekosit diduga
berhubungan dengan pemanjangan durasi kolesistektomi laparoskopi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan hitung jenis leukosit dengan durasi kolesistektomi
laparoskopi pada pasien kolelitiasis. Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan
prospektif. Kriteria inklusi subjek penelitian adalah pasien kolelitiasis yang akan menjalani
kolesistektomi laparoskopi dan telah diperiksa hitung jenis leukositnya. Data sampel diambil
secara total sampling. Variabel bebasnya adalah hitung jenis leukosit dan variabel terikatnya
adalah durasi kolesistektomi laparoskopi. Hubungan antara variabel bebas dan terikat diuji
dengan uji korelasi Spearman dengan tingkat kepercayaan 95%. Sebanyak 30 pasien
kolelitiasis memenuhi kriteria inklusi. Rerata hitung jenis lekositnya adalah sebagai berikut:
neutrofil sebesar 5,693 ribu/µl, monosit sebesar 0,517 ribu/µl, limfosit sebesar 2,219 ribu/µl,
eosinofil sebesar 0,189 ribu/µl, dan basofil sebesar 0,044 ribu/µl. Rerata durasi
kolesistektomi laparoskopi adalah sebesar 43,40±12,41 menit. Tidak terdapat korelasi yang
bermakna secara statistik antara jumlah neutrofil (r = 0,184, p = 0.334), monosit (r = 0,220,
p = 0,243), limfosit (r = 0,254, p = 0,175), eosinofil (r = -0,127, p = 0,503), dan basofil (r =
-0,054, p = 0,776) dengan durasi kolesistektomi laparoskopi. Dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara hitung jenis lekosit dengan durasi kolesistektomi laparoskopi pada
pasien kolelitiasis.

Kata-kata kunci: hitung jenis leukosit, basofil, eosinofil, neutrofil, limfosit, monosit,
kolesistektomi laparoskopi, durasi.

PENDAHULUAN thromboembolism (VTE), perdarahan,


Kolelitiasis (batu empedu) terbentuknya hematom, nekrosis jaringan,
merupakan salah satu masalah bedah yang dan lain-lain.5
paling sering ditemukan di negara Penelitian ini bertujuan untuk
berkembang.1 Dari studi pendahuluan mengetahui hubungan hitung jenis
yang dilakukan di RSUD Ulin leukosit (neutrofil, monosit, limfosit,
Banjarmasin pada tahun 2018, terdapat 79 eosinofil, dan basofil) dengan durasi
pasien yang menjalani operasi akibat kolesistektomi laparoskopi pada pasien
kolelitiasis.2 Ketika terjadi inflamasi pada kolelitiasis. Penelitian ini diharapkan
kandung empedu, diperlukan operasi dapat bermanfaat sebagai sumber
dalam tatalaksananya. Sejak tahun 1985, informasi ilmiah tentang jenis leukosit
kolesistektomi laparoskopi sudah menjadi pada pasien kolelitiasis, rerata durasi
gold-standard, karena biaya yang lebih kolesistektomi laparoskopi, hubungan
murah, cosmetic result yang lebih baik, hitung jenis leukosit dengan lamanya
dan durasi pengerjaannya lebih pendek.3 operasi kolesistektomi laparoskopi yang
Menurut penelitian Jina et al., pasien dilakukan pada pasien kolelitiasis, dan
kolelitiasis yang mengalami leukositosis diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah
mengalami peningkatan durasi operasi.4 untuk memberikan masukan dan
Memanjangnya durasi operasi erat pertimbangan bagi tenaga kesehatan
kaitannya dengan berbagai komplikasi.5 dalam membantu kelancaran operasi
Perubahan pada jumlah leukosit dapat kolesistektomi laparoskopi, sehingga
mengakibatkan perubahan juga pada dapat meminimalisasi komplikasi yang
hitung jenis leukosit. Hitung jenis leukosit dapat terjadi.
dapat memberikan persentase relatif dari
setiap jenis leukosit.6 Leukosit METODE PENELITIAN
diklasifikasikan berdasarkan ada dan Penelitian ini adalah penelitian
tidaknya granula pada sel tersebut observasional dengan pendekatan
menjadi granulosit dan agranulosit.1 prospektif. Populasi dalam penelitian ini
Granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil, adalah semua pasien yang didiagnosis
dan basofil. Agranulosit terdiri dari kolelitiasis yang akan dilakukan
monosit dan limfosit.1 Kelima jenis kolesistektomi laparoskopi di RSUD Ulin
leukosit tersebut memiliki peran yang Banjarmasin pada periode Juni-
berbeda-beda dalam sistem pertahanan November 2019. Teknik pengambilan
tubuh, sehingga jika hal ini tidak sampel dilakukan dengan cara total
dikendalikan dengan tepat, bisa saja akan sampling. Variabel bebas pada penelitian
memberikan komplikasi yang berbeda- ini adalah hitung jenis leukosit, yaitu
beda, seperti memanjangnya durasi hitung neutrofil, limfosit, monosit,
operasi, yang erat kaitannya dengan eosinofil, dan basofil. Variabel terikat
surgical site infection (SSI), sepsis, abses pada penelitian ini adalah durasi
intra-abdominal, venous kolesistektomi laparoskopi. Data yang
diambil merupakan dokumentasi dari dengan tingkat kepercayaan 95%.
pencatatan nomor rekam medis pasien di Penelitian ini dilakukan di RSUD Ulin
Poli Bedah, data hasil pemeriksaan darah Banjarmasin dengan rentang waktu
dari Laboratorium Patologi Klinik RSUD Agustus-November 2019.
Ulin Banjarmasin, dan penghitungan
durasi kolesistektomi laparoskopi RSUD HASIL DAN PEMBAHASAN
Ulin Banjarmasin. Selanjutnya, data yang Telah dilakukan penelitian mengenai
diperoleh dilakukan tabulasi. Data yang hubungan hitung jenis leukosit dengan
diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel durasi kolesistektomi laparoskopi pada
dan grafik. Distribusi normal data diuji kolelitiasis di RSUD Ulin Banjarmasin
dengan uji normalitas Saphiro-Wilk dan pada bulan Agustus-November 2019.
linearitas data diuji dengan scatterplot. Pemilihan sampel dilakukan dengan
Analisis data untuk mengetahui teknik total sampling dan didapatkan
hubungan hitung jenis leukosit dengan subjek sebanyak 30 orang yang sesuai
durasi kolesistektomi laparoskopi pada dengan kriteria inklusi. Karakteristik
pasien kolelitiasis dilakukan dengan uji pasien ditunjukkan pada tabel 1.
korelasi Pearson. Semua data dianalisis

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Umum Subjek Penelitian Hubungan Hitung Jenis Leukosit
dengan Durasi Kolesistektomi Laparoskopi pada Pasien Kolelitiasis

Variabel n Persentase (%) Mean±SD


Usia (tahun) 46,77±11,08
21-40 10 33,33 36,00±2,16
41-60 15 50,00 47,40±4,82
61-80 5 16,67 66,40±4,98
Jenis kelamin
Laki-laki 6 20,00
Perempuan 24 80,00
IMT (kg/m2) 25,44±5,03
Jumlah leukosit total (ribu/dl) 8,559±2,673
Hitung jenis leukosit (ribu/µl)
Basofil 0,044±0,024
Limfosit 2,219±0,812
Monosit 0,517±0,197
Neutrofil 5,693±2,811
Eosinofil 0,188±0,189
Durasi (menit) 43,40±12,41

Berdasarkan Tabel 1, didapatkan terbanyak berada di rentang usia 40-60


distribusi usia terbanyak berada pada tahun (49%).3 Tabel 1 juga menunjukkan
kategori usia 41-60 tahun (50,00%). Hal bahwa penderita kolelitiasis lebih banyak
ini sesuai dengan penelitian Tuuk et al. terjadi pada perempuan (80,00%), dan
pada tahun 2016 yang menunjukkan hal ini sesuai pula dengan penelitian
bahwa distribusi pasien kolelitiasis Tuuk et al., yang membuktikan bahwa
kejadian kolelitiasis terjadi lebih banyak Dari semua jenis leukosit ini, yang
pada perempuan (55%).3 Rerata Indeks mengalami peningkatan secara signifikan
Massa Tubuh (IMT) pasien kolelitiasis hanya jumlah neutrofil. Hal ini dapat
pada penelitian ini adalah sebesar terjadi karena berdasarkan fungsinya,
25,44±5,03 kg/m2. Hal ini berbeda neutrofil yang memiliki mobilitas tinggi
dengan hasil penelitian Bhardwaj et al., ini bertanggung jawab dalam fagositosis
pada tahun 2018 yang menunjukkan bakteri. Neutrofil terutama terlibat dalam
rerata IMT pada pasien kolelitiasis yang proses inflamasi akut. Maka dari itu,
mengalami kesulitan saat operasi adalah terjadilah leukositosis. 8
> 30 kg/m2.9 Dari 30 pasien dalam Rerata durasi kolesistektomi
penelitian ini didapatkan yang memiliki laparoskopi yang dilakukan pada
jumlah leukosit kategori normal sebesar penelitian ini adalah 43,40±12,41 menit.
23 orang (76,67%) dan sisanya (23,33%) Nilai rerata ini tidak memiliki perbedaan
mengalami leukositosis. Hal ini bisa saja yang jauh dengan penelitian yang
terjadi karena dilakukan Nafisah pada tahun 2016, yang
pada pasien kolelitiasis yang asimtomatis menunjukkan rerata durasi kolesistektomi
umumnya menunjukkan hasil jumlah laparoskopi sebesar 39,70±9,27 menit.7
leukosit yang normal atau tidak Hubungan antara masing-masing
mengalami hitung jenis leukosit dengan durasi
leukositosis. Leukositosis pada pasien kolesistektomi laparoskopi ditunjukkan
kolelitiasis hanya terjadi pada pasien yang pada Gambar 1.
sudah mengalami peradangan pada
kandung empedunya atau kolesistitis.14

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 1. Hubungan Hitung Jenis Leukosit dengan Durasi Kolesistektomi Laparoskopi


pada Pasien Kolelitiasis Menggunakan Scatterplot.

Gambar 1 menunjukkan bahwa eosinofil dengan durasi kolesistektomi


terdapat kecenderungan adanya korelasi laparoskopi. Sementara itu, terdapat
negatif antara jumlah basofil serta jumlah kecenderungan adanya korelasi positif
antara jumlah monosit, jumlah limfosit, laparoskopi adalah sebesar r = 0,184 (p =
jumlah neutrofil dengan durasi 0,334) yang menunjukkan adnya korelasi
kolesistektomi laparoskopi. Analisis positif yang tidak bermakna antara jumlah
hubungan antara hitung jenis leukosit neutrofil dengan durasi kolesistektomi
dengan durasi kolesistektomi laparoskopi laparoskopi, dengan derajat korelasi yang
dilakukan dengan uji korelasi Pearson. sangat lemah (Gambar 1 (d)). Koefisien
Sebelumnya, dilakukan uji normalitas korelasi antara jumlah eosinofil dengan
dengan uji Saphiro Wilk terhadap variabel durasi kolesistektomi laparoskopi adalah r
hitung jenis leukosit (basofil, limfosit, = -0,127 (p = 0,503) yang menunjukkan
monosit, neutrofil, dan eosinofil) dan adanya korelasi negatif yang tidak
durasi kolesistektomi laparoskopi, dan bermakna antara jumlah eosinofil dengan
diperoleh nilai p untuk jumlah basofil durasi kolesistektomi laparoskopi, dengan
sebesar 0,001, jumlah limfosit sebesar p = derajat korelasi yang sangat lemah
0,3550, jumlah monosit sebesar p = (Gambar 1 (e)). Seluruh hasil di atas
0,003, jumlah neutrofil sebesar p = 0,001, menunjukkan bahwa tidak terdapat
jumlah eosinofil sebesar p = 0,000, dan korelasi yang bermakna secara statistik
durasi kolesistektomi laparoskopi sebesar antara nilai jumlah basofil, limfosit,
p = 0,008. Hasil ini menunjukkan bahwa monosit, neutrofil dan eosinofil dengan
data jumlah basofil, jumlah monosit, durasi kolesistektomi laparoskopi.
jumlah neutrofil, jumlah eosinofil, dan Pada penelitian ini, jumlah limfosit,
durasi kolesistektomi laparoskopi tidak monosit, dan neutrofil menunjukkan arah
terdistribusi normal (p < 0,05) sehingga korelasi yang sesuai dengan teori
tidak memenuhi syarat untuk dilakukan sebelumnya, yaitu korelasi positif, di
uji korelasi Pearson. mana dengan peningkatan jumlah
Selanjutnya, uji analisis hubungan limfosit, monosit, dan neutrofil terdapat
hitung jenis leukosit dengan durasi pemanjangan durasi kolesistektomi
kolesistektomi laparoskopi dilakukan laparoskopi. Hal ini berhubungan ketika
dengan uji korelasi Spearman sebagai terjadi peningkatan limfosit, maka telah
alternatif. Berdasarkan hasil yang terjadi penyembuhan inflamasi yang tidak
diperoleh, terbukti bahwa koefisien sempurna (inflamasi kronik), sehingga
korelasi antara jumlah basofil dengan akan membentuk jaringan granulasi
durasi kolesistektomi laparoskopi adalah dengan proliferasi fibroblas menyebabkan
sebesar r = -0,054 (p= 0,776) yang terjadinya hiperplasia pada dinding
menunjukkan adanya korelasi negatif kandung empedu yang akan mempersulit
yang tidak bermakna antara jumlah jalannya operasi. Meningkatnya jumlah
basofil dengan durasi kolesistektomi monosit berhubungan dengan
laparoskopi dengan derajat korelasi yang terbentuknya aterosklerosis, sehingga
sangat lemah (Gambar 1 (a)). Koefisien akan menghambat aliran oksigen yang
korelasi antara jumlah monosit dengan akan mempersulit jalannya operasi.
durasi kolesistektomi laparoskopi adalah Peningkatan jumlah neutrofil
sebesar r = 0,220 (p = 0,243) yang berhubungan dengan terjadinya inflamasi
menunjukkan adanya korelasi positif yang akut. Neutrofil akan menyebabkan
tidak bermakna antara jumlah monosit meluasnya reaksi inflamasi. Adanya
dengan durasi kolesistektomi laparoskopi, peningkatan neutrofil akan menyulitkan
dengan derajat korelasi yang lemah jalannya operasi pula.8 Walaupun
(Gambar 1 (b)). Koefisien korelasi antara korelasinya positif, namun pada penelitian
jumlah limfosit dengan durasi ini korelasinya lemah dan tidak bermakna
kolesistektomi laparoskopi adalah r = secara statistik. Ketidakbermaknaan
0,254 (p = 0,175) yang menunjukkan statistik dipengaruhi oleh jumlah sampel.
adanya korelasi positif yang tidak Pada penelitian dilakukan pengambilan
bermakna antara jumlah monosit dengan sampel secara total sampling. Namun,
durasi kolesistektomi laparoskopi, dengan jumlahnya diduga belum memadai untuk
derajat korelasi yang lemah (Gambar 1 mempunyai cukup power untuk
(c)). Koefisien korelasi antara jumlah menunjukkan kebermaknaan secara
neutrofil dengan durasi kolesistektomi statistik.
Pada penelitian ini, didapatkan mempersiapkan skill-nya agar dapat
bahwa korelasi antara jumlah basofil serta mengurangi komplikasi saat berjalannya
jumlah eosinofil dengan durasi operasi dan meminimalisasi durasi
kolesistektomi laparoskopi berkorelasi operasi.13 Penelitian oleh Chand et al., ini
negatif. Peran basofil berhubungan dalam didukung oleh penelitian yang dilakukan
pencegahan pembekuan darah, sehingga oleh Nafisah pada tahun 2016 mengenai
jika terjadi peningkatan jumlah basofil ketebalan dinding kandung empedu yang
yang berlebihan akan menyebabkan risiko didapatkan dari pemeriksaan
perdarahan saat berlangsungnya ultrasonografi sebagai faktor prediktif
8,10
operasi. Peningkatan jumlah eosinofil untuk tingkat kesulitan operasi. Penelitian
berhubungan dengan reaksi alergi seperti tersebut membuktikan bahwa semakin
asma bronkial yang walaupun dalam tebal dinding kandung empedu, maka
keadaan terkontrol, tidak menutup akan meningkatkan durasi kolesistektomi
kemungkinan bronkospasme saat operasi laparoskopi.
dapat terjadi.11 Dua teori ini tidak sesuai Kelebihan dari penelitian ini adalah
dengan hasil analisis data pada penelitian belum ada penelitian yang benar-benar
ini. Diduga dengan adanya peningkatan menghubungkan antara masing-masing
basofil yang berhubungan dengan reaksi jenis leukosit yang mendetail. Penelitian
alergi dan perdarahan, serta adanya ini mempunyai beberapa keterbatasan,
peningkatan eosinofil yang berhubungan antara lain belum memasukkan faktor
dengan risiko terjadinya bronkospasme, prediktif lain (selain hitung jenis leukosit)
maka hal ini dapat membuat operator sebagai variabel durasi kolesistektomi
bedah menjadi semakin aware akan laparoskopi. Analisis multivariat bisa
komplikasi yang dapat terjadi saat dilakukan untuk menunjukkan faktor
berlangsungnya operasi yang membuat prediktif mana yang paling berperan.
jalannya operasi menjadi dilakukan dalam Selain itu, jumlah sampel untuk penelitian
waktu seefisien mungkin. Hal ini sesuai ini belum cukup memadai untuk
dengan yang dibuktikan oleh menunjukkan kebermaknaan statistik,
Bharamgoudar et al., pada tahun 2018, walapun secara teoritik, korelasinya sudah
bahwa meningkatnya durasi erat sesuai dengan mekanisme biologis yang
kaitannya dengan berbagai komplikasi sudah diketahui.
seperti surgical site infection, sepsis,
abses intra-abdominal, perdarahan, dan PENUTUP
nekrosis jaringan.5 Dari hasil penelitian ini, dapat
Pada penelitian ini masih banyak disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi
faktor prediktif lain untuk durasi yang bermakna antara hubungan hitung
kolesistektomi laparoskopi yang mungkin jenis leukosit (basofil, monosit, limfosit,
memiliki derajat korelasi yang lebih neutrofil, dan eosinofil) dengan durasi
tinggi. Misalnya seperti yang dibuktikan kolesistektomi laparoskopi pada pasien
pada penelitian yang dilakukan oleh kolelitiasis.
Vivek et al., pada tahun 2014 yang Untuk penelitian selanjutnya,
membahas mengenai adhesi kandung analisis multivariat bisa dilakukan untuk
empedu pada intra-peritoneal yang akan menunjukkan faktor prediktif mana yang
meningkatkan risiko terjadinya paling berperan. Selain itu, jumlah sampel
perdarahan saat meletakkan umbilical untuk penelitian berikutnya perlu lebih
port.12 Faktor prediktif lainnya juga besar agar cukup memadai untuk
diteliti oleh Chand et al., pada tahun 2015 menunjukkan kebermaknaan statistik.
mengenai pemeriksaan ultrasonografi
sebagai prediktor tingkat kesulitan dari DAFTAR PUSTAKA
kolesistektomi laparoskopi, karena tingkat 1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL.
akurasi yang tinggi pada temuan dari Buku ajar patologi. Ed ke-9. Jakarta:
ultrasonografi tersebut menjadikan EGC; 2007.
operator dapat mengetahui potensi 2. SMF Bedah RSUD Ulin Banjarmasin.
kesulitan apa saja yang akan terjadi saat Data operasi pasien batu empedu di
operasi, sehingga operator dapat
RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2018. 9. Bhardwaj R, Bali RS, Zahoor Y. Pre-
Banjarmasin. RSUD Ulin, 2019. operative factors for predicting a
3. Tuuk ALZ, Panelewen J, difficult laparoscopic
Noersasongko AD. Profil kasus batu cholecystectomy. 2018;5(9):1–4.
empedu di RSUP Prof. Dr. R. D. 10.Johnson, Jon. Everything you need to
Kandou Manado periode Oktober know about basophils. [Updated 2019
2015-Oktober 2016. 2016; Jurnal e- Jan 15] In : Medical News Today
Clinic. 2016;4(2):1. [Internet]. MediLexicon. Available
4. Jina A, Kumar S, Singh V. Assessment from:
of clinical, hematological, radiological https://www.medicalnewstoday.com/ar
parameters for prediction of difficult ticles/324188.php>.
laparoscopic cholecystectomy at a 11.Kk J, Hariharan U, Rajesh S. Sudden
tertiary health care centre. 2018; preoperative bronchospasm: fatal
International Surgery Journal. 2018 complication ! Anarsthesia & Critical
September; 5(9): 1. Care Medicine Journal. 2016;1(1):1-2.
5. Bharamgoudar R, Sonsale A, Hodson 12.Vivek MA, Augustine AJ, Rao R. A
J, Griffiths E, Vohra RS, Kirkham AJ, comprehensive predictive scoring
et al. The development and validation method for difficult laparoscopic
of a scoring tool to predict the cholecystectomy. J Minim Access
operative duration of elective Surg. 2014;10(2):62–67.
laparoscopic cholecystectomy. Surg 13.Chand P, Singh R, Singh B, Singla
Endosc [Internet]. 2018;32(7):3149– RL, Yadav M. Preoperative
57. Available from: Ultrasonography as a Predictor of
http://dx.doi.org/10.1007/s00464-018- Difficult Laparoscopic
6030-6. Cholecystectomy that Requires
6. Curry CV. Differential blood count. Conversion to Open Procedure. Niger
[Updated 2015 Jan 14]. Available J Surg. 2015;21(2):102–105.
from: doi:10.4103/1117-6806.162573.
https://emedicine.medscape.com/articl 14.Heuman DM. Gallstones
e/2085133-overview#a2.e Last update (cholelithiasis) workup. [Updated
January 14 2015 [diakses pada 1 Mei 2019 Apr 01]. Available from:
2019]. https://emedicine.medscape.com/articl
7. Nafisah, K. Hubungan ketebalan e/175667-workup#c1 [diakses pada 20
dindinng empedu dan kesulitan Desember 2019].
operasi yang dinilai dari durasi
kolesistektomi laparoskopi [skripsi].
Banjarmasin: Fakultas Kedokteran
ULM; 2016.
8. Pringgoutomi S, Himawan S, Tjarta A.
Buku ajar patologi I (umum). Edisi 1.
Jakarta: Sagung Seto, 2002.

You might also like