You are on page 1of 12

PENGGUNAAN MODEL CROPWAT UNTUK MENDUGA

EVAPOTRANSPIRASI STANDAR DAN PENYUSUNAN NERACA AIR


TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) DI DUA LOKASI
BERBEDA

APPLICATION OF CROPWAT MODELS TO ESTIMATE THE REFERENCE


EVAPOTRANSPIRATION AND COMPOSING THE CROP WATER BALANCE
OF SOYBEAN (Glycine Max (L) Merril) IN TWO DIFFERENT LOCATION
Danny Riandika Prastowo 1, Tumiar K. Manik 2, R.A. Bustomi Rosadi 3
Mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
1

2
Staf Pengajar Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
3
Staf Pengajar Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

komunikasi penulis, e-mail: Danny.riandika@gmail.com

Naskah ini diterima pada 1 Desember 2015; revisi pada 20 Desember 2015;
disetujui untuk dipublikasikan pada 21 Januari 2016

ABSTRACT
The objective of this research was to estimate the reference evapotranspiration (ET o) for composing the crop
water balance of soybean and planting schedules recommendation based on CROPWAT in Masgar and Terbanggi
Besar area. This research was conducted on November 2014 – January 2015 in Agricultural Engineering
Departement of Faculty of Agriculture, Lampung University, Masgar Climate Stations of Pesawaran District in
Lampung and Specific Agricultural Meteorological Stations of PT. Great Giant Pineapple in Terbanggi Besar,
Centra of Lampung. Climate data from Masgar and Terbanggi Besar area was analyzed by CROPWAT to calculate
the reference evapotranspiration (ET o). Value of reference evapotranspiration (ET o), crop coefficient (Kc) and
soil physical properties used to compose the crop water balance of soybean by CROPWAT, and than compared
with Thornthwite and Mather method. Crop water balance used to determine the plant schedules recommendation
of soybean. Daily reference evapotranspirations (ET o) average in Masgar area was 3,7 mm and the monthly
average was 111,1 mm. While the ET o daily average in Terbanggi Besar area was 3,4 mm and the monthly
average was 102,7 mm. Plant schedules of soybean based on CROPWAT in Masgar and Terbanggi Besar area was
February – April period with each other of crop evapotranspiration (ET c) average was 260 mm and 223,2 mm.
Crop evapotranspiration (ETc) average of soybean based on CROPWAT more than less of Thornthwite and Mather
method in once plant period. To utilize the land, it can be combined with other commodities. In Masgar and
Terbanggi Besar, corn – soybean can be applied as cropping pattern.

Keywords: cropwat, evapotranspiration, water balance, soybean

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menduga evapotranspirasi standar (ETo) untuk menyusun neraca air tanaman kedelai
sebagai dasar rekomendasi jadwal tanam di wilayah Masgar dan Terbanggi Besar berdasarkan CROPWAT.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 - Januari 2015 di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Lampung, Stasiun Klimatologi Masgar Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung dan Stasiun
Meteorologi Pertanian Khusus PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah Provinsi
Lampung. Data iklim dari wilayah Masgar dan Terbanggi Besar dianalisis dengan CROPWAT untuk menghitung
evapotranspirasi standar (ETo). Nilai evapotranspirasi standar (ETo), koefisien tanaman (Kc) dan sifat fisik tanah
digunakan untuk menyusun neraca air tanaman kedelai dengan CROPWAT dan kemudian dibandingkan dengan
metode Thornthwite and Mather. Neraca air tanaman digunakan untuk menentukan rekomendasi jadwal tanam
kedelai. Rata-rata evapotranspirasi standar (ETo) harian di wilayah Masgar sebesar 3,7 mm dan rata – rata bulanan
sebesar 111,1 mm. Sedangkan rata – rata ETo harian di wilayah Terbanggi Besar sebesar 3,4 mm dan rata – rata
bulanan sebesar 102,7 mm. Jadwal tanam kedelai berdasarkan CROPWAT untuk wilayah Masgar dan Terbanggi
Besar pada periode bulan Februari-April dengan masing – masing evapotranspirasi tanaman (ETc) rata – rata
Pengunaan Model Cropwat Untuk.... (Danny R, Tumiar K M dan R.A Bustomi R)

sebesar 260 mm dan 223,2 mm. Rata – rata evapotranspirasi tanaman (ETc) kedelai berdasarkan CROPWAT lebih
rendah dari pada metode Thornthwite and Mather dalam satu periode tanam. Untuk memanfaatkan lahan, maka
dapat dikombinaskian dengan komoditas lain. Di wilayah Masgar dan Terbanggi Besar dapat diterapkan pola
tanam Jagung-Kedelai.

Kata kunci: cropwat, evapotranspirasi, neraca air, kedelai

I. PENDAHULUAN dan evapotranspirai standar (ETo) (Allen et. al.,


1998). CROPWAT merupakan software yang
Satu dari komoditas tanaman pangan yang dikembangkan FAO sesuai dengan rumus
penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah empiris Penman-Monteith untuk memperkira-
kedelai. Olahan dari biji kedelai dapat dibuat kan evapotranspirasi, jadwal irigasi dan
menjadi tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tepung kebutuhan air pada yang pola tanam yang
kedelai, minyak, taosi dan tauco. Selain itu, kedelai berbeda. Berdasarkan hasil simulasi menunjuk-
juga dijadikan untuk pakan hewan oleh para kan bahwa daerah yang kebutuhan airnya lebih
pengusaha peternakan (Pusat Data dan Sistem besar daripada air yang diberikan, jumlah hasil
Informasi Pertanian, 2013). Terkait dengan itu, yang hilang dapat dikurangi secara signifikan
pasar kedelai sangat luas dan akan terus dengan penerapan jadwal irigasi yang baik
berkembang. (Nazeer, 2009).

Upaya peningkatan produksi perlu dilakukan Penelitian ini bertujuan menduga evapotrans-
untuk memenuhi kebutuhan kedelai, salah pirasi standar untuk penyusunan neraca air
satunya melalui perluasan areal tanam. Lahan tanaman kedelai sebagai dasar rekomendasi
kering masam yang ada di Indonesia cukup luas jadwal tanam di wilayah Masgar dan Terbanggi
dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai Besar berdasarkan CROPWAT.
usahatani kedelai. Misalnya di Lampung yang
tersedia lahan sekitar 164 ribu ha, namun kedelai II. METODOLOGI PENELITIAN
harus bersaing dengan ubi kayu yang pangsa
pasarnya sudah terjamin atau bersaing dengan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
jagung atau padi gogo (Harsono, 2008). November 2014- Januari 2015 di Jurusan Teknik
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Air sangat dibutuhkan sejak awal pertumbuhan Lampung, Stasiun Klimatologi Masgar Kabupaten
dan pada saat pengisian biji karena itu Pesawaran Provinsi Lampung dan Stasiun
ketersediaan air merupakan faktor pembatas Meteorologi Pertanian Khusus PT. Great Giant
yang paling menentukan pada usaha tani lahan Pineapple Terbanggi Besar Kabupaten Lampung
kering. Tidak semua lahan dapat ditanami Tengah Provinsi Lampung. Alat dan Bahan yang
sepanjang tahun sebab kemampuannya digunakan dalam penelitian ini adalah data
memanfaatkan air tanah terbatas, walaupun klimatologi selama 5 tahun yang merupakan data
faktor tanah dan potensi biologisnya sekunder meliputi : curah hujan, suhu minimum,
memungkinkan atau tanamannya peka terhadap suhu maksimum, kelembaban relatif, kecepatan
cekaman kekeringan (Musa, 2012). Jumlah angin dan lama penyinaran matahari dari Stasiun
kebutuhan air memiliki hubungan yang erat Klimatologi Masgar dan Stasiun Meteorologi
dengan evapotranspirasi tanaman (ET c) dan Pertanian Khusus PT. Great Giant Pineapple
curah hujan (CH) efektif. Jika jumlah CH efektif serta data sifat fisik tanah dari wilayah tersebut
lebih besar dari evapotranspirasi tanaman, maka berdasarkan hasil analisis contoh fisika tanah di
kebutuhan air tercukupi. Sebaliknya, jika jumlah Laboratorium Fisika Tanah Bogor, alat tulis dan
curah hujan lebih rendah dari evapotranspirasi komputer untuk mengolah data.
tanaman, maka kebutuhan air tidak tercukupi
(Rizqiyah, 2013). 2.1 Menghitung Kapasitas Lapang Dan Titik
Layu Permanen
Sebuah pendekatan yang umum digunakan untuk
mengetahui evapotranspirasi tanaman adalah Data sifat fisik tanah digunakan untuk
dengan memperhatikan koefisien tanaman (Kc) menghitung kapasitas lapang pada pF 2,54 dan

2
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.5, No. 1: 1- 12

titik layu permanen pada pF 4,2 dengan - Otomatis curah hujan efektif terhitung dan
persamaan sebagai berikut : hasil langsung tampil.
6. Selanjutnya klik icon Crop
7. Input data tanaman (mengambil dari data
base FAO), kemudian editing tanggal awal
keterangan : tanam.
KAT = kadar air tanah (%) 8. Selanjutnya klik icon CWR untuk melihat
d = kedalaman perakaran (mm) hasil analisis kebutuhan air tanaman.
9. Klik icon Crop Pattern untuk
2.2 Analisis Data menentukan pola tanam
- Input nama pola tanam pada Cropping
Peluang curah hujan dianalisis dengan
Pattern Name
mengelompokkan curah hujan rata-rata dari
sampel lima tahun data dalam bulanan. Rata- rata - Input beberapa data tanaman (mengambil
curah hujan bulanan tersebut disusun dari data base FAO), kemudian editing
tanggal awal tanam dan persentase luas
berdasarkan rangking dari mulai tertinggi hingga
tanaman
terendah. Kemudian dari susunan tersebut dapat
10. Selanjutnya klik icon Scheme untuk melihat
dilihat nilai peluang curah hujan 70%
berdasarkan urutan rangking. rencana pemberian air irigasinya.
Sedangkan untuk metode Thornthwite and
Evapotranspirasi standar dan neraca air tanaman Mather tahapannya sebagai berikut :
dihitung menggunakan CROP-WAT dan metode 1. Curah hujan (CH) 70%
Thornthwite and Mather, kemudian keduanya Nilai CH berdasarkan data curah hujan rata
dibanding-kan. Tahapan untuk mengoperasional –rata bulanan atau curah hujan dengan
kan CROPWAT adalah sebagai berikut: peluang 70% yang diharapkan mendekati
1. Jalankan software CROPWAT version 8.0 distribusi secara umum di suatu wilayah.
2. Klik icon climate/ETo 2. ETo, (Evapotranspirasi Standar) ETo yang
3. Input data klimatologi berupa : digunakan adalah ET o bulanan tertinggi
- Input data country, negara dimana data yang dihitung sesuai dengan persamaan
klimatologi berasal metode Penman-Monteith pada CROPWAT
- Input data station, stasiun kli-matologi 8.0.
pencatat 3. Kc (Koefisien Tanaman), Koefisien tanaman
- Input data latitude, tinggi tempat stasiun yang digunakan berdasar-kan rekomendasi
pencatat dari FAO.
- Input data longitude, letak lintang (Utara/ 4. ETc (Evapotranspirasi Tanaman)
Selatan) ETc dihitung dengan perkalian antara ETo
- Input data temperatur maksimum dan dan Kc
minimum (oC/oF/oK) 5. CH-ETc, Dihitung dengan selisih nilai dari
- Input data kelembapan relatif (%, mm/ Hg, CH-ETc,
kpa, mbar) 6. APWL (accumulation off potential water
- Input data kecepatan angin (km/hari, km/ losses) = akumulasi nilai CH – ET c yang
jam, m/dt, mile/hari, mile/jam) bernilai negatif
- Input data lama penyinaran mata-hari (jam 7. KAT (kadar air tanah) = KL x ka
atau %) dengan catatan bahwa :
- Otomatis ET terhitung dan hasil langsung KL = kapasitas lapang (mm)
tampil. a = harga mutlak APWL
4. Selanjutnya klik icon Rain k = nilai ketetapan, dimana k = po + pi/
5. Input data curah hujan KL (po = 1,000412351; pi =
- Data total hujan tiap bulan dari Bulan ­1,073807306)
Januari s/d Desember 8. dKAT = KATi – KATi-1
- Pilih dan isikan metode perhitungan, Nilai dKAT bulan tersebut adalah KAT bulan
option pilih USDA soil conservation tersebut dikurangi KAT bulan sebelumnya.
service (untuk perhi-tungan palawija). Nilai positif menyatakan perubahan

3
Pengunaan Model Cropwat Untuk.... (Danny R, Tumiar K M dan R.A Bustomi R)

kandungan air tanah yang berlangsung pada Berdasarkan rata–rata curah hujan bulaan yang
CH > ETc. Sebaliknya bila CH < ETc atau dKAT terjadi di dua wilayah tersebut dapat ditentukan
negatif, maka seluruh CH dan sebagian KAT tipe iklimnya sesuai klasifikasi Oldeman.
akan dievapotrans-pirasikan. Menurut Oldeman (1975) dalam Djufry (2012),
9. ETA (evapotranspirasi aktual) jika curah hujan rata-rata >200 mm/bulan maka
jika CH > ETc, maka ETA = ETc karena ETA termasuk bulan basah sedangkan curah hujan
mencapai maksimum dan jika CH < ET c, rata–rata <100 mm/bulan maka termasuk bulan
maka ETA = CH + |dKAT| negatif, karena kering. Di wilayah Masgar dan Terbanggi Besar
seluruh CH dan dKAT seluruhnya akan terjadi 4 bulan basah dan 2 bulan kering secara
dievapotrans-pirasikan. berturut-turut sehingga keduanya memiliki tipe
10. Surplus iklim D2. Hal ini menunjukkan bahwa
Surplus berarti kelebihan air sehing-ga, S = berdasarkan sampel yang digunakan dari
CH – ETc wilayah Masgar dan Terbanggi besar memiliki
11. Defisit kondisi iklim yang lebih kering dari pada yang
Defisit berarti berkurangnya air untuk telah dinyatakan oleh Nurhayati, dkk. (2010)
dievapotranspirasikan sehingga dalam penelitiannya. Curah hujan dengan
D = ETc – ETA. peluang 70% tertinggi di wilayah Masgar antara
tahun 2007-2011 sebesar 303,5 mm yang terjadi
III. HASIL DAN PEMBAHASAN pada bulan Januari. Sedangkan untuk wilayah
Terbanggi Besar terjadi pada bulan Maret
3.1 Data Klimatologi dan Sifat Fisik Tanah sebesar 379,5 mm. Peluang curah hujan 70%
Tabel 1 menyajikan data parameter iklim yang pada lokasi pengamatan disajikan dalam Gambar
telah diamati pada Stasiun Meteorologi Masgar 1.
dan Stasiun Pertanian Khusus PT GGP selama 5
tahun dari 2007 - 2011.
Tabel 1. Data Parameter Iklim pada Lokasi Penelitian

Gambar 1. Perbandingan Curah Hujan Peluang 70% di Wilayah Masgar dan Terbanggi Besar
4
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.5, No. 1: 1- 12

Berdasarkan hasil perhitungan menggu-nakan yang terjadi pada bulan Juni dan tertinggi sebesar
data fisika tanah yang telah dianalisis di 132,6 mm per bulan atau 4,4 mm per hari yang
Laboratorium Fisika Tanah Bogor, sampel tanah terjadi pada bulan September. Total Rata–rata
dari wilayah Masgar memiiki Kapasitas Lapang ETo bulanan sebesar 111,1 mm atau 3,7 mm per
sebesar 108 mm dan Titik Layu Permanen hari. Jumlah total ETo tahunan tertinggi terjadi
sebesar 72,6 mm. Untuk wilayah Terbanggi pada tahun 2009 sebesar 1500,6 mm dan
Besar memiliki Kapasitas Lapang sebesar 79,6 terendah pada tahun 2011 sebesar 1215,5 mm,
mm dan Titik Layu Permanen sebesar 57,7 mm. sedangkan untuk rata–rata tahunan sebesar
1333,3 mm.
Berdasarkan hasil perhitungan menggu-nakan
data fisika tanah yang telah dianalisis di Rata–rata ETo terendah untuk wilayah Terbanggi
Laboratorium Fisika Tanah Bogor, sampel tanah Besar sebesar 90,8 mm per bulan atau 3,2 mm
dari wilayah Masgar memiiki Kapasitas Lapang per hari yang terjadi pada bulan Februari dan
sebesar 108 mm dan Titik Layu Permanen tertinggi sebesar 114,6 mm per bulan atau 3,8
sebesar 72,6 mm. Untuk wilayah Terbanggi mm per hari yang terjadi pada bulan September.
Besar memiliki Kapasitas Lapang sebesar 79,6 Total rata–rata ETo bulanan sebesar 102,7 mm
mm dan Titik Layu Permanen sebesar 57,7 mm. atau 3,4 mm per hari. Jumlah total ET o tahunan
tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 1265
3.2 Evapotranspirasi Standar (ETo) mm dan terendah pada tahun 2010 sebesar
Rata–rata ETo terendah untuk wilayah Masgar 1192,1 mm, sedangkan untuk rata–rata tahunan
sebesar 92,7 mm per bulan atau 3,1 mm per hari sebesar 1334,6 mm.

Gambar 2. Evapotranspirasi Standar Bulanan di Wilayah Masgar

Gambar 3. Evapotranspirasi Standar Bulanan Wilayah Terbanggi Besar


5
Pengunaan Model Cropwat Untuk.... (Danny R, Tumiar K M dan R.A Bustomi R)

3.3 Neraca Air Tanaman Kedelai yang terendah pada bulan September sebesar
Neraca air tanaman yang juga sebagai rincian 49,9 mm. Grafik tersebut menunjukkan bahwa
masukan, keluaran dan perubahan jumlah wilayah Masgar mengalami surplus air dari bulan
simpanan air pada penelitian ini dihitung November - April dan juga Juni. Sedangkan defisit
menggunakan CROPWAT dan metode terjadi pada bulan Mei dan Juli - Oktober.
Thornthwite and Mather.
Berdasarkan kebutuhan air atau Crop Water
3.4 Software CROPWAT Requirements (CWR), maka kedelai
Wilayah Masgar direkomendasikan ditanam pada bulan Februari
Gambar 17 menunjukkan grafik perbandingan – April. Dengan Irrigation Requirements sebesar
antara rata – rata ETo bulanan dan curah hujan 0 mm, maka kedelai tidak akan mengalami defisit
efektif. Rata – rata ETo bulanan tertinggi selama air. Selain itu, untuk menghindari tingginya curah
5 tahun terjadi pada bulan September sebesar hujan pada fase akhir pertumbuhan dan panen
134,58 mm dan terendah pada bulan Juni sebesar kedelai sehingga memudahkan dalam prosesing
95,38 mm. Curah hujan efektif tertinggi pada hasil.
bulan Desember sebesar 156,4 mm, sedangkan

Gambar 4. Grafik Perbandingan antara Rata – rata ETo Bulanan dan Curah Hujan Efektif untuk
Wilayah Masgar Berdasarkan CROPWAT

Tabel 2. Kebutuhan Air atau Crop Water Requirements (CWR) Tanaman Kedelai di Wilayah Masgar

6
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.5, No. 1: 1- 12

Wilayah Terbanggi Besar Sedangkan defisit terjadi pada bulan Mei – Juni
dan Agustus - Oktober.
Rata – rata ETo bulanan tertinggi selama 5 tahun
terjadi pada bulan September sebesar 114,05 Berdasarkan kebutuhan air atau Crop Water
mm dan terendah pada bulan Juni sebesar 91,37 Requirements (CWR), maka kedelai
mm. Curah hujan efektif tertinggi pada bulan direkomendasikan ditanam pada bulan Februari
Maret sebesar 160,4 mm, sedangkan yang – April. Dengan Irrigation Requirements sebesar
terendah pada bulan September sebesar 58,6 0 mm, maka kedelai tidak akan mengalami defisit
mm. Grafik tersebut menunjukkan bahwa air. Selain itu, untuk menghindari tingginya curah
wilayah Terbanggi Besar mengalami surplus air hujan pada fase akhir pertumbuhan dan panen
dari bulan November - April dan juga Juli. kedelai sehingga memudahkan dalam prosesing
hasil.

Gambar 5. Grafik Perbandingan antara Rata – rata ETo Bulanan dan Curah Hujan Efektif untuk
wilayah Terbanggi Besar Berdasarkan CROPWAT

Tabel 3. Kebutuhan Air atau Crop Water Requirements (CWR) Tanaman Kedelai di Wilayah Terbanggi
Besar

7
Pengunaan Model Cropwat Untuk.... (Danny R, Tumiar K M dan R.A Bustomi R)

3.5 Metode Thornthwite and Mather sebesar 246,4 mm dan Agustus – Oktober
Wilayah Masgar sebesar 307,3 mm.
Berdasarkan curah hujan dengan peluang 70%
dan ETo bulanan tertinggi yang telah diketahui Wilayah Terbanggi Besar
dari analisis sebelumnya kemudian Sedangkan untuk wilayah Terbanggi Besar,
dikombinasikan dengan nilai koefisien tanaman berdasarkan curah hujan efektif dengan peluang
kedelai yang direkomendasikan FAO, kandungan 70% dan ET o bulanan tertinggi yang telah
air tanah pada Kapasitas Lapang (KL) sebesar diketahui dari analisis sebelumnya kemudian
108 mm serta Titik Layu Permanen (PWP) dikombinasikan dengan nilai koefisien tanaman
sebesar 72,6 mm pada kedalaman perakaran 30 kedelai yang direkomendasikan FAO, kandungan
cm untuk wilayah Masgar sehingga dapat air tanah pada kapasitas lapang (KL) sebesar 79,6
digunakan untuk menghitung neraca air tanaman mm serta titik layu permanen (PWP) sebesar
kedelai. 57,7 mm pada kedalaman perakaran 30 cm

Tabel 4. Neraca Air Tanaman Kedelai Wilayah Masgar

Berdasarkan perbandingan antara CH dan ETo, sehingga dapat digunakan untuk menghitung
wilayah Masgar mengalami surplus air pada neraca air tanaman kedelai.
bulan Desember – Maret dan Juni, sedangkan
defisit pada bulan April – Mei dan Juli – November. Berdasarkan perbandingan antara CH dan ETo,
Total ET c kedelai yang ditanam pada periode wilayah Terbanggi Besar mengalami surplus air
bulan November - Januari sebesar 259 mm, pada bulan November – April, sedangkan defisit
Februari – April sebesar 268,1 mm, Mei – Juli pada bulan Mei – Oktober. Total ETc kedelai yang

Tabel 5. Neraca Air Tanaman Kedelai Wilayah Terbanggi Besar

8
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.5, No. 1: 1- 12

ditanam pada periode bulan November – Januari 3.7 Jadwal Tanam


sebesar 216,6 mm, Februari - April sebesar 241,2 Tanaman Kedelai
mm, Mei – Juli sebesar 212,8 mm dan Agustus – Kedelai yang ditanam pada bulan Februari – April
Oktober sebesar 246,8 mm. di wilayah Masgar akan menghasilkan ET c
sebesar 256,1 mm (CROPWAT) dan 268,1 mm
3.6 Perbandingan antara Kedua Lokasi (metode Thornthwite and Mather). Sedangkan
Penelitian untuk wilayah Terbanggi Besar, kedelai yang
Perbedaan dihasilkan dari hasil perhitungan ditanam pada bulan yang sama akan
dengan CROPWAT dan metode Thornthwite and menghasilkan ET c sebesar 227,4 mm
Mather pada periode surplus dan defisit air. Pada (CROPWAT) dan 241,2 mm (metode
CROPWAT menggunakan data curah hujan Thornthwite and Mather). Selama periode tanam
efektif dan rata – rata ETo bulanan. Tidak semua ini, ketersediaan air bagi kedelai mengalami
curah hujan yang jatuh selama masa surplus untuk wilayah Masgar maupun
pertumbuhan dimanfaatkan oleh tanaman. Maka Terbanggi Besar. Dengan demikian, kedelai akan
yang digunakan adalah jumlah curah hujan yang aman jika ditanam pada periode ini.
diserap dan digunakan secara efektif untuk
memenuhi kebutuhan air konsumtif tanaman . Potensi Tanaman Lain
Sedangkan pada metode Thornthwite and Jika memperhatikan grafik curah hujan dan ETo
Mather menggunakan data curah hujan dengan pada CROPWAT, bulan surplus terjadi selama 7
peluang 70% dan ETo bulanan yang tertinggi. bulan sedangkan bulan defisit hanya selama 5
Karena perbedaan distribusi jumlah curah hujan bulan. Jika kedelai diasumsikan ditanam hanya
tiap tahun sehingga dengan peluang 70% pada bulan Februari – April maka masih tersisa
diharapkan akan lebih mendekati distribusi 4 bulan surplus yang berpotensi untuk ditanami.
secara umum. Selain itu, ETo bulanan tertinggi Untuk memanfaatkan mengoptimalkan potensi
yang digunakan agar dapat mewakili laju ET o lahan maka dapat dikombinasikan dengan
pada setiap bulannya sehingga ketersediaan air komoditas lain. Jagung merupakan satu diantara
bagi tanaman lebih aman. tanaman pokok di Indonesia yang banyak
dibudidayakan di Lampung, oleh karena itu dapat
Rata – rata ETc yang dihasilkan dari CROPWAT dicoba untuk dikombinasikan dengan kedelai.
untuk wilayah Masgar sebesar 260 mm dan
Terbanggi Besar sebesar 223,2 mm. Rata – rata 3.8 Neraca Air Tanaman Jagung Wilayah
ETc yang dihasilkan ini lebih rendah dari metode Masgar dan Terbanggi Besar
Thornthwite and Mather. Hal ini dapat Menurut FAO, tanaman jagung dengan varietas
dipengaruhi oleh karena metode Thornthwite jagung manis (Maize Sweet) yang ditanam di
and Mather menggunakan pendekatan daerah iklim kering mempunyai umur sekitar
berdasarkan cuaca sedangkan CROPWAT 90 hari dengan Kc ini sebesar 0,3, Kc mid sebesar
berdasarkan tanaman. 1,15 dan Kc end sebesar 0,35. Jagung ditanam pada

Tabel 6. Kebutuhan Air atau Crop Water Requirements (CWR) Tanaman Jagung di Wilayah Masgar dan
Terbanggi Besar

9
Pengunaan Model Cropwat Untuk.... (Danny R, Tumiar K M dan R.A Bustomi R)

awal musim hujan sesuai periode surplus pada IV. KESIMPULAN DAN SARAN
neraca air. Penanaman dapat dilakukan pada 11
Oktober, kemudian dapat dipanen pada 8 4.1 Kesimpulan
Januari. 1. Pendugaan evapotranspirasi standar (ET o)
dengan menggunakan CROPWAT dihasilkan
Berdasarkan hasil dari CROPWAT diperoleh rata – rata harian untuk wilayah Masgar
jumlah total evapotranspirasi tanaman (ET c) sebesar 3,7 mm, rata – rata bulanan sebesar
jagung yang ditanam pada Oktober - Januari 111,1 mm. Sedangkan untuk wilayah
untuk wilayah Masgar sebesar 224,6 mm dan Terbanggi Besar dihasilkan rata – rata harian
total curah hujan efektif sebesar 398,2 mm. sebesar 3,4 mm, rata – rata bulanan sebesar
Sedangkan untuk wilayah Terbanggi Besar, 102,7 mm.
evapotranspirasi tanaman (ETc) jagung sebesar 2. Rata – rata evapotranspirasi tanaman (ET c)
189,2 mm dan total curah hujan efektif sebesar kedelai berdasarkan CROPWAT untuk
393,8 mm. Jagung yang ditanam pada periode ini wilayah Masgar sebesar 260 mm dan
mengalami Irrigation Requirements sebesar 0 Terbanggi Besar sebesar 223,2 mm dalam
mm. satu periode tanam.
3. Rata – rata evapotranspirasi tanaman (ET c)
3.9 Pola Tanam kedelai berdasarkan CROPWAT lebih rendah
Rekomendasi pola tanam untuk wilayah Masgar dari pada metode Thornthwite and dalam satu
dan Terbanggi Besar, yaitu Jagung – Kedelai. periode tanam.
Jagung ditanam pada awal musim hujan pada 4. Jadwal tanam kedelai di wilayah Masgar dan
paeriode Oktober – Januari. Kemudian kedelai Terbanggi dapat dilakukan pada periode bulan
ditanam pada periode Februari – April. Setelah Februari – April.
itu, lahan dapat dijadikan bera antara bulan Mei 5. Pola tanam yang dapat diterapkan di wilayah
– September. Masgar dan Terbanggi Besar adalah Jagung –
Kedelai.
Tabel 7. Pola Tanam Wilayah Masgar dan Terbanggi Besar

Penggunaan CROPWAT sangat membantu dalam 4.2 Saran


perencanaan pengelolaan irigasi yang baik. 1. Hasil dari penelitian ini perlu diterapkan di
Sebagai model, CROPWAT dapat membantu lapangan khususnya di sekitar wilayah
untuk memperkirakan evapotranspirasi, penelitian untuk menguji kelayakan metode
perencanaan dan manajemen irigasi serta jadwal yang digunakan.
tanam. Bahkan model ini juga dapat digunakan 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan di wilayah
untuk merencanakan pengelolaan irigasi dan lain untuk membantu petani dalam
jadwal tanam ketika data yang diperoleh tidak menentukan jadwal tanam dengan
lengkap atau tidak dapat diukur secara langsung, membandingkan antara hasil dari CROPWAT
misalnya data tanaman atau sifat fisik tanah. dan evaporasi langsung di lapangan.
Untuk melengkapi data tersebut, pengguna dapat
menggunakan data yang telah tersedia pada
default di dalam CROPWAT. Data tersebut sesuai
dengan karakteristik tanaman atau wilayah yang
secara umum direkomendasikan oleh FAO.

10
Jurnal Teknik Pertanian LampungVol.5, No. 1: 1- 12

DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Malang. Fakultas Teknologi


Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Allen, R. G., L. S. Pereira, D. Raes, and M. Smith. 7 hlm
1998. Crop Evapotranspiration:
Guidelines for computing crop water
requirements. Irrigation and Drainage
Paper 56, Food and Agriculture
Organization of the United Nations, Rome.
300 hlm

Djufry, F. 2012. Pemodelan Neraca Air Tanah


Untuk Pendugaan Surplus Dan Defisit Air
Untuk Pertumbuhan Tanaman Pangan Di
Kabupaten Merauke, Papua. Informatika
Pertanian. Vol. 21 No. 1. Hlm 1-9

Harsono, A. 2008. Strategi Pencapaian


Swasembada Kedelai melalui Perluasan
Areal Tanam di Lahan Kering Masam.
Jurnal IPTEK Tanaman Pangan. Vol. 3 No.
2. Hlm 224-257

Musa, N. 2012. Penentuan Masa Tanam Jagung


(Zea mays L.) Berdasarkan Curah Hujan
dan Analisis Neraca Air di Kabupaten
Pohuwato. Jurnal JATT. Vol. 1 No. 1. Hlm
23-27

Nazeer, M. 2009. Simulation of Maize Crop


Under Irrigated and Rainfed Conditions
with Cropwat Model. ARPN Journal of
Agricultural and Biological Science. Vol. 4
No. 2. Hlm 68-73

Nurhayati, Nuryadi, Basuki, Indawansani. 2010.


Analisis Karakteristik Iklim Untuk
Optimalisai Produksi Kedelai Di Provinsi
Lampung. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Badan Meteorologi
Klimatologi Dan Geofisika . Jakarta. 85
Hlm

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.


2013. Buletin Konsumsi Pangan, Vol. 4
No. 3. [10 Juni 2014]. http://
p u s da t i n . s e tj e n . p e r ta n i a n . g o. i d /
t i ny m c p u k / g a m b a r / f i le / B u le t i n -
KonsumsiTW3-2013.pdf

Rizqiyah, F. 2013. Dampak Pengaruh


Perubahan Iklim Global Terhadap
Produksi Kedelai (Glicine Max L Merril) Di
11
Pengunaan Model Cropwat Untuk.... (Danny R, Tumiar K M dan R.A Bustomi R)

Halaman ini sengaja dikosongkan

12

You might also like