Professional Documents
Culture Documents
3860 1 5571 1 10 20121127 PDF
3860 1 5571 1 10 20121127 PDF
n j
auanpust
aka
MadeW i
ryana
Bagian/SM F I
lmuAnest
esidanReanimasiFK Unud/RSUPSanglahDenpasar
e-mail: wiryana_made@yahoo.com
SUM M ARY
PERI
OPERATI
VE M ANAGEM ENT OF HYPERTENSI
ON
Hyper
tensi
o ni
sal
eadingcauseofdeat
handt
h emostfr
equentpreoper
ati
v eabnormal
ityi
nsurgicalpat
ients,andbecome
maj
o rr
iskf
act
o rf
o rcar
d i
ac,cer
ebral
,renalandvasculardiseaseduri
n gi
n t
raoper
ati
v eorpost
-oper
ati
v eper
iode.Agressi
v e
contr
o l
ledhyper
tensi
o nwi
lldecr
easecompli
cat
ionsduet
othedamageofendorgans.Consequencesbyt
akinganti
-hyper
tensi
v e
agentsi
sthei
n t
eract
ionwi
thothermedicat
ionst
h atbei
n gusedduri
n gsurger
y.Consi
d er
ati
o nmustbet
akenespeci
all
yduet
othe
hal
fli
feandadjust
mentdoseoft
h i
smedicat
ions.TheNat
ionalCommi
ttee7(
JNC 7)onpreventi
o n,det
ect
ion,eval
u at
ionand
t
reat
mentofhighbloodpressure2003,degreeofhyper
tensi
o ncanbecl
assi
fiedi
n t
opre-hyper
tensi
o n(
120-139/80-89),hyper
ten-
si
o nst
age1 (
140-159/90-99mmHg)andhyper
tensi
o nst
age2(
syst
o l
icpressure ≥ 160mmHgordiastolicpressure≥ 100mmHg).
Accordingt
otheet
iology,hyper
tensi
o ncanbecl
assi
fiedi
n t
opri
mar
yhyper
tensi
o n(
8 0-95% )andsecondar
yhyper
tensi
o n(
10-
15% )duet
othecauses.Usual
lyhyper
tensi
o nal
wayshasassoci
ati
o n wi
thabnormal
ityofsympat
h et
icact
ivit
y,i
n cr
easi
n gt
h e
pher
ipher
alvascularr
esi
stance(
SVR)ori
n cr
easi
n gbothoft
h em.Butthemostcommoncauseofhyper
tensi
o ni
sincr
easi
n gt
h e
pher
ipher
alvascularr
esi
stance.Managementper
ioper
ati
v eofhyper
tensi
o ni
n cl
u deseval
u at
ionandopti
mal
isedpat
ientscondi-
t
ionpreoper
ati
v e,managementpat
ientswhounderi
n f
luencedofanest
h et
icagentsandt
reat
mentpostoper
ati
v e.Pat
ientwi
th
hyper
tensi
o ni
n cl
inet
ohavei
n st
abil
ityhaemodinami
candmoresensi
tivet
oanest
h esi
aandsurger
yprocedures,socar
efullmust
bet
akenatthebeginningofanest
h esi
aandsurger
yunti
l postoper
ati
v el
y,especi
all
ytocontr
o lhemodynami
c.Thebestmonit
o r
-
i
n gf
o rpat
ientwi
thhyper
tensi
o ni
sbyusi
n gsuit
ableanest
h et
ict
echniques,anest
h et
icagentsandanti
h yper
tensi
v eagents.Post
oper
ati
v ehyper
tensi
o ncanbehappenedduet
osever
alf
act
o r
ssuchas,i
n adequat
eanti
h yper
tensi
v eagents,r
espir
atorydist
u r
-
bance,pai
n ,f
luidover
load,ordist
endedoft
h ebladder
.Excel
lentper
ioper
ati
v emanagementofhyper
tensi
o npat
ientsbef
o r
e
surger
ywi
lldecr
easemorbidit
yandmort
ali
tyr
ate.
Keywords:per
ioper
ati
v emanagementofhyper
tensi
o n,hyper
tensi
v edisease
bahwa preval
ensihipert
ensit
etapakan meningkat
Hi
per
tensiadal
ahpenyaki
tyangumum di
jumpai
. meski
puns
u dahdi
lakukandet
eksidi
nidengandi
lakukan
Di
per
k i
rakans
a t
udar
iempatpopul
asidewasadiAmer
ika pengukurant
ekanandar
ah(
TD)s
e car
ater
atur. Pada
atausekit
a r60j
u t
aindividudanhampir1 mi
lyar popul
a si berkul
it put
ih di
tem ukan ham pi
r 1/
5
pendudukduni
amender
itahi
per
tensi
,denganmayori
tas mempunyait
ekanandar
ahs
ist
oli
k(TDS)l
ebi
hbesardar
i
dar
ipopul
asii
nimempunyair
isi
koyangt
inggiunt
uk 160/
95mmHgdanhampi
r s
e par
u hnyamempunyaiTDS
l
ebihbesardar
i140/90 mmHg. Pr
eval
ensihiper
tensi
1-4
mendapat
k ankompli
k asikardiovaskuler
. Dat
ayang
Hipertensi yang tidak terkontrol yang dibiarkan lama dibagi atas prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan 2 (lihat
3
vaskuler. Pengendalian hipertensi yang agresif akan
menurunkan komplikasi terjadinya infark miokardium, Klasifikasi TD TDS (mmHg) TDD (mmHg)
oklusi perifer dan diseksi aorta, sehingga morbiditas Normal <120 dan <80
3,6
dapat dikurangi. Konsekuensi dari penggunaan obat- Prehipertensi 120-139 atau 80-89
obat antihipertensi yang rutin mempunyai potensi Hipertensi derajat 1 140-159 atau 90-99
terjadinya interaksi dengan obat-obat yang digunakan Hipertensi derajat 2 ≥160 atau ≥100
selama pembedahan. Banyak jenis obat-obatan yang
harus tetap dilanjutkan selama periode perioperatif, TD, Tekanan Darah;TDS, Tekanan Darah Sistolik;TDD, Tekanan
2
nilai itu. Di samping itu klasifikasi hipertensi
Diagnosis suatu keadaan hipertensi dapat ditegak-
berdasarkan penyebabnya, dapat dibagi dalam 2
kan bila ditemukan adanya peningkatan tekanan arteri
5,8
penyebab dasar, yaitu sebagai berikut:
diatas nilai normal yang diperkenankan berdasarkan
1. Hipertensi primer (esensial, idiopatik).
umur, jenis kelamin dan ras. Batas atas tekanan darah
2. Hipertensi sekunder:
Anak < 1 tahun (infant) 70/45 mmHg • Renal: glomerulonefritis akut dan kronis,
Menurut The Joint National Committee 7 (JNC pyelonefritis, polikistik ginjal, stenosis arteri
adrenal congenital, sindroma Conn Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung
(hiperaldosteronisme primer), phaeochro- dan SVR, dimana persamaan ini dapat dirumuskan den-
1,9
macytoma, hipotiroidisme. gan menggunakan hukum Law, yaitu:
keracunan.
• Penyebab lain: c o a rc t a t i o n dari aorta, Secara fisiologis TD individu dalam keadaan nor-
peningkatan volume intravaskuler (overload). SVR tertentu. Secara anatomik ada 3 tempat yang
Hanya berkisar 10-15% kasus hipertensi yang volume cairan intravaskuler (gambar 1). Hal lain yang
diketahui penyebabnya secara spesifik. Hal ini penting ikut berpengaruh adalah baroreseptor sebagai pengatur
menjadi bahan pertimbangan karena beberapa dari ka- aktivitas saraf otonom, yang bersama dengan mekanisme
sus-kasus hipertensi tersebut bisa dikoreksi dengan te- humoral, termasuk sistem rennin-angiotensin-aldosteron
rapi definitif pembedahan, seperti penyempitan arteri akan menyeimbangkan fungsi dari keempat tersebut.
renalis, coarctation dari aorta, pheochromocytoma, Faktor terakhir adalah pelepasan hormon-hormon lo-
kehamilan. Sedangkan hipertensi yang tidak diketahui mempengaruhi pengaturan SVR. Sebagai contoh, nitro-
penyebabnya sering disebut sebagai hipertensi esensial. gen oksida (NO) berefek vasodilatasi dan endotelin-1
9
Hipertensi esensial menduduki 80-95% dari kasus-ka- berefek vasokonstriksi.
1,3,9,10
sus hipertensi. Secara umum hipertensi selalu
1,3
mayoritas penderita hipertensi. Pola perkembangan
antihipertensi dibagi berdasarkan mekanisme atau tindakan teknik hipotensi, untuk prosedur
1. Diuretika, menurunkan TD dengan cara mengurangi Semua data-data di atas bisa didapat dengan
natrium tubuh dan volume darah, sehingga CO melakukan anamnesis riwayat perjalanan penyakitnya,
berkurang. Contohnya: golongan thiazide, loop pemeriksaan fisik, tes laboratorium rutin dan prosedur
2. Golongan simpatolitik / simpatoplegik, menurunkan tubuh adalah menyangkut apakah status hidrasi yang
TD dengan cara menumpulkan refleks arkus dinilai merupakan yang sebenarnya ataukah suatu relatif
simpatis sehingga menurunkan resistensi pembuluh hipovolemia (berkaitan dengan penggunaan diuretika
darah p e r i f e r, menghambat fungsi kardiak, dan vasodilator). Disamping itu penggunaan diuretika
meningkatkan pengisian vena sehingga terjadi penu- yang rutin, sering menyebabkan hipokalemia dan
runan CO. Contohnya: beta dan alpha blocker, hipomagnesemia yang dapat menyebabkan peningkatan
post ganglionic symphatetic blocker (reserpine, EKG dan x-ray toraks akan sangat membantu. Adanya
3. Vasodilator langsung, menurunkan TD dengan cara miokardial akibat ketidak seimbangan antara suplai dan
relaksasi otot-otot polos vaskuler. Contoh: nitrop- kebutuhan oksigen. Untuk evaluasi ginjal, urinalisis,
russide, hydralazine, calcium channel blocker. serum kreatinin dan BUN sebaiknya diperiksa untuk
5
hipertensi perlu dicatat. Tujuan pengobatan hipertensi
MANAJEMEN PERIOPERATIF PENDERITA
adalah mencegah komplikasi kardiovaskuler akibat
HIPERTENSI
tingginya TD, termasuk penyakit arteri koroner, stroke,
10,11
dicari, yaitu:
Pert
im banganAnest
esi
aPenderi
taHi
pertensi
• Jenis pendekatan medikal yang diterapkan dalam
16
sudah tidak bisa ditoleransi untuk dilakukannya pid acting. Perlu dipahami bahwa penderita hipertensi
12,13
penundaan anestesia dan operasi. Namun banyak cenderung mempunyai respon TD yang berlebihan pada
literatur yang menulis bahwa TDD 110 atau 115 adalah periode perioperatif. Ada 2 fase yang harus menjadi
cut-off point untuk mengambil keputusan penundaan pertimbangan, yaitu saat tindakan anestesia dan
11,12
anestesia atau operasi kecuali operasi emergensi. postoperasi. Contoh yang sering terjadi adalah hipertensi
Kenapa TD diastolik (TDD) yang dijadikan tolak ukur, akibat laringoskopi dan respons hipotensi akibat
karena peningkatan TD sistolik (TDS) akan meningkat pemeliharaan anestesia. Pasien hipertensi preoperatif
seiring dengan pertambahan umur, dimana perubahan yang sudah dikontrol tekanan darahnya dengan baik akan
ini lebih dianggap sebagai perubahan fisiologik mempunyai hemodinamik yang lebih stabil
11,13,14
dibandingkan patologik. Namun beberapa ahli dibandingkan yang tidak dikontrol dengan baik..
dibandingkan hipertensi diastolik. Pendapat ini muncul Berikut ini ada beberapa alat monitor yang bisa
5
karena dari hasil studi menunjukkan bahwa terapi yang kita gunakan serta maksud dan tujuan penggunaanya:
dilakukan pada hipertensi sistolik dapat menurunkan • EKG: minimal lead V5 dan II atau analisis multipel
risiko terjadinya stroke dan MCI pada populasi yang lead ST, karena pasien hipertensi punya risiko tinggi
berumur tua. Dalam banyak uji klinik, terapi untuk mengalami iskemia miokard.
antihipertensi pada penderita hipertensi akan • TD: monitoring secara continuous TD adalah
menurunkan angka kejadian stroke sampai 35%-40%, esensial kateter Swan-Ganz: hanya digunakan untuk
infark jantung sampai 20-25% dan angka kegagalan jan- penderita hipertensi dengan riwayat CHF atau MCI
2,12
tung diturunkan sampai lebih dari 50%. Menunda berulang.
operasi hanya untuk tujuan mengontrol TD mungkin • Pulse oxymeter: digunakan untuk menilai perfusi dan
tidak diperlukan lagi khususnya pada pasien dengan oksigenasi jaringan perifer.
kasus hipertensi yang ringan sampai sedang. Namun • Analizer end-tidal CO2: Monitor ini berguna untuk
pengawasan yang ketat perlu dilakukan untuk menjaga membantu kita mempertahankan kadar CO2.
hipertensinya itu sendiri. Penundaan operasi dilakukan Premedikasi dapat menurunkan kecemasan
apabila ditemukan atau diduga adanya kerusakan target preoperatif penderita hipertensi. Untuk hipertensi yang
organ sehingga evaluasi lebih lanjut perlu dilakukan ringan sampai dengan sedang mungkin bisa
15
sebelum operasi. The American Heart Association / menggunakan ansiolitik seperti golongan benzodiazepin
mengeluarkan acuan bahwa TDS ≥ 180 mmHg dan/atau sampai pada hari pembedahan sesuai jadwal minum obat
TDD ≥ 110 mmHg sebaiknya dikontrol sebelum dengan sedikit air non partikel. Beberapa klinisi
dilakukan operasi, terkecuali operasi bersifat urgensi. menghentikan penggunaan ACEinhibitor dengan alasan
Pada keadaan operasi yang sifatnya urgensi, TD dapat bisa terjadi hipotensi intraoperatif.
Induksi anestesia dan intubasi endotrakea sering vekuronium atau cis-atrakurium lebih baik dibandingkan
menimbulkan goncangan hemodinamik pada pasien atrakurium atau pankuronium. Untuk volatile,
hipertensi. Saat induksi sering terjadi hipotensi namun sevofluran bisa digunakan sebagai obat induksi secara
8,10
saat intubasi sering menimbulkan hipertensi. Hipotensi inhalasi.
cairan penting dilakukan untuk tercapainya Tujuan pencapaian hemodinamik yang diinginkan
normovolemia sebelum induksi. Disamping itu hipotensi selama pemeliharaan anestesia adalah meminimalkan
juga sering terjadi akibat depresi sirkulasi karena efek terjadinya fluktuasi TD yang terlalu l e b a r.
dari obat anestesi dan efek dari obat antihipertensi yang Mempertahankan kestabilan hemodinamik selama peri-
sedang dikonsumsi oleh penderita, seperti ACE inhibitor ode intraoperatif adalah sama pentingnya dengan
3,8,10 10
dan angiotensin receptor blocker. Hipertensi yang pengontrolan hipertensi pada periode preoperatif. Pada
terjadi biasanya diakibatkan stimulus nyeri karena hipertensi kronis akan menyebabkan pergeseran kekanan
laringoskopi dan intubasi endotrakea yang bisa autoregulasi dari serebral dan ginjal. Sehingga pada
menyebabkan takikardia dan dapat menyebabkan penderita hipertensi ini akan mudah terjadi penurunan
iskemia miokard. Angka kejadian hipertensi akibat aliran darah serebral dan iskemia serebral jika TD
tindakan laringoskopi-intubasi endotrakea bisa mencapai diturunkan secara tiba-tiba. Terapi jangka panjang den-
25%. Dikatakan bahwa durasi laringoskopi dibawah 15 gan obat antihipertensi akan menggeser kembali kurva
detik dapat membantu meminimalkan terjadinya autregulasi kekiri kembali ke normal. Dikarenakan kita
fluktuasi hemodinamik Beberapa teknik dibawah ini bisa tidak bisa mengukur autoregulasi serebral sehingga ada
8
dilakukan sebelum tindakan laringoskopi-intubasi untuk beberapa acuan yang sebaiknya diperhatikan, yaitu:
3,10
menghindari terjadinya hipertensi. • Penurunan MAP sampai dengan 25% adalah batas
• Dalamkan anestesia dengan menggunakan gas bawah yang maksimal yang dianjurkan untuk
• Berikan opioid (fentanil 2,5-5 mikrogram/kgbb, • Penurunan MAP sebesar 55% akan menyebabkan
0,5 mikrogram/kgbb, atau ramifentanil 0,5-1 mikro- • Terapi dengan antihipertensi secara signifikan
• Berikan lidokain 1,5 mg/kgbb intravena atau • Pengaruh hipertensi kronis terhadap autoregulasi
esmolol 0,3-1,5 mg/kgbb, propanolol 1-3 mg, atau Anestesia aman jika dipertahankan dengan
• Menggunakan anestesia topikal pada airway. hemodinamik yang kita inginkan. Anestesia dengan
Pemilihan obat induksi untuk penderita volatile (tunggal atau dikombinasikan dengan N O),
2
hipertensi adalah bervariasi untuk masing-masing klinisi. anestesia imbang (balance anesthesia) dengan opioid +
Propofol, barbiturate, benzodiazepine dan etomidat N O +pelumpuh otot, atau anestesia total intravena bisa
2
3
tingkat keamanannya adalah sama untuk induksi pada digunakan untuk pemeliharaan anestesia. Anestesia re-
menyebabkan hipotensi akibat blok simpatis dan ini Phentolamine 1-5 mg 1-10 menit 20-40 menit
10
hipovolemia. Jika hipertensi tidak berespon terhadap Nifedipine
penderita hipertensi yang menjalani tindakan operasi Fenoldopam 0,1-1,6 mg/kgbb/menit 5 menit 5 menit
ing intra-arterial secara langsung diperlukan terutama Pemilihan obat antihipertensi tergantung dari
untuk jenis operasi yang menyebabkan perubahan berat, akut atau kronik, penyebab hipertensi, fungsi
preload dan afterload yang mendadak. EKG diperlukan baseline ventrikel, heart rate dan ada tidaknya penyakit
untuk mendeteksi terjadinya iskemia jantung. Produksi bronkospastik pulmoner dan juga tergantung dari tujuan
urine diperlukan terutama untuk penderita yang dari pengobatannya atau efek yang diinginkan dari
mengalami masalah dengan ginjal, dengan pemasangan pemberian obat tersebut (lihat tabel 3).
3,19
Berikut ini
kateter urine, untuk operasi-operasi yang lebih dari 2 ada beberapa contoh sebagai dasar pemilihan obat yang
memonitoring status cairan pada penderita yang • Beta-adrenergik blockade: digunakan tunggal atau
bronkospastik.
risiko hipertensi juga pada periode anestesia maupun • Nifedipine: refleks takikardia setelah pemberian
13
saat pasca bedah. Hipertensi intraoperatif yang tidak sublingual sering dihubungkan dengan iskemia
berespon dengan didalamkannya anestesia dapat diatasi miokard dan antihipertensi yang mempunyai onset
namun faktor penyebab bersifat reversibel atau bisa • Nitroprusside: onset cepat dan efektif untuk terapi
diatasi seperti anestesia yang kurang dalam, hipoksemia intraoperatif pada hipertensi sedang sampai berat.
3
atau hiperkapnea harus disingkirkan terlebih dahulu. • Nitrogliserin: mungkin kurang efektif, namun bisa
Tabel 2. Antihipertensi parenteral untuk mengatasi digunakan sebagai terapi atau pencegahan iskemia
3
hipertensi akut miokard.
Nitropruside 0,5-10 mcg/kgbb 30-60 detik 1-5menit tahankan atau menjaga fungsi ginjal.
kgbb/menit
Golongan Obat Preload Afterload HR Kontrak- dapat mengalami tanda-tanda ensefalopati pada TDD <
HR:Heart Rate;ACE:Angiotensin Converting Enzime. TD ditoleransi dengan baik adalah selama fase ini tidak
8,10,20
ada tanda-tanda hipoperfusi target organ. Hipertensi
Dikatakan krisis hipertensi jika TD lebih tinggi secara akut, namun tidak ada bukti adanya kerusakan
dari 180/120 mmHg dan dapat dikategorikan dalam target organ. Gejala yang timbul dapat berupa sakit
hipertensi urgensi atau hipertensi emergensi, berdasarkan kepala, epitaksis atau ansietas. Penurunan TD yang
ada tidaknya ancaman kerusakan target organ atau segera tidak merupakan indikasi dan pada banyak kasus
kerusakan target organ yang progresif. Pasien dengan dapat ditangani dengan kombinasi antihipertensi oral
10,20
hipertensi sistemik kronis dapat mentoleransi TDS yang bertahap dalam beberapa hari.
10
yang sifatnya urgensi dibandingkan emergensi. Hal- Hipertensi yang terjadi pada periode pasca operasi
hal yang paling sering menimbulkan krisis hipertensi sering terjadi pada pasien yang menderita hipertensi
adalah antara lain karena penggunaan obat antihipertensi esensial. Hipertensi dapat meningkatkan kebutuhan
seperti clonidine, hiperaktivitas autonom, obat-obat oksigen miokard sehingga berpotensi menyebabkan
penyakit kolagen-vaskuler, glomerulonefritis akut, iskemia miokard, disritmia jantung dan CHF. Disamping
cedera kepala, neoplasia seperti pheokromasitoma, itu bisa juga menyebabkan stroke dan perdarahan ulang
preeclampsia dan eklampsia. Manifestasi klinis yang luka operasi akibat terjadinya disrupsi vaskuler dan dapat
timbul adalah sesuai dengan target organ yang rusak berkonstribusi menyebabkan hematoma pada daerah
8
akibat hipertensi ini. Krisis hipertensi terbagi atas luka operasi sehingga menghambat penyembuhan luka
3,10
hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi. Hipertensi operasi. Penyebab terjadinya hipertensi pasca operasi
emergensi adalah pasien dengan bukti adanya kerusakan ada banyak faktor, disamping secara primer karena
target organ yang sedang terjadi atau akut (ensefalopati, penyakit hipertensinya yang tidak teratasi dengan baik,
perdarahan intra serebral, kegagalan ventrikel kiri akut penyebab lainnya adalah gangguan sistem respirasi,
dengan edema paru, unstable angina, diseksi aneurisme nyeri, overload cairan atau distensi dari kandung kemih.
aorta, IMA, eclampsia, anemia hemolitik mikro Sebelum diputuskan untuk memberikan obat-obat
angiopati atau insufisiensi renal) yang memerlukan antihipertensi, penyebab-penyebab sekunder tersebut
3
intervensi farmakologi yang tepat untuk menurunkan TD harus dikoreksi dulu. Nyeri merupakan salah satu fak-
sistemik. Ensefalopati jarang terjadi pada pasien dengan tor yang paling berkonstribusi menyebabkan hipertensi
sebaiknya ditangani secara adekuat, misalnya dengan intraoperatif maupun yang terjadi pada pasca
morfin epidural secara infus kontinyu. Apabila hipertensi pembedahan. Goncangan hemodinamik mudah terjadi,
masih ada meskipun nyeri sudah teratasi, maka baik berupa hipertensi maupun berupa hipotensi, yang
intervensi secara farmakologi harus segera dilakukan dan bisa menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi. Hal
perlu diingat bahwa meskipun pasca operasi TD ini harus diantisipasi dengan perlunya pemahaman
kelihatannya normal, pasien yang prabedahnya sudah tentang teknik anestesia yang benar, manajemen cairan
mempunyai riwayat hipertensi, sebaiknya obat perioperatif, pengetahuan farmakologi obat-obat yang
14
antihipertensi pasca bedah tetap diberikan. Hipertensi digunakan, baik obat-obatan antihipertensi maupun obat-
pasca operasi sebaiknya diterapi dengan obat obatan anestesia serta penanganan nyeri akut yang
antihipertensi secara parenteral misalnya dengan beta- adekuat. Dengan manajemen perioperatif yang benar
blocker yang terutama digunakan untuk mengatasi terhadap penderita-penderita hipertensi yang akan
hipertensi dan takikardia yang terjadi. Apabila menjalani pembedahan, diharapkan bisa menurunkan atau
penyebabnya karena overload cairan, bisa diberikan meminimalkan angka morbiditas maupun mortalitas.
ung maupun tidak langsung dapat diberikan nitrogliserin 1. Murray MJ. Perioperative hypertension: evaluation
dan beta-blocker secara intravena sedangkan untuk and management; Av a i l a b l e at: http://
th
roprusside.
13
Apabila penderita sudah bisa makan dan Murray.pdf. Accesed Aug 13 2007.
minum secara oral sebaiknya antihipertensi secara oral 2. The seventh report of Joint National Committee
3,10,14
segera dimulai. on Prevention, detection, evaluation, and treatment
Hipertensi adalah penyakit yang umum dijumpai, for patients with cardiovaskular disease. Clinical
th
dengan angka penderita yang cukup tinggi. Hipertensi Anesthesiology. 4 ed. New York: McGraw-Hill;
menyebabkan terjadinya komplikasi seperti penyakit- 4. Perez-Stable EJ. Management of mild hyperten-
yang bisa ditimbulkan oleh penyakit hipertensi ini, maka 5. Yao FSF, Ho CYA. Hypertension. Anesthesiology-
perlu adanya pemahaman para ahli anestesia dalam problem oriented patient manajement. 5
th
ed. Phila-
operasi dan dilanjutkan sampai periode pasca bedah. Perioperative hypertension (HTN). Decision mak-
penderita sangat penting dilakukan untuk meminimalkan ed. Philadhelpia: Elsevier; 2007.p.124-6.
agement; Available at: http://www. emedicine.com/ and perioperative management. West J Med
th
MED/ topic3158.htm. Accessed Aug 18 2007. 1995;162:215-9.
8. Neligan P. Hypertension and anesthesia; Available 15. Hanada, et al. Anesthesia and medical disease-hy-
at: http:// www. 4um.com/ tutorial/anaesthbp.htm. pertension and anesthesia. Current Opinion in An-
th
Accessed Aug 16 2007. esthesiology 2006;19(3):315-9.
9. Benowitz NL. Antihypertensive agent- 16. Howell SJ, Foex P. Hypertension, hypertensive
cardiovaskular-renal drugs. In: Katzung BG, edi- heart disease and perioperative cardiac risk. Brit-
th
tor. Basic and clinical pharmacology. 9 ed. New ish Journal of Anesthesia 2004;92(4):570-83.
10. Wallace MC, Haddadin AS. Systemic and pulmo- sia: hypertension. Qu a l Saf Health Care
102.
dergoing off-pump coronary bypass grafting. Croat
11. Stier GR. Preoperative evaluation and testing. In: Med J 2007;48:341-7.
Elsevier; 2004.p.3-82.
TE, editors. Cardiac anesthesia and surgery. Phila-
12. Dix P, Howell S. Survey of cancellation rate of hy- delphia: Lippincott Wi l l i a m s & Wi l k i n s ;
2001;86(6):789-93.
www.ehs.egypt.net/pdf/11-guideline.pdf. Accessed
th
able at: www.uptodate.com. Accessed Aug 16
2007.