You are on page 1of 10

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN MAKANAN PENDAMPING ASI

BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 12 - 24 BULAN


Erika Yulita Ichwan, Rosni Lubis, Ayi Diah Damayani
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Email: ericka.eyi@gmail.com
ABSTRACT
Malnutrition is still a public health problem and can be the cause of death, especially in
high risk groups (infants and toddlers). One of the main factors that contributes to malnutrition
is the inappropriate practices of breastfeeding and complementary feeding.This was an
analytical research using a survey method of cross sectional . The Sample used 75 respondents,
mothers of toddlers with 12- 24 months of age in the area of Puskesmas Cipinang Besar
Utara in November 2014. Using a questionnaire, the data were analyzed using chi-square
with ? = 0.05.The Result of study showed that majority respondents, namely 66 people (88
%) were found at the group age of 20 - 34 months. Moreover, respondents with education
period of ? 9 years were 52 people (69 %) , having 3-4 children were 40 people (53 %) ,
had income per month ?Rp.2.441.301 were 60 people (80 %) and unemployed mothers were
58 people (77 %). Toddlers with good nutritional status were 46 (61 %) , exclusive
breastfeeding were 36 people (48 %), age of the complementary feeding < 6 months and
>7 months were 41 people (57 %), factory - made complementary foods were 38 people
(50 %). Factors related with the nutritional status of toddlers were exclusive breastfeeding
p-value = 0,000 (<0,000), and the age of complementary feeding p-value = 0,000 (<0,000).
Based on the result, it is suggested that the nursing mothers, local cadres of integrated
health office (called as Kader Posyandu), and midwives pay more attention to the factors
affected the nutritional status of toddlers to determine good attitudes and appropriate
interventions to increase the nutritional status of toddlers.
Key words: exclusive breastfeeding, complementary feeding, nutritional status of toddlers

ABSTRAK
Masalah kurang gizi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan dapat menjadi
penyebab kematian terutama pada kelompok resiko tinggi (bayi dan balita). Faktor utama
yang berkontribusi terhadap gizi kurang adalah praktik menyusui dan pemberian makanan
pendamping ASI yang kurang tepat.Jenis penelitian analitik metode survei dengan pendekatan
cross sectional. Sampel sebanyak 75 responden yaitu ibu balita usia 12 - 24 bulan yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara Tahun 2014. Data
di ambil menggunakan kuesioner.Analisis menggunakan uji Chi-square dan Regresi Logistik
Ganda.Hasil penelitian: Responden mayoritas pada kelompok umur 20-34 (88%), lama
pendidikan ? 9 tahun (69%), jumlah anak yang dimiliki 3-4 orang (53%), dan penghasilan
per bulan ?Rp2.441.301,- (80%) serta ibu tidak bekerja (77%). Balita yang pada status gizi
baik (61%), Pemberian ASI eksklusif (48%), usia pemberian MP-ASI < usia 6 bulan dan
>usia 7 bulan (57%) dan jenis MP ASI buatan pabrik (50%). Faktor yang berhubungan
dengan status gizi balita yaitu pemberian ASI eksklusif p-value=0,000 dan usia pemberian
MP-ASI p-value=0,000 . Saran yang dapat penulis ajukan terkait penelitian ini adalah agar
ibu balita,kader posyandu dan bidan setempat lebih memperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh pada status gizi balita sehingga dapat menentukan sikap yang baik dan
intervensi yang tepat dalam meningkatkan status gizi balita.
Kata kunci : ASI eklsklusif, MP-ASI,status gizi balita
83
84 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 2, Maret 2015, hlm : 83 -92

PENDAHULUAN dan energi yang memadai, tetapi juga asuhan


Arah dan kebijaksanaan pembangunan bidang psikososial melalui pembentukan ikatan kasih
kesehatan, diantaranya menyebutkan bahwa sayang dengan ibu dan kesehatan melalui
pembangunan diarahkan untuk mempertinggi unsur imunologik yang ada pada ASI. Ruel
derajat kesehatan, termasuk di dalamnya dan Menon (2002) menjelaskan bahwa ASI
keadaan gizi masyarakat.1Keberhasilan merupakan makanan terbaik bagi bayi umur
pembangunan nasional ditentukan oleh enam bulan pertama karena mengandung
ketersediaan sumber daya manusia (SDM) energi dan semua zat gizi (karbohidrat, protein,
berkualitas yang bercirikan, fisik tangguh, lemak, vitamin dan mineral) dan juga
mental yang kuat, kesehatan yang prima dan mengandung zat kekebalan untuk
menguasai ilmu pengetahuan serta teknologi. pertumbuhan dan kesehatan bayi. (Ruel.M.T,
Indikator yang digunakan untuk mengukur &Menon, 2002)
tinggi rendahnya kualitas SDM adalah dengan
indeks kualitas hidup atau yang lebih dikenal Bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 6
dengan Indeks Pembangunan Manusia bulan mempunyai rata- rata berat badan bayi
(IPM).2Laporan pembangunan manusia tahun di atas berat badan bayi yang telah mendapat
2007/2008 menyebutkan bahwa IPM makanan tambahan sebelum umur 6 bulan.
Indonesia berada pada peringkat 107 dari 175 Berdasarkan beberapa hasil penelitian Ruel
negara, hal ini cukup jauh jika dibandingkan dan Menon (2002) dapat disimpulkan bahwa
dengan negara ASEAN lainnya (Parray, 2008). pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
Tiga faktor utama penentu IPM adalah tingkat optimal memerlukan dukungan nutrisi dan
pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Ketiga stimulasi yang adekuat. Sebagai makanan
faktor tersebut erat kaitannya dengan status terbaik bayi, ternyata ASI belum sepenuhnya
gizi masyarakat.(Depkes RI, 2005) dimanfaatkan oleh masyarakat, bahkan
terdapat kecenderungan terjadi pergeseran
Modal dasar pembentukan manusia berkualitas penggunaan susu formula pada sebagian
dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai kelompok masyarakat. Penelitian yang
dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak dilakukan di Nicaragua oleh Espinoza (2002)
usia dini, terutama pemberian ASI eksklusif. menyebutkan bahwa hanya 29,5% bayi berusia
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi 3 bulan yang diberikan ASI saja, 61,4%
yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan diberikan ASI dan makanan pendamping ASI
baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual. sedangkan 9,1% disapih. (Ezpinoza, 2002)
Mengingat begitu pentingnya ASI bagi bayi
pada tahun 2002, World Health Organization Masalah gizi bayi berdampak tingginya angka
(WHO) dan United Nations Children's Fund kematian balita di negara berkembang,
(UNICEF) telah menetapkan suatu strategi utamanya setelah usia 6 bulan. Umur anak 6
global tentang pemberian makanan bagi bayi bulan merupakan titik awal masalah gizi
dan anak, dengan menggunakan pendekatan kurang, hal ini berkaitan dengan masa
hak anak, yaitu cara pemberian makan pada peralihan (weaning period), dimana diet bayi
bayi dengan menyusui secara eksklusif sejak berubah dari ASI saja ke arah makanan orang
lahir sampai umur 6 bulan dan meneruskan dewasa. Penurunan status gizi mulai usia 6
menyusui anak sampai umur 24 bulan. bulan terjadi karena semakin meningkatnya
Sehingga memberi ASI adalah hak asasi ibu kebutuhan bayi untuk pertumbuhan fisik,
dan mendapat ASI merupakan salah satu hak sementara ASI hanya memenuhi kebutuhan
asasi bayi yang harus dipenuhi. kalori 70 % saja.Bila ditinjau waktu pemberian
(Hegar.B.,Suradi. R., Hendarto. A,&Partiwi. makanan pendamping ASI (MP-ASI), masih
IGA, 2008) banyak bayi yang diberikan MP-ASI terlalu
Pemberian ASI merupakan praktik yang unik dini bahkan terlalu terlambat serta jumlah dan
dan bukan hanya memberikan asupan nutrient kualitas MP-ASI yang diberikan sering tidak
memadai.Secara umum terdapat dua jenis
Erika Yulita Ichwan, Pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI Berhubungan dengan Status Gizi Balita 85
Usia 12 - 24 bulan

MP-ASI yaitu hasil pengolahan pabrik atau kualitas MP-ASI yang diberikan sering tidak
disebut dengan MP-ASI pabrikan dan yang memadai. Tujuan penelitian adalah
diolah di rumah tangga atau disebut dengan mengetahui hubungan pemberian ASI
MP-ASI lokal. (Soetjiningsih,2004) eksklusif dan pemberian makanan pendamping
ASI dengan status gizi balita usia 12 - 24
Masalah gizi bayi berdampak tingginya angka bulan.
kematian balita di negara berkembang. Umur
6 bulan merupakan titik awal masalah gizi METODE
kurang hal ini berkaitan dengan masa peralihan Metode yang digunakan dalam penelitian ini
(weaning period), dimana diet bayi berubah adalah metode survei dengan pendekatan cross
dari ASI saja ke arah makanan orang dewasa. sectional. Pendekatan ini dilakukan hanya
Penurunan status gizi mulai usia 6 bulan terjadi untuk mengukur fenomena yang terjadi tanpa
karena semakin meningkatnya kebutuhan bayi melakukan intervensi terhadap variabel.
untuk pertumbuhan fisik, sementara ASI hanya Penelitian ini menggunakan studi korelasi
memenuhi kebutuhan kalori 70% saja. Faktor untuk mencari hubungan antara variabel bebas
asupan zat gizi dan penyakit infeksi serta dengan variabel terikat berupa pelaksanaan
sosiodemografi orangtua dianggap inisiasi menyusu dini. Penelitian ini dilakukan
berpengaruh terhadap status gizi bayi. di wilayah kerja Puskesmas Cipinang Besar
Faktor asupan zat gizi yaitu rendahnya energi Utara pada bulan November 2014. Populasi
dan protein dari makanan yang dikonsumsi adalah seluruh ibu yang memiliki balita dan
sehari - hari. Disamping itu jika ditinjau dari balita itu sendiri di Puskesmas Cipinang Besar
sosiodemografi orangtua berpengaruh pada Utara tahun 2014.Jumlah sampel sebanyak
pola pengasuhan makanan bayi yang 75 sampel.Analisis data menggunakan uji
memberikan makanan pendamping ASI terlalu statistik yaitu Chi Square dan Regresi Logistik
dini bahkan terlalu terlambat serta jumlah dan Ganda.

HASIL DAN PEMBAHSAN

Tabel 1. Hubungan Karakteristik ibu dengan status gizi balita


Status gizi
Karakteristik Total X2 Nilai P
Baik Kurang /Lebih
responden
N % N %
Umur (tahun)
< 20 tahun dan 35 tahun 6 67 3 33 9 0,123 0,726
20-34 tahun 40 61 26 39 66
Pendidikan (tahun)
9 tahun 30 58 22 42 52 0,948 0,330
>9 tahun 16 70 7 30 23
Jumlahanak
1-2 22 63 13 37 35 0,064 0,800
3-4 24 60 16 40 40
Status Ekonomi (per bulan)
< Rp 2.441.301,- 35 58 25 42 60 1,138 0.286
Rp 2.441.301,- 11 73 4 27 15
Pekerjaan
Bekerja 10 59 7 41 17 0,058 0,809
Tidak bekerja 36 62 22 38 58
86 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 2, Maret 2015, hlm : 83 -92

Hasil perhitungan statistik pada tabel 1 Pendidikan ibu sangat penting dalam
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang penyediaan makanan bagi anak balitanya,
signifikan antara karakteristik ibu yang terdiri pengetahuan yang diperoleh baik formal
dari umur, pendidikan, jumlahanak, status maupun non-formal sangat menentukan dalam
ekonomidanpekerjaandengan status gizibalita memilih jenis makanan yang dikonsumsi oleh
12-24 bulan.Karakteristik ibu merupakan balita dan anggota keluarga lainnya.
bagian dari karakteristik individu seseorang Pendidikan gizi ibu bertujuan meningkatkan
yang mempunyai peranan penting pada masa penggunaan sumber daya makanan yang
pertumbuhan bayi. Manusia adalah individu tersedia. Dari hal tersebut dapat diasumsikan
dengan jati diri yang khas yang memiliki bahwa tingkat kecukupan energi dan zat gizi
karakteristik. Karakteristik adalah sifat pada balita relatif tinggi bila pendidikan gizi
individu yang relatif tidak berubah, atau yang ibu tinggi.Pendidikan ibu sangat berperan
dipengaruhi lingkungan seperti umur, pada pengetahuan ibu dalam pemilihan bahan
jumlahanak, pendidikandanpenghasilan. makanan bergizi dan pencarian pertolongan
Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan pelayanan kesehatan yang dapat
baik pada kelompok bayi dengan gizi baik mempengaruhi pertumbuhan dan
lebih banyak ditemui pada ibu dengan umur perkembangan anak. Tingkat pendidikan juga
20 -34 tahun ( 66 %). Hasil análisis bivariat mempengaruhi keputusan ibu dalam praktik
menunjukkan tidak ada hubungan yang menyusui dan awal penyapihan pada bayi.
bermakna antara umur ibu dengan status gizi Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa
bayi karena nilai p value > 0,05.Hasil bayi dengan gizi kurang lebih banyak pada
penelitian ini sesuai dengan pendapat Lepita ibu yang pernah mengikuti pendidikan formal
(2005) bahwa umur ibu tidak ada hubungan selama 9 tahun atau setingkat SLTP yaitu
dengan pertumbuhan bayi karena ibu yang sebesar 52 orang. Dari hasil uji chi-square
berusia muda (15-34) mampu memiliki bayi menunjukkanbahwa tidak ada hubungan antara
dengan pertumbuhan yang normal apabila ibu pendidikan ibu dengan status gizi bayi dengan
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, nilai p=0,094.Hasil penelitian ini sesuai
karena dengan memiliki tingkat pendidikan dengan penelitian Rivera et al (1995) di
yang tinggi maka akan semakin mudah Mexico yang menemukan risiko anak pendek
seseorang menyerap dan memahami apabila lebih tinggi pada ibu dengan tingkat
mendapatkan informasi masalah pertumbuhan pendidikan rendah. Gibney et al (2009) juga
bayi. meneliti pengaruh tingkat pendidikan terhadap
kemampuan pengasuhan anak oleh seorang
Jumlah anak dalam keluarga merupakan ibu di Kota Accra Ghana, hasilnya
banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu
selama berumah tangga dalam keadaan hidup. merupakan kendala utama dalam
Banyaknya anak dalam keluarga meningkatkan skor indeks pemberian makan
mengakibatkan beratnya beban tanggung (pola asuh makan), indeks kebersihan dan
keluarga baik secara sosial maupun ekonomi indeks pencegahan penyakit. Tingkat
yang selanjutnya berpengaruh terhadap status pendidikan sangat berpengaruh terhadap
gizi bayi.Berdasarkan hasil penelitian perilaku perubahan sikap dan perilaku hidup
terlihatditemukan ibu yang mempunyai jumlah sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi
anak 2 lebih banyak memiliki bayi dengan akan memudahkan seseorang untuk menyerap
gizi kurang sebanyak 16 orang (40%) informasi dan mengimplementasikannya
dibandingkan dengan ibu dengan jumlah anak dalam perilaku dan gaya hidup sehari - hari,
kurangdari 2, Dari hasil uji chi-square khususnya dalam hal kesehatan dan gizi.
menunjukkan tidakbahwa ada hubungan antara Perempuan yang berstatus sebagai ibu rumah
jumlah anak dengan status gizi bayi dengan tangga memiliki peran majemuk dalam
nilai p= 0,800. keluarga, ditambah lagi jika memiliki aktivitas
Erika Yulita Ichwan, Pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI Berhubungan dengan Status Gizi Balita 87
Usia 12 - 24 bulan

lain diluar rumah seperti bekerja, walaupun selalu membawa perbaikan pada susunan
bekerja diluar rumah wanita tidak lepas dari makanan. Tingkat pendapatan juga ikut
kodratnya sebagai ibu rumah tangga. Dalam menentukan jenis pangan yang akan dibeli.
hal ini dituntut tanggung jawabnya kepada Pendapatan keluarga mempengaruhi
suami, anak dan anggota keluarga ketahanan pangan keluarga. Ketahanan pangan
lainnya.Berdasarkan hasil penelitian yang tidak memadai pada keluarga dapat
diketahuipada tabel bahwa ternyata bayi yang mengakibatkan gizi kurang. Oleh karena itu,
memiliki status gizi kurang lebih banyak pada setiap keluarga diharapkan mampu untuk
ibu yang bekerja yaitu sebesar 41 %. Dari memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
hasil uji chi-square menunjukkan bahwa keluarganya.Berdasarkan hasil penelitian
tidakada hubungan antara pekerjaan ibu menunjukkan bahwa tingkat pendapatan
dengan status gizi bayi dengan nilai p = 0,058. keluarga dibawah UMR lebih banyak ditemui
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rikimaru gizikurangdaripada pendapatan diatas UMR.
et al (1998) di Ghana, yang menemukan bahwa Dari hasil uji chisquare menunjukkan bahwa
ibu bekerja merupakan salah satu faktor risiko variabel pendapatan keluarga tidakmempunyai
yang berhubungan signifikan dengan hubungan yang signifikan dengan status gizi
prevalensi kurang gizi anak - anak balita di bayi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
perkotaan.Kembalinya bekerja merupakan UNICEF (1999) yang dapat dilihat pada
salah satu alasan ibu menghentikan pemberian bahwa akar masalah dari dampak status gizi
ASI dan mengganti dengan makanan lain disebabkan salah satunya berasal dari krisis
selain alasan produksi ASI kurang, alasan ekonomi. Adanya ketidakmampuan kepala
kesehatan tekanan keluarga, jarak kelahiran keluarga dalam memenuhi kecukupan gizi
dan kehamilan yang terlalu dekat dan bagi bayi, baik dari segi kualitas maupun
kembalinya sekolah. kuantitasnya, sehingga berdampak pada status
gizi bayinya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Pendapatan merupakan salah satu faktor yang Pongou bahwa pendapatan berhubungan
menentukan kualitas dan kuantitas makanan. positif dengan peningkatan status gizi dan
Tetapi perlu disadari bahwa pendapatan tidak kesehatan anak. (DirektoratGiziDepkes, 2005)

Tabel 2.
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif pada bayi dengan Status Gizi Balita
Usia 12 - 24 bulan
Status gizi
Variabel Baik Kurang /Lebih Total Nilai P (95% CI)
N % N %
ASI eksklusif 32 89 4 11 36 0,000 14.29
Tidak ASI eksklusif 14 36 25 64 39 (4,18-48,79)

Tabel 2. menunjukkan sebagian besar ibu yang ASI merupakan makanan bayi yang terbaik
memberikan ASI eksklusif pada bayi memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi
balita dengan status gizi baik (89%). Hasil yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perhitungan statistik juga diperoleh bahwa ada perkembangan dan kesehatan bayi sampai
hubungan yang signifikan antara pemberian usia 6 bulan.5 ASI mengandung semua zat
ASI eksklusif yang dilakukan ibu dengan gizi untuk pertumbuhan dan penyediaan energi
status gizi balita usia 12-24 bulan. Hasil ini dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak
dibuktikan dengan nilai p (<0,001). memberatkan fungsi traktus digestivus dan
88 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 2, Maret 2015, hlm : 83 -92

ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi kehidupannya. Bayi yang diberikan ASI
baru lahir, serta menghasilkan pertumbuhan eksklusif selama 6 bulan mempunyai rata-
fisik yang optimal. ASI juga mengandung rata berat badan bayi diatas berat badan bayi
macam - macam substansi anti infeksi yang yang telah mendapat makanan tambahan
mencegah kesakitan infeksi gastrointestinal sebelum umur 6 bulan.(Onayade, Abiona&
yang dapat menyebabkan gangguan Abavomi, 2004). Pada penelitian Marques,et
penyerapan makanan. al.(2004) menyatakan rata - rata berat badan
bayi laki-laki dan perempuan yang mendapat
Bila gangguan ini sering terjadi dan dalam ASI eksklusif pada umur 6 bulan secara
kurun waktu yang lama maka anak dapat berurutan yaitu 8250 dan 7860 gram keadaan
mengalami kekurangan asupan zat gizi ini lebih tinggi signifikan dari pada rata- rata
sehingga mengganggu pertumbuhan berat berat badan berdasar NCHS .
badan.ASI masih memenuhi kebutuhan kalori
70 % untuk bayi usia 6 -8 bulan, 55 % untuk Hasil analisa bivariat dalam penelitian ini
bayi usia 9 - 11 bulan dan 40 % untuk bayi membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif
usia 12 - 23 bulan. Keadaan ini akan sangat mempunyai hubungan yang bermakna dengan
bermakna memenuhi kebutuhan makanan bayi status gizi bayi dengan nilai p=0,000. Bayi
sampai usia 2 tahun. Dengan kata lain yang tidak diberi ASI eksklusif akan
pemberian ASI membantu mengurangi angka meningkatkan risiko gizi kurang sebanyak
kejadian kurang gizi dan pertumbuhan yang 14.29 kali dibandingkan bayi yang diberi ASI
terhenti yang umumnya terjadi pada usia eksklusif.
dini.(Hegar.,Suradi, Hendarto&Partiwi, 2008)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi Usaha pemerintah dalam upaya meningkatkan
yang mengalami gizi kurang secara pemberian ASI eksklusif pada bayi
keseluruhan lebih banyak terjadi pada anak ditunjukkan dengan dikeluarkannya UU No.36
yang tidak diberi ASI Eksklusif dibandingkan tahun 2009 tentang kesehatan, dimana pada
dengan bayi yang mengalami gizi pasal 128 - 129 terdapat kebijakan tentang
baik.Menurut Hop,et al.(2000) bahwa bayi pemberian ASI eksklusif. Dalam pasal tersebut
yang diberi ASI dan makanan sapihan mulai menyebutkan bahwa mendapatkan air susu
umur 6 bulan memiliki pertumbuhan yang ibu eksklusif merupakan hak bayi dan
lebih baik dibandingkan dengan yang pemerintah bertanggung jawab mendukung
diberikan ASI pada umur kurang dari 6 bulan. ibu bayi secara penuh dengan penyediaan
Bayi ASI eksklusif cenderung tumbuh lebih waktu dan fasilitas khusus untuk
cepat berat badan dan tinggi selama 6 bulan menyusui,Agar ASI dapat diberikan oleh
dibandingkan dengan bayi dengan ASI parsial semua ibu melahirkan maka pemerintah
dan kelompok bayi disapih.Hasil penelitian membuat kebijakan dengan mengeluarkan
Onayade, et al. (2004) mengatakan ASI Peraturan pemerintah no 33 tahun 2012
eksklusif selama 6 bulan mendukung tentang Pemberian ASI Eksklusif .
pertumbuhan bayi dalam 6 bulan pertama

Tabel 3.
Hubungan usia Pemberian MP ASI pada bayi dengan Status Gizi Balita Usia 12 - 24 bulan

Status gizi
Variabel Baik Kurang /Lebih Total Nilai P (95% CI)
N % N %
6 Bulan 32 94 2 6 34 0,000 30.86
< 6 bln dan 7 bln 14 34 27 66 41 (6,44-147,97)
Erika Yulita Ichwan, Pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI Berhubungan dengan Status Gizi Balita 89
Usia 12 - 24 bulan

Tabel 3. menunjukkan sebagian besar ibu meningkatkan beban ginjal.Pemberian MP-


yang memberikan MP ASI tepat di usia 6 ASI juga tidak boleh diberikan terlambat
bulan mempunyai balita status gizi baik (lebih dari enam bulan), karena setelah umur
(94%). Hasil perhitungan statistik juga 6 bulan ASI tidak mampu lagi memenuhi
diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan kebutuhan kalori bayi. ASI hanya dapat
antara usia pemberian MP-ASI dengan status memenuhi seluruh kebutuhan kalori 70 %
gizi balita usia 12-24 bulan.Hasil ini untuk bayi 6 - 8 bulan, 55 % untuk bayi usia
dibuktikan dengan nilai p (<0,001). Pemberian 9 - 11 bulan dan 40 % untuk bayi usia 12 -
MP-ASI pertama harus memperhatikan 23 bulan (DepKes RI, 2006)
kesiapan bayi, antara lain ketrampilan motorik,
ketrampilan mengecap dan mengunyah, Hasil analisa bivariat dalam penelitian ini
penerimaan terhadap rasa dan bau. Sebaiknya membuktikan bahwa usia pemberian MP-ASI
pemberian MP ASI pertama perlu dilakukan yang tidak sesuai umur mempunyai hubungan
secara bertahap. Misalnya untuk melatih indra yang bermakna dengan status gizi bayi. Bayi
pengecap, berikan bubur susu satu rasa dulu, yang diberi MP-ASI tidak sesuai umur (6
baru kemudian dicoba dengan multi rasa. bulan) akan meningkatkan risiko gizi kurang
(Almatsier, 2001) sebanyak 30,86 kali dibandingkan bayi
yangdiberi MP-ASI tepat waktu. Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi Simondon dan Simondon (1997) juga
yang mengalami gizi kurang secara menemukan bahwa bayi yang diberikan
keseluruhan lebih banyak terjadi pada anak makanan tambahan pada usia 2 -3 bulan
yang diberi MP-ASI tidak sesuai umur berasosiasi dengan status gizi yang rendah.
dibandingkan dengan bayi yang mengalami Bayi yang diberi MP-ASI usia 2-3 bulan
gizi baik. Pemberian makanan pendamping (n=50) memiliki nilai signifikan lebih rendah
ASI terlalu dini atau sebelum usia 6 bulan terhadap TB/U (p=0,014), BB/TB (p< 0,001)
dapat mengakibatkan bayi lebih sering daripada bayi yang hanya diberikan ASI saja
menderita diare karena pembentukan zat anti (n=370). Penelitian yang sama juga dilakukan
oleh usus bayi belum sempurna; bayi mudah Abidoye (2000) menunjukkan bahwa terdapat
alergi terhadap zat makanan tertentu, hal ini hubungan yang signifikan antara pemberian
disebabkan karena usus bayi masih permeabel, MP-ASI dini pada anak kurang dari 3 bulan
sehingga mudah dilalui oleh protein asing; dengan status gizi kurang dengan nilai p =
tingginya solute load dari makanan 0,043 untuk BB/U (kurus) dan p=0,02 untuk
pendamping ASI yang diberikan, sehingga BB/TB. (Pudjiaji, 2001)
dapat menimbulkan hiperosmolaritas yang
Tabel 4.
Hubungan Jenis makanan pendamping ASI dengan Status Gizi Balita Usia 12 - 24 bulan
Status gizi
Variabel Baik Kurang /Lebih Total Nilai P (95% CI)
N % N %
Buatan sendiri 25 83 5 17 30 0,005
Pabrik 17 45 21 55 38
kombinasi 4 57 3 43 7

Tabel 4. menunjukkan sebagian besar ibu statistik juga diperoleh bahwa ada hubungan
yang memberikan makanan pendamping ASI yang signifikan antara jenis pemberian
hasil olahan sendiri memiliki balita dengan makanan pendamping ASI yang diberikan
status gizi baik (83%). Hasil perhitungan dengan status gizi balita usia 12-24 bulan.
90 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 2, Maret 2015, hlm : 83 -92

Pada dasarnya setiap jenis makanan tangga yang berlanjut kepada rendahnya
pendamping ASI jika diberikan dengan jumlah dan mutu MP-ASI yang diberikan
komposisi dan kandungan zat gizi yang kepada bayi dan anak.
lengkap akan memberikan pengaruh yang
sama terhadap pertumbuhan dan Hasil penelitian diketahui balita yang diberikan
perkembangan bayi. Pemberian makanan MP-ASI makanan lokal olahan ibu sendiri
pendamping ASI yang cukup, baik kualitas memiliki status gizi baik lebih banyak
dan kuantitas merupakan dasar dari dibandingkan dengan pemberian MP-ASI
pertumbuhan fisik serta kecerdasan bayi pabrik atau kombinasi. Pemberian MP lokal
selanjutnya. Sebagai makanan alternatif ASI ini telah sesuai dengan rekomendasi
makanan pendamping ASI harus memenuhi WHO/ UNICEF tentang standar emas
kebutuhan fisiologis bayi yaitu diperlukan makanan bayi yaitu ada empat hal penting
bahan - bahan pangan yang dapat memenuhi meliputi 1) proses menyusui dimulai
kebutuhan protein, energi, vitamin dan secepatnya setelah lahir dengan inisiasi
mineral. Secara umum terdapat dua jenis MP- menyusui dini;2) hanya memberikan ASI saja
ASI yaitu hasil pengolahan pabrik atau disebut selama 6 bulan; 3) memberikan makanan
dengan MP pabrikan ASI dan yang diolah di pendamping ASI keluarga setelah 6 bulan dan
rumah tangga atau disebut dengan MP lokal 4) meneruskan pemberian ASI sampai umur
ASI. (DepKes RI, 2006) anak 2 tahun. Rekomendasi ini menekankan
secara sosial budaya makanan pendamping
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ASI hendaknya dibuat sendiri oleh keluarga
pemberian makanan pendamping jenis pabrik dan dari bahan pangan yang murah dan mudah
pada bayi umur 12- 24 bulan menunjukkan diperoleh di daerah setemapat (indigenous
proporsi terbesar 38 orang. Bagi keluarga food).Pada dasarnya setiap MP-ASI jika
mampu, pemberian MP-ASI yang cukup dan diberikan dengan komposisi dan mengandung
bermutu relatif tidak bermasalah. Namun pada zat gizi yang lengkap akan memberikan
keluarga miskin, pendapatan yang rendah dampak yang sama terhadap status gizi.
menimbulkan keterbatasan pangan di rumah

Tabel 5.
Faktor yang Paling Berpengaruh dengan Status Gizi Balita Usia 12-24 bulan (model akhir)
Variabel Koef B SE (β) Nilai p OR(95% CI)
Umur MP-ASI 3.506 0.848 <0,000 33,31 (6,32-175.65)
Jenis MP ASI 1.127 0.544 <0,038 6,32 (1,06-8,96)
Konstanta - 8,334
Akurasi model=88,5%

Tabel 5. menunjukkan bahwa variabel usia usia 12-24 bulan dengan gizi baik sebesar
MP-ASI merupakan aktor yang paling 33,31 kali dibandingkan dengan ibu yang
berhubungan dengan Status Gizi Balita Usia hanya memberikan MP-ASI dengan buatan
12-24 bulan dengan nilai OR sebesar 33,31 sendiri sejak dini..
(CI 95% :6,32 - 175,65). Model persamaan
regresi logistik hubungan antara Status Gizi SIMPULAN
Balita Usia 12-24 bulan dengan Usia Hasil penelitian menyimpulkan bahwa balita
pemberian MP ASI dan Jenis MP-ASI adalah yang diberikan ASI eksklusif memiliki status
Ibu yang memberikan MP-ASI tepat usia 6 gizi yang lebih baik. Status gizi balita usia
bulan akan lebih berpeluang memiliki balita 12-24 bulan dipengaruhi juga oleh usia MP-
Erika Yulita Ichwan, Pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI Berhubungan dengan Status Gizi Balita 91
Usia 12 - 24 bulan

ASI dan jenis MP-ASI yang diberikan. Dalam Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI. 2005.
penelitian ini juga disimpulkan bahwa usia Perkembangan program perbaikan gizi
dalam memberikan MP-ASI paling masyarakat. Jakarta: Direktorat Gizi
berpengaruh dalam status gizi balita usai 12- Masyarakat Depkes RI
24 bulan.
Espinoza, H. 2002.The relationship between
Awal perkembangan balita merupakan hal family structure and exclusive
yang penting karena berpengaruh terhadap breasfeeding prevalence in Nicaragua.
status gizi balita. Status gizi balita Salud Publica Mex. 44(6): 499-507.
berhubungan langsung dengan pertumbuhan
Hegar, B., Suradi, R., Hendarto, A., &Partiwi,
dan perkembangan balita, untuk itu perlu
IGA. 2008. Bedah ASI kajian dari
menjadi perhatian pemberian ASI eksklusif
berbagai sudut pandang ilmiah. Jakarta:
pada bayi dan waktu yang tepat untuk
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
memberikan dan mengenalkan makanan
tambahan pada bayi. Diharapkan untuk Hop, L.T., Gross, R., Giay, T,, Sastroamidjojo,
berikutnya dapat dilakukan penelitian lanjut S., Schultink, W.,& Lang, N.T. 2002
untuk melihat pengaruh jenis pemberian Premature complementary feeding is
makanan tambahan dan waktu awal pemberian associated with poorer growth of
terhadap tumbuh kembang anak. Vietnamese children.J Nutr. 130; 2693-
90.
DAFTARRUJUKAN
Lepita, Sukardar, H., Wirakusumah, F.F., 2009.
Abidoye, R.O., Nwachie, A.N., &Ekanem,
Evaluasi pengaruh lamanya pemberian
E.E. 2000. A comparative study of the
ASI saja terhadap pertumbuhan anak,
weaning practices and growth pattern in
suatu studi di Kecamatan Ledo,
3 - 24 month old infants fed formula and
Kabupaten Bengkayang, Provinsi
food Nitel Health Centers and Phcis of
Kalimantan Barat. MKB. Majalah
Muslin local government area of Lagos
Nigeria. Nutr Res. 20 (10): 1377 - 87 Kedokteran Bandung, Volume XL1,
nomor 1.
Almatsier,S. 2001. Prinsif dasar ilmu gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Marques, R.F.S.V., Lopez, F.A.,&Braga,
J.A.P. 2004. Growth of exclusively
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman breastfed infants in the first 6 months of
pelaksanaan pendistribusian dan life. Journal de pediatría. 80 : 99-105
pengelolaan makanan pendamping air
susu ibu (MP-ASI) tahun 2005. Jakarta: Onayade, A.A,. Abiona, T.C., Abavomi, I.O.,
Departemen Kesehatan RI. Makanjuola, R.O,. 2004. The first six
month growth and illness of exclusively
2006. Pedoman umum and non exclusively breast fed infants in
pemberian makanan pendamping air nigeria. East Afr Med J. 2004; 81: 146
susu ibu (MP-ASI) lokal Tahun 2006. - 53.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI;
Parray, O. 2008. Kondisi pembangunan
2007. Direktorat Jenderal
manusia di Indonesia. MDGs News
Bina Kesehatan Masyarakat. Pelatihan
[artikel].Tersedia dari
konseling menyusui: panduan peserta.
http://www.targetmdgs.org/download/
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
MDGsNEWS_1.1_lowers.pdf.diakses
tanggal 10 April 2014.
92 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 2, Maret 2015, hlm : 83 -92

Pudjiadi, S., 2001.Ilmu gizi klinis pada anak. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh kembang anak.
Jakarta: Fakultas Kesehatan Universitas Jakarta: EGC.
Indonesia;
Soekirman, 2000. Ilmu gizi dan aplikasinya.
Ruel, M.T, &Menon, P. 2002.Child feeding Jakarta; Departemen Pendidikan
practice are associated with child Nasional.
nutrition status in Latin America:
Suhardjo. 2003. Berbagai cara pendidikan
innovative uses of the demographic and
gizi. Bogor: Bumi Aksara.
health survey. J Nutr; 132;1180-1187.
SPMTRANAS. 2014. Strategi Nasional
Peningkatan Pemberian ASI.diunduh
tanggal 10 April 2014 dari
http://www.stanas.org.

You might also like