You are on page 1of 12
Green Medical Journal Jurnal Kedokteran, Vol. No, Desember, 2019): PAssw: 2848-4079 /E1SSN 2688-7561 ARTIKEL RISET URL artikel: http://jural.tk.umi.ac.id/index.php/umimedicallournal/index GREEN MEDICAL JOURNAL Analisa Penggunaan Lensa Kontak (Soft Lens) di Masyarakat Kota Makassar st Ragivanah Maka’ Sia Amie, Zaha? ‘Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran, Universitas Muslim Indonesia *Departemen Opthatmologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Muslin Indonesia *Departemen Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Muslim Indonesia ‘Email Penulis Korespondensi(*); rasydivanah03(@email.com tasvdivanah03@gmail.com’, suliati_p@vahoo.com™ , zulfahmidah@gmail.com °, (085298740486) ABSTRAK [Lens Kontak merupakan plastik ening yang mengapung di permukuan mata. Lensa Kontak telah banyak ddigunakan untuk membantu mengatasi kelainan refraksi, Kosmetik, dan keperluan terapi. Perubahan kornea yang signifikan dapat terjadi setelah penggunaan lense kontak Karena hubungan dengan permukaan mata dan interaksi Jangsung dengan korea, Penelitian ini bertujuan untuk mengetabui prevalensi serta karakteristik pengguna lensa Kontak di masyarakat yang meliputi lama waktu penggunaan, peravatan dan komplikasi penggunaan Jens Kontak. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dan berlokasi di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dan Optik Intemasional Mall Panakkukang, Dari 135 responden didapatkan 72 responden (53.3%) berum 21-24 tahun, 132 responden (97.896) berjenis Kelamin pperempuan, 103 responden (76,39) menggunakan lensa Kontak dengan pola penggunsan sesekali, 50 responden (37.0%) menggunakan lensa Kontak kurang dari 6 bulan, 65 responden (48.1%) menggunakan lens kontak Kurang dari 6 jam dan 6-12 jam schari, responden melakukun perawatan lensa kontak yang baik, 69 responden (61.1%) menggunakan lensa Kontak dengaan tujuan kosmetik dan 61 responden (45.2%) mengalami komplikasi bberupa mata merah, Berdasarkan penelitian, pola penggunaan lensa kontak di masyarakat yang paling banyak ‘adalah penggunam sesekali (occasional), sebagian besar masyarakat telah mempraktikkan perawatan lensa kontak yang baik Komplikasi penggunaan lensa kontak yang paling sering tejadi adalah mata merah, dry eve, dan Jakrimasi atau pengeluaran kotoran mata berlebiban, Kata Kunei: Soft Lens, Waktu Penggunaan, Perawatan, Komplikasi Article history : (dilengkapi oleh adi PUBLISHED BY : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Received Tanggal Bulan Tahun Received in revised form Tanggal Bulan Tahun Address Accepted Tanggal Bulan Tahun JL Urip Sumoharjo Km, 5 (Kampus I UMD, Available online Tanggal Bulan Tahun earned by eee Ca Attn Saree airmail ce Makassar, Sulawesi Selatan, Email medicaljournal@umi.ac.id Phone : +62 852242150099 / 085299900032 Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 1 Green Medical Journal: Jurnal Kedokteran, Vol No, (Bulan, Tahun): P4SSN: 2548-0791 E-1SSN 2698-7561 ABSTRACT Contact lenses are clear plastic that floats on the surface of the eye. Contact lenses have been widely used 10 help overcome refractive disorders, cosmetics, and therapeutic purposes. Significant comeal changes ean occur ‘afer contact lens wear because the connection with the surface ofthe eve and direct interaction with the contact Tens comea, The aim of this research is to estimate the prevalence and characteristics of contact lens users in the community which include the length of time of use, contact lens care and complications. This study uses a descriptive research design with a erass-sectional approach and is located in the Faculty of Medicine at the Muslim University of Indonesia and Optics International Panakkukang Mall. Of the 135 respondents, 72 respondents (53.3%) 21-24 years old, 132 respondents (97.8%) were female, 103 respondents (76.3%) used contact lenses with occasional use patterns, 50 respondents (37.0%) used contact lenses less than 6 months, 65 respondents (48.1%) used contact lenses less than 6 hours and 6-12 hours a day, respondents did good contact lens care, 69 respondents (51.196) used cantact lenses with cosmetic purposes and 61 respondents (45.2 96) have red exe complications. Based on research, the most frequent pattern of contact lens use in society is the ‘occasional use, most people have practiced good contact lens care. The most common complications of contact lens use are red eve, dry eve, and lacrimation or excessive eve discharge. Keywords: Soft Lens, Time of Use, Practice Care, Complications PENDAHULUAN Lensa Kontak adalah lensa tipis, plastik bening yang mengapung di permukaan mata, Lensa Kontak telah banyak digunakan untuk membantu mengatasi kelainan refraksi, Namun, sekarang fungsi Jensa kontak tidak hanya untuk memperbaiki kelainan refraksi yang ada, akan tetapi juga digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki atau menambah nilai dari penampilan serta untuk kepertuan terapi."” Bentuk Jensa kontak diawali oleh Leonardo Da Vinci yang membuat sketsa awal dari lensa kontak pada tahun 1827. Tahun lahirnya lensa kontak adalah 1888 ketika Adolf Eugene Fick (Jerman). seorang dokter spesialis mata yang bertugas di Zurich, membuat studi Klinis pertama tentang lensa Kontak diikuti oleh Kalt dan Muller dengan penggunaan lensa kontak pada keratokonus yang bertujuan untuk mendatarkan kornea, Hasil yang didapat masih buruk hingga tahun 1945, saat Kevin Tuohy dari Los Angeles membuat lensa prakornea plastik dengan diameter 11 mm. Sejak itu perkembangan teknologi lensa kontak telah menghasilkan berbagai jenis lensa, yang secara garis besar dibagi dalam dua jenis, Iensa kaku dan hunak. Lensa kaku terdiri dari dari tensa keras standar (standard hard lenses) dan lensa aku permeable-gas (rigid-gas permeable lenses), Lensa keras standar tidak dapat ditembus coksigen schingga mengandalkan pemompaan air mata ke dalam celah antara lensa dan kornea sewaktu berkedip untuk menyediakan oksigen, keluhan utama yang sering dikemukakan pengguna adalah edema kornea karena hipoksia kornea dan kekaburan kaca mata. Lensa kaku permeable-gas mudah ditembus oksigen sehingga memperbaiki metabolisme kornea, dan lebih nyaman sambil tetap ‘mempertahankan sifat-sifat optik lensa keras, walaupun tidak ditoleransi semudah lensa lunak. Lensa ini merupakan pilihan utama untuk mengoreksi keratokonus dan astigmatisme dan pada kondisi- ‘kondisi yang memerlukan lensa bifokus atau multifokus.”” Lensa Iunak (soft lenses) dibagi dalam dua jenis, yakni lensa tunak kosmetik dan lensa Tunak terapeutik, Lensa lunak kosmetik lebih nyaman dipakai daripada lensa kaku, tapi bersifat fleksibel sehingga bentuknya menyesuaikan dengan permukaan kornea, Lensa Tunak terapeutik dapat Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 2 Green Medical Journal: Jurnal Kedokteran, Vol No, (Bulan, Tahun) : P-1S8N: 2548-4079 / P1SSN 2688-7561 membentuk barrier Iunak antara kornea dan dunia Iuar, memberi perlindungan terhadap trikiasis dan pemajanan, bisa digunakan untuk pengobatan crosi rekurens dan keratopati bullosa, namun pada pemakaian semua lensa terapeutik harus diantisipasi adanya infeksi.®” Berdasarkan data NCBI, secara kescluruhan pengguna lensa kontak di dunia mencapai 140 juta orang, baik lensa kontak untuk Kepentingan koreksi ataupun untuk Kosmetik, Pengguna terbanyak terdapat di benua Asia dan Amerika dimana 38 juta pengguna berasal dari Amerika Utara kemudian 24 juta pengguna berasal dari Asia dan 20 juta pengguna berasal dari Etopa Dari data di atas, diketahui penggunaan lensa kontak terbanyak salah satunya adalah dari benua Asia. Hal ini yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian mengenai penyebab masyarakat ‘menggunakan lensa Kontak dan efek yang ditimbulkan lensa kontak terhadap Keschatan mata masyarakat METODE Penelitian yang dilakukan adalah penelitian obscrvasional deskriptif dengan rancangan cross sectional . Pencltian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dan Optik Intemasional Mall Panakkukang Makassar pada bulan Agustus - September 2019. Populasi dalam penclitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dan pelanggan Optik Internasional dan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2016, 2017, dan 2018 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dan pelanggan Optik Internasional yang sedang atau pemah menggunakan softlens. Pengambilan sampel penclitian dilakukan secara purposive sampling. Berdasarkan cara memperolch data, data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer diperolch dengan cara ‘membagikan kuesioner kepada mahasiswa dan pelanggan optik yang memenuhi kriteria sampel, Pengolahan data dilakukan secara elckronik dengan menggunakan perangkat lunak komputer program Microsoft Excel 2010 dan SPSS 23 - for windows. Kemudian melakukan analisis data dengan analisis ‘univariat untuk mendeskripsikan data secara sederhana, HASIL Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Mustim Indonesia dan mengunjungi lokasi penelitian Optik Intemasional. Penelitian dilakukan dengan teriebih dahulu menyampaikan maksud dan tujuan penelitian, Setelah itu, dilakukan pembagian kucsioner penelitian dan menjelaskan kepada responden tata cara pengisian kuesioner dan menjawab pertanyaan responden ketika ada pertanyaan yang kurang dimengerti, Setelah itu, kuesioner dikumputkan dan dilakukan pengolahan data menggunakan Microsoft Excel 2010 dan data yang telah dikumpulkan dilakukan uji statistik dengan perangkat lunak SPSS 23 — for windows. Karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1 Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Green Medical Journal: Jurnal Kedokteran, Vol. No. (Bulan, Tahun) : P-188N: 2548079 / ESSN 2688-7501 Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Uimur Jumlah (ny Persentase (%) 17-20 tahun 37 WI 21-24 tahun n 53.3% 25-28 tahun 5 3.7% 2 29 tahun 1 0.7% Total 135 100% Tenis Kelamin Jumlah (a) Persentase © Takaki 3 2% Perempuan 132 978% Total 135 100% ‘Berdasarkan tabel 1, dari 135 responden 57 responden (42.2%) berumur 17-20 tahun, 72 responden (53.3%) berumur 21-24 tahun, 5 responden (3.7%) berumur 25-28 tahun, dan 1 responden (0.7%) berumur > 29 tahun. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin 3 responden (2.2%) berjenis kelamin laki-laki dan 132 responden (97.8%) berjenis kelamin perempuan. Tabel 2 Gambaran Jenis, Frekuensi, dan Lama Penggunaan Lensa Kontak dalam Sehari ae Jumlah (n) Persentase (%) Daily wear a % Extended wear 0 0.0% Disposable wear 0 0.0% ‘Sesckali 103, 76.3% Total 135 100% Durasi Penggunaan Lensa Kontak Tumlah (n) Persentase (%) <6 bulan 50 - 37.0% _ 6-12 bulan 19 14.1% 1-2 tahun, 22 16.3% > 2 tahun 4 32.6% Toial as 100% Waktu Penggunaan Lensa Kontak Tumlah (n) Perseniase (%) <6 jam w WI% 6-12 jam 65 48.1% 13-16 jam 5 3.7% > 16 jam 0 0.0% Total 135 100% Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Green Medical Journal: Jurnal Kedokteran, Vol No, (Bulan, Tahun) : P-188N; 2548-079 / EISSN 2686-7561 Tabel 2 menunjukkan jenis tensa kontak dari 135 responden, 32 responden (23.7%) menggunakan lensa kontak setiap hari (daily wear) dan 103 responden (76.3%) menggunakan lensa Kontak sesekali, Berdasarkan durasi penggunaan lensa Kontak 50 responden (37.0%) menggunakan Jensa Kontak dalam kurun waktu 6 bulan, 19 responden (14.1%) menggunakan lensa kontak dalam ‘kurun waktu 6 sampai 12 bulan, 22 responden (16.3%) menggunakan lensa kontak dalam kurun waktu 1 sampai 2 tahun, dan 44 responden (32.6%) menggunakan lensa kontak dalam kurun waktu | sampai 2 tahun, Berdasarkan lama penggunaan tensa kontak dalam schari dari 65 responden (48.1%) menggunakan lensa kontak < 6 jam dalam sehari, 65 responden (48.1%) menggunakan lensa kontak 6- 12 jam dalam schari, 5 responden (3.7%) menggunakan lensa kontak 13-16 jam dalam sehari, dan 0 responden (0.0%) yang menggunakan lensa kontak > 16 jam dalam schari Karakteristik penggunaan lensa kontak berdasarkan perawatan lensa kontak dapat dilihat pada tabel 3 ‘abel 3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Perawatan Lensa Kontak Perawatan Frekuensi Frekueasi Penggunaan Lensa Ya oo Tidak . Kontak us %) Mencuci tangan 134 993% i OP sebelum dan sesudah Menggunakan 109 80.7% 26 193% sesuai prosedur Melepaskan sesuai 112 83.0% 23 17.0% prosedur Mencuci dengan 130 6.3% 5 3% pembersih lensa ‘Tabel 3 menunjukkan dari 135 responden, 134 responden (99.3%) mencuci tangan sebelum dan sesudah menggunakan lensa kontak dan | responden (0.7%) tidak mencuci tangan sebelum dan setelah ‘menggunakan lensa Kontak. Berdasarkan penggunaan lensa Kontak, 109 responden (80.7%) menggunakan lensa kontak sesuai dengan prosedur dan 26 responden (19.3%) tidak menggunakan lensa Kontak sesuai dengan prosedur. Berdasarkan pelepasan lensa kontak, 112 responden (83.0%) ‘melepaskan Jensa kontak sesuai dengan prosedur dan 23 responden (17.0%) tidak melepaskan lensa Kontak sesuai dengan prosedur. Sedangkan berdasarkan pembersihan lensa kontak, 130 responden (96.3%) membersihkan lensa kontak dengan cairan pembersih lensa dan 5 responden (3.7%) tidak ‘membersihkan lensa kontak dengan cairan_pembersih lensa Karakteristik penggunaan lensa Kontak berdasarkan tujuan penggunaan lensa kontak dapat dilihat pada tabel 4 Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia Green Medical Journal: Jurnal Kedokteran, Vol No. (Bulan, Tahun) : P-18SN; 2548-479 /E-1SSN 2688-7561 ‘Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tujuan Penggunaan Lensa Kontak Tuan Fenggunaan Lesa Sula (0 Persenase @%) Opti e RP ‘Terapeutik 1 0% Kosmetik 69 511% Total 135 100% TTabel + menunjukkan responden yang menggunakan Tensa Kontak dengan tujuan optikal adalah 65 responden (48,196), responden yang menggunakan lensa Kontak dengan tujuan terapeutik adalah 1 responden (0.7%), dan responden yang menggunakan lensa kontak dengan tujuan kosmetik adalah 69 responden (51.1%). Karakteristik penggunaan lensa kontak berdasarkan komplikasi penggunaan lensa kontak dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Komplikasi Penggunaan Lensa Kontak Kelainan Tumilah (a) Persentase (%) ~— Mata merah 6 452% Dry eve 4 40.0% Nyeri 38 25.9% Rasa gatal atau terbakar 2s 18.5% Penglihatan kabur 7 20.0% Pengeluaran air atau kotoran 40 29.6% ‘mata berlebihan Photophobia 35 25.9% Tabel 5 mengalami kelainan berupa mata merah, 54 responden (40.0%) mengalami kelainan berupa dry eve. jenunjukkan Komplikasi penggunaan lensa Kontak, yaitu 61 responden (45.2%) 35 responden (25.9%) mengalami kelainan berupa nyeri pada mata, 25 responden (18.5%) mengalami kkelainan berupa rasa gatal atau terbakar pada mata, 27 responden (20.0%) mengalami kelainan berupa penglihatan kabur, 40 responden (29.6%) mengalami kelainan berupa pengeluaran air atau kotoran ‘mata berlebihan, dan tabel 4.3.8, dari 135 responden 61 responden (45.2%) mengalami kelainan berupa mata merah, 54 responden (25.9%) mengalami kelainan berupa photophobia, Berdasarkan responden (40.0%) mengalami kelainan berupa dry eye, 35 responden (25.9%) mengalami kelainan berupa nyeri pada mata, 25 responden (18.5%) mengalami kelainan berupa rasa gatal atau terbakar pada mata, 27 responden (20.0%) mengalami kelainan berupa penglihatan kabur, 40 responden (29.6%) mengalami kelainan berupa pengeluaran air atau kotoran mata berlebihan, dan 35 responden (25.9%) mengalami kelainan berupa photophobia. Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 6 Green Medical Journal: Jurnal Kedokteran, Vok No. (Bulan, Tahun) ; P-1S8N; 2548-4979) E-198N 2688-7561 PEMBAHASAN Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 72 responden (53.3%) berumur 21-24 tahun, 57 responden (42.2%) berumur 17-20 tahun, 5 responden (3.7%) berumur 25-28 tahun, dan 1 responden (0.7%) berumur 2 29 tahun. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penclitian yang dilakukan di Gulf Medical University, Ajman dimana penelitian tersebut ‘menunjukkan bahwa responden dengan umur 17-20 tahun merupakan yang terbanyak, yakni 163 responden (67.6%), 68 responden (28.1%) berumur 21-24 tahun, 9 responden (3.7%) berumur 25-28 tahun dan 1 responden (0.4%) berumur 2 29 tahun. Pengguna lensa kontak yang paling banyak dari penclitian ini adalah pengguna berumur 21-24 tahun karena sebagian besar sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa. Banyak kalangan muda masa kini yang bergaya hidup modern, mengikuti fashion dan tidak mau ketinggalan zaman. Alasan utama mereka menggunakan lensa kontak adalah untuk memperindah warna bola mata dan meningkatkan tajam penglihatan, khususnya bagi pengguna yang mengalami gangguan refraksi, Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar responden yaitu 132 responden (97.8%) berjenis kelamin perempuan dan 3 responden (2.2%) berjenis Kelamin laki-laki Hasil penclitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Gulf Medical University dimana 156 responden (65.0%) adalah perempuan dan 84 responden (35.0%) adalah laki-laki. Hasil penetitian ini juga sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan di Owerri, South Eastern ~ Nigeria oleh Emereole, Alawuba dan Ogugua melaporkan bahwa perempuan yang mengggunakan lensa kontak adalah 79.3%, Pengguna lensa kontak yang paling banyak adalah kaum wanita, Karena kaum wanita adalah kaum yang sangat memperhatikan penampilan, Kebanyakan pengguna lensa kontak, khususnya wanita berpendapat bahwa merubah wamna lensa mata adalah hal yang modern. Keberadaan lensa kontak pada awalnya tidak lepas dari penggunaan kacamata, Semula lensa kontak diciptakan untuk mengggantikan fingsi kacamata agar lebih praktis. Namum, seiring perkembangan zaman lensa Kontak dipakai untuk ‘fashion atau penunjang penampilan dan beralih fungsi tidak hanya penderita kelainan mata saja yang ‘memakainya, namun wanita dengan mata sehat pun dapat memakainya.*? Hasil penclitian pada tabel 2 memunjukkan bahwa 103 responden (76.3%) menggunakan lensa kontak dengan sesekali dan 32 responden (23.7%) menggunakan jenis lensa kontak daily wear (setiap hari. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Gulf Medical University Ajman yang menunjukkan bahwa pengguna lensa kontak dengan pola pemakaian daily wear (setiap hari) adalah yang paling banyak dengan persentase 41.0%. Pengguna lensa kontak yang menggunakan Jensa kontak setiap hari (daily wear) bertujuan optikal, yakni untuk meningkatkan ketajaman penglihatan dan sebagai terapi Kelainan refraksi pada mata, Sedangkan pengguna lensa kontak dengan pola pemakaian sesekali (occasional) menggunakan lensa kontak dengan tujuan kosmetik'® Berdasarkan durasi penggunaannya, S0 responden (37.0%) menggunakan lensa kontak dalam ‘kurun waktu 6 bulan, 44 responden (32.6%) menggunakan tensa kontak dalam kurun waktu 1 sampai 2 tahun, 22 responden (16.3%) menggunakan lensa kontak dalam kurun waktu 1 sampai 2 tahun, dan Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indones Green Medical Journal; Juraal Kedokteran, Vol No. (Bulan, Tahun): P-ASSN: 2568-4079, E-SSN 2685-7561 19 responden (14.1%) menggunakan lensa kontak dalam kurun waktu 6 sampai 12 bulan, Responden yang menggunakan lensa kontak dalam kurun waktu 6 bulan menggunakan tensa kontak dengan alasan kosmetik dan hanya menggunakan lensa kontak dengan pola pemakaian sesekali, sedangkan responden yang menggunakan lensa Kontak 1-2 tahun dan lebih dari 2 tahun menggunakan lensa Kontak dengan tujuan optikal, yaitu untuk terapi kelainan refraksi dan memperbaiki fungsi penglihatan dan digunakan rutin setiap hari, Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Universitas Chengdu yang memunjukkan bahwa responden yang menggunakan lensa kontak dalam kurun waktu 6 bulan adalah yang paling banyak dengan persentase 33.0%." Berdasarkan lama penggunaan dalam schari, 65 responden (48.1%) menggunakan lensa Kontak <6 jam dalam schari, 65 responden (48.1%) menggunakan lensa kontak selama 6-12 jam dalam schari, dan 5 responden (3.7%) menggunakan lensa kontak sclama 13-16 jam dalam sehari. Hasil penclitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Universitas Chengdu dimana sebagian besar responden menggunakan lensa Kontak selama 6-12 jam, yaitu dengan jumlah 161 responden (54.21%), 118 responden (39.73%) menggunakan lensa Kontak < 6 jam, 11 responden (3.70%) menggunakan lensa kontak selama 13-16 jam, dan 7 responden (3.26%) menggunakan lensa kontak > 16 jam. Lama waktu penggunaan lensa Kontak dalam sehari tidak lebih dari 8 jam, Lensa kontak adalah sebuah lensa yang diletakkan di permukaan korea, menggunakan lensa Kontak terlalu lama dapat menyebabkan kornea kekurangan oksigen. Hal ini memberat ketika menutup mata, yaitu menggunakan lensa kontak saat tidur. Hasilpenelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah ‘mempraktikkan perawatan lensa Kontak yang baik, yakni 134 responden (99.3%) mencuci tangan sebelum menggunakan dan melepaskan lensa Kontak, 109 responden (80.7%) menggunakan lensa Kontak sesuai dengan prosedur, 112 responden (83.0%) melepaskan lensa kontak sesuai dengan prosedur, dan 130 responden (96.3%) mencuci lensa kontak dengan pembersih lensa. Penclitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Gulf Medical University Ajman, Dari 76 responden yang, ‘menggunakan lensa kontak, sebagian besar responden, yaitu 55 responden (74.3%) mencuci tangan sebelum menggunakan dan melepaskan lensa Kontak, 44 responden (73.3%) menggunakan dan melepaskan lensa kontak sesuai dengan prosedur, dan 54 responden (71.1%) mencuci tensa kontak dengan pembersih lensa, Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Nigeria oleh Affiong A Ibanga et al yang menunjukkan bahwa 52% responden mencuci tangan sebelum menggunakan lensa kontak, 55.1% mengikuti prosedur membersihkan dan disinfeksi lensa Kontak dengan baik, 46.9% menggunakan cairan pembersih lensa kontak untuk membersihkan lensa Kontak dan 21.4% menggunakan air untuk membersihkan lensa Kontak. Perawatan lensa kontak yang buruk meningkatkan risiko penyakit keratitis mikrobial. Opthalmologist menganjurkan lensakontak dibersihkan dengan menggunakan cairan pembersih lensa kontak dan menyimpannya di tempat penyimpanan Iensa kontak yang diganti setiap 3 bulan setiap setelah digunakan ‘ Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 8 ‘Green Medical Journal, Jornal Kedokteran, Vol. No, (Bulan, Tahun) : P-ISSN 2548-40791 E-1SSN 2685-7561 Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan sebagian besar responden’ menggunakan lensa kontak dengan tujuan Kosmetik dengan jumlah 69 responden (51.19%), 65 responden (48.1%) ‘menggunakan lensa kontak dengan tujuan optikal, dan 1 responden (0.7%) menggunakan lensa kontak dengan tujuan terapeutik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Universitas Sam Ratulangi, didapatkan hasil bahwa dari 30 responden, 21 responden (70%) menggunakan lensa kontak untuk estetika sedangkan yang menggunakan lensa kontak sebagai pengganti kacamata hanya 9 responden (30%). Namun penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di SMK Nusantara Ciputat yang menunjukkan bahwa dari 60 responden, 33 responden (55.0%) responden menggunakan lensa kontak dengan tujuan optikal dan 27 responden (45.0%) menggunakan lensa kontak dengan tujuan kosmetik. Lensa kontak dipilih sebagai alat bantu penglihatan dikarenakan juga dapat membuat penampilan lebih menarik dibandingkan saat menggunakan kacamata, Seperti yang diungkapkan oleh Wakarie bahwa lensa kontak yang langsung diletakkan pada korea secara umum mempunyai fungsi yang sama dengan kacamata konvensional berfrime. Namun, perlu diketahui penempatan lensa Kontak yang langsung pada kornea yang sebenamya benda asing tersebut untuk ‘ubuh agar tetap aman digunakan tentunya memerlukan cara-cara perawatan yang tepat, karena tidak jarang cara perawatan yang salah dapat menyebabkan risiko iritasi pada mata." Hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan bahwa 61 responden (45.2%) mengalami kelainan berupa mata merah, 54 responden (40.0%) mengalami kelainan berupa dry eye, 40 responden (29.6%) mengalami kelainan berupa pengeluaran air atau Kotoran mata berlebihan, 35 responden (25.9%) mengalami Kelainan berupa nyeri pada mata, 35 responden (25.9%) mengalami kelainan berupa photophobia, 27 responden (20.0%) mengalami kelainan berupa penglihatan kabur, dan 25 responden (18.5%) mengalami Kelainan berupa rasa gatal atau terbakar pada mata. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Gulf Medical University, Ajman dimana sebagian besar responden mengalami kelainan berupa mata merah yaitu dengan jumlah SO responden (65.8%), 43 responden (57.3%) mengalami mengalami kelainan berupa dry eye, 42 responden (55.3%) mengalami kelainan berupa rasa gatal pada mata, 34 responden (44.7%) mengalami kelainan berupa rasa terbakar pada mata, 33 responden (43.4%) mengalami kelainan berupa rasa nyeri pada mata, 32 responden (42.0%) mengalami kelainan berupa penglihatan kabur, 29 responden (38.7%) mengalami kelainan bberupa pengeluaran air mata berlebihan, dan 12 responden (15.8%) mengalami kelainan berupa photophobia. Komplikasi lensa kontak bisa disebabkan oleh faktor mekanik, fisiotogik, imunologik, dan perubahan pada kelenjar air mata. Faktor mekanik yang menyebabkan iritasi dan abrasi dari mata ‘atau bola mata karena bahan lensa kontak, desain fensa kontak, bentuk lensa kontak, dan lensa yang berinteraksi dengan benda asing seperti debu. Faktor fisiologik seperti respon mata tethadap kurangnya oksigen, infeksi, dan paparan kimia termasuk cairn pembersih lensa kontak. Faktor imunologik seperti alergi yang dapat berupa intoleransi lensa. Faktor perubahan kelenjar air mata disebabkan oleh gabungan antara lensa dan lingkungan seperti kurangnya kelembaban atau aliran Penerbit : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia 9 Green Medical Journal :\Suraal Kedokteran, Vol, No. (Bulan, Tabun) : P-SSN 2848-4079 E-4SSN 2685-7561 udara, perubahan pada lensa Kontak dapat mengganggu fungsinya untuk mengeluarkan produk sisa dan benda asing dari mata, melubrikasi dan mencegah terjadinya dry eye, 6") Korea tidak memilki pembuluh darah sehingga kornea memperoleh oksigen dari metabolisme udara di sekitamya. Ketika komea mengalami hipoksia, maka metabolisme kornea akan tertekan dan sebagai kompensasi komea akan melakukan metabotisme anaerob yang menghasitkan asam taktat, ‘Asam laktat yang banyak menyebabkan aliran osmotik sehingga aliran cairan (ait) yang masuk ke korea lebih cepat dibandingkan keluamya air dari kornea yang menyebabkan edema kornea. Hipoksia kornea kurang dari 5% terjadi saat tidur dengan menggunakan lensa Kontak karena oksigen yang tersedia saat mata tertutup hanya % dari oksigen yang tersedia saat mata terbuka. Hipoksia ‘kornea lebih dari 20% dapat menyebabkan penglihatan kabur dan penurunan fungsi penglihatan."”” Iritasi dari permukaan terluar korea (keratitis superfisial) dapat disebabkan karena iritasi rmekanik, infeksi, alergi,cairan pembersih lensa kontak, atau gabungan dari faktor tersebut. Gejalanya bermacam-macam, tetapi gejala yang paling sering adalah nyeri, rasa benda asing, dan gejala lainnya.? Mata merah adalah komplikasi yang paling sering terjadi, akan tetapi dapat disebabkan oleh penyebab lain selain lensa kontak atau dapat diperberat oleh penggunaan lensa kontak. Penyebab yang mungkin adalah infeksi, alergi, kelembaban yang rendah, hipoksia, debu atau benda asing, deposit Jensa kontak yang menyebabkan iritasi atau respon imum, atau bentuk lensa kontak.\"? Produksi mukus yang berlebihan biasanya disertai oleh Komplikasi lainnya. Mukus yang berlebihan merupakan gejala pertama dari ulkus kornea atau infeksi lainnya. Mukus yang berlebihan Jjuga berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada kelenjar air mata seperti sindrom dry eye atau alergi."? Komplikasi yang terjadi pada pengguna lensa kontak paling sering disebabkan karena kurangnya perawatan lensa Kontak. Selain itu, karena kurangnya kebersihan saat menggunakan lensa Kontak, tempat dan alat bantu penggunaan lensa kontak yang kurang higienis, maupun kebiasaan buruk dari pengguna tensa Kontak itu sendiri. Tatalaksana komplikasi tersebut sesuai dengan penyebabnya, seperti berhenti menggunakan lensa kontak untuk beberapa waktu, modifikasi bentuk Jensa kontak atau waktu penggunaan lensa kontak, atau dengan menggunakan antibiotik.”” KESIMPULAN DAN SARAN Dari 135 responden 72 responden (53.3%) berumur 21-24 tahun, 132 responden (97.8%). adalah perempuan, 103 responden (76.3%) menggunakan lensa Kontak occasional! sesekali, 50 responden (37.0%) menggunakan lensa kontak selama kurang dari 6 bulan, masing-masing 65 responden (48.1%) menggunakan lensa kontak selama kurang dari 6 jam dan 6-12 jam dalam sehari, sebagian besar pengguna lensa Kontak telah melakukan perawatan lensa kontak yang baik. Dari 135 responden, 69 responden (51.1%) menggunakan lensa kontak dengan tujuan kosmetik. Komplikasi yang paling sering pada pengguna lensa kontak adalah mata merah, yaitu sebanyak 61 responden im Indonesia 10 Green Medical Journal ural Kedokteran, Vol. No, (Bulan, Tahun) : P-SSN:2548-4079/ E-1SSN 2688-7561 (45.2%). Keterampilan dalam pemakaian, pelepasan, perawatan, dan lama waktu penggunaan lensa Kontak harus sesuai prosedur agar tidak terjadi iritasi, infeksi, bahkan kebutaan pada mata. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih spesifik dalam menentukan sampel penelitian dan melakukan pemeriksaan langsung pada mata pengguna lensa kontak untuk melihat adanya Komplikasi yang terjadi. UCAPAN TERIMA KASIH uji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia dan kkasih sayangNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis tmiah yang berjudul “Karakteristik Penggunaan Lensa Kontak (Soft Lens) di Masyarakat Kota Makassar” disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi preklinik di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. Keberhasilan penyusunan karya tulis il dan materil dari berbagai

You might also like