You are on page 1of 14

KERAGAMAN FENOTIPIK PLASMA NUTFAH JAGUNG LOKAL

SULAWESI BARAT DAN SULAWESI TENGAH DENGAN


JAGUNG ASAL CIMMYT UNTUK SELEKSI
JAGUNG PROVIT - A

PHENOTYPIC DIVERSITY OF LOCAL CORN GERMPLASM


WEST SULAWESI AND CENTER SULAWESI WITH
CORN FROM CIMMYT FOR SELECTION
OF PROVIT- A OF CORN

Juhriah1, Baharuddin2, Yunus Musa3 & Marcia B. Pabendon 4

1. Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin


2 Jurusan Hama & Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
3 Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
4 Kelti Pemuliaan Tanaman Balitsereal Maros

Alamat Korespondensi:
Dra Juhriah, M.Si
Jurusan Biologi fakultas MIPA
Universitas Hasanuddin
Makassar: 90245
HP: 081342455659
Email: juhriah@gmail.com

1
ABSTRACT

Plant germplasm as a source of specific gen can be used as for improving plant character in a plant
breeding. Plant germplasm have a function as gene and bio-resources and become a supporting of
life, conservable, however it will not recovery if the gene itself losses. Collection of Germplasm must to
conservation and characterication especially agronomic ,and phenotypic characters. One of the
important characters of maize that is associated with specific high content of carotenoids (provitamin-
A) The research about phenotypic diversity at Local Corn germplasm from Central Sulawesi dan West
Sulawesi with Provit A of Corn from CIMMYT was carried out from June until October 2011.
Preparation and planting was carried out in the experimental farm of Balitsereal Maros. There were
11 corn germplasm planted in a single row of 5 m length, arranged in Randomized block design with 3
block. Similarity and clustering using NTSYST program, kuantitatif data were analysis ANOVA. The
results of the research showed that many characters phenotypic are significant with corn from
CIMMYT but some character not significant.. The coefficient similarity based on all morphological
characters from 0.52 until 0.84. Local gemplasm corn from West Sulawesi (Biralle Cella) have
coefficient similarity 0.75 with Carotenoid Syn 3 (CIMMYT). Dendrogram based on phenotypic
similarity showed that varieties Srikandi Kuning 1 and Lamuru very similar (similarity 0.84).
Key words : germplasm, local corn, phenotypic, West Sulawesi, Central Sulawesi, CIMMYT

ABSTRAK

Plasma nutfah sebagai sumber gen spesifik dapat digunakan untuk memperbaiki karakter yang
diinginkan dalam pemuliaan tanaman. Plasma nutfah tanaman berfungsi sebagai sumberdaya hayati,
sumber gen dan menjadi penyangga kehidupan, dapat dilestarikan akan tetapi jika telah musnah maka
tidak akan ditemukan kembali. Koleksi plasma nutfah harus dikarakterisasi khususnya karakter
agronomi dan Fenotipik. Salah satu karakter penting tanaman jagung berkaitan dengan kandungan
khusus yaitu adanya karoteniod (provitamin-A) yang tinggi. Penelitian tentang keragaman fenotipik
plasma nutfah jagung lokal Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah dengan jagung provit A asal
CIMMYT telah dilaksanakan sejak bulan Juni sampai oktober 2011. Penyiapan dan penanaman benih
jagung dilaksanakan di Kebun Penelitian Balitsereal Maros. Sebanyak 11 entri plasma nutfah jagung
ditanam satu baris sepanjang 5 m, disusun dalam Rancangan Acak Kelompok, 3 kelompok. Kesamaan
fenotipe dan pengelompokan menggunakan program NTSYS, analisis data kuantitatif dengan
ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan karakter fenotipik jagung lokal berbeda dengan
jagung CIMMYT. Koefisien kesamaan seluruh karakter morfologi dari 0,52 sampai 0,84.Plasma
nutfah jagung lokal Sulawesi barat memiliki koefisien kesamaan 0,75 dengan Carotenoid Syn 3
(CIMMYT) Dendrogram berdasarkan kesamaan fenotipik menunjukkan bahwa varietas Srikandi
kuning 1 dan Lamuru sangat mirip (kesamaan 0,84).

Kata kunci: plasma nutfah, jagung lokal, fenotipik, Sulawesi Barat, Sulawesi tengah,
CIMMYT

2
PENDAHULUAN

Penduduk dunia mengalami peningkatan populasi sangat cepat. Menurut


perkiraan, di akhir tahun 2050, populasi dunia akan mengalami peningkatan dua kali
lipat yaitu mendekati 12 milyar yang berarti membutuhkan produk bahan pangan dua
kali lebih banyak dari saat ini, selain itu lebih dari 2 miliar penduduk dunia diduga
mengalami defisiensi vitamin dan mineral, terutama vitamin A, iodium, besi dan
Zink. Kebanyakan hidup di negara dengan pendapatan rendah dan mengalami
difisensi lebih dari satu mikronutrien (WHO dan UNICEF, 2007) Penduduk Afrika
mengkonsumsi jagung sekitar 100 gr/hari. Sekitar 32 % penduduk Afrika mengalami
defisiensi vitamin A. Peningkatan kandungan provitamin A beberapa kultivar jagung
diharapkan dapat menutupi kekurangan nutrisi bagi jutaan penduduk Afrika.
Sebanyak 50 juta penduduk dunia saat ini mengalami defisiensi vitamin A
yang berakibat pada gangguan penglihatan, serta meningkatkan angka kematian anak
dan wanita hamil (WHO, 2010). Sekitar 250.000 sampai 500.000 anak-anak kurang
gizi di negara berkembang menjadi buta setiap tahun akibat kekurangan vitamin A,
dengan prevalensi tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika, kira-kira setengahnya
meninggal dan lainnya menjadi buta dalam waktu satu tahun, ( Wikipedia, 2010)
Defisiensi mikronutrien merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
berkaitan langsung dengan proses perkembangan ekonomi. Defisieni vitamin A,
iodium dan besi sangat penting dalam kesehatan masyarakat secara global. Bank
dunia memperkirakan bahwa $180 milliar kehilangan produktivitas secara global
seharusnya dicegah dengan hanya menginvestasikan $4 sampai $5 dalam pencegahan
defisiensi dengan menggunakan tehnologi yang tersedia. Biofortifikasi atau
suplementasi merupakan cara intervensi secara tradisional ( Unnevehr, Pray, &
Paarlberg , 2007).
CIMMYT bekerjasama dengan berbagai Negara di dunia sedang
mengembangkan pembentukan varitas jagung provitamin A (Provit A) dan
diperkirakan akan dapat meningkatkan tingkat kecukupan gizi manusia di bumi ini

3
mengingat sekitar 1,2 miliar orang didunia ini mengkonsumsi jagung sebagai
makanan pokok sementara jagung yang dihasilkan kekurangan vitamin dan mineral
esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Jagung putih yang banyak dikonsumsi oleh
manusia khususnya di benua Afrika tidak mengandung provitamin A. Jagung kuning
mengandung sekitar 2 mikrogram per gram, masih jauh dibawah angka kecukupan
nutrisi
Plasma nutfah merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan keragaman tanaman, sehingga ada peluang untuk memperbaiki
karakter suatu populasi dan membentuk varietas jagung. Indonesia miskin plasma
nutfah jagung, sehingga dalam pemuliaan perlu menjalin kerja sama dengan negara
lain untuk memperkaya plasma nutfah. Tanpa plasma nutfah yang mengandung gen-
gen yang baik, pemuliaan tanaman tidak akan menghasilkan varietas unggul yang
diinginkan. Untuk memperbesar keragaman genetik perlu adanya introduksi
varietas/galur dari luar negeri dan koleksi dari pusat-pusat produksi di dalam negeri.
Koleksi ini perlu dilestarikan dan dilakukan karakterisasi sehingga sewaktu-waktu
dapat digunakan dalam program pemuliaan. CIMMYT (Meksico) merupakan sumber
utama plasma nutfah jagung di dunia (Mejaya, Azrai, dan Iriany 2004).
Peneliti di Balitsereal Maros sejak tahun 2008 telah melakukan uji multi
lokasi beberapa populasi dan galur asal CIMMYT untuk seleksi jagung provitamin A,
Program untuk merilis jagung Provit-A sebagai Varietas Unggul Nasional sedang
digalakkan dengan target penyebaran diarahkan pada wilayah rawan pangan seperti
di NTT, NTB, NAD, Bali, Jatim, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Pembentukan varietas unggul provit-A akan memperkaya bahan pangan non-beras
dan non-gandum sehingga masyarakat memiliki banyak alternative pilihan sumber
karbohidrat, protein, asam amino, dan beta-caroten. Disamping itu ketersediaan beta-
caroten dalam bentuk jagung dapat menambah bahan konsumsi untuk kesehatan
masyarakat. Hasil penelitian Yasin (2008) menunjukan bahwa sejumlah populasi
jagung Provit-A benih asal CIMMYT dapat beradaptasi baik untuk lingkungan

4
dataran rendah tropis mempunyai peluang untuk menghasilkan varietas unggulan
baru jagung provit-A yang kaya beta carotene
Giuliano dkk (2008) memanfaatkan variasi genetik dan biokimia alami dalam
koleksi plasma nutfah jagung untuk mengidentifikasi potensi titik kontrol transkripsi
yang mempengaruhi akumulasi karotenoid endosperm, karena kontrol transkripsi
memainkan peran besar dalam karotenogenesisPlasma nutfah adalah sumber gen
yang hanya bermanfaat jika dilakukan pengkajian dan penelitian guna mengungkap
sifat-sifat unggulnya agar dapat dikembangkan guna menjawab masalah yang sedang
dihadapi bangsa ini. Salah satu sifat penting jsgung adalah adanya kandungan
karotenoid pada endosperm .Karotenoid merupakan kelompok yang memiliki lebih
dari 750 struktur ditemukan pada bakteri, jamur, ganggang, dan tanaman (Britton et
al., 2004.). Pada tumbuhan tingkat tinggi, pigmen ini memiliki banyak peran
biologis. Misalnya, sebagai pigmen aksesori dalam fotosintetik yang berfungsi
dalam fiksasi cahaya dan photoprotection (Niyogi, 2000). Toleransi panas dan stres
ringan dimediasi oleh karotenoid antioksidan yang melindungi dari peroksidasi
membran lipid (Davison, 2002; Havaux et al, 2007;. Johnson et al, 2007). Nambara
and Marion-Poll,(2005) menyatakan bahwa karotenoid juga merupakan prekursor
untuk pembelahan produk, seperti asam absisik apocarotenoid (ABA), yang
mengatur pertumbuhan tanaman, perkembangan embrio, dormansi, dan respon
terhadap stres (Li , Vallabhaneni , Yu , Rocheford , dan Wurtzel , 2008b)
Plasma nutfah hanya dapat diberdayakan apabila tersedia informasi yang
cukup tentang sifat-sifat morfologi dan agronomi, evaluasi ketahanan dan toleransi
terhadap cekaman serta perbaikan gizi. Salah satu kekayaan yang tersedia adalah
plasma nutfah jagung kuning lokal Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah yang telah
dikoleksi dan disimpan di Balitsereal Maros. yang kemungkinan mengandung
karoten yang tinggi (provitamin A) yang pada endosperm.
Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk mengkaji seberapa besar
kereagaman fenotipik antara jagung lokal Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah

5
dengan jagung provit A asal CIMMYT, demikian juga Srikandi kuning 1 dan Lamuru
berdasarkan karakter fenotipiknya organ vegetatif maupun generatif sebagai langkah
awal untuk seleksi calon Provit A lokal.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Rancangan Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Kebun Pnelitian (KP) Balitsereal Maros pada bula
Juni sampai Oktober 2011. Desain penelitian adalah Rancangan Acak Kelompok
dengan 3 kelompok. Masing-masing entri ditanam satu baris pada panjang plot 5,0
m. jarak tanam 75 x 20 cm satu tanaman per lubang.jarak antar kelompok 1,0 m.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan adalah 11 nomor entri jagung koleksi Balitsereal
Maros, terdiri dari 3 nomor entri plasma nutfah jagung lokal Sulawesi Barat, 4
nomor entri asal Sulawesi Tengah, 2 nomor entri jagung calon varietas provit A asal
CIMMYT yang telah dilakukan uji multi lokasi (UML) dan 2 varietas yang telah
dirilis. Daftar nomor, nama dan asal entri yang digunakan disajikan pada Tabel 1.
Penelitian dipupuk dengan urea, SP36 dan KCl (300-200-100) kg/ha. Setelah
tanaman berumur tujuh hari akan diberi pupuk Urea sepertiga bagian serta seluruh
takaran SP36 dan KCl, selanjutnya saat umur 42-45 hst diberi pupuk kedua yaitu
Urea sebanyak duapertiga bagian. Pupuk diberikan secara tugal disamping tanaman
kemudian ditutup diikuti pembumbunan dan penyiangan.

Metode pengumpulan data


Karakterisasi dilakukan berdasarkan pedoman International Union For the Protection
of New Varieties of Plants (UPOV) 1994 yang dilengkapi dengan Baru Unik
Seragam Stabil (BUSS) dan Panduan Karakterisasi Tanaman Pangan (Jagung dan
Sorgum) Deptan, Badan Litbang Pertanian, Komisi Nasional Plasma Nutfah (2004).
Parameter morfologi yang diamati (masing-masing 10 individu setiap baris), antara
lain adalah:

6
1. Warna dan bentuk daun pertama
2. Warna akar
3. Warna, ukuran, posisi daun
4. Tinggi tanaman, tinggi tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol
dan rachis , diameter dan warna janggel
5. Panjang, tipe, warna sekam, dan kepadatan spikelet
6. Warna anthera dan rambut
7. Warna, tipe, jumlah biji, jumlah baris biji
8. Penutupan klobot
9. Umur berbunga jantan maupun betina
10. Bobot 1000 biji, dll
Bunga jantan maupun bunga betina disungkup agar tidak terjadi penyerbukan
silang . Penyerbukan dilakukan dengan cara selfing .
Analisis data
Data kuantitatif faktor dilakukan analisis variansi (ANOVA), untuk data yang
berbeda nyata dilakukan uji lanjut (BNT 5 %)
Semua data baik kualitatif maupun kuantitatif diubah menjadi data biner
untuk analisis data morfologi dan penyusunan dendogram untuk melihat
kekerabatannya dengan menggunakan program NTSYS ((Numerical Taxonomy
System; Rohlf, 2000). Kesamaan antara 2 operational taksonomi unit (OTU)
dihitung dengan metode simple machine coefficient (SMC) dan clustering dengan
UPGMA. (Unweighted Pair Group Aritmhatics Analysis)

a+d
SMC = ------------------
a+b+c+d

dimana
a = ciri yang muncul pada kedua OTU (1,1)
b = ciri yang muncul pada OTU 1 dan tidak muncul pada OTU2 (1,0)

7
c = ciri yang tidak muncul pada OTU 1 dan muncul pada OTU2 (0,1)
d = ciri tidak muncul pada kedua OTU (0,0)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan morfologi sejak awal pertumbuhan sampai pasca panen
pada 11 entri jagung dan dari 33 karakter yang diamati setelah dilakukan analisis
variansi menunjukkan bahwa beberapa parameter fenotipik yang berbeda
nyata.diantaranya tinggi tanaman, tinggi tongkol, lebar daun, panjang tangkai
tongkol, panjang tongkol, jumlah baris pertongkol, jumlah biji perbaris, dan
parameter malai. Uji lanjut beberapa faktor produksi disajikan pada tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa panjang tongkol Biralle Maridi Polmas dan
Lokal Jole 2 tidak berbeda nyata dengan kedua pembanding, Lokal Dale (Sulawesi
Tengah) dan Srikandi kuning 1 dan Lamuru memiliki tongkol yang lebih panjang
dari jagung CIMMYT, sedangkan entri lainnya lebih pendek. Diameter tongkol
semua entri berbeda nyata dengan salah satu atau kedua pembanding CIMMYT,
Biralle Maridi, Srikandi kuning 1 dan Lamuru diameter tongkolnya lebih besar dari
kedua jagung CIMMYT. Biralle Maridi Polmas dan dua varitas yang diuji memiliki
jumlah baris per tongkol lebih banyak dari jagung CIMMYT, entri lainnya jumlahnya
lebih sedikit. Lokal Dale memiliki jumlah baris biji pertongkol lebih banyak dari
jagung CIMMYT demikian juga Srikandi Kuning dan Lamuru.. Jumlah biji perbaris
pada entri 5 entri tidak berbeda dengan CIMMYT sedangkan bobot 1000 biji pada
entri jagung lokal Majene, Biralle Cella Polewali, Lokal Dale,Srikandi kuning 1 dan
Lamuru tidak berbeda dengan jagung CIMMYT. Biralle maridi Polmas memiliki
bobot biji yang lebih tinggi (berat) dari jagung CIMMYT demikian juga dua varietas
yang diteliti. Hasil uji lanjut beberapa parameter produksi selengkapnya disajikan
pada tabel 2.
Semua data fenotipik baik pada organ vegetatif maupun generatif dibuat
dalam bentuk data biner. Koefisien kesamaan antar entri menunjukkan nilai

8
bervariasi dari terendah 0,52 (pasangan Biralle Maridi Polmas dan lokal Tongo) dan
tertinggi 0,84 (Srikandi Kuning 1 dan Lamuru). Hasil selengkapnya disajikan pada
tabel 3.
Berdasarkan koefisien kesamaan fenotipik kemudian dibuat dendrogram
untuk menunjukkan kekerabatan 11 entri jagung asal Sulawqesi Barat, Sulawesi
tengah, Srikandi kuning 1, lamuru dan 2 jagung provit A asal CIMMYT ( Kui
Karotenoid syn dan carotenoid syn 3)
Pada koefisien kesamaan 0.70 maka 11 entri tersebut membentuk 3 kelompok
yaitu kelompok 1 beranggotakan 6 entri, kelompok 2 beranggotakan 2 entri (Biralle
Cella dari Sulawesi Barat dan Carotenoid Syn 3 dari CIMMYT) dan kelompok 3
beranggotakan 3 entri (Sidondo miu, Jole 2 dan Tongo) ketiganya dari Sulawesi
Tengah. Dua varietas yaitu Srikandi kuning 1 dan Lamuru secara fenotipik sangat
berkerabat dengan derajat kesamaan 0,84. Hal ini berarti bahwa Biralle Cella dari
Sulawesi Barat berkerabat dekat dengan carotenoid Syn 3 asal CIMMYT, sedang
Lokal Dale lebih berkerabat dengan jagung asal CIMMYT lainnya yaitu Kui
Karotenoid Syn. Hasil selengkapnya disajikan pada dendrogram (gambar 1).

KESIMPULAN

Biralle maridi Polmas (Sulawesi Barat) memiliki lebih unggul dari jagung
CIMMYT pada karakter diameter tongkol, jumlah baris dan bobot 1000 biji.
Srikandi Kuning 1 dan lamuru memiliki karakter produksi yang lebih unggul
dari jagung asal CIMMYT
Biralle Cella Polewali (Sulawesi Barat) secara fenotipik sangat berkerabat
dengan jagung CIMMYT (Carotenoid Syn 3) dengan derajat kesamaan 0,75.
Sedangkan Lokal Dale lebih berkerabat dengan Kui Carotenoid syn Varitas Srikandi
kuning 1 dan Lamuru berkerabat dengan Kui carotenid Syn dengan derajat kesamaan
sekitar 0,74.

9
DAFTAR PUSTAKA
Britton, G., Liaaen-Jensens, Pfander H., (Editors), 2004. Carotenoid Hand Book.
Birkhauser Verlay, Basel.
Davidson, P.A. 2002. Overexpression of beta-caroten hydroxylase enhances stress
tolerance in Arabidopsis. Nature 418: 203-206

Giuliano G, Tavazza R, Diretto G, Beyer P, Taylor MA (2008) Metabolic


engineering of carotenoid biosynthesis in plants. Trends Biotechnol 26: 139–
145
Havaux, M., Dall’ osto I, and Bassi R., 2007. Zeaxanthin has enhanced antioxidant
Capacity with respect to all other Xanthophylls in Arabidopsis leaves and
functions independentof binding to PSI antennae. Plant Physiol. 145: 1506-
1520.
Li F, Vallabhaneni R, Wurtzel ET (2008a) PSY3, a new member of the phytoene
synthase gene family conserved in the Poaceae and regulator of abiotic-stress-
induced root carotenogenesis. Plant Physiol 146: 1333–1345
Li F, Vallabhaneni R, Yu J, Rocheford T, Wurtzel ET (2008b) The maize phytoene
synthase gene family: overlapping roles for carotenogenesis in endosperm,
photomorphogenesis, and thermal stress-tolerance. Plant Physiol 147: 1334–
1346
Mejaya, M.J. Azrai, M. dan Iriany R.N. 2004. Pembentukan Varietas Unggul
Jagung Bersari Bebas. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros, Jagung:
Teknik Produksi dan Pengembangan.
Nambara E, and Marion-Poll A. (2005). Abscisic acid biosynthesis and catabolism.
Annu Rev. Plant Biol 56: 165-185
Niyogi, KK., 2000. Safety Valves for photosynthesis. Curr Opin plant Biol 3 : 455-
460
Rohlf, F.J. 2000. NTSYSpc Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System
Version 2.1.Applied Biostatistic Inc.
Unnevehr, L., Pray, C., & Paarlberg, R. (2007). Addressing micronutrient
deficiencies: Alternative interventions and technologies. AgBioForum, 10(3),
124-134. Available on the World Wide Web: http://www.agbioforum.org.
diakses 24 Oktober 2010.
UPOV, 1994. Union Internationale Four la Des Obstention vegetales . Maize (Zea
mays L.) Union For the Protection of New Varieties of Plants. .
WHO, World Food Programme, & UNICEF. (2007). Preventing and controlling
micronutrient deficiencies in populations affected by an emergency. Geneva,

10
Switzerland: WHO. Retrieved on December 20, 2007, from
http://www.who.int/nutrition/publications/WHO_WFP_UNICEFstatement.pdf

WHO, 2010. Micronutrient deficiencies. (Vitamin A Deficiency).


http://www.who.int/nutrition/topics/vad/en/index.html diakses 28 Okt ober
2010
Wikipedia, 2010 http://en.wikipedia.org/wiki/Vitamin_A_deficiency diakses 28 okt
2010.
Yasin, H.G., 2008. Pembentukan dan Pemurnian Jagung Khusus Provit-A. Laporan
Akhir RPTP 2008. Balai penelitian Tanaman Serealia (BALITSEREAL)
Maros.

11
Tabel 1. Daftar nomor, nama dan asal Plasma nutfah Jagung

No Entri Nama Entri Asal


1 Jg Majene Malanmuja Mamuju Sulawesi Barat
2 Biralle Cella Polewali Polewali Sulawesi Barat
3 Biralle Mariidi Polmas Campalagian Sulawesi Barat
4 Lokal. Sidondo miu Palu Sulawesi Tengah
5 Loka Tongo Palu Sulawesi Tengah
6 L.okaDale Sigi Palu Sulawesi Tengah
7 Lokal Jole 2 Donggala Sulawesi tengah
8 Kui carotenoid syn (a) CIMMYT
9 Carotenoid syn 3 (b) CIMMYT
10 Srikandi Kuning 1 INDONESIA
11 Lamuru INDONESIA

Tabel 2. Hasil Uji Lanjut (BNT) plasma nutfah jagung Lokal Sulawesi
Barat dan Sulawesi Tengah
Nama Entri Parameter
Pjg Tgkl Diameter Jumlah baris Jumlah Bobot 1000
(cm) tgkl (cm) /tgkl biji/baris biji (g)
Jg Majene 17,20 a 4.05a 12,43 ab 27,70 297.13
Biralle Cella Polewali 16,33 a 3.72a 11,35ab 19,97a 294.90
Biralle Mariidi Polmas 17,67 4.48b 13,90b 24,03 318.50b
Lokal. Sidondo miu 16,22 a 3.59ab 12,04ab 22,78a 240.27ab
Lokal Tongo 15.53 ab 3.77a 12,27ab 25,23 253.50ab
Lokal Dale 18,87 b 3.98a 12,67ab 29,37b 300.53
Lokal Jole 2 17,47 3.70a 12,43ab 26,77 229.23ab
Srikandi Kuning 1 19,57 b 4.67b 14,77ab 32,47b 314.17b
Lamuru 19.05 b 4.64b 14,17ab 30,60b 315.07b
Pembanding
Kui carotenoid syn (a) 18,85 4.40 13,70 28,63 306.13
Carotenoid syn 3 (b) 17,03 3.97 13,23 24,03 286.57
KK (%) 6,97 6,14 3,21 15,20 5.71
BNT (5%) 1,47 0,30 0,50 4,85 19.73

12
Tabel 3: Matriks Kesamaan Fenotipik Plasma nutfah jagung Lokal Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah,
Srikandi Kuning 1 dan Lamuru dengan jagung Provit A asal CIMMYT

Nomor & Nama 1.Jg. 2.B.cella 3.B.Maridi 4.L.Sidondo 5.Lokal 6.Lokal 7.Lokal 8.Kui 9.Car. 10.Srikandi 11.
Entri Majene (Polw) (Polm) Miu Tongo Dalle Jole2 Car.Syn Syn3 Kng1 Lamuru
1.Jg.Majene 1.00
2.B.cella(Polw) 0.73 1.00
3.B.Maridi(Polm) 0.80 0.73 1.00
4.L.SidondoMiu 0.64 0.59 0.59 1.00
5.L.Tongo 0.61 0.64 0.52 0.70 1.00
6.L.Dalle 0.59 0.59 0.66 0.64 0.68 1.00
7.Jole2 0.73 0.59 0.64 0.80 0.70 0.73 1.00
8.Kui Car.Syn 0.73 0.64 0.77 0.59 0.66 0.70 0.68 1.00
9.Car.Syn3 0.68 0.75 0.64 0.57 0.70 0.68 0.66 0.66 1.00
10.SrikandiKng1 0.66 0.68 0.75 0.57 0.61 0.80 0.64 0.75 0.73 1.00
11.Lamuru 0.70 0.77 0.77 0.57 0.61 0.70 0.61 0.77 0.70 0.84 1.00

13
Gambar 1. Dendrogram kekerabatan berdasarkann kesamaan fenotipik 11 entri
plasma Nutfah jagung lokal jagung Sulawesi Barat dan Sulawesi
Tengah, Srikandi Kuning 1, Lamuru dan Jagung CIMMYT

14

You might also like