You are on page 1of 10

JURNAL HUTAN LESTARI (2019)

Vol. 7 (1) : 462 – 471

PENGARUH KONSENTRASI CUKA KAYU DAN MEDIA TANAM PADA


PERTUMBUHAN SETEK PUCUK PANGAL (Baccaurea bracteata Muell)

Effect of consentration of wood vinegar and growing media on growth of pangal shoot cuttings
(Baccaurea bracteata Muell)

Maryam, Hanna Artuti Ekamawanti, Togar F Manurung


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. Jl. Daya Nasional Pontianak 78124
Email: maryamputri000@gmail.com

Abstract
Pangal is one of the peat forest plant species that can be used to restore degraded peat forest.
The purpose of this study was to obtain the most suitable concentration of wood vinegar for the
growth of pangal bud cuttings planted in cocopeat or cocopeat growing media + hust charcoal.
This study uses the experimental split plot method with a complete randomized pattern (CRD).
Treatment factor as the main plot of media with 2 levels of (cocopeat and cocopeat + husk
charcoal 2:1) and subplot with concentration Wood vinegar 3 levels (3%, 3.5% and 4%) with 5
replications. The results showed that the percentage of live of cuttings and the highest rooted
percentage was in a combination of treatment with media and 4% wood vinegar concentration
with a percentage of live of the cut reaching 100%. Significant treatment increases the length of
primary roots and the number of roots found in the growth of thr primary root length is (4.19
cm) in the treatment of cocopeat media and the concentration of 3% wood vinegar can increase
the growth of the primary roots length, for the highest average number of primary roots which
is 6.40 also in the same treatment the same is cocopeat media with a dose of 3% wood vinegar.
Significant treatment increases thenumber of roots is found in the treatment of secondary root
with an average value 33.6 was in the of cocopeat media treatment with 4% wood vinegar dose,
while the highest number of leaves with an average 6.60 was in the treatment of cocopeat +
husk charcoal with 4% wood vinegar concentration. Wood vinegar concentration and the
planting média that are most suitable for shoots cuttings are the concentration of wood vinegar
3% and 4% which can be applied to cocopeat media either without or with the addition of husk
charcoal.
Keywords: Baccaurea bracteata Muell, growth media, shoot cutting, wood vinegar.

PENDAHULUAN dan penurunan cadangan karbon (Tata


Hutan gambut umumnya terletak et al. 2013). Kondisi hutan gambut di
pada daerah curah hujan yang cukup Kuala Dua sudah terdegradasi sehingga
tinggi, saluran air yang buruk sehingga dapat mengakibatkan dampak negatif
tidak dapat mengalir dengan baik pada lahan hutan dan masalah terhadap
menyebabkan air akan tergenang. Pada lingkungan. Salah satu upaya pemulihan
tahun 1990-2010 luas area gambut di hutan yang terdegradasi yaitu restorasi.
Kalimantan mengalami penurunan yang Restorasi perlu dilakukan dengan tujuan
sangat drastis. Rusaknya hutan gambut untuk mengembalikan fungsi dan
disebabkan adanya pembuatan lahan komposisi hutan dengan mendekati
perkebunan yang dapat merusak kondisi semula dengan syarat
ekosistem, keanekaragaman jenis hayati menggunakan jenis-jenis lokal (Yuliani

462
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 462 – 471

2017). Menurut Ekamawanti et al. media tanam cocopeat dan cocopeat +


(2017), salah satu jenis lokal yang arang sekam akan memberikan
potensial adalah pangal (Baccaurea pengaruh pada pertumbuhan setek
bracteata Muell). Pangal merupakan pucuk pangal juga masih perlu
salah satu jenis tumbuhan asli hutan pengujian. Sehubungan dengan hal
gambut yang dapat digunakan untuk tersebut, maka penelitian ini bertujuan
merestorasi hutan gambut yang menentukan konsentrasi cuka kayu dan
terdegradasi. Hasil inventarisasi media tanam yang sesuai pada
vegetasi menunjukkan pangal pertumbuhan setek pucuk pangal.
ditemukan di lahan gambut yang METODOLOGI
terdegradasi di Kuala Dua. Penelitian ini dilaksanakan di
Salah satu upaya untuk menunjang rumah kasa Persemaian Bursa Anggrek
penyediaan bibit pangal yaitu Kota Pontianak. Waktu penelitian
perbanyakan secara vegetatif dengan selama ± 3 bulan. Alat yang digunakan
cara setek pucuk. Berhasilnya setek dalam penelitian ini adalah: gunting
pucuk ditandai dengan munculnya akar setek untuk memotong setek, ice box
pada pangkal setek pucuk dari untuk menyimpan bahan setek yang
tumbuhan tersebut. Stimulasi diambil dari pohon induknya di hutan
pertumbuhan akar memerlukan zat sekunder Kuala Dua, thermohigrometer
pengatur tumbuh dan media tanam. Zat untuk mengukur suhu dan kelembapan,
pengatur tumbuh yang sering digunakan gelas ukur untuk mengukur konsentrasi
adalah rootone-F. Adapun alternatif lain cuka kayu, potray untuk menanam
untuk merangsang pertumbuhan akar setek, hand sprayer untuk menyiram
setek pucuk adalah cuka kayu. setek, botol untuk menyimpan larutan
Komarayati et al. (2011) cuka kayu. Bahan yang digunakan
mengaplikasikan bahwa cuka kayu dalam penelitian adalah: semai pangal,
merupakan produk multi manfaat cuka kayu, rootone-F, cocopeat, arang
karena fungsinya sebagai pemacu sekam, aquades dan naungan berupa
pertumbuhan akar, penghambat bakteri paranet 80% serta boks propagasi.
dan jamur, anti oksidan, pupuk cair Pelaksanaan Penelitian
organik, dan sebagai pengawet. Pembuatan naungan setek pucuk
Penggunaan cuka kayu dalam Naungan setek pucuk terbuat dari
pembuatan setek pucuk merupakan hal paranet yang berfungsi sebagai
yang masih baru dan berpotensi pelindung tanaman dari sinar matahari
digunakan untuk membuat setek pucuk siang dan sore hari agar mendapatkan
pangal. Namun konsentrasi cuka kayu cahaya yang optimal untuk tanaman
dan media tanam yang sesuai untuk yang dinaungi sehingga tanaman
merangsang pertumbuhan akar pada tersebut tidak mengalami kematian
setek pucuk pangal belum diketahui. akibat terlalu banyak cahaya matahari
Apakah penggunaan cuka kayu dan

463
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 462 – 471

yang masuk. Paranet yang digunakan a. 7, 5 mL cuka kayu dilarutkan


paranet 80%. dalam 250 mL aquades
b. 8, 75 mL cuka kayu dilarutkan
dalam 250 mL aquades
Persiapan media tanam c. 10 mL cuka kayu dilarutkan dalam
Media yang digunakan adalah 250 mL aquades.
cocopeat dan cocopeat + arang sekam Masing-masing larutan ditetesi
(2:1) perbandingan menggunakan povidon iodine sebanyak 20 tetes
volume, media setek sebelumnya dicuci sebagai desinfektan dan pembersih
terlebih dahulu untuk menghilangkan apabila terdapat jamur pada setek pucuk
getah yang terdapat pada cocopeat pangal.
supaya tidak terkontaminasi dengan Pemberian perlakuan konsentrasi cuka
mikroorganisme yang terdapat pada kayu
media tersebut. Cocopeat dicuci Setek pucuk yang ditanam diberi
kemudian dijemur sampai mengering perlakuan konsentrasi cuka kayu dengan
agar tidak berjamur, lama penjemuran ± merendam setek selama 10 menit,
3 hari kemudian disimpan pada tempat setelah itu dioleskan zat pengatur
yang bersih. tumbuh rootone-F dalam bentuk pasta.
Pembuatan setek pucuk pangal Cuka kayu tidak menggandung hormon
Bahan setek pucuk pangal senyawa perangsang akar.
sepanjang 10-20 cm diambil dari semai Penanaman setek
pangal tidak seragam yang tumbuh di Sebelum setek ditanam, terlebih
hutan sekunder Kuala Dua. Bahan setek dahulu dilakukan penyiraman media
pucuk kemudian disimpan dalam ice setek serta dibuat lubang penanaman
box yang berisi es agar tanaman tidak pada media agar bahan setek tidak
layu. Pembuatan setek pucuk pangal rusak. Penanaman setek pucuk akan
dilakukan pada hari yang samasaat dilakukan setalah direndam dalam
pengambilan bahan setek. Bagian larutan cuka kayu selama 10 menit yang
pangkal setek pucuk digunting miring telah dioles rootone-F kemudian dapat
supaya memudahkan penyerapan segera ditanam pada lubang yang telah
hormon dengan panjang setek pucuk disediakan.
ukuran 5-10 cm, daun disisakan 2-3 Rancangan Percobaan
lembar dan dipotong 2/3 dari ukuran Penelitian ini menggunakan metode
daun untuk mengurangi penguapan eksperimen split plot dengan rancangan
yang berlebihan. dasar rancangan acak lengkap (RAL).
Pembuatan larutan cuka kayu Faktor petak utama, yaitu media tanam
Konsentrasi cuka kayu (Z) yang (M) dengan 2 taraf faktor yaitu
digunakan adalah (Z1= 3%), (Z2= cocopeat (M1) dan cocopeat + arang
3,5%) dan (Z3= 4%) dengan tahap sekam 2:1 (M2) dan faktor anak petak,
pembuatan: yaitu konsentrasi cuka kayu (Z) dengan

464
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 462 – 471

3 taraf faktor yaitu 3% cuka kayu (Z1), Apabila data dinyatakan tidak homogen
3, 5 % cuka kayu (Z2) dan 4% cuka maka sebelum analisis keragamannya
kayu (Z3) dengan 5 ulangan. dilakukan transformasi data dan apabila
Pengumpulan dan Analisis Data analisis ragam berpengaruh nyata maka
Data utama dalam penelitian untuk menentukan perlakuan yang
adalah: persentase hidup (%), terbaik terhadap variable yang diamat,
persentase berakar (%), panjang akar perhitungan dilanjutkan dengan Uji
primer (cm), jumlah akar primer (helai), Beda Nyata Jujur (BNJ).
panjang akar sekunder (cm) dan HASIL DAN PEMBAHASAN
pertambahan jumlah daun (helai). Data Berdasarkan hasil penelitian yang
penunjang dalam penelitian adalah data telah dilakukan dalam mengamati
suhu udara ̊(C) dan kelembapan udara pertumbuhan setek pucuk pangal yang
relatif (%). Sebelum dilakukan analisis diberi konsentrasi cuka kayu dan media
ragam, data diuji kehomogenan ragam tanam selama 3 (tiga) bulan dapat
galatnya menggunakan uji Barttlet. dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh konsentrasi cuka kayu dan
media tanam pada pertumbuhan setek pucuk pangal selama 12 minggu
setelah tanam (mst) (The recapitulation of analysis of varience results of
the effect of wood vinegar concentration and planting media on the growth
of cutting for 12 weeks after planting)
Perlakuan Panjang Jumlah Jumlah Jumlah
akar primer akar primer akar sekunder daun
(cm) (helai) (helai) (helai)
tn tn tn
Media tanam 0,15 0,05 0,0 0,08tn
Konsentrasi cuka kayu 4,19* 1,02tn 24,76** 2,31tn
Interaksi
Media X 3,07tn 2,58tn 10,17** 0,03tn
Konsentrasi cuka kayu
Keterangan: tn = tidak nyata * = berbeda nyata dengan uji BNJ α 5%
Persentase Hidup (%) selama 3 bulan dapat dilihat pada Tabel
Hasil pengamatan terhadap 2.
persentase hidup setek pucuk pangal
Tabel 2. Persentase Hidup (%) setek pucuk pangal dengan perlakuan media
tanam dan konsentrasi cuka kayu selama 12 minggu setelah tanam (mst)
(The pencentage of life of pangal shoot cuttings, treated with planting
media and the concentration of wood vinegar for 12 weeks after the
planting)
Konsentrasi Cuka Kayu (%)
Media 3 3,5 4
………. Persentase Hidup Setek (%) ………..
Cocopeat 80 60 100
Ccopeat + Arang Sekam 6 80 80

465
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 462 – 471

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat Media tanam sebagai tempat


bahwa persentase hidup setek dengan perkembangan akar yang merupakan
perlakuan media tanam cocopeat dan salah satu faktor lingkungan yang
cuka kayu 4% dapat hidup dan tumbuh mempengaruhi pertumbuhan setek.
semua. Konsentrasi cuka kayu 4% Cocopeat mampu menjaga kelembapan
paling sesuai untuk keberhasilan hidup tanah, memiliki aerasi dan drainase
setek pangal yang ditanam di media yang baik, tidak memiliki salinitas yang
cocopeat yang mencapai persentase tinggi, serta bebas dari hama dan
hidup 100%. Hasil penelitian lain penyakit (Prananda et al. 2014).
menyebutkan bahwa pemberian cuka Cocopeat mengandung unsur hara
kayu dengan konsentrasi 2% makro dan mikro yang dibutuhkan
menghasilkan pertambahan tinggi tanaman. Unsur hara yang terdapat pada
anakan sengon (Komarayati et al. cocopeat adalah kalium, fosfor,
2012). Sedangkan menurut Komarayati kalsium, magnesium dan natrium.
dan Santoso 2011, menyatakan bahwa Keunggulan cocopeat sebagai media
konsentrasi cuka kayu sebesar 2% tanam antara lain yaitu dapat
sudah dapat meningkatkan pertumbuhan menyimpan air yang mengandung unsur
dan produksi tanaman mengkudu. hara, sifat cocopeat yang senang
Menurut Komarayati et al. (2013) menampung air dalam pori-pori
cuka kayu merupakan bahan organik menguntungkan karena akan
yang dapat memperbaiki kualitas tanah menyimpan pupuk cair sehingga
berupa cairan warna kuning kecoklatan frekuensi pemupukan dapat dikurangi
yang diperoleh dari hasil samping (Agoes 1994). Adapun media tanam
pembuatan arang Cuka kayu dapat yang mempengaruhi hidup setek adalah
meningkatkan pertumbuhan tinggi dan arang sekam. Arang sekam adalah
diameter setek. Komponen kimia cuka sekam bakar yang berwarna hitam yang
kayu seperti asam asetat, metanol dan dihasilkan dari pembakaran tidak
fenol masing-masing mempunyai fungsi sempurna. Pengaruh arang sekam
dan manfaat bagi tanaman. Asam asetat terhadap pertumbuhan karena dapat
berfungsi untuk mempercepat dilihat dari karakteristik yang ringan
pertumbuhan dan pencegah penyakit dan kasar sehingga sirkulasi udara
tanaman. Metanol berfungsi untuk tinggi sebab banyak pori dan kapasitas
mempercepat pertumbuhan tanaman, menahan air yang tinggi. Unsur hara
dan fenol dapat mencegah serangan pada arang sekam antara lain nitrogen
hama dan penyakit yang terdapat pada 0,32%, phospat 0,15%, kalium 0,31%,
tanaman (Komarayati et al. 2012). calsium 0,96%, Fe 180 ppm, Mn 80,4
Keberhasilan setek tidak hanya ppm, Zn 14,10 ppm dan pH 8,5 – 9,0
dipengaruhi oleh dosis cuka kayu akan (Setyoadji 2015).
tetapi dipengaruhi adanya media tanam Pertumbuhan Akar Setek Pucuk
yaitu cocopeat dan arang sekam. Pangal

466
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 462 – 471

Hasil pengamatan rerata dilakukan selama 12 minggu di


pertumbuhan setek pucuk pangal yang lapangan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rerata pertumbuhan akar setek pucuk pangal dengan perlakuan media
tanam dan konsentrasi cuka kayu selama 12 minggu setelah tanam (mst)
(The average of root growth of pangal shoots cuttings, treated with
planting media and concentration of wood vinegar for 12 weeks after the
planting )
Konsentrasi Cuka Kayu (%)
Media 3 3,5 4
……………. Persentase Berakar (%)………..

Cocopeat 80 60 100
Cocopeat + Arang Sekam 60 80 80
………...... Panjang Akar Primer (cm)….......

Cocopeat 4.19* 2.12tn 4.83tn


Cocopeat + Arang Sekam 3.74tn 4.26tn 4.78tn
…............Jumlah Akar Primer (Helai)…........

Cocopeat 6.40tn 1.20tn 4.60tn


Cocoprat + Arang Sekam 2.60tn 4.00tn 4.20tn
……… Jumlah Akar Sekunder (Helai)……...

Cocopeat 10.4 ab 2.8 a 33.6 b


A A B
Cocopeat + Arang Sekam 9.4 ab 16.2 ab 21 ab
A B A
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf kapital yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak
signifikan dengan Uji BNJ pada α = 0.05 dan angka yang diikuti dengan huruf kecil yang
sama pada baris yang sama berbeda tidak signifikan dengan uji BNJ pada α = 0.05
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat menggunakan konsentrasi cuka kayu
bahwa pertumbuhan jumlah akar 3.5 dan 4%. Keputusannya adalah
sekunder pada media cocopeat dan perbanyakan jumlah akar sekunder yang
cocopeat + arang sekam pada memiliki pertumbuhan yang baik dapat
konsentrasi cuka kayu 3% keduanya mennggunakan konsentrasi cuka kayu
tidak signifikan tetapi pada konsentrasi 4%.
cuka kayu 3,5% keduanya signifikan. Hasil penelitian jumlah akar primer
Apabila ingin menggunakan media tidak berpengaruh nyata terhadap
cocopeat maka nilai tertinggi yaitu 33.6 pertumbuhan setek pucuk pangal.
pada konsentrasi cuka kayu 4% dan Namun, pertumbuhan setek pucuk
apabila ingin menggunakan media pangal mampu bertahan hidup hingga
cocopeat + arang sekam perbanyakan akhir penelitian. Pembiakan vegetatif
jumlah akar sekunder dapat tanaman dibuat untuk membentuk

467
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 462 – 471

tanaman baru yang sempurna bagian menunjukan bahwa keberadaan jumlah


akar, batang dan daun, biasanya akar sekunder memiliki nilai yang
tanaman baru tersebut mempunyai sifat bervariasi mulai 19 sampai 54,6.
yang sama dengan induknya. Sifat-sifat Konsentrasi cuka kayu 4% memiliki
yang ingin dipertahankan adalah hasil nilai tertinggi yaitu 54,6. Rerata
tinggi, mutu baik dan tahan terhadap terendah yaitu konsentrasi cuka kayu
penyakit. Sehubungan dalam hal ini 3,5% dengan rerata 19. Penambahan
banyak usaha yang dilakukan untuk cuka kayu pada setek pucuk pangal
merangsang, mendorong dan akan meningkat jumlah akar yang
mempercepat pertumbuhan akar serta dihasilkan. Faktor penting dalam
meningkatkan jumlah akar dan mutu pembentukan akar yaitu penyediaan air
akar. Di antaranya dilakukan dengan yang cukup untuk seluruh setek dan
pemberian zat pengatur tumbuh seperti mengurangi penguapan dari bagian atas
Indole Acatic Acid (IAA), Indole seperti daun, persediaaan udara yang
Butyric Acid (IBA), Phenoxy Acetic cukup di bagian bawah setek,
Acid (POA) dan sebagainya (Suprapto perkembangan dan pertumbuhan akar
2004). dapat terhenti jika kekurangan oksigen
Akar sekunder merupakan akar dan cahaya matahari yang terpencar
yang tumbuh dan berkembang menyebar rata dan suhu optimal yang
sepanjang akar primer. Fungsi akar tetap. Keadaan tersebut diperoleh
sekunder adalah membantu dalam dengan menggunakan media tanam
penyerapan unsur hara. Hasil penelitian yang bersifat spon sehingga dapat
menunjukan bahwa pemberian cuka menahan air banyak tetapi aerasi cukup
kayu 4% berkolerasi positif. Tabel 3 (Suprapto 2004).

a b
Gambar:
a. Panjang akar primer pada perlakuan media cocopeat dan cuka kayu 3%
b. Jumlah akar sekunder pada perlakuan media cocopeat dan cuka kayu 4%

468
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 462 – 471

Panjang akar primer


Tabel 4. Rerata panjang akar primer setek pucuk pangal dengan cuka kayu selama 12
minggu setelah tanam (mst) ( The average length of the primary root cutting
with the wood vinegar for 12 weeks after planting )
Cuka Kayu Rerata
3% 9,1 (ab)
3,5% 6.38 (a)
4% 12,82 (b)
BNJ = 5%
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ α = 5%
Berdasarkan hasil penelitian diketahui primer sebesar 70% akan meningkatkan
bahwa konsentrasi cuka kayu memberikan tingkat keberhasilan pertumbuhan, karena
perbedaan pengaruh yang signifikan pada akar primer akan membantu
pertumbuhan panjang akar primer. Hasil memperkokoh pertumbuhan. Pemberian
penelitian lain menyatakan bahwa IBA dengan konsentrasi tinggi pada
pemberian cuka kayu 2% menghasilkan prinsipnya tidak tidak menyebabkan
rata-rata pertambahan tinggi anakan keracunan terhadap setek pucuk dan dapat
sengon tertinggi (156,33 cm) dan terendah digunakan dalam kisaran konsentrasi yang
dengan cuka kayu 4% (75, 68) cukup lebar (Hardiwinoto et al. 2016).
(Komarayati et al. 2012). Akar primer adalah akar utama yang
Proses pembentukan akar pada terus tumbuh membesar dan memanjang,
tanaman dari hasil perbanyakan secara akar primer akan menjadi pokok yang
setek berbeda dengan yang berasal dari menopang. Akar primer sering juga
penyemaian benih. Akar pada setek disebut dengan akar tunggang dan akar
terbentuk secara adventif dari kambium lembaga. Berdasarkan hasil analisis ragam
dan bagian node (buku). Akar pada setek di atas diketahui dapat disimpulkan bahwa
terbentuk karena perlukaan dan akar jumlah akar primer setek tanaman pangal
terbentuk dari jaringan parenkim (Moko pada media cocopeat dinyatakan tidak
2004). Interaksi perlakuan tersebut signifikan. Begitupula dengan konsentrasi
memiliki cadangan makanan yang lebih cuka kayu yang dapat disimpulkan bahwa
banyak dan cadangan makanan akan dapat tidak terdapat perbedaan pengaruh
memacu pertumbuhan awal tanaman. signifikan yang diberikan oleh ketiga
Setek dengan media cocopeat mampu konsentrasi cuka kayu. Pada bagian
membentuk pertumbuhan akar. Proses interaksi dapat disimpulkan bahwa tidak
pembelahan, pemanjangan, dan terdapat interaksi antara media tanam
deferesiansi sel tergantung pada media dan dengan konsentrasi cuka kayu untuk
konsentrasi cuka kayu yang digunakan. variabel respon jumlah akar primer.
Pertumbuhan akar yang baik dapat Pertambahan Jumlah Daun Setek
menghasilkan pertumbuhan setek yang Pucuk Pangal
baik juga. Peningkatan panjang akar

469
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 462 – 471

Hasil pengukuran pertambahan minggu dapat dilihat pada Tabel 5.


jumlah daun setek pucuk pangal selama 12
Tabel 5. Rerata pertambahan jumlah daun setek pucuk pangal yang diberi
perlakuan media tanam dan konsentrasi cuka kayu selama 12 minggu
setelah tanam (mst) ( The Average of the increasing of leaves number of
pangal shoot cuttings, treated with planting media and consentration of
wood vinegar for 12 weeks after planting )
Konsentrasi Cuka Kayu (%)
Media 3 3,5 4
…………. Pertumbuhan Jumlah Daun (Helai)………
Cocopeat 3.40 4.00 4.18
Cocopeat + Arang Sekam 4.00 4.20 6.00

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa berfungsi tempat melakukan fotosintesis


pertambahan jumlah daun setek pucuk untuk proses pengolahan makanan dari
pangal pada media cocopeat dan cocopeat karbon dioksida dan air menjadi zat
arang sekam dinyatakan signifikan. Begitu tepung dengan bantuan energi cahaya.
pula dengan konsentrasi cuka kayu tidak Daun dapat berfungsi sebagai organ
terdapat perbedaan pengaruh signifikan penyimpan makanan untuk sementara
yang diberikan oleh ketiga konsentrasi maupun untuk jangka panjang.
cuka kayu. Pada bagian interaksi juga KESIMPULAN
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat Konsentrasi cuka kayu yang paling
interaksi antara media tanam dengan dosis sesuai untuk pertumbuhan setek pucuk
cuka kayu untuk variabel respon jumlah pangal terdapat pada konsentrasi 3% dan
daun. Daun merupakan salah satu organ 4% dengan menggunakan media cocopeat
penting dalam tumbuhan yang umumnya baik tanpa atau dengan penambahan arang
berbentuk pipih dan bewarna hijau. sekam.
Bewarna hijau karena mengandung SARAN
klorofil. Adapun daun yang gugur karena 1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk
kurangnya sinar matahari yang diserap melihat pertumbuhan perakaran pada
oleh klorofil untuk melakukan fotosintesis setek pucuk pangal dengan
dan menghemat cadangan makanan menggunakan media tanam dan cuka
dengan mengugurkan sebagian daun kayu.
sehingga tidak banyak makanan 2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk
disebarkan keseluruhan setek pucuk melihat keberhasilan perakaran dengan
pangal selain itu untuk mengurangi menggunaan dosis cuka kayu 4%.
penguapan. Daun berfungsi sebagai
tempat keluar masuk gas karbon dioksida UCAPAN TERIMAKASIH
dan oksigen. Bagian daun yang berfungsi Terimakasih kepada SEAMEO
keluar masuknya kedua macam gas BIOTROP melalui Dr. Hanna Artuti
tersebut adala stomata (mulut daun). Daun Ekamawanti, M.Si (sebagai Ketua

470
JURNAL HUTAN LESTARI (2019)
Vol. 7 (1) : 462 – 471

Peneliti) telah membantu dana penelitian Stimulan pertumbuhan mengkudu


ini dari penelitian DIPA Biotrop 2017 (Morinda citrifolia). Jurnal
berjudul ‘‘Pengembangan Sistem Penelitian Hasil Hutan 29 (2): 155-
178.
Paludikultur untuk Lahan Gambut
Terdegradasi: Karakterisasi Lahan Komarayati S, Gusmailina G, Pari G. 2014.
Gambut dan Teknik Propagasi Tumbuhan Pengaruh arang dan cuka kayu
terhadap peningkatan pertumbuhan
Indegenos’’.
dan simpanan karbon. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Hasil Hutan 32(4): 313-
Agoes DS. 1994. Aneka Jenis Media 328.
Tanam dan Penggunaannya. Jakarta:
Penebar wadaya. Komarayati S, Gusmailina, Pari G. 2014.
Pengaruh arang dan cuka kayu
Ekamawanti HA, Tata HL, Astiani D, terhadap peningkatan pertumbuhan
Ekyastuti W. 2017. Pengembangan dan simpanan karbon. Jurnal
Sistem Paludikultur untuk Restorasi Penelitian Hasil Hutan 32(4): 312-
Lahan Gambut Terdegradasi: 328
Karakterisasi Lahan Gambut dan
Teknik Propagasi Jenis Tumbuhan Moko H. 2004. Teknik perbanyakan
Indigenos. Laporan Penelitian Dipa tanaman hutan secara vegetatif.
Biotrop 2017. Pontianak. Informasi Teknis 2(1): 1-20

Gasprez V.1991. Metode Perancangan Prananda R, Indriyanto RM. 2014. Respon


Percobaan. Bandung: CV Armico. pertumbuhan bibit jabon
(Anthocephaluscadamba) dengan
Gunawan E. 2016. Perbanyakan Tanaman. pemberian kompos kotoran sapi pada
Jakarta: PT Agro Media Pustaka. media penyapihan. Jurnal Sylva
Gomez K, Gomez AA. 1995. Posedur Lestari 2 (3): 29-38
Statistik untuk Penelitian Pertanian. Suprapto A. 2004. Auksin zat pengatur
Edisi kedua. Penerjemah: Endang tumbuh penting meningkatkan mutu
Sjamsuddin, Justika S.Baharsyah. setek tanaman. Jurnal Penelitian
Jakarta: UI-Press. Inovasi 21(1): 81-90
Hardiwinoto S, Riyanti R, Widiyatno. Tata HL, Pradjadinata S. 2013. Regenerasi
2016. Percepatan kemampuan alami hutan rawa gambut terbakar
berakar dan perkembangan akar dan lahan gambut terbakar di
setek pucuk Shorea platyclados Tumbang Nusa, Kalimantan Tengah
melalui aplikasi zat pengatur tumbuh dan implikasinya terhadap
IBA. Jurnal Pemuliaan Tanaman konservasi. Jurnal Penelitian Hutan
Hutan 10 (2): 63-70 dan Konservasi Alam 10 (3): 327-
Hartmann HT, Kester DE. 1983. Plant 342.
Propagations Principles and Yuliani F. 2017. Pelaksanaan cannal
Practices. New Jersey (US): Prentice blocking sebagai upaya restorasi
Hall. Internasional Inc. Engelwoods gambut di Kabupaten Meranti
Clifs. Provinsi Riau. Spirit Publik 12 (1):
Komarayati S, Santoso E. 2011. Arang dan 69-84.
cuka kayu: Produk HHBK untuk

471

You might also like