You are on page 1of 14

Penelitian

102 Bashori A. Hakim

Kerukunan Umat Beragama


di Sumatera Barat

Bashori A. Hakim
Peneliti Puslitbang Kehidupan Keagamaan

Abstract Abstrak
The diversity of races, cultures, customs Beragamnya suku, budaya, adat-
and religions of the people in an area, istiadat maupun agama masyarakat di
could lead to a conflict in the related area. suatu daerah, dapat memicu timbulnya
This could happen also in the Province of konflik di daerah yang bersangkutan.
West Sumatra. Such assumption underlies Kemungkinan demikian tak terkecuali di
the feasibility of the study on religious Provinsi Sumatera Barat. Asumsi demikian
harmony in the area. From the results of melatarbelakangi dilakukannya studi
a case study with a qualitative method tentang kerukunan umat beragama di
that raises the issue of subject matter daerah tersebut. Dari hasil studi kasus
“how is the religious people harmony in dengan metode kualitatif yang mengangkat
West Sumatra”, revealed several things, permasalahan pokok “bagaimana
such as: the conflicts occurred among kerukunan umat beragama di Sumatera
religious people in some areas with various Barat”, terungkap antara lain: terjadi kasus-
backgrounds; the presence of the exclusivity kasus konflik di kalangan umat beragama
attitude and various schools of religious di beberapa daerah dengan latarbelakang
understanding, excessive ethnic and yang beragam; terdapatnya sikap
religious sentiments and the establishment eksklusivisitas dan berbagai aliran/faham
of the worship house which does not pay keagamaan, sentimen suku dan agama
attention on the regulations can lead to yang berlebihan serta pendirian rumah
a conflict among religious communities; ibadat yang tak mengindahkan peraturan
meanwhile, the cultures and local wisdoms yang ada dapat memicu timbulnya konflik
of Minang society which still exist in di kalangan umat beragama; sementara
society, the cultural assimilation, as well as itu, budaya dan kearifan lokal masyarakat
proactive role of the local government are Minang yang hingga kini masih eksis dalam
the integrative potency in improving the kehidupan masyarakat, adanya pembauran
harmony in West Sumatra. budaya, serta peran pemerintah daerah
yang proaktif merupakan potensi integratif
dalam upaya peningkatan kerukunan di
Key Words: Harmony, Religious Conflict Sumatera Barat.
and Integration Key Words: Kerukunan, Umat Beragama,
Konflik dan Integrasi

A. Pendahuluan menjadi salah satu pilar penting yang


perlu ditingkatkan. Keragaman adat-
Bangsa Indonesia selain terdiri istiadat dan budaya yang mengandung
atas bermacam suku, budaya dan adat- nilai-nilai luhur dalam kehidupan
istiadat, juga terdiri atas berbagai masyarakat yang kita sikapi sebagai
agama. Dengan demikian maka untuk khazanah kekayaan bangsa yang perlu
terciptanya persatuan dan kesatuan dilestarikan, sehubungan derasnya arus
bangsa, kerukunan umat beragama modernisasi akhir-akhir ini cenderung

HARMONI April - Juni 2012


Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Barat 103

terabaikan. Pada hal nilai-nilai budaya umat beragama khususnya di daerah


dimaksud tidak jarang yang sejalan penelitian.
dengan ajaran agama yang dianut bangsa
kita sehingga potensial bagi upaya Metode yang dipergunakan dalam
peningkatan kerukunan umat beragama penelitian adalah kualitatif, dengan
melalui pilar budaya. Itulah sebabnya bentuk studi kasus. Data dikumpulkan
maka Puslitbang Kehidupan Keagamaan menggunakan teknik wawancara,
Badan Litbang Dan Diklat Kementerian studi pustaka dan dokumentasi,
Agama RI dari tahun ketahun melakukan serta pengamatan. Wawancara secara
penelitian mengenai berbagai persoalan mendalam dilakukan kepada sejumlah
terkait dengan kerukunan umat beragama informan kunci yang dianggap
di berbagai daerah. Tulisan ini merupakan mengetahui permasalahan yang dikaji,
ringkasan dari hasil Studi Kasus tentang terdiri atas unsur: tokoh/pimpinan
Kerukunan Umat Beragama di Provinsi agama, tokoh masyarakat/adat dan
Sumatera Barat yang penulis lakukan kalangan pejabat terkait secara holistic
pada awal tahun 2012. (Bogdan dan Taylor, 1992:32). Sebagai
pedoman dalam melakukan wawancara
Penduduk Provinsi Sumatera dengan para informan, disusun pedoman
Barat –seperti halnya provinsi-provinsi wawancara yang mengacu kepada
lain di Indonesia- yang juga terdiri atas permasalahan yang dikaji (Dedy Mulyana,
beragam etnis, suku, budaya maupun 2002:59-60). Wawancara pada dasarnya
agama, dengan sendirinya tentu tidak dimaksudkan untuk menggali data yang
dapat terhindar dari kemungkinan tak diperoleh melalui studi pustaka
adanya dampak negatif sehubungan arus dan dokumentasi (Koentjaraningrat,
modernitas di atas. Dengan demikian 1983). Studi pustaka dan dokumentasi
kemungkinan timbulnya konflik di dilakukan dengan mengkaji dan
kalangan kelompok yang berbeda, menelaah buku-buku maupun dokumen
terlebih di kalangan masyaralat yang yang terkait dengan persoalan yang
berbeda agama dapat saja terjadi. dikaji. Sedangkan pengamatan dilakukan
terhadap obyek-obyek terkait dengan
Adapun pokok permasalahan dalam kerukunan umat beragama sejauh yang
penelitian ini adalah “bagaimana kondisi dapat dilakukan. Data yang dihimpun
kerukunan umat beragama di Provinsi meliputi: kondisi geografi, demografi,
Sumatera Barat” pada umumnya. Secara kehidupan keagamaan, issu-issu masalah
rinci, penelitian ini akan mengungkap keagamaan yang berkembang, potensi-
beberapa permasalahan berikut: (1) potensi integrasi dan konflik, nilai-nilai
Kasus-kasus apa saja yang pernah terjadi budaya/adat yang dapat dikembangkan
di kalangan internal maupun antarumat untuk menjalin kerukunan, serta
beragama; (2) Apa saja potensi yang peran pemerintah daerah dan FKUB
dapat menimbulkan konflik di kalangan dalam meningkatkan kerukunan umat
internal maupun antarumat beragama. beragama.
(3) Apa saja potensi kerukunan yang
dapat dikembangkan untuk menangkal Data yang berhasil dikumpulkan
kemungkinan timbulnya konflik di kemudian diolah melalui tahap: editing,
kalangan umat beragama. klasifikasi, komparasi dan interpretasi/
penafsiran untuk memperoleh pengertian
Hasil penelitian ini bermanfaat baru, yang selanjutnya dipergunakan
bagi pimpinan Kementerian Agama dan sebagai bahan untuk menyusun laporan
instansi serta lembaga terkait, sebagai hasil penelitian secara deskriptif
bahan untuk merumuskan kebijakan analitik tentang kondisi yang dikaji
terkait upaya peningkatan kerukunan
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 11 No. 2
104 Bashori A. Hakim

(Paul B. Horton, Chester L. Hunt dalam etnis/suku yang ada di Sumatera Barat.
Aminuddin Ram, Tita Sobari (Alih Namun berdasarkan penuturan beberapa
Bahasa), 1999:38). informan dari unsur tokoh masyarakat
dan pejabat terkait diperoleh keterangan
bahwa suku Minang secara dominan
B.
Gambaran Sepintas Provinsi tersebar di setiap kabupaten/kota di
Sumatera Barat wilayah Provinsi Sumatera Barat, kecuali
Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Provinsi Sumatera Barat secara Penduduk di kabupaten tersebut terakhir
geografis terletak di pesisir bagian ini sebagian besar terdiri atas suku
Barat Pulau Sumatera, dengan batas- Mentawai.
batas wilayah sebelah Utara berbatasan
dengan Provinsi Sumatera Utara, sebelah Jumlah penduduk terbesar kedua di
Selatan dengan Provinsi Jambi dan Sumatera Barat yaitu suku Jawa. Mereka
Provinsi Sumatera Selatan, sebelah Timur pada umumnya terkonsentrasi di daerah-
dengan Provinsi Riau dan sebelah Barat daerah transmigrasi, seperti: Kabupaten
berbatasan dengan Lautan Hindia. Dhamasraya, Pesisir Selatan dan Pasaman.
Penduduk di daerah-daerah ini terlihat
Wilayah Provinsi Sumatera Barat
lebih heterogen. Suku Batak menempati
secara administratif terbagi menjadi 12
posisi jumlah yang relatif besar sesudah
kabupaten dan 7 kota. Ke 12 kabupaten
Jawa, kemudian Nias, Sunda, Cina, Bali
dimaksud yaitu: Kepulauan Mentawai,
dan suku-suku lain dari berbagai daerah
Pesisir Selatan, Solok, Sijunjung,
di Indonesia. Dengan demikian, di
Tanah Datar, Padang Pariaman, Agam,
Sumatera Barat terdapat hampir semua
Limapuluh Kota, Pasaman, Solok Selatan,
suku yang ada di Indonesia.
Dharmasraya dan Pasaman Barat.
Sedangkan 7 kota dimaksud adalah: Dilihat dari segi pekerjaan, orang
Padang, Solok, Sawahlunto, Padang Minang di antaranya bekerja di sektor
Panjang, Bukittinggi, Payakumbuh dan pemerintahan, swasta, perdagangan
Pariaman. dan jasa. Demikian pula sebagian orang
Jumlah penduduk Provinsi Batak, Sunda, Bali dan lainnya secara
Sumatera Barat pada tahun 2010 mencapai bervariasi bekerja di berbagai sektor
4.883.126 jiwa (Data BPS Provinsi tersebut. Sedangkan orang Jawa lebih
Sumatera Barat, 2011). Dilihat dari dominan bekerja di sektor pertanian dan
persebaran penduduk di tiap kabupaten/ perkebunan.
kota, sebagian besar penduduk terdapat Dari segi keagamaan, kehidupan
di Kota Padang yakni 825.145 jiwa atau beragama masyarakat diwarnai oleh
16,90 %), di Kabupaten Agam 462.659 keragaman agama yang dianut penduduk.
jiwa atau (9,47 %) dan Kabupaten Dalam kehidupan masyarakat Provinsi
Pesisir Selatan 418.614 jiwa atau (8,57
Sumatera Barat terdapat sebutan “orang
%). Sedangkan penduduk paling sedikit
Minang’” dan “orang Sumatera Barat”.
terdapat di Kota Sawahlunto yakni 57.299
Ada semacam “stigma” bahwa yang
jiwa atau (1,17 %).
disebut orang Minang atau masyarakat
Dilihat dari segi etnis/suku, provinsi Minang berarti muslim (beragama Islam),
yang dikenal dengan sebutan “Ranah sedangkan yang disebut orang Sumatera
Minang” ini, kiranya dapat dimengerti Barat atau masyarakat Sumatera
jika sebagian besar penduduknya terdiri Barat belum tentu Islam. Dari stigma
atas suku Minang. Tidak diperoleh tersebut terbentuklah opini bahwa setiap
data kongkrit tentang jumlah berbagai orang Minang adalah beragama Islam,

HARMONI April - Juni 2012


Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Barat 105

sedangkan orang Sumatera Barat belum Dilihat dari persebaran penduduk


tentu beragama Islam. Stigma seperti itu menurut agama, umat Islam sebagian
demikian populer di kalangan orang- besar terdapat di Kota Padang yakni
orang Minang dan memang demikianlah 781.553 jiwa atau (16,42 %) dari jumlah
kenyataannya. umat Islam di Sumatera Barat; umat
Kristen dan Katolik sebagian besar ada
Oleh karena sebagian besar di Kabupaten Kepulauan Mentawai,
penduduk Provinsi Sumatera Barat terdiri masing-masing berjumlah 38.265 jiwa
atas masyarakat Minang, ditambah lagi atau (63,26 %) dan 21.395 jiwa atau (44,91
keberadaan suku Jawa dan Sunda yang % ); umat Hindu sebagian besar ada
pada umumnya juga beragama Islam di Kota Padang dengan jumlah 1.594
dengan jumlah yang relatif signifikan, jiwa atau (80,95 %); demikian pula umat
maka dapat dipahami jika sebagian besar Buddha yakni 8.659 jiwa atau (70,02 %)
(97,49 %) penduduk beragama Islam. dari jumlah umat Buddha di Sumatera
Sedangkan (2,51 %) sisanya terdiri atas Barat. Mereka terkonsentrasi di wilayah
penduduk beragama Kristen (1,23 %), perkotaan di Sumatera Barat, kecuali
Katolik (0,97 %), Buddha (0,25 %), Hindu Kota Sawahlunto dan Kota Pariaman.
(0,04 %) dan lainnya (0,02 %). Jumlah
umat Khonghucu belum diketahui Jumlah penduduk Provinsi
secara riil karena belum terdata di Kantor Sumatera Barat menurut agama per
Kementerian Agama Provinsi Sumatera kabupaten/kota secara rinci dapat dilihat
Barat. dalam Tabel 1 berikut:

Tabel 1
Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Barat
Menurut Agama per Kabupaten/Kota Tahun 2010*)

No. Kab./Kota Islam Kristen Katolik Hindu Buddha Lainnya Jumlah


1. Kep.Mentawai 22.675 38.265 21.395 13 - 602 82.950
2. Pesisir Selatan 418.183 100 318 7 - 6 418.614
3. Solok 362.299 586 226 39 - 1 363.151
4. Sijunjung 191.184 344 393 19 - 12 191.952
5. Tanah Datar 340.733 279 177 24 - - 341.213
6. Pd. Pariaman 403.151 628 535 37 - - 404.351
7. Agam 461.159 1.237 238 11 - 14 462.659
8. Limapuluh Kota 337.226 456 197 10 - - 337.889
9. Pasaman 260.112 1.346 1.160 6 - 5 262.659
10. Solok Selatan 173.506 45 30 6 - 5 173.592
11. Dharmasraya 204.588 202 205 5 - 5 205.005
12. Pasaman Barat 338.117 257 1.403 15 - 5 339.797
13. Kota Padang 781.553 15.067 18.147 1.594 8.659 125 825.145
14. Kota Solok 69.577 286 247 13 120 1 70.244
15. Kota Sawahlunto 56.900 235 154 10 - - 57.299
16. Kota Pd.Panjang 57.815 200 397 76 509 1 58.998
17. Kota Bukittinggi 108.460 171 1.435 70 1.653 22 111.811
18. Kota Payakumbuh 112.725 436 786 14 1.425 6 115.392
19 Kota Pariaman 83.160 350 196 13 - 6 83.725
Jumlah = 4.760.448 60.490 47.639 1.969 12.366 214 4.883.126
Prosentase 97,49 % 1,23 % 0,97 % 0,04 % 0,25 % 0,02 % 100,00 %

*) Sumber: Data BPS Provinsi Sumatera Barat, 2011.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 11 No. 2


106 Bashori A. Hakim

Data BPS tentang jumlah memeluk mengurangi jumlah umat Hindu di


masing-masing agama di atas, ada selisih Sumatera Barat. Tetapi apakah jumlah
jumlah yang cukup signifikan dengan yang pindah benar sebanyak itu, belum
data dari Pembimas-Pembimas di Kanwil diketahui secara pasti. Jumlah pemeluk
Kementerian Agama Provinsi Sumatera agama Buddha pada tahun 2010
Barat. Sebagai contoh, jumlah pemeluk berdasarkan data dari Pengurus Daerah
agama Kristen menurut data Pembimas Majelis Buddhayana Indonesia Provinsi
Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Barat yang disampaikan ke
Sumatera Barat tahun 2011 mencapai Pembimas Buddha Kanwil Kementerian
66.149 jiwa, sedangkan menurut data Agama Provnsi Sumatera Barat, sebanyak
BPS Sumatera Barat berjumlah 60.490 9.500 jiwa. Tetapi berdasarkan data BPS
jiwa; jumlah pemeluk agama Katolik Sumatera Barat dalam tahun yang sama
berdasarkan data Pembimas Kanwil jumlah umat Buddha di Sumatera Barat
Kementerian Agama Provinsi Sumatera mencapai 12.366 jiwa.
Barat tahun 2011 sebanyak 40.428 jiwa,
sedangkan menurut data BPS Sumatera Perbedaan data tentang jumlah
Barat pada tahun 2010 mencapai 47.639 pemeluk agama dari instansi yang
jiwa. Jadi ada penurunan jumlah berbeda di atas mengindikasikan kurang
sebanyak 7.211 jiwa dari tahun sebelunya. maksimalnya instansi terkait dalam
Jumlah pemeluk agama Hindu tahun melakukan fungsi pendataan jumlah
2011 menurut data Pembimas Hindu umat.
Kanwil Kementerian Agama Provinsi
Sumatera Barat sebanyak 1.832 jiwa, Untuk sentra kegiatan peribadatan,
sedangkan menurut data BPS Sumatera masing-masing umat beragama memiliki
Barat tahun 2010 berjumlah 1.969 jiwa. rumah ibadat dengan jumlah secara
Jadi ada penurunan sebanyak 137 jiwa. proporsoinal relatif sebanding dengan
Memang ketika terjadi gempa di Padang perimbangan jumlah pemeluk masing-
pada waktu yang lalu, di antara orang masing agama. Jumlah rumah ibadat
Hindu ada yang pindah ke daerah lain masing-masing agama secara rinci dapat
dan ada yang pulang ke Bali, sehingga dilihat dalam Tabel 2 berikut:

Tabel 2
Jumlah Rumah Ibadat Masing-Masing Umat Beragama
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 *)
No. Kab./Kota Islam Kristen Katolik Hindu Buddha Khonghucu
Masj./Mush Grj./ Rm.Kb Grj./Rm.Kb Pura Vihara/ Klenteng
Cetya
1. Kep.Mentawai 44 -- 116 89 38 48 - - -
2. Pesisir Selatan 530 653 --
3. Solok 312 1.115 -- 1 -- -- - - -
4. Sijunjung 174 681 -- 1 -- -- - - -
5. Tanah Datar 312 1.370 -- 1 -- -- - - -
6. Pdng.Pariaman 297 970 1 -- 1 -- - - -
7. Agam 581 1.307 -- -- -- -- - - -
8. Limapuluh Kota 403 902 -- 1 -- -- - - -
9. Pasaman 538 340 1 2 1 -- - - -
10. Solok Selatan 170 263 -- -- -- -- - - -
11. Dharmasraya 177 307 -- 1 -- -- - - -
12. Pasaman Barat 374 613 2 2 2 3 - - -
13. Kota Padang 592 801 6 20 3 8 1 1 1
14. Kota Solok 48 78 -- 1 -- -- - - -
15. Sawahlunto 46 232 1 -- 1 1 - - -
16. Pdng.Panjang 36 83 1 -- 1 -- - 1 -
17. Bukittinggi 42 145 2 -- 1 1 - 1 -
18. Payakumbuh 80 265 -- 2 1 -- - 1 -
19. Pariaman 64 354 -- -- -- -- - - -
Jumlah = 4.820 10.479 130 121 49 61 1 4 1
*) Sumber: Data BPS Provinsi Sumatera Barat, 2011.
HARMONI April - Juni 2012
Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Barat 107

Selain terjadi perbedaan data beragama menyimpan potensi konflik


tentang jumlah pemeluk masing-masing atau rawan konflik. Demikian penuturan
agama dari sumber yang berbeda, beberapa informan dari berbagai
ternyata terjadi pula perbedaan data kalangan, baik dari unsur tokoh adat,
tentang jumlah rumah ibadat. Sebagai tokoh agama dan pejabat setempat.
contoh, menurut data Pembimas Kristen Dengan demikian terjadi konflik laten
Kanwil Kementerian Agama Provinsi dalam kehidupan beragama masyarakat.
Sumatera Barat tahun 2011 jumlah gereja
Kristen 230 buah, meliputi gereja yang Ada sejumlah potensi konflik di
permanen, semi permanen, darurat dan kalangan internal umat beragama, antara
sewa/kontrak. Namun berdasarkan data lain:
BPS Sumatera Barat 2011 jumlah gereja 1. Di kalangan internal umat Islam,
Kristen sebanyak 251 buah termasuk sikap eksklusif jamaah Masjid
Rumah Kebaktian. Jumlah gereja Katolik Nurul Jakin di Jl. Raya Simpang
menurut data Pembimas Katolik tahun Tabing, Padang. Jamaah masjid
2010 mencapai 106 buah, termasuk yang tergolong tua di Padang ini
Kapel dan Tempat Ibadat sementara. (didirikan sekitar 100 tahun yang lalu)
Sedangkan menurut data BPS Sumatera menolak penceramah/khotib/imam
Barat berjumlah 110 buah termasuk yang amaliyah/tata-cara ibadahnya
Rumah Kebaktian. Dalam kaitan ini, tak sama dengan mereka. Tata-cara
secara tehnis terdapat perbedaan istilah ibadah jamaah masjid ini hampir
dan pengelompokan jenis gereja Kristen sama dengan organisasi NU dan
maupun gereja Katolik antara Pembimas Perti, tapi mereka tak mengenal Perti.
Kristen/Katolik dengan BPS Sumatera Ada 13 macam ciri amaliyah mereka
Barat. dalam beribadah, antara lain: imam
Adanya perbedaan data jumlah salat ketika membaca basmallah
rumah ibadat antara data Pembimas harus jihar/suara keras, baca qunut
Kanwil Kementerian Agama dengan dalam salat Shubuh, setiap Jum’at
data BPS Sumatera Barat sebagaimana pagi melakukan sujud sajdah di
dipaparkan di atas, memperkuat indikasi masjid, adzan jum’at 2 kali, khatib
kurang cermatnya aparat terkait dalam khutbah berbahasa Arab dan pegang
pelayanan keagamaan terhadap umat tongkat, setelah adzan pertama ada
beragama, khususnya tentang data taushiyah berbahasa Indonesia dan
keagamaan. Pada hal akurasi data terkait ada forum tanya-jawab, mendo’akan
jumlah masing-masing pemeluk agama orang yang telah meninggal diyakini
berikut jumlah rumah ibadat masing- dapat diterima Allah, boleh meng-
masing agama sangat diperlukan untuk qadla salat, salat Tarawih 20 rakaat
memberikan pelayanan khususnya dan salat Ied dianjurkan di masjid.
tentang regulasi kepada umat beragama 2. Dalam beribadah kelompok ini
dalam rangka pemeliharaan dan menggunakan prinsip: “al-‘aadatul
peningkatan kerukunan umat beragama. muhakkamah ‘urfunil qadim” (adat
didasarkan hukum –Islam- dan
dilaksanakan secara tradisi).
C. Potensi Konflik Aktualisasi dari prinsip itu misalnya
bersedekah mereka bawa ke masjid
Sekalipun kehidupan beragama
(faham Syafi’iyah), tetapi oleh
masyarakat Sumatera Barat terlihat
kelompok lain seperti Wahabi, hal itu
kondusif, namun sebenarnya baik di
dianggap bid’ah.
kalangan internal maupun antarumat

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 11 No. 2


108 Bashori A. Hakim

3. Di kalangan internal umat Islam, di Sumatera Barat harus beragama Islam


Sumatera Barat sejak tahun 2007 ada karena menempati tanah ulayat.
31 aliran kegamaan yang seluruhnya Namun dalam perkembangannya
telah dilarang melalui Fatwa MUI ada transmigran yang beragama lain
Sumatera Barat. Sebanyak 15 aliran dan mendirikan rumah ibadat sesuai
telah non aktif dan 16 aliran selebihnya agamanya.
sedang dalam pengawasan. Sekalipun
telah dilarang, dimungkinkan suatu 3. Sulitnya pengadaan tanah untuk
saat dapat timbul kembali dengan membangun rumah ibadat bagi umat
predikat yang berbeda, sehingga lain –selain Islam- karena dalam adat
dimungkinkan potensial terhadap Minang ada aturan tanah ulayat.
timbulnya konflik internal umat Islam. 4. Upaya pendirian dan atau
Misalnya, kelompok keagamaan penggunaan rumah ibadat yang tidak
Jamiatul Islamiyah pimpinan Karim mengikuti prosedur dan persyaratan
Jamak yang melakukan aktivitas yang telah ditentukan dalam PBM
secara sembunyi-sembunyi, dapat Nomor 9 & 8 Tahun 2006.
memicu timbulnya konflik terbuka.
5. Pemberitaan oleh sementara kalangan
4. Di kalangan umat Kristen, media massa yang tak sesuai dengan
terdapatnya bermacam-macam sekte kenyataan dan cenderung bersifat
atau denominasi, sehingga rawan provokatif, dapat memicu timbulnya
bagi timbulnya konflik internal umat konflik di kalangan umat beragama.
Kristen. Sebagai contoh, di Bukittinggi pada
Adapun potensi konflik antarumat tahun 2010 pernah ada isu, unsur
beragama antara lain: Gereja Betel Bukittingi melakukan
penyiaran agama melalui pendekatan
1. Adanya semacam ediom di kalangan ekonomi dengan pemberian sejumlah
masyarakat Minang “adat basandi uang sehinga sempat menimbulkan
syara’, syara’ basandi kitabullah”, keresahan masyarakat. Namun
menjadikan agama di ranah Minang setelah dilakukan penyelidikan oleh
merupakan hal yang sensitif dan FKUB Provinsi ke Pemda Bukittinggi
agama selain Islam menjadi pesoalan. dan para tokoh masyarakat, ternyata
Sikap keberagamaan demikian berita tersebut tidak benar.
rentan terhadap timbulnya konflik
antarumat beragama. Implikasi dari 6. Perbedaan budaya yang merembet
sikap demikian, antara lain bahwa membawa agama, seperti budaya
menurut budaya Minang, anak atau minum-minuman keras dalam tradisi
keluarga yang keluar dari agama orang Batak, ditolak orang Minang
Islam, dibuang selamanya, harus dengan alasan agama.
keluar dari Padang dan tidak diakui 7. Kemungkinan adanya provokasi
sebagai keluarga menurut adat. dari pihak luar yang berupaya
Penerapan terhadap budaya ini secara mempengaruhi ataupun
kekeluargaan dapat merenggangkan mendiskreditkan kelompok agama
hubungan antar keluarga lantaran tertentu, yang tidak disikapi secara
berbeda agama. hati-hati.
2. Adanya persyaratan” dari Ninik 8. Adanya sikap masyarakat Kabupaten
Mamak yang disepakati Gubernur Padang Pariaman dan Kota Pariaman,
Provinsi Sumatera Barat, bahwa melarang etnis Cina masuk ke daerah
transmigran yang ditempatkan di mereka dimungkinkan karena faktor

HARMONI April - Juni 2012


Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Barat 109

agama. Jika hal ini tidak disikapi Kabupaten Dharmasraya misalnya,


secara bijak dan penuh pengertian sebagai daerah transmigrasi
oleh pihak-pihak terkait maka dapat yang mengakibatkan banyaknya
menjadi pemicu timbulnya konflik penduduk suku Jawa dan Sunda,
antaretnis maupun antarumat terlihat hubungan antara mereka –
beragama. yang beragama Islam- dengan orang-
orang Minang semakin harmonis.

5. Adanya kearifan lokal “tungku tigo


D. Potensi Integrasi
sajarangan”, yakni semacam lembaga
Di balik adanya sejumlah potensi musyawarah terdiri atas tiga pilar yang
yang dapat memicu timbulnya konflik berfungsi untuk memusyawarahkan
di kalangan internal maupun antarumat berbagai persoalan yang terjadi
beragama sebagaimana dipaparkan di dalam masyarakat. Tiga pilar tersebut
atas, ada sejumlah potensi yang dapat yaitu: ninik mamak berupa Kerabat
menciptakan hubungan yang harmonis Adat Nagari (KAN), alim ulama’ dan
dan integratif di kalangan umat beragama. cerdik pandai.
Di antara potensi dimaksud adalah:
6. Adanya pembauran seni-budaya
1. Adanya budaya di kalangan penduduk asli dengan suku
mayarakat Minang “di ma bumi pendatang, seperti penampilan
dipijak di sinan langik dijunjuang” bersama budaya Minang dan Jawa
(di mana bumi dipijak di situ langit dalam acara- acara tertentu di
dijunjung), yakni prinsip beradaptasi Pasaman, Dharmasraya dan daerah
dalam bermasjarakat di mana saja transimigrasi lainnya di Sumatera
berada, tanpa memandang suku dan Barat.
agama.
7. Peran proaktif Pemda Provinsi
2. Adanya budaya Minang “lamak di Sumatera Barat dan instansi terkait
awak, katuju di urang” (enak bagi seperti Kesbangpol dan Linmas
kita, orang juga senang). Budaya ini serta Bakor Pakem, dalam upaya
mencerminkan sikap kebersamaan menangkal kemungkinan timbulnya
dalam bermasyarakat dan bergaul konflik di kalangan umat beragama.
dengan siapa saja.
8. Adanya kearifan lokal di kalangan
3. Adanya budaya “rambiari” (Jawa: masyarakat Minang yang tertuang
sambatan), “julo-julo” (arisan) di dalam ungkapan bersifat filosofis
Padang, “badon cek” di Pariaman, “tidak kuning karena kunyit, tidak enak
yang kesemuanya itu mencerminkan karena santan” yang artinya bahwa
sikap kebersamaan, gotong-royong. pada prinsipya dalam berinteraksi
antara satu dengan yang lain perlu
4. Adanya budaya istilah “anak pisang” ada koordinasi dan komunikasi
dalam adat Minang, yakni hak hibah untuk menumbuhkan rasa saling
pusako tinggi kepada anak hasil pengertian dan saling percaya.
perkawinan antara laki-laki Minang
dengan perempuan suku lain, selama 9. Adanya kearifan lokal berupa
anak masih hidup. Adat hibah ini ungkapan “sawah berpematang, ladang
merekatkan antara orang Minang berbintalak”, sebagai ungkapan sifat
dengan suku lain terutama yang keterbukaan masyarakat Minang
beragama Islam. Sehubungan adanya dalam menyikapi realitas perbedaan
budaya anak pisang ini maka di sosial dalam masyarakat.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 11 No. 2


110 Bashori A. Hakim

E. Kasus-kasus Sosial dan Keagamaan 2. Di Kabupaten Dharmasraya, sekitar


tahun 2011 ada seorang pegawai
Dinamika kehidupan keagamaan Bappeda bernama Aleksander
masyarakat diwarnai oleh timbulnya mengaku atheis dan sempat ada
kasus-kasus sosial maupun keagamaan para pengagumnya/simpatisan
yang terjadi dalam kehidupan mereka. Di sebanyak sekitar 1.200 orang.
antara kasus-kasus yang pernah timbul Atas kasus tersebut, masyarakat
pada aklhir-akhir ini yaitu: bersama aparat Pemda dan pihak
1. Di Bukittinggi pada tahun 2012 terkait melakukan langkah-langkah
terjadi kasus sehubungan ada antisipatif. Sedangkan pihak MUI
rencana pengembangan Hotel Kartini dan Bakorpakem Dharmasraya
di Kampung Cina Jl. Tengku Umar - mengadakan pertemuan
Bukittinggi menjadi Grend Kartini, meminta agar aparat kepolisian
oleh seorang etnis Cina. Rencana menindaklanjuti dan memproses
tersebut mendapat protes keras pelakunya secara hukum sesuai
dari masyarakat Bukittinggi yang dengan peraturan yang berlaku.
dimotori oleh Komunitas Adat Kurai, 3. Di Kabupaten Padang Pariaman pada
yaitu perkumpulan tokoh-tokoh adat pasca terjadi gempa tahun 2009, ada
Minang terutama dari daerah Kurai. 4 orang Australia datang ke daerah
Masyarakat menentang rencana yang terkena gempa melakukan aksi
pengembangan hotel tersebut karena sosial dengan membagi-bagikan
selain lokasinya berdekatan (hanya makanan dan sejumlah uang serta
beberapa meter) dengan Masjid Kitab Injil kepada masyarakat
Nurul Haq, dikhawatirkan akan korban gempa. Aksi sosial tersebut
dapat merusak moralitas masyarakat. meresahkan masyarakat sehingga
Selama ini masyarakat memberikan keempat orang asing itu diusir oleh
citra negatif terhadap hotel. Pemda Padang Pariaman.
Untuk menghindari kemungkinan
timbulnya eskalasi konflik yang 4. Di Kota Padang pada tahun 2010-2011
mengarah kepada tindak kekerasan ada kasus rencana pendirian Gereja
dari masyarakat sekitar, maka pada aliran Yehova. Rencana pendirian
tanggal 30 Januari 2012 Walikota gereja tersebut mendapat penolakan
Bukittinggi dalam acara rutin Cofy masyarakat setempat, termasuk
Morning yang dihadiri para pejabat umat Kristen sendiri. Umat Kristen
jajaran Pemda Kota Bukittinggi menolak sebab mereka nilai bahwa
termasuk Kepala Kantor Kemenag ajarannya tidak sejalan dengan ajaran
Kota Bukittinggi, mengundang pula Kristen. Akhirnya rencana pendirian
perwakilan Komunitas Adat Kurai Gereja beraliran Yehova tersebut
untuk mencari solusi terbaik atas gagal karena di samping mendapat
kasus tersebut. Komunitas Adat penolakan masyarakat, persyaratan
Kurai menghendaki agar rencana tidak terpenuhi dan ada pemalsuan
pengembangan hotel ditinjau dokumen.
kembali. Mereka mendambakan 4
kondisi di Bukittinggi, yakni: (i) aman 5. Baru-baru ini, yakni pada tahun 2011,
tinggal di Bukittinggi, (ii) nyaman di Masjid al-Mubarok -Bukittinggi
berusaha di Bukittinggi, (iii) rukun pernah beredar selebaran yang
antar warga di Bukittinggi, serta (iv) berisi antara lain bahwa berdasarkan
para turis dan masyarakat merasa pernyataan orang Amerika yang
aman berkunjung di Bukittinggi. diperoleh melalui mimpi, Yesus- lah
yang benar. Selebaran itu sempat

HARMONI April - Juni 2012


Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Barat 111

meresahkan masyarakat sehingga Hindu Sumatera Barat. Karena tak


mengganggu kerukunan umat ada sekolah negri yang bersedia
beragama. menerima lantaran jumlah murid
beragama Hindu tak mencukupi,
6. Pada tahun 2009 di Bukittinggi terdapat maka untuk sementara waktu 2
aliran keagamaan Betani –yakni orang Guru Agama Hindu tersebut
salah satu denominasi dari agama ditampung sebagai Staf di Pembimas
Kristen-, memaksakan kehendak Hindu Kantor Wilayah Kemenag
untuk melakukan peribadatan di Provinsi Sumatera Barat.
hotel-hotel, bahkan di tempat salah
satu warga Kampung Sumarapak 6. Pada sekitar tahun 1998 Parisade
dijadikan tempat beribadat tanpa Hindu Dharma Provinsi Sumatera
seizin tokoh adat setempat. Selain Barat pernah mengusulkan tempat
meresahkan masyarakat setempat, penguburan umat Hindu di Kota
kegiatan keagamaan Betani itu juga Padang, namun mendapat penolakan
menimbulkan sikap keberatan dari dari Walikota Padang. Selama ini
kalangan umat Kristen lainnya penguburan umat Hindu di Sumatera
karena sebagian jemaatnya ikut Barat dikirim ke Lampung atau ke
ajaran Betani. Bali.

Selain berbagai kasus sosial dan 7. Pada sekitar tahun 1975 an di Kota
keagamaan di atas, pada tahun –tahun Payakumbuh, pernah ada rencana
sebelumnya juga pernah terjadi kasus- pendirian gereja di atas tanah
kasus keagamaan berikut: milik jemaat. Namun karena tak
mendapatkan izin pembangunan
1. Konversi agama, yakni orang Minang gereja dan adanya izin pembangunan
(Yan. Kt., tahun 1992) dengan rumah, maka akhirnya rencana
pendekatan ekonomi pindah agama pembangunan gereja batal dan tanah
dari Islam ke Kristen. tersebut dibangun rumah untuk
Pendeta. Hingga saat ini jemaat
2. Di Pasaman tahun 1984 akan
Kristen di daerah itu melakukan
dibangun gereja megah kemudian
kebaktian di Gereja HKBP Batalion
mendapat penolakan dari masyarakat
(Asrama Tentara).
setempat.

3. Di Pasaman tahun 1984 pernah ada


upaya penyiaran dan konversi agama F. Analisis
tertentu melalui pendekatan ekonomi
dengan pemberian bantuan modal Dinamika kehidupan keagamaan
kerja, bibit ikan, serta perkawinan masyarakat di Sumatera Barat pada
pindah agama. dasarnya tidak terlepas dari keberadaan
umat beragama lain di wilayah tersebut,
4. Pada 5 tahun yang lalu di wilayah di samping beragamnya etnis dan suku
Sumatera Barat beredar Kitab Injil dengan budayanya masing-masing,
berbahasa Minang.Atas kasus tersebut terutama budaya yang bernuansa
masyarakat mengamankannya dan keagamaan. Sementara itu, wilayah
melapor pihak berawajib untuk Sumatera Barat yang terkenal dengan
diusut pengedarnya. “ranah Minang” nya member warna
dan nuansa keagamaan tersendiri,
5. Pada tahun 2000 dan 2004, ada 2
baik bagi masyarakat Minang sendiri
orang mendapat SK pengangkatan maupun masyarakat pendatang. Bagi
dari Jakarta sebagai Guru Agama para pendatang yang beragama selain

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 11 No. 2


112 Bashori A. Hakim

Islam akan mengalami adaptasi dalam serta mengoptimalkan potensi-potensi


bermasyarakat dan hidup beragama. integrasi yang ada dalam masyarakat.
Terlebih, adat istiadat dan budaya Melalui cara demikian diharapkan kasus-
Minang yang sangat kental dengan kasus konflik sosial maupun konflik
nilai-nilai ajaran Islam, yang ditengarai sosial bernuansa agama yang pernah
antara lain adanya pepatah Minang “adat terjadi di Sumatera Barat diharapkan
basandi sayarak, syarak basandi kitabullah”. tidak akan terulang kembali, minimal
Pepatah itu demikian mendarah-daging dapat terkurangi. Namun pada akhirnya,
di kalangan masyarakat Minang di semuanya itu terpulang kepada masing-
Sumatera Barat, bahkan di manapun masing individu dan kelompok umat
mereka berada, sehingga mempengaruhi beragama, para pimpinan dan tokoh
kehidupan mereka dalam bermasyarakat, agama serta aparat pemerintah daerah,
termasuk dalam kehidupan beragama. seberapa besar i’tikat mereka masing-
Oleh karena itu dapat dimengerti jika masing dalam berperan memberikan
sebutan “orang Minang” adalah identik kontribusi dalam upaya peningkatan
dengan (beragama) Islam, sedangkan kerukunan hidup beragama. Dengan
sebutan “orang Sumatera Barat” semangat kebersamaan yang dihiasi
mempunyai konotasi “belum tentu Islam. sikap yang lebih toleran, dimungkinkan
kehidupan umat beragama yang lebih
Aktualisasi kehidupan keagamaan harmonis akan dapat terwujud.
orang Minang –sebagai suku mayoritas-
di Sumatera Barat yang sarat dengan adat
dan budaya Minang yang didasarkan
G. Penutup
atas ajaran Islam itu, betapapun,
memberikan nuansa tersendiri dalam 1. Kesimpulan
berhubungan dan bermasyarakat
dengan umat beragama lain di Sumatera Berdasarkan uraian di atas, dapat
Barat, bahkan dengan etnis atau disimpulkan berikut:
suku lain sekalipun mereka seagama.
a. Kehidupan umat beragama, baik di
Sebaliknya, para pendatang yang tidak
kalangan internal maupun antarumat
atau kurang memahami kondisi adat-
beragama di Sumatera Barat sekalipun
budaya Minang jika tidak beradaptasi
pada umumnya kondusif dalam arti
maka akan mengalami persoalan,
belum pernah terjadi konflik terbuka
bahkan dalam konsisi tertentu dapat
yang mengarah kepada tindak
menimbulkan ketidak harmonisan dalam
kekerasan (violenc conflict), namun
hubungan sosial yang cenderung dapat
sebenarnya terjadi konflik laten
menimbulkan konflik dalam kehidupan
antar kelompok keagamaan lantaran
masyarakat. Terdapatnya berbagai kasus
perbedaan kepentingan. Kasus-
konflik sosial dan konflik yang bernuansa
kasus keagamaan dan kasus sosial
keagamaan di Sumatera Barat dengan
bernuansa agama yang terjadi selama
berbagai latarbelakang sebagaimana
ini baik yang aktual maupun yang
dipaparkan di atas menunjukkan antara
tidak, membuktikan bahwa konflik
lain adanya kekurangsiapan pihak para
laten di kalangan umat beragama
pendatang maupun penduduk setempat
cukup intens.
–dalam hal ini orang Minang- dalam
menghadapi realitas keragaman yang ada. b. Persoalan pendirian rumah ibadat,
Betapapun, potensi-potensi konflik yang penyiaran dan upaya konversi agama,
ada kiranya dapat dieliminir, dikurangi timbulnya aliran/faham keagamaan
bahkan jika mungkin dinetralisasi dengan baru serta persoalan sosial-ekonomi
memperkuat dan lebih mengefektifkan merupakan kasus-kasus keagamaan

HARMONI April - Juni 2012


Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Barat 113

yang secara aktual mewarnai Pembimas masing-masing agama di


dinamika kehidupan keagamaan Kanwil Kementerian Agama Provinsi
masyarakat. Sumatera Barat. Data keagamaan
yang akurat terutama tentang
c. Terdapatnya berbagai macam jumlah pemeluk dan jumlah rumah
aliran/faham keagamaan atau sekte ibadat masing-masing agama sangat
dalam suatu agama dan sikap dibutuhkan untuk peningkatan
eksklusif kelompok keagamaan pelayanan termasuk regulasi di
tertentu, merupakan potensi bagi bidang keagamaan secara tepat sesuai
kemungkinan timbulnya konflik di kondisi riil di lapangan. Pelayanan
kalangan internal umat beragama; dan regulasi yang dilakukan secara
sedangkan nilai budaya tertentu tepat, pada gilirannya akan dapat
di kalangan masyarakat Minang meningkatkan kerukunan umat
khususnya yang membatasi gerak beragama.
agama lain, rencana pendirian atau
penggunaan rumah ibadat yang e. Dalam hal pendataan rumah
tak mengikuti prosedur sesuai ibadat, juga ada perbedaan dalam
ketentuan PBM Nomor 9 & 8 Tahun penggolongan jenis rumah ibadat
2006, perbedaan etnis/suku yang antara data Pembimas dengan data
merembet ke wilayah agama, serta BPS sebagaimana terjadi dalam
pengaruh negatif dari luar dan pendataan gereja. Perbedaan
pemberitaan media massa yang penggolongan jenis rumah ibadat
cenderung provokatif, dapat menjadi selain menyulitkan dalam pemberian
pemicu kemungkinan timbulnya layanan, juga mengesankan kurang
konflik antarumat beragama. akurasinya data rumah ibadat.

d. Budaya Minang terutama yang


mengandung nilai antara lain:
kebersamaan, persatuan, gotong 2. Rekomendasi
royong, sikap keterbukaan dalam a. Untuk menangkal kemungkinan
menghadapi perbedaan, adanya meningkatnya (eskalasi) konflik laten
kearifan lokal Kerabat Adat Nagari antar kelompok keagamaan menjadi
(KAN), adanya pembauran seni- konflik terbuka yang mengarah
budaya dengan masyarakat kepada tindak kekerasan (violenc
pendatang, serta peran proaktif conflict), diharapkan Pimpinan
Pemda Provinsi Sumatera Barat Kanwil Kementerian Agama Provinsi
dan instansi terkait dalam upaya Sumatera Barat dan Pimpinan
pemeliharaan dan peningkatan Kementerian Agama Kabupaten/Kota
kerukunan, merupakan potensi di Sumatera Barat melakukan upaya-
bagi terciptanya kerukunan umat upaya peningkatan kerukunan umat
beragama. beragama dengan memanfaatkan
e. Pendataan keagamaan oleh instansi potensi-potensi kerukunan/integrasi
terkait terutama pendataan tentang yang ada dalam masyarakat. Secara
jumlah pemeluk dan jumlah rumah kongkrit, upaya dilakukan bersinergi
ibadat masing-masing agama, dengan instansi terkait, lembaga
kurang dilakukan secara maksimal. keagamaan serta para tokoh agama
Hal ini terbukti adanya perbedaan dan tokoh adat secara terprogram
data jumlah pemeluk agama dan melalui berbagai kegiatan, misalnya:
jumlah rumah ibadat antara data dialog kerukunan dengan penekanan
BPS Sumatera Barat dengan data pentingnya persatuan dan kesatuan

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 11 No. 2


114 Bashori A. Hakim

bangsa, serta sosialisasi dan berikut faham keagamaan, melalui


penggalakan nilai-nilai adat yang para penyuluh agama secara
mendukung kerukunan kepada umat maksimal bekerjasama dengan para
beragama. tokoh agama dan para da’i setempat.

b. Untuk menangkal kemungkinan d. Mengingat pentingnya akurasi


timbulnya kasus-kasus keagamaan di data keagamaan terutama tentang
kalangan umat beragama, diharapkan jumlah pemeluk dan jumlah rumah
Pimpinan Kanwil Kementerian ibadat main-masing agama untuk
Agama dan Kementerian Agama peningkatan pelayanan keagamaan,
Kabupaten/Kota melakukan upaya maka Pimpinan Kanwil Kementerian
antisipasi secara lebih proaktif. Agama dan Kementerian Agama
Misalnya: untuk kasus rumah ibadat, Kabupaten/Kota di Sumatera
perlu peningkatan sosialisasi PBM Barat melalui Pembimas masing-
Nomor 9 & 8 Tahun 2006 kepada masing agama bekerjasama dengan
berbagai unsur tokoh/pimpinan dan instansi terkait seperti BPS setempat,
umat beragama agar mereka lebih diharapkan dapat melakukan
memahami prosedur dan persyaratan pendataan jumlah pemeluk agama
terkait pendirian dan penggunaan dan jumlah rumah ibadat masing-
rumah ibadat; untuk kasus penyiaran masing agama per kabupaten/kota
secara akurat sehingga singkron
agama perlu peningkatan sosialisasi
dengan data dari BPS.
Peraturan Pemerintah/Menteri
Agama terkait penyiaran agama e. Tentang data rumah ibadat, perlu
kepada unsur pimpinan organisasi/ ada kesepakatan/kesamaan antara
lembaga dakwah, para tokoh agama Pembimas Kanwil Kemenag dengan
dan umat beragama. BPS dalam hal penggolongan jenis
rumah ibadat –dalam hal ini gereja-
c. Kepada kelompok keagamaan
yang didata. Hal ini dimaksudkan
terutama yang cenderung eksklusif,
untuk menghindari kesalahan dalam
kiranya Pimpinan Kementerian pemberian layanan rumah ibadat oleh
Agama di daerah Sumatera Barat Kanwil Kementerian Agama maupun
perlu melakukan pembinaan berupa Kementerian Agama Kabupaten/
pengayaan pengetahuan agama Kota.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat, 2011, Provinsi Sumatera Barat Dalam
Angka 2011, Kantor BPS Provinsi Sumatera Barat, Padang.
Bogdan dan Taylor, Steven J., (Terj.) Arif Furkhan, 1992, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Suatu Pendekatan Fenomenologis Terhadap Ilmu-Ilmu Sosial, Usaha Nasional,
Surabaya.
Horton, B. Paul, Hunt, L., Chester, (Alih Bhs.) Aminuddin Ram, Tita Sobari, 1999,
Sosiologi, Erlangga, Jakarta.
Kantor Kementerian Agama Kota Bukittinggi, 2011, Data Keagamaan Kota Bukittinggi
Tahun 2011, Kantor Kemenag Kota Bukittinggi, Bukittinggi.

HARMONI April - Juni 2012


Kerukunan Umat Beragama di Sumatera Barat 115

Koentjaraningrat, 1983, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, PT. Gramedia, Jakarta.


Mulyana, Dedy, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 11 No. 2

You might also like