Professional Documents
Culture Documents
Jurnal 8 PDF
Jurnal 8 PDF
Balya dkk)
ABSTRACT
Two arabica coffee producer villages are Pedati village (1500 m asl ) and Sukosawah
village (1100 m asl) is located at the foot of mount Ijen area . This area is capable of producing
arabica coffee with coffee flavor and aroma sensations of Java coffee. The coffee product
results in these two regions are between 1.5 to 2 tons / acre / year . In general , coffee is
processed in two areas with dry processing . Coffee grain dried and sold to exporters or
roasters ( Anonymous 2012) so the quality is still low . Therefore, it needed to be upgraded with
semi washed processing of coffee and dry fermented . The study aimed to determine the effect of
a long process of fermentation in different containers , namely buckets and sacks to test the
quality , physical characteristics , and organoleptic of arabica coffee beans . In addition , this
study aimed to compare the results with a variety of types of fermentation buckets and sacks and
a long fermentation at different altitudes . Observations included SNI quality test ,weight of
every bean, density, hygroscopicity , color test , and preferences test. The results of this study
were the long fermentation process influence the SNI quality test, physical characteristics , and
organoleptic non roasted and roasted arabica coffee beans. Type of container affected the SNI
quality test , physical, and organoleptic characteristics of arabica coffee beans roasted and
non- roasted . Quality of arabica coffee beans was the best in quality 3 in Pedati with 24- hours
fermentation period with a bucket , while the quality 3 at A1B2 obtained in the village
Sukosawah on A1B1 with 12 hours of fermentation in bucket . Interaction type fermentation
container and time were no significant effect on weight of every coffee bean, coffee density , and
its hygroscopicity but had very significant effect on the color of coffee beans. A test of the
overall most preferred panelists were on 48 -hours bucket fermentation in Pedati and
Sukosawah.
Keywords: arabica coffee, dry fermentation, type of container, fermentation time, altitude.
6 5
6 5 4 4 4
4 4 4 5 3
4 5 3 3 4 4 4
4 4 2 3
2 3 3
0
0 A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4
A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4
(a) (b)
Gambar 1. (a) Uji mutu kopi biji arabika non sangrai ember, (b) uji mutu kopi biji
arabika non sangrai karung
Gambar 1.a, perlakuan kontrol mutu 3, hal ini sejalan dengan hasil penelitian
(A1B0) menghasilkan mutu 5 yang Jayus et al (2011).
merupakan mutu terendah yang dapat
Berat Perbiji Kopi Biji Arabika
dihasilkan. Mutu 3 didapatkan di desa Pedati
Berat perbiji kopi biji arabika
pada A1B2 yaitu fermentasi 24 jam ember,
merupakan berat tiap satuan kopi biji arabika.
sedangkan mutu 3 didapatkan di desa
Berat perbiji kopi biji arabika didapatkan dari
Sukosawah pada A1B1 yaitu fermentasi 12
hasil pembagian 100 g kopi biji dengan
jam ember. Penurunan nilai mutu kopi biji
jumlah biji keseluruhan dalam 100 g biji yang
pada A1B2 dan A1B4 desa Sukosawah diduga
telah ditimbang.
diakibatkan proses pencoklatan akibat
a. Berat Perbiji Kopi Biji Arabika Non
terjadinya reaksi Maillard.
Sangrai
Gambar 1.b, perlakuan kontrol
Analisa sidik ragam menunjukkan
(A2B0) menghasilkan mutu 5 yang
bahwa inteaksi kombinasi perlakuan
merupakan mutu terendah yang dapat
fermentasi dengan variasi jenis wadah dan
dihasilkan. Mutu 3 didapatkan di desa Pedati
lama fermentasi memberikan interaksi
pada A2B1 yaitu fermentasi 12 jam karung,
berbeda sangat nyata terhadap berat perbiji
sedangkan mutu 3 didapatkan di desa
kopi biji arabika non sangrai. Namun,
Sukosawah pada A2B4 yaitu fermentasi 48
kombinasi jenis wadah dan lama fermentasi
jam karung. Penurunan nilai mutu kopi biji
berbeda tidak nyata terhadap berat perbiji kopi
pada A2B2 hingga A2B4 desa Pedati diduga
biji arabika.
diakibatkan proses pencoklatan akibat
Adanya interaksi antara jenis wadah
terjadinya reaksi Maillard. Reaksi Maillard
dan lama fermentasi di Desa Pedati diduga
adalah reaksi pencoklatan non enzimatis yang
disebabkan oleh perombakan senyawa –
terjadi karena adanya reaksi antara gula
senyawa seperti kafein, asam klorogenat,
pereduksi dengan gugus amino atau protein.
pigmen, dan senyawa lain sehingga berat
Reaksi pencoklan tersebut menyebabkan biji
perbiji kopi semakin menurun (Ridwansyah,
menjadi cacat fisik (Widyotomo, 2013).
2003).
Proses fermentasi berpengaruh
terhadap mutu kopi biji. Tanpa proses
fermentasi, mutu yang diperoleh merupakan
mutu rendah dan dengan adanya proses
fermentasi dapat dihasilkan mutu tinggi yakni
112 Karakteristik Biji Kopi Arabica…(M. Balya dkk)
0,20
0,20 0,14 0,15 0,14 0,15 0,15
0,15
0,14 0,15 0,14 0,15 0,15
0,15 0,14 0,14 0,14 0,14 0,14
0,10
0,14 0,15 0,15 0,15 0,15
0,10
0,05
0,05
0,00
0,00 A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4
A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4
(a) (b)
Gambar 2. (a) Berat perbiji kopi biji arabika non sangrai ember, (b) berat perbiji kopi biji
arabika non sangrai karung
Berdasarkan Gambar 2.a, berat variasi wadah dan lama fermentasi tidak
perbiji kopi biji arabika dari Desa Pedati berpengaruh signifikan terhadap berat perbiji
semakin menurun pada fermentasi 12 jam kopi biji arabika.
(A1B1) hingga 24 jam (A1B2) ember.
Penurunan ini disebabkan oleh perombakan b. Berat Perbiji Kopi Biji Arabika Sangrai
senyawa – senyawa yang terdapat pada kopi Hasil analisa sidik ragam
biji arabika. Gambar 2.a di Desa Sukosawah, menunjukkan menunjukkan bahwa interaksi
kombinasi perlakuan fermentasi dengan jenis wadah dan lama fermentasi memberikan
variasi wadah dan lama fermentasi tidak interaksi berbeda tidak nyata terhadap berat
berpengaruh signifikan terhadap berat perbiji perbiji kopi biji arabika sangrai Desa Pedati.
kopi biji arabika. Hasil analisa sidik ragam Interaksi jenis
Gambar 2.b merupakan hasil wadah dan lama fermentasi memberikan
pengamatan berat perbiji kopi biji arabika non interaksi berbeda sangat nyata terhadap berat
sangrai pada wadah karung di Desa Pedati dan perbiji kopi biji arabika sangrai desa
Desa Sukosawah. Berdasarkan Gambar 2.b, Sukosawah.
berat perbiji kopi biji arabika dari desa Pedati Adanya interaksi antara jenis wadah
semakin menurun pada fermentasi 12 jam dan lama fermentasi di Desa Sukosawah
(A2B1) hingga 24 jam (A2B2) ember. diduga disebabkan oleh perombakan senyawa
Penurunan ini disebabkan oleh perombakan – senyawa seperti kafein, asam klorogenat,
senyawa – senyawa yang terdapat pada kopi pigmen, dan senyawa lain sehingga berat
biji arabika. Gambar 2.b di Desa Sukosawah, perbiji kopi semakin menurun (Ridwansyah,
kombinasi perlakuan fermentasi dengan 2003).
0,2 0,2
0,15 0,13 0,13 0,13 0,13 0,12 0,15 0,13 0,13 0,12 0,12 0,13
0,1 0,13 0,12 0,12 0,12 0,13 0,1 0,13 0,13 0,12 0,12 0,12
0,05 0,05
0 0
A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4
(a) (b)
Gambar 3. (a) Berat perbiji kopi biji arabika sangrai ember, (b) berat perbiji kopi biji
arabika sangrai karung
AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013 113
1 1,22 1,19 1,16 1,19 1,19 1 1,22 1,17 1,15 1,13 1,16
0,5 0,5
0 0
A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4
(a) (b)
Gambar 4. (a) Massa jenis kopi biji arabika non sangrai ember, (b) Massa jenis kopi biji arabika
non sangrai karung
114 Karakteristik Biji Kopi Arabica…(M. Balya dkk)
Gambar 5. (a) Massa jenis kopi biji arabika sangrai ember, (b) massa jenis kopi biji arabika
sangrai karung
15,00
Higroskopisit…
Persentase
15,00 10,00
Persentase
10,00
5,00
5,00
0,00
0,00
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6
Hari
Hari
(a)
(b)
Higroskopisita…
15,00 15,00
Higroskopisitas
Persentase
10,00 10,00
Persentase
5,00 5,00
(%)
0,00 0,00
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Hari Hari
(c) (d)
Gambar 6. (a)Persentase higroskopis kopi biji arabika non sangrai Pedati ember, (b)persentase
higroskopis kopi biji arabika non sangrai Pedati karung, (c)persentase higroskopis kopi
biji arabika non sangrai Sukosawah ember, (d)persentase higroskopis kopi biji arabika
non sangrai Sukosawah karung :
116 Karakteristik Biji Kopi Arabica…(M. Balya dkk)
15,00
Higroskopis (%) 15,00
Higroskopis (%)
Persentase
10,00
10,00
Persentase
5,00 5,00
0,00 0,00
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Hari Hari
(a) (b)
15,00 15,00
Higroskopis (%)
Higroskopis (%)
10,00
Persentase
Persentase
10,00
5,00
5,00
0,00
0,00 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 6 Ulangan Hari
Hari
(c) (d)
(0 jam), (12 jam), (24 jam), (36 jam), (48 jam)
Gambar 7. (a)Persentase higroskopis kopi biji arabika sangrai Pedati ember, (b)persentase
higroskopis kopi biji arabika sangrai Pedati karung, (c)persentase higroskopis kopi biji
arabika sangrai Sukosawah ember, (d)persentase higroskopis kopi biji arabika sangrai
Sukosawah karung
Nilai Kecerahan
Nilai Kecerahan
40 40
38,7137,1438,5537,9338,64 38,71 39,00 39,35 38,25 38,02
20
"L"
"L"
20
0
0
A2B0A2B1A2B2A2B3A2B4
Perlakuan Perlakuan
(a) (b)
Gambar 8. (a) Uji warna kopi biji arabika non sangrai ember, (b) uji warna kopi biji arabika non
sangrai karung
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa nilai kecerahan sebesar 38,71 dan yang
kombinasi perlakuan jenis wadah dan lama memiliki nilai kecerahan terendah pada
fermentasi berbeda tidak nyata terhadap perlakuan fermentasi 12 jam (A1B1) dengan
warna kopi biji sangrai. nilai kecerahan sebesar 37,14. Pada perlakuan
Hasil sidik ragam menunjukkan wadah karung yang memiliki nilai kecerahan
bahwa kombinasi perlakuan jenis wadah dan tertinggi pada perlakuan fermentasi 24 jam
lama fermentasi berbeda sangat nyata (A2B2) dengan nilai kecerahan sebesar 39,35
terhadap warna kopi biji non sangrai desa dan yang memiliki nilai kecerahan terendah
Pedati. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pada perlakuan fermentasi 48 jam (A2B4)
kombinasi perlakuan jenis wadah dan lama dengan nilai kecerahan sebesar 38,02. Nilai
fermentasi berbeda tidak nyata terhadap kecerahan kopi biji keseluruhan yang
warna kopi biji non sangrai desa Sukosawah. memiliki kecerahan tertinggi dihasilkan oleh
Kopi biji sangrai di desa Pedati dengan perlakuan karung fermentasi 24 jam (A2B2)
perlakuan wadah ember yang memiliki nilai dan kecerahan terendah diperoleh dari
kecerahan tertinggi pada perlakuan kontrol 0 perlakuan ember fermentasi 12 jam (A1B1).
jam (A1B0) dengan nilai kecerahan sebesar Desa Pedati memiliki kecerahan
37,78 dan yang memiliki nilai kecerahan tertinggi pada perlakuan karung fermentasi 12
terendah pada perlakuan fermentasi 48 jam jam (A2B1) dan kecerahan terendah pada
(A1B4) dengan nilai kecerahan sebesar 37,11. perlakuan karung fermentasi 24 jam (A2B2).
Perlakuan wadah karung yang memiliki nilai Desa Sukosawah memiliki kecerahan tertinggi
kecerahan tertinggi pada perlakuan fermentasi pada perlakuan karung fermentasi 24 jam
12 jam (A2B1) dengan nilai kecerahan (A2B2) dan kecerahan terendah pada
sebesar 38,58 dan yang memiliki nilai perlakuan ember fermentasi 12 jam (A1B1).
kecerahan terendah pada perlakuan fermentasi Berdasarkan jenis wadah, yang berpengaruh
48 jam (A2B4) dengan nilai kecerahan terhadap kecerahan kopi biji sangrai adalah
sebesar 36,29. Nilai kecerahan kopi biji wadah karung sedangkan lama fermentasi
keseluruhan yang memiliki kecerahan tidak secara nyata berpengaruh terhadap
tertinggi dihasilkan oleh perlakuan karung warna kopi biji. Menurut Jayus et al (2011),
fermentasi 12 jam (A2B1) dan kecerahan fermentasi yang lebih lama menyebabkan
terendah diperoleh dari perlakuan karung terlarutnya pigmen dalam biji kopi dan
fermentasi 24 jam (A2B2). Kopi biji sangrai penurunan nilai kecerahan yang terjadi diduga
di desa Sukosawah dengan perlakuan wadah terdapat reaksi berlebihan antara asam yang
ember yang memiliki nilai kecerahan tertinggi dihasilkan biji kopi. Pigmen yang telah larut
pada perlakuan kontrol 0 jam (A1B0) dengan
50,00 50,00
Nilai Kecerahan "L"
40,00 31,57 33,01 31,62 32,45 31,59 40,00 31,57 31,49 32,33 31,63 32,09
30,00 30,00
32,19 32,74 32,47 31,18 32,21 32,19 31,57 31,74 31,63 31,75
20,00 20,00
10,00 10,00
0,00 0,00
A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4
Perlakuan Perlakuan
(a) (b)
Gambar 9. (a) Uji warna kopi biji arabika sangrai ember, (b) uji warna kopi biji arabika sangrai
karung
AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013 119
5,00 5,00
4,00 2,91 2,91 3,32 3,50 4,00 2,91 3,32 3,07
2,73 2,41 2,50 2,70
3,00 3,00
3,41 3,36 3,41 3,02
2,00 2,84 3,05 3,18 2,00 2,82 2,75
1,00 1,00
0,00 0,00
(a) (b)
Gambar 10. (a) uji kesukaan aroma kopi biji arabika sangrai ember, (b) uji kesukaan aroma
kopi biji arabika sangrai karung
membuat biji menjadi pucat akan tetapi asam fermentasi 48 jam ember lebih disukai oleh
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan warna panelis.
biji kopi lebih gelap karena senyawa pigmen
telah habis terlarut. c. Rasa
Rasa merupakan perasaan yang dihasilkan
Uji Kesukaan Kopi Arabika Sangrai Seduh
oleh makanan yang dimasukkan ke mulut dan
a. Warna
dirasakan oleh indra perasa. Gambar 11
Warna adalah kesan pertama yang
menunjukkan hasil uji kesukaan rasa kopi
ditangkap oleh panelis sebelum mengenali
seduhan. Kopi biji arabika sangrai yang paling
rangsangan-rangsangan lain. Warna sangat
disukai adalah pada perlakuan A1B4
penting bagi setiap makanan, warna yang
(fermentasi 48 jam ember). Panelis lebih
menarik dapat mempengaruhi penerimaan
menyukai rasa kopi seduh dari kopi biji
konsumen. Gambar 10 menunjukkan hasil uji
arabika sangrai yang difermentasi 48 jam
kesukaan warna kopi seduhan. Kopi biji
karena menurut Wilujeng (2013) semakin
arabika sangrai yang paling disukai adalah
lama fermentasi akan menyebabkan pati
pada perlakuan A1B4 (fermentasi 48 jam
dalam kopi terdegradasi menjadi glukosa.
ember). Kecerahan warna seduhan kopi biji
Glukosa kemudian bereaksi dengan asam
arabika sangrai mempengaruhi tingkat
amino membentuk melanoidin yang
kesukaan panelis.
merupakan komponen utama dalam proses
b. Aroma
pencoklatan yang terjadi pada saat
Aroma banyak menentukan tingkat
penyangraian. Semakin lama fermentasi maka
kesukaan konsumen. Aroma yang khas dan
rasa kopi seduh semakin nikmat. d. Flavor
menarik dapat membuat suatu makanan lebih
Flavor merupakan perpaduan antara
disukai oleh konsumen. Gambar 11
rasa dan aroma yang ditangkap oleh indra
menunjukkan hasil uji kesukaan aroma kopi
penciuman dan indra perasa secara
seduhan. Kopi biji arabika sangrai yang paling
bersamaan. Gambar 12 menunjukkan hasil uji
disukai adalah pada perlakuan A1B4
kesukaan parameter flavor. Flavor kopi biji
(fermentasi 48 jam ember). Aroma kopi seduh
arabika sangrai seduh yang disukai panelis
muncul akibat menguapnya senyawa volatil
adalah pada perlakuan A1B4 (fermentasi 48
yang tertangkap indra penciuman manusia.
jam ember). Hasil perpaduan uji kesukaan
Yusianto (1999), melaporkan bahwa
rasa dan aroma yang disukai juga berbanding
keasaman tinggi akan memberikan kualitas
lurus dengan hasil uji kesukaan flavor.
aroma yang lebih baik sehingga kopi hasil
120 Karakteristik Biji Kopi Arabica…(M. Balya dkk)
5,00 5,00
4,00 3,00 3,00 4,00 3,00 3,16
2,66 2,34 3,09 2,59 2,52 2,52
3,00 3,00
1,73
2,00 2,98 3,00 3,16 2,86 3,18 2,00 2,98 2,61 2,86 2,73
1,00 1,00
0,00 0,00
(a) (b)
Gambar 11. (a) uji kesukaan rasa kopi biji arabika sangrai ember, (b) uji kesukaan rasa kopi
biji arabika sangrai karung
5,00 5,00
4,00 3,09 2,89 3,11 3,48 4,00 3,09 3,00
3,00
2,64
3,00 2,57 2,822,66
1,98
2,00 3,09 2,98 3,14 2,91 3,30 2,00 3,09 2,75 2,98 2,75
1,00 1,00
0,00 0,00
(a) (b)
Gambar 12. (a) uji kesukaan flavor kopi biji arabika sangrai ember, (b) uji
kesukaan flavor kopi biji arabika sangrai karung
5,00 5,00
4,00 3,20 3,05 3,16 2,75 3,52 4,00 3,20 3,16
3,00 3,00 2,48 2,05 2,64
3,39 3,05 3,32 3,50 3,39
2,00 2,89 2,00 2,80 3,16 2,91 2,82
1,00 1,00
0,00 0,00
(a) (b)
Gambar 13. (a) uji kesukaan keseluruhan kopi biji arabika sangrai ember, (b) uji kesukaan
keseluruhan kopi biji arabika sangrai karung
e. Kesukaan Keseluruhan
Kesukaan keseluruhan merupakan KESIMPULAN
akumulasi dari semua parameter uji kesukaan Kesimpulan dari penelitian ini
yang dilakukan oleh panelis. Gambar 13 adalah
menunjukkan hasil uji kesukaan keseluruhan 1. Lama proses fermentasi dan jenis wadah
panelis. Kopi biji arabika sangrai seduh yang berpengaruh terhadap uji mutu SNI,
paling disukai adalah pada fermentasi 48 jam karakteristik fisik, dan organoleptik kopi
ember. Hasil ini selaras dengan hasil uji biji arabika non sangrai maupun sangrai
kesukaan parameter lain. 2. Perbedaan ketinggian memberikan
pengaruh pada optimalisasi fermentasi di
desa Pedati pada A1B2 yaitu fermentasi
24 jam ember menghasilkan mutu 3,
AGROINTEK Volume 7, No.2 Agustus 2013 121