Mojalah Formasi Indonesia 10 (1). 9- 14 (1999)
KETERSEDIAAN HAYATI RELATIF KINIDIN DAN VERAPAMIL
PADA TUKUS SETELAH PRA-PERLAKUAN DENGAN LADA PUTIN
RELATIVE BIOAVAILABILITY OF QUINIDINE AND VERAPAMIL IN RATS PRE-
TREATED WITH WHITE PEPPER (Piper album L.)
Lukman Hakim
Laboratorium Farmakologi & Toksikologi, Fakultas Farmasi UGM,
Yogyakarta 55281, Indonesia
ABSTRAK
Penclitian tentang pengaruh bahan obat alam atau bumbu dapur terhadap farmakokinetik
(dan cfek farmakologi) obat lain belum banyak dilakukan, Oleh sebab itu perlu dilakukan
penelitian untuk mempelajari pengaruh pemberian lada putih terhadap ketersediaan hayati relatif
kinidin dan verapamil pada tikus.
Enam, kelompok tikus Wistar betina dibagi 2 kelompok secara acak, yaitu kelompok
kinidin dan verapamil. Kepada tiga kelompok pertama (kelompok kinidin), masing-masing diberi
kinidin saja GO mg/kg, intra-peritoneal) sebagai Kontrol, dan dua kelompok lainnya masing-
masing mendapat suspensi lada pulih 25 dan 200 mg/kg per oral satu jam sebelum pemberian
kinidin. Tiga kelompok sisanya (kelompok verapamil) diperlakukan sama seperti di atas, tetapi
obat yang digunakan adalah verapamil (75 mg/kg;ip). Setelah pemberian kinidin atau verapamil,
darah diambil dari vena ekor pada waktu-waktu tertentu untuk penetapan kadar kinidin atau
verapainil utuh secara fluorometri, Kadar obat di dalam darah terhadap waktu digunakan untuk
menghitung nilai parameter farmakokinetik masing-masing, dan nilai purata perlakuan
dibandingkan dengan nilai kontrol menggunakan uji Student't (95%).
Hasil penclitian inenunjukkan bahwa pra-perlakuan fada putih dosis rendah (25 mg/kg)
tidak mengubah ketersediaan hayati relatif (dan farmakokinetik) kinidin atau verapamil. Tetapi
pemberian lada putih dosis besar (200 mg/kg) mengurangi kecepatan absorpsi dan Cas kinidin,
dan memperlama tiwarnya, masing-masing 2-kali lipat (p<0,05), schingga ketersediaan hayati
relatif kinidin berkurang menjadi 49.24% dari nilai semula, Sebaliknya untuk verapamil, terjadi
peningkatan kecepatan absorpsi, Cyais, dan AUC, serta penurunan rilai teas (p<0,05). Dengan
kata lain ketersediaan hayati relatif verapamil meningkat (ampir 2-kali) karena pengaruh lada
putih dosis besar.
Kata kunci : kinidin, verapamil, lada putih, ketersediaan hayati, farmakokinetik
ABSTRACT
Reports concerning the influence of natural medicines and spices on pharmacokinetics
(and pharmacological effects) of drugs have been lacking. The effect of white pepper on the
relative bioavailability of quinidine and verapamil was therefore studied in rats.
___ Female Wistar rats were divided randomly imo 6 groups. To the first three groups
(quinidine group) of the animals were each given a single dose of quinidine intraperitoneally (30
mg/kg) with and without pre-treatment of | % tylose-suspension of white pepper (25 and 200
Majalah Farmasi Indonesia 10 (1), 1999 °Ketersediaan Hayatt
mg/kg peroral), an hour prior to quinidine administration, while 10 the remaining three groups
(verapamil group) were each treated the same, but with verapamil (75 mg/kg:ip). Following the
drug administration, blood samples were withdrawn at various time intervals from the tail vein
into heparinized tubes for the analysis of unchanged quinidine or verapamil spectrofluorometri-
cally. The drug concentrations in blood against Gime were used to compute the necessary
pharmacokinetic parameters. The corresponding mean parameter values of the treated groups were
compared with the controt values employing unpaired Student's t-test (95%).
‘The results showed that pre-treatment with the low dose of white pepper (25 mg/kg) did
not alter the bioavailability (and pharmacokinetics) of quinidine or verapamil. However the high
pre-treatment dose of the pepper (200 mg/kg) has reduced the absorption rate constant and Crug
values of quinidine and prolonged its tnx value each by 2-fold (p<\.05). which in tur halved its
relative bioavailability. On the other hand for verapamil, all the parameters of bioavailability have
increased significantly (p<0.05), namely the absorption rate constant. Cox, and AUC with a
decrease Of Imax Value. In other words the relative bioavailability of verapamil has enhanced (by
almost 2-fold) due to the high dose of white pepper,
Key words : quinidine, verapasnit, white pepper, bioavailability, pharmacokinetics
PENDAHULUAN
Sementara ini belum banyak diteliti orang tentang penganuh bahan obat alam atau burmbu
dapur terhadap farmakokinetik dan efek farmakologi obat lain. Satu diantara bahan alam yang
telah diteliti dan ditaporkan mempengaruhi nasib obat tain ialah lada hitam (Piper nigrum)
‘Lada hitam mengandung piperin (J-piperoil piperidin) sebagai alkaloid utama (Atal
dkk,1981). Senyawa tersebut dilaporkan dapat menghambat en7im-enzim metabolisme di dalam
hepar schingga menaikkan kadar obat di dalam darah, khususnya untuk obat-obat yang mengalami
eliminasi lintas pertama (first-pass effect), seperti rifampisin (Atal dkk. 1985: Zutshi dkk.1985).
fenitoin (Bano dkk.1987), propranolol dan teofilin (Bano dkk.1991). Dengan kata lain,
ketersediaan hayati obat-obat tersebut diperbesar selingga kenmngkinan meningkatkan cfck
farmakologinya, Lada putih (Piper album L..), juga mengandung, piperin, sehingga kemungkinan
bersifat sebagai penghambat enzim metabolisme.
Kinidin ialah obat yang lazim digunakan untuk mengobati aritmia jantung, memidiki Kisar
terapi sempit (3-6 ug/ml): pada kadar plasma di atas 6 ug/m! menimbulkan gejala (oksisilas,
sedangkan di bawah 2 ug/ml tidak efektif (Sloman.1976). Meskipun absorpsi kinidin hampir
sempura (lebih 95%). namun Ketersediaan hayatinya (F) hanya 76%, karena obat ini mengalarni
metabolisme hepatik 50-90% (leroksidasi melalui sitokrom P-450 menjadi 3-OH kinidin dan
2'Okso-kinidinon). Kinidin termasuk golongan senyawa yang memiliki rasio ekstraksi rendah
(0,30, Sloman, 1976; Benet dkk,1984; Sutfin and Jusko, 1985).
Verapamil. juga anti-aritmia jantung. absorpsinya lebih dari 95% dari dosis yang
diberikan, Sebagian besar obat ini mengalami climinasi linias pertama setelah pemberian oral
(rasio ckstraksi hepatik 0.87), sehingga ketersediaan hayatinya rendah. yaitu 16-28%
(Wibliams,1984), Pada tikus, anjing dan manusia verapamil dimetabolisme secara ckstensif
(erutama N-dealkilasi dan O-dealkilasi), schingga obat utuh yang dijumpai di dalam urin hanya 2-
3% dari dosis yang diberikan (Bourne, 1981, Sutfin and Jusko, 1985).
Ketersediaan hayati suatu obat tercermin dari harga parameter Crs, (kadar obat
maksimum di dalam darab). tna Qwaktu yang diperlukan untuk mencapai C,,u.). daft AUC (luas.
io ‘Majalah Farmasi Indonesia 10 (1), 1999:
1
/
. Lukiman Hakim
tno Het
area dibawah kadar obat dalam darah terhadap waktu), sedangkan ketersediaan hayati relatif
merupakan perbandingan harga AUC masing-masing (Rowland and Tozer, 1989).
METODOLOGI
Bahan. Tikus Wistar betina (180-200 g), kinidin sulfat (diperoleh dari PT Kimia Farma,
Bandung). verapamil HCI (diperoleh dari PT Rhone-Poulenc Rorer, Jakarta), serbuk lada putih
diperoleh dari pasar lokal, bahan-bahan lainnya berkualitas pro-analisa (E. Merck, Darmstadt).
Kelompok kinidin
Kontrol. Tikus disuntik larutan kinidin sulfat dosis tunggal (30 me/kg:ip), dan pada menit ke
0.5,15,30,45,60,90,120, dan 150 setelah pemberian obat, darah (200 uL) diambil dari vena ekor
untuk analisa kadar Kinidin utuh di dalam darah menggunakan spektrofluorometer F-4000
itachi, Tokyo) menurut Puspita Sari dan Hakim (1997).
Pra-perlakuan lada putih. Tikus diberi suspensi lada putih dalam tilosa 1% (25 dan 200 mg/kg:
po), satu jam sebelum pemberian kinidin sulfat seperti di atas. Pekerjaan selanjutnya dilakukan
seperti pada kelompok Kontrol,
Kelompok verapamil
Kontrol. Tikus disuntik larotan verapamil BCI dosis tunggal (75 ing/kg:ip), dan pada menit ke
0,5.15,30.45.60,90.120,150, dan 180 setelah pemberian obat, darah (200 uL) diambil dari vena
ckor untuk analisa kadar verapamil utuh di dalam darah secara fluorometi (McAllister &
Howell, 1976).
Pra-perlakuan lada putih. Tikus diberi suspensi lada putih dalam tilosa 1% (25 dan 200 mg/kg:
PO), satu jam kemudian disuntik farutan verapamil HCI seperti di alas. Pekerjaan selanjutnya
dilakukan seperti pada kontrol.
Analisis hasil, Nilai parameter farmakokinetik kinidin dan verapamil dihitung dari kadar obat
masing-masing dalam darah terhadap waktu menggunakan STRIPE (Johnston and Woottard,1983)
yang telah dimodifikasi Dr D. Jung, dan nilai parameter perlakuan dibandingkan dengan kontrol
menggunakan uji Student t tidak berpasangan (95%).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah pemberian kinidin kepada tikus, baik dengan atau tanpa lada putih diperoleh nilai
parameter yang menerangkan nasib obat itu di dalam tubuh, seperti nampak pada tabel
Ternyata lada putih 25 mg/kg tidak berpengaruh terhadap farmakokinetik kinidin
(p>0,05), namun pada dosis 200 mg/kg terjadi perubahan-perubahan yang bermakna pada Crus
(berkurang 50%, p<0,05) dan tna (meningkat 2,3-kali; p<0,05), tetapi tidak mengubah harga
AUC kinidin jika dibandingkan dengan kontrol, Akibatnya ketersediaan hayati relatif (F) kinidin
berkurang menjadi separo dari semula (49,24%). Selain itu tetapan kecepatan absorpsi kinidin
berkurang 1,6-kali (dari 0,060 menjadi 0,038 menit") sedudah pemberian lada putih dosis besar,
sedangkan volume distribusinya meningkat 2-kalinya (dari 11,09 menjadi 22,53 L/kg), tanpa
mengubah harga klirens kinidin. Hal ini menyebabkan perpanjangan waktu-paro eliminasi kinidin
secara bermakna dari 101,67 menjadi 210,60 menit (p<0,05), utamanya sebagai akibat kenaikan
volume distribusi obat tersebut,
‘Mojalah Farmasi Indonesia 10 (1). 1999 itKetersedigan Hayat
‘abel |. Nilai parameter ketersediaan hayati relatif kinidin (30 mg/kg, ip) dengan dan tanpa pra-
perlakuan lada putih (25 dan 200 mg/kg:po) pada tikus Wistar betina#
Parameter Kontrol Lada putih 25 Lada putih 200
Cruake Gag/mil) 2.30 £0,33 216 £0,33 1,12 + 0,08*
aks (trent) 31,50#2,22 35,78 + 2.76 71,82 48,25"
AUC (ig mnt/ml) 432,58 + 36,09 428,01 + 30,75 426,17 £32.28
F(%) too 98.94 49.24
* Perbedaan bermakna terhadap kontrol (p<0,05): # Purata + SE
Sementara itu pengaruh lada putih dosis besar terhadap verapamil meningkatkan harga
letapan kecepatan absorpsi dan Crus (p<0,05) tanpa mengubah nilai trai, (tabel II). Harga AUC
dan F verapamil masing-masing meningkat 2 kalinya dari Kontrol (p<0.05) setelah pemberian lada
potih 200 mg/kg, Peningkatan harga kedua parameter ini lebih disebabkan karena pengurangan
harga Klirens verapamil (dari 150.27 menjadi 76,14 ml/menivykg:p<0,05) berhubung adanya
penghambatan pada sistem metabolisme hepatik verapamil. Berkurangnya kliren ini kemungkinan
besar disebabkan oleh berkurangnya kliren hepauk verapamil, mengingat kontribusi kliren ginjal
tethadap Kliren total sangat kecil (2-3%). Akibatnya waktu-para eliminasi verapamil meningkat 2-
ali dari kontrol (85,13 menit menjadi 179.59 menit). Fenomena yang sama terjadi pula pada obat
lain yang memiliki rasio ekstraksi tinggi (salisilamid), karena pengaruh piperin dan lada putih
dosis tinggi (Darmawan, 1996).
Tabel I. Nilai parameter ketersediaan hayati relatif verapamil (75 mg/kg: ip) dengan dan tanpa
pra-perlakuan lada putih (25 dan 200 mp/kg:po) pada tikus Wistar betina#t
Parameter Kontrol Lada putih 25 Lada putih 200*
Crnaks (e/ml) 2,67 40,33 2.96 £0.21 3.25 + 0.08
{ais (menit) 45,00 + 2,64 47,18 £2.76 30,60 £3.35
AUC (ug.mnv/ml) 499,10 + 27.51 508,01 + 30,75 984,98 + 29,42
F(%) 400 101,78 193,35
* Perbedaan bermakna terhadap kontrol (p<0.05); # Purata t SE.
KESIMPULAN
Dari hasif penelitian ini disimpulkan bahwa :
1. Pra-perlakuan lada putih dosis rendah (25 mg/kg:po)
relatif (dan farmakokinetik) kinidin atau verapamil pada tikus.
2. Pemberian lada putih dosis besar (200 mg/kg:po) mengurangi kecepatan absorpsi dan kadar
puncak kinidin di dalam darah, memperlama waktu untuk mencapai kadar puncak, masing-
mengubah ketersediaan hayati
2 ‘Majalak Farmasi Indonesia 10 (1), 1999Lukman Hakim
masing 2-kali lipat (p<0,05), sehingga ketersediaan hayati relatif kinidin berkurang separo
dari semula.
3. Sebaliknya untuk verapamil, pemberian lada putih dosis besar menyebabkan peningkatan
kecepatan absorpsi, kadar puncak datam darah, dan AUC, telapi memperpendek waktu untuk
mencapai kadar puncak dalam darah (p<0,05). Dengan kata lain ketersediaan hayati relatif
verapamil meningkat (hampir 2-tali).
DAFTAR PUSTAKA
‘utshi,U., Rao,P.G. (1981) Scientific Evidence on the Role of Ayurvedic Herbalon
of Drugs. J. Ethnopharmacol, 4: 229-232
Ata,C.K., Dubey, R.K., Singh. (985) Biochemical Basis of Enhanced Bioavailability by
Piperine: Evidence that Piperine is a Potent [nhibitor of Drug Metabolism
JPharmacat.fixpt. Ther, 232: 258-262
Bano,G., Amla,V.. RainaR.K., Johri.R.K., Zutshi,U.. Chopra,C.L. (1987) The effect of Piperine
on Kinetics of Phenytoin in Healthy Volunteers. Planta Medica 53: 568-569
Bano,G., Raina,R.K., Zutshi,U., Bedi.K.L., JohriR.K., Sharma,$.C. (1991) Effect of Piperine on
Bioavailability and Pharmacokinetics of Propranolol and Theophylline in Healthy Volunteers
Bur, J.Clin Pharmacol, 41: 615-617
Benet,L.Z., Massoud.N.. Gambertoglio.J.G. (1984) Pharmacokinetic Basis for Drug Treatment,
Raven Press, New York,p. 428
Boume,G.R. (1981) Cardiovascular Drugs, Dalam Hathway,D.B. (ed.) Foreign Compound
Metabolism in Mammals, Vat.6, The Royal Society of Chemistry, Burlington House, London. pp.
238-239
Darmawan.E. (1996) Pengaruh Merica dan Piperin Terhadap Farmakokinetik Salisilamid pada
Tikus, Skripsi $1, Fakultas Farmasi UGM_
Johnston,A, and Woollard. R.C. (1983) STRIPE ; A Computer Program for Pharmacokinetics. J.
Pharmacol. Meth. 9 193-200
McAlister, R.G. and Howell, S.M, (1976) Fluorometric Assay of Verapamil in Biological Fluids
and Tissues, J. Pharm. Sci. 65: 431-432
Puspita Sari,I. and Hakim,L. (1997) Pengaruh Makan Brokoli Terhadap Farmakokinetika Kinidin
Pada Kelinci. 44. Farm. Indon. 8: 105-114
Rowland.M, and Tozer.T.N. (1989) Clinical Pharmaéokinetics: Concepts and Applications, Lea
& Febiger, Philadelphia
Sloman,J.G, (1976) Cardiovascular Disease. Dalam Avery,GS (ed.) Drug Treatment: Principles
and Practice of Clinical Pharmacology and Therapeutics, ADIS Press, Sydney, pp. 450-452
‘Majalah Farmasi Indonesia 10,1). 1999 3Ketersediaan Hayat...
Sutfin.T.A. and Jusko,W.J. (1985) Compendium of Active Metabolites. Dalam Wilkinson.G.R. and
Rawlins.M.D. (ed.) Drug Metabolism and Disposition : Considerations in Clinical Pharmacology,
MIP Press Ltd,, Lancaster, pp. 147. 156
Wiiliams,R.L. (1984) Drugs and the Liver : Clinical Applications, Dalam Benet.LZ (ed)
Pharmacokinetic Basis for Drug Treatment, Raven Press, New York,p. 67
Zutshi.R.K., Singh,R., Zutshi.U., Jobri,R.K.. Atal.C.K. (1985) Influence of Piperine on Rifampicin
Blood Levels in Patients of Pulmonary Tuberculosis. J.Assoc. Physicians India 33: 223-226
4 “Majalah Farmasi Indonesia 10 (1), 1989