You are on page 1of 7

162 Biosfera 32 (3) September 2015

Uji Antagonis Jamur Tempe (Rhizopus Sp) terhadap Bakteri Patogen Enterik
Dewi Peti Virgianti

STIKes Bakti Tunas Husada, Jl. Cilolohan 36 Tasikmalaya Jawa Barat.


e-mail : dewivirgianti@gmail.com

Abstract
Indonesian tempeh is a food product made from soybeans fermented by Rhizopus oligosporus.
The role of R.oligosporus as the primary fungi in soybean is very important, that changing the composition
of the substrate soybeans into food that is more nutritious and contains many enzymes and bioactive
compounds, including antibacterial compounds. This study was aimed at testing the antibacterial activity
of Rhizopus sp fungus isolated from commercial tempeh against several enteric pathogen bacteria
Escherichia coli ATCC 25922, Salmonella typhimurium ATCC 14028 and Shigella flexneri ATCC 12022.
The tests were conducted by the antagonism test agar diffusion method, by putting pieces of SDA that has
grown Rhizopus sp on agar Muller Hinton which test bacteria was inoculated. The incubation period was
24 hours at 37 ° C. The results showed that Rhizopus sp has antagonistic to the bacteria, which produce
inhibitory zone of 28 mm against the E.coli ATCC 25922, 26 mm against S.typhimurium ATCC 14028 and
39.5 mm against Shigella flexneri ATCC 12022. Based on these results it can be concluded that the
Rhizopus sp isolated from tempeh is antagonistic against enteric pathogenic bacteria. The results of this
study reinforce the benefits of tempeh as a functional food.
Keyword: tempeh, Rhizopus sp, enteric pathogen bacteria, antibacterial activity

Abstrak
Tempe merupakan produk pangan Indonesia berbahan kacang kedelai yang difermentasi oleh
Rhizopus oligosporus. Peranan Rhizopus oligosporus pada tempe sangat penting, yaitu sebagai jamur
utama yang mengubah komposisi substrat kacang kedelai menjadi makanan yang lebih bernutrisi serta
mengandung banyak enzim dan senyawa bioktif, diantaranya senyawa antibakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri jamur Rhizopus sp yang diisolasi dari tempe komersial
terhadap beberapa bakteri patogen enterik, yaitu Escherichia coli ATCC 25922, Salmonella typhimurium
ATCC 14028 dan Shigella flexneri ATCC 12022. Pengujian dilakukan dengan uji antagonisme metode
difusi agar, yaitu dengan meletakkan potongan SDA yang telah ditumbuhi Rhizopus sp pada agar Muller
Hinton yang telah diinokulasikan bakteri uji. Masa inkubasi dilakukan selama 24 jam pada suhu 37°C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rhizopus sp bersifat antagonis terhadap bakteri uji, yaitu
menghasilkan zona hambat sebesar 28 mm terhadap Escherichia coli ATCC 25922, 26 mm terhadap
Salmonella typhimurium ATCC 14028 dan 39,5 mm terhadap Shigella flexneri ATCC 12022. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Rhizopus sp yang diisolasi dari tempe bersifat
antagonis terhadap bakteri patogen enterik. Hasil penelitian ini menguatkan manfaat tempe sebagai
pangan fungsional.
Kata kunci: tempe, Rhizopus sp, bakteri patogen enterik, aktivitas antibakteri

Pendahuluan bentuk padat dengan anyaman miselium.


Selain itu peranan penting dalam proses
Tempe merupakan pangan fungsional
enzimatik yang berfungsi dalam mengubah
yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
senyawa kompleks menjadi senyawa yang
karena mengandung banyak nutrisi dan
lebih sederhana sehingga mudah diserap
komponen bioaktif. Banyak penelitian
oleh tubuh, yaitu mengandung semua asam
menunjukkan bahwa nutrisi dan komponen
amino esensial, kalsium, asam lemak,
bioaktif pada tempe dihasilkan dari kapang,
vitamin, isoflavon, serta menurunkan
kamir, dan bakteri asam laktat, tetapi
kandungan zat anti gizi asam fitat (Babu et
mikroorganisme utama yang berperan
al., 2009).
dalam fermentasi kedelai menjadi tempe
Penelitian mengenai aktivitas
yaitu Rhizopus oligosporus (Nout dan Kiers
komponen bioaktif tempe terhadap bakteri
2005; Nurdini et al., 2015). Rhizopus
telah banyak dilakukan, di antaranya
oligosporus pada tempe berperan sebagai
penelitian Soka et al. (2014) menunjukkan
pengepak butiran kacang kedelai menjadi
Virgianti, Dewi Peti, Uji Antagonis Jamur Tempe (Rhizopus Sp) terhadap Bakteri Patogen Enterik : 162 - 168 163

bahwa konsumsi tempe pada tikus Sprague- Shigella flexneri ATCC 12022.
Dawley dapat meningkatkan populasi
Bacterioidetes, sehingga mengindikasikan Materi dan metode
bahwa tempe dapat memodulasi komposisi
Alat dan Bahan
mikrobiota usus menjadi lebih sehat.
 Alat-alat yang digunakan adalah
Berdasarkan kultur in vitro menunjukkan
autoklaf, inkubator, cawan petri, erlenmeyer,
bahwa ekstrak tempe bersifat menghambat
gelas kimia, laminar air flow cabinet, jangka
pertumbuhan Basilus subtilis, tetapi dapat
sorong, pinset, kaca objek, kaca penutup,
menstimulasi pertumbuhan Bifidobacterium
timbangan analitik, tabung durham. Bahan-
dan Lactobacillus yang merupakan flora
bahan yang digunakan adalah tempe
normal usus (Kuligowski et al., 2013).
komersial yang dibeli di kec. Cineam Kab.
Ekstrak tempe mentah dapat menghambat
Tasikmalaya, Sabouraud Dextrose Agar
pertumbuhan Basillus cereus dan sporanya
(SDA), medium agar Muller Hinton. Bakteri
(Roubous et al., 2010) dan mampu
uji yang digunakan adalah Escherichia coli
menghambat pertumbuhan bakteri Basillus
ATCC 25922, Salmonella typhimurium
subtillis dan Staphylococcus aureus
ATCC 14028 dan Shigella flexneri ATCC
(Mambang et al., 2014).
12022 yang diperoleh dari Laboratorium
Salah satu penyakit yang dapat
Mikrobiologi Prodi Analis Kesehatan STIKes
dicegah dengan mengkonsumsi tempe yaitu
BTH Tasikmalaya.
penyakit diare (Kiers et al., 2003; Nout dan
Kiers 2005; Roubous et al., 2011). Pada
Isolasi jamur tempe
penelitian Karmini et al. (1997) dapat
Tempe dipotong dengan ukuran 5 cm x
dibuktikan bahwa konsumsi pangan
5 cm, kemudian menggunakan jarum ose
berbahan dasar tempe pada tikus jantan
lurus steril diambil jamurnya dan diletakkan
dapat mengurangi diare yang disebabkan
pada SDA. Inkubasi dilakukan dalam waktu
oleh EPEC. Begitu pula dengan Kiers et al.
7 hari pada suhu ruangan.
(2003) yang membuktikan bahwa konsumsi
tempe dapat mengurangi insiden diare pada
Pengujian aktivitas antibakteri
babi.
Uji aktivitas antibakteri dilakukan
Kandungan senyawa aktif pada tempe
dengan uji antagonisme metode difusi agar.
yang dihasilkan dari proses metabolisme
Disediakan medium agar Muller Hinton.
jamur Rhizopus oligosporus dapat
Diinokulasikan bakteri uji dengan
digunakan sebagai fermentor. Pemurnian
membentuk goresan padat pada agar. Pada
protein yang bersifat antibiotik dari larutan
isolat jamur tempe yang telah tumbuh pada
hasil fermentasi biakan Rhizopus
media SDA, diambil sedikit bagian agar yang
oligosporus salah satunya dilakukan oleh
telah ditumbuhi fungi dengan menggunakan
Kobayasi et al. (1992), protein sederhana
lingkaran tabung durham steril, kemudian
dengan berat molekul 5.500 yang
bagian agar tersebut diletakkan pada bagian
mengandung komponen asam amino
tengah medium Muller Hinton yang telah
cystein yang tinggi tersebut sangat aktif
diinokulasikan bakteri uji. Dilakukan
melawan bakteri Gram positif. Kajian
pengujian secara duplo. Kontrol perlakuan
mengenai peranan jamur tempe Rhizopus
dilakukan dengan cara yang sama terhadap
sp dalam mengambat pertumbuhan bakteri
agar yang tidak diinokulasikan fungi yang
patogen enterik belum dilakukan. Bakteri
diletakkan pada medium Muller Hinton yang
patogen enterik diantaranya adalah Entero
telah diinokulasikan bakteri uji. Inkubasi
Patogenic Escherichia coli (EPEC)
dilakukan selama 24 jam, untuk kemudian
penyebab diare, Salmonella typhi penyebab
diamati diameter zona hambat yang
demam tifoid dan Shigella sp penyebab
terbentuk.
penyakit disentri, prevalensi penyakit-
penyakit tersebut di Indonesia masih sangat
Karakterisasi jamur tempe secara
tinggi. Oleh karena itu penelitian ini
makroskopik dan mikroskopik
dilakukan untuk melihat aktivitas antibakteri
Isolat jamur tempe yang diperoleh
dari Rhizopus sp yang diisolasi dari tempe
dikarakterisasi secara makroskopik pada
terhadap beberapa bakteri patogen enterik
medium SDA, dengan dilakukan
yaitu Escherichia coli ATCC 25922,
pengamatan terhadap morfologi fungi
Salmonella typhimurium ATCC 14028, dan
meliputi bentuk koloni, warna koloni, warna
164 Biosfera 32 (3) September 2015

sebalik koloni (reverse side), ada tidaknya meliputi ada tidaknya septat pada hifa,
tetes eksudat, garis radial, garis konsentris warna hifa, percabangan hifa, struktur
dan karakteristik khusus yang dimiliki. reproduksi (bentuk spora, warna spora)
Pengamatan morfologi mikroskopis serta tangkai penghasil spora atau
dilakukan dengan teknik moist chamber (de sporangiofor.
La Maza et al., 1997), yaitu dengan
meneteskan SDA cair ke atas permukaan Hasil dan PembahasanBerdasarkan hasil
kaca objek steril, dan diinokulasikan dengan pengujian aktivitas antagonis antibakteri
spora fungi yang akan diamati kemudian jamur tempe yang dilakukan dengan metode
ditutup dengan kaca penutup, kaca objek difusi agar diperoleh hasil bahwa jamur
tersebut diletakkan pada cawan petri steril tempe yang diisolasi menghasilkan zona
yang telah didasari oleh kapas basah steril hambat yang cukup besar terhadap
dan kaca yang dibengkokkan sebagai dasar pertumbuhan bakteri uji, yaitu mempunyai
agar kaca objek tidak bersentuhan langsung diameter zona hambat sebesar rata-rata 28
dengan kapas basah. Cawan petri tersebut mm terhadap Escherichia coli ATCC 25922,
ditutup dan diinkubasi pada suhu ruangan 26 mm terhadap Salmonella typhimurium
selama 7 hari. Setelah fungi tumbuh ATCC 14028, dan 39,5 mm terhadap
kemudian kaca penutup pada moist Shigella flexneri ATCC 12022 (tabel 1;
chamber tersebut diletakkan pada kaca gambar 1). Sedangkan pada kontrol, yaitu
objek baru, kemudian dilakukan SDA tanpa jamur tempe yang diletakkan
pengamatan dengan menggunakan pada bakteri uji tidak menghasilkan zona
mikroskop perbesaran 100x dan 400x. hambat.
Pengamatan mikroskopik yang dilakukan

Tabel 1.Diameter zona hambat uji aktivitas antagonism antibakteri jamur tempe terhadap
bakteri uji Escherichia coli ATCC 25922, Salmonella typhimurium ATCC 14028 dan
Shigella flexneri ATCC 12022.

Bakteri uji Diameter Zona Hambat Rata-rata (mm)

Ulangan 1 Ulangan 2
Escherichia coli ATCC 25922 28 28 28

Salmonella typhimurium ATCC


27 25 26
14028

Shigella flexneri ATCC 12022 40 39 39,5

Gambar 1. Diameter zona hambat yang dihasilkan oleh isolat jamur tempe terhadap bakteri uji
Escherichia coli ATCC 25922 (A), Salmonella typhimurium ATCC 14028 (B), dan
Shigella flexneri ATCC 12022 (C) pada agar Muller Hinton dengan metode difusi
agar.
Virgianti, Dewi Peti, Uji Antagonis Jamur Tempe (Rhizopus Sp) terhadap Bakteri Patogen Enterik : 162 - 168 165

Diameter zona hambat yang diperoleh yaitu mampu menghambat pertumbuhan


pada pengujian relatif kuat karena beberapa mikroba uji diantaranya mampu
mempunyai diameter yang cukup besar. penghambat pertumbuhan Aspergillus
Interpretasi zona hambat antibiotik terhadap flavus dan Aspergillus parasiticus serta
bakteri uji dapat dikategorikan antara menghambat akumulasi Aflatoxin B1 yang
rentang resisten, intermediet dan dihasilkannya. Protein yang bersifat
susceptible. Berdasarkan NCCLS (2002) antibakteri dapat dihasilkan oleh Rhizopus
bahwa untuk bakteri Enterobacteriaceae oligosporus dan telah berhasil dimurnikan
dapat dikatakan susceptible apabila zona oleh Kobayashi et al (1992), protein tersebut
hambat yang dihasilkan pada pengujian aktif dalam melawan Basillus subtillis,
dengan metoda difusi agar oleh antibiotik Staphyllococcus aureus dan Streptococcus
ampicillin ≥17 mm, dengan antibiotik cremoris.
kloramfenikol ≥ 18 mm, dengan antibiotik
cotrimoxazol ≥16 mm, dengan antibiotik Karakteristik jamur tempe
ciprofloxacin ≥21 mm, dan dengan antibiotic Setelah dilakukan penanaman
nalidixic acid ≥19 mm. kembali isolat jamur tempe pada SDA dan
Berdasarkan besarnya zona hambat diinkubasi selama satu minggu, didapatkan
yang terbentuk dari uji antagonis metode beberapa koloni jamur, tetapi isolat yang
difusi agar yang dilakukan jamur tempe mendominasi adalah isolat jamur berwarna
terhadap bakteri patogen enterik putih yang diduga jamur Rhizopus sp.
Escherichia coli ATCC 25922, Salmonella Kemudian dilakukan penanaman kembali
typhimurium ATCC 14028 dan Shigella isolat tersebut sebagai tahap pemurnian
flexneri ATCC 12022 maka besarnya zona untuk pengujian. Ciri-ciri koloninya
hambat tersebut dapat dikategorikan dalam mempunyai miselium seperti kapas,
rentang susceptible. Hal tersebut berwarna putih keabuan menyebar
menunjukkan bahwa isolat Rhizopus sp menutupi cawan petri, tetapi terjadi
tersebut menghasilkan suatu senyawa pemusatan ketebalan pada bagian tengah
bioaktif yang bersifat antibakteri terhadap koloni, sedangkan miselium bagian pinggir
bakteri uji. koloni lebih tipis. Warna sebalik koloni
Beberapa penelitian mengenai berwarna putih krem. Tidak terdapat tetes
kemampuan Rhizopus oligosporus dalam eksudat dan tidak terdapat garis radial
menghasilkan senyawa antibakteri telah (gambar 2).
dilaporkan diantaranya oleh Nout (1989)

A B

Gambar 2. Morfologi koloni jamur tempe bagian atas (A), dan bagian sebalik koloni (B).

Pada pengamatan mikroskopik dengan reproduksi berupa sporangium yang


menggunakan metoda moist chamber ditopang oleh sporangiofor, spora berwarna
diperoleh ciri-ciri isolat jamur tempe abu kehitaman berbentuk bulat berisi spora
mempunyai hifa yang tipis tidak berseptat, (gambar 3).
terdapat hifa horizontal berupa stolon yang Berdasarkan ciri-ciri mikroskopik yang
dari stolon tersebut merupakan tempat diamati, jamur tempe sesuai dengan
munculnya percabangan sporangiofor Zygomycetes genera Rhizopus sp (gambar
dimana terbentuk juga rizoid (seperti akar), 4).
warna hifa putih transparan. Struktur
166 Biosfera 32 (3) September 2015

A B
Gambar 3. Morfologi mikroskopik jamur tempe, hifa/stolon, sporangiofor dan rizoid (A),
Sporangium dan spora (B).

Gambar 4. Ciri-ciri Zygomycetes, Rhizopus sp. (A), Mucor sp. (B), pembentukan sporangiofor
internodal. (de La Maza et al., 1997).

Genera Rhizopus sp digunakan miselium putih keabuan dan spora abu


sebagai jamur utama dalam fermentasi kehitaman, serta mempunyai hifa halus
tempe, pada starter tempe yang di jual dengan sporangiosfor yang tidak terlalu
komersial dengan merk tertentu dan secara panjang dan sporangium berbentuk bulat
umum digunakan sebagai starter (globossa) maka sesuai dengan ciri-ciri
pembuatan tempe secara umum Rhizopus oligosporus namun harus
mengandung jamur Rhizopus oligosporus. dipastikan dengan penelitian lebih lanjut.
Dari sekian banyak mikroba yang terlibat Rhizopus sp dapat menghasilkan
para ahli bersepakat bahwa fakta senyawa bioaktif yang bersifat antibakteri
membuktikan bahwa yang utama berperan terhadap beberapa bakteri gram positif.
dalam proses fermentasi adalah Rhizopus Ekstrak tempe 1% dalam media BHI
oligosphorus (Babu, 2009). Hal tersebut diantataranya dapat menghambat
sesuai dengan hasil penelitian Dewi dan Aziz pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus,
(2011) yang melakukan isolasi Rhizopus sp Streptococcus thermophillus, Bacillus
dari inokulum ragi tempe pada sentra tempe cereus, Bacillus subtilis, Listeria innocua dan
di 4 desa di Kabupaten Banyumas, usar daur Listeria monocytogenes, namun tidak
waru, usar daun jati dan usar daun pisang mampu menghambat pertumbuhan bakteri
yang biasa digunakan dalam pembuatan Gram negatif E.coli dan Salmonella
tempe, diperoleh beberapa isolat jamur, dari enteriditis. Namun pada penelitian-
55 isolat yang diperoleh 19 isolat penelitian dengan perlakuan yang berbeda
diidentifikasi sebagai Rhizopus oligosporus. dapat menunjukkan aktivitas antibakteri
Isolat jamur Rhizopus sp pada penelitian ini berspektrum luas pada bakteri Gram positif
belum diidentifikasi sampai penentuan dan Gram negatif B. cereus, E. coli, B.
spesies, tetapi dari ciri-ciri koloni dengan subtillis, Proteus vulgaris, S. aureus dan
Virgianti, Dewi Peti, Uji Antagonis Jamur Tempe (Rhizopus Sp) terhadap Bakteri Patogen Enterik : 162 - 168 167

Salmonella typhi (Roubous 2011). Dewi RS & Aziz S. 2011. Isolasi Rhizopus
Penggunaan ekstrak tempe 1% yang oligosporus pada beberapa inokulum
dilakukan oleh Roubous (2011) tidak dapat tempe di Kabupaten Banyumas.
menghambat pertumbuhan bakteri E.coli Molekul 6(2): 93-104.
dan Salmonella enteriditis pada BHI Karmini M, Affandi E, Hermana, Karyadi D,
dimungkinkan karena kandungan zat Winarno F. 1997. The inhibitory effect
antimikroba terlarutnya sedikit sehingga of tempe on Escherichia coli infection.
tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan In: International Tempe Symposium,
bakteri uji. Pada penelitian ini digunakan Bali, Indonesia: 157-162.
biakan jamur Rhizopus sp secara langsung Kiers JL, Meijer JC, Nout MJR., Rombouts
yang diletakkan pada media agar yang telah FM, Nabuurs MJA and Van der Meulen
diinokulasikan bakteri uji sehingga zat J. 2003. Effect of fermented soya
antibakteri yang dihasilkan oleh Rhizopus sp beans on diarrhoea and feed efficiency
dapat terdifusi secara langsung terhadap in weaned piglets. Journal of Applied
bakteri uji sehingga sifat antagonis melawan Microbiology 95, 545–552. DOI:
bakteri uji dapat terlihat. Penggunaan 10.1046/j.1365-2672.2003.02011.x.
Rhizopus sp secara langsung pada uji Kobayasi SY,, Okazaki N, Koseki T. 1992.
antagonis yang dilakukan berdasarkan pada Purification and characterization of an
kenyataan bahwa masyarakat Indonesia antibiotic substance produced from
melakukan konsumsi tempe dalam jumlah Rhizopus oligosporus IFO 8631.
yang cukup banyak, dan pada tempe Bioscienc, Biotechnology and
tersebut tentu saja mengandung jamur Biochemistry 56 (1): 94-98.
Rhizopus sp dan produk-produk metabolit Kuligowski M, Kuligowska IJ, Nowak J. 2013.
yang tersimpan pada substrat yang Evaluation of Bean and Soy Tempeh
difermentasinya. Influence on Intestinal Bacteria and
Estimation of Antibacterial Properties
Simpulan of Bean Tempeh. Polish Journal of
Microbiology. 62(2): 189-194.
Bedasarkan hasil uji antagonis jamur Kuligowski M, Kuligowska IJ, Nowak J. 2013.
tempe Rhizopus sp yang diisolasi dari tempe Evaluation of Bean and Soy Tempeh
komersial yang dijual di Tasikmalaya Influence on Intestinal Bacteria and
terhadap bakteri Escherichia coli ATCC Estimation of Antibacterial Properties
25922, Salmonella typhimurium ATCC of Bean Tempeh. Polish Journal of
14028, dan Shigella flexneri ATCC 12022, Microbiology. 62(2): 189-194.
diperoleh diameter zona hambat yang cukup Mambang DEP, Rosidah, Suryanto D. 2014.
besar sehingga dapat disimpulkan bahwa Aktivitas antibakteri ekstrak tempe
jamur Rhizopus sp tersebut bersifat terhadap bakteri Bacillus subtilis dan
antagonis terhadap bakteri patogen enterik. Staphylococcus aureus. J teknol dan
Hasil tersebut dapat menguatkan manfaat Industri Pangan 25(1): 115-118. DOI:
tempe sebagai pangan fungsional. 10.6066/jtip.2014.25.1.115.
NCCLS [National Committee for Clinical
Ucapan terimakasih Laboratory Standards. 2002.
Peneliti mengucapkan terimakasih Performance Standards for
kepada tim laboratorium Mikrobiologi yang Antimicrobial Susceptibility Testing;
telah banyak membantu terlaksananya Twelfth Informational Supplement.
penelitian ini. NCCLS document M100-S12 [ISBN 1-
56238-454-6]. NCCLS 940 West
Daftar Pustaka Valley Road, Suite 1400,Wayne, PA
19087 USA.
Babu PD, Bhakyaraj R, Vidhyalakshmi R. Nout MJR & Kiers JL. 2005. Tempe
2009. A low cost nutritious “Tempe” – A fermentation, innovation and
Review. World J Dairy Food Sci 4(1): functionality: update into the third
22-27. millennium. J Appl Microbiol 98: 789-
de La Maza LM, Pezzlo MT, Baron EJ. 1997. 8 0 5 . D O I : 1 0 . 1111 / j . 1 3 6 5 -
Color Atlas of Diagnostic Microbiology. 2672.2004.02471.x.
Mosby-Year Book, Inc. St.Louis Nout MJR. 1989. Effect of Rhizopus and
Missouri.
168 Biosfera 32 (3) September 2015

Neurospora spp. on growth of Roubus-van de Hill PJ, Nout MJR. 2011.


Aspergillus flavus and A. parasiticus Anti-Diarrhoeal aspect of fermented
and accumulation of aflatoxin B1 in soya beans. Soybean and health. El-
groundnut. Mycological Research, 93: Shemy H (Ed). ISBN: 978-953-307-
518-523. 535-8. In Tech. DOI: 10.5772/17997.
Nurdini AL, Nuraida L, Suwanto A dan [internet][cited 12 Nov 2015]. Available
Suliantari. 2015. Microbial growth from http://cdn.intechopen.com/pdfs-
dynamics during tempe fermentation wm/ 19757.pdf
in two different home industries. Soka S, Suwanto A, Sajuthi D, Rusmana I.
International Food Research Journal 2 0 1 4 . I m p a c t o f Te m p e h
22(4): 1668-1674. Journal homepage: Supplementation on Gut Microbiota
http://www.ifrj.upm.edu.my. Composition in Sprague-Dawley Rats.
Roubous-van de Hil PJ, Dalmas E, Nout Research Journal of Microbiology.
MJR, Abee T. 2010. Soya bean tempe DOI: 10.3923/jm.2014. [internet] [cited
extract show antibacterial activity 13 Nov 2015]. Available from:
against Bacillus cereus cells and http://docsdrive.com/pdfs/academicjo
spore. Journal of Applied Microbiology urnals/jm/0000/64126-64126.pdf
(109): 137-145. DOI: 10.1111/j.1365-
2672.2009.04637.x.

You might also like