You are on page 1of 12

PENCATATAN DAN PELAPORAN SISTEM PEMANTAUAN WILAYAH

SETEMPAT - KESEHATANIBU DAN ANAK OLEH BIDAN DIDESA


DIPUSKESMAS SEPATAN KABUPATEN TANGERANG 2008

Registration and PWS-KIA 's System Reporting by Midwife at Village at Puskesmas


Sepatan Tangerang District 2008

Felly Philipus Senewe1 dan Yuana Wiryawan1

Abstract. Mother and child health local area monitoring system "Pemantauan Wilayah Setempat -
Kesehatan Ibu dan Anak" (PWS-KIA) as a mean of management KIA's program to observe KIA program
services continually with scope at a work area. Registration in Tangerang district and PWS-KIA recording
reporting system were well conducted, but still not yet applied accordingly as the system . This research
aimed to determine village midwive ("bides") practices towards registration and PWS-KIA recording
reporting system . The benefits of the study were evidenced data supporting policy and intervention to
decrease maternal and child mortality rate ("angka kematian anak-AKA"). The respondents consists of
village midwives, midwives coordinators at Puskesmas and heads of Puskesmas. Focus Group Discussion
(FGD) was conducted for village midwives, while indepth interview for the midwives coordinators and
heads of puskesmas.The results showed that informans, midwives, were aged 22 - 37 years old, diploma 1
(DI) in midwifery and not official/permanent workers " bukan pegawai negeri sipil/PNS". Reason that
village midwives were lazy or not doing the registration and PWS-KIA recording reporting because too
many registration/reporting should be conducted by the village midwives. There was no kohort for m for
pregnant women, there as no kohort form for babies, and under five, "kesehatan ibu dan anak"-KIA's book
and mother's "kartu menuju sehat"-KMS and also there is no children under five, Other forms must be
boughyt or copied by village midwieves themselves. Midwives usially discussed among themselves at
Puskesmas and made the report together with the guidance of widwife coordinator. Midwife working
divices were very limited. It is recommended thta the Puskesmas or district public health services should
provide registration forms and PWS-KIA report forms.

Keywords: "PWS-KIA ", midwife at village ("Bides"), Kohort mother, Kohort baby

Abstrak. Sistem Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) sebagai alat
management program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus
menerus. Di Kabupaten Tangerang pelaksanaan pencatatan dan pelaporan sistem PWS-KIA sudah
berlangsung, namun masih belum menerapkan sesuai dengan sistem yang ada. Tujuan untuk mengetahui
prilaku bidan di desa (bides) terhadap pencatatan dan pelaporan sistem PWS-KIA. Manfaat sebagai
dukungan "evidence data" yang melandasi kebijakan dan intervensi penurunan AKI dan AKA. Ruang
lingkup penelitian meliputi bidan di desa, bidan koordinator di Puskesmas dan kepala Puskesmas. Dimana
para bidan di desa akan dilakukan focus group discussion (FGD) sedangkan bidan koordinator dan kepala
puskesmas akan dilakukan indepth interview. Hasilnya informan (bidan) berusia 22 - 37 tahun,
berpendidikan DI Kebidanan dan pegawai tidak tetap/ bukan PNS. Alasan para bidan di desa malas
melakukan pencatatan dan pelaporan PWS-KIA karena terlalu banyak pencatatan/pelaporan yang harus
dikerjakan oleh bidan di desa, termasuk menjalankan tugas profesi selaku bidan. Juga para bidan di desa ini
dimintakan oleh pimpinan puskesmas untuk membantu tugas-tugas kebidanan di Puskesmas atau jaga
malam di bagian kebidanan puskesmas. Form kohort ibu hamil tidak ada, kohort bay! tidak ada, buku KIA
dan KMS ibu dan balita juga tidak ada, dan form-form yang lain harus dibeli atau difotocopy sendiri oleh
bides. Sesama bidan di desa saling berdiskusi dan malah membuat laporan bersama-sama di puskesmas.
Mendapat bimbingan dari bidan koordinator puskesmas. Peralatan tugas bidan di desa sangat terbatas.
Disarankan sebagai berikut Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kab seharusnya menyediakan/mencetak form-
form pencatatan dan pelaporan PWS-KIA

Kata kunci: PWS-KIA, bides, kohort ibu, kohort bayi

' Peneliti pada Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat

156
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 10 No 3, September 2011 : 156 - 167

PENDAHULUAN Pemantapan dan peningkatan program


kesehatan ibu dan anak telah menjadi
Kelangsungan hidup ibu dan anak
prioritas utama. Berbagai upaya
secara umum yang dapat diterima sebagai
meningkatkan kemampuan pengelola
indikator adalah angka kematian ibu (AKI),
program KIA menunju percepatan penurunan
angka kematian anak (AKA) dan angka
AKI telah dilakukan. Secara konseptual, pada
kematian bayi (AKB). Pentingnya
tahun 1990-an telah diperkenalkan lagi upaya
mendapatkan indikator tercermin dari
untuk menajamkan strategi dan intervensi
pemakaian AKI dan AKB sebagai derajat
dalam menurunkan AKI yaitu Making
kesehatan yang ditetapkan dalam Indonesia
Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan
Sehat 2010 (Soemantri,2004) dan Millenium
oleh pemerintah pada tahun 2000 (Soemantri,
Development Goals (MDGs) (UNDP,2003).
2004; Soemantri, 1997; Mosley and Chen,
Perkiraan AKI maupun AKA di 1984).
Indonesia saat ini masih mengandalkan dari
Kebijakan desentralisasi menuntut
survei dan sensus karena sumber data dari
pimpinan kabupaten/kota dan jajarannya
registrasi vital di Indonesia sebagai sumber
mampu untuk merencanakan,
data yang ideal masih belum memadai.
memprioritaskan kegiatan serta memantau
Demikian pula pengukuran AKI dan AKA
dampaknya dengan memanfaatkan data lokal
dari sistem pencatatan rutin fasilitas
yang tersedia serta sumber daya yang ada.
kesehatan juga belum bisa diharapkan karena
Sehubungan dengan penerapan sistem
hasilnya memberikan gambaran bias karena
desentralisasi maka pelaksanaan strategi MPS
tidak semua kejadian kematian terjadi dan
di daerahpun diharapkan dapat lebih terarah
dicatat di fasilitas pelayanan kesehatan.
dan sesuai dengan permasalahan setempat.
Keragaman sumber data menyulitkan untuk
Adanya keragaman daerah di Indonesia
membuat perbandingan, untuk generalisasi
menurut demografi dan geografi,maka
dan ada kecenderungan kematian ibu
kegiatan program kesehatan ibu dan anak
dilaporkan lebih rendah karena tidak mudah
(KIA) akan beragam pula. Agar pelaksanaan
menegakkan sebab kematian. (Soemantri,
program KIA berjalan lancar, aspek
1997)
peningkatan mutu pelayanan program KIA
Berdasarkan hasil kajian besaran AKI tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas
di Indonesia berkisar 307-461 per 100.000 utama baik ditingkat puskesmas maupun di
kelahiran hidup, Angka kematian balita 54-64 tingkat kabupaten/kota. Peningkatan mutu
per 1000, Angka kematian bayi 35-42 per program KIA juga dinilai dari besarnya
1000, (Soemantri, 1997). Bila dibandingkan cakupan program di masing-masing wilayah
dengan negara-negara ASEAN lainnya, AKI kerja, (WHO, 2000; Setyowati, 1999).
dan AKA di Indonesia relatif masih tinggi.
Kematian maternal (disebut kematian
Kecenderungan AKI dan AKB memberikan
ibu oleh program) adalah kematian seorang
prospek penurunan yang kurang
wanita yang sedang hamil, melahirkan
menggembirakan. Kalau kesepakatan global
sampai dengan 42 hari sesudah berakhirnya
MDGs ingin direalisir, pencapaian AKI akhir
kehamilan (masa nifas), tidak tergantung dari
2015 tidak akan terpenuhi. Pencapaian AKI
umur kehamilan dan letak kehamilan di
tahun 2015 hanya dapat menurunkan 52-55%
dalam ataupun di luar kandungan yang
dari keadaan 1990, masih jauh untuk
disebabkan oleh keadaan kehamilan atau oleh
diturunkan tiga perempatnya sesuai dengan
keadaan yang diperburuk akibat kehamilan
target MDGs sedangkan pencapaian AKB
atau disebabkan kesalahan pada pertolongan
tahun 2015 hanya dapat menurunkan 53-73%
persalinan, tetapi tidak termasuk kematian
dari keadaan 1990, (UNDP,2003)
yang disebabkan oleh kecelakaan atau
Berbagai intervensi untuk kelalaian. Penyebab kematian maternal dapat
menurunkan AKI dan AKA telah dilakukan dibagi dalam 2 kelompok yaitu karena
oleh Depkes sejak tahun 1980-an melalui obstetri langsung dan tidak langsung.
program Safe Motherhood Inititatif yang Sedangkan untuk menghitung kematian
mendapat perhatian besar dan dukungan dari maternal dapat dilakukan dengan dua cara
berbagai pihak, baik dalam dan luar negeri. yaitu cara langsung (direct) dan cara tidak

157
Pencatatan dan pelaporan sistem pemantauan.. .(Felly & Yuana)

langsung (indirect), (Utomo, 1988; tahun 2008. Secara khusus bertujuan untuk
Setyowati, 1999). mengetahui faktor predisposisi (umur,
Sistem Pemantauan wilayah setempat pendidikan, pengetahuan, motivasi) bides
kesehatan ibu dan anak (PWS-KIA) sebagai terhadap pencatatan dan pelaporan PWS-
KIA, mengetahui faktor pemungkin
alat manajemen program KIA untuk
(ketersediaan formulir, kemudahan
memantau cakupan pelayanan KIA di suatu
mendapatkan form, sarana
wilayah kerja secara terus menerus, agar
dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan kesehatan/polindes) terhadap pencatatan dan
pelaporan PWS-KIA, dan untuk mengetahui
tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan
pelayanan KIA nya masih rendah telah faktor penguat (teman bides, bidan
koordinator, kepala puskesmas) terhadap
diterapkan program sejak tahun 1990an.
pencatatan dan pelaporan PWS-KIA.
Dengan demikian PWS-KIA dapat dipandang
juga sebagai surveilens sistem untuk Penelitian kualitatif dengan paradigma
naturalistik, untuk mencari fakta tentang
mengukur perkiraan AKI dan AKA. Sesuai
prilaku bidan di desa terhadap pencatatan dan
anjuran WHO untuk mendapatkan AKI yang
pelaporan PWS-KIA sehingga diharapkan
paling baik adalah menindak lanjuti kohor ibu
memberi masukan untuk program kesehatan
hamil. Sayangnya sampai saat ini PWS-KIA
ibu dan anak. Manfaat untuk sistem
belum dimanfaatkan secara optimal yang
surveilens kelangsungan hidup ibu dan anak
terbukti dengan masih tingginya AKI dan
sebagai alat manajemen dalam upaya
AKA, (Depkes, 2004).
mendapatkan besaran AKA di tingkat
Dengan pengembangan sistem kabupaten, dan sebagai dukungan "evidence
pencatatan PWS-KIA diharapkan dapat data" yang melandasi kebijakan dan
diperoleh data dasar untuk penghitungan intervensi penurunan AKI dan AKA. Ruang
AKA sampai di tingkat kabupaten/kota. lingkup penelitian meliputi bidan di desa,
Dengan demikian kebutuhan daerah dalam bidan koordinator di puskesmas dan kepala
mendapatkan AKA sampai tingkat kabupaten puskesmas. Dimana para bidan di desa akan
sehubungan dengan tuntutan kebutuhan dilakukan focus group discussion (FGD)
desentralisasi juga dapat terpenuhi. sedangkan bidan koordinator dan kepala
Di kabupaten Tangerang pelaksanaan puskesmas akan dilakukan indepth interview.
pencatatan dan pelaporan sistem PWS-KIA
sudah berlangsung disetiap puskesmas dan
BAHAN DAN CARA
bidan di desa. Namun dalam kenyataannya
para bidan di desa masih belum menerapkan Penelitian kualitatif dengan
sesuai dengan sistem yang ada. Ada beberapa rancangan studi kasus, dilakukan pada bidan
alasan yang memungkinkan sehingga di desa (bides) yang bertugas pada sembilan
pencatatan dan pelaporan ini tidak maksimal desa dalam wilayah kerja puskesmas Sepatan,
dikerjakan bidan oleh karena mereka merasa kabupaten Tangerang Provinsi Banten tahun
sudah sangat banyak form pencatatan & 2008. Semua bidan di desa di wilayah
pelaporan yang dilakukan di polindes atau di puskesmas dilakukan diskusi kelompok,
desa, karena faktor kendala administrasi dan wawancara mendalam kepada bidan
bimbingan atau pelatihan dari Puskesmas, koordinator dan kepala puskesmas. Informan
atau karena sibuk menolong persalinan, dipilih secara purposive random sampling
(Dinkes Kab Tangerang, 2008). untuk bidan di desa focus group discussion
(FGD) dan bidan koordinator (petugas
Secara umum penelitian ini bertujuan
puskesmas 1) dan kepala puskesmas (petugas
untuk mengetahui perilaku bidan di desa
puskesmas 2). Data mengenai pencatatan dan
(bides) terhadap pencatatan dan pelaporan
pelaporan PWS-KIA bersumber dari bidan di
sistem PWS-KIA dalam menuju Sistem
desa dan bidan koordinator termasuk kepala
Surveilens Kelangsungan Hidup Anak di
puskesmas.
puskesmas Sepatan kabupaten Tangerang

158
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 10 No 3, September 2011 : 156 - 167

Matriks : Data dan Sumber Data

DATA SUMBER DATA METODE


Faktor Predisposisi:
umur bidan di desa FGD
pendidikan bidan di desa FGD
pengetahuan bidan di desa FGD
motivasi bidan di desa FGD
Faktor Pemungkin:
ketersediaan formulir bidan di desa FGD
kemudahan mendapatkan form bidan di desa FGD
sarana kesehatan/polindes bidan di desa FGD
Faktor Penguat:
teman bides bidan di desa FGD
bidan koordinator bidan koordinator indepth
kepala puskesmas kepala puskesmas indepth
Pencatatan dan pelaporan PWS-KIA form PWS-KIA cross check-
observasi

Untuk menguji validasi data maka hasil diskusi kelompok terarah dan
dilakukan ujicoba pada bidan di desa yang wawancara mendalam diolah melalui teknik
berada di desa lain atau bidan di desa di luar
triangulasi berdasarkan temuan atau makna.
wilayah puskesmas, kemudian dilanjutkan
Untuk meneliti keabsahan data maka data
dengan analisis data triangulasi (triangulasi
akan dilakukan analisis triangulasi antara
sumber yaitu mengcrosscek kepada sumber
informasi dari bidan di desa dengan
lain yaitu bidan koordinator puskesmas dan informasi dari bidan koordinator dan kepala
triangulasi data atau analisis dengan
puskesmas.
meminta umpan balik dari informan lain
misalnya kepala puskesmas). Pengumpulan
data Kualitatif yaitu melakukan Indepth HASIL
interview pada kepala puskesmas dan
pengelola program KIA di Puskesmas, dan Karakteristik informan
FGD pada bidan di desa. Kunjungan ke Semua bidan di desa sebagai
puskesmas untuk melihat dan mengetahui informan diskusi kelompok terarah atau
sejauhmana pelaksanaan, kendala, hambatan, foccus group discussion (FGD), dan
kelengkapan, dan sarana pendukung dari informan untuk wawancara mendalam yang
pencatatan dan pelaporan data KIA maupun dipilih secara langsung yaitu bidan
PWS-KIA. koordinator data dan kepala Puskesmas,
Data diolah dengan menggunakan mempunyai karakteristik seperti dalam label
software kualitatif yang ada. Data dianalisis 1.
secara deskriptif dan analitik. Data kualitatif

159
Pencatatan dan pelaporan sistem pemantauan.. .(Felly & Yuana)

Tabel 1. Karakteristik informan di Puskesmas Sepatan tahun 2008


No. Informan Umur (tahun) Pendidikan Pekerjaan Masa tugas
1. Bides 1 22 Dili Kebid Bidan di desa 3 bulan
2. Bides 2 30 Dili Kebid Bidan di desa 3 tahun
3. Bides 3 32 DI Kebid Bidan di desa 9 tahun
4. Bides 4 24 DI Kebid Bidan di desa 2 tahun
5. Bides 5 34 DI Kebid Bidan di desa 12 tahun
6. Bides 6 26 Dili Kebid Bidan di desa 12 tahun
7. Bides 7 24 Dili Kebid Bidan di desa 1 tahun
8. Bides 8 33 DI Kebid Bidan di desa 14 tahun
9. Bides 9 37 DI Kebid Bidan di desa 12 tahun
10. Petugas Pusk 1 38 Dili Kebid Bidan koordinator/ 14 tahun
PJ Data
11. Petugas Pusk 2 49 S1FK Kepala Puskesmas 21 tahun

Informan dalam penelitian ini dan baru pertama kali ditempatkan di desa.
diharapkan dapat menggambarkan Sedangkan yang usia di atas 30 tahun
karakteristik dari pencatatan dan pelaporan umumnya sudah lama bertugas tetapi belum
sistem PWS-KIA oleh Bidan di desa dan juga diangkat menjadi pegawai tetap. Ada
petugas puskesmas baik penanggung jawab beberapa bidan yang mengalami mutasi-
data, bidan koordinator dan kepala perpindahan dari satu desa ke desa yang lain.
puskesmas. Umumnya bidan-bidan yang
Pendidikan, sebagian besar bidan di
bertugas di desa relatif masih muda karena
desa berpendidikan DI Kebidanan. Hanya
baru diterima tugas di desa, kalaupun ada
sedikit yang berpendidikan Dili Kebidanan.
yang sudah lama tugas di desa karena belum
Semua bidan di desa berpendidikan Diploma
diangkat menjadi pegawai negeri.
Kebidanan dan sudah sesuai dengan tugas
Berdasarkan hasil observasi, umumnya para
dan fungsi mereka untuk memberikan
bidan di desa masa bertugas masih relatif
pelayanan kesehatan ibu dan anak di
baru (di bawah tiga tahun), hanya ada dua
masyarakat, misalnya kesehatan ibu anak,
orang bides yang sudah lama tugas di desa
keluarga berencana, persalinan, pelayanan
tetapi belum ada pengangkatan menjadi
kesehatan dasar, (Tabel 1).
pegawai tetap pemerintah daerah. Informan
petugas puskesmas, sebagai penanggung " Kesehatan Ibu Anak,
jawab data puskesmas saat ini sedang Keluarga Berencana, Persalinan, Pelayanan
melanjutkan pendidikan SI Kesehatan kesehatan dasar. Semua tugas Kasus
Masyarakat. Petugas penanggung jawab data apasaja...."
sangat membantu dan memberikan semua
data diminta, juga memberikan contoh-
contoh pencatatan dan pelaporan PWS-KIA Pekerjaan, pada umumnya bidan di
yang direkap di puskesmas. Sedangkan desa yang melakukan pencatatan dan
bidan koordinator dan kepala puskesmas pelaporan PWS-KIA di desa yang
karena kesibukan di puskesmas dan di Dinas pekerjaannya adalah bides, yang sifatnya
Kesehatan menyebabkan wawancara adalah pegawai kontrak dan bukan pegawai
mendalam dilakukan secara bersama-sama tetap. Hal ini terlihat dari hasil wawancara
dan ditanyakan untuk berbagai masalah di dengan semua bides hampir semua belum
puskesmas. diangkat menjadi pegawai tetap. Para bidan
di desa meminta diperhatikan misalnya:
pengangkatan PNS, membayar kontrak
Faktor Predisposisi/Pemicu (predisposing rumah yang makin mahal naik terus. Dulu
factors) 300 ribu / tahun sekarang sudah 6 juta
pertahun.
Ada bidan di desa yang usia relatif
masih muda karena baru selesai pendidikan

160
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 10 No 3, September 2011:156-167

" minta diperhatikan bides " kami di posyandu memakai


misalnya: pengangkatan PNS, membayar buku bantu setelah itu ke puskesmas
kontrak rumah yang makin mahal naik terus. pindahkan kedalam kohort ibu dan ke
Dulu 300 ribu / tahun sekarang sudah 6 juta imunisasi. Tidak sempat mengisi di
pertahun " posyandu karena terlalu banyak
penimbangan - banyak bayi yang
ditimbang.... 1 posyandu ada I buku bantu...
Pengetahuan tentang pencatatan dan sama saja pindahkan ke kohort
pelaporan PWS-KIA, semua informan tahu ibu/bayi/imunisasi... "
bahwa pentingnya pencatatan dan pelaporan
PWS-KIA, namun mereka juga menghadapi
kendala tidak tersedianya formulir " membawa-bawa buku berat
pencatatan tersebut. Formulir sudah lama belum lagi kami bawa vaksin, obat-obatan
tidak tersedia di desa dan sudah dilaporkan untuk ibu hamil dan bawa timbangan....
ke puskesmas. Pengetahuan informan relatif kalau soya tidak bawa timbangan karena
baik karena hampir semua berpendidikan sudah ada di posyandu.. "
Diploma. Diawal bertugas di Puskesmas atau
di desa sudah pernah dibekali dengan cara
pengisian form pencatatan tersebut. Berdasarkan pengamatan di
puskesmas memang pada jam-jam sibuk,
" menuntt kami sistem pencatatan
bidan di desa misalnya pagi hari jam
dan pelaporan: dilengkapi form karena tidak
pelayanan di puskesmas, para bidan di desa
ada, sering kami membeli kadang-kadang
membantu tugas Instalasi Gawat Darurat
bam didata dulu di posyandu, memakai
(IGD) di Puskesmas, juga bagian
buku bantu dan kohort ibu nanti kembali ke
pendaftaran dan tugas jaga di kamar
puskesmas baru kami menyalin ke buku
bersalin. Jadi biasanya mereka ada jadwal
kohort ibu atau kohort bayi....tidak sempat
untuk ke desa atau turun posyandu dan ada
mengisi di posyandu karena terlalu banyak
jadwal untuk mereka kerja di Puskesmas.
penimbangan - banyak bayi yang
Semua ini diatur oleh Kepala Puskesmas dan
ditimbang..."
Bikor Puskesmas.

Motivasi terhadap pencatatan dan


Faktor pemungkin (enabling factors'):
pelaporan PWS-KIA, motivasi dari informan
hampir sama karena hal ini sudah merupakan Ketersediaan formulir pencatatan
tugas selaku bidan di desa. Disamping dan pelaporan PWS-KIA di Polindes atau di
melakukan pelayanan juga harus melakukan Posyandu sangat diperlukan. Formulir untuk
pencatatan dan pelaporan PWS-KIA. pencatatan dan pelaporan PWS-KIA di
Walaupun tugas yang cukup banyak di Polindes / Posyandu ada beberapa jenis
posyandu misalnya melayani pemeriksaan antara lain form kohort ibu hamil, form bayi.
ibu hamil, pemberian imunisasi, membawa Ada juga form untuk laporan imunisasi,
timbangan, dll tetapi motivasi dari bides penimbangan balita di posyandu, pelayanan
sangat tinggi. Mereka umunya melakukan KB, pemberian makanan tambahan,
pencatatan pada buku bantu saat di posyandu pengobatan dll. Kesemuanya ini seharusnya
kemudian di puskesmas mereka mencatat ada tersedia di setiap bidan di desa. Tetapi
kembali dalam format pencatatan. Kami di dalam kenyataan yang kami dengar dari para
posyandu memakai buku bantu setelah itu ke bides hampir semua mengatakan tidak
puskesmas pindahkan kedalam kohort ibu tersedia di desa. Malah ada yang harus
dan ke imunisasi. Tidak sempat mengisi di mereka beli atau fotocopy sendiri form
posyandu karena terlalu banyak tersebut.
penimbangan, banyak bayi yang ditimbang ".... selama ini pencatatan dan
dan biasanya 1 posyandu ada 1 buku bantu. pelaporan tidak ada formulir. Tidak
Dan selalu akan dipindahkan ke kohort tersedia dan malah tidak pernah ada SKDN,
ibu/bayi/imunisasi. untuk pelaporan kohort ibu biasanya kami

161
Pencatatan dan pelaporan sistem pemantauan.. .(Felly & Yuana)

beli sendiri di IBI. Kohort ibu harganya semua program/penyakit, diare, kusta,
Rp.25.000/buku, Kalau form kami fotocopy Jamkesmas..."
sendiri, Rekap kami laporan dari desa
Menurut kepala puskesmas memang
contoh: rekap sendiri form tidak
form tersebut tidak mudah untuk
tersedia "
mendapatkannya.
Memang menurut kepala puskesmas " seharusnya semua form mudah
form tersebut tidak tersedia di puskesmas. untuk didapatkan, tetapi memang karena
"....kami sedang mengupayakan form tersebut yang tidak ada sehingga sulit
semua form KIA dan penyakit akan dicetak untuk diberikan pada bides "
pada tahun depan atau akhir tahun ini.
Memang hal ini sebagai akibat dari
keterbatasan dona untuk memperbanyak Sarana kesehatan atau Polindes
form tersebut. Juga draping dari Kab yang seharusnya setiap desa ada sarana kesehatan
tidak adalagi.." polindes tersebut. Bides yang tinggal di desa
seharusnya memiliki polindes sendiri. Tetapi
dari informan yang kami dapati ternyata
Kemudahan mendapatkan form hampir semua tidak mempunyai sarana
untuk pencatatan dan pelaporan PWS-KIA kesehatan/polindes yang milik pemerintah.
kami tanyakan juga kepada para informan. Selama ini para bides hanya mengontrak
Kemudahan ini berkaitan juga dengan rumah penduduk untuk dijadikan
ketersediaan form di Polindes/Posyandu atau tempat/sarana untuk memberikan pelayanan
di Puskesmas. Memang sejak beberapa tahun kesehatan ibu dan anak.
terakhir ini form tidak lagi disediakan oleh " Polindes tidak ada
Dinkes atau Puskesmas. Menurut Kepala bangunannya, kami tinggal di desa, masing-
Puskesmas dan Bikor dalam tahun anggaran masing desa ada bides, kami harus kontrak
ini dan tahun depan akan dicetak sendiri oleh minta tolong ini dipikirkan biaya
Puskesmas untuk semua form pencatatan kontraknya. Biaya kontrak 6juta / tahun
dan pelaporan KIA, misalnya kohort ibu dan untuk 1 rumah di desa, biaya 1 juta untuk
kohort bayi. Listrik. Soya sudah 14 tahun kontrak,
" .pencatatan bides di posyandu sampai saat ini belum diangkat sebagai
adalah mengisi kohort ibu dan imunisasi ibu PNS. "
dan bayi, posyandu kita baru semua, banyak
bidan baru dan tenaga pindahan, kadang-
kadang baru didata dulu di posyandu, Faktor penguat (reinforcingfactors)'.
memakai buku bantu dan kohort ibu nanti Dorongan dari sesama teman (teman
kembali ke puskesmas baru kami menyalin bides), teman bides merupakan salah saw
ke buku kohort ibu atau kohort faktor pendorong untuk bides dalam hal
bayi......posyandu memakai buku bantu pencatatan dan pelaporan PWS-KIA. Teman
setelah itu ke puskesmas pindahkan kedalam bides bisa menjadi teman untuk bertanya dan
kohort ibu dan ke imunisasi. Tidak sempat berdiskusi hal-hal yang belum atau tidak
mengisi di posyandu karena terlalu banyak dimengerti pengisiannya. Apa lagi ada
penimbangan - banyak bayi yang beberapa bides yang masih relatif baru (tiga
ditimbang. .posyandu ada 1 buku bulan) tugas sebagai bides. Setiap hari Rabu
bantu. sama saja pindahkan ke kohort ada pertemuan di Puskesmas untuk
ibu/bayi/imunisasi. Membawa-bawa buku membicarakan berbagai hal termasuk
berat belum lagi kami bawa vaksin, obat- menyelesaikan pengisian kohor ibu dan
obatan untuk ibu hamil dan bawa kohor bayi serta laporan posyandu/polindes
timbangan, kalau soya tidak bawa yang lain. Pengisian bersama-sama sehingga
timbangan karena sudah ada di bisa saling mendorong atau mengingatkan
posyandu laporan mencatat dari pengisian tersebut.
program Kesehatan Ibu Anak, KB, Gizi,

162
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 10 No 3, September 2011:156 -167

". kadang-kadang bam didata ini diisi di desa. Jumlah yang dikerjakan
dulu di posyandu, memakai buku bantu dan diisi dalam buku besar di puskesmas.
kohor ibu nanti kembali ke puskesmas baru Wilayah kerja Puskesmas Sepatan ada 8
kami menyalin ke buku kohor ibu atau kohor Desa dan setiap desa ada 1 org bides. Di
bayi. posyandu memakai buku bantu desa Pisangan Jaya dan Mekar jaya
setelah itu ke puskesmas pindahkan kedalam bidesnya bertugas baru 3 bulan "
kohor ibu dan ke imunisasi. Tidak sempat
Memang ada keluhan dari para bides
mengisi di posyandu karena terlalu banyak
bahwa kohort tidak tersedia dan banyak yang
penimbangan - banyak bayi yang
harus diisi di lapangan/desa, dll.
ditimbang. / posyandu ada 1 buku
bantu. lapor ke puskesmas setiap tgl 25 " terlalu banyak buku bantu di
tiap bulan...." desa, jarang sih yang isi langsung di format
di desa, yang diisi di lapangan buku
Bimbingan dari bidan koordinator,
bantunya nanti balik ke puskesmas baru
untuk informasi dari puskesmas dilakukan
diisi. Didesa ada kohort: kohort bumil,
wawancara mendalam dengan bidan
kohort bayi...ada yang diisi ada yang tidak.
koordinator data (penanggung jawab laporan
Pada saat posyandu sulit ngisi nanti kembali
PWS-KIA Puskesmas). Menurutnya
ke puskesmas baru rekap hasil posyandu.
bimbingan juga diberikan dari puskesmas
Kerja bidan dimulai dari ambil vaksin ke
melalui pembinaan di puskesmas setiap
puskesmas kemudian tujuan utama ke
bulan, kadang-kadang setiap minggu kalau
desa kekurangannya adalah ketaatan
ada pertemuan. Karena jarak antara
untuk mencatat, untuk ngerjakan abis
puskesmas dan desa-desa relatif dekat maka
posyandu masih enggan.-.tunggu selesai.
setiap bides harus melaporkan tugas di
Berdampak ke lapangan agak sulit, setiap
puskesmas kemudian ke desa. Ke desa bisa
tanggal 25 tiap bulan sudah terkumpul di
untuk pelayanan posyandu, jadwal
puskesmas. Biasanya molor sampai akhir
penimbangan dan imunisasi atau pelayanan
bulan, tetapi ada juga yang tepat waktu/
ibu hamil dan melahirkan. Menurut bidan
beberapa kelebihan : pantau cakupan,
puskesmas laporan dikerjakan bersama-sama
mengetahui jumlah risti,kapan bumil akan
di puskesmas. Biasanya pada akhir bulan
melahirkan "
bidan di desa (bides) ke puskesmas, mereka
isi laporan dan mencatat kedalam buku besar Dukungan dari kepala puskesmas
sesuai target PWS-KIA. Buku, ada format sangat besar perhatiannya. Kepala
per posyandu dan diisi di posyandu oleh puskesmas banyak memberi dukungan.
bides. Data bides per posyandu. Alur dari " hari Rabu yang kosong di
desa ke puskesmas lalu ke Dinas kesehatan. Puskesmas, biasanya dimanfaatkan oleh
Form panjang: BB ditimbang, gizi, bumil, dokter kepala puskesmas untuk rapat
imunisasi hal ini semua ini diisi di desa. evaluasi bides dan semua staf pusk.
Jumlah yang dikerjakan diisi dalam buku kepala Puskesmas sangat mendukung ke
besar di puskesmas. Wilayah kerja bidan di desa (support banget. Bidan Pusk
Puskesmas Sepatan ada 8 Desa dan setiap tidak terlalu diperhatikan/didukung. "
desa ada 1 org bides. Di desa Pisangan Jaya
dan Mekar jaya bidesnya bertugas baru 3 Harapan, semua informan
bulan. mempunyai harapan yang sama terhadap
pencatatan dan pelaporan PWS-KIA ini
adalah ketersediaan form yang lengkap
" akhir bulan bidan di desa apakah kohor ibu atau bayi. Ada juga
(bides) ke puskesmas, mereka isi laporan harapan bisa diangkat menjadi pegawai
dan mencatat kedalam buku besar sesuai negeri sipil yang tetap.
target PWS-KIA. Buku, ada format per " saran soya ada uang reward
posyandu dan diisi di posyandu oleh bides. kader, uang kesejahteraan pada kader, dulu
Data bides per posyandu. Alur dari desa -> diberikan dari puskesmas 50 ribu sekarang
puskesmas -> Dinkes. Form panjang: BB sudah tidak ada lagi. pemberian
ditimbang, gizi, bumil, imunisasi -> semua Makanan Tambahan bayi kurang, posyandu

163
Pencatatan dan pelaporan sistem pemantauan.. .(Felly & Yuana)

tidak ada lagi, sasaran sedikit. Dulu sasaran Dari hasil diskusi kelompok terarah
42 bayi sekarang 23 bayi. ada bantuan dengan para bidan di desa dan bidan
dari Care/Luar....dulu gizi buruk 11 menjadi puskesmas sebagian besar bidan berusia
9. Sarana minta dilengkapi, relatif muda dan bertugas sebagai bidan di
sasaran/prasarana di posyandu seperti desa masih relatif baru. Memang agak
kursi, meja, timbangan, Alat-alat berbeda dari masa tugasnya, ada bidan desa
pemeriksaan ibu hatnil, juga tempat tidur. yang bertugas baru 3 bulan ini dan tetapi ada
Memang selama ini tidak ada kesulitan juga yang bidan desa sudah bertugas di desa
karena kami pakai peralatan selama 12-14 tahun. Hal ini cukup bervariasi
pribadi...kohort ibu dan bayi kami beli atau sehingga dari diskusi, kami mendapati
fotocopy sendiri. untuk pencatatan ini prilaku dari bidan di desa dalam hal
penyakitnya malas, banyak pekerjaan menanggapi atau berdiskusi ternyata yang
diposyandu dan harus bantu jaga bertugas sudah lama ('senior') sangat
dipuskesmas, tapi semua juga pengalaman dan cukup dominan dalam
dikerjakan minta diperhatikan bides berdiskusi, sementara yang 'muda' masih
misalnya: pengangkatan PNS, membayar kurang menanggapi dan cenderung diam.
kontrak rumah yang makin mahal naik terus. Dari pengamatan dan diskusi yang berjalan
Dulu 300 ribu / tahun sekarang sudah 6juta kami mendapat informasi ada beberapa
pertahun. Juga alat-alat bides, partus kit, bidan yang baru mutasi juga. Ada yang
IUD kit perlu dilengkapi. malah perlu merupakan pindahan dari puskesmas lain
sepeda motor atau sepeda aja ". tapi ada yang dipindahkan ke desa yang lain
tetapi masih dalam wilayah kerja puskesmas
Sepatan. Dari pengamatan kami menemukan
PEMBAHASAN sudah sebagian besar bidan di desa
Prilaku bidan di desa terhadap berpendidikan minimal DI Kebidanan. Hal
pencatatan dan pelaporan PWS-KIA ini sudah sangat membantu bahwa mereka
yang bertugas profesinya sudah sesuai
Dari pengamatan, pencatatan dan dengan pendidikannya-kebidanan. Setelah
pelaporan PWS-KIA, pada umumnya semua mereka diterima tugas di desa sebelumnya
bidan di desa telah melakukan pencatatan mereka dibekali pencatatan dan pelaporan di
dan pelaporan yang juga merupakan tugas Puskesmas oleh bidan koordinator
dan tanggung jawabnya. Dalam diskusi puskesmas. Walaupun demikian motivasi
ditemukan juga banyak bidan mengeluh dari para bidan cukup tinggi. Disamping
terlalu banyak pencatatan dan pelaporan melakukan pelayanan juga harus melakukan
yang harus dikerjakan, termasuk pencatatan dan pelaporan PWS-KIA.
menjalankan tugas profesi selaku bidan, para Walaupun tugas yang cukup banyak di
bidan ini diminta oleh pimpinan puskesmas posyandu misalnya melayani pemeriksaan
untuk membantu tugas-tugas kebidanan atau ibu hamil, pemberian imunisasi, membawa
jaga malam di bagian kebidanan puskesmas. timbangan, dll tetapi motivasi dari bides
Berdasarkan pengamatan di puskesmas sangat tinggi. Mereka umumnya melakukan
memang pada jam-jam sibuk misalnya pagi pencatatan pada buku bantu saat di posyandu
hari jam pelayanan di puskesmas, para bidan kemudian di puskesmas bidan di desa
di desa membantu tugas di IGD puskesmas mencatat kembali dalam form pencatatan,
atau di bagian pendaftaran. Ada juga yang (Depkes, 1997; Senewe, 2006, Notoatmodjo,
gantian jaga di kamar bersalin. Jadi biasanya 2005).
bidan di desa ada jadwal untuk ke desa atau
turun posyandu dan ada jadwal untuk
mereka kerja di puskesmas. Semua ini diatur Faktor pemungkin bagi bidan di desa
oleh kepala puskesmas dan bidan Dari hasil diskusi dan pengamatan,
koordinator puskesmas, (Depkes, 1997; kami melihat bahwa untuk melakukan
Senewe, 2006, Notoatmodjo, 2005). pencatatan dan pelaporan PWS-KIA harus
tersedia formulir untuk pencatatannya, tetapi
dalam kenyataan yang kami temukan dalam
Faktor Predisposisi Perilaku bidan di desa

164
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 10 No 3, September 2011:156 -167

diskusi bahwa para bidan mengatakan Faktor penguat bagi bidan di desa
sampai saat ini tidak ada lagi form Dari hasil diskusi dengan para bidan
pencatatan. Malah untuk kohort ibu dan dan wawancara mendalam dengan bidan
kohort bayi bidan di desa harus membeli puskesmas ternyata untuk mencatat laporan
buku di IBI dengan harga Rp.25.000,-/buku. posyandu dan polindes mereka sesama bidan
Biasanya untuk form laporan bidan di desa saling berdiskusi dan malah
desa/pembina desa mereka harus fotocopi membuat laporan bersama-sama di
sendiri. Belum lagi buku bantu posyandu puskesmas. Juga mendapat bimbingan dari
tiap posyandu 1 buku mereka harus sediakan
bidan koordinator puskesmas. Jika ada yang
sendiri. Jadi ketersediaan dan kemudahan
belum memberikan laporan akan dipanggil
untuk mendapatkan form-form tadi tidak ada
untuk bersama-sama menyelesaikan laporan.
sama sekali. Menurut para bidan ketiadaan
Jika bidan di desa menemukan hambatan
form ini sudah disampaikan ke pimpinan
atau kesulitan pengisian maka akan
puskesmas pada setiap pertemuan rutin di
dikerjakan bersama-sama. Teman bides
puskesmas namun belum ada realisasi.
merupakan salah satu faktor pendorong
Menurut kepala puskesmas dan bidan
untuk bides dalam hal pencatatan dan
koordinator data di puskesmas semua form-
pelaporan PWS-KIA. Teman bides bisa
form pencatatan dan pelaporan, buku kohort
menjadi teman untuk bertanya dan
ibu dan kohort bayi termasuk buku KIA atau
berdiskusi hal-hal yang belum atau tidak
KMS akan dilengkapi dan dicetak tahun
dimengerti pengisiannya. Apa lagi ada
depan. Diharapkan hal ini dapat membantu
beberapa bides yang masih relatif baru
para bidan untuk pencatatan dan pelaporan.
bertugas sebagai bides. Setiap hari rabu ada
Sebenarnya para bidan juga sudah mengeluh
pertemuan di Puskesmas untuk
mengenai banyak pencatatan dan pelaporan
membicarakan berbagai hal termasuk
yang harus dikerjakan oleh bidan di desa.
menyelesaikan pengisian kohort ibu dan
Bidan di desa ada beban untuk laporan
kohor bayi serta laporan posyandu/polindes
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, laporan
yang lain. Pengisian bersama-sama sehingga
kesehatan anak, BBLR, KN1 dan ASI,
bisa saling mendorong atau mengingatkan
laporan imunisasi, laporan gizi dan laporan
pengisian tersebut. Untuk informasi dari
penyakit. Semua ini harus dikerjakan oleh
Puskesmas kami melakukan wawancara
bidan di desa, belum lagi tidak tersedianya
mendalam dengan bidan koordinator data
form pelaporan menjadikan para bidan agak
(penanggung jawab laporan PWS-KIA
malas untuk melaksanakan pencatatan dan
Puskesmas). Menurutnya bimbingan juga
pelaporan ini. Dari diskusi juga didapatkan
diberikan dari puskesmas melalui pembinaan
semua bidan di desa tidak mempunyai sarana
di puskesmas setiap bulan, kadang-kadang
polindes. Selama ini bidan di desa
setiap minggu kalau ada pertemuan. Karena
mengkontrak rumah dan dipakai sebagai
jarak antara Puskesmas dan Desa-desa relatif
polindes atau kadang-kadang menimbang
dekat maka setiap bides harus melaporkan
balita. Konsekuensinya para bidan harus
tugas di puskesmas kemudian ke desa. Ke
membayar kontrakan yang cukup mahal.
desa bisa untuk pelayanan posyandu, jadwal
Oleh sebab itu para bidan ini disamping
penimbangan dan imunisasi atau pelayanan
melakukan tugas bidan di desa juga mereka
ibu hamil dan melahirkan. Menurut bidan
melayani persalinan di rumah dengan tarif
puskesmas laporan dikerjakan bersama-sama
Rp.400.000 - Rp.500.000 (partus normal)
di puskesmas. Dukungan dari Kepala
dan sekitar Rp.750.000,- (partus sungsang).
Puskesmas sangat besar perhatiannya.
Dari praktek - praktek ini para bidan di desa
Kepala puskesmas banyak memberi
dapat menutupi biaya hidup/kontrak
dukungan. Pada setiap hari rabu yang
rumahnya. Bidan di desa juga mengatakan
kosong di Puskesmas, biasanya
tidak ada sarana kendaraan dinas misalnya
dimanfaatkan oleh dokter kepala puskesmas
motor atau sepeda, yang sangat dibutuhkan
untuk rapat evaluasi bides dan semua staf
untuk menjangkau desa dalam menjalankan
puskesmas. Pimpinan puskesmas Puskesmas
tugas bidan di desa, (Depkes, 1997; Senewe,
sangat mendukung ke bidan di desa malah
2006, Notoatmodjo, 2005).
bidan di puskesmas yang kurang mendapat

165
Pencatatan dan pelaporan sistem pemantauan.. .(Felly & Yuana)

perhatian, (Depkes, 1997; Senewe, 2006, form-form pencatatan dan pelaporan PWS-
Notoatmodjo, 2005). KIA misalnya kohor ibu, kohor bayi, buku
KIA / KMS atau form laporan bidan di
desa/pembina desa, sehingga form-form
KESIMPULAN DAN SARAN tersebut tidak perlu dibeli atau disediakan
Dari hasil penelitian ini dapat sendiri oleh bides
disimpulkan sebagai berikut: Pemerintah Daerah Kab perlu
Informan bidan di desa berusia membangun sarana Polindes untuk
sekitar 22 - 37 tahun, dan sebagian besar pelaksanaan pelayanan kesehatan
berpendidikan Dl Kebidanan. Untuk masa masyarakat khususnya kesehatan ibu dan
tugas/masa kerja di desa sangat bervariasi anak. Juga perlu menyediakan dan
ada seorang yang baru 3 bulan sedangkan melengkapi peralatan Polindes misalnya:
ada yang sudah cukup lama yaitu 12-14 partus kit, IUD kit, tempat tidur, mebeler dan
tahun. Sebagian besar para bidan di desa ini ATK. Dan sementara belum ada rumah dinas
merupakan pegawai tidak tetap/bukan PNS. di desa maka membantu dalam hal biaya
Umumya bidan di desa malas melakukan kontrak untuk para bidan di desa yang masih
pencatatan dan pelaporan PWS-KIA karena mengontrak rumah desa. Bagi para bidan
terlalu banyak pencatatan dan pelaporan yang tugas di desa perlu dibekali motor atau
sepeda untuk operasional kegiatan.
yang harus dikerjakan oleh bidan di desa,
termasuk menjalankan tugas profesi selaku Bidan di desa perlu diberikan
bidan. Juga para bidan di desa ini dimintakan penyegaran tata cara pengisian pencatatan
oleh pimpinan puskesmas untuk membantu dan pelaporan PWS-KIA oleh bidan
tugas-tugas kebidanan di Puskesmas atau koordinator puskesmas atau dari Dinas
jaga malam di bagian kebidanan puskesmas. Kesehatan Kab. Untuk tugas-tugas tambahan
yang diberikan kepada para bides untuk
Faktor yang memungkinkan seperti
membantu jaga malam atau kerja di bagian
form kohor ibu hamil tidak ada, kohort bayi
loket pendaftaran di puskesmas harus
tidak ada, buku KIA dan KMS ibu dan balita
dikurangi atau diatur sehingga waktu kerja
juga tidak ada, dan form-form yang lain
para bidan desa benar-benar lebih banyak di
harus dibeli atau difotocopy sendiri oleh
desa dari pada di puskesmas.
bides. Faktor penguat seperti sesama bidan
di desa saling berdiskusi dan malah
membuat laporan bersama-sama di
UCAPAN TERIMA KASIH
puskesmas. Juga mendapat bimbingan dari
bidan koordinator puskesmas. Jika ada yang Kami mengucapkan banyak terima
belum memberikan laporan akan dipanggil kasih kepada yang terhormat Prof. Sudarti,
untuk bersama-sama menyelesaikan laporan. MA - dosen bagian PKIP FKM UI yang
Jika bidan di desa menemukan hambatan banyak memberi masukan untuk penelitian
atau kesulitan pengisian maka akan dan tulisan ini. Juga kepada teman-teman
dikerjakan bersama-sama. Sebagian besar yang banyak membantu dalam penelitian ini
bides bukan pegawai tetap dan masih (dr. Yuana Wiryawan, Agus Triwinarto,
kontrak rumah bides karena hampir semua MSc, Feri Ahmadi, MPH). Terima kasih
desa belum memiliki Polindes. Peralatan juga kepada pimpinan Dinkes Kab
tugas bidan di desa sangat terbatas dan tidak Tangerang dan kepala Puskesmas Sepatan
ada misalnya Partus kit, IUD kit, juga Tangerang dan para staf, para Bidan
mebeler dan ATK polindes yang tidak Puskesmas dan Bidan di desa se wilayah
tersedia. Puskesmas Sepatan.

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan DAFTAR PUSTAKA


sebagai berikut: Departemen Kesehatan RI: Pedoman Tugas Bidan
Puskesmas atau Dinas Kesehatan Puskesmas sebagai Bidan Koordinator,
Direktorat Bina Kesehatan Keluarga Ditjen
Kab seharusnya menyediakan/mencetak

166
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 10 No 3, September 2011:156 - 167

Binkesmas Depkes RI, Jakarta, Februari Setyowati T dkk. Laporan penelitian :Protap
1997. pencatatan / pelaporan kematian maternal di
Depkes RI. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Puskesmas. Puslitbangkes Ekologi
Masyarakat. Pedoman Pemantauan Wilayah Kesehatan, Badan Litbangkes, Jakarta, 1999
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS- Soemantri, Soeharsono dkk. Kajian Kematian Ibu dan
KIA), Jakarta 2004 Anak di Indonesia. Depkes RI, Badan
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang: Profil Litbangkes, Jakarta, 2004
Kesehatan Kabupaten Tangerang, Dinas Soemantri, Soeharsono. Angka Kematian Ibu di
Kesehatan Kab Tangerang 2008, Jl. Daan Indonesia : Telaah berbagai sumber data,
Mogot No.4, Tangerang 2008. pendekatan pengukuran dan hasil
McCarthy, James and Deborah Maine. A framework pengukuran. Puslitbangkes Ekologi
for analyzing the determinants of maternal Kesehatan, Badan Litbangkes, Jakarta, 1997
mortality. In studies of Family Planning, 23 Soemantri,Soeharsono .dkk.Laporan penelitian:
(1): 23-33,1992 Pedoman Menghitung Angka Kematian Ibu
Mosley, W Henry and Lincoln C Chen. An analytical (AKI). Puslitbangkes Ekologi Kesehatan,
framework for study of child survival in Badan Litbangkes, Jakarta, 1997
developing countries. In Population and United Nations Development Program. Human
Development Reviews 10 (suppl):22-45, Development Report 2003. Millenium
1984 Development Goals (MDGs): a compact
Notoatmodjo, Soekidjo: Promosi Kesehatan - Teori among nations to end human poverty, New
dan Aplikasi, Penerbit Rineka Cipta Jakarta, York, Oxford University Press, 2003.
cetakan pertama, hal 43- 64, Jakarta 2005. Utomo, Budi, Kelangsungan hidup anak di Indonesia:
Senewe,Felly Philipus(2), Djaja Sarimawar, Wiryawan Pengertian, Masalah, Program dan bahasan
Yuana, Pradono Julianty: Kesehatan anak metodologi, Pusat Penelitian Kesehatan,
dan bayi baru lahir di Kota Bekasi tahun Lembaga Penelitian UI, Jakarta 1988.
2002, Jurnal Ekologi Kesehatan Puslitbang World Health Organization. Making Pregnancy Safer
Ekologi & Status Kesehatan-Jakarta, vol.5 (MPS). A Health sector strategy for
No.l April 2006,hal.361-364, Jakarta - reducting maternal and perinatal morbidity
2006. and mortality. New Dehli, WHO SEARO,
2000

167

You might also like