RASAN JALAN BETON
‘AN MENGGUNAKAN SISTEM
-PELAT TERPAKU |
UNIVERSITAS GADJAH}
_ Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
pada. Fakultas Teknik
ae ce Mad:
Oleh:
Ir. Hary Christady Hardiynuntgs M. Eng, DEA.PERKERASAN JALAN BETON
DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM
PELAT TERPAKU
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
pada Fakultas Teknik
Univ itas Gadjah Mada
Diueapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar
Universitas Gadjah Mada
pada tanggal 4 Juni 2014
di Yogyakarta
Oleh:
Prof. Dr. Ir. Hary Christady Hardiyatmo, M-Eng., DEA.Bismillahir-rahmanir-rahiim,
Assalamu‘alaikum warahmawullahi wabarakatuh dan salam sejahtera,
Yang terhormat Ketua, Sekretaris, dan anggota Majelis Wali Amanat
Universitas Gadjah Mada,
Yang terhormat Ketua, Sekretaris, dan anggota Majelis Guru Besar
Universitas Gadjah Mada,
Yang terhormat Ketua, Sekretaris, dan anggota Senat Akademik
Universitas Gadjah Mada,
Yang terhormat Rektor dan Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada
Yang terhormat para tamu undangan, rekan sejawat, sanak keluarga
dan hadirin sekalian,
Athamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur yang tiada terhingga
saya panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, barokah, dan hidayah-Nya sehingga pada hari ini kita dapat
berkumpul bersama di Balai Senat UGM ini dalam Rapat Terbuka
Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada. Sungguh suatu
kehormatan dan kebahagiaan bagi saya pada hari ini mendapatkan
kesempatan untuk menyampaikan pidato pengukuhan sebagai guru
besar di Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Rektor dan Ketua Majelis Guru Besar
Universitas Gadjah Mada.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya akan menyampaikan
pidato pengukuhan dengan judul:
Perkerasan Jalan Beton
Dengan Menggunakan Sistem Pelat Terpaku
Para hadiriN vang saya muliakan,
Telah kita ketahui bersama bahwa bencana banjir telah
menyebabkan perkerasan jalan menjadi rusak, berlubang, aspal
mengelupas, dan terjadi amblas pada badan jalan. Biaya untuk
perbaikan perkerasan jalan sangatlah besar dari tahun ketahun.We
Kecuali itu, faktor-faktor kelebihan beban kendaraan, ketidak-
sempurnaan pelaksanaan pembangunan, kurang stabilnya kapasitas
dukung tanah-dasar juga menjadi penyebab dari pendeknya umur
layan perkerasan. Mengingat hal tersebut, saat ini sangat diperlukan
struktur perkerasan yang cukup kuat yang mampu menjamin kinerja
perkerasan dalam jangka panjangnya.
Struktur perkerasan jalan berfungsi untuk mendistribusikan
beban kendaraan melalui sistem lapisan material yang diletakkan di
atas tanah-dasar schingga melindungi tanah-da tersebut dari
tekanan yang berlebihan dan pengaruh buruk perubahan cuaca.
Deformasi tanah-dasar yang berlebihan mengakibatkan penurunan
atau kenaikan tanah secara tidak seragam sehingga menyebabkan
ketidakrataan permukaan perkerasan dan ketidaknyamanan lalu lintas
kendaraan. Selain itu, akibat dukungan tanah fondasi di bawah tanah-
dasar yang kurang kuat, oleh beban lalu lintas dapat menyebabkan
gerakan naik-turun berlebihan, mengurangi umur layan perkerasan
jalan.
Pada pembangunan jalan di Indonesia, banyak daerah kondisi
tanah-dasarnya terletak pada tanah yang tidak stabil, seperti lempung
lunak atau tanah_~—ckspansif. Tanah-tanah —tersebut — banyak
menimbulkan masalah pada kinerja jangka panjang perkerasan. Jika
perkerasan jalan terletak pada tanah-dasar berada di atas tanah lunak
atau ekspansif, sering mengalami deformasi yang berlebihan oleh
beban kendaraan berat, sedangkan teori yang ada pada perancangan
perkerasan jalan umumnya didasarkan pada asumsi bahwa tanah-dasar
sudah stabil. Karena itu, pada tanah-tanah yang tidak stabil tersebut,
perancangan perkerasan secara konvensional menjadi tidak sesuai.
Demikian pula bila tanah-dasar mengalami gerakan naik turun akibat
kemban ut tanah di bawahnya oleh berubahnya musim. Akibat
kembang-susut tanah-dasar yang tidak seragam, perkerasan menjadi
bergelombang tidak teratur. Sebagai alternatif penyelesaian masalah
tersebut, Hardiyatmo (2008) mengusulkan perkerasan beton dengan
em Pelat Terpaku™. Sistem ini merupakan pengembangan lanjut
dari Sistem Cakar Ayam. :
Sistem Cakar Ayam
Fondasi Sistem Cakar Ayam ditemukan oleh Prof. Sediyatmo
pada tahun 1961. Sistem Cakar Ayam digunakan pertama kali untuk
fondasi bangunan menara listrik tegangan tinggi di daerah Ancol yang
tanahnya berupa rawa-rawa. Selain itu, fondasi Sistem Cakar Ayam
juga banyak digunakan untuk berbagai fondasi bangunan dan
perkerasan jalan raya maupun bandara
Secara tipikal, perkerasan Cakar Ayam terdiri dari pelat tipis
beton bertulang tebal 15-17 cm yang diperkaku dengan pipa-pipa
beton berdiameter 120 cm, tebal 8 cm, dan panjang pipa 150-200 cm
yang tertanam pada lapisan tanah-dasar (subgrade) dengan jarak pipa-
pipa berkisar 2,0-2,50 m. Di bawah pelat beton, terdapat lapisan lantai
kerja tebal =10 em (terbuat dari beton mutu rendah) dan Japisan sirtu
tebal +30 cm yang berfungsi terutama sebagai perkerasan sementara
sclama masa pelaksanaan dan agar permukaan tanah-dasar dapat rata
schingga pelat beton cakar ayam dapat dibuat di atasnya. Pipa-pipa
beton tersebut, disebut cakar.
stem Cakar Ayam Modifikasi (CAM) merupakan pengem-
bangan lebih lanjut dari Sistem Cakar Ayan Prof. Sediyatmo.
Pengembangan yang telah dilakukan didasarkan pada evaluasi hasil-
hasil penelitian yang dilakukan secara intensif sejak tahun 1990 oleh
tim pengembangan Sistem Cakar Ayam Modifikasi (Suhendro,
Hardiyatmo, dan Darmokumoro, 1990). Pengembangan Sistem Cakar
Ayam yang telah dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut ini.
Perubahan bahan cakar yang semula dibuat dari bahan pipa
beton diameter 1.20 m, panjang 2 m, dan tebal 8 cm digantikan
dengan pipa baja yang sangat ringan (berat sekitar 35 kg) dengan tebal
1.4 mm, diameter berkisar 0,60-0.80 m dan panjang 1,0-1,2 m. Pipa
baja ini harus galvanized dan dilapisi_ dengan bahan_pelindung
antikarat (coaltar), Bahan r yang lebih ringan mempermudah dan
mempercepat pelaksanaan. Untuk perkerasan di bandara dengan beban
berat (seperti beban pesawat), maka cakar yang digunakan tetap dari
beton dengan dimensi yang menyesuail in beban yan
direncanakan. Pengembangan yang lain adalah terkait dengan metode
analisis, perancangan. metode pelaksanaan, serta metode evaluasi4
perkerasan. Sistem Cakar Ayam yang telah diubah ini kemudian
disebut Sistem Cukar Ayam Modifikasi (CAM), dan telah memperoleh
hak paten pada tahun 2011 oleh: Prof. Ir. Bambang Suhendro, M.Sc.,
Ph.D., Prof. Dr. Ir. Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng., DEA., dan Ir.
Maryadi Darmokumoro.
Perubahan-perubahan yang telah dilakukan pada Sistem CAM
dari Sistem Cakar Ayam Prof. Sediyatmo bukan hanya terletak pada
bahan pipa cakar, tapi juga pada geometri secara keseluruhan dan cara
analisis dan perancangan yang berbeda dengan cara yang diusulkan
oleh Prof. Sediyatmo.
Dalam Sistem CAM, bahan pipa cakar tidak harus dari pelat
baja, tetapi dapat berupa pipa beton pejal (seperti fondasi sumuran
pendek/dangkal) maupun pipa beton berlubang yang diisi tanah padat.
Untuk lebih menjaga kinerja jangka panjang Sistem CAM, maka
permukaan pelat beton ditutup dengan lapis permukaan_beraspal
dengan tebal sekitar 4 cm. Lapisan beraspal mi dapat berfungsi
sebagai lapis aus (wearing coarse) pelindung terhadap beban termal
dan secara signifikan mengurangi potensi retaknya beton.
Bagian tepi dari Sistem CAM dilengkapi dengan pelat penutup
tepi vertikal dengan tebal 10-12 em dan tinggi 40-SO cm. Selain
berfungsi sebagai perkuatan tepi, juga mencegah pumping tanah-
dasar akibat beban kendaraan di bagian tepi ini. Perlu diperhatikan
bahwa beban kritis struktur perkerasan adalah ketika beban berada di
tepi atau pojok pelat perkerasan.
Bentuk pola penempatan pipa cakar dapat berupa susunan
segitiga sama sisi maupun bujur sangkar. Pola bujur sangkar biasanya
lebih disukai karena mudah penempatannya. Pola segitiga sama sisi
berguna untuk mengurangi kemungkinan adanya retak memanjang
searah lalu lintas.
Ketua Sidang, para Guru Besar, dan hadirin yang saya muliakan,
Dalam mendukung beban, Sistem Cakar Ayam mengandalkan
interaksi antara pelat beton-cakar dan tanah di sekitarnya. Bila Sistem
Cakar Ayam digunakan untuk mendukung beban statis dan permanen
vang relatif berat (beban bangunan gedung tinggi) yang terletak pada
tanah lempung lunak, fungsi cakar dalam mereduksi lendutan pelat
menjadi tidak optimal. Karena bila cakar secara permanen berotasi,
maka akan menyebabkan tanah di sekitar cakar mengalami
konsolidasi_ yang menyebabkan pelat melendut secara berangsur-
angsur sesuai dengan berjalannya waktu. Kecuali itu, lendutan pelat
dan rotasi cakar juga akan dipengaruhi oleh konsolidasi sekunder atau
rayapan (creep) yang juga akan menyebabkan pengaruh yang sama.
Jika digunakan dalam bangunan gedung, Sistem Cakar Ayam akan
mirip dengan fondasi sumuran, yaitu memerlukan pelat pilecap yang
relatif tebal guna memenuhi syarat ketahanan terhadap gaya geser
pons pada pelat dan sckaligus menjamin kekakuan fondasi agar tidak
terjadi_ penurunan tak seragam yang berlebihan.
Bila Sistem Cakar Ayam dibebani dengan beban dinamis (beban
angin, beban roda kendaraan) yang relatif kecil, yaitu sekitar 100-200
KN, lendutan pelat yang terjadi masih sangat kecil. Untuk beban
tersebut, tekanan ke tanah di dasar pelat hanya sekitar 2-5 kPa. Untuk
tanah-dasar sangat lunak dengan kohesi tak terdrainase cy =
(CBR = 1%), maka kapas dukung ultimitnya adalah ¢,
= 180 kPa. Jadi, tanah di bawah pelat hanya menerima tekanan sekitar
1/90-1/36 dari nilai kapasitas dukung ultimitnya. Pada kisaran beban
tersebut, fungsi pipa-pipa Cakar Ayam terutama untuk menjaga agar
pelat tetap rapat dengan tanah di bawahnya. Gaya-gaya yang bekerja
melawan beban pada pelat terutama reaksi tanah-dasar dan tahanan
vertikal pipa cakar.
Untuk beban yang besar (beban roda pesawat), peran
perlawanan cakar terhadap lendutan menjadi nyata. Pada beban Q =
80 ton (800 kN), tegangan vertikal yang terjadi pada tanah di bawah
pelat sekitar 1.4 vm? (14 kPa) atau kira-kira 1/12 dari nilai kapasitas
dukung ultimit. Uji skala penuh pada Sistem Cakar Ayam di Bandara
Polonia Medan dengan tanah dasar CBR = 5%, tebal pelat beton 15
cm, jarak pipa-pipa Cakar Ayam 2,5 m, diameter 1,2 m, tinggi 2m
dan tanah-dasar CBR = 5%, lendutan yang terjadi di antara pelat
hanya sekitar 5 mm, dan rotasi cakar sekitar 0,001 radian atau setara
dengan perpindahan horisontal 2 mm di dasar cakar (Antono dan
Daruslan, 1981). Rotasi terbesar adalah pada cakar yang terletak di
dekat beban. Untuk cakar dengan diameter 1,2 m ti m dan jarak6
cakar 2,5 m, beban Q_ disebarkan oleh pelat beton dengan radius
1,5-2 kali diameter cakar atau radius 4—5 m dari ttik beban.
Didasarkan pada hasil penelitian uji beban Sistem Cakar Ayam
di Bandara Polonia Medan, Suhendro (1992, 1996) mengembangkan
metode analisis dan perancangan Sistem Cakar Ayam dengan model
matematik, utamanya secara numeris dengan metode elemen hingga
yang telah divalidkan dengan pengujian-pengujian skala penuh
Analisis elemen hingga yang dilakukan oleh Suhendro (1996),
dilakukan dengan memvariasikan nilai modulus reaksi subgrade
horizontal (kn) beberapa kali dari modulus rekasi swhgrade vertikal
(k,). Dalam analisis tersebut, nilai lendutan yang mendekati kenyataan
adalah bila &, = 10 ky. Uji beban skala penuh juga dilakukan pada
tanah lunak di rencana lokasi jalan Tol Waru—Juanda Surabaya dalam
rangka pengembangannya menjadi Sistem Cakar Ayam Modifikasi
(Suhendro ef af., 2005).
Ketua Sidang, para Guru Besar, dan hadirin yang saya muliakan,
Uji model skala tereduksi Sistem Cakar Ayam yang dilakukan
Hardiyatmo e¢ a/. (1999; 2000) di Laboratorium Mekanika Tanah
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT-UGM memperlihatkan
pengaruh-pengaruh tebal pelat, diameter, jarak, dan panjang cakar
yang memengaruhi lendutan. Selanjutnya, Hardiyatmo et af. (2000)
mengusulkan cara perancangan Sistem Cakar Ayam dengan meng-
gunakan metode beam on elastic foundation yang ditambahkan
dengan memperhitungkan reaksi perlawanan momen cakar. Setelah
itu, Hardiyatmo (2010) memberikan cara perancangan Sistem Cakar
Ayam Modifikasi untuk aplikasi perkerasan kaku dengan meng-
gunakan grafik-grafik lendutan, momen, dan gaya lintang
Penelitian Sistem Cakar Ayam Modifikasi yang dilakukan oleh.
Nawangalam (2008) dan Romadhoni (2008) dengan metode numerik
menyimpulkan bahwa untuk beban-beban layan 100 kN, khususnya
beban gandar kendaraan, pemodelan elemen hingga secara linier
sudah cukup memuaskan, sedangkan untuk beban tinggi seperti beban
roda pesawat (>240 KN), maka diperlukan analisis nonlinier. Hasil
pemodelan ini menyimpulkan bahwa pembebanan paling kritis Sistem
7
Cakar Ayam adalah bila beban terletak di tepi karena menghasilkan
lendutan dan momen yang terbesar.
Perancangan dengan metode Prof. Sediyatmo menganggap
bahwa ketika pelat melendut oleh akibat beban, akan dilawan oleh
momen perlawanan cakar akibat tekanan tanah pasif di sekitar cakar.
Asumsi bahwa telah terjadi perlawanan momen cakar oleh tekanan
tanah pasif dinilai tidak tepat karena saat pembebanan dan terjadi
lendutan, tanah di sekitar cakar tidak pernah dalam kondisi runtuh
sehingga tanah tidak dalam kondisi pasif. Hasil penelitian uji skala
penuh (Antono dan Daruslan, 1981) menunjukkan bahwa rotasi cakar
yang terjadi oleh akibat beban relatif sangat kecil (sekitar 2 mm di
dasar cakar yang panjangnya 2 m) sehingga tanah masih berperilaku
mendekati clastis. Untuk ini, Hardiyatmo ef al. (2000) mengusulkan
penggunaan koefisien swhgrade horizontal (ky) dalam menentukan
tekanan tanah lateral yang bekerja di sekitar cakar.
Dalam aplikasi untuk perkerasan jalan, pelat beton Sistem Cakar
Ayam tidak dirancang berdasarkan jumlah repetisi_ beban (seperti
halnya perancangan jalan beton konvensional), namun dirancang
berdasarkan pada beban maksimum roda kendaraan yang akan lewat.
Untuk perancangan struktur perkerasan jalan, beban kritis terletak di
bagian tepi, sedang untuk struktur perkerasan bandara, terletak di
sekitar bagian tengah karena bagian tengah ini sering dilewati
pesawat. Sebagai contoh, dalam hitungan perancangan untuk uji skala
penuh Sistem Cakar Ayam modifikasi di Indramayu, digunakan beban
rancangan 20 ton. Beban roda yang demikian besar ini dimaksudkan
untuk mengantisipasi banyaknya kelebihan muatan beban truk frailler
yang banyak lewat di jalan tersebut
Hasil uji perkerasan dengan Sistem Cakar Ayam di landas pacu
Bandara Polonia Medan (Antono dan Daruslan, 1981) menunjukkan
bahwa penyebaran lendutan maksimum hanya pada radius 5 m dan
titik beban (berbentuk lingkaran diameter [0 m), untuk cakar-cakar
yang berjarak 2,5 m dengan susunan bujur sangkar. Karena itu,
perancangan dapat dilakukan dengan memperhatikan 16 cakar
berjarak s = 2,5 m dengan ukuran pelat 10 m * 10m.
Aplikasi Sistem Cakar Ayam Prof. Sediyatmo dengan pipa cakar
dari beton_berukuran tinggi 2 m, diameter 1.2 m dan berjarak 2,5 mtelah digunakan untuk perkerasan di Bandara Soekamo Hatta
Cengkareng, Bandara Polonia Medan, Bandara Juanda Surabaya.
Selama lebih dari 25 tahun, perkerasan telah terbukti berfungsi dengan
baik dengan tanpa kerusakan yang berarti. Sebagai perkerasan jalan,
Sistem Cakar Ayam kecuali digunakan sebagai jalan tol sepanjang
13,5 km yang menghubungkan Jakarta~Bandara Soekarno Hatta, juga
telah digunakan di beberapa ruas jalan tol Kampung Kayan-Sitiawan
di Malaysia maupun beberapa ruas jalan tol Simpang X-Taman
Peringgit Jala di Malaka, Malaysia, yang kesemuanya dibangun di
atas tanah swhgrade yang relatif lunak dan telah berfungsi baik selama
lebih dari 25 tahun.
Aplikasi Sistem Cakar Ayam Modifikasi telah dilakukan untuk
perkerasan jalan Tol Detour jalan Prof. Sediyatmo Cengkareng, jalan
Tol di Makasar, Jalan di Samarinda, Riau, dan Jalan di atas tanah
ekspansif di Bojonegoro. Untuk aplikasi sebagai landasan penumpuk-
an peti kemas (Container Yard) telah dilakukan di Palaran-Samarinda.
Sistem Cakar Ayam Modifikasi yang dikombinasikan dengan struktur
jembatan sistem hollow silinder telah diterapkan di Sungai Penuh,
Jambi, Sumatra Utara.
Bila perkerasan jalan dengan Sistem Cakar Ayam diletakkan di
atas Umbunan yang mengalami penurunan konsolidasi yang berlebih-
an, maka sistem perkerasan ini dapat meminimalkan penurunan tidak
seragam schingga menjaga kerataan permukaan jalan beton. Sebagai
contoh, Sistem Cakar Ayam pada Jalan Tol Prof. Sediyatmo, yaitu tol
menuju Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng yang terletak pada
timbunan sctinggi 3,5 m. Timbunan telah mengalami penurunan
konsolidasi sekitar 90 cm, namun hingga sekarang perkerasan Sistem
Cakar Ayam masih dalam kondisi baik.
Sistem Pelat Terpaku
Sistem Pelat Terpaku (Nailed Slab Svstem) yang diusulkan oleh
Hary Christady Hardiyatmo (2008) adalah suatu perkerasan beton
bertulang (tebal antara 12-20 cm) yang didukung oleh tiang-tiang
beton mitii (panjang .150-200 cm dan diameter 15-20 cm). Tiang-
tiang dan pelat beton dihubungkan secara monolit dengan bantuan
tulangan-tulangan. Interaksi antara pelat beton-tiang-tanah_ di
sekitarnya menciptakan suatu perkerasan yang lebih kaku, yang lebih
tahan terhadap deformasi tanah.
Dasar pemikiran dari fungsi tiang dalam Sistem Pelat Terpaku
pada dasarnya sama seperti Sistem Cakar Ayam. Suatu pelat beton
yang dipaku atau diangker pada tanah, bila dibebani berulang-ulang,
maka kontak antara tanah-dasar di bawahnya dan pelat akan lebih
terjaga dibandingkan dengan pelat yang hanya diletakkan di atas
tanah. Karena bidang kontak antara pelat dan tanah terjamin selalu
rapat, maka pelat perkerasan beton akan terjaga kinerja jangka
panjangnya. Selain itu, kenaikan kapasitas dukung tanah-dasar akibat
pengaruh dukungan tiang-tiang pada pelat akan mengurangi kebutuh-
an tebal perkerasan beton dan memperkaku sistem perkerasan. Pada
sistem perkerasan konvensional, di mana pelat tidak dipaku ke dalam
tanah, oleh akibat beban berulang lalu-lintas, maka di bawah pelat
cenderung mudah sekali terbentuk rongga-rongga di antara pelat dan
tanah. Rongga-rongga ini akan mengurangi kontribusi dukungan
tanah-dasar terhadap pelat bila pelat dibebani, akibatnya pelat mudah
retak atau pecah. Dari hasil uji laboratorium, Hardiyatmo er al. (2008)
menunjukkan bahwa oleh akibat beban, lendutan pelat tanpa tiang
lebih besar dibandingkan dengan pelat yang diperkuat dengan tiang,
baik untuk beban statis maupun dinamis.
Sistem Pelat Terpaku cocok digunakan untuk perkerasan yang
tanah-dasarnya dipengaruhi oleh penurunan tidak seragam karena
interaksi tanah-tiang-pelat_ membuat pelat lebih kaku sehingga
mengurangi terjadinya beda penurunan permukaan _ perkerasan
(menciptakan permukaan perkerasan beton yang selalu rata). Pelat
terpaku juga memungkinkan digunakan pada jalan yang tanah-
dasarnya berpotensi kembang-susut dan mengalami getaran yang kuat
oleh beban falu lintas berat. Naik-turunnya tanah-dasar tereduksi oleh
kekakuan yang diciptakan oleh interaksi antara pelat beton, tiang-tiang
dan tanah dalam zona terkurung tiang-tiang
Hasil uji beban siklik pada pelat yang didukung tiang
menunjukkan adanya reduksi penurunan yang signifikan oleh
pemasangan tiang yang memaku pelat ke tanah-dasar (Hardiyatmo,
2009). Pemasangan tiang yang monolit pada pelat beton juga10
menaikkan modulus reaksi tanah-dasar (4). Selain itu, bila tanah-dasar
terjadi penurunan tidak seragam, maka gerakan tanah-dasar di sekitar
tiang-tiang akan mendapat perlawanan gesek tiang, sehingga beda
penurunan akan menjadi kecil, atau ketidak-rataan pelat akan
terkendalikan.
Hardiyatmo (2011) mengusulkan dua cara perancangan Sistem
Pelat Terpaku. Cara pertama, tebal pelat beton dihitung berdasarkan
prosedur AASHTO (1993). Perancangan dengan menggunakan
metoda AASHTO ini dilakukan dengan cara yang sama seperti pada
perancangan perkerasan kaku tipe bertulang bersambungan dan tipe
beton bertulang kontinu. Perancangan dengan cara ini mengacu pada
beban gandar standar 18 kip (8,16 ton). Dalam cara ini, tulangan-
tulangan pada pelat beton dianggap hanya berfungsi sebagai tulangan
susut dan tiang-tiang berfungsi sebagai menaikkan modulus reaksi
tanah dasar.
Cara kedua, perancangan pelat beton Sistem Pelat Terpaku
dilakukan dengan cara yang lazim dilakukan dalam perancangan pelat
beton secara struktural. Dalam cara ini, hitungan dilakukan dengan
menggunakan metode beam on elastic foundation atau metode elemen
hingga (SAP 2000), Keuntungan dari cara ini, besamya beban gandar
kendaraan rancangan bisa lebih besar dari beban gandar standar
AASHTO. Lendutan, momen, gaya lintang dan geser pons dihitung,
kemudian dirancang tebal beton dan dimensi tulangannya
Dalam perancangan Sistem Pelat Terpaku, dibutuhkan_ nilai
modulus reaksi tanah dasar oleh pengaruh pemasangan tang di bawah
pelat perkerasan. Hardiyatmo (2011) melakukan analisis kenaikan
modulus reaksi tanah dasar akibat pengaruh tiang dengan meninjau
keseimbangan gaya-gaya yang bekerja pada pelat yang didukung oleh
sebuah tiang. Tambahan kekuatan tanah oleh tiang bergantung pada
tahanan tiang yang termobilisasi. Penentuan tahanan tiang yang
termobilisasi relatif sulit karena tahanan gesek tiang tidak akan timbul
jika tidak ada gerakan relatif antara tiang dan tanah di sekitamya
Hasil penelitian uji beban pelat yang didukung tang pada lempung
lunak yang dilakukan oleh Hardiyatmo (2010) menunjukkan bahwa
diametef pelat-beban dan dimensi tiang berpengaruh besar terhadap
kenaikan modulus reaksi tanah-dasar.
Ul
Penurunan pelat beban akan lebih besar daripada penurunan atau
perpindahan relatif antara tanah dan tiang. Hal ini disebabkan ketika
pelat turun, tanah di sekitar tiang juga turun. Namun, turunnya tiang
lebih besar dibandingkan dengan turunnya tanah di sekitarnya. Karena
penurunan relatif antara tanah dan tang kecil, maka tahanan gesek
tiang belum sepenuhnya mencapai ultimit. Untuk perancangan,
Hardiyatmo (2011) mengusulkan persaman-persamaan untuk meng-
hitung tahanan gesek tiang yang termobilisasi yang dikaitkan dengan
besamya perpindahan vertikal dari pelat ketika dibebani. Tambahan
dukungan oleh tahanan gesek tiang ini kemudian dihitung sebagai
menaikkan modulus reaksi tanah-dasar. Dalam hitungan, dianggap
tahanan ujung tiang tidak memberikan kontribusi terhadap tahanan
tiang terhadap gaya-gaya ke bawah. Hal ini karena pertama tiang yang
digunakan berpenampang kecil (sckitar 20 cm) dan yang kedua, untuk
memobilisasi tahanan ujung tiang membutuhkan perpindahan vertikal
yang besar.
Untuk menentukan kenaikan modulus reaksi tanah-dasar akibat
tiang, Hardiyatmo (2011) mengusulkan hubungan penurunan pelat
dengan rasio displacement 6/5, (dengan 6 = penurunan pelat dan 6,
gerakan relatif antara tiang dan tanah di sekitarnya). Untuk tiang
berdiameter 20 cm dan panjang sekitar 1,5 sampai 2 m, rasio
displacement tiang tersebut mendekati Konstan sebesar 3,25 pada
defleksi pelat sekitar 2 mm. Untuk beban yang relatif berat, umummya
pelat beton akan mengalami lendutan lebih besar dari 2 mm. Karena
itu, dalam menentukan kenaikan modulus reaksi tanah-dasar, maka
disarankan untuk menggunakan rasio displacement tiang 3,25
tersebut.
Dalam aplikasi Sistem Pelat Terpaku pada tanah-dasar yang
tidak stabil akibat kembang susut tanah, maka Hardiyatmo (2013)
melakukan uji pelat yang didukung tiang yang diletakkan pada tanah
yang zmengalami pengembangan. Dalam penelitian ini, besarnya
kenaikan pelat dan gaya angkat tiang diamati. Hasil pengujian
memperlihatkan bahwa dimensi tiang mempengaruhi kenaikan pelat.
Hal tersebut disebabkan karena; (1) semakin panjang tiang sistem
pelat dan tiang menjadi semakin berat, sehingga gaya atau tekanan
angkat mengecil, (2) diameter tiang semakin kecil (tekanan ke tanah2,
ringan), tekanan ke atas semakin besar schingga tekanan yang
dibutuhkan untuk mengangkat tiang juga lebih besar, (3) kenaikan
pelat ditahan oleh bagian tiang di bawah yang berada pada zona pasif
schingga gaya atau tekanan angkat juga akan berkurang. Penelitian
tersebut masih terus dilanjutkan untuk keperluan menentukan dimensi
tiang yang cocok agar saat tanah mengembang, perkerasan kaku
dengan Sistem Pelat Terpaku masih berfungsi dengan baik
Dalam aplikasi Sistem Pelat Terpaku untuk perkerasan kaku,
maka terdapat beberapa kemungkinan tipe-tipe kondisi tanah-dasar
yang cocok digunakan. Tipe 1, bila Sistem Pelat Terpaku berada pada
tanah asli tanpa atau ditimbun dengan tanah uruk tebal 30-50 cm.
Tanah asli direkomendasikan mempunyai modulus reaksi swbgrade
(ky) = 20.000 kN/m’ atau CBR = 2, Karena tanah asli mempunyai
CBR = 2, maka umumnya dibutuhkan material uruk 30-50 cm sebagai
landasan kerja. Tanah uruk yang digunakan adalah tanah granuler
(pasir atau sirtu). Tipe 2, bila Sistem Pelat Terpaku terletak pada tanah
timbunan dengan tinggi > 50 cm yang berada di atas tanah asli yang
lunak. Oleh akibat beban timbunan, tanah fondasi akan mengalami
penurunan konsolidasi. Dalam hal ini, yang dimaksud tanah lunak
adalah tanah yang mempunyai N-SPT > 2, atau tahanan konus dari
alat sondir (Cone Penetration Test), ge 2 2 kg/cm”. Untuk jalan kelas
1, umumnya kecuali persyaratan — struktural, persyaratan geometri
sangat diperhatikan schingga penurunan timbunan yang berlebihan
akan mengubah alinyemen vertikal jalan. Untuk ini, dalam
pembangunan perkerasan dengan Sistem Pelat Terpaku harus lebih
dulu dilakukan rekayasa perbaikan tanah fondasi, Perbaikan tanah
yang lazim dilakukan adalah dengan pemasangan drainase vertikal
untuk percepatan penurunan konsolidasi. Namun, apabila pada batas-
batas tertentu. perubahan alinyemen vertikal perkerasan jalan
diizinkan, maka Sistem Pelat Terpaku akan sangat cocok. Hal ini,
karena Sistem Pelat Terpaku kecuali menjaga kerataan jalan, juga
merupakan struktur perkerasan yang tahan terhadap perubahan bentuk
tanah dasar. Tipe 3, bila Sistem Pelat Terpaku terletak pada tanah asli
ekspansif yang mempunyai poténsi pengembangan maksimum
(swelling potential) 15%. Bila tekanan pengembangan lebih dari nilai
tersebut. maka perlu dilakukan penanganan untuk mengurangi tekanan
13
pengembangan yang mengganggu kinerjanya. Tipe 4, bila Sistem
Pelat Terpaku terletak pada tanah galian dengan modulus reaksi
subgrade minimum 20.000 kNim? atau CBR > 2%. Lereng galian
harus stabil terhadap kemungkinan adanya longsoran.
Ketua Sidang, para Guru Besar, dan hadirin yang saya muliakan,
Karena struktur p an dibuat bertulangan yang dilengkapi
dengan pemasangan tiang-tiang, maka dibandingkan dengan perkeras-
an beton konvensional, biaya pembangunan Sistem Pelat Terpaku
akan lebih mahal. Namun, karena perkerasan dirancang secara
struktural, maka biaya pemeliharaan selama umur layanan akan kecil
sehingga biaya total selama umur layanan akan lebih kecil
dibandingkan dengan perkerasan beton konvensional.
Keuntungan penggunaan Sistem Pelat Terpaku., adalah:
1) Sistem Pelat Terpaku adalah perkerasan yang memberikan
kekakuan tinggi schingga tahan terhadap deformasi tanah dasar
(penurunan tak seragam dan getaran akibat kendaraan).
2) Sistem Pelat Terpaku mampu mendukung lalu lintas berat dan
volume tin Perancangan dapat didasarkan pada beban
kendaraan maksimum yang diinginkan, yang melebihi beban
gandar standar untuk perkerasan konvensional.
3) Karena tiang-tiang selalu menjaga agar pelat beton tetap dalam
kontak yang baik dengan material di bawahnya, maka umur
perkerasan menjadi lebih panjang.
4) Pemeliharaan sangat kecil schingga mengurangi kebutuhan biaya
pemeliharaan di kemudian hari.
5) Sistem Pelat Terpaku yang dibangun tanpa sambungan-sambungan
akan mengurangi biaya pemeliharaan pada sambungan. Selain itu,
penetrasi air masuk ke dalam lapis fondasi maupun tanah-dasar
sangat kecil karena tidak ada sambungan melintang dan retak yang
terjadi selalu tertutup rapat oleh adanya tulangan memanjang dan
melintang.
6) Walaupun biaya awal lebih tinggi dari perkerasan beton maupun
aspal rem konvensional, namun biaya total selama masa
pelayanan lebih rendah.14
7) Dapat menyelesaikan masalah perkerasan jalan di atas tanah-dasar
yang ekspansif (mudah mengembang).
Kerugian dalam penggunaan Sistem Pelat Terpaku bila
dibandingkan dengan sistem perkerasan konvensional, adalah
1) Biaya pembangunan awal lebih tinggi.
2) Pembangunan memerlukan waktu relatif lebih lama
Dibandingkan dengan perkerasan Sistem CAM, pembangunan
Sistem Pelat Terpaku lebih mudah karena pemasangan tiang dapat
dilakukan dengan alat pancang atau alat bor ringan. Karena biaya
pembangunan lebih tinggi, maka perkerasan dengan Sistem Pelat
Terpaku cocok dibangun untuk perkerasan jalan yang melewati
dacrah-dacrah yang tanah dasamya bermasalah. Untuk daerah-daerah
yang tanahnya normal, maka cukup dibangun dengan struktur
perkerasan yang konvensional. Namun demikian, bila Sistem Pelat
Terpaku diaplikasikan pada tanah-dasar yang normal, maka akan
memberikan perkerasan yang tahan lama dengan sedikit biaya
pemeliharaan sehingga bila ditinjau dari harga pembangunan awal,
memang lebih mahal, tapi bila ditinjau terhadap biaya total struktur
selama masa pelayanan, akan lebih murah.
Ucapan Terima Kasih
Sebagai penutup dari pidato pengukuhan saya ini, perkenankan-
lah saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya menjadi guru besar.
Terima kasih kepada pemerintah Republik Indonesia yang telah
mengangkat saya dalam jabatan guru besar di F Teknik
Universitas Gadjah Mada. Ucapan terima kasih juga s: ampaikan
kepada Rektor, Ketua, Sekretaris, dan anggota Majelis Guru Besar
Universitas Gadjah Mada, Dekan Fakultas Teknik UGM, Ketua,
Sekretaris, dan anggota Senat Fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada, serta ketua Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM dan
tim penilai angka kredit yang telah menyetujui, mengusulkan, dan
memproses pengangkatan guru besar saya.
Is
Ucapan terima kasih juga saya tujukan kepada guru-guru saya
ketika saya di SD Gondang 88 Solo, di SMP Negeri I Solo, dan di
SMA Negeri I Solo, serta kepada dosen-dosen saya di Jurusan Teknik
Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Secara khusus, saya mengucapkan terima kasih kepada
almarhum Ir. Sutoyo Cokrodihardjo dan Ir. H. Daruslan yang telah
mengusulkan dan membimbing saya ketika saya menjadi dosen baru
di JTSL FT UGM. Kepada Prof. Ir. Bambang Suhendro, M.Sc., Ph.D.,
saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas dorongan, serta
banyak membimbing saya dalam melakukan penelitian-penelitian
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya ditujukan kepada semua
rekan dosen dan karyawan di Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan,
khususnya rekan-rekan dosen di KBK Geoteknik, Prof. Dr. Ir, Kabul
Basah Suryolelono, Dip. H.E, DEA., Ir. Agus Darmawan Adi, M.Sc.,
Ph.D., Dr. Ir. Ahmad Rifai, MT., T. Faisal Fathani, ST, MT., Ph.D.,
yang telah memotivasi dan mendukung saya sehingga saya bisa
menjadi guru besar.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Bambang
Triatmodjo, DEA., Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng.. D.Eng., Prof.
lr. Sukandarrumidi, M.Sc., Prof. Ir. Suryo Hapsoro Tri Utama,
Ph.D., dan Prof. Ir. Nizam, M.Se., Ph.D. yang telah mendorong dan
memotivasi saya dalam mengurus kenaikan pangkat guru besar saya.
Terima kasih kepada Ir. H. Wardhani Sartono, M.Sc. dan Ir,
Latif Budi Suparma, M.Sc. Ph.D. yang telah memberikan
pengetahuan kepada terkait dengan masalah perkerasan jalan.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada almarhum bapak saya, R.M. Hardiyatmo Riptopranoto dan
almarhumah ibu saya, Sumiyatun yang telah memberikan segalanya,
doa, kasih sayang, nasihat-nasihat agar selalu menjalankan perintah
Allah Swt. Juga kepada mertua saya, Bapak H.M. Rustam dan Ibu
Marfualy atas segala doa dan perhatian dan dorongan selama ini. Juga
kepada kakak-kakak dan adik-adik saya, keluarga Suhardjono, B.E.,
Ir. Edy Christanto, Ir. Heru Chrisharyanto, Ir. Wisnu Chrishartono,
dan Aswin Chrishananto, saya sampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas dorongan dan dukungan selama ini16
Akhirnya, ucapan terima kasih yang sebesar-besamya saya
sampaikan kepada istri tercinta Dra. Isminarti Rusmiyati dan anak-
anak saya, M. Kammagama Harismina, S.Psi.. M-Psi.
Muhammad Harismina, dan Merlangen Enfani Harismina yat
merelakan waktu kebersamaan agak terabaikan oleh kesibukan saya
dan selalu mendukung dan menyemangati saya dalam menjalani
kehidupan
Kepada hadirin yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar
mendengarkan pidato saya. saya mengucapkan banyak-banyak terima
kasih dan sekaligus mohon maaf bila dalam acara ini ada yang tidak
berkenan di hati para hadirin. Sekaligus saya mohon doa restu agar
dalam menjalankan tugas dan kewajiban saya scbagai guru besar,
lakukan dengan penuh tanggung jawab.
Paling akhir, tidak lupa saya mengingatkan kepada diri saya
sendiri bahwa apa yang telah saya raih selama ini tidak akan tercapai
bila tanpa ridho dari Allah Swt. Sebagai hamba Allah yang sangat
lemah, saya mengucapkan syukur alhamdullilah, dan saya memohon:
Ya Allah, agar pangkat guru besar yang telah saya raih — tidak
menjadikan saya lupa untuk tetap menjalankan perintah-perintah-Mu,
tetap istikamah dalam menjalankan kewajiban ibadah, dan semoga
keahlian yang saya punyai dengan rida-Mu dapat bermanfaat bagi
sesama.
ya
Amin ya rabbal’alamin
Wabillahit-taufig wal hidayah, wassalamu’ alaikum
warrahmatullahi wabarakatuh
17
DAFTAR PUSTAKA
Antono, A. dan Daruslan (1981), “Laporan Pekerjaan Pengkajian
Konstruksi Sistem Cakar Ayam pada Perpanjangan Landasan
Pelabuhan Udara Polonia Medan”, Fakultas Teknik UGM,
Yogyakarta.
Hardiyatmo, H.C. (2008), “Sistem Cakar Ayam sebagai Alternatif
Penyelesaian Masalah Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) pada
Tanah Dasar Ekspansif’, Seminar Nasional Tepat Guna
Penanganan Sarana Prasarana di Indonesia, Magister
Pengelolaan Sarana Prasarana UGM, Yogyakarta.
(2008), “Sistem Pelat Terpaku (Nailed Slab) Untuk
Perkuatan pelat beton pada Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)”.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna Penanganan
Sarana Prasarana, MPSP-FT-UGM, April 2008, Yogyakarta.
(2009), “Metode Hitungan Lendutan Pelat dengan
Menggunakan Modulus Reaksi Tanah-dasar Ekivalen untuk
Struktur Pelat Fleksibel”. Dinamika Teknik Sipil, majalah ilmiah
teknik sipil, Vol. 9, No. 2, Juli 2009, UMS.
(2010), Perancangan Sistem Cakar Ayam Modifikasi
untuk Perkerasan Jalan Raya, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
(2010), “Uji Beban Pada Pelat Yang Didukung Tiang
Tunggal untuk Penentuan Kenaikan Modulus Reaksi Tanah-
Dasar Akibat Pemasangan Tiang”, Dinamika Teknik Sipil,
majalah ilmiah teknik sipil, Vol. 9, No. 3, UMS.
(2011), “Method To Analyze the Deflection of The
Nailed Slab System”, International Journal of Civil and
Environmental Engineering (IJCEE-IJENS), Vol. 11, No. 04.
Rawalpindi, Pakistan.
(2012), “Uji Beban Pada Pelat Beton Didukung Tiang
Pada Pasir”. Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknik, UGM Yogyakarta
(2013), “Kajian Modulus Reaksi Tanah Dasar oleh
Pengaruh Pemasangan Tiang pada Pasir’. Laporan Penelitian,18
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, UGM
Yogyakarta
Hardiyatmo, H.C., Suhendro, B, dan Adi, A.D., (2000), “Perilaku
Sistem Fondasi Cakar Ayam Kontribusi untuk Perancangan”,
Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi, Tahun
Anggaran 1998/1999 dan 1999/2000, Lembaga Penelitian
UGM, Yogyakarta.
Hardiyatmo, H.C. dan Suhendro, B., (2003), Fondasi Tiang Dengan
Pile Cap Tipis Sebagai Alternatif untuk Mengatasi: Problem
Penurunan Bangunen di Atas Tanah Lunak, Laporan Penelitian
Hibah Bersaing Perguruan Tinggi Tahun 2001-2003.
Hardiyatmo, H. C., Suhendro, B. dan Mitrabani, (2009), “Perilaku
Sistem Cakar Ayam Pada Tanah Ekspansif”, Laporan Penelitian
Program Insentif’ Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi,
LPPM-UGM
Hardiyatmo, H.C., Suhendro, B. dan Firdiansyah, (2009), “Analisis
Lendutan Sistem Cakar Ayam pada Tanah Lkspansif”,
Prosiding Seminar Nasional PIT-XII, HATTI-2009, 5-6
Nopember Denpasar, Bali.
Nawangalam, P.. (2008), “Pemodelan Elemen hingga Sistem Cakar
Ayam dengan Analisis Tanah Dasar Non-Linier”, Tesis S-?
scasarjana, UGM, Yogyakarta.
Suhendro, B., (1992), “Laporan Kemajuan ke IL, Studi Optimalisasi
Formula Cakar Ayam”, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
—— (1993), “Maintenance Technique and Bearing Capacity
Evaluation of Cakar Ayam Rigid Pavement System at Runways
and Aprons of Soekarno-Hatta International Airport Jakarta
Tahap I”, Technical Report PT Cakar Bumi, Jakarta
(2006), Sistem Cakar Ayam Modifikasi sebagai Alternatif
Solusi Konstruksi Jalan di Atas Tanah Lunak, saduran dari buku
60 tahun RI, Jakarta.
19
BIODATA
Nama Prof. Dr. Ir. Hary Christady
Hardiyatmo, M.Eng., DEA
Tempat, Tgl Lahir: Surakarta, 18 Oktober 1955
NIP + 19SS10181986121001
Pangkat/Gol pembina Tk.1/IVb
Jabatan guru besar
Alamat Kantor Ji, Grafika, No. 2, UGM
Yogyakarta
Alamat Rumah : Sedan 48B, RT 3/33 Sariharjo, Sleman, Yogyakarta
Telp./E-mail —: 08179408835, harychristady(@ yahoo.com
Keluarga
Istri_ : Dra. Isminarti Rusmiyati
Anak M. Kammagama Harismina, 5.Psi, M.Psi.
lL.
2. Egha Muhammad Harismina
3. Merlangen Enfani Harismina
1) Satya Lancana Karya Satya 20 tahun
2) Karya Inovasi Terbaik DPU- tahun 2011 (Sistem Cakar Ayam
Modifikasi)
Hak Paten:
“Konstruksi Perkerasan dan Pondasi Dengan Sistem Cakar Ayam
Moditikasi™
Sertifikat Paten No.JD.P0Q029
nama
|. Prof. Ir. Bambang Suhendro, M.Sc., Ph.D.
Prof Dr, lr. Hary Christady Hardiyatmo, M.Eng., DEA.
. Ir. Maryadi Darmokumoro
tanggal 15 Desember 2011, atas
5
3:
Mengusulkan:
“Perkerasan Jalan dengan Sistem Pelat Terpaku”20
Pendidikan
Tahun 1981 : lulus sarjana teknik sipil, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Tahun 1988 :lulus master of engineering, Asian Institute of
Technology Bangkok, Thailand, bidang geoteknik.
‘Tahun 1992 ; lulus diplome d’ctude approfondies (DEA), University
Joseph Fourier Grenoble-France, bidang Geoteknik.
Tahun 1995 : lulus doktor dari University Joseph Fourier Grenoble-
France, bidang geoteknik.
guru besar Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT
UGM
Tahun 2013
Riwayat Pekerjaan
Tahun 1980-1982, bekerja di Konsultan PT Barunadri Engineering
Consultant dalam perancangan bangunan irigasi, sebagai soi!
mechanics engineer.
Tahun 1982-1986, bekerja di kontraktor PT Brantas Abipraya
(Persero)
Tahun 1986~sekarang, bekerja di Jurusan Teknik Sipil, FT UGM,
Yogyakarta
Tahun 1996-1998, Pengelola 2 Program Sarjana Ekstensi Jurusan
Teknik Sipil FT UGM
Tahun 2000-2003, Kepala Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan
Teknik Sipil, FT UGM
Tahun 2004-2006, Wakil Ketua Pengelola Magister Pengelolaan
Sarana Prasarana (MPSP), Program Pascasarjana Jurusan
Teknik Sipil, UGM.
Tahun 2006-2008, Ketua Pengelola Magister Pengelolaan Sarana
Prasarana (MPSP), Program Pascasarjana Jurusan Teknik Sipil,
UGM
Tahun 2008-2010, Wakil Ketua Pengelola Magister Pengelolaan
Sarana Prasarana (MPSP), Program Pascasarjana Jurusan
Teknik Sipil, UGM.
Tahun 2011-sekarang, Sekretaris Jurusan Teknik Sipil dan
Lingkungan Bagian Aset, Kerja sama, dan Penelitian
Menerbitkan Buku-buku
No. Judul - Tahun Penerbit
1 Mekanika Tanah I mee ‘g) Gama Pres
shanik 2
2. Mekanika Tanah IT ay Gamiarpress
sie mera a
3 eal an Pecan wy Gama BIE
4 5 ¢ x 2013
4 lanl il Perancangan ghos Gama Press
‘ k - Reka 2
5 ceosncieanah Rekayasa edie ed) Garia Breas
ve ka 2
6 eee Tanah untuk Jalan (dee?) Gara. Reese
7 Pemeliharaan Jalan Rava ae Gama Press
& PermcenganPerkran || 2012 Gama Pres
9 Tanah Longsor dan Erosi so as Sates
10 Perancangan Sistem Cakar 2009 GanwPRes
Ayam Modifikasi