You are on page 1of 6

| Maj Obstet

206 Ermiati dkk Ginekol Indones

Efektivitas bladder training terhadap fungsi eliminasi


Buang Air Kecil (BAK) pada ibu postpartum spontan

ERMIATI
Y. RUSTINI
I. N. RACHMAWATI
L. SABRI*

Fakultas Ilmu Keperawatan


*Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Jakarta

Tujuan: Mengetahui efektivitas bladder training terhadap fungsi Objective: To identify effectiveness of the bladder training interven-
eliminasi buang air kecil (BAK) spontan pada ibu postpartum. tion to spontaneous urinary elimination function on postpartum mother.
Rancangan/rumusan data: Penelitian ini menggunakan disain Design/data identification: This research design was quasi experi-
kuasi eksperimen post test only dengan kelompok kontrol. ment post test only with control group.
Tempat: (1) IGD Lt. III RS Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), (2) Setting: (1) Emergency Unit 3rd Floor, RS Dr. Cipto Mangunkusumo
IRNA A Lt. II kanan RSCM. (RSCM), (2) Postpartum Ward RSCM.
Bahan dan cara kerja: Penelitian ini dilakukan selama kurang le- Material and methods: This research was conducted for about two
bih dua minggu pada tahun 2007 dengan jumlah sampel 70 responden. weeks in 2007 with 70 respondents. The number of respondent in the
Kelompok kontrol sejumlah 36 responden dan pada 34 orang responden control group was 36, and bladder training was performed to 34 respon-
kelompok intervensi mendapat perlakuan bladder training. Kedua dents in the intervention group. Both groups were evaluated of sponta-
kelompok dinilai kemampuan BAK spontan setiap 2 jam sampai 6 jam neous urinary elimination ability. To analyze the relationship of cha-
postpartum. Untuk menguji hubungan karakteristik yang juga meru- racteristic which also represent confounding variables with the ability
pakan variabel counfonding dengan kemampuan eliminasi BAK, uji of urinary elimination, correlation and t test was used.
yang digunakan korelasi, t test, dan Anova. Result: The research finding showed that intervention of bladder
Hasil: Bladder training mempengaruhi waktu terjadinya BAK pada training has effect on the time of urinary elimination of postpartum
ibu postpartum. Tidak ada perbedaan bermakna terjadinya eliminasi mother with p = 0,006 which mean that there was significant difference
BAK spontan dengan karakteristik umur, berat badan bayi, dan lama on the ability rate of spontaneous urinary elimination between control
kala II. Ada perbedaan bermakna terjadinya eliminasi BAK spontan an- and intervention groups. There was no significant difference of sponta-
tara kelompok kontrol dan intervensi dengan paritas dan keadaan pe- neous urinary elimination with characteristic of postpartum mothers
rineum. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kemampuan eliminasi namely the baby weight and the length of stage II of labor. Otherwise
BAK spontan pada ibu postpartum adalah primipara dan keadaan pe- there was significant difference of spontaneous urinary elimination bet-
rineum yang tidak utuh. ween control and intervention group in the parity and the perineum con-
Kesimpulan: Bladder training dapat dilakukan mulai 2 jam postpar- dition. Primipara and perineum with laceration and episiotomy were in-
tum dan hasilnya efektif untuk mengembalikan fungsi eliminasi BAK fluenced factors to the ability of spontaneous urinary elimination of
spontan pada ibu postpartum, sehingga disarankan agar intervensi ini postpartum mother.
dapat diterapkan. Conclusion: Postpartum mother should be doing bladder training at
[Maj Obstet Ginekol Indones 2008; 32-4: 206-11] 2 hours after delivery to improve the function of urinary elimination.
Kata kunci: bladder training, eliminasi buang air kecil (BAK), [Indones J Obstet Gynecol 2008; 32-4: 206-11]
postpartum spontan. Keywords: bladder training, elimination urinary, spontaneous post-
partum.

PENDAHULUAN babkan distensi kandung kemih yang kemudian


mendorong uterus ke atas dan ke samping. Keadaan
Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan
morbiditas dan mortalitas maternal, sekitar 15% baik yang akhirnya menyebabkan perdarahan.3
dari seluruh kelahiran mengalami perdarahan post- Retensio urin postpartum disebabkan diaphoresis
partum.1 Sementara itu berdasarkan hasil survei ke- yang terjadi dalam 12-24 jam postpartum. Ini meru-
sehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, ting- pakan salah satu mekanisme untuk mengurangi ca-
ginya AKI yang disebabkan perdarahan adalah se- iran yang tertahan selama kehamilan melalui ke-
besar 30%.2 ringat dan peningkatan produksi urin. Selama pe-
Salah satu penyebab perdarahan postpartum ada- riode postpartum, dalam sehari dapat dihasilkan
lah gangguan kontraksi uterus yang dapat diakibat- lebih dari 3.000 ml perhari urin dengan jumlah urin
kan oleh adanya retensio urin. Retensio urin menye- setiap berkemih berkisar 500 sampai 1000 ml.4
|
Vol 32, No 4 |
Oktober 2008 Efektivitas bladder training terhadap fungsi BAK 207

Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung diberi perlakuan bladder training dan kelompok
kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu lainnya tidak karena digunakan sebagai kontrol.
bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih Teknik pengambilan sampel menggunakan purpo-
dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali sive sampling yang mendapatkan 70 orang respon-
disertai daerah kecil hemoragi. Rasa nyeri pada den. Kriterianya meliputi ibu yang melahirkan a-
panggul yang timbul akibat dorongan saat mela- term, 2 jam postpartum dan bersedia menjadi res-
hirkan, laserasi vagina atau episiotomi menurunkan ponden.
atau mengubah refleks berkemih. Penurunan ber- Hipotesis penelitian ini adalah waktu eliminasi
kemih, menyebabkan retensio urin sehingga terjadi BAK spontan kelompok yang dilakukan intervensi
distensi kandung kemih.5-7 bladder training lebih pendek dari kelompok yang
Kejadian retensio urin postpartum tercatat antara tanpa dilakukan intervensi bladder training dan
1,7-17,9%. Sementara itu hasil penelitian di RSCM waktu terjadinya eliminasi BAK spontan dipe-
diperoleh kejadian retensio urin pada ibu postpar- ngaruhi variabel confounding (umur, paritas, berat
tum berjumlah 14,8% dan meningkat mencapai badan bayi, lama kala II, dan keadaan perineum).
38% pada postpartum dengan ekstraksi forsep.8,9 Prosedur intervensi yang diberikan adalah seba-
Mengatasi masalah perkemihan salah satunya da- gai berikut: (1) memberikan edukasi pada klien ten-
pat dilakukan dengan bladder training. Bladder tang pentingnya eliminasi BAK spontan setelah
training merupakan penatalaksanaan yang bertu- persalinan. Lalu menjelaskan pada klien bahwa ke-
juan untuk melatih kembali kandung kemih ke pola berhasilan bladder training didukung oleh kemauan
berkemih normal dengan menstimulasi pengeluaran dan kesadaran klien dalam pelaksanaannya, (2)
urin. Pada perawatan maternitas, bladder training memberikan minum air sebanyak 200 ml, (3) me-
dilakukan pada ibu yang telah mengalami gangguan ngukur tanda vital untuk mengetahui kondisi klien,
berkemih seperti inkontinensia urin atau retensio apakah kondisi klien memungkinkan untuk dila-
urin. Padahal sesungguhnya bladder training dapat kukan bladder training. Bladder training dimulai
mulai dilakukan sebelum masalah berkemih terjadi pertama kali pada 2 jam postpartum. (4) Bladder
pada ibu postpartum, sehingga dapat mencegah in- training dilakukan dengan membawa klien ke toilet
tervensi invasif seperti pemasangan kateter yang untuk BAK dengan posisi duduk pada kloset duduk.
justru akan meningkatkan kejadian infeksi kandung Klien diminta untuk menyiram perineum dengan air
kemih. Selama ini apabila ibu postpartum menga- hangat sebanyak 500 ml yang disediakan untuk
lami masalah BAK, maka salah satu tindakan merangsang pengeluaran urin. (5) Kran air dibuka
penyelesaiannya adalah melalui pemasangan kateter maksimal 15 menit dimulai semenjak klien berada
untuk mencegah peregangan kandung kemih yang di toilet. (6) Mengobservasi apakah klien BAK. (7)
berlebihan.10,11 Bladder training adalah kegiatan Bila belum BAK, bladder training diulang setiap 2
melatih kandung kemih untuk mengembalikan pola jam. (8) Melakukan evaluasi setelah dilakukan in-
normal berkemih dengan menghambat atau men- tervensi, dari 2 jam postpartum sampai 6 jam post-
stimulasi pengeluaran urin.12,13 Dengan bladder partum, pada kelompok perlakuan maupun kelom-
training diharapkan ibu postpartum dapat BAK se- pok kontrol, yang dievaluasi adalah kemampuan
cara spontan dalam enam jam postpartum. Program responden BAK secara spontan baik pada kelom-
latihan dalam bladder training meliputi penyuluh- pok perlakuan maupun kelompok kontrol.
an, upaya berkemih terjadwal, dan memberikan um-
pan balik positif. Tujuan dari bladder training ada-
lah melatih kandung kemih untuk meningkatkan ke-
mampuan mengontrol, mengendalikan, dan me- HASIL PENELITIAN
ningkatkan kemampuan berkemih secara spontan.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi Penelitian ini dilaksanakan di RSUPN Dr. Cipto
efektivitas bladder training terhadap kemampuan Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2007.
eliminasi BAK secara spontan pada ibu postpartum. Sebagian besar ibu postpartum kelompok kontrol
berusia 20-35 tahun yaitu 26 orang (72,2%). Paritas
ibu sama antara primipara dan multipara yaitu 18
orang (50%). Mayoritas keadaan perineum tidak
BAHAN DAN CARA KERJA utuh yaitu 25 orang (69,4%). Pada kelompok inter-
vensi mayoritas berusia 20-35 tahun (70,6%). Pari-
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang tas lebih dari setengahnya multipara sebesar 20
menggunakan teknik quasi experiment dengan mem- orang (58,8%). Keadaan perineum mayoritas tidak
bandingkan dua kelompok, di mana satu kelompok utuh yaitu sebesar 23 orang (67,7%).
|
| Maj Obstet
208 Ermiati dkk Ginekol Indones
Tabel 1. Karakteristik ibu postpartum di RSUPN Sebagian besar ibu pada kedua kelompok berusia
Kel. Kontrol Kel. Intervensi 20-35 tahun. Hasil uji statistik pada α 5% terlihat
Karak Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase tidak ada perbedaan yang signifikan pada rerata ke-
teristik n=36 (%) n=34 (%) mampuan eliminasi BAK spontan dengan umur ibu
Umur postpartum pada kedua kelompok.
20-35 tahun 26 72,2 24 70,6
< 20 dan > 35
tahun 10 27,8 10 29,4 a. Variabel paritas
Paritas Paritas pada kelompok kontrol sama antara ibu
Primipara 18 50,0 14 41,2 primipara dan multipara masing-masing (50%).
Multipara 18 50,0 20 58,8 Ada perbedaan kemampuan eliminasi BAK secara
Keadaan Perineum spontan dengan paritas ibu postpartum (p 0,023).
Tidak utuh 25 69,4 23 67,7 Paritas pada kelompok intervensi lebih dari sete-
Utuh 11 30,6 11 32,3 ngahnya ibu multipara (58,8%). Hasil uji statistik
tidak ada perbedaan kemampuan eliminasi BAK se-
cara spontan dengan paritas ibu postpartum (p
Tabel 2. Hasil analisis rerata kemampuan eliminasi BAK secara 0,444).
spontan Rerata kemampuan eliminasi BAK secara spontan
pada kelompok kontrol primipara 75,9 menit, pada
Kelompok n Mean SD P value
kelompok intervensi 18,21 menit. Melalui analisis
Kontrol 36 50,19 69,096 0,006 menunjukkan ada perbedaan kemampuan eliminasi
Intervensi 34 14,85 21,015 BAK spontan primipara antara kedua kelompok (p
0,022).

Rerata kemampuan eliminasi BAK spontan pada b. Variabel perineum


ibu postpartum kelompok kontrol sebesar 50,19 Keadaan perineum kelompok kontrol mayoritas ti-
menit, sedangkan rerata pada kelompok intervensi dak utuh (69,4%). Hasil uji statistik ada perbedaan
sebesar 14,85 menit. Hasil analisis bivariat uji t an- kemampuan eliminasi BAK secara spontan dengan
tara kelompok kontrol dan kelompok intervensi keadaan perineum ibu postpartum (p 0,017). Kea-
menghasilkan p value 0,006 yang berarti ada per- daan perineum kelompok intervensi mayoritas tidak
bedaan yang signifikan rerata kemampuan eliminasi utuh (67,7%). Hasil uji statistik tidak ada perbedaan
BAK spontan antara kedua kelompok. kemampuan eliminasi BAK secara spontan dengan
keadaan perineum ibu postpartum (p 0,754).
Rerata kemampuan eliminasi BAK secara spontan

Tabel 3. Hasil analisis karakteristik ibu postpartum terhadap kemampuan eliminasi BAK spontan
Kelompok Variabel n Mean SD SE p value
Umur
20 - 35 tahun 26 57,88 75,195 14,747 0,288
< 20 tahun dan > 35 tahun 10 30,20 47,380 14,983
Kontrol Paritas
Primipara 18 75,94 84,899 20,011 0,023
Multipara 18 24,44 34,890 8,224
Perineum
tidak utuh 25 68,08 76,240 15,248 0,017
utuh 11 9,55 11,982 3,596
Umur
20 - 35 tahun 241 16,04 23,865 4,871 0,617
< 20 tahun dan >35 tahun 0 12,00 12,293 3,887
Intervensi Paritas
Primipara 14 18,21 29,782 7,959 0,444
Multipara 20 12,50 12,085 2,702
Perineum
tidak utuh 23 15,65 23,946 4,993 0,754
utuh 11 13,18 13,833 4,171

|
Vol 32, No 4 |
Oktober 2008 Efektivitas bladder training terhadap fungsi BAK 209

pada kelompok kontrol dengan perineum tidak utuh kelompok yang diberikan intervensi bladder train-
68,08 menit, pada kelompok intervensi 15,65 menit. ing kemampuan eliminasi BAKnya lebih cepat di-
Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan kemam- bandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak
puan eliminasi BAK spontan dengan keadaan peri- diberikan.
neum tidak utuh antara kelompok kontrol dan in-
tervensi (p 0,003). a. Variabel usia
Distribusi karakteristik ibu postpartum pada kedua
c. Variabel berat badan bayi kelompok mayoritas berusia 20-35 tahun. Dari hasil
Rerata berat badan bayi (BB) pada kelompok kon- analisis bivariat, tidak ada hubungan yang ber-
trol 2911,67 gram dan tidak ditemukan hubungan makna antara umur dengan kemampuan eliminasi
yang signifikan pada kemampuan eliminasi BAK BAK secara spontan pada kelompok kontrol dan
spontan dengan BB bayi (p 0,861). Rerata BB bayi kelompok intervensi. Hasil penelitian ini berbeda
pada kelompok intervensi 3082,94 gram dan tidak dengan hasil penelitian sebelumnya yang mene-
pula ditemukan hubungan yang signifikan pada ke- mukan kejadian retensio urin pada ibu postpartum
mampuan eliminasi BAK spontan dengan BB bayi pada usia 26-30 tahun sebanyak 63,6% dan seba-
(p 0,879). nyak 18,2% berusia di atas 35 tahun.3
Semakin bertambah umur responden, maka kemam-
d. Variabel kala II puan dan fungsi otot sistem perkemihan menurun
Rerata lama kala II pada kelompok kontrol 16,53 karena degeneratif. Fungsi renal dan traktus urina-
menit dan tidak ditemukan hubungan yang signifi- rius akan berubah bersamaan dengan pertambahan
kan pada kemampuan eliminasi BAK spontan de- usia. Kelainan struktural atau fungsional yang ter-
ngan lama kala II (p 0,061). Rerata lama kala II jadi pada penuaan dapat menghalangi pengosong-
pada kelompok intervensi 14,85 dan tidak diperoleh an kandung kemih dan risiko infeksi traktus uri-
hubungan yang signifikan pada kemampuan elimi- narius.14
nasi BAK spontan dengan lama kala II (p 0,884). Sementara itu pada penelitian ini mayoritas usia
responden berkisar antara 20-35 tahun. Pada ren-
tang usia ini otot-otot perkemihan masih berfungsi
PEMBAHASAN baik, meski terjadi trauma persalinan, massa dan
kekuatan dapat segera kembali normal dengan la-
Ada perbedaan rerata kemampuan eliminasi BAK tihan. Trauma pada persalinan akan mengurangi ke-
secara spontan pada ibu postpartum kelompok kon- kuatan otot pada kandung kemih akan tetapi tonus
trol dan intervensi yang sangat bermakna. Hal ini otot akan segera kembali membaik pada wanita
terjadi karena kondisi ibu awal postpartum sangat muda yang sehat.15,16
kelelahan akibat dari persalinan yang telah berlang-
sung, perdarahan yang terjadi dan pemberian obat- b. Variabel paritas
obatan. Kondisi ini membuat ibu postpartum lebih Dari hasil uji statistik didapatkan ada perbedaan ke-
merasa nyaman dengan tidur atau istirahat berba- mampuan eliminasi BAK secara spontan pada ibu
ring untuk mengurangi kelelahan dan mengembali- postpartum primipara dengan ibu postpartum mul-
kan tenaga atau kekuatannya. tipara. Keadaan ini merupakan hal yang wajar ter-
Sementara itu pada kelompok intervensi pada jadi karena pada ibu postpartum primipara persalin-
dua jam postpartum ibu segera dibawa ke toilet un- an yang dijalani biasanya lebih lama dibandingkan
tuk dilakukan bladder training. Pada kelompok dengan ibu multipara. Hal ini didukung hasil pe-
kontrol tidak dilakukan apapun, ibu tetap beristira- nelitian di RSIA Siti Fatimah Makassar diperoleh
hat di tempat tidur. Posisi berbaring merupakan angka kejadian partus lama pada primipara
posisi yang tidak biasa untuk berkemih, sehingga 60,8%.17 Lamanya persalinan dapat mengakibatkan
rangsangan berkemih pada kelompok kontrol tidak terjadinya kerusakan saraf, otot dasar panggul, dan
dirasakan. Posisi duduk atau berdiri saat BAK, otot kandung kemih. Hal ini yang menyebabkan ter-
memfasilitasi kontraksi otot panggul dan intra ab- lambatnya dirasakan sensasi berkemih pada ibu
domen, mengejan, kontraksi kandung kemih, dan primipara.3
kontrol sfingter, sisa urin pada kandung kemih akan Perbandingan kemampuan eliminasi BAK spontan
keluar dengan adanya gaya berat.4 pada primipara dan multipara kelompok intervensi
Penelitian ini membuktikan bladder training didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan
mempercepat terjadinya eliminasi BAK terlihat dari pada rerata kemampuan eliminasi BAK secara
perbedaan waktu terjadinya eliminasi BAK di mana spontan pada ibu primipara dan multipara setelah
|
| Maj Obstet
210 Ermiati dkk Ginekol Indones

dilakukan intervensi bladder training. Sedangkan Persalinan lama sering menyebabkan perlukaan
perbandingan kemampuan eliminasi BAK spontan pada uretra dan kandung kemih. Terjadinya per-
pada primipara kelompok kontrol dan intervensi lukaan disebabkan penekanan yang cukup besar dan
ada perbedaan bermakna. Ini semakin memperjelas berlangsung lama oleh kepala bayi saat memasuki
bahwa kemampuan eliminasi primipara lebih lama panggul. Selain perlukaan, penekanan yang lama
dibandingkan dengan multipara. mengakibatkan terjadinya edema pada leher vesika
Pada saat persalinan terjadi trauma pada uretra dan urinaria karena ekstravasasi darah ke dalam dinding
kandung kemih akibat penekanan kepala janin. mukosa kandung kemih yang menyebabkan pengu-
Dinding kandung kemih mengalami hiperemis dan rangan rangsangan kandung kemih karena saraf
edema, uretra, dan meatus externa juga mengalami maupun impuls motorik terganggu.13,20
edema.18 Trauma yang terjadi pada otot-otot per-
kemihan menyebabkan gangguan pada refleks dan e. Variabel perineum
keinginan berkemih. Latihan pada ibu primipara Pada hasil uji statistik didapatkan ada perbedaan
dan multipara akan segera mengembalikan kemam- kemampuan eliminasi BAK secara spontan pada
puan dari otot dan saraf perkemihan sehingga de- ibu berkaitan dengan kondisi perineum. Biasanya
ngan melakukan bladder training eliminasi BAK cedera dan robekan pada perineum dan struktur di
spontan dapat terjadi dengan segera baik pada ibu sekitarnya terjadi waktu melahirkan. Jaringan lunak
primipara maupun multipara sehingga tidak ada jalan lahir dan struktur di sekitarnya akan menga-
perbedaan yang bermakna waktu terjadinya elimi- lami kerusakan pada setiap persalinan. Episiotomi
nasi BAK spontan pada kedua kelompok. atau laserasi pada perineum menimbulkan nyeri dan
rasa takut untuk berkemih. Nyeri dan ketakutan
c. Variabel berat badan bayi akan menimbulkan efek inhibisi urinasi. Hal inilah
Rerata BB bayi pada kelompok kontrol, menunjuk- yang menyebabkan eliminasi BAK spontan pada
kan hubungan tidak signifikan antara BB bayi de- kelompok perineum yang tidak utuh menjadi lebih
ngan kemampuan eliminasi BAK spontan. Begitu- lama dibandingkan ibu dengan keadaan perineum
pun pada kelompok intervensi yang menunjukkan yang utuh, sehingga ada perbedaan waktu terjadi-
hubungan tidak signifikan antara BB bayi dengan nya eliminasi BAK secara spontan berdasarkan
kemampuan eliminasi BAK spontan. keadaan perineum.6
Semakin besar BB bayi maka penekanan pada kan- Sedangkan pada kelompok intervensi, tidak ada
dung kemih dan uretra pada saat penurunan kepala perbedaan kemampuan eliminasi BAK spontan
juga makin besar. Ini menyebabkan trauma pada pada ibu dengan masalah perineum. Rasa nyeri dan
kandung kemih sehingga meningkatkan risiko re- ketakutan akibat trauma pada perineum seperti
tensio urin. Peregangan yang berlebihan pada kan- episiotomi dan laserasi akan menyebabkan keter-
dung kemih atau tekanan kepala bayi yang berke- lambatan dalam berkemih. Pemberian air hangat
panjangan dapat menyebabkan pengurangan rang- pada perineum meningkatkan suplai darah ke ja-
sangan kandung kemih karena saraf dan impuls ringan yang luka dan memberikan rasa relaksasi
motorik dapat terganggu.13 yang akan menstimulasi saraf sensorik, yang ak-
Tidak adanya perbedaan kemampuan eliminasi hirnya akan menstimulasi refleks berkemih.13 Blad-
BAK spontan pada ibu postpartum dengan BB bayi der training yang diberikan pada kelompok inter-
disebabkan rerata berat BB bayi pada kelompok vensi meningkatkan kemampuan eliminasi BAK
kontrol dan intervensi pada penelitian ini masih spontan.
berada pada rentang BB bayi normal. Dilaporkan Perbandingan kemampuan eliminasi BAK ibu
kejadian retensio urin pada ibu postpartum dengan postpartum dengan kondisi perineum episiotomi
BB bayi 3800 gram atau lebih.19 dan laserasi pada kedua kelompok terdapat perbe-
daan bermakna. Perbedaan ini menjelaskan bahwa
d. Variabel kala II terdapat faktor yang berpengaruh terhadap keter-
lambatan terjadinya eliminasi BAK spontan karena
Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan keadaan perineum dengan kondisi tidak utuh.
yang signifikan antara lama kala II dengan kemam-
puan eliminasi BAK secara spontan pada kelompok
kontrol. Juga pada kelompok intervensi. Tidak ber-
bedanya kemampuan eliminasi BAK secara spontan KESIMPULAN DAN SARAN
antara kedua kelompok dengan lamanya kala II
karena rerata lama kala II pada pada kedua kelom- Intervensi bladder training yang dimulai pada dua
pok masih berada pada batasan waktu yang normal. jam postpartum efektif digunakan untuk mengem-
|
Vol 32, No 4 |
Oktober 2008 Efektivitas bladder training terhadap fungsi BAK 211

balikan fungsi eliminasi BAK secara spontan pada 8. Saultz JW, Toffler WL, Shackles JY. Postpartum urinary
ibu postpartum, sehingga sangat disarankan kepada retention. 1991. http://www.ncbi.nlm.nih.gov
pelayanan keperawatan maternitas dapat menerap- 9. Errufana MP. Kapasitas kandung kemih postpartum. Tesis.
kan intervensi ini. Selain itu, perawat harus lebih Fakultas Kedokteran UI. Tidak dipublikasikan, 1996
10. Dewi TI. Kateter dan ultrasonografi transabdominal untuk
memperhatikan ibu primipara dengan perineum
mengukur volume kandung kemih dan urin sisa wanita
yang tidak utuh dalam meningkatkan kemampuan
postpartum. Tesis. Fakultas Kedokteran UI. 2004
eliminasi BAK secara spontan dengan memotivasi 11. Furqon. Evaluasi biakan urin pada penderita BPH setelah
dan memfasilitasi ibu postpartum untuk segera pemasangan kateter menetap: pertama kali dan berulang.
BAK secara spontan sehingga bahaya terjadinya re- 2003. http://library.usu.ac.id/
tensio urin postpartum dapat dicegah. 12. Potter PA, Perry AG. Fundamental of nursing: Concepts,
process, and practice. (4th Ed). Philadelphia: The Mosby
Years Book Inc, 1997
13. McCloskey JC, Bulechek GM. Nursing intervention classi-
fication (NIC). (2nd ed). St. Louis: Mosby Years Book Inc,
RUJUKAN 1996
14. Smeltzer SC, Bare BG. Brunner & suddarth’s textbook of
1. Mochtar R. Perdarahan postpartum. 2006. http://www.geo- medical-surgical nursing. (4th ed). (Waluyo A, Penerj).
cities.com/klinikobgin/kelainan-persalinan/perdarahan-pos Philadhelphia: JB Lippincott. (Sumber asli diterbitkan
tpartum.htm 1996), 2002
2. Depkes RI. Survei kesehatan rumah tangga. Jakarta: Dep- 15. Verralls S. Anatomy and physiology applied to obstetric.
kes, 2001 (3rd ed). (Hartono, Penerj). London: Churchill Livingstone.
3. Pribakti B. Tinjauan kasus retensio urin postpartum di (Sumber asli diterbitkan 1993). 2003
RSUD Ulin Banjarmasin 2002-2003. Dexa Medica, 2006; 16. Nurbaeti I. Pengaruh latihan kegel terhadap kekuatan otot
19 (1), 10-3 panggul dan inkontinensia urin berkaitan dengan proses
4. Johnson R, Taylor W. Skill for midwifery practice. (Samba. persalinan. Majalah Keperawatan UNPAD, 1999; 1 (1), 17-
S, Penerj). London. Churchill Livingstone. (Sumber asli 23
diterbitkan 2001), 2005 17. Amirudin R. Faktor risiko partus lama di RSIA Siti Fatimah
5. Ladewig PW, London ML, Olds SB. Clinical handbook: Makassar tahun 2006. 2006. http:/www.gizi.net/cgi-bin
Contemporary maternal-newborn nursing care. (5th ed). 18. Bennett VR, Brown LK. Myles textbook for midwives.
New Jersey: Pearson Education, 2002 (13th ed). Toronto: Churchill Livingstone, 1999
6. Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. Maternity nursing. 19. Groutz A, Hadi E, Wolf Y, Maslovitz S, Gold R, Lessing
(4th ed). (Wijayarini MA, Anugrah PI, Penerj). California: JB et al. Early postpartum voiding dysfunction: incidence
Mosby. (Sumber asli diterbitkan 1995), 2005 and correlation with obstetric parameters. 2004.
7. Stright BR. Maternal-newborn nursing. (3rd ed). (Wi- http://www.ncbi.nlm.nih.gov
jayarini MA, Penerj). Philadelphia: Lippincott Williams & 20. Josoprawiro M.J. Penanganan retensio urin postpartum.
Wilkins. (Sumber asli diterbitkan 2001), 2005 Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, 2002

You might also like