You are on page 1of 35
PENUNTUN PRAKTINUM SEMESTER iv Aietege., “Te By, Ne ie et M. anne anthi Gayatri, 5.81 WU JURUSAN TEKNOLOGI LABO! POLTEKKES DENPA‘ KATA PENGANTAR Puji penulisan “Buku Pedoman Praktikum Kimia Klinik Semester IV" dapat diselesaikan yukur kai panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-Nyalah tepat pada waktunya, Buku pedoman ini disusun berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan dengan tujuan agar mahasiswa mempunyai pedoman kerja dalam melaksanakan h Kimia Kl Laboratorium Medis Poltekkes Denpasar. kegiatan praktikum pada mata ki ik Semester IV, di Jurusan Teknologi Kami sampaikan terimakasih kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan moril sehingga buku pedoman ini bisa tersusun, terutama untuk segenap jajaran di Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar, Kami menyadari bahwa buku pedoman praktikum masih jauh dari sempuma, sehingga saran dan kritik yang membangun kami harapkan untuk penyempumaan lebih lanjut. Denpasar, 13 Januari 2020 Penyusun DAFTAR IST Halaman KATA PENGANTAR DABTAR ISlsiraacsaesraseect cas _ PEMERIKSAAN KADAR UREA PADA SERU! PEMERIKSAAN KADAR CREATININ PADA SERUM..... PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT PADA SERUM.. PEMERIKSAAN KADAR BULIRUBIN TOTAL DAN DIRECT PADA SERUM.... PEMERIKSAAN KADAR SGOT PADA SERUM PEMERIKSAAN KADAR SGPT PADA SERUM. : PEMERIKSAAN GAMMA GLUTAMYLTRANSFERASE (GGT)... PEMERIKSAAN ALKALINE PHOSPHATASE ( ALP )...se PEMERIKSAAN ALBUMIN.... a PEMERIKSAAN TOTALN PROTEIN... ertetea ‘i a 3 PEMERIKSAAN UREA TUSUAN 1, Tujuan Umum : Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan urea pada sampel serum. 2. Tujuan Khusus ‘2, Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan urea pada sampel serum. b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan urea pada sampel serum. METODE Enzymatie-UV-Kinetic PENDAHULUAN Urea merupakan produk metabolik utama katabolisme protein. Biosintesis urea dari amonia dilakukan oleh enzim hati. Lebih dari 90% urea diekskresikan melalui ginjal, sisanya dickskresikan melalui saluran pencernaan atau kulit. Konsentrasi urea darah dapat meningkat pada berbagai faktor yang terkait dengan penyebab prerenal_ seperti peningkatan katabolisme protein, perdarahan pada saluran pencernaan, dan beberapa penyakit hati kronis atau penyebab postrenal ginjal (penyakit ginjal akut atau kronis, obstruksi postrenal terhadap aliran urin). Penentuan kadar urea dilakukan bersama dengan penentuan kadar kreatinin untuk membedakan antara gangguan prerenal (kreatinin normal) dan gangguan postrenal ginjal (peningkatan kreatinin). Urea dalam urin dapat digunakan sebagai indikator keseimbangan nitrogen keseluruhan dan sebagai panduan untuk total Kebutuhan asam amino untuk pasien dengan nutri pra renal. PRINSIP urease Urea +2420 —————> | 2NH' + CO? GDH NH’ + a-Ketoglutarate+ NADH = —————* _ Glutamate + NAD" + HzO GDH = Glutamate dehydrogenase ALAT DAN BAHAN Alat: © Mikropipet + tip © Spektrofotometer # Tabung serologi Rak tabung © Beaker glass © Centrifuge Bahan merk Elitech’ # Reagen 1 (RI) © Triss Buffer, pH 7.60(37°C) 125 mmoV/L o ADP 1 mmol/L © a-Ketoghutarate 9 mmol/L © Urease 28100 U/L © GIDH 21350 U/L © Sodium azide < 01% © Reagen 2 (R2) © NADH 1.5 mmol/L © Sodium azide < 0.1% © Standar o Urea 50 mg/dL. 8.33 mmoVL CARA KERJA 1. Campur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL RI dengan 250 ul R2 ) homogenkan > WR (working reagen) 2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel [ Sepeesaiateaeeea tees | a SFanddan ia | See Sere i Working Reagen (WR) 500u1 S00uT Standar Sul Sampel > Sul Homogenkan, langsung dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 340 nm pada suhu 37 °C (inkubasi dilakukan dalam alat masing- rmasing 2 menit ) Kalkulasi ‘Abs Sampet ‘Abs standar Konversi : mg/dl x 0,1665 = mmol/L. catatan: pada praktikum menggunakan alat di lab JAK tidak perlu dilakukan kalkulasi pada x konsentrasi standar("2) hasil yang ditampilkan oleh alat INTERPRETASI Urea serunvplasma 9-2 magia pee 2.14—7.14 mmol/L eee 172-493 mg/dl ieetieieteet 2.86— 8.21 mmol/L. 21.4— 66.5 mg/dl Depesa rel 3.57 11.07 mmol PEMERIKSAAN CREATINI TUJUAN 1, Tujuan Umum : Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan creatinin pada sampel serum, 2. Tujuan Khusus = ‘a, Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan creatinin pada sampel serum. b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan creatinin pada sampel serum, METODE Enzymatic-Calorimetrie-Kinetie PENDAHULUAN Creatinin adalah produk limbah dari metabolisme keratin dan merupakan penanda yang sangat baik untuk mengetahui fungsi ginjal. Kadar kreatinin serum cenderung tetap konstan Kadar kreatinin serum yang tinggi berhubungan dengan penurunan fungsi glomerulus ginjal (FGR). Tes kreatinin serum lebih dapat diandalkan daripada tes urea. Karena tingkat serum urea dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti diet, derajat dehidrasi dan metabolisme pro (tingkat kreatinin serum tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor ini). Tes clearance creatinin juga dapat digunakan untuk mengukur FGR. Dalam kasus transplantasi ginjal, setiap peningkatan kreatinin serum, sesedikit mungkin, dapat mencerminkan penolakan transplantasi. Peningkatan kreatinin dalam serum dan urin bisa menjadi tanda nekrosis otot, PRINSIP creatinin ase Creatinin~ 0 —————> creatine creatinase Creatine +H:0 = ————+ _ Sarcosine + Urea Sarcosine oxidase Sarcosine +02 "———» Glycine + HCHO + H.0; Peroxidase H:02+EHSPT +4-AAP = 5 Quinoneimine 4-AAP : amino-4-Antipyrine EHSPT : N-Ethyl-N-(2(Hydroxy-3-Sulfopropyl)-m-Toludine ALAT DAN BAHAN, Alat: © Mikropipet + tip © Spektrofotometer © Tabung serologi * Rak tabung * Beaker glass © Centrifuge Bahan, Reagen merk Elitech: © Reagen | (R1) © MOPS Buffer, pH 7.5 o EHSPT 0.4 mmol/L. © Creatinase = 10.000 U/L © Sarcosine oxidase 23500 U/L © Ascorbate Oxidase > 1000 U/L, © Reagen 2 (R2) © MOPS Buffer, pH 7.5 © Amino-4-Antipyrine 2.95 mmoV/L © Creatininase > 150.000 U/L. © Peroxidase 24.000 U/L © Sodium azide < 01% © Standar © Serum darah CARA KERJA ( Elitech Clinical Systems Selectra Analyzers) 1. Campur reagen | dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL RI dengan 250 ul R2 ) homogenkan -> WR ( working reagen) 2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel i ‘Standar Sampel 7 Working Reagen (WR) 500p1 ~ 500pr Standar Sul | = Sampel - Sul Homogenkan, langsung dibaca pada spektrofotometer dengan Panjang gelombang 546 nm pada Suhu 37°C (inkubasi dilakukan dalam alat masing- ‘masing 2 menit ) Kalkulasi: ‘Abs Sampel ‘Abs standar Konversi : mg/dl x 0,0884 = mmol/L. mg/dl x 88.40 = pmol/L, x konsentrast standar(“2) eatatan: pada praktikum menggunakan alat di lab JAK tidak perlu dilakukan kalkulasi pada hasil yang ditampilkan oleh alat INTERPRETASI Urea serum/plasma areaey O72 =1.18 mel aaa Laki-laki 64 - 104 mmol/L. ss ieee | Z 0. 1.02_ mg/dl Perempuan 49-90 mmol PEMERIKSAAN ASAM URAT TUSUAN 1, Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan asam urat pada sampel serum, 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu metakukan pemeriksaan asam urat pada sampel serum, b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan asam urat_pada sampel serum, METODE Enzymatic-Calorimetric Tinder end point PENDAHULUAN Asam urat adalah produk utama dari metabolisme endogen dan eksogen (makanan) nukleosida purin (adenosin can guanosin). Transformasi ini terutama terjadi di hati, Sekitar 75% asam urat dikeluarkan oleh ginjal; sisanya dikeluarkan ke dalam saluran pencernaan, yang terdegradasi oleh enzim bakteri. Asam urat tidak larut dalam air, kristal urat dapat terjadi dalam urin ketika konsentrasi tinggi yang tidak normal, Ini juga dapat terjadi dalam plasma, Kristal kemudian tersimpan dalam sendi yang memicu respons inflamasi yang terus ‘menerus (gout). Beberapa penyebab peningkatan kadar asam urat dalam serum adalah meningkatnya gangguan metabolisme sintesis purin (sindrom Lesch-Nyhan), masalah nuttisi, peningkatan pergantian asam nukleat pada kasus proliferasi atau sel tumor, leukemia, psoriasis, obat sitotoksik, gagal ginjal, Penurunan kadar asam urat dalam serum lebih jarang terjadi. Ini dapat terjadi dalam beberapa kasus kegagalan dalam eliminasi asam urat ginjal (sindrom Fanconi), misalnya penyakit Hodgkin. Kuanttasi asam urat dalam urin digunakan untuk menentukan penyebab hiperurisemia (kelebihan purin atau retensi ginjal dan ‘menentukan pengobatan yang tepat). PRINSIP Uric acid + 2H20 + O2 Peroxidase Allantoine + COs + H. 2H:02+EHSPT +4-AAP ———————> Quinoneimine + 4H20 4-AAP : amino-4-Antipyrine EHSPT : N-Ethyl-N-(2(Hydroxy-3-Sulfopropyl)-m-Toludine ALAT DAN BAHAN Alat: | . Mikropipet + tip Spektrofotometer Tabung serologi Rak tabung Beaker glass Centrifuge Bahan dan Reagen merk Elitech: Reagen (R) ° ° ° ° ° ° Phosfat Buffer, pH 7.0 EHSPT Ferrocyanide amino-4-Antipyrine Uricase Peroxidase Sodium azide 100 mmol/L 0,72 mmoVL 0,03 mmol/L 0,37 mmol/L 2150 U/L = 12.000 U/L < 01% Standar (lihat pada kemasan luar boto! standar) Sampel serum darah CARA KERJA. ( Elitech Clinical Ssems Selects Analzers) Blank | Standar Sampel Reagen (R) 30040 | S00, S500u1 Destilate water 12 al Standar Dal [Sampel 12 | Homogenkan, incubas @ meni, 30 detik dibaca dengan panjang gelombang | S46nm Kalkulasi: Abs Sampet ma. Se sambe’ x konsentrasi standar(™2) Konversi ‘mg/dl x 0,059 = mmol/L. mg/dl x $9,48 = pmol/L. mg/dl x10. =mg/L catatan: pada praktikum menggunakan alat di lab JAK tidak perlu dilakukan kalkulasi pada hasil yang ditampilkan oleh alat INTERPRETASI Uric acid serum/plasma Ie : 3.57.2 mgidl Pe 208 - 428 jrmol/L a 26-60 mgidl eee 155_ 375 moll PEMERIKSAAN BILIRUBUIN TOTAL DAN DIRECT TUJUAN 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan bilirubuin total dan direct pada sampel serum, 2, Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bilirubuin total dan direct pada sampel serum. b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan bilirubuin total dan direct pada sampel serum, METODE. Malloy-Evelyn modified, end point. PENDAHULUAN PRINSIP Prinsip pemeriksaan yaitu asam sulfanilat bereaksi dengan natrium nitrat untuk membentuk asam sulfanilat yang diazotisasi. Di hadapan akselerator (setrimida), bilirubin terkonjugasi dan tak terkonjugasi bereaksi dengan asam sulfanilat diazotisasi untuk membentuk azobilirubin (total Bilirubin 4 +1). Dengan tidak adanya akselerasi, hanya bilirubin terkonjugasi yang bereaksi (Bilirubin Direct 4 +1). Peningkatan absorbansi pada 550mm sebanding dengan konsentrasi bilirubin. Sulfanilic Acid +NaNO:_- ——————Piazotized Sulfanilic Acid Bilirubin+Diazotized Sulfanilic Acid —————+ Acobilirubin ALAT DAN BAHAN Alt: © Mikropipet + tip Spektrofotometer Tabung serologi Rak tabung © Beaker glass © Centrifuge Bahan, Reagen metk Elitech: Bahan: ‘+ Bilirubin total (RI) dengan komposisi: Sulfanilic Acid Hydrochlorie acid Cetrimide © Bilirubin direct! (R1) Sulfanitic Acid Hydrochloric acid 29 mmol/L. 67 mmol/L, 37 mmol/L. 29 mmo 67 mmol/L. © Bilirubin total dan directl (R2) Sodium nitrit ‘Sampel : Serum, plasma CARA KERJA Bilirubin total 5,8 mmoV/L 1. Campur reagen | dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL RI dengan 250 uL, R2) homogenkan -> WR ( working reagen) Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel Blanko Standar Sampel ‘Working Reagen (WR) 500 il 500 jl 500 ul ‘Aquadest 50 ul > > al Standar - 50 pl - - ‘Sampel B - 7 50 pl ‘Campur dan baca optical gelombang 546 nm, density (OD) setelah inkubasi 10 menit dengan panjang Bilirubin direct 1, Campur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 ul. RI dengan 250 ul. R2) homogenkan > WR ( working reagen) 2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel Sampel Working Reagen (WR) 500 wl Sampel 30 pl ‘Campur dan baca optical density (OD) setelah inkubasi 10 menit dengan panjang gelombang 546 nm. Bila menggunakan perhitungan manual maka akan digunakan kalkulasi sebagai berikut: Abs Sampel Abs standar mi x konsentrasi kalibrator (92 Konversi : mg/dl x 17,1 = pmoVL INTERPRETASL * Total bilirubin dalam serum/plasma pada orang dewasa dan anak-anak diatas 10 tahun adalah 0.3 ~ 1,2 mg/dL (5-21 pmol/L), * Bilirubin direct <0,2 mg/dL ( 3,4 wmol/L) PEMERIKSAAN AST/SGOT (Aspartate Aminotransferase) TUJUAN 1. Tyjuan Umum Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan AST/SGOT pada sampel serum. 2. Tyjuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan AST/SGOT pada sampel serum, b, Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan AST/SGOT pada sampel METODE, Enzymati tic PENDAHULUAN SGOT / AST didistribusikan secara luas dengan konsentrasi tinggi di jantung, hati, otot rangka, ginjal, dan ritrosit. Kerusakan atau gangguent pada semua jaringan tersebut seperti infark miokard, hepatitis virus, nekrosis hati, sirosis dan distrofi otot dapat menyebabkan peningkatan kadar SGOT / AST. PRINSIP Rangkaian reaksi yang terlibat dalam sistem pengujian adalah sebagai berikut: SGOT / AST Le Anparieieit2 onoelutarme Oxaloacetate + L-Glutamate MDH Oxaloacetate + NADH ————_+ Malate + NAD* LDH Pirwvat+NADH = > _Laktat + NAD 1. SGOT / AST dalam sampel mengkatalisis transfer kelompok amino dari L-aspartate ke 2- ‘oxoglutarate sehuingga membentuk oxaloacetate dan L-glutamate. 2. Oxaloacetate dengan adanya NADH dan Malate dehydrogenase (MDH) ini direduksi ‘menjadi L-malat. Dalam reaksi ini NADH dioksidasi menjadi NAD. Reaksinya adalah dipantau dengan mengukur Iaju penurunan absorbansi pada 340 nm karena oksidasi NADH menjadi NAD. 3. Penambahan Lactate dehydrogenase (LDH) ke reagen perlu dilakukan untuk ‘mempercepat pengurangan piruvat endogen schingga tidak mengganggu pengujian. ALAT DAN BAHAN Alat: * Mikropipet + tip Spektrofotometer Tabung serologi Rak tabung Beaker glass © Centrifuge Bahan: a. Reagen: RI Tris Buffer (pH 7.8) 110 mmol L-Aspartate 340 mmol/l LDH 24000 UA MDH 2750 UM RZ CAPSO 20 mmol 2-Oxoglutarate 85 mmol/L NADH 1.05 mmot/t b. Sampel : Serum, plasma CARA KERJA ( £RB4 Mannheim) Panjang gelombang 340 nm, Hg 334 nm, Hg 365 nm Suhu 37°C 1, Campur reagen | dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL RI dengan 250 uL R2 ) homogenkan > WR ( working reagen) 2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel Sampel WR = oe _ 5001 . Sampel B0qT Homogenkan, langsung dibaca pada spektrofotometer dengan Panjang gelombang 340 ‘om, Hg 334 nm, Hg 365 nm pada Suhu 37°C (inkubasi dilakukan dalam alat 1 menit dan pengukuran serapan dibaca pada alat 1,2 dan 3 menit ) Kalkulasi ‘AAcom/min AST/GOT (U/)= | ————— x Cui AAcaimin Cea = Konsentrasi kalibrator Using factor: AST/GOT=fxAA/min f= factor Konversi UNIT U/1x 0,017 = pat /1 INTERPRETASI Pria hingga 35 U/1 Wanita hingga 31U/1 Pustaka: Thomas L. Alanine aminotransferase (ALT), Aspartate aminotransferase (AST). In: Thomas L, editor. Clinical Laboratory Diagnostics. Ist ed. Frankfurt: TH-Books Verlagsgesellschaft; 1998. p. 55-65. Moss DW, Henderson AR. Clinical enzymology. In: Burtis CA, Ashwood ER, editors. Tietz Textbook of Clinical Chemistry. 3rd ed. Philadelphia: W.B Saunders Company; 1999, p. 617-721 Schumann G, Bonora R, Ceriotti F, Férard G et al, IECC primary reference procedure for the measurement of catalytic activity concentrations of enzymes at 37 °C. Part 5: Reference procedure for the measurement of catalytic concentration of aspartate aminotransferase. Clin Chem Lab Med 2002:40:725-33. Tietz Textbook of Clinical Chemistry. Burtis CA and Ashwood ER, Fifth Edition, 2012 PEMERIKSAAN SERUM GLUTAMIC PYRUVATE TRANSAMINASE (SGPT) | ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT) TUJUAN 1. Tujuan Umum : Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan ALT/SGPT pada sampel serum. 2. Tujuan Khusus a. Mabasiswa mampu melakukan pemeriksaan ALT/SGPT pada sampel serum. b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan ALT/SGPT pada sampel serum, METODE Enzymatic kinetic PENDAHULUAN Alanin Aminotransferase (ALT) / GPT dalam konsentrasi tinggi ditemukan di hati dan pada tingkat lebih rendah di ginjal, jantung, otot rangka, pankreas, limpa dan paru-paru. Peningkatan level ALT / GPT umumnya akibat penyakit hati yang terkait dengan terjadinya nekrosis hati seperti sirosis, hepatitis virus maupun hepatitis toksik dan penyakit kuning akibat dari obstruktif (obstructive jaundice). Secara khas ALT / GPT umumnya lebih tinggi dari AST / GOT pada virus akut atau hepatitis toksik, sedangkan untuk sebagian besar pasien dengan penyakit hati kronis, ALT / GPT level umumnya lebih rendah dari level AST / GOT. PRINSIP Reagen ALT / GPT ini didasarkan pada rekomendasi IFCC tanpa piridoksal_fosfat Rangkaian reaksi yang terlibat dalam sistem pengujian adalah sebagai berikut: ALTIGPT L-Alanine + 2-oxoglutarate __— Pyruvate + L-Glutamate LDH Pyruvate + NADH —————> __L-Laktat+ NAD" LDH Sample pyruvate + NADH. > _Lilaktat + NAD* 1. Gugus amino ditransfer secara enzimatik oleh SGPT / ALT yang ada dalam sampel serum dari alanin dengan atom Karbon 2-oxoglutarate menghasilkan piruvat dan L~ ‘glutamat. 2. Piruvat direduksi menjadi laktat oleh LDH yang ada dalam reagen dengan oksidasi simultan NADH menjadi NAD *. Reaksi dipantau dengan mengukur tingkat penurunan absorbansi pada 340 nm karena oksidasi NADH. 3. Piruvat sampel endogen dengan cepat dan sepenuhnya dikurangi dengan LDH selama periode inkubasi awal untuk menghindari gangguan selama pengujian. ALAT DAN BAHAN Alat: ‘© Mikropipet + tip * Spektrofotometer * Tabung serologi * Rak tabung * Beaker glass © Centrifuge Bahan dan reagen merk ERBA: Reagen: RI Tris buffer (pH 7.5) 137.5 mmol/l L-Alanine 709 mmoV/ LDH (microbial) 22000 U/l R2 CAPSO 20 mmol/1 2-oxoghutarate 85 mmol/1 NADH 1.05 mmoVIR2 Bahan : Serum, plasma Working Reagen (WR) S00,I CARA KERJA ( ERB4 Mannheim) 1. Campur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL RI dengan 250 uL. R2 ) homogenkan > WR ( working reagen) 2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel Sampel Sampel S0ul Homogenkan, langsung dibaca pada spektrofotometer dengan Panjang gelombang 340 nm, Hg 334 nm, Hg 365 nm pada Suhu 37°C (inkubasi dilakukan dalam alat 1 menit dan pengukuran serapan dibaca pada alat 1.2 dan 3 menit ) Kalkulasi : AAseo/min. ALT/GPT (UA)= = ———————_ x Cai AAca/min Ca = konsentrasi kalibrator 2. Faktor yang digunakan: ALT/GPT = fx AA/mis Faktor pada suhu 37°C f= faktor ‘Sample start (4) Pada 340 nm 1745 Pada 334 nm 1780 Pada 365m 3235 Konversi UNIT U/1x 0,017 = pkat /1 INTERPRETASI Laki-laki <45 U/l Perempuan < 34 U/l Pustal 1, Thomas L. Alanine aminotransferase (ALT), Aspartate aminotransferase (AST). In: Thomas L, editor. Clinical Laboratory Diagnostics. Ist ed. Frankfurt: TH-Books Verlagsgesellschaft; 1998. p. 55-65, Moss DW, Henderson AR. Clinical enzymology. In: Burtis CA, Ashwood ER, editors. Tietz Textbook of Clinical Chemistry. 3rd ed. Philadelphia: W.B Saunders Company; 1999. p. 617-721. 3. Tietz. Textbook of Clinical Chemistry. Burtis CA and Ashwood ER, Fifth Edition, 2012 PEMERIKSAAN GAMMA GLUTAMIL TRANSFERASE (Gamma-GT/GGT) TUJUAN 1, Tujuan Umum : Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Gamma Glutamil Transferase (Gamma-GT/GGT) pada sampel serum, 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Gamma Glutamil Transferase (Gamma- GT/GGT) pada sampel serum. b. Mabasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan Gamma Glutamil Transferase (Gamma-GT/GGT) pada sampel serum. METODE Enzymatic kinetic PENDAHULUAN Gamma-glutamyl transferase (GGT) adalah enzim yang ditemukan di banyak organ di seluruh tubuh, dengan Konsentrasi tertinggi ditemukan di hati, GGT meningkat dalam darah pada sebagian besar penyakit yang menyebabkan kerusakan pada hati atau saluran empedu. Produksi GGT oleh hati bisa meningkat akibat pengaruh obat-obatan yang menginduksi enzim mikrosomal, terutama etanol, zat antikonvulsan, sedatif dan penghambat reseptor histamin, Sama halnya dengan ALP, obstruksi bilier menyebabkan terganggunya ikatan lipid dengan GGT, sehingga mengakibatkan peningkatan aktivitas GGT dalam plasma, Sebaliknya berbeda dengan ALP, tidak ada peningkatan GGT yang terdeteksi pada penyakit tulang. GGT sangat berkorelasi dengan indeks massa tubuh, dan ditemukan sebagai prediktor independen Kerusakan ginjal (mikroalbuminuria) pada individu diabetes dan hipertensi. PRINSIP Metode yang digunakan adalah kolorimetri kinetik menurut Persijn & van der Slik. Metode yang sudah terstandarisasi yang direkomendasikan International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine (IFC). GGT yang ada dalam sampel mengkatalisasi kelompok glutamyl dati substrat y-ghitamyl-3- carboxy-4-nitroanilide dengan glycylglycine yang membentuk glutamyl glycylglycine dan 5- amino-2-nitrobenzoate, L-p-glutamyl-3-carboxy-4-nitroanilide + — glycylglycine GGT L-y-glutamyl glycylglycine + —5-amino-2-nitrobenzoate ALAT DAN BAHAN Alat: © Mikropipet + tip * Spektrofotometer ‘© Tabung serologi © Rak tabung © Beaker glass © Centrifuge Bahan, Reagen merk ERBA: Reagen: Reagen I (RI) Tris buffer, pH 8.25 125 mmol/l Glycylglycine 125 mmol/l Reagen 2 ( R2) L+-glutamyl-3-carboxy-4-nitroanilide 20 mmol/l Serum, plasma (heparin, EDTA) dari pasien puasa 8 jam Stabilitas serum / plasma: 3 hari pada suhu 20-25°C, 7 hari pada suhu 48°C, dan 1 tahun pada suhu -20°C CARA KERJA ( ERBA Mannheim) 1. Campur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL RI dengan 250 ub R2 ) homogenkan > WR ( working reagen) 2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel Sampet Working Reagen (WR) 500 Sampel Sul Homogenkan, langsung dibaca pada spektrofotometer dengan Panjang gelombang 405 (400 - 420) nm pada Suhu 37°C (inkubasi dilakukan dalam dan 3 menit ) alat 1 menit dan pengukuran serapan dibaca pada alat 1 Kalkulasi AAwm/min GGT(U)= = ——— X Ca AAcu/min Coal = konsentrasi kalibrator 2. Faktor yang digunakan : GGT = fx AA/min Substrat start faktor 1606 (IFCC) Sample start faktor 1669 (IFCC) INTERPRETASI Lakilaki = <55U/ Perempuan <38 U/l PEMERIKSAAN ALKALINE PHOSPHATASE (ALP) TUJUAN 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Alkaline phosphatase (ALP) pada sampel serum. 2. Tujuan Khusus a, Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Alkaline phosphatase (ALP) pada sampel serum. b, Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari A/kaline phosphatase (ALP) pada sampel serum. | METODE | Enzymatic kinetic PENDAHULUAN Pengukuran alk fosfatase serum samgat penting dalam diagnosis penyakit hati olestatik. Peningkatan yang tinggi kadar alkali fosfatase terlihat pada pasien dengan kolestasis. Biasanya, empat Kali lipat dari batas atas nilai normal atau lebih besar, hal ini ditemukan pada 75% pasien dengan kolestasis, baik intrahepatik maupun ekstrahepatik. Namun tingkat dari kadar alkali fosfatase serum tidak bisa membantu dalam membedakan kedua jenis kolestasis tersebut. Peningkatan kadar alkali fosfatase serum juga bisa terjadi pada obstruksi bil koledocholithiasis, cedera hati karena obat, penyakit hati infiltratif (sarkoidosis, amiloidosis, Karena kanker (kolangiokarsinoma, adenokarsinoma pankreas,), tuberkulosis, dan metastasis hati), hepatitis alkoholik berat yang menyebabkan steatonekrosis Pasien dengan AIDS juga mungkin memiliki tingkat yang sangat tinggi, bisa karena Kolangiopati dari infeksi oportunistik seperti cytomegalovirus, cryptosporidiosis, atau ‘granulomatosa hati akibat tuberkulosis. Peningkatan sedang (moderate) (hingga empat kali batas atas normal) serum alkaline phosphatase dapat terjadi dalam berbagai kondisi yang memengaruhi hati termasuk sirosis, hepatitis kronis, hepatitis virus, gagal jantung kongestif dan kolangiopati iskemik. Gangguan yang tidak langsung melibatkan hati seperti infeksi intra-abdominal, kolestasis sepsis, limfoma Hodgkin, metaplasia myeloid dan osteomielitis juga dapat menyebabkan peningkatan moderat alkali fosfatase serum. Kadar rendah yang abnormal dapat terjadi pada penyakit Wilson, terutama ketika muncul dalam bentuk fulminan dengan hemolisis. Seng adalah kofaktor dari Alkaline phosphatase, yang digantikan oleh tembaga pada penyakit Wilson, suatu kelainan dari kelebihan tembaga, dengan demikian mengarah ke tingkat yang rendah. Penyebab lain dari kadar alkali fosfatase yang rendah adalah defisiensi seng, anemia pernisiosa, hipotiroidisme, dan hipofosfatasia bawaan, PRINSIP Metode ini sesuai dengan rekomendasi dari International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine (JFCC), menggunakan 4-nitrofenil fosfat sebagai substrat. Dalam Kondisi yang optimal, ALP yang ada dalam sampel mengkatalisis reaksi berikut: ALP AMP + 4-NPP-+H20 ———_____5 4 nitrophenol + phosphate Mg2v+ / pH alkali Pada pH reaksi, 4-nitrophenol memiliki wamna kuning yang pekat. Pereaksi juga mengandung sistem buffer ion logam untuk menjaga konsentrasi Zine dan Magnesium yang optimal. Buffer ion logam juga dapat mengikat ion lainnya yang mungkin berpotensi menghambat reaksi. Reaksi dipantau dengan mengukur laju peningkatan absorbansi pada 405 atau 415 nm yang sebanding dengan aktivitas ALP dalam serum. ALAT DAN BAHAN Alat: ‘© Mikropipet + tip * Spektroforometer ‘© Tabung serologi © Rak tabung * Beaker glass = Centrifuge Bahan dan reagen merk ERBA: Reagen: Reagen | (RI) AMP buffer, pH 10.4 434 mmol/l Magnesium acetate 2.48 mmol Zine sulfate 1.24 mmol/I HEDTA 2.48 mmol/l Reagen 2 ( R2) p-nitrophenyl phosphate 19.5 mmol. Serum, plasma (heparin, EDTA) Stabilitas serum / plasma: 4 jam pada suhu 20-25°C, 3 hari pada suhu 48°C, dan 2 bulan pada subu -20°C CARA KERJA ( ERBA Mannheim) Panjang gelombang. Suhu 37°C 1, Campur reagen | dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 ul. RI dengan 250 ul. R2) homogenkan > WR ( working reagen) Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel Sampel Working Reagen (WR) 500u1 Sampel Toul pengukuran serapan dibaca pada alat Homogenkan, langsung dibaca pada spekirofoiometer dengan panjang gelombang 420 (405 — 430) nm pada Suhu 37°C (inkubasi dilakukan dalam alat 1 menit dan dan 3 menit ) Kalkulasi AAson/min ALP (UM) = = ————— X Cu AAcu/min Coa = Konsentrasi kalibrator 2. Faktor yang digunakan: ALP=fx AA/min f= faktor f= 2764 (pada 405 nm) INTERPRETASI Perempuan Kadar ALP Laki-Laki Kadar ALP | 4=15 tahun 34-369 UT 1-12 tahun 54-369 Ui 2050 tahun 42-98 UA 20-50 tahun 33-128UT © 60 tahun 33-141 UT = 60 tahun 36-119 Ul PEMERIKSAAN ALBUMIN TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan Umum, ‘Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan albumin pada sampel serum, 2. Tujuan Khusus Mahasiswa memahami prinsip pemeriksaan albumin a b, Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan albumin pada sampel serum. bMahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan albumin pada sampel serum METODE Colorimetric- Bromocresol green (BCG) PENDAHULUAN Albumin, pertama kali disintesa dalam hati, banyaknya hampir 50% dari plasma protein. Karena ukurannya yang kecil dan konsentrasinya yang tinggi dalam plasma, albumin merupakan Komponen protein yang besar dari cairan ekstra vaskuler termasuk cairan serebrospinal, cairan interstitial, urin dan cairan amnion. Fungsi utama albumin adalah menjaga tekanan osmotik Koloid antara cairan vaskuler dan ekstravaskuler dengan cara menjaga keseimbangan keduanya. Albumin juga berikatan dan mengedarkan sebagian besar Komponen seperti ion-ion, asam lemak bebas, bilirubin, obat. Albumin merupakan cadangan seluler asam amino. Meningkatnya kadar albumin ditemukan pada keadaan dehidrasi akut atau hemodilusi, Hipoalbuminemia ditemukan dalam berbagai penyakit terkait dengan beberapa patologi seperti keradangan akut dan kronik, penurunan sintesis albumin, gangguan hepatica, malnutrisi berat, analbuminemia, kebilangan albumin yang berlebihan, sindrom_ neffotik, Kehilangan lewat gastrointestinal, luka bakar yang berat, peningkatan katabolisme seperti demam, hiprtiroidisme. PRINSIP Penentuan kolorimetri albumin menggunakan bromocresol green pada pH 4.20 pH 420 Albumin +BCG ——+ — Albumin-BCG kompleks ALAT DAN BAHAN Alat: © Mikropipet + tip © Spektrofotometer © Tabung serologi © Rak tabung © Beaker glass © Centrifuge Reagen Merk ELITech : R © Siccinate buffer, ph 4.20 87 mmol/L. ‘© Bromocresol green 0,2 mmoVL. © Brj35 7,35 mmolL, Standar: std ‘* Bovine albumin 5 gidl (50g/L) © Sodium acide <1% CARA KERJA Blanko Standar | Control Sampel Reagen 500 pL 500 pl 1500 ul 500 pL Distilled water Sal Standar SL | Control Sul Sampel Sal Homogenkan, inkubasi selama 5 menit kemadian baca pada alat dengan panjang gelombang 546 nm (520-570) ( wama bertahan paling lama dalam waktu 30 menit) Kalkulasi; OD sampel x _konsentrasi standar OD Standar INTERPRETASI Pasien istirahat © Dewasa —: 3,5-5,2 g/dL © 60-90th —: 3,2-4,6 g/dL = 90th + 2,9-45 gid Pasien Rawat Jalan © Dewasa 138-55 gdb * 60-90 th 3.5-4,9 gidL. © 90th 31-48 gid PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN (Elitech) TUJUAN 1. Tujuan Umum : Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Total protein pada sampel serum. 2. Tujuan Khusus : a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Total protein pada sampel serum, b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan Total protein pada sampel serum. METODE, Biuret end point PENDAHULUAN Dalam plasma, terdapat 50 - 60 % dari total protein, Sebagian besar protein plasma disintesa di hat immunoglobulin, Insufisiensi protein berat ditemukan pada malabsorpsi, maldigestion dietary Total protein abnormal terjadi arena gangguan konsentrasi albumin atau insufisiensi. renal dan penyakit hati disertai dengan hipoproteinemia. Jika konsentrasi protein total lebih rendah dari 4 g/dl, dapat terjadi oedem. Hiperproteinemia dapat terlihat pada kasus hiperimunoglobulinemia (multiple myeloma, dehidrasi penyakit hati kronis). Kadar protein serum menurun pada keadaan penyakit ginal dan kegagalan fungsi hati terminal. PRINSIP Serum protein dilihat melalui kompleks warna yang terbentuk antara garam tembaga dalam Jarutan alkali Alkalin Ra Protein+Cu?* ____, colored complex ALAT DAN BAHAN Alat: © Mikropipet + tip * Spektrofotometer © Tabung serologi © Rak tabung © Beaker glass © Centrifuge Bahan, Reagen (Etitech) Potassium iodide 6 mmol/L Potassium sodium tartrate 21 mmol/L Copper sulfate 6 mmol/L ‘Sodium hydroxide 490 mmol/L Standar Albumin 6 g/dL (tertera dalam botol) Sodium azide <0.01 % Sampel: Scrum ( plasma lithium heparin) CARA KERJA Blanko Standar Sampel ‘Reagen 00uT 300u 3001 Distilled water Spl Standar Sa fetciareie ‘Sampel Spl Homogenkan, inkubasi selama 11 menit kemudian baca pada alat ( warna bertahan paling | lama dalam waktu 30 menit) INTERPRETASL Serum 6.0-7.8 g/dL Plasma lebih tinggi 0.2 — 0.4 g/dL dari kadarnya dalam serum

You might also like