You are on page 1of 18

Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimendan

Jurnal Pendidikan Riil Kebudayaan,


Dan Laboratorium Virtual
Vol. 21, terhadap
Nomor Hasil Belajar
3, Desember 2015
Fisika Siswa

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS


EKSPERIMEN RIIL DAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP HASIL
BELAJAR FISIKA SISWA

EFFECTS OF GUIDED INQUIRY LEARNING MODEL BASED REAL


EXPERIMENTS AND VIRTUAL LABORATORY TOWARDS THE RESULTS OF
STUDENTS’ PHYSICS LEARNING

Dedi Holden Simbolon


Universitas Sutomo
Jl. Sutomo Ujung No.28D, Medan Tim., Kota Medan
e-mail: dediholdensimbolon@gmail.com

Sahyar
Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED)
Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan, Sumatera Utara

Naskah diterima tanggal: 08/05/2015, Direvisi akhir tanggal: 30/10/2015, disetujui tanggal: 10/12/2015

Abstract: This study aims to analyze the difference of learning outcomes between students
who were taught physics using guided inquiry-based learning model experiments with real
and virtual laboratory learning model compare to Instruction Direct Instruction (DI).This
study was a quasi-experimental. The study population was students of class XI-IPA Methodist
1 High School Medan of the school year 2012/2013. Sampling technique using a cluster
random sampling consisting of two classes with a total sample of 76 students. The data
analysis performed by Two Way Anova. The results obtained that there are significant
difference between the results of studying physics students taught using guided inquiry
learning model based on real and virtual laboratory experimentation and students taught
using direct learning model. It can be concluded that the Guided Inquiry learning model
based on real and virtual laboratory experiments is better than direct instructional model in
improving student learning outcomes physics. There is a significant interaction between
guided inquiry learning model based on real and virtual laboratory experiments and direct
instructional model regarding the level of activity of the physics students’ learning outcomes.

Keywords: Guided Inquiry, Direct Instruction, Virtual Laboratory, Real Experiment

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan antara hasil belajar fisika
siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
eksperimen riil dan laboratorium virtual dibandingkan dengan model pembelajaran Direct
Instrusction (DI). Penelitian ini bersifat eksperimen semu (quasi experiment). Populasi
penelitian adalah siswa kelas XI-IPA SMA Methodist 1 Medan tahun pelajaran 2012/
2013.Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random sampling yang
terdiri atas dua kelas dengan jumlah sampel seluruhnya 76 orang siswa. Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis variansi dua arah. Hasil penelitian yang diperoleh
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan
laboratorium virtual dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran langsung (Direct Instruction). Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual lebih
baik dari pada model pembelajaran langsung (Direct Instruction) dalam meningkatkan hasil

299
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015

belajar fisika siswa. Ada interaksi yang signifikan antara model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan model pembelajaran
langsung (Direct Instruction) dengan tingkat aktivitas terhadap hasil belajar fisika siswa.

Kata kunci: Inkuiri Terbimbing, pembelajaran langsung, Laboratorium Virtual, Eksperimen


Riil

PENDAHULUAN keterampilan memecahkan permasalahan yang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dihadapi. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah
(IPTEK) memengaruhi hampir seluruh kehidupan Nomor 19 tahun 2005 Pasal 25 (4) tentang
manusia di berbagai bidang. Untuk dapat Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, kompetensi lulusan mencakup sikap, penge-
maka kualitas sumber daya manusia harus tahuan, dan keterampilan (Kemdiknas, 2007).
ditingkatkan melalui peningkatan mutu pelajaran Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian
di sekolah. Pendidikan tidak hanya bertujuan harus mengembangkan kompetensi siswa yang
memberikan materi pelajaran saja, tetapi berhubungan dengan ranah afektif (sikap),
menekankan bagaimana mengajak siswa untuk kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (kete-
menemukan dan membangun pengetahuannya rampilan) ( Prihatiningtyas, Prastowo, dan
sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan Jatmiko, 2013).
kecakapan hidup (life skill) dan siap untuk Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kelas masih menitikberatkan peran guru sebagai
kehidupan. pemeran utama dalam proses pembelajaran.
Pendidikan bukanlah sesuatu yang statis Guru juga masih mengutamakan ketuntasan
melainkan sesuatu yang dinamis sehingga materi dan kurang mengoptimalkan aktivitas
menuntut adanya suatu perbaikan yang terus belajar siswa. Siswa hanya menerima informasi
menerus. Dunia pendidikan memiliki tujuan yang yang diberikan oleh guru, sehingga partisipasi
harus dicapai dalam proses pembelajarannya. aktif dalam pembelajaran kurang terlihat. Hal
Pendidikan tidak hanya ditekankan pada tersebutlah yang mengakibatkan pembelajaran
penguasaan materi, tetapi juga ditekankan pada hanya terfokus pada kegiatan menghafal
penguasaan keterampilan. Siswa juga harus konsep, sehingga penguasaan konsep siswa
memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu rendah khususnya kemampuan dalam menye-
dengan menggunakan proses dan prinsip lesaikan suatu permasalahan. Kurang terlatihnya
keilmuan yang telah dikuasai, dan learning to kemampuan pemecahan masalah akan membuat
know (pembelajaran untuk tahu) dan learning siswa merasa kesulitan untuk memahami konsep
to do (pembelajaran untuk berbuat) harus fisika. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar hasil belajar siswa.
(Ambarsari, Santosa, dan Mariadi, 2013). Guru dengan kompetensi yang dimilikinya
Dalam KTSP untuk pendidikan dasar dan diharapkan mampu memilih model pembelajaran
menengah disebutkan bahwa sains berfungsi yang tepat agar dapat mencapai tujuan pem-
untuk mengembangkan keterampilan wawasan belajaran yang telah ditentukan serta mencapai
dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan hasil belajar yang lebih optimal. Semua itu
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. menuntut lingkungan belajar yang kaya dan
Melalui pembelajaran sains di sekolah, nyata (rich and natural environment) agar
semestinya dapat digunakan untuk membentuk dapat memberikan pengalaman belajar yang
kemampuan manusia yang utuh, dalam arti bermakna dan akhirnya dapat meningkatkan
mempunyai sikap, kemampuan kognitif, dan aktivitas dan hasil belajar siswa. Mengajar bukan

300
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa

sekedar usaha untuk menyampaikan ilmu lagi berperan sebagai aktor tetapi lebih sebagai
pengetahuan, melainkan juga usaha untuk fasilitator. Kegiatan belajar lebih menekankan
menciptakan sistem lingkungan yang mem- siswa yang aktif sehingga proses pembelajaran
belajarkan siswa agar tujuan pengajaran dapat berlangsung efektif. Seorang guru fisika
tercapai secara optimal (Gulo dalam Kristianti mempunyai tugas untuk membuat kondisi
2012). pembelajaran yang menarik, menyenangkan
Mengajar dalam pemahaman seperti ini yaitu kondisi pembelajaran yang demokratis,
memerlukan suatu model yang tepat bagi tujuan dapat membangkitkan siswa berani menyam-
yang ingin dicapai, terutama dalam upaya paikan pendapat dan mampu menghubungkan
mengembangkan aktivitas dan hasil belajar materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
siswa. Untuk itu perlu dibina dan dikembangkan Dengan kondisi pembelajaran yang seperti itu,
kemampuan professional guru untuk mengelola diharapkan siswa senang terhadap pelajaran
program pengajaran dengan strategi belajar fisika, sehingga tidak lagi menganggap fisika itu
yang kaya dengan variatif. Sesuai dengan yang sulit dan musuh bagi kalangan siswa pada saat
tertera dalam Standar Kompetensi dan mendapat pelajaran fisika, dengan demikian
Kompetensi Dasar SMA, pembelajaran fisika di prestasi belajar atau hasil belajar juga akan
sekolah memiliki tujuan yaitu siswa dapat semakin meningkat. Hasil belajar bukan hanya
mengembangkan kemampuan penalaran induktif berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga
dan deduktif, menguasai konsep dan prinsip kecakapan dan keterampilan dalam melihat,
untuk mendeskripsikan berbagai peristiwa alam menganalisis, dan memecahkan masalah, mem-
dan menyelesaikan masalah baik secara buat rencana dan mengadakan pembagian kerja.
kualitatif maupun kuantitatif. Dengan demikian, aktivitas dan produk yang
Dalam proses pembelajaran banyak kom- dihasilkan dari ativitas belajar ini mendapatkan
ponen yang mempengaruhi hasil belajar, antara penilaian (Ambarsari, dkk, 2013). Salah satu
lain: tujuan, bahan atau materi yang dipelajari, metode pembelajaran yang mampu memfasilitasi
strategi pembelajaran, siswa dan guru sebagai tercapainya penguasaan konsep dan aktivitas
subjek belajar, media pembelajaran dan siswa serta kemampuan pemecahan masalah
penunjang proses pembelajaran (Praptiwi, Sarwi, siswa adalah metode eksperimen. Metode
dan Handayani, 2012). Komponen-komponen eksperimen merupakan metode pembelajaran
tersebut saling terkait satu sama lain sehingga yang dapat memberikan pengalaman langsung
melemahnya satu komponen akan menghambat kepada siswa untuk memperkenalkan, mem-
pencapaian tujuan pembelajaran secara biasakan, dan melatihkan siswa untuk me-
maksimal. Pandangan lain tentang pembelajaran laksanakan langkah-langkah ilmiah dan
dengan pendekatan inkuiri yaitu dapat pengetahuan prosedural. Selain untuk
melibatkan siswa secara aktif menggunakan menguasai konsep, praktikum juga berdampak
proses sains dan kemampuan kecakapan ilmiah positif terhadap peningkatan motivasi dan minat
dan kreatif seperti mereka menemukan jawaban siswa (Rustaman, 2005). Penggunaan metode
atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan eksperimen dalam penelitian ini diterapkan dalam
(Kristianti, 2012). model pembelajaran inkuiri terbimbing. Metode
Keberhasilan siswa menyerap informasi dan eksperimen paling tepat untuk merealisasikan
pengetahuan dapat ditentukan oleh keaktifan model pembelajaran inkuiri atau model
siswa selama proses belajar mengajar dan pembelajaran berdasarkan penemuan. Ber-
transfer pengetahuan tidak lagi berorientasi dasarkan penjelasan di atas, dapat diprediksi
pada guru tetapi pada keterlibatan aktif siswa bahwa model pembelajaran inkuiri dengan
pada saat proses belajar mengajar. Guru tidak menggunakan metode eksperimen mampu

301
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015

memfasilitasi penguasaan konsep dan aktivitas laboratorium virtual dalam pembelajaran


siswa yang berdampak pada prestasi belajar berdampak positif terhadap peningkatan
siswa. penguasaan konsep, kemampuan pemecahan
Seiring berjalannya waktu, teknologi masalah, kemampuan berfikir kritis, dan aktivitas
informasi yang mengalami perkembangan cukup siswa. Laboratorium sekolah sejatinya adalah
pesat, yang menawarkan beberapa alternatif unit penunjang akademik yang digunakan
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, sebagai tempat pengujian, kalibrasi, dan
seperti pembelajaran berbasis web, animasi, produksi berdasarkan metode keilmuan tertentu
powerpoint, multimedia interaktif online dan dalam rangka melaksanakan pendidikan (Putri,
offline dan masih banyak cara lain yang dapat Syakbaniah, dan Yulkifli , 2013). Pemanfaatan
mendukung dan memudahkan proses belajar laboratorium virtual dalam proses pembelajaran
mengajar di kelas. Pemanfaatan komputer menjadikan proses pembelajaran tersebut lebih
sebagai salah satu media pembelajaran di- efektif dari segi waktu dan meningkatkan
hapakan dapat mengatasi keterbatasan ruang prestasi belajar siswa (Tatli dan Ayas, 2013).
dan waktu, sehingga proses belajar mengajar Dalam penelitian Prasetyo (2011) menya-
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Di takan bahwa adanya metode demonstrasi vir-
samping itu, penggunaan komputer dapat dapat tual dapat meningkatkan hasil belajar, tetapi
menjadi alternatif, ketika peralatan laboratorium tidak ada pengaruh antara tinggi rendahnya
kurang memadai. Dalam pelaksanaan pem- kemampuan awal dengan hasil belajar siswa.
belajaran, dengan bantuan komputer, siswa Penelitian yang dilakukan Sudarmi (2009)
secara langsung berinteraksi dengan komputer menghasilkan kesimpulan prestasi belajar siswa
yang telah dilengkapi dengan beberapa software dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
pembelajaran yang berisi simulasi virtual. Melalui media laboratorium riil lebih tinggi dengan
simulasi tersebut siswa dibimbing untuk menggunakan laboratorium virtual tetapi
menemukan kesimpulan akan materi yang prestasi belajar antara siswa yang memiliki gaya
sedang dipelajari. belajar kinestetik tidak berbeda dengan siswa
Dalam penelitian ini, laboratorium virtual yang memiliki gaya belajar visual. Penelitian
menggunakan konsep yang kedua, yaitu eks- Iswari (2009) menghasilkan kesimpulan prestasi
perimen yang dilakukan dengan menggunakan belajar menggunakan media laboratorium riil lebih
simulasi komputer, karena eksperimen tidak tinggi dibandingkan dengan laboratorium virtual
dikontrol langsung oleh peralatan laboratorium. dan siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi
Laboratorium virtual dapat diakses dengan prestasi belajarnya juga lebih tinggi dari pada
mudah melalui internet dan dapat dipergunakan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.
untuk mengantisipasi laboratorium riil yang Penelitian yang sudah dilakukan oleh Tarno
belum memadai dan efisien untuk mencapai (2010) menyimpulkan bahwa prestasi belajar
tujuan pembelajaran selama waktu yang singkat yang menggunkan media laboratorium riil lebih
dengan biaya yang lebih murah. Selain itu tinggi daripada menggunakan laboratorium vir-
laboratorium virtual juga menggabungkan tual. Penelitian Tarno ini menggunakan variabel
sumber daya teknologi dengan software yang moderator kemampuan berpikir dan kreativitas.
dapat digunakan kembali dan bersifat otomatis Kedua variabel ternyata tidak memengaruhi
sesuai dengan konsep pelatihan yang benar prestasi belajar. Penelitian yang dilakukan
serta dapat dikirim ke siapa saja, di mana saja Demirdag (2008) menyatakan bahwa metode
dan kapan saja. Secara umum penggunaan Computer Aaided Education (CAE) memberikan
laboratorium virtual dalam pembelajaran terus efek yang lebih pada keberhasilan belajar kimia
berkembang terutama dalam kajian penelitian. siswa, sikap terhadap kimia dan komputer
Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan dibandingkan dengan cara tradisional. Penelitian

302
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa

oleh Gerald, Harol, dan Mike (2008) menyim- melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-
pulkan siswa yang belajar dengan menggunakan simbol dan ingin mencari jawaban atas
laboratorium virtual lebih interaktif dibandingkan pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan
dengan kelas tradisional dan prestasi belajar yang satu dengan yang lain, membandingkan
Fisika di kelas tradisional lebih tinggi sedikit apa yang ditemukan sendiri dengan apa yang
dibandingkan dengan kelas laboratorium virtual. di temukan yang lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut digunakan Penerapan model pembelajaran inkuiri
model pembelajaran Inkuiri Terbimbing, karena sangat berkaitan dengan teori belajar
selain model ini cocok dipadukan dengan media konstruktivisme yang berkembang atas dasar
praktikum atau eksperimen, model ini juga cocok psikologi perkembangan kognitif dari Jean Piaget
bagi siswa, sehingga dapat meningkatakan hasil dan teori scaffolding (penyediaan dukungan
belajar fisikanya. untuk belajar dan memecahkan masalah) dari
Lev Vygotsky (Dahar, 2011). Kedua ahli tersebut
KAJIAN LITERATUR menyatakan perubahan kognitif seseorang
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing hanya akan terjadi jika konsep awalnya
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai mengalami proses ketidakseimbangan dengan
suatu pola mengajar yang menerangkan proses adanya informasi baru. Titik berat teori
menyebutkan dan menghasilkan situasi konstruktivisme adalah gagasan bahwa siswa
lingkungan tertentu yang menyebabkan para harus membangun pengetahuannya sendiri.
siswa berinteraksi dengan cara terjadinya Dengan belajar melalui inkuiri siswa akan terlibat
perubahan khusus pada tingkah laku, dengan dalam proses mereorganisasi struktur
kata lain penciptaan suatu situasi lingkungan pengetahuannya melalui penggabungan konsep-
yang memungkinkan terjadinya proses belajar konsep yang sudah dimiliki sebelumnya dengan
mengajar. Inkuiri berdasarkan uraian sebelumnya ide-ide yang baru didapatkan. Dalam inkuiri,
adalah suatu proses bertanya dan mencari tahu siswa dimotivasi untuk terlibat langsung atau
jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang berperan aktif secara fisik dan mental dalam
diajukannya untuk memperoleh dan menda- kegiatan pembelajaran. Lingkungan kelas di
patkan informasi dengan menggunakan mana siswa aktif terlibat dan guru berperan
kemampuan berpikir kritis dan logis melalui sebagai fasilitator pembelajaran sangat
kegiatan ilmiah. membantu dalam mencapai tujuan belajar.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Dampak pembelajaran dan dampak pengiring
model pembelajaran inkuiri merupakan model dari model pembelajaran inkuiri adalah: (1) Dapat
pembelajaran yang berpusat pada siswa mengembangkan keterampilan proses sains, (2)
(student centered) guru memberikan kesem- Model penyelidikan dapat dikembangkan secara
patan seluas-luasnya kepada siswa untuk kreatif, (3) Menimbulkan semangat kreatif dan
menemukan dan menyelidiki konsep yang semangat belajar pada siswa, (4) Memberikan
dipelajarinya melalui kegiatan eksperimen guna kebebasan atau belajar secara otonomi pada
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul siswa, (5) Memungkinkan kerjasama dua arah
dari dalam diri siswa mengenai masalah yang (guru-siswa dan siswa-siswa), (6) Menekankan
diberikan, penyelesaian dari masalah tersebut hakekat kesementaraan dari pengetahuan.
diselidiki dan ditemukan sendiri sesuai dengan Joyce dan Weil (2000) mengemukakan
kemampuannya. Sejalan dengan Piaget, yang bahwa model pembelajaran berbasis inkuiri
mendefinisikan model pembelajaran inkuiri suatu proses melatih siswa untuk meng-
merupakan pembelajaran yang mempersiapkan investigasi dan menjelaskan fenomena yang
situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen, tidak biasa. Pembelajaran inkuiri didesain
dalam artian ingin melihat apa yang terjadi, ingin sedemikian rupa agar siswa secara langsung

303
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015

yang melakukan proses ilmiah melalui latihan kesimpulan akanlebih cepat dan mudah diambil.
dalam waktu singkat. Sclenker (dalam Dahar, Guru bertindak sebagai penunjuk jalan,
2011) melaporkan bahwa pembelajaran inkuiri membantusiswa agar menggunakan ide, konsep,
dapat menghasilkan peningkatan pemahaman dan keterampilan yang sudah mereka pelajari
sains, produktivitas, berfikir kreatif, serta siswa sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan
menjadi terampil dalam memperoleh dan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat
menganalisis informasi. oleh guru akan merangsang kreativitas siswa
Kelebihan model pembelajaran inkuiri yaitu dan membantu mereka dalam ‘menemukan’
(1) Model pengajaran menjadi berubah dari yang pengetahuan baru tersebut. Model pembelajaran
bersifat penyajian informasi menjadi pengolahan inkuiri terbimbing memang memerlukan waktu
informasi, (2) Pengajaran berubah dari teacher yang relatif banyak dalam pelaksanaanya, akan
centered menjadi student centered. Guru lebih tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya
banyak bersifat membimbing, (3) Dapat tentunya sebanding dengan waktu yang
membentuk dan mengembangkan self-concept digunakan. Pengetahuan baru akan melekat lebih
pada diri siswa, (4) Dapat memperkaya dan lama apabila siswa dilibatkan secara langsung
memperdalam materi yang dipelajari sehingga dalam proses (Ristanto, 2010)
tahan lama dalam ingatan, (5) Memungkinkan Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat
siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai lebih membiasakan siswa untuk membuktikan
jenis sumber belajar yang tidak hanya menja- suatu materi pelajaran, membuktikan dengan
dikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, melakukan penyelidikan sendiri oleh siswa yang
(6) Menghindarkan cara belajar tradisional dibimbing oleh guru. Penyelidikan dapat di-
(menghafal). lakukan oleh siswa baik di dalam ruangan seperti
Kekurangan model pembelajaran inkuiri yaitu di laboratorium maupun di lapangan terbuka
(1) Memerlukan perubahan kebiasaan cara kemudian hasil penyelidikan dianalisis oleh para
belajar siswa yang menerima informasi dari guru siswa menggunakan buku-buku referensi yang
apa danya menjadi belajar mandiri dan kelompok mendukung tentang materi yang diselidiki.
dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri
Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang terbimbing ini pengembangan ranah kognitif
mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun- siswa lebih terarah dan dalam kehidupan sehari-
tahun; (2) Guru dituntut mengubah kemasan hari dapat diaplikasikan secara motorik.
mengajar yang umumnya sebagai penyaji Beberapa keunggulan dalam mengajar
informasi menjadi fasilitator dan motivator. Hal dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing
ini merupakan pekerjaan yang tidak gampang, yang dikemukakan oleh Bruner (dapat dijelaskan
karena umumnya guru merasa belum mengajar antara lain (1) Siswa mengetahui konsep-konsep
dan belum puas apabila tidak menyampaikan dasar dan ide-ide yang ebih baik, (2) Membantu
informasi (ceramah); (3) Metode ini dalam dalam mengingat pada proses belajar yang baru,
pelaksanaannya memerlukan penyediaan sumber (3) Memotivasi siswa untuk berpikir dan bekerja
belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak atas inisiatif sendiri, (4) Mendorong siswa untuk
selalu tersedia, (4) Metode ini tidak efisien berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya
khususnya untuk mengajar siswa dalam jumlah sendiri, (4) Memberikan kepusan bersifat
besar, sedangkan jumlah guru terbatas. instrinsik, (5) Proses pembelajaran yang lebih
Peran guru dalam inkuiri terbimbing dalam menarik.
memecahkan masalah yang diberikan kepada Di samping itu metode inkuiri terbimbing juga
siswa adalah dengan memberikan pertanyaan- mempunyai kelemahan yaitu (1) Kesulitan untuk
pertanyaan dalam proses penemuan sehingga mengerti tanpa suatu dasar pengetahuan
siswa tidak akan kebingungan. Sehingga faktual, pengetahuan itu secara efisien diperoleh

304
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa

dengan pengajaran deduktif, (2) Ada kemung- menanggapi keadaan tersebut. Program simulasi
kinan hanya siswa yang pandai yang terlibat memuat teks, grafik, animasi, bunyi dan
secara aktif dalam pengembangan prinsip umum permasalahan yang sesuai serta bermakna bagi
dan siswa yang pasif hanya diam menunggu, siswa. Program jenis simulasi berguna untuk
(3) Memerlukan waktu yang banyak dan sering, mengganti situasi yang sebenarnya yang tidak
(4) Senada dengan uraian di atas dapat mungkin dihadirkan dalam kelas. Simulasi dalam
disimpulkan bahwa inkuiri terbimbing merupakan komputer yang digunakan di dalam pembelajaran
pembelajaran dimana siswa memperoleh konsep- merupakan media yang sangat baik untuk
konsep dengan cara menemukan sendiri. Tujuan meningkatkan proses belajar dengan memberikan
utama inkuiri terbimbing adalah mengembangkan kesempatan bagi para siswa untuk mengem-
keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan bangkan keterampilan di dalam mengidentifikasi
mampu memecahkan masalah secara ilmiah. masalah, mengorganisasi, menganalisis,
Langkah-langkah metode inkuiri terbimbing agar mengevaluasi, dan mengkomunikasikan
menjadi jelas dan mudah dilakukan adalah informasi. Simulasi virtual pada penelitian ini
identifikasi dan klarifikasi persoalan, membuat merupakan program yang membantu menye-
hipotesa, mengumpulkan data, menganalisa diakan suasana pembelajaran yang menyerupai
data dan mengambil kesimpulan. keadaan atau fenomena yang sebenarnya,
sehingga dapat memberikan satu visual atau
Laboratorium Virtual penjelasan tentang suatu situasi dan siswa
UNESCO memberikan definisi “Virtual laboratory berinteraksi untuk menanggapi keadaan
is an electronic workspace for distance tersebut. Dalam menggunakan media komputer
collaboration and experimentation in research sebagai media pembelajaran perlu direncanakan
or other creative activity, to generate and secara sistematik, agar pembelajaran berjalan
deliver results using distributet information and efektif. Pembelajaran menggunakan komputer
comunikation technologies”. Artinya labora- perlu direncanakan dengan baik karena dapat
torium virtual adalah ruang kerja elektronik untuk menumbuhkan minat peserta didik, menyam-
berkolaborasi dan eksperimentasi dalam paikan materi baru, melibatkan peserta didik
penelitian dan kegiatan kreatif lainnya, untuk secara aktif, mengevaluasi tingkat pemahaman
memberikan hasil melalui dan menggunakan siswa, dan menetapkan tindak lanjut.
teknologi informasi dan komunikasi. Laboratorium Laboratorium virtual merupakan sebuah
virtual atau sering disebut simulasi komputer simulasi komputer yang memungkinkan fungsi-
adalah alat-alat laboratorium yang dipersiapkan fungsi penting dari laboratorium riil untuk
dalam program (software) komputer. Jadi, dilaksanakan pada komputer (Nugroho, 2012).
peralatan yang tersedia dalam kegiatan Ada dua konsep utama laboratorium virtual,
praktikum menggunakan laboratorium virtual yaitu eksperimen riil digantikan oleh komputer
bukan seperangkat peralatan nyata, karena sehingga eksperimen dilaksanakan dalam bentuk
peralatan yang disediakan sudah terdapat dalam simulasi (eksperimen virtual) dan eksperimen
software atau program tersebut, sehingga laboratorium dapat digambarkan sebagai virtual
proses pembelajaran menggunakan laboratorium ketika eksperimen tidak dikontrol oleh manipulasi
virtual hanya berupa simulasi. langsung peralatan laboratorium, tetapi dengan
Simulasi virtual merupakan program yang alat komputer. Dalam penelitian ini, laboratorium
menyediakan suasana pembelajaran yang virtual menggunakan konsep yang kedua, yaitu
menyerupai keadaan atau fenomena yang eksperimen yang dilakukan dengan menggu-
sebenarnya. Komputer akan memberikan satu nakan simulasi komputer, karena eksperimen
visual atau penjelasan tentang suatu situasi tidak dikontrol langsung oleh peralatan
dan siswa berpeluang berinteraksi untuk laboratorium. Laboratorium virtual juga memuat

305
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015

lembar kerja siswa (LKS) yang disusun dan intended to transfer conceptual and procedural
disajikan sedemikian rupa sesuai dengan model knowledge. Since this knowledge refers to the
pembelajaran inkuiri terbimbing dan indikator preparation, the performance and the
yang akan diukur. Hal ini dapat membantu siswa evaluation of laboratory experiments, itis
dalam mempermudah menguasai dan memahami necessary to impart both background
konsep dari materi yang diajarkan. knowledge and also knowledge referring to
Virtual Laboratory merupakan situasi actually carrying out the experiment”. Bajpai
interaktif dan kompleks untuk memecahkan dan Kumar, (2015) dalam penelitiannya juga
persoalan dalam bentuk simulasi secara menemukan bahwa virtual lab through
berkelompok oleh para peneliti (Sutrisno, 2012). computer simulation based method of teaching
Laboratorium virtual yang dimanfatkan salah physics is emerging as one of the most powerful
satunya adalah simulasi interakif PhET Colorado. method of experimentation in lab.
PhET (Physics Education Technology) meru-
pakan sebuah situs yang menyediakan simulasi Eksperimen Riil
pembelajaran fisika yang dapat di download Eksperimen riil adalah suatu cara di mana murid
secara gratis untuk kepentingan pengajaran di bersama-sama mengerjakan sesuatu latihan
kelas atau dapat digunakan untuk kepentingan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh
belajar individu. Simulasi interaktif PhET Colorado atau akibat dari sesuatu aksi. Melalui eksperimen
merupakan media simulasi interaktif yang riil siswa mempelajari fakta, gejala, konsep,
menyenangkan dan berbasis penemuan prinsip, hukum dan lain sebagainya. Sehingga
(research based) yang berupa software dan selain memperoleh pengetahuan kognitif juga
dapat digunakan untuk memperjelas konsep- dapat keterampilan/kinerja dan dapat mene-
konsep fisis atau fenomena yang akan rapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut
diterangkan yang merupakan ciptaan dari pada situasi yang baru serta memperoleh sikap
komunitas sains melalui PhET Project di ilmiah (Susiandari, 2012). Dalam eksperimen riil
University of Colorado, USA (Sari, Lutfi, dan siswa dituntut untuk melakukan eksperimen
Qosyim, 2013). langsung dilaboratorium sesuai dengan penuntun
Kelebihan dari simulasi PhET yakni dapat praktikum yang diberikan oleh guru. Setelah
melakukan percobaan secara ideal, hal ini tidak melakukan prosedur praktikum, mulai dari
dapat dilakukan dengan menggunakn alat yang mempersiapkan alat dan bahan praktikum,
sesungguhnya. Dipilihnya simulasi PhET ini melakukan prosedur kerja, melakukan peng-
karena simulasi ini berbasis program java yang amatan, sampai pada penarikan kesimpulan.
memiliki kelebihan Easy Java Simulations (EJS) Pada akhirnya diharapkan siswa dapat
dirancang khusus untuk memudahkan tugas menemukan konsep yang akan dipelajarinya.
para guru dalam membuat simulasi fisika dengan Dengan pembelajaran menggunakan eksperimen
memanfaatkan komputer sesuai dengan bidang riil maka siswa diharapkan dapat memperoleh
ilmunya (Rochmah dan Madlazim, 2013). pengalaman langsung lebih mudah memahami
Sama seperti simulasi pada umumnya, materi pelajaran yang sedang dipelajari.
Virtual Laboratory dimaksudkan untuk
menanamkan konsep di mana proses yang harus Hasil Belajar
dilakukan adalah persiapan (preparation), “Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan
tampilan virtlab (performance), dan evaluasi belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam
proses eksperimen (evaluation). Sejalan dengan melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
ini, Harms (tahun 2012) mengungkapkan bahwa bobot yang dicapainya”. Menurut Dimyati hasil
“virtual laboratories, like simulations, are belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu

306
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa

interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan mengukur hasil belajar yang bersifat psikomotor.
dengan nilai tes yang diberikan guru. Muhibbin Penilaian prestasi belajar, perlu dilakukan
menjelaskan bahwa pengungkapan hasil belajar terhadap keseluruhan kompetensi yang telah
idealnya meliputi segenap ranah psikologis yang dipelajari peserta didik melalui kegiatan
berubah sebagai akibat pengalaman dan proses pembelajaran. Ditinjau dari dimensi kompetensi
belajar siswa. Penilaian hasil belajar diharapkan yang ingin dicapai, ranah yang perlu dinilai
mencerminkan perubahan tingkah laku, baik yang meliputi nanah kognitif, domain afektif, dan
berdimensi pada cipta (kognitif), rasa (afektif), domain psikomotor. Dalam penelitian ini, penilaian
dan karsa (psikomotor) (Yuliati, Yulianti, dan hail belajar diukur berdasarkan ranah kognitif
Khanafiyah, 2011). Taksonomi Bloom yang meliputi aspek
Standar penilaian pendidikan sesuai dengan pengetahuan dan pengenalan (C1), pemahaman
Permendiknas No. 20 Tahun 2007, menjelaskan (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5)
bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada dan kreasi (C6).
jenjang pendidikan dasar dan menengah Suatu proses belajar dikatakan berhasil baik
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: apabila dapat menghasilkan prestasi belajar
(1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang baik pula. Untuk mengetahui sejauh mana
yang mencerminkan kemampuan yang diukur; kegiatan belajar yang dilaksanakan dalam upaya
(2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada mencapai tujuan dan target yang telah
prosedur dan kriteria yang jelas, tidak ditetapkan maka perlu adanya kegiatan evaluasi
dipengaruhi subjektivitas penilai; (3) Adil, berarti belajar. Evaluasi adalah penilaian terhadap
penilaian tidak menguntungkan atau merugikan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai
peserta didik karena berkebutuhan khusus serta tujuan belajar dalam sebuah program
perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, pembelajaran. Hasil dari kegiatan evaluasi
adat istiadat, status social ekonomi, dan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai
gender; (4) Terpadu, berarti penilaian oleh prestasi belajar yang dicapai. Pengukuran
pendidik merupakan salah satu komponen yang prestasi belajar dengan penilaian hasil belajar
tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran; (5) secara menyeluruh baik secara kualitatif maupun
Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria secara kuantitatif.
penilaian, dan dasar pengambilan keputusan Menurut Gagne (dalam Dahar, 2011)
dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan; penampilan yang dapat diamati sebagai hasil
(6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti belajar disebut kemampuan (capabilities).
penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek Menurut Gagne ada lima kemampuan, yaitu
kompetensi dengan menggunakan berbagai keterampilan intelektual, strategi-strategi
teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau kognitif, invormasi verbal, sikap dan kete-
perkembangan kemampuan peserta didik; (7) rampilan motorik. Berhasilnya kegiatan belajar
Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara siswa ditentukan oleh usaha dan aktivitas siswa
berencana dan bertahap dengan mengikuti itu sendiri, disamping faktor kemauan, minat,
langkahlangkah baku; (8) Beracuan kriteria, ketekunan, tekad untuk sukses dan cita-cita.
berarti penilaian didasarkan pada ukuran Hasil belajar yang tinggi dapat dicapai jika siswa
pencapaian kompetensi yang ditetapkan, (9) berusaha secara maksimal dan menggunakan
Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertang- cara belajar yang benar dan efektif (Suyanti,
gungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, 2010).
maupun hasilnya.
Prosedur tertulis digunakan untuk mengukur METODE
hasil belajar yang bersifat kognitif dan afektif, Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat
sedangkan prosedur observasi digunakan untuk eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan

307
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015

memberikan perlakuan berupa pembelajaran. Tabel 2 Rancangan Penelitian


Pada penelitian ini terdapat dua kelas penelitian
dengan perlakuan yang berbeda-beda, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelompok
eksperimen diberi model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbasis eksperimen riil dan
laboratorium virtual sedangkan kelas kontrol
menggunakan model pembelajaran Direct Variabel bebas moderator adalah variabel
Instruction (DI). bebas bukan utama yang juga diamati pada
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA penelitian untuk menentukan sejauh mana
Swasta Methodist 1 Medan pada Tahun Ajaran efeknya ikut memengaruhi hubungan antara
2012/2013 pada semester II selama 4 bulan, variabel bebas utama dan variabel terikat. Pada
yaitu bulan Februari – Mei 2013. Populasi dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA moderator adalah tingkat aktivitas belajar fisika
SMA Swasta Methodist 1 Medan tahun pelajaran siswa. Tingkat aktivitas siswa meliputi segala
2012/2013 yang terdiri dari 4 kelas dengan kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani
jumlah siswa sebanyak 151 orang siswa. Sampel maupun rohani yang mengarah pada proses
dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas eksperimen belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,
(XI IPA - B) berjumlah 39 orang dan kelas mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab
kontrol (XI IPA - C) berjumlah 37 orang siswa. pertanyaan guru dan bekerja sama dengan siswa
Kelompok eksperimen diberi model pembelajaran lain, serta bertanggung jawab terhadap tugas
inkuiri terbimbing berbasis eksperimen riil dan yang diberikan.
laboratorium virtual sedangkan kelas kontrol Variabel terikat adalah suatu keadaan yang
menggunakan model pembelajaran Direct menunjukan pengaruh dan akibat yang
Instruction (DI). Dengan teknik pengambilan disebabkan oleh variabel bebas. Variabel terikat
sampel teknik pengambilan sampel dalam dalam penelitian ini adalah prestasi atau hasil
penelitian ini dengan menggunakan teknik belajar siswa pada pelajaran fisika yaitu hasil
Cluster Random Sampling. Desain penelitian prestasi kognitif siswa pada ranah kognitif
yang digunakan adalah penelitian eksperimen Taksonomi Bloom.
dengan pertimbangan bahwa penelitian ini Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
berusaha untuk mengetahui pengaruh dan menggunakan instrumen penelitian, yaitu tes
hubungan antara suatu variabel terhadap hasil belajar fisika siswa dan observasi tingkat
variabel lain. aktivitas siswa dalam belajar fisika. Instrumen
kegunaanya adalah untuk mengukur hasil belajar
Tabel 1 Desain Penelitian fisika yang disusun dalam bentuk tes objektif
berupa esay dan mengukur tingkat aktivitas
siswa dalam belajar fisika.
Analisis data yang dilakukan meliputi (1)
Analisis untuk melihat normalitas dan homo-
Rancangan penelitian dapat disajikan genitas dari instrumen penelitian, (2) Analisis
dengan desain faktorial 2x2 dengan teknik terhadap pengaruh model pembelajaran dengan
analisis varians (Anova) 2 jalur seperti disajikan metode pembelajaran yang disusun dalam
dalam Tabel 2. peningkatan hasil belajar siswa, dengan cara
menganalisis perbedaan antara hasil belajar pre
tes dan pos tes serta tingkat aktivitas siswa,
(3) Analisis terhadap data hasil tes dilakukan

308
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa

untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa HASIL DAN PEMBAHASAN


terhadap konsep dinamika fluida dengan cara Hasil
mendeskripsikan data skor hasil pre tes dan post Penyajian dan Analisis Data
tes masing-masing siswa. Data yang dideskripsikan pada penelitian ini
Pengujian hipotesis dilakukan untuk meliputi data hasil belajar dan data aktivitas
mengetahui apakah hipotesis yang sudah belajar fisika siswa pada mata pelajaran fisika
dilakukan ditolak atau diterima. Untuk menguji di kelas XI IPA SMA Methodist-1 Medan. Hasil
hipotesis dalam penelitian digunakan rumus belajar fisika siswa merupakan nilai hasil belajar
anova dua jalan dengan desain faktorial 2x2. kelompok siswa yang diajar dengan menggu-
Tujuan analisis varian dua jalan tersebut adalah nakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
untuk menguji signifikansi efek 2 variabel bebas berbasis eksperimen riil dan laboratorium virtual
terhadap satu variabel terikat dan interaksi dan kelompok siswa yang diajar dengan meng-
kedua variabel bebas terhadap variabel terikat. gunakan model pembelajarn langsung (Direct
Uji hipotesis dalam penelitian ini meng- Instruction) dengan menggunakan eksperimen
gunakan analisis varians (Anava) 2 arah (Two riil. Aktivitas belajar merupakan salah satu faktor
Way Anova) pada General Linear Model (GLM) yang dapat memengaruhi keberhasilan kegiatan
univarians dengan program SPSS 20. Pada uji belajar yang diukur dengan menggunakan
hipotesis ini taraf signifikansi (a) ditetapkan = observasi selama proses pembelajaran
0,05. Taraf signifikansi merupakan angka yang berlangsung.
menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya
kesalahan analisis. Hipotesis statistik yang perlu Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa
diuji dalam penelitian ini adalah Tolak Ho, jika FA Berdasarkan data hasil penelitian berupa hasil
> Ftabel(dbA;dbB;0.05), dalam hal lain terima Ho. belajar fisika yang diperoleh dari data nilai
pretes, postes hasil belajar fisika siswa dan gain
Keterangan: ternormalisasi untuk kelas DI dan kelas Inkuiri
Ho: Hipotesis nol, untuk parameter jika taraf Terbimbing dirangkum dalam Tabel 3.
signifikasi hasil pengujian atau perhitungan
hipotesis statistik lebih besar dari Ftabel. Tabel 3. Nilai Rata-Rata Gain Hasil Belajar
Fisika Siswa Siswa Kelas DI dan Inkuiri
Ha: Hipotesis nol, untuk parameter jika taraf
Terbimbing pada Kategori Ranah Kognitif
signifikasi hasil pengujian atau perhitungan
hipotesis statistik lebih kecil dari Ftabel.
"
Uji gain dilakukan untuk mengetahui pe- # # #$ #% #& #'
() *+ *+ % *+&% *+%, *+$$ *+$
ningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah ) *+$ *+%* *+,% *+,& *+,& *+'-
pembelajaran dihitung dengan rumus gain skor
ternormalisasi. Persamaan untuk perhitungan
Perolehan nilai rata-rata gain atau
gain, disajikan dalam rumus berikut.
peningkatan hasil belajar fisika untuk kelas DI
! ! pada tingkat kognitif C1, C2, C3, C4, C5 dan
! !
C6 secara berurutan adalah 0.22, 0.14, 0.54,
0.47, 0.33 dan 0.32. Perolehan nilai rata-rata
Tingkat perolehan skor dikategorikan atas
gain atau peningkatan hasil belajar fisika untuk
tiga kategori, yaitu:
kelas Inkuiri Terbimbing adalah 0.31, 0.40, 0.74,
- Tinggi: g > 0.7
0.75, 0.75 dan 0.68.
- Sedang: 0.3 < g < 0.7
- Rendah: g < 0.3

309
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015

Tabel 4 Rata-Rata Nilai Pretes, Postes dan juga rendah. Sedangkan untuk tingkat kognitif
Gain Hasil Belajar Fisika yang lebih tinggi seperti C3, C4, C5 dan C6 nilai
rata-rata gain atau peningkatan hasil belajar
() -+** &,+% *+%* fisika di setiap model jauh lebih tinggi atau lebih
) besar. Pada kategori C3, C4, C5 dan C6
%+-, ,&+ - *+'-
. .
perbedaan pencapaian nilai rata-rata gain atau
peningkatan hasil belajar fisika untuk kelas DI
jauh lebih kecil dibandingkan dengan kelas Inkuiri
Terbimbing karena pada kelas Inkuiri Terbimbing,
selama pembelajaran siswa dituntut untuk
mampu menganalisis, mengevaluasi, menemukan
sendiri setiap konsep atau materi yang tidak
dipahami, maka ketika siswa dihadapkan pada
suatu masalah atau soal yang membutuhkan
daya analisis ataupun evaluasi, mereka sudah
Gambar 1 Grafik Nilai Rata-Rata Gain Hasil cenderung terbiasa menyelesaikannya. Dengan
Fisika Belajar Siswa Kelas DI dan Inkuiri demikian, peningkatan nilai atau gainnya juga
Terbimbing Kategori Ranah Kognitif jauh lebih tinggi atau lebih besar. Sementara
kelas DI, siswa cenderung pasif di kelas,
Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 1, maka sehingga ketika siswa dihadapkan pada soal
diperoleh kesimpulan bahwa untuk kategori C1 atau masalah, hanya sebagian kecil saja yang
Inkuiri Terbimbing (kelas eksperimen) memiliki bisa menyelesaikannya, yaitu siswa yang pada
nilai rata-rata gain lebih tinggi 0.09 dibandingkan dasarnya kemiliki daya analisis yang baik.
dengan DI (kelas kontrol). Untuk kategori C2 Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Inkuiri (kelas eksperimen) memiliki nilai rata-rata dilakukan Nugroho (2012) dalam penelitiannya
gain lebih tinggi 0.26 dibandingkan dengan DI menemukan pembelajaran Inkuiri Terbimbing
(kelas kontrol). Untuk kategori C3 Inkuiri (kelas melalui labolatorium virtual dan labolatorium riil
eksperimen) memiliki nilai rata-rata gain lebih berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
tinggi 0.20 dibandingkan dengan DI (kelas belajar kognitif, tidak berpengaruh terhadap
kontrol). Untuk kategori C4 Inkuiri (kelas aspek afektif. Siswa yang belajar dengan
eksperimen) memiliki nilai rata-rata gain lebih kognitif laboratorium virtual lebih baik daripada
tinggi 0.29 dibandingkan dengan DI (kelas dengan laboratorium riil. Selanjutnya Kristianti
kontrol). Untuk kategori C5 Inkuiri (kelas (2012) dalam penelitiannya menemukan
eksperimen) memiliki nilai rata-rata gain lebih pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan
tinggi 0.42 dibandingkan dengan DI (kelas menggunakan laboratorium riil lebih efektif
kontrol).Untuk kategori C6 Inkuiri (kelas dibandingkan dengan laboratorium riil.
eksperimen) memiliki nilai rata-rata gain lebih
tinggi 0.36 dibandingkan dengan DI (kelas Uji Normalitas Data
kontrol). Dari hasil perhitungan uji normalitas, dapat
Pada tingkat kognitif C1 dan C2 nilai rata- disimpulkan bahwa data nilai gain ternormalisasi
rata gain atau peningkatan hasil belajar fisika berdistribusi normal. hal ini dibuktikan dengan
lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk nilai signifikansi hasil uji menggunakan program
tingkat kognitif C1 dan C2 tidak perlu SPSS versi 20 dengan menggunakan uji
menggunakan model yang bervariasi karena Kolmogorov-Smirnov dengan Lilliefors
hanya membutuhkan tingkat pemahaman dan Significance Correctiona pada taraf signifikansi
daya ingat saja, sehingga peningkatan nilainnya a = 0.05 yaitu 0.200 > 0.05 menunjukkan bahwa

310
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa

gain hasil belajar Fisika kelas eksperimen yaitu laboratorium virtual dibandingkan dengan siswa
kelas yang diajar dengan menggunakan model yang diajar dengan menggunakan model
Inkuiri Terbimbing berbasis eksperimen riil dan pembelajaran langsung (Direct Instruction). Hal
laboratorium virtual berasal dari populasi yang tersebut ditunjukkan dengan nilai sig. 0,000 <
berdistribusi normal. 0,05, dalam hal ini Ha diterima.
Untuk melihat perbedaan hasil belajar
Uji Homogenitas Data antara siswa yang memiliki tingkat aktivitas
Dari perhitungan uji homogenitas menggunakan tinggi dan rendah, digunakan uji Independent
program SPSS versi 20 dengan menggunakan Sample T-test. Secara signifikan terdapat per-
uji Lavene pada taraf signifikansi a = 0.05 bedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki
bahawa nilai Signifikansi 0.042 < 0.05 artinya tingakat aktivitas tinggi dan rendah. Hal
data kelompok sampel tidak berasal dari populasi tersebut ditunjukkan dengan nilai sig. 0,010 <
yang homogen. 0,05. Dalam hal ini Ho diterima.
Interaksi model pembelajaran dengan
Uji Hipotesis aktivitas belajar terhadap hasil belajar fisika
Untuk pengujian hipotesis penelitian digunakan siswa digunakan uji Two Way Anova dengan
General Linier Model (GLM) Unvariat dengan GLM Univariate. Bahwa harga signifikansi (sig)
menggunakan program SPSS versi 20 pada taraf (Model*Aktivitas) adalah 0,003. Oleh karena
signifikansi a = 0,05. Kelompok sampel yang nilai sig. 0,003 < 0,05 maka dalam hal ini Ha
diukur tingkat aktivitasnya terlebih dahulu diterima, yang berarti terdapat interaksi yang
diurutkan dari tingkat aktivitas tinggi ke rendah signifikan antara model pembelajaran Inkuiri
untuk mengklasifikasikan siswa pada kategori Terbimbing berbasis eksperimen riil dan
tingkat aktivitas tinggi dan rendah.Di mana laboratorium virtual dengan model pembelajaran
tingkat aktivitas belajar siswa ditentukan langsung (DI) dengan tingkat aktivitas terhadap
berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi hasil belajar fisika siswa.
masing-masing kelas.
Untuk melihat perbedaan tingkat aktivitas Pembahasan
belajar siswa dan hasil belajar fisika siswa Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap pembelajaran yang diberikan digunakan diketahui bahwa siswa yang diajar dengan
uji Two Way Anova dengan General Linear Model menggunakan model pembelajaran Inkuiri Ter-
(GLM) Unvariat, sekaligus untuk melihat bimbing berbasis eksperimen riil dan laboratorium
bagaimana pengaruh tingkat aktivitas belajar virtual mendapatkan nilai rata-rata hasil belajar
siswa terhadap hasil belajar fisikanya. Apakah Fisika 75.28 sedangkan siswa yang diajar dengan
siswa yang memiliki tingkat aktivitas belajar menggunakan model pembelajaran Direct In-
tinggi memiliki hasil belajar fisika yang tinggi struction mendapatkan skor rata-rata hasil
pula, atau sebaliknya lebih rendah, serta apakah belajar fisikanya 57.41. Berdasarkan hasil dan
ada interaksi antara model pembelajaran dengan pengujian hipotesis yang telah dilakukan
tingkat aktivitas belajar dalam memengaruhi diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar fisika
hasil belajar fisika siswa. siswa yang diajar dengan menggunakan model
Untuk melihat perbedaan hasil belajar fisika pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis
siswa dari penerapan model pembelajaran yang eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan
diberikan, digunakan uji Independent Sample model pembelajaran langsung (Direct Instruc-
T-tes. Secara signifikan terdapat perbedaan tion) menggunakan eksperimen riil terdapat
gain hasil belajar antara siswa yang diajar perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil
dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri uji Independent Sampel T-test yang dilakukan
Terbimbing berbasis eksperimen riil dan diperoleh bahwa harga signifikansi 0,000<0,05

311
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015

Gambar 1 Interaksi Antara Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil dan
Laboratorium Virtual Dengan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Dengan Tingkat
Aktivitas Terhadap Gain Hasil Belajar Fisika Siswa

yang berarti dapat disimpulkan bahwa secara melakukan, memperhatikan/mengamati, dan


keseluruhan terdapat perbedaan yang signifikan mengalami suatu aktivitas belajar. Dalam proses
antara peningkatan hasil belajar fisika siswa pembelajaran tersebut siswa menggunakan
yang diajar dengan menggunakan model seluruh kemampuan yang dimilikinya dan yang
pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis dimiliki lingkungannya. Guru hanya berperan
eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan sebagai motivator dan fasilitator dalam
model pembelajaran langsung (Direct Instruc- mengembangkan kreativitas dan aktiitas siswa
tion). tanpa harus ada penyeragaman atau pemak-
Hal ini beralasan, karena dalam pem- saan untuk mengikuti pemahaman guru, siswa
belajaran dengan menggunakan model diberikan ruang bebas untuk mewujudkan
pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbasis potensi dan menampilkan karakteristiknya
eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan masing-masing.
model pembelajaran langsung (Direct Instruc- Hal ini sejalan dengan penelitian yang
tion) dengan eksperimen riil merupakan pola dilakukan TÜYSÜZ (2010) bahwa pelaksanaan
pembelajaran yang memberikan pengala-man praktikum dengan menggunakan laboratorium
langsung kepada siswa dalam belajar karena virtual lebih efektif, menarik dan lebih bermanfaat
melakukan sendiri dan juga memper-hatikan serta dapat memungkinkan siswa untuk
setiap variabel selama praktikum di laboratorium. mengulang percobaan. Sementara pada
Dengan menggunakan model pembelajaran laboratorium riil tidak semua siswa aktif dalam
Inkuiri Terbimbing berbasis eksperimen riil dan proses eksperimen di laboratorium riil. Penelitian
laboratorium virtual, proses pembelajaran Nugroho (2012) dalam penelitiannya menemukan
menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas, pembelajaran Inkuiri Terbimbing melalui
siswa tidak hanya mempelajari tentang sesuatu labolatorium virtual dan labolatorium riil
tetapi siswa secara aktif menemukan, berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi

312
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa

belajar kognitif, tidak berpengaruh terhadap Instruction) dalam hal tingkat aktivitas terhadap
prestasi belajar afektif. Siswa yang belajar gain hasil belajar atau peningkatan hasil belajar
kognitif laboratorium virtual lebih baik daripada Fisika siswa. Interaksi terjadi pada kelas DI di
laboratorium riil. Selanjutnya pembelajaran Inkuiri mana pada tingkat aktivitas tinggi dan tingkat
Terbimbing dengan menggunakan laboratorium aktivitas rendah, hasil belajarnya adalah sama
virtual lebih efektif dibandingkan dengan yang artinya, model lebih dominan dibandingkan
laboratorium riil. dengan aktivitasnya.

SIMPULAN DAN SARAN Saran


Simpulan Sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan,
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan maka disarankan sebagai berikut. Dalam
hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik pembelajaran Fisika khususnya pokok bahasan
kesimpulan sebagai berikut. Terdapat perbedaan Dinamika Fluida, guru dapat menggunakan media
yang signifikan antara gain hasil belajar atau komputer berupa laboratorium virtual untuk
peningkatan hasil belajar fisika siswa yang diajar menggantikan praktikum yang tidak dapat
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dilaksanakan di sekolah. Guru hendaknya memiliki
terbimbing berbasis eksperimen riil dan kemampuan dan pengetahuan untuk merancang
laboratorium virtual dibandingkan dengan siswa pem-belajaran praktikum melalui program
yang diajar dengan menggunakan model komputer khususnya simulasi (laboratorium
pembelajaran langsung (Direct Instruction). virtual), sehingga dapat digunakan sebagai alat
Model Inkuiri Terbimbing lebih baik dari model bantu dalam menstransfer materi pelajaran
DI dalam meningkatkan gain hasil belajar Fisika kepada siswa. Laboratorium virtual dapat
siswa. Terdapat interaksi yang signifikan antara diterapkan pada pokok bahasan yang
model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis membutuhkan praktikum untuk memberikan
eksperimen riil dan laboratorium virtual dengan gambaran yang lebih jelas tentang hasil
model pembelajaran langsung (Direct praktikum.

PUSTAKA ACUAN
Ambarsari, W., Santosa, S., & Mariadi. 2013. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar Pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 7 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi, 5 (1), hlm. 81–95.
Bajpai, M, & Kumar, A. 2015. Effect Of Virtual Laboratory On Students’ Conceptual Achievement
In Physics. International Journal of Current Research, 7 (2), hlm. 12808-12813.
Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Demirdag, B. 2008. Develop A Computer Assisted Educational Materials Related to
Thermochemistrym. Turkey: Institute of Educational Science.
Gerald, W. M., Harol, H., & Mike, T. 2008. Learning Physics in a Virtual Environment: Is There
Any? Journal of Physics Education, 2(2), hlm. 87-102.
Harms, U. 2012. Virtual and Remote Labs in Physics Education. Extended abstract. German
Institute for Research on Distance Education at the University of Tuebingen, Konrad
Adenauer-Str. 40, D-72072 Tuebingen.
Iswari, S. 2009. Pembelajaran Biologi Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan Lab Riil dan Lab
Virtuil Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Dan Gaya Belajar Siswa. Tesis. Program Pascasarjana
Pendidikan Biologi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

313
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015

Joyce, B., & Weil, M. 2000. Models of Teaching. 6th Edition. America: A Pearson Education
Company.
Kemdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2007. Jakarta: BSNP.
Kristianti, A.A. 2012. Pembelajaran IPA Dengan Inkuiri Bebas Termodifikasi Menggunakan Lab Riil
Dan Lab Virtuil Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Dan Gaya Belajar Siswa. Tesis. Program
Pascasarjana Pendidikan Fisika. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Nugroho, S. 2012. Pembelajaran IPA Dengan Metode Inkuiri Terbimbing Menggunakan
Laboratorium Riil Dan Virtuil Ditinjau dari Kemampuan Memori Dan Gaya Belajar Siswa.
Tesis. Program Pascasarjana Pendidikan Fisika. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Praptiwi, L., Sarwi, & Handayani, L. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Eksperimen Inkuiri
Terbimbing Berbantuan My Own Dictionary Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa
SMP RSBI. Unnes Science Education Journal, 1(2), hlm. 86-95.
Prasetyo, U.H. 2011. Pembelajaran Fisika Dengan Inkuiri Terbimbing Menggunakan Metode
Eksperimen Dan Demonstrasi Pada Lab. Virtual Ditinjau Dari Kemampuan Awal Dan
Kemampuan Matematika Siswa (Studi Kasus Materi Pokok Listrik Dinamis Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Tanjung Selor Tahun Ajaran 2010/2011). Tesis. Pendidikan Sains, Program
Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Prihatiningtyas, S., Prastowo, T., & Jatmiko, B. 2013. Implementasi Simulasi PhET dan KIT
Sederhana untuk Mengajarkan keterampilan Psikomotor Siswa pada Pokok Bahasan Alat
Optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1), hlm. 18-22.
Putri, A., Syakbaniah, & Yulkifli. 2013. Pengembangan Virtual Laboratory Pada Materi Kinematika
Dengan Analisis Vektor Dalam Pembelajaran Fisika di Kelas Xi SMA. Pillar Of Physics
Education, (1), hlm. 23-29.
Ristanto, R. H. 2010. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing Dengan Multimedia dan
Lingkungan Riil Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi dan Kemampuan Awal. Tesis. Program
Pascasarjana Pendidikan Biologi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Rochmah, N. H & Madlazim. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Yang Bersinergi
Dengan Media Lab Virtual Phet pada Materi Sub Pokok Bahasan Fluida Bergerak di MAN 2
Gresik. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2(3), hlm. 162-166.
Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Sari, D. P., Lutfi, A., & Qosyim, A. 2013. Uji Coba Pembelajaran IPA Dengan LKS Sebagai
Penunjang Media Virtual Phet Untuk Melatih Keterampilan Proses Pada Materi Hukum
Archimedes. Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa, 1(2), hlm. 15–20.
Sudarmi. 2009. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Melalui Lab Riil Dan Virtuil Ditinjau Dari
Gaya Belajar Dan Kemampuan Berpikir Abstrak. Tesis. PPs Pendidikan Fisika. Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Susiandari, A. 2012. Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah Menggunakan Laboratorium Riil dan
Virtual dari Kemampuan Kerja Sama dan Kemampuan Berfikir Kritis. Tesis. Program
Pascasarjana Pendidikan Fisika. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sutrisno. 2012. Kreatif Mengembangkan Aktivitas Pembelajaran Berbasis TIK. Jakarta: GP Press.
Suyanti, R.D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

314
Dedi Holden Simbolon & Sahyar, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil Dan Laboratorium Virtual terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa

Tarno. 2010. Pembelajaran Fisika Metode Eksperimen Menggunakan Laboratorium Riil dan Virtual
Ditinjau dari Kemampuan Berpikir dan Kreativitas Peserta Didik: Studi Kasus di SMP Negeri
9 Surakarta Kelas VIII pada Sub Pokok Bahasan lensa Tahun Pelajaran 2008/2009. Tesis.
Program Pascasarjana Pendidikan Fisika. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tatli, Z. & Ayas, A. 2013. Effect of Virtual Chemistry Laboratory on Students’ Achievement.
Journal of Educational Technology and Society, 16(1), hlm. 159-170.
Tüysüz, C. 2010. The Effect of the Virtual Laboratory on Students’ Achievement and Attitude in
Chemistry. International Online Journal of Educational Sciences, 2(1), hlm. 37-53.
Yuliati, D.I, Yulianti, D, & Khanafiyah, S. 2011. Pembelajaran Fisika Berbasis Hands On Activities
Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (JPFI), 7(1), hlm. 23-27.

315
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 3, Desember 2015

316

You might also like