Professional Documents
Culture Documents
Fraksi Kloroform Ekstrak Buah Mentimun (Cucumis Sativus L.) Sebagai Anti Bakteri Terhadap Staphylococcus Epidermidis
Fraksi Kloroform Ekstrak Buah Mentimun (Cucumis Sativus L.) Sebagai Anti Bakteri Terhadap Staphylococcus Epidermidis
) Sebagai
Anti Bakteri terhadap Staphylococcus epidermidis
Abstrak: Fraksi Kloroform Ekstrak Buah Mentimun (Cucumis sativus L.) Sebagai
Antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. Penggunaan antibiotik secara besar-besaran
di masyarakat memicu terjadinya resistensi terhadap bakteri, Untuk itu perlu adanya penelitian
tentang alternatif lain terutama obat herbal sebagai antibakteri. Satu di antara tanaman berkhasiat
obat adalah mentimun yang banyak terdapat di Indonesia.Tujuan penelitian ini adalah untuk
membuktikan daya antibakteri fraksi kloroform ekstrak buah mentimun terhadap Staphylococcus
epidermidis. Ekstraksi buah mentimun dilakukan dengan cara maserasi dengan etanol 70%,
selanjutnya ekstrak difraksinasi dengan kloroform. Fraksi yang digunakan adalah konsentrasi 5%,
10%, 15%, 20%, dan 25%. Kemudian dilakukan uji daya antibakteri dan penentuan KHM. Hasil
penelitian uji daya antibakteri fraksi kloroform ekstrak buah mentimun terhadap bakteri
Staphylococcus epidermidis menunjukan adanya zona hambat pada konsentrasi 5%, 10%, 15%,
20%, 25% dengan diameter masing-masing 5.86mm, 6.5mm, 7.05mm, 7.43mm dan 9.92mm.
Selain itu, konsentrasi hambat minimum fraksi kloroform ekstrak buah mentimun terhadap S.
epidermidis terdapat pada konsentrasi 3%. Dari hasil kultur ulang didapatkan pertumbuhan pada
media NA yang berarti fraksi kloroform ekstrak buah mentimun pada konsentrasi 3% bersifat
bakteriostatik.
Tumbuhan merupakan gudang bahan kimia (Prasetyono, 2012). Sejalan dengan perkembangan
yang memiliki banyak manfaat, termasuk sebagai industri jamu, obat herbal, fitofarmaka, dan
obat untuk berbagai penyakit. Sejak peradaban kosmetika tradisional, budidaya tanaman obat di
manusia itu ada, pemanfaatan tumbuhan sebagai Indonesia juga mengalami perkembangan yang
bahan obat sudah dilakukan. Kemampuan signifikan. Penggunaan bahan alam sebagai obat
meracik obat merupakan warisan turun temurun memang mengalami peningkatan. Pada umumnya
dan sudah mengakar kuat di masyarakat. mereka menganggap tanaman obat lebih alami
Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat sehingga lebih aman.
tradisional tersebut tersebar hampir di seluruh Sari (2006) menyebutkan bahwa, penggunaan
wilayah Indonesia. obat herbal relatif lebih aman karena efek samping
Di hutan tropis Indonesia, terdapat 30.000 obat herbal yang relatif kecil jika digunakan secara
spesies tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar tepat. Penggunaan antibiotik secara besar-besaran di
9.600 spesies diketahui berkhasiat sebagai obat masyarakat memicu terjadinya resistensi terhadap
165
Viogenta, Fraksi Kloroform Ekstrak Buah Mentimun (Cucumis sativus L.)... 166
bakteri. Penggunaan antibiotika lini pertama yang terendam sempurna, kemudian dimaserasi hingga
sudah tidak bermanfaat harus diganti dengan terekstrak sempurna dan diperoleh ekstrak buah
obat-obatan lini kedua atau bahkan lini ketiga. mentimun dalam etanol dan ampas. Ekstrak
Hal ini jelas akan merugikan pasien, karena diuapkan menggunakan destilasi vacum sampai
antibiotika lini kedua maupun lini ketiga masih 150ml. Ekstrak kemudian diasamkan dengan
sangat mahal harganya. Sayangnya, tidak tertutup menambahkan H2SO4 2N hingga pH 3-5 kemudian
kemungkinan juga terjadi kekebalan bakteri ditambahkan CHCl3 dengan perbandingan 1:1 dalam
terhadap antibiotika lini kedua dan ketiga (Utami, corong pisah. Perlakuan ini dilakukan 3 kali
2011). Untuk itu perlu adanya penelitian tentang pengulangan atau hingga tidak terjadi perubahan
alternatif lain terutama obat herbal sebagai warna pada CHCl3, setelah diperoleh ekstrak buah
antibakteri. mentimun dalam CHCl3 dan lapisan air-asam,
Satu diantara tanaman berkhasiat obat ekstrak buah mentimun dalam CHCl3 lalu diuapkan
adalah mentimun yang banyak terdapat di dengan destilasi vakum hingga seluruh kloroform
Indonesia. Buah mentimun selain dikonsumsi menguap dan larutkan dengan aquadest hingga 150
masyarakat juga banyak dimanfaatkan untuk ml.
menyembuhkan penyakit salah satunya jerawat Persiapan bakteri uji untuk uji daya
(Rukmana, 1995). Pemberian ekstrak mentimun antibakteri menggunakan metode sebar. Cawan
dapat menurunkan tekanan darah sitolik dan petri steril disiapkan kemudian ditambahkan
diastolik pada penderita hipertensi (Kuntoro, dkk, media NA sebanyak 20 ml, setelah media
2007). Pemberian kombinasi metformin dan memadat sebarkan suspensi S. epidermidis yang
ekstrak mentimun juga memberikan efek lebih telah dibuat dengan menggunakan kapas (cotton
pada penurunan kadar glukosa pada tikus jantan bud) yang telah disterilkan hingga merata
(Nabila dkk, 2014). Ekstrak mentimun juga keseluruh permukaan media. Kertas cakram
memberikan efek anti bakteri terhadap langsung dicelupkan ke dalam fraksi kloroform
Staphylococcus epidermidis penyebab jerawat ekstrak buah mentimun dengan konsentrasi 5%,
(Yusvaneli, 2008). 10%, 15%, 20%, dan 25%, aquades sebagai
Bakteri S. epidermidis merupakan bakteri kontrol negatif, dan eritromisin sebagai kontrol
yang menyebabkan pernanahan, infeksi yang positif, dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan.
terjadi menyebabkan sub akut endokarditis dan Kemudian diletakkan ke permukaan lempeng
penyebab dari infeksi hati dan kardiovaskuler, agar yang telah ditanami bakteri. Inkubasi selama
membran perifer vaskuler, pembuluh intravena 24 jam pada suhu 37ºC dan amati serta ukur
dan saluran kemih (Djuanda dkk, 1987). diameter zona hambat yang terbentuk. Pengukuran
Kulit merupakan organ terluar tubuh, zona hambat yaitu dengan membalikan cawan petri
secara konstan berhubungan dengan bakteri dari sehingga terlihat daerah hambatan yang tampak
udara atau benda-benda lain. Kulit juga transparan, kemudian dengan jangka sorong daerah
mempunyai keragaman yang luas dalam hal inhibisi diukur diameternya dan dicatat (Pratiwi,
struktur dan fungsi di berbagai situs tubuh 2008). Setelah didapat konsentrasi terkecil yang
(Wasitaatmadja, 2007). Satu diantara bakteri memberikan zona hambat dilanjutkan dengan
yang dapat menyebabkan penyakit pada kulit penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM).
ialah S. epidermidis, bakteri ini termasuk gram Untuk pengujian daya hambat minimum
positif, aerob dan merupakan flora normal tubuh menggunakan metode dilusi. Beberapa tabung
(Warsa, 1994). reaksi yang berisi NB ditambah dengan variasi
dosis dari konsentrasi terkecil yang didapat dari
uji daya antibakteri sampai dosis yang tidak
METODE memberikan daya hambat yaitu 1%, 2%, 3%, 4%
dan 5% serta ditambah 0,1 ml suspensi bakteri S.
Penelitian ini telah dilaksanakan di epidermidis. Masing-masing tabung diinkubasi
Laboratorium Farmasi UTB dan Laboratorium selama 24 jam. Pengamatan dilakukan dengan
Kesehatan Daerah Propinsi Lampung pada bulan membandingkan kekeruhan media. Larutan uji
Desember 2015 sampai Januari 2016. dengan agen antimikroba pada kadar terkecil
Buah mentimun segar sebanyak 5kg yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan
dikeringkan dan diperoleh sebanyak 165g mikroba ditetapkan sebagai konsentrasi hambat
simplisia, kemudian diambil sebanyak 150g minimun. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM
untuk selanjutnya diekstrak. tersebut selanjutnya dibiakan ulang pada media
Simplisia buah mentimun sebanyak 150 NA dan diinkubasi selama 18-24 jam untuk
gram dimasukkan ke dalam wadah berwarna menentukan larutan bersifat bakteriostatik atau
gelap dan tambahkan etanol 70% hingga bakterisid.
167 Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, hlm 165-169
HASIL
Keterangan :
P1 : Kontrol negatif (Aquadest)
P2 : Kontrol positif (Eritromisin)
P3 : Konsentrasi 5%
P4 : Konsentrasi 10%
P5 : Konsentrasi 15%
P6 : Konsentrasi 20%
P7 : Konsentasi 25%
Gambar 2. Hasil Penentuan KHM Fraksi
Kloroform Ekstrak Buah
Mentimun terhadap S.
epidermidis
positif dan konsentrasi uji menandakan bahwa pada media, sehingga fraksi kloroform ekstrak buah
hasil belum bisa mendekati kontrol positif tetapi mentimun dengan konsentarsi 3% hanya
hanya memiliki efek. Hal ini mungkin menghambat pertumbuhan S.epidermidis
dikarenakan konsentrasi yang dipakai pada (Bakteriostatik).
pengujian ini relatif kecil. Eritromisin merupakan
antibiotik golongan makrolida yaitu antibiotik
yang memiliki cincin makrosiklik. Mekanisme SIMPULAN
kerja eritromisin sebagai antimikroba adalah
dengan menghambat sintesis protein bakteri, Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dengan menyekat reaksi translokasi asil amino dilakukan dapat disimpulkan bahwa fraksi
dalam ribosom, dengan pengikatan ribosom kloroform ekstrak buah mentimun terbukti
bakteri yang kekuatannya bergantung pada memiliki daya antibakteri terhadap bakteri S.
struktur antibiotik dan RNA ribosom bakteri epidermidis secara in vitro.
(Pratiwi, 2008). Pada penelitian ini konsentrasi hambat
Penentuan konsentrasi hambat minimum minimum dari fraksi kloroform ekstrak buah
fraksi kloroform ekstrak buah mentimun terhadap mentimun adalah sebesar 3%.
S. epidermidis yang dilakukan dengan
menurunkan konsentrasi 4% sampai 1%
memperlihatkan adanya daya hambat dari SARAN
konsentrasi 4% sampai dengan konsentrasi 3%
dan pada konsentrasi 2% dan 1% tidak Sehubungan dengan penelitian fraksi
memperlihatkan adanya daya hambat. kloroform ekstrak buah mentimun terhadap
Dari hasil penentuan konsentrasi hambat pertumbuhan S. epidermidis yang telah dilakukan
minimun didapat hasil terkecil adalah sebesar 3%, maka disarankan pada penelitian selanjutnya
hal ini dilihat dari tidak terdapat pertumbuhan bakteri untuk meningkatkan konsterasi fraksi kloroform
pada konsentrasi tersebut, maka konsentrasi 3% ekstrak buah mentimun sehingga bisa memiliki
dinyatakan sebagai konsentrasi hambat minimum. daya bunuh dan kedepannya dapat diaplikasikan
Selanjutnya dilakukan biakan ulang pada media NA. dalam pembuatan kosmetik.
Hasil biakan ulang didapat pertumbuhan bakteri
DAFTAR PUSTAKA