You are on page 1of 10

1

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM PROSES


PEMBELAJARAN MELALUI PEMBINAAN BERBASIS TEKNOLOGI
INFORMASI DI SMAS PGRI 1 PADANG

Oleh

ISFARIYETI, M.Pd. Kons


Pengawas
Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat

ABSTRACT
Implementation of academic supervision based on Information and
Communication Technology which is carried out at SMAS PGRI 1 Padang.
Able to improve the ability of teachers in carrying out the learning process.
This is because the supervision process that is carried out is adjusted to the
characteristics of the teacher and begins through the process of coaching, and
training with peers
The research that will be applied is School Action Research (PTS) is a
type of research conducted by school supervisors. The PTS steps consist of
four stages, namely planning (action), action (action), observation
(observation) and reflection (reflection).
Based on the results of the research conducted, it was seen that the
average value of the ability of teachers in the first cycle was 65.05% which
was classified as less, and increased in the second cycle to 72.14% which was
classified as less and in the third cycle increased to 86.70% with good
category.
Based on the above results it can be explained that the implementation of
information technology-based academic supervision (IT) in the PGRI1
Padang High School can improve the ability of teachers to carry out quality
learning. The Supervision process carried out by researchers uses a variety of
contemporary approaches so that teachers feel services and guidance that are
useful for the implementation of the teacher's main tasks as learning agents.

Keywords: Learning Process, Information Technology Based Development

PENDAHULUAN
Dewasa ini telah banyak dicapai berbagai perkembangan dalam
dunia pendidikan yang bertujuan meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik.
Informasi mengenai hal itu banyak diperoleh dari berbagai literatur, buku-buku
teks, majalah, jurnal, pemberitaan berbagai media massa, dan dari hasil
teknologi informasi dan komunikasi, seperti komputer dengan internetnya. Setiap
perkembangan atau kemajuan yang dicapai merupakan alternatif bagi guru
untuk berupaya meningkatkan mutu pembelajaran yang dilaksanakan. Dari
berbagai alternatif itu dapat dipilih alternatif mana yang akan digunakan. Bagi
2
guru yang mengikuti berbagai perkembangan dan kemajuan yang dicapai dalam
dunia pendidikan, mengikuti berbagai perkembangan tersebut, merupakan
kebutuhan untuk meningkatkan prestasi kerja. Di samping itu, guru yang
bersangkutan pun menganggap bahwa hal semacam itu merupakan tambahan
pengetahuan yang dapat memperkaya wawasan. Dengan dibarengi motivasi yang
tinggi serta sikap inovatif, berbagai informasi yang didapat bukan hanya
memperkaya alternatif pilihan untuk melaksanakan tugas, tetapi juga dapat menjadi
dasar membuat kreasi dari perpaduan berbagai alternatif, yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi lingkungan kerjanya. Ini berarti, dia pun telah memberi
sumbangan yang berarti bagi dunia pendidikan dan upaya meningkatkan mutu
pendidikan.
Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan
dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi (a) pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan; (b) pemahaman tentang peserta didik: (c) pengembangan
kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran
yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian adalah guru harus memiliki kepribadian yang beriman dan
bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa,
stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri
dan berkelanjutan.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi lisan,
tulis, dan/atau isyarat secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali
peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan menerapkan prinsip
persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

METODOLOGI
Adapun penelitian yang akan diterapkan adalah Penelitian
Tindakan Sekolah (PTS) adalah jenis penelitian yang dilakukan oleh
pengawas sekolah. Seperti yang dikemukakan Mulyasa bahawa Penelitian
Tindakan Sekolah merupakan upaya peningkatan kinerja sistem pendidikan dan
meningkatkan menejemen sekolah agar menjadi produktif, efektif dan efisien.
jenis penelitian ini perlu diperkenalkan kepada pengawas sekolah nelalui
pendidikan dan pelatihan (diklat) PTS. Dalam pelaksanaan diklat PTS, diharapkan
pengawas sekolah dapat (1) memahami PTS sebagai bagian dari penelitian ilmiah,
(2) memahami makna PTS, (3) memahami penyusunan usulan PTS, (4)
melaksanakan dan melaporkan hasil PTS yang dilakukannya.
Menurut Direktorat Tendik (2008) Langkah – Langkah PTS terdiri atas
empat tahap, yaitu planning (Rencana), action (tindakan), observasi
(pengamatan) dan reflection (refleksi). Siklus spiral dari tahap-tahap PTS
dapat dilihat pada gambar
3
berikut:

1. Rangangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti


menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Tindakan dilakukan setelah rancangan disusun. Tindakan merupakan bagian
yang akan dilakukan dalam Penelitian Tindakan Sekolah dalam penelitian.
3. Pengamatan dilakukan waktu guru dibombing menggunakan komputer. Data
yang dikumpulkan dapat berupa data pengelolaan sekolah/madrasah.
Instrumen yang umum dipakai adalah lembar observasi,dan cacatan lapangan
yang dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam
melalui lembar observasi, misalnya aktivitas siswa selama pemberian
tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat
dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
4. Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak
dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh
pengamat Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Moleong (2006: 8 )

HASIL PENELITIAN
Siklus 1
1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi Non
Direktif. Tindakan pertama yang dilaksanakan adalah menyiapkan percakapan awal
(preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran pada tahapan Siklus I. Hal ini dilakukan dengan cara menanyakan
pada bagian manakah guru memiliki kesulitan dalam melaksakan proses
pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus 1 dilakukan pada Mulai tanggal Agustus 2019. Sesuai
dengan kesepakatan dengan para guru saat rapat dinas dan sesuai dengan program
dan jadwal supervisi kepala sekolah. Peneliti melakukan Supervisi yang
akan menilai kemampuan mengajar para guru. Adapun tahapan yang dilakukan
oleh peneliti meliputi pra observasi, observasi dan post observasi.
3. Pengamatan
Pada tahap observasi, supervisor melakukan pengamatan terhadp guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas
Nomor :
41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang berisi kriteria minimal proses
pembelajaran pada satuan pendidikan meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus I ini merupakan
4
implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
4. Evaluasi dan Refleksi
Pada tahapan Evaluasi dan refleksi, supervisor melakukan analisis
dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan mengikutsertakan semua guru
kelas, dengan maksud sebagai pembinaan khusus. Guru yang dijadikan subyek
penelitian dalam kegiatan tindakan balikan memaparkan pengalamannya dalam
melaksanakan proses pembelajaran.

.. Siklus II
1. Perencanaan
Siklus II dilakukan melalui tahapan seperti Siklus I yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan Tindakan
Siklus II didasarkan atas hasil refleksi dan evaluasi siklus I dengan kata laian
kelemahan yang ditemukan pada Siklus I diperbaiki melalui daur kedua (Siklus II).
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus 1I dilakukan mulai tanggal 9 September 2019 . Sesuai
dengan kesepakatan dengan para guru, peneliti melakukan Supervisi Akademik
yang akan menilai kemampuan mengajar para guru. Adapun tahapan yang dilakukan
oleh peneliti meliputi pra observasi, observasi dan pasca observasi.
3. Pengamatan
Pada tahap observasi, supervisor melakukan pengamatan terhadap guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas
Nomor :
41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang berisi kriteria minimal proses
pembelajaran pada satuan pendidikan meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
4. Evaluasi dan Refleksi
Pada tahapan Evaluasi dan refleksi, Guru yang dijadikan subyek
penelitian dalam kegiatan tindakan balikan memaparkan pengalamannya dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Supervisor melakukan analisis dari kegiatan
supervisi yang telah dilakukan dengan mengikutsertakan semua guru kelas, dengan
maksud sebagai pembinaan khusus melalui kegiatan kelompok kerja guru.
Tahapan evaluasi dan refleksi yang pertama dilakukan secara
individual melalui kegiatan pasca observasi sehingga diperoleh identifikasi
kesulitan dan masalah yang dihadapi guru setelah melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Disini peran asesor sebagai fasilitator dan pendengar untuk dapat
menumbuhkan motivasi dan keinginan guru memperbaiki proses kegiatan belajar
mengajarnya di kelas pada saat supervisi berikutnya.

Siklus III
1. Perencanaan
5
Sesuai dengan kesepakatan antara guru dan peneliti perencanaan Siklus III
dilakukan karena masih rendahnya hasil proses pembelajaran di kelas yang masih di
bawah kriteria ketuntasan yang ingin dicapai.
Pada tahap perencanaan Siklus III, peneliti dengan para guru menyepakati
bahwa proses Supervisi berikutnya dinilai oleh observer masing-masing kepala
sekolah. Hasil Penyusunan RPP yang dibuat guru yang dipersiapkan untuk pelaksanaan
proses pembelajaran dikirim melalui email pengawas. Sedangkan proses
pelaksanaan pembelajaran yang disupervisi oleh kepala sekolah harus direkam
dengan handycam dan dibuat softcopinya selanjutnya diserahkan atau dikirim
kepada pengawas sekolah.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus III dilakukan sesuai jadwal yaitu pada tanggal
1 2 Oktober 2019. Supervisi yang dilakukan pada Siklus III berbeda dengan model
pada siklus-siklus sebelumnya. Tahapan pelaksanaan Supervisi Siklus III dimulai
melalui kegiatan
pra observasi oleh kepala sekolah kemudian kepala sekolah bersama guru
melakukan kesepakatan untuk melaksanakan observasi kelas terhadap proses
pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menggunakan TI dalam pembelajaran.
Peneliti hanya menilai secara tidak langsung melalui RPP yang diemail dan hasil
rekaman proses pembelajaran yang telah dilakukan para guru.
Setelah melihat dan melakukan pengamatan terhadap hasil penyusunan RPP dan
rekaman proses pembelajaran, Peneliti melakukan kegiatan pasca observasi
secara individu kepada para guru.

3. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini peneliti melakukan penilaian terhadap Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikirim para guru melalui email pengawas,
kemudian pengamatan dilanjutkan dengan mengamati proses pelaksanaan
pembelajaran yang direkam oleh para guru (64 orang).
4. Evaluasi dan Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap komponen RPP dan
Pelaksanaan Pembelajaran yang dilakukan oleh para guru di Gugus V Kota
Padang diperoleh hasil bahwa secara umum para guru telah menunjukkan
kemampuan yang baik dalam melaksanakan proses pembelajaran hal ini terlihat
dari hasil rekaman rekaman yang telah dilakukan oleh masing-masing sekolah para
guru dapat menggunakan pendekatan pembelajaran lain seperi misalnya pembelajaran
kooperatif, pembelajaran beregu, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran
berbasis proyek, dan pembelajaran dengan aneka sumber. Kegiatan evaluasi dan
refleksi siklus III dilaksanakan pada kegiatan workshop. Pada tahapan
evaluasi selaku peneliti menyampaikan hasil evaluasi kegiatan supervisi yang
telah dilakukan pada Siklus III. Pada kesempatan ini supervisor melakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan para gru dan telah
mampu menunjukkan efektivitas proses pembelajaran yang optimal.
6
Pembahasan

Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus I


Berdasarkan kelemahan yang ditemukan pada kemampuan awal maka
peneliti melakukan bimbingan dan pembinaan di Gugus V untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran. Adapun materi
yang disajikan kepada guru meliputi kompetensi pedagogik dan profesional guru,
permendikan no 41 Tahun 2007 dan kemampuan guru dalam merencanakan
pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran.
Setelah dilaksanakan proses siklus I para guru secara bertahap dapat
menyusun dan melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga hasil
supervisi Siklus I mengalamai peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Di bawah ini disajikan tabel hasil pelaksanaan Supervisi
Tabel 4.1. Tabel Hasil Pelaksanaan Supervisi Siklus I
Rata-
No Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan Kategori
rata
1 Pra Siklus 62.76 64.54 63.65 Kurang
2 Siklus I 64.52 65.58 65.05 Cukup

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa keterlaksanaan perencanaan


guru dalam Siklus I 64,52 sedangkan pemenuhan pelaksanaan standar proses
mencapai nilai 65,05. Sehingga terjadi peningkatan rata-rata 1,4 dibanding
kemampuan awal guru. Kemampuan guru pada siklus I mengalami peningkatan
kemampuan seperti pada pra pembelajaran guru sudah memantau kesiapan
siswa untuk belajar, melakukan appersepsi, dan memperhaTIan karakter siswa,
namun umumnya guru belum menyampaikan kriteria pencapaian tujuan.

Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus II


Sebelum kegiatan Siklus II dilaksanakan peneliti mengadakan kegiatan
bimbingan saat workshop di SMAS PGRI 1 Padang, difokuskan kepada analisis
kebutuhan guru terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan Kegiatan Inti dalam
proses pembelajaran antara lain penggunaan pendekatan, metode, model- model
pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Adapun model pelatihan saat workshop para guru belajar sesama guru dengan
model peer teaching sebelum diterapkan dalam pembelajaran sesungguhnya di kelas.
Siklus II dilaksanakan karena nilai rata-rata perolehan siklus I masih jauh
dibawah kemampuan guru yang diharapkan. Berdasarkan hasil refleksi Siklus
I maka peneliti melanjutkan penelitian pada Siklus II.
Pengamatan pada kegiatan inti difokuskan pada kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi proses pembelajaran untuk mencapai indikator yang ditetapkan
dan apakah proses tersebut dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pada tahapan kegiatan inti secara umum guru belum dapat memanfaatkan alokasi
7
waktu yang tersedia sesuai dengan tahapan pembelajaran. Di bawah ini disajikan
Tabel Hasil Pelaksanaan Supervisi Siklus II

Tabel 4.2. Hasil Pelaksanaan Supervisi Siklus II

Rata- Kategori
No Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan
rata
1 Siklus I 64.52 65.58 65.05 Cukup

2 Siklus II 70.44 73.84 72.14 Baik

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa keterlaksanaan perencanaan guru


dalam Siklus I 64,52 sedangkan pemenuhan pelaksanaan standar proses mencapai
nilai 65,05. Sedangkan hasil Siklus II menunjukkan perubahan yang cukup
signifikan pada pernyusunan RPP diperoleh nilai 70,44 dan pada tahap pelaksanaan
pembelajaran diperoleh nilai 73,84 dengan nilai rata-rata 72,14. Sehingga dapat
diketahui bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Peningkatan kemampuan guru tersebut disebabkan karena
proses bimbingan yang didasarkan terhadap analisis kebutuhan guru, proses
Coaching dan peer teaching. Di bawah ini disajikan diagram Hasil Pelaksanaan
Supervisi Siklus I.

75.00%

70.00% Perenca naa


n Pelaksa
naan Ra ta- ra
65.00%
ta

60.00%

Siklus I Siklus II
8

Gambar 4.2. Diagram Hasil Pelaksanaan Supervisi Siklus II

Berdasarkan diagram di atas dapat dijelaskan bahwa Pelaksanaan


Supervisi yang dilakukan kepada guru pada siklus I pada tahap
perencanaan diperoleh diperoleh nilai 64,52%, pada tahap pelaksanaan
diperoleh nilai 65.68% dengan nilai rata-rata 65.05%. Sedangkan hasil
Siklus II menunjukkan perubahan yang cukup signifikan pada pernyusunan
RPP diperoleh nilai 70,44% dan pada tahap pelaksanaan pembelajaran
diperoleh nilai 73,84% dengan nilai rata-rata 72,14%.

4. Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran pada


Siklus III

Sebelum Pelaksanaan Siklus III, dilakukan kegiatan pembinaan melalui


workshop di kelompok SMAS PGRI 1 Padang memfokuskan pada
kekurangan guru dari hasil evaluasi dan refleksi Siklus II dan
dilanjutkan dengan penyampaian materi latih yang meliputi pemanfaatan TI
dalam pelaksanaan pembelajaran.
Setelah melihat dan melakukan pengamatan terhadap hasil penyusunan
RPP dan rekaman proses pembelajaran, Peneliti melakukan kegiatan
pasca observasi secara individu kepada para guru dan dilakukan evaluasi
secara menyeluruh melalui kegiatan kelompok kerja guru.
Di bawah ini disajikan tabel hasil pelaksanaan supervisi Siklus III,
sebagai
berikut :

Tabel 4.3. Hasil Pelaksanaan Supervisi Siklus III

Rata- Kategori
No Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan
rata
1 Siklus II 70.44 73.84 72.14 Baik

2 Siklus III 84.89 88.5 86.70 Baik

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa keterlaksanaan


perencanaan guru dalam Siklus II 70,44 sedangkan pemenuhan pelaksanaan
standar proses mencapai nilai 73,84 dengan nilai rata-rata 72,14.
Sedangkan hasil Siklus III menunjukkan
perubahan yang cukup signifikan pada pernyusunan RPP diperoleh nilai
9

84,89 dan pada tahap pelaksanaan pembelajaran diperoleh nilai 88,50


dengan nilai rata-rata
86,70 dengan kategori Baik. Sehingga dapat diketahui bahwa telah
terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Peningkatan kemampuan guru tersebut disebabkan karena proses
bimbingan yang didasarkan terhadap analisis kebutuhan guru, proses
Coaching dan peer teaching yang dilanjutkan dengan pembuatan materi
pembelajaran menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi. Sedangkan
proses pembelajaran direkam dengan menggunakan Handycamp. Proses ini
membuat kegiatan pembelajaran di kelas menjadi lebih terencana dan
siswa menjadi lebih aktif demikian juga para guru berusaha semaksimal
mungkin menunjukkan kemampuan profesionalnya dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Di bawah ini disajikan diagram Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian pada


Bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kemampuan guru di SMAS PGRI 1 Padang dalam melaksanakan
pembelajaran

yang mengacu pada Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dapat ditingkatkan


melalui Supervisi dengan metode workshop. Hal ini terlihat dari rata-
rata tingkat kemampuan guru pada siklus I sebesar 65,05% yang
tergolong kurang, dan meningkat pada siklus II menjadi 72,14%
yang tergolong kurang dan pada siklus III meningkat menjadi 86,70%
dengan kategori baik.
2. Pelaksanaan Supervisi berbasis Teknologi Informasi yang dilaksanakan
di SMAS PGRI 1 Kota Padang.mampu meningkatkan kemampuan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini karena proses
Supervisi yang dilakukan disesuaikan dengan karakteris TI guru dan
diawali melalui proses pembinaan, dan pelatihan dengan rekan sejawat.

Saran

1. Bagi peserta didik, diharapkan mengikuti pembelajaran yang


diterapkan oleh guru secara maksimal agar tujuan pembelajaran yang
telah direncanakan akan dapat dicapai secara optimal.
2. Bagi guru, hendaknya mampu memanfaatkan Kelompok Kerja
Guru sebagaiwahana peningkatan kemampuan profesional
10

sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilannya dalam


melaksanakan proses pembelajaran yang insfiratif, inovatif, menantang
dan menyenangkan.
3. Bagi kepala sekolah, hendaknya mampu mengembangkan berbagai
kebijakan sekolah agar dapat meningkatkan kualitas dan
profesionalisme dari siswa, guru maupun kepala sekolah sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2011. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Suatu


Pengantar).
Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam
Membina
Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Burhanudin,(1994).Analisis administrasi manajemen dan kepemimpinan
pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara
Dantes. Nyoman. 2008. Supervisi dalam Kaitannya dengan Penjaminan
Mutu Pendidikan. Tersedia pada
http://www.nyomandantes.wordpres s.com. Diunduh pada tanggal 18
Maret 2019.
Dantes, N. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta; Andi Depdikbud. 2007.
Pedoman
Pengelolaan Gugus Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun
2007 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.12 tahun 2007
tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
Depdiknas, 2009, Rambu-rambu Pengembangan Kegiatan MGMP dan
MGMP.
Jakarta: Depdiknas.
Dirjen PMPTK. 2006. Panduan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Tahun
2006. Jakarta: Depdiknas.

You might also like