Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Coronary artery bypass graft (CABG) is a procedure to remove the blood vessels from
internal mammary artery, radial artery or vein saphenus and to the surface of the
heart to create a bypass in coronary artery narrowing. Data taken from the patients
with heart disease from medical department of rehabilitation H.Adam Malik Medan who
undergoing coronary bypass graft surgery. From 73 patients with post-cardiac surgery
who were referred to the Medical Rehabilitation, 49 people were post-CABG (in 2010),
and 57 people in 2011. General anesthesia, diaphragmatic dysfunction, abdominal
distension, changes in chest wall, surgical wound, pleural effusion, pain and
dysfunction of the respiratory muscles, may lead to reduction in lung vital capasity of
up to 55% post operative. Intervention were incentive spirometry and breathing
exercise. The purposes of this study is knowing whether the intervention incentive
spirometry and breathing exercise can more minimize the decline in lung capasity
than breathing exercise intervention only on post-CABG in phase I. Experimental
research with non-probability sampling two group pre test and post test design .
Subjects of group I (n = 9) receive incentive spirometry (IS) and deep breathing
exercises (DBE), while group II (n=9) receive only a deep breathing exercise. Data
analysis with paired samples t-test suggested the mean value of vital capasity (VC)
from group I (IS and DBE) was 73.78% (pre op) after 6 days postoperatively
decreased to 59.56, average decline in 14.22, P = 0.002. While the VC on group II
(DBE) was 74.11 after 6 days postoperatively decreased to 55.78. Average reduction
was 18, 33, p value = 0.0001. There was no significantly differences between group I
and group II from statistical analysis Independent t-test, with p-value = 0.512
(p>0.05). Conclusions of this study: There was a significant effect of incentives
spirometry and deep breathing exercises in preventing the decrease of lung vital
capasity in post-CABG patients, There was a significant influence provision of deep
breathing exercises in preventing the decrease of lung vital capasity, There were no
significant differences between treatment combinations of incentive spirometry and
deep breathing exercises with deep breathing exercises only in preventing the
decrease of lung vital capasity in post-CABG, with a p-value = 0.512.
1. PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner (PJK) kematian nomor satu di Indonesia
menunjukkan jumlah yang cukup (Bahri. 2009). Meskipun secara
berarti sekitar 1.500.000 orang setiap nasional belum ada data pasti tentang
tahunnya terjadi di Amerika, sekitar PJK di Indonesia, tampaknya
500.000 orang meninggal sebelum kecenderungan telah terjadi
sampai di rumah sakit (Bahri. 2009). peningkatan penderita yang dirawat di
Penyakit ini merupakan penyebab Rumah Sakit pemerintah maupun
36
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018
paru-paru, dan meningkatkan kekuatan IRV pada posisi duduk dan posisi
otot-otot respirasi. Semuanya itu akan berdiri adalah lebih besar dari posisi
berimplikasi terhadap peningkatan halflying (Gosselink, 2005).
volume dan Vital capasity paru pada Latihan pernapasan dan mobilisasi
pasca CABG (Overend.et al.2001). sedini mungkin sangat efektif untuk
Penurunan vital capasity paru mengurangi atelektasis, radang paru
dapat terjadi pada pasca operasi besar dan komplikasi paru lainnya pada
maupun akibat dari suatu penyakit pasien pasca operasi CABG. Sebagian
kronik, problem penurunan vital besar literatur mengatakan Intervensi
capasity paru akhir-akhir ini mendapat fisioterapi berupa breating exercise
perhatian serius terutama pada paska pada pre dan pasca operasi akan
bedah thorak dan abdomen, komplikasi mengurangi komplikasi atelektasis dan
paru pasca CABG selain meningkatkan meningkatkan volumen paru (Sema,
biaya perawatan juga beresiko et.al.2006).
terhadap peningkatan angka kematian Metode yang digunakan untuk
(mortality rate) (Nurbasuki.2010). meningkatkan volumen dan vital
Faktor-faktor yang mempengaruhi capasity paru adalah Latihan ketahanan
ventilasi paru antara lain adalah : gaya dan penguatan otot-otot pernapasan,
gravitasi, elastisitas paru, sangkar latihan sikap (postural exercise). Pada
torak dan otot-otot pernapasan. tahap awal latihan pasien pasca operasi
Dimana hal ini memungkinkan untuk dapat diberikan dengan bantuan alat
terjadinya perbedaan tekanan berupa insentif spirometri
intrapleural dan menyebabkan dikombinasikan dengan latihan
perubahan volume dan kapasitas paru. mobilisasi (Irawati.1996). Sejumlah
Volume paru terdiri dari, Tidal Volume studi terbaru ditemukan penambahan
(IV), Inspiratory Reserve Volume (IRV), insentif spirometri dan latihan napas
Expiratory Reserve Volume (ERV), dan dalam telah terbukti meningkatkan
Residual Volume (RV). Kombinasi fungsi paru dan menurunkan
keempat volume tersebut akan komplikasi paru. Isentif spirometri
membentuk kapasitas paru yaitu merupakan perangkat yang baik dalam
kapasitas inspirasi, kapasitas residu memberikan umpan balik visual dalam
fungsional, kapasitas vital, kapasitas latihan pernapasan (Sema. et al,
total paru (Ganong. W. F., 2003). 2006).
Pada pasien pasca operasi CABG Penelitian yang dilakukan oleh
posisi awal adalah terlentang, hal ini Guimaraes, et al, 2006 di Brazil
akan menyebabkan lengkungan menyimpulkan bahwa penambahan
diafragma akan terdesak oleh organ insentif spirometri pada pasien pasca
viscera pada perut hal ini akan bedah torak, efektif untuk mencegah
menyulitkan pasien untuk bernapas. komplikasi paru dan lama perawatan di
Dalam suatu journal penelitian yang rumah sakit. Sementara penelitian
bertujuan untuk menentukan pengaruh yang dilakukan oleh (Gosselink.et al,
posisi pada aktivitas expiratory otot 2005) di Belgia menyatakan bahwa
abdominal menyebutkan bahwa ERV insentif spirometri tidak efektif dalam
nilainya lebih kecil pada posisi mencegah atelektasis pada pasca
terlentang dibanding posisi lain. VC operasi thorak dan abdomen. Dengan
dalam posisi berdiri, duduk adalah lebih insentif spirometri diharapkan dapat
besar dari posisi yang terlentang, dan meningkatkan volume dan vital
38
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018
55,78 ± 7,99 dengan nilai terendah 48 perlakuan memiliki nilai P lebih besar
dan tertinggi adalah 69. dari 0,05 (P > 0,05), maka kedua
Tabel 1.3 data dianggap berdistribusi normal.
Gambaran skor persen prediksi VC Sedangkan selisih kedua perlakuan nilai
sebelum dan setelah perlakuan P lebih besar dari 0,05 (P > 0,05),
breathing exercise pada kelompok II yang berarti data berdistribusi normal.
1.5 Uji hipotesis I. Pemberian
Skor FVC s Minim Maximu Mean SD breathing exercise dan insentif
um m spirometri dalam
Sebelum 9 60 86 74,11 8,31
Perlakuan meminimalisasi penurunan vital
(pre capasity paru.
operasi) Tabel 1.5. memperlihatkan bahwa
Setelah 9 48 69 55,78 7,99 rerata nilai VC pada 9 subjek di awal
Perlakuan
(pasca penelitian (sebelum operasi) adalah
operasi) 73,78 (SD 13,52). Setelah
mendapatkan terapi kombinasi
1.4 Uji Normalitas data Vital breathing exercise dan insentif
capasity Pasien CABG spirometri selama 6 hari atau 6 kali
Uji normalitas digunakan untuk pertemuan (sesudah operasi),
mengetahui apakah data dari sampel penurunan nilai reratanya menjadi
yang diambil memiliki distribusi yang 59,56 (SD 8,35).
normal atau tidak, sebagai prasyarat Rerata penurunan nilai VC awal
untuk menentukan uji statistik. Pada dan setelah enam hari diterapi dengan
pengujian ini menggunakan uji breathing exercise dan insentif
Shapiro-wilk, data vital capasity (vc) spirometri adalah 14,22. Analisis
yang diuji sebelum, setelah perlakuan statistik dengan uji T dependen
dan selisih sebelum dan setelah menunjukkan nilai P = 0,002,
perlakuan. Kriteria pengujian apabila maknanya: Bila tidak ada perbedaan
nilai P > 0,05, maka data berdistribusi rerata nilai VC sebelum dan setelah
normal. Sedangkan bila nilai P < 0,05, perlakuan, terdapat kemungkinan
maka data tidak berdistribusi normal, sebesar 0,002 (0,2%). Karena nilai
yang hasilnya tertera pada tabel1.4 ρ<0,05 disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan dalam hal
rerata nilai VC sebelum perlakuan dan
Tabel 1.4 setelah 6 hari mendapatkan terapi
Hasil Uji Normalitas Data VC pada kombinasi breathing exercise dan
Sebelum dan Sesudah Insentif insentif spirometri
Spirometri dan Breathing Exercise.
Kelompok P Keterangan Tabel 1.5.
VC sebelum terapi 0,361 Normal Uji T dependen nilai VC sebelum dan
BE dan IS setelah mendapatkan terapi breathing
VC sesudah terapi 0,538 Normal exercise dan insentif spirometri (Kel.I).
BE dan IS n Mean Std. 95% CI of Nilai P
Selisih sebelum dan 0,042 Normal Devia Difference
sesudah terapi tion
VC sebelum terapi 0,905 Normal Pair 1 Sebelum 9 73,78 13,52
BE perlakuan 7,13 – 21,32 0,002
VC sesudah terapi 0,106 Normal (Pre op)
BE Setelah 9 59,56 8,35
Selisih sebelum dan 0,185 Normal perlakuan
setelah terapi (post op)
Berdasarkan table diatas dapat
dilihat bahwa data masing-masing 1.6 Uji hipotesis II. Pemberian
kelompok sebelum dan setelah breathing exercise dalam
41
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018
43
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018
44
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018
besar karena adanya rangsangan dua Bahri T.2009, Penyakit jantung koroner
arah yaitu melalui saraf tepi (perifer) beserta penanggulangannya, USU,
dan Syaraf pusat (sentral). Hal ini Medan.
dapat menjadi pertimbangan bagi kita Despopoulos,AMD.Color Atlas of
dalam melakukan intervensi fisioterapi Physiology.edisi 5, New
terhadap meminimalisasi penurunan York:Thieme, 2003.
vital capasity atau nilai VC, walaupun Freitas FR, 2007. Incentive spirometry
kemungkinan masih ada kontroversi for preventing pulmonary
sesuai dinamika ilmu pengetahuan. complication after coronary artery
bypass graft, Brazil Centro Physical
5. KESIMPULAN Therapy Department, Parana,
Berdasarkan dari pembahasan Brazil
diatas dapat disimpulkan sebagai Ganong WF. 2003, Fisiologi
berikut, terdapat pengaruh yang Kedokteran, editor, H.M.Djauhari,
signifikan pada kombinasi pemberian EGC, Jakarta, P.621-670.
insentif spirometri dan breathing Gosselink.R. .2005, Respiratory Muscle
exercise dalam menghambat Assesment, Europa Respiratory
penurunan vital capasity paru pada Society journals.
pasca CABG fase I, Terdapat pengaruh Guimaraes. et al, 2006. Incentive
yang signifikan pada pemberian Spirometry For Prevention of Post
breathing exercise dalam menghambat Operative Pulmonary Complication
penurunan vital capasity paru pada in Upper Abdominal Surgery,
pasca CABG fase I, Tidak terdapat Department of Aesthetics and
perbedaan yang bermakna antara Cosmetology, CESUMAR,Brazil.
perlakuan kombinasi insentif spirometri Irawati. ch,2005, Program Fisioterapi
dan deep breathing exercise dengan Pada Kasus Pulmonal, RSAB
deep breathing exercise saja terhadap Harapan Kita,Jakarta
menghambat penurunan vital capasity Kusmana D, 1997, Olahraga Bagi
paru pada pasca CABG fase I. Kesehatan Jantung, Cetakan
pertama, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmana.D. dkk. 2003. Simposium
Adam Malik, RSUP, 2011, Laporan Rehabilitasi Jantung Indonesi II,
Evaluasi Kinerja Rumah Sakit Indonesia heart Association,
Umum Pusat H.Adam Malik tahun Jakarta.
2011.Medan Mulyono D.1997. Rehabilitasi pada
Adriskanda, B. Yunus, F. Setiawan, B. Penyakit Paru Obstruktif Menahun.
1997. Perbandingan nilai kapasitas CDK,114:p.33-36. Jakarta
Difusi paru antara orang yang Nurbasuki,2010 , Problematik
terlatih dan tidak terlatih. Jurnal Fisioterapi pada Kasus Respirasi,
Respirologi Indonesia, 17, 76– 83. Universitas Indonusa Esa Unggul
Alsagaf.dkk.2002. Dasar-dasar Ilmu Jakarta.
Penyakit Paru .Surabaya: Airlangga Overend T.J, Anderson C.M, Lucy
Press. D,Jonson B.I, 2001. The Effect of
Anonim. 2010. Laporan Tahunan Incentive Spirometry on
Cardiac Vascular Care Unit RSUP Postoperative Pulmonary
H.Adam Malik Tahun 2010. Medan Complications. Chest
Atmadja DS, Doewes M. 2004. ACSM: Journal.chestpubs.org; 120:3:971-
Panduan Uji Latihan Jasmani dan 978.
Peresepannya.Edisi 5, EGC. Pocock, SJ, 2008. Clinical Trial A
Jakarta. Practical Approach, John wiley &
Sons, England
45
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018
46