You are on page 1of 11

Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)

Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018


http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018

INCENTIVE SPIROMETRY AND DEEP BREATHING EXERCISE


PREFER TO PREVENT DECREASED OF LUNG VITAL CAPASITY
AS GOOD AS DEEP BREATHING EXERCISE POST
CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT PHASE I

Sabirin Berampu, Indra Alamsyah

Program Studi Fisioterapi Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi


Institut Kesehatan Medistra, Lubuk Pakam
Email: sabirinbrampu@yahoo.co.id

ABSTRACT
Coronary artery bypass graft (CABG) is a procedure to remove the blood vessels from
internal mammary artery, radial artery or vein saphenus and to the surface of the
heart to create a bypass in coronary artery narrowing. Data taken from the patients
with heart disease from medical department of rehabilitation H.Adam Malik Medan who
undergoing coronary bypass graft surgery. From 73 patients with post-cardiac surgery
who were referred to the Medical Rehabilitation, 49 people were post-CABG (in 2010),
and 57 people in 2011. General anesthesia, diaphragmatic dysfunction, abdominal
distension, changes in chest wall, surgical wound, pleural effusion, pain and
dysfunction of the respiratory muscles, may lead to reduction in lung vital capasity of
up to 55% post operative. Intervention were incentive spirometry and breathing
exercise. The purposes of this study is knowing whether the intervention incentive
spirometry and breathing exercise can more minimize the decline in lung capasity
than breathing exercise intervention only on post-CABG in phase I. Experimental
research with non-probability sampling two group pre test and post test design .
Subjects of group I (n = 9) receive incentive spirometry (IS) and deep breathing
exercises (DBE), while group II (n=9) receive only a deep breathing exercise. Data
analysis with paired samples t-test suggested the mean value of vital capasity (VC)
from group I (IS and DBE) was 73.78% (pre op) after 6 days postoperatively
decreased to 59.56, average decline in 14.22, P = 0.002. While the VC on group II
(DBE) was 74.11 after 6 days postoperatively decreased to 55.78. Average reduction
was 18, 33, p value = 0.0001. There was no significantly differences between group I
and group II from statistical analysis Independent t-test, with p-value = 0.512
(p>0.05). Conclusions of this study: There was a significant effect of incentives
spirometry and deep breathing exercises in preventing the decrease of lung vital
capasity in post-CABG patients, There was a significant influence provision of deep
breathing exercises in preventing the decrease of lung vital capasity, There were no
significant differences between treatment combinations of incentive spirometry and
deep breathing exercises with deep breathing exercises only in preventing the
decrease of lung vital capasity in post-CABG, with a p-value = 0.512.

Keywords: Deep breathing exercises, incentive spirometry, lung vital capasity.

1. PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner (PJK) kematian nomor satu di Indonesia
menunjukkan jumlah yang cukup (Bahri. 2009). Meskipun secara
berarti sekitar 1.500.000 orang setiap nasional belum ada data pasti tentang
tahunnya terjadi di Amerika, sekitar PJK di Indonesia, tampaknya
500.000 orang meninggal sebelum kecenderungan telah terjadi
sampai di rumah sakit (Bahri. 2009). peningkatan penderita yang dirawat di
Penyakit ini merupakan penyebab Rumah Sakit pemerintah maupun
36
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018

swasta. Data dari bagian Cardiac Tujuan fisioterapi secara umum


Vascular Care Unit ( CVCU) pada fase I adalah: mempertahankan
RSUP H.Adam Malik Medan, jumlah atau meningkatakan fungsi paru salah
pasien PJK yang di rawat 613 orang satunya vital capasity paru,
dalam tahun 2010. mengurangi nyeri dan spasme otot,
Data dari bagian rehabilitasi medis mencegah komplikasi bed rest dan
RSUP H.Adam Malik Medan mengembalikan fungsi jantung. (Dede,
menunjukkan penderita penyakit et al. 2003)
jantung koroner yang menjalani Gangguan fungsi paru pada pasca
operasi bypass graft atau CABG operasi thorak dan abdomen
(Coronarya Arteri Bypass Graft), dari penyebabnya sangat komplek antara
73 pasien pasca operasi jantung yang lain: Anastesi umum, disfungsi
dirujuk ke Rehabilitasi Medik, 49 orang diafragma, distensi abdomen,
adalah pasca CABG ( tahun 2010), dan perubahan dinding dada, luka operasi,
57 orang pada tahun 2011 ( Adam efusi pleura, rasa nyeri dan disfungsi
malik, 2011). otot- otot pernapasan. Dari semua hal
Masalah yang timbul pada fase tersebut akan berkontribusi untuk
awal pasca operasi adalah; nyeri terjadinya atelektasis dan penurunan
sekitar dada, sesak napas, sekret sulit vital capasity paru, sehingga fungsi
untuk dikeluarkan dan keterbatasan paru berkurang hingga 55% setelah
aktivitas. Efek dari anaestesia, nyeri operasi thorak (Gosselink. 2005 ).
luka operasi, posisi supin lying, Program yang diberikan selama ini
respirasi yang monoton dan dangkal di Rehabilitasi Jantung RSUP H.Adam
akan menyebabkan penimbunan secret Malik adalah Chest Fisioterapi
di saluran napas atau atelektasis, hal konvensional tanpa menggunakan alat
ini menyebabkan penurunan volume atau media, antara lain : latihan batuk
paru dan fungsi paru (Nurbasuki. efektif, huffing, puslip breating
2010). exercise, percusi, vibrasi, latihan
Program rehabilitasi jantung atau passiv-aktif, latihan transfer dan
Fisioterapi secara umum bertujuan ambulasi. (Standar pelayan RSUP
untuk memulihkan keadaan penderita A.Malik 2008). Peneliti ingin
sesegera mungkin agar sembuh atau menambahkan satu tindakan yaitu
kembali pada keadaan sebelum sakit. pemberian insentif spirometri pada
Mampu mandiri dalam aktifitas sehari- pasien pasca operasi CABG, untuk
hari bahkan kembali bekerja menjadi mencegah penurunan vital capasity
manusia yang produktif ( Dede, et al. volume paru.
2003). Insentif spirometri adalah : Suatu
Program rehabilitasi jantung alat mekanis yang didesain untuk
dikelompokkan menjadi 3 fase yaitu : menstimulasi inspirasi maksimal
Fase I (Fase rawat inap selama 7 – 14 melalui penggunaan umpan balik
hari), Fase II (Fase rawat jalan sekitar (feedback). Insentif spirometri
4 hingga 8 minggu), dan (3) Fase III ( memberikan fasilitasi neuro fisiologi
Fase pemeliharaan selama 3-6 bulan ). respirasi melalui rangsangan eksternal
Penelitian ini ditujukan pada fase I dan internal, propioseptik dan taktil
yaitu saat pasien dirawat di ICCU dan sehingga memberikan efek terhadap
CVCU . pola pernafasan, ekspansi thorak,
meminimalisasi penumpukan cairan di
37
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018

paru-paru, dan meningkatkan kekuatan IRV pada posisi duduk dan posisi
otot-otot respirasi. Semuanya itu akan berdiri adalah lebih besar dari posisi
berimplikasi terhadap peningkatan halflying (Gosselink, 2005).
volume dan Vital capasity paru pada Latihan pernapasan dan mobilisasi
pasca CABG (Overend.et al.2001). sedini mungkin sangat efektif untuk
Penurunan vital capasity paru mengurangi atelektasis, radang paru
dapat terjadi pada pasca operasi besar dan komplikasi paru lainnya pada
maupun akibat dari suatu penyakit pasien pasca operasi CABG. Sebagian
kronik, problem penurunan vital besar literatur mengatakan Intervensi
capasity paru akhir-akhir ini mendapat fisioterapi berupa breating exercise
perhatian serius terutama pada paska pada pre dan pasca operasi akan
bedah thorak dan abdomen, komplikasi mengurangi komplikasi atelektasis dan
paru pasca CABG selain meningkatkan meningkatkan volumen paru (Sema,
biaya perawatan juga beresiko et.al.2006).
terhadap peningkatan angka kematian Metode yang digunakan untuk
(mortality rate) (Nurbasuki.2010). meningkatkan volumen dan vital
Faktor-faktor yang mempengaruhi capasity paru adalah Latihan ketahanan
ventilasi paru antara lain adalah : gaya dan penguatan otot-otot pernapasan,
gravitasi, elastisitas paru, sangkar latihan sikap (postural exercise). Pada
torak dan otot-otot pernapasan. tahap awal latihan pasien pasca operasi
Dimana hal ini memungkinkan untuk dapat diberikan dengan bantuan alat
terjadinya perbedaan tekanan berupa insentif spirometri
intrapleural dan menyebabkan dikombinasikan dengan latihan
perubahan volume dan kapasitas paru. mobilisasi (Irawati.1996). Sejumlah
Volume paru terdiri dari, Tidal Volume studi terbaru ditemukan penambahan
(IV), Inspiratory Reserve Volume (IRV), insentif spirometri dan latihan napas
Expiratory Reserve Volume (ERV), dan dalam telah terbukti meningkatkan
Residual Volume (RV). Kombinasi fungsi paru dan menurunkan
keempat volume tersebut akan komplikasi paru. Isentif spirometri
membentuk kapasitas paru yaitu merupakan perangkat yang baik dalam
kapasitas inspirasi, kapasitas residu memberikan umpan balik visual dalam
fungsional, kapasitas vital, kapasitas latihan pernapasan (Sema. et al,
total paru (Ganong. W. F., 2003). 2006).
Pada pasien pasca operasi CABG Penelitian yang dilakukan oleh
posisi awal adalah terlentang, hal ini Guimaraes, et al, 2006 di Brazil
akan menyebabkan lengkungan menyimpulkan bahwa penambahan
diafragma akan terdesak oleh organ insentif spirometri pada pasien pasca
viscera pada perut hal ini akan bedah torak, efektif untuk mencegah
menyulitkan pasien untuk bernapas. komplikasi paru dan lama perawatan di
Dalam suatu journal penelitian yang rumah sakit. Sementara penelitian
bertujuan untuk menentukan pengaruh yang dilakukan oleh (Gosselink.et al,
posisi pada aktivitas expiratory otot 2005) di Belgia menyatakan bahwa
abdominal menyebutkan bahwa ERV insentif spirometri tidak efektif dalam
nilainya lebih kecil pada posisi mencegah atelektasis pada pasca
terlentang dibanding posisi lain. VC operasi thorak dan abdomen. Dengan
dalam posisi berdiri, duduk adalah lebih insentif spirometri diharapkan dapat
besar dari posisi yang terlentang, dan meningkatkan volume dan vital
38
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018

capasity paru dan kebutuhan oksigen dibagi dua kelompok, Kelompok I


akan terpenuhi sehingga kapasitas fisik adalah subyek yang mendapatkan
makin meningkat dan proses perlakuan insentif spirometri dan
pemulihan lebih baik. Di sisi lain masih breathing exercise sedangkan
adanya kontroversi perlu tidaknya kelompok II adalah subyek yang
pemberian latihan insentif spirometri mendapatkan pelayanan fisioterapi
pada penderita pasca operasi CABG di sesuai dengan standar berupa breating
Rumah sakit. exercise. Data akan diolah dengan
Berdasarkan uraian di atas penulis menggunakan Uji statistik deskriptif
tertarik untuk meneliti perbedaan untuk menganilisis umur, jenis kelamin
pemberian intervensi insentif spirometri , pekerjaan ,faktor resiko, Uji
dan breathing exercise dengan normalitas data dengan Saphiro Wilk
breathing exercise konvensional dalam Test, untuk mengetahui data
meminimalisasi penurunan vital berdistribusi normal nilai signifikan
capasity paru pada pasca operasi lebih besar dari 0,05 ( P>0,05), Uji
CABG fase I. Dengan insentif spirometri homogenitas data dengan Leven,s Test,
diharapkan dapat meningkatkan untuk mengetahui sebaran data
volume dan vital capasity paru dan bersifat homogen dengan nilai
kebutuhan oksigen akan terpenuhi signifikansi lebih besar dari 0,05 (
sehingga kapasitas fisik makin P>0,05).
meningkat dan proses pemulihan lebih Jika datanya berdistribusi normal,
baik. Tujuan penelitian, adalah maka digunakan pengujian hipotesis 1
mengetahuai intervensi insentif dengan menggunakan paired sample t-
spirometri dan breathing exercise test untuk menguji penurunan vital
menghambat penurunan vital capasity capasity paru atau nilai prosentase
paru pada pasien pasca CABG fase I, prediksi FVC sebelum (pre operasi
mengetahui intervensi breathing dengan setelah perlakuan ( pasca
exercise menghambat penurunan vital operasi) dengan perlakuan insentif
capasity paru pada pasien pasca CABG spirometri dan Breating exercise
fase I, mengetahui intervensi insentif (kel.I). Pengujian hipotesis 2 yaitu:
spirometri dan breating exercise lebih perbedaan nilai FVC paru sebelum
menghambat penurunan vital capacity perlakuan dengan setelah perlakuan
paru dibanding dengan hanya Breathing exercise (kel.II) sebelum dan
intervensi breathing exercise pada setelah perlakuan. Untuk pengujian ini
pasca CABG fase I digunakan Pired sample t-test.
Pengujiann hipotesis 3 yaitu: Untuk
2. METODE PENELITIAN mengetahui perbedaan penurunan nilai
Jenis penelitian ini adalah penelitian FVC kelompok (I) dengan penurunan
metode kuantitatif jenis eksperimental, nilai FVC kelompok (II) setelah
dengan rancangan penelitian yang mendapatkan perlakuan selama 6 hari,
digunakan adalah pre test and post test untuk pengujian ini digunakan
group design. Untuk mengetahui efek Independenty sample t-test.
pemberian terapi combinasi Insentif Jika datanya tidak berdistribusi
spirometri dengan breathing exercise normal, maka digunakan pengujian
dan pemberian hanya pemberian hipotesis 1 dengan menggunakan
breathing exercise di ICCU dan CVCU Wilcoxon match pairs test untuk
RSUP H. adam malik. Subyek penelitian menguji penurunan vital capasity paru
39
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018

atau nilai prosentase prediksi FVC 61 – 70 tahun 4(22%) 1(11%) 3(33,3%)


sebelum (pre operasi dengan setelah Mean = 56,00 SD =
perlakuan ( pasca operasi) dengan 3,77
3 Tinggi badan(%)
perlakuan insentif spirometri dan
141 – 150 Cm 4(22%) 1(11%) 2(22,2%)
Breating exercise ( kel.I) Pengujian 151 – 160 Cm 10(56%) 7(78%) 3(33,3%)
hipotesis 2 yaitu: perbedaan nilai FVC 161 – 170 Cm 4(22%) 1(11%) 4(44,5%)
Mean = 158,67
paru sebelum perlakuan dengan SD = 3,77
setelah perlakuan Breathing exercise 4 Berat badan(%)
41 – 50 kg 6(33%) 2(22,2%) 4(44,5%)
(kel.II) sebelum dan setelah perlakuan. 51 – 60 kg 9(50%) 6(66,7%) 3(33,3%)
Untuk pengujian ini digunakan 61 – 70 kg 3(17%) 1(11,1%) 2(22,2%)
Mean = 57,00
Wilcoxon match pairs test. Pengujiann SD = 5,98
hipotesis 3 yaitu: Untuk mengetahui 1.2 Gambaran Nilai vital capacity
perbedaan penurunan nilai FVC (VC) sebelum dan setelah
kelompok (I) dengan penurunan nilai perlakuan kelompok I
FVC kelompok (II) setelah Sebelum mendapatkan kombinasi
mendapatkan perlakuan selama 6 hari, insentif spirometri dan breathing
exercise (pre operasi), nilai rerata
untuk pengujian ini digunakan Mann
prosen prediksi vital capasity adalah
whitney U test 73,78 ± 13,51 dengan nilai terendah
55 dan tertinggi adalah 90. Setelah
3. HASIL PENELITIAN. mendapatkan terapi combinasi (pasca
Penelitian ini dilakukan di Instalasi operasi) nilai rerata menurun menjadi
Rehabilitasi Medik unit fisioterapi, ICCU 59,56 ± 8,53 dengan nilai terendah 48
dan CVCU RSUP H. Adam Malik Medan dan tertinggi adalah 71, hasilnya
yang terletak di Jalan Bunga Lau nomor tertera pada tabel 1.2di bawah ini.
17 Medan, Sumatera Utara. Populasi
penelitian ini adalah pasien pasca CABG
yang dirawat di Intensive cardiac care Tabel 1.2
unit (ICCU) dan Cardiac vascular care Gambaran skor persen prediksi Vital
unit (CVCU) RSUP H.Adam Malik. capasity sebelum dan setelah
Lama periode pengambilan sampel, perlakuan Pada Kelompok I
yaitu selama 3 bulan sejak tanggal 25 Skor VC s Mini Maxi Mean SD
januari sampai 20 April 2012 , mum mum
Sebelum 9 55 90 73,78 13,51
terdapat 18 orang yang memenuhi Perlakuan
kriteria inklusi dan eksklusi sehingga (pre
diikutkan dalam penelitian ini. operasi)
Setelah 9 48 71 59,56 8,53
Perlakuan
1.1 Deskripsi Karakteristik Subjek (pasca
Penelitian operasi)
Gambaran karakteristik subyek
penelitian ini disajikan pada tabel 1.1 1.3 Gambaran Nilai VC Sebelum
Tabel 1.1. dan Setelah Perlakuan pada
Gambaran karakteristik demografi subyek Kelompok II.
penelitian
Sebelum mendapatkan terapi
N Karakteristik Frekuensi Kelompok. KelompokII breathing exercise (pre operasi), nilai
O subyek I (BE+IS) (BE) rerata prosen prediksi VC adalah 74,11
N% 18(100%) 9 (50%) 9(50%) ± 8,31 dengan nilai terendah 60 dan
1 Jenis kelamin(%) tertinggi adalah 86. Setelah
Laki-laki 15(83%) 8(89%) 7(88%)
Perempuan 3(17%) 1(11%) 2(22%)
mendapatkan terapi breathing exercise
Umur (%) (pasca operasi) nilai rerata menjadi
2 41 – 50 tahun 4(22%) 1(11%) 3(33,3%)
51 – 60 tahun 10(56%) 7(78%) 3(33,3%)
40
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018

55,78 ± 7,99 dengan nilai terendah 48 perlakuan memiliki nilai P lebih besar
dan tertinggi adalah 69. dari 0,05 (P > 0,05), maka kedua
Tabel 1.3 data dianggap berdistribusi normal.
Gambaran skor persen prediksi VC Sedangkan selisih kedua perlakuan nilai
sebelum dan setelah perlakuan P lebih besar dari 0,05 (P > 0,05),
breathing exercise pada kelompok II yang berarti data berdistribusi normal.
1.5 Uji hipotesis I. Pemberian
Skor FVC s Minim Maximu Mean SD breathing exercise dan insentif
um m spirometri dalam
Sebelum 9 60 86 74,11 8,31
Perlakuan meminimalisasi penurunan vital
(pre capasity paru.
operasi) Tabel 1.5. memperlihatkan bahwa
Setelah 9 48 69 55,78 7,99 rerata nilai VC pada 9 subjek di awal
Perlakuan
(pasca penelitian (sebelum operasi) adalah
operasi) 73,78 (SD 13,52). Setelah
mendapatkan terapi kombinasi
1.4 Uji Normalitas data Vital breathing exercise dan insentif
capasity Pasien CABG spirometri selama 6 hari atau 6 kali
Uji normalitas digunakan untuk pertemuan (sesudah operasi),
mengetahui apakah data dari sampel penurunan nilai reratanya menjadi
yang diambil memiliki distribusi yang 59,56 (SD 8,35).
normal atau tidak, sebagai prasyarat Rerata penurunan nilai VC awal
untuk menentukan uji statistik. Pada dan setelah enam hari diterapi dengan
pengujian ini menggunakan uji breathing exercise dan insentif
Shapiro-wilk, data vital capasity (vc) spirometri adalah 14,22. Analisis
yang diuji sebelum, setelah perlakuan statistik dengan uji T dependen
dan selisih sebelum dan setelah menunjukkan nilai P = 0,002,
perlakuan. Kriteria pengujian apabila maknanya: Bila tidak ada perbedaan
nilai P > 0,05, maka data berdistribusi rerata nilai VC sebelum dan setelah
normal. Sedangkan bila nilai P < 0,05, perlakuan, terdapat kemungkinan
maka data tidak berdistribusi normal, sebesar 0,002 (0,2%). Karena nilai
yang hasilnya tertera pada tabel1.4 ρ<0,05 disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan dalam hal
rerata nilai VC sebelum perlakuan dan
Tabel 1.4 setelah 6 hari mendapatkan terapi
Hasil Uji Normalitas Data VC pada kombinasi breathing exercise dan
Sebelum dan Sesudah Insentif insentif spirometri
Spirometri dan Breathing Exercise.
Kelompok P Keterangan Tabel 1.5.
VC sebelum terapi 0,361 Normal Uji T dependen nilai VC sebelum dan
BE dan IS setelah mendapatkan terapi breathing
VC sesudah terapi 0,538 Normal exercise dan insentif spirometri (Kel.I).
BE dan IS n Mean Std. 95% CI of Nilai P
Selisih sebelum dan 0,042 Normal Devia Difference
sesudah terapi tion
VC sebelum terapi 0,905 Normal Pair 1 Sebelum 9 73,78 13,52
BE perlakuan 7,13 – 21,32 0,002
VC sesudah terapi 0,106 Normal (Pre op)
BE Setelah 9 59,56 8,35
Selisih sebelum dan 0,185 Normal perlakuan
setelah terapi (post op)
Berdasarkan table diatas dapat
dilihat bahwa data masing-masing 1.6 Uji hipotesis II. Pemberian
kelompok sebelum dan setelah breathing exercise dalam

41
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018

meminimalisasi penurunan vital sedangkan pada kelompok perlakuan (


capasity paru. II ) yang mendapatkan hanya Terapi
Tabel 1.6 memperlihatkan bahwa latihan adalah: 14,22. Analisis statistik
rerata nilai VC pada 9 subjek di awal uji beda Independent t test pada
penelitian (sebelum operasi) adalah masing - masing 9 subyek
74,11 (SD 8,31). Setelah mendapatkan menunjukkan nilai P adalah 0,512.
terapi kombinasi breathing exercise Karena nilai P >0,05 maka tidak ada
dan insentif spirometri selama 6 hari perbedaan yang signifikan antara
atau 6 kali pertemuan (sesudah pemberian kombinasi breathing
operasi), penurunan nilai reratanya exercise dan insentif spirometri ( kel.I )
menjadi 55,78 (SD 7,99). dengan breathing exercise saja ( kel.II
Rerata penurunan nilai VC awal dan ),dalam meminimalisasi penurunan
setelah enam hari diterapi dengan nilai prosen prediksi vital capasity paru
breathing exercise dan insentif pada pasien CABG fase I.
spirometri adalah 18,33. Analisis
statistik dengan uji T dependen Tabel 1.7
menunjukkan nilai P = 0,000. Karena Uji Independent t-Test uji beda selisih
nilai ρ<0,05 disimpulkan bahwa ada nilai kelompok I dan Kelompok II
perbedaan yang signifikan dalam hal terhadap Penurunan nilai VC paru
rerata nilai VC sebelum perlakuan dan Jenis
setelah 6 hari mendapatkan terapi n Mean T P
Perlakuan
combinasi breathing exercise dan Breathing
insentif spirometri exercise dan
Tabel 1.6 insentif
Uji T dependen nilai VC sebelum dan spirometri
setelah mendapatkan terapi breathing (Kel.I) 9 14,22
exercise (Kel.II). Terapi Latihan
n Mean Std. 95% CI of Nilai
0,671 0,512
( Kel.II) 9 18,33
Devia Difference P
tion
Pair 1 Sebelum 9 74,11 8,31
perlakuan 11,39-25,27 0,000 4. PEMBAHASAN
(Pre op)
Setelah 9 55,78 7,99
Penelitian ini merupakan
perlakuan penelitian eksperimental dengan tujuan
(post op) untuk mengetahui perbandingan efek
terapi kombinasi breathing exercise
dan insentif spirometri dibandingkan
dengan hanya breathing exercise dalam
mencegah penurunan vital capasity
paru (VC).
Pasien pro CABG dilakukan
assessment dan fisioterapi pre operasi
1.7 Uji hipotesis III. Perbedaan yang meliputi anamnesis, pemeriksaan
antara pemberian breathing fisik dan pengukuran fungsi paru salah
exercise dan insentif spirometri satunya vital capasity (VC) dengan
(kel.I) dengan breathing spirometri. Bagi pasien yang memenuhi
exercise convensional (kel.II) kriteria inklusi, akan dimasukkan
dalam meminimalisasi kedalam salah satu kelompok secara
penurunan vital capasity paru. acak, untuk kemudian diberikan
Tabel 5.7 memperlihatkan intervensi berupa kombinasi breathing
selisih nilai rerata nilai VC pada pre dan exercise dan insentif spirometri atau
post kelompok perlakuan (I) yang hanya terapi breathing exercise saja
mendapatkan breathing exercise dan sesuai dengan kelompoknya masing-
insentif spirometri adalah: 18,33, masing, kemudian setelah enam kali
42
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018

fisioterapi atau hari keenam pasca exercise dengan insentif spirometri


operasi dilakukan pengukuran fungsi adalah 14,22.
paru atau vital capasity Analisis statistik dengan uji t
dependen menunjukkan nilai p =
1.1 Karakteristik subyek penelitian 0,002, karena nilai ρ<0,05 disimpulkan
Pada penelitian ini jumlah subyek bahwa ada perbedaan yang signifikan
penelitian adalah sebanyak 18 orang dalam hal rerata nilai FVC sebelum
dimana dijumpai laki-laki lebih banyak perlakuan ( sebelum operasi) dan
dibandingkan perempuan yaitu 83% setelah enam kali mendapatkan
laki-laki (n=15), dan 17% adalah perlakuan terapi kombinasi breathing
perempuan (n=3.), laki – laki exercise dengan insentif spirometri
terbanyak pada kelompok I yaitu 8 (pasca operasi).
orang. Rerata usia subyek pada Menurut Gosselink (2005)
penelitian kelompok I adalah 56 tahun menyatakan bahwa operasi torak dan
(SD = 3,77) dan kelompok II (rerata abdomen menyebabkan penurunan
57 ± 6,34 tahun) dengan rentang usia fungsi paru hingga 55% pasca operasi.
48 - 61 tahun. Rentang usia yang Hal ini disebabkan oleh efek
terbesar adalah 51-60 tahun anaestesia, nyeri sekitar luka operasi,
sebanyak 10 orang (56%) terdapat 7 disfungsi diafragma, disfungsi otot-otot
orang (78%) pada kelompok I. Menurut pernapasan dari kesemuanya itu akan
Ulfa.A(2001) resiko penyakit jantung berkontribusi untuk terjadinya
koroner meningkat seiring usia. atelektasis hingga menyebabkan
Semakin tua, semakin menurun penurunan vital capasity paru.
efektivitas organ-organ tubuh, Penelitian yang dilakukan oleh
termasuk sistem kardiovaskulernya. Guemaraes.et.al (2006). Penambahan
Lebih dari 80 persen penderita jantung insentif spirometri dalam intervensi
koroner berusia di atas 60 tahun. Laki- fisioterapi pada pasca bedah torak,
laki cenderung lebih cepat terkena telah terbukti dapat mencegah
dibandingkan perempuan, yang komplikasi komplikasi paru dan
risikonya baru meningkat drastis mengurangi lama perawatan di rumah
setelah menopause. sakit. Irawati ch (1996) menyatakan
Tinggi badan responden bahwa tahap awal latihan penguatan
kelompok I (rerata 158,67 ±5,45 cm) dan ketahanan otot- otot pernapasan
sedangkan kelompok II (rerata 157,89 pada pasien pasca operasi dapat
±6,27 cm), hal ini sesuai dengan diberikan dengan bantuan alat insentif
fisiologi bahwa semakin tinggi umur spirometri dan latihan mobilisasi untuk
akan semakin rendah tinggi badan dan meningkatkan vital capasity paru.
juga nilai prosen prediksi fungsi paru. Menurut penelitian overend J.et al.
1.2. Pengaruh kombinasi breathing (2001) Insentif spirometri dan latihan
exercise dengan insentif napas dalam efektif untuk mencegah
spirometri (Kel.I) dalam komplikasi paru pada pasca bedah
mencegah Penurunan Nilai VC torak dan perut. Freitas (2007) Latihan
pada pasca CABG. dengan tehnik insentif spirometri
Rerata nilai VC pada 9 subjek mengurangi angka kematian dan
diukur dengan spirometri, di awal kesakitan akibat komplikasi paru pada
penelitian adalah 73,78 (pre op). pasca bypass graft.
Setelah mendapatkan terapi kombinasi Penulis beranggapan dengan
breathing exercise dengan insentif pemberian terapi insentif spirometri
spirometri Selama 6 hari atau 6 kali yang dikombinasikan dengan breathing
pertemuan, nilai rerata VC menurun exercise akan memberikan fasilitasi
menjadi 59,56. Rerata penurunan nilai yang kuat untuk mendapatkan kontaksi
VC setelah 6 hari terapi breathing otot-otot pernapasan. Kontraksi
volunter otot-otot pernapasan dapat

43
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018

diperoleh melalui mekanisme stimulasi Penelitian Westerhal, et al.(2005)


central dan stimulasi perifer. Hasil Menemukan bahwa tindakan fisioterapi
penelitian ini menunjukkan adanya efek pada pra operasi dan pos operasi
terapi kombinasi breathing exercise secara signifikan menurunkan
dengan insentif spirometri terhadap atelektasis dan meningkatkan nilai vital
meminimalisasi penurunan vital capasity paru dibanding dengan
capasity paru dengan nilai p < 0,002. kelompok yang tidak mendapatkan
1.3 Pengaruh breathing exercise perlakuan deep breathing exercise.
(Kel.II) Dalam mencegah Hasil-hasil penelitian di atas
penurunan nilai VC pada pasca menunjukkan bahwa deep breathing
CABG. exercise berpengaruh dalam
Rerata nilai penurunan VC pada meminimalisasi penurunan vital
9 subjek di awal penelitian adalah capasity paru pada pasca operasi.
74,11 setelah enam hari pasca operasi Efektifnya kerja otot pernapasan,
atau 6 kali fisioterapi dengan breathing berkurangnya kecemasan dan nyeri,
exercise, nilai reratanya menjadi 55,78. bersihnya saluaran napas ini akan
Rerata penurunan nilai VC setelah mengurangi tahanan udara, membuat
diberikan terapi breathing exercise proses inspirasi dan ekspirasi lebih
adalah:18,33. Analisis statistik uji t efektif sehingga penururunan vital
dependen menunjukkan nilai p = capasity paru akan lebih minimal .
0,000, karena nilai ρ < 0,05, 1.4 Beda pengaruh perlakuan
disimpulkan bahwa breathing exercise kelompok I dengan perlakuan
mempunyai efek terhadap kelompok II dalam mencegah
meminimalisasi penurunan nilai VC penurunan vital capasity paru.
pada pasien pasca CABG . Pada penelitian ini uji beda
Menurut Nurbasuki (2008) memperlihatkan selisih penurunan nilai
masalah yang timbul pada fase awal rerata VC pada pre dan post kelompok
pasca operasi adalah nyeri sekitar perlakuan ( I ) yang mendapatkan
dada, sesak napas, sekret sulit untuk deep breathing exercise dan insentif
dikeluarkan dan keterbatasan aktivitas. spirometri adalah 15,33, sedangkan
Efek dari anaestesia, nyeri luka operas, pada kelompok perlakuan ( II ) Yang
posisi supin lying, respirasi yang mendapatkan hanya deep breathing
monoton dan dangkal akan exercise adalah 18,33, analisis statistik
menyebabkan penimbunan secret di Independent t-Test pada masing-
saluran napas atau atelektasis, hal ini masing 9 subyek menunjukkan nilai p
menyebabkan penurunan fungsi dan adalah 0,512. Karena nilai p > 0,05
nilai VC paru. Sema. et al. (2006) maka tidak ada perbedaan yang
Latihan pernapasan dan mobilisasi signifikan antara pemberian insentif
sedini mungkin sangat efektif untuk spirometri dan deep breathing exercise
mengurangi atelektasis, radang paru ( kel.I ) dengan deep breathing
dan komplikasi paru lainnya pada exercise saja ( kel.II ), dalam
pasien pasca operasi CABG. Sebagian mencegah penurunan nilai prosen
besar literatur mengatakan Intervensi prediksi vital capasity .
fisioterapi berupa deep breating Meskipun kedua kelompok
exercise pada pre dan pasca operasi perlakuan tersebut tidak ada
akan mengurangi komplikasi perbedaan yang signifikan, tetapi
atelektasis dan meningkatkan fungsi selisih rerata nilai antara kelompok
dan vital capasity paru. Perlakuan I (IS dan BE) dengan
Deep breathing exercise Kelompok II (BE) ada sebesar 3
dikombinasikan dengan terapi latihan dimana kelompok perlakuan I ( IS dan
setelah operasi coronary arteri bypass BE ) lebih baik. Hal ini kemungkinan
graft (CABG), telah dilaporkan efektif dengan pemberian terapi kombinasi IS
untuk mengurangi komplikasi paru. dan BE akan memberikan fasilitasi lebih

44
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018

besar karena adanya rangsangan dua Bahri T.2009, Penyakit jantung koroner
arah yaitu melalui saraf tepi (perifer) beserta penanggulangannya, USU,
dan Syaraf pusat (sentral). Hal ini Medan.
dapat menjadi pertimbangan bagi kita Despopoulos,AMD.Color Atlas of
dalam melakukan intervensi fisioterapi Physiology.edisi 5, New
terhadap meminimalisasi penurunan York:Thieme, 2003.
vital capasity atau nilai VC, walaupun Freitas FR, 2007. Incentive spirometry
kemungkinan masih ada kontroversi for preventing pulmonary
sesuai dinamika ilmu pengetahuan. complication after coronary artery
bypass graft, Brazil Centro Physical
5. KESIMPULAN Therapy Department, Parana,
Berdasarkan dari pembahasan Brazil
diatas dapat disimpulkan sebagai Ganong WF. 2003, Fisiologi
berikut, terdapat pengaruh yang Kedokteran, editor, H.M.Djauhari,
signifikan pada kombinasi pemberian EGC, Jakarta, P.621-670.
insentif spirometri dan breathing Gosselink.R. .2005, Respiratory Muscle
exercise dalam menghambat Assesment, Europa Respiratory
penurunan vital capasity paru pada Society journals.
pasca CABG fase I, Terdapat pengaruh Guimaraes. et al, 2006. Incentive
yang signifikan pada pemberian Spirometry For Prevention of Post
breathing exercise dalam menghambat Operative Pulmonary Complication
penurunan vital capasity paru pada in Upper Abdominal Surgery,
pasca CABG fase I, Tidak terdapat Department of Aesthetics and
perbedaan yang bermakna antara Cosmetology, CESUMAR,Brazil.
perlakuan kombinasi insentif spirometri Irawati. ch,2005, Program Fisioterapi
dan deep breathing exercise dengan Pada Kasus Pulmonal, RSAB
deep breathing exercise saja terhadap Harapan Kita,Jakarta
menghambat penurunan vital capasity Kusmana D, 1997, Olahraga Bagi
paru pada pasca CABG fase I. Kesehatan Jantung, Cetakan
pertama, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmana.D. dkk. 2003. Simposium
Adam Malik, RSUP, 2011, Laporan Rehabilitasi Jantung Indonesi II,
Evaluasi Kinerja Rumah Sakit Indonesia heart Association,
Umum Pusat H.Adam Malik tahun Jakarta.
2011.Medan Mulyono D.1997. Rehabilitasi pada
Adriskanda, B. Yunus, F. Setiawan, B. Penyakit Paru Obstruktif Menahun.
1997. Perbandingan nilai kapasitas CDK,114:p.33-36. Jakarta
Difusi paru antara orang yang Nurbasuki,2010 , Problematik
terlatih dan tidak terlatih. Jurnal Fisioterapi pada Kasus Respirasi,
Respirologi Indonesia, 17, 76– 83. Universitas Indonusa Esa Unggul
Alsagaf.dkk.2002. Dasar-dasar Ilmu Jakarta.
Penyakit Paru .Surabaya: Airlangga Overend T.J, Anderson C.M, Lucy
Press. D,Jonson B.I, 2001. The Effect of
Anonim. 2010. Laporan Tahunan Incentive Spirometry on
Cardiac Vascular Care Unit RSUP Postoperative Pulmonary
H.Adam Malik Tahun 2010. Medan Complications. Chest
Atmadja DS, Doewes M. 2004. ACSM: Journal.chestpubs.org; 120:3:971-
Panduan Uji Latihan Jasmani dan 978.
Peresepannya.Edisi 5, EGC. Pocock, SJ, 2008. Clinical Trial A
Jakarta. Practical Approach, John wiley &
Sons, England

45
Jurnal Keperawatan & Fisioterapi (JKF)
Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
============================================================================================
Received: 02 Agustus 2018 :: Revised: 08 September 2018:: Accepted: 10 Oktober 2018

Rhoades,RA,2006. The Control of


Ventilasi and Mechanics of
Breathing,Medical Physiologi, lippin
cott, p. 363 – 374.
Saunders WB,2006. Pulmonary
Ventilation.in: Guyton , Hall.Text
Book of Medical Physiology . 11 th.
Ed .New York. P. 477 – 545.
Sema S.et al.2006. Active Cycle of
Breathing Techniques and
Incentive Spirometri in Coronary
Artery Bypass Graff Surgery.
Journal.Fyzioterapy
rehabilitation.17 (2). Turki P.61-69
Ulfa.A. 2001. Buku Ajar Kardiovaskuler.
Bidang diklat National
Cardiovascular Center Harapan
Kita.Jakarta
Umar N.2004. Sistem Pernapasan dan
Suctioning Pada Jalan Napas.
Bagian Anestesiologi
Fk.USU.RSAM.Medan.
Westerhal et al, (2005), Chest
Fisioterapy for preventing
Pulmonary Complication, Coruna
hospital, Spanyol.
Wikipedia.org. Praktek klinik insentif
spirometri . diakses: 26 Desember
2011. Diunduhdari:
file:///C:/Users/Admin/Pictures/kar
ya%20amii/animee/spiro.htm

46

You might also like