You are on page 1of 31

BLKI Semarang Page |1

TUGAS 1
RANGKAIAN ON

I. Tujuan Praktikum :
1. Memahami rangkaian ON menggunakan relay AC.
2. Dapat mengaplikasikan rangkaian ON pada trainer.
3. Amati output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah
dilakukan
4. Dapat menjalankan dan menganalisa rangkaian ON yang telah

dibuat.

II. Alat dan Bahan :


1. Trainer kit AC (3 push button (NO/NC), 3lampu ) 1 buah
2. Obeng plus (+) 1 buah
3. Kabel (warna merah, hitam, kuning, biru)
secukupnya
4. Relay OMRON MY4N 220/240 VAC 1 buah
5. Tang potong 1 buah

III. Gambar Rangkaian

+ -
PB

13 CR 14
C A

5 9
CR
L

IV. Prosedur Kerja :


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Pelajari dan pahami gambar rangkaian ON
3. Buat rangkaian ON pada trainer kit AC sesuai dengan gambar
4. Hidupkan trainer kit AC, jalankan rangkaian ON
5. Amati output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah
dilakukan
6. Apabila percobaan telah selesai, laporkan hasilnya pada instruktur
7. Matikan trainer dan rapikan semua alat dan bahan yang digunakan
BLKI Semarang Page |2

V. Diagram Pewaktuan

VI. Tabel Kebenaran

VII.Analisa

VIII. Kesimpulan
BLKI Semarang Page |3

TUGAS 2
RANGKAIAN OFF

I. Tujuan Praktikum :
1. Mampu menggunakan trainer kit AC dengan baik dan benar.
2. Memahami rangkaian OFF menggunakan relay.
1. Dapat mengaplikasikan rangkaian OFF pada trainer.
2. Amati output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah
dilakukan
3. Dapat menjalankan dan menganalisa rangkaian OFF yang telah
dibuat.
I. Alat dan Bahan :
1. Trainer kit AC (3 Push Button NO/NC,3 lampu) 1 buah
2. Obeng plus (+) 1 buah
3. Kabel (warna merah, hitam, kuning, biru)
secukupnya
4. Relay OMRON MY4N 220/240 VAC 1 buah
5. Tang potong 1 buah
II. Gambar Rangkaian

+ -
PB

13 CR 14
C A

1 9
CR
L
III. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Pelajari dan pahami gambar skematik rangkaian OFF.
3. Aplikasikan rangkaian OFF pada trainer kit AC.
4. Hidupkan trainer kit AC, jalankan rangkaian yang dibuat
5. Amati output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah
dilakukan
6. Bila percobaan telah selesai, laporkan hasilnya pada instruktur
BLKI Semarang Page |4

7. Matikan trainer dan rapikan semua alat dan bahan yang digunakan

II. Diagram Pewaktuan

IV. Tabel Kebenaran

V. Analisa Rangkaian

VI. Kesimpulan
BLKI Semarang Page |5

TUGAS 3
RANGKAIAN ON-OFF

I. Tujuan Praktikum :
1. Mampu menggunakan trainer dengan baik dan benar.
2. Memahami rangkaian ON-OFF menggunakan relay.
3. Mampu mengaplikasikan rangkaian ON-OFF pada trainer kit AC.
4. Amati output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah
dilakukan
5. Dapat menjalankan dan menganalisa rangkaian ON-OFF.
II. Alat dan Bahan :
1. Trainer kit AC(3push button NO/NC, 3lampu) 1 buah
2. Obeng plus (+) 1 buah
3. Kabel (warna merah, hitam, kuning, biru)
secukupnya
4. Relay OMRON MY4N 220/240 VAC 1 buah
5. Tang potong 1 buah
III. Gambar Rangkaian

+ PB
-
13 CR 14
C A

5 9 L1
CR

1 9 L2
CR
III. Prosedur Kerja
1. Siapkanlah alat dan bahan yang diperlukan.
2. Memahami gambar skematik rangkaian ON/OFF
3. Buat rangkaian ON/OFF pada trainer kit AC.
4. Hidupkan trainer kit AC, jalankan rangkaian ON-OFF
5. Amati output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah
dilakukan
6. Bila percobaan telah selesai, laporkan hasilnya pada instruktur
7. Matikan trainer dan rapikan semua alat dan bahan yang digunakan
BLKI Semarang Page |6

IV. Diagram Pewaktuan

V. Tabel Kebenaran

VI. Analisa Rangkaian

VII.Kesimpulan
BLKI Semarang Page |7

TUGAS 4
RANGKAIAN AND

I. Tujuan Praktikum :
1. Mampu menggunakan trainer kit AC dengan baik dan benar.
2. Memahami rangkaian AND dengan menggunakan relay.
3. Bisa mengaplikasikan rangkaian AND pada trainer kit AC.
4. Amati output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah
dilakukan
5. Dapat menjalankan dan menganalisa rangkaian AND yang telah
dibuat.
II. Alat dan Bahan :
1. Trainer kit AC (3 push button NO/NC,3lampu) 1 buah
2. Obeng plus (+) 1 buah
3. Kabel (warna merah, hitam, kuning, biru)
secukupnya
4. Relay OMRON MY4N 220/240 VAC 2 buah
5. Tang potong 1 buah

III. Gambar Rangkaian

+ -
PB1

13 CR1 14
C A

PB2

C A 13
CR2 14

L
5 9 5 9
CR1 CR2

IV. Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Pelajari dan pahami gambar skematik rangkaian AND
1. Buat rangkaian AND pada trainer kit AC
2. Hidupkan trainer kit AC, jalankan rangkaian AND
BLKI Semarang Page |8

3. Amati output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah


dilakukan
4. Bila percobaan telah selesai, laporkan hasilnya pada instruktur
5. Matikan trainer dan rapikan semua alat dan bahan yang digunakan
V. Diagram Pewaktuan

VI. Tabel Kebenaran

VII.Analisa Rangkaian

VIII. Kesimpulan
BLKI Semarang Page |9

TUGAS 5
RANGKAIAN OR

I. Tujuan Praktikum :
1. Mampu menggunakan trainer kit AC dengan baik dan benar.
2. Memahami rangkaian OR menggunakan relay AC.
3. Bisa membuat rangkaian OR pada trainer kit AC.
4. Amati output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah
dilakukan
5. Dapat menjalankan dan menganalisa rangkaian OR yang telah dibuat.
II. Alat dan Bahan :
1. Trainer kit AC(3 push button NO/NC,3 lampu) 1 buah
2. Obeng plus (+) 1 buah
3. Kabel (warna merah, hitam, kuning, biru)
secukupnya
4. Relay OMRON MY4N 220/240 VAC 2 buah
5. Tang potong 1 buah

III. Gambar Rangkaian :

+ -
PB1

13 CR1 14
C A

PB2

C A 13
CR2 14

CR1 L
5 9

5 9 CR2

IV. Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Pelajari dan pahami gambar skematik rangkaian OR
3. Buat rangkaian OR pada trainer kit AC
4. Hidupkan trainer kit AC, jalankan rangkaian OR yang telah dibuat
5. Amati output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah
dilakukan
BLKI Semarang P a g e | 10

6. Apabila percobaan telah selesai, laporkan hasilnya pada instruktur


7. Matikan trainer dan rapikan semua alat dan bahan yang digunakan
V. Diagram Pewaktuan

VI. Tabel Kebenaran

VII.Analisa Rangkaian

VIII. Kesimpulan
BLKI Semarang P a g e | 11

TUGAS 6
RANGKAIAN SELF HOLDING 1

I. Tujuan Praktikum :
1. Mampu menggunakan trainer kit AC.
2. Memahami rangkaian self holding kontrol menggunakan relay AC.
3. Bisa mengaplikasikan rangkaian self holding dengan 1 lampu pada
trainer.
4. Amati output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah
dilakukan
5. Dapat menjalankan dan menganalisa rangkaian self holding yang
dibuat.
II. Alat dan Bahan :
1. Trainer kit AC (3 push button, 3 lampu) 1 buah
2. Obeng plus (+) 1 buah
3. Kabel (warna merah, hitam, kuning, biru) secukupnya
4. Relay OMRON 220/240 VAC 1 buah
5. Tang potong 1 buah
III. Gambar Rangkaian

+ -
PB1 PB2
C A C B
CR
13 14

5 9
CR
L
6 10
CR

IV. Prosedur Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Pelajari dan pahami gambar skematik rangkaian self holding
3. Buat rangkaian self holding1 pada trainer kit AC
4. Hidupkan trainer kit AC, jalankan percobaan rangkaian self holding1
5. Amati output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah
dilakukan
BLKI Semarang P a g e | 12

6. Apabila percobaan telah selesai, laporkan hasilnya pada instruktur


7. Matikan trainer dan rapikan semua alat dan bahan yang digunakan
IV. Diagram Pewaktuan

V. Analisa Rangkaian

VI. Kesimpulan
BLKI Semarang P a g e | 13

TUGAS 7
RANGKAIAN INTERLOCK

I. Tujuan Praktikum :
1. Mampu menggunakan trainer kit AC.
2. Mengerti dan memahami rangkaian interlock kontrol menggunakan
relay.
3. Bisa mengaplikasikan rangkaian interlock pada trainer kit AC.
4. Dapat menjalankan dan menganalisa rangkaian yang telah dibuat.

II. Alat dan Bahan :

1. Trainer kit AC (Push Button NO/NC 3 buah,lampu 3 buah) 1 buah


2. Obeng plus (+) 1 buah
3. Kabel (warna merah, hitam, kuning, biru)
secukupnya
4. Relay OMRON 220/240 VAC 2 buah
5. Tang potong 1 buah

III. Gambar Rangkaian

PB1
CR2
1 9 13 CR1 14
C A

PB2
PB3 CR1
C A C B 1 9 13 CR2 14

6 10
CR2
CR1 CR2
6 10 3 11 L1
CR2
CR1
8 12 3 11 L2
IV. Prosedur Kerja
1. Siapkanlah alat dan bahan yang diperlukan.
2. Pelajari dan pahami gambar skematik rangkaian interlock.
3. Buat rangkaian interlock pada trainer kit AC.
BLKI Semarang P a g e | 14

4. Hidupkan trainer kit AC, jalankan percobaan


5. Amatilah output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah
dilakukan
6. Apabila percobaan telah selesai, laporkan hasilnya pada instruktur
7. Matikan trainer dan rapikan semua alat dan bahan yang digunakan

V. Diagram Pewaktuan

VI. Analisa Rangkaian

VII.Kesimpulan
BLKI Semarang P a g e | 15

TUGAS 8
RANGKAIAN ON OFF DELAY

I. Tujuan Praktikum :
1. Mampu menggunakan trainer kit AC.
2. Mengerti dan memahami rangkaian on off delay kontrol menggunakan
relay dan timer.
3. Bisa mengaplikasikan rangkaian on off delay dengan 1 lampu pada
trainer .
4. Bisa menjalankan dan menganalisa rangkaian yang telah dibuat.

II. Alat dan Bahan


1. Trainer kit AC (Push Button NO/NC 3 buah,lampu 3 buah) 1 buah
2. Obeng plus (+) 1 buah
3. Kabel (warna merah, hitam, kuning, biru) secukupnya
4. Relay OMRON 220/240 VAC 1 buah
5. Timer OMRON 220/240 VAC 1 buah
6. Tang potong 1 buah
III. Gambar Rangkaian

PB2 PB1

C B C A 13 CR 14
CR
5 9 2
TM 7

1 3
TM L1

IV. Prosedur Kerja


1. Siapkanlah alat dan bahan yang diperlukan
2. Pelajari dan pahami gambar skematik rangkaian on delay
3. Buat rangkaian on off delay pada trainer kit AC
4. Hidupkan trainer kit AC, jalankan percobaan
BLKI Semarang P a g e | 16

5. Amatilah output yang diperoleh, catat hasil percobaan yang telah


dilakukan
6. Bila percobaan telah selesai, laporkan hasilnya pada instruktur
7. Matikan trainer dan rapikan semua alat dan bahan yang digunakan

V. Diagram Pewaktuan

II. Analisa Rangkaian

III. Kesimpulan

1.1 Pendahuluan
Pada rangkaian-rangkaian kontrol untuk instalasi mesin listrik, sering menggunakan
komponen-komponen listrik yang dapat bekerja secara berurutan untuk menghasilkan
output berupa gerakan motor sesuai dengan kebutuhan. Sebagai dasar untuk membuat
BLKI Semarang P a g e | 17

suatu rangkaian yang bisa kita kendalikan urutan kerjanya, kita harus ingat lagi beberapa
rangkaian logika yang dapat kita buktikan dengan menggunakan saklar dan relay pada
materi instalasi mesin listrik 1.
Untuk mendapatkan suatu sistem pengendalian yang sesuai dengan instalasi pada
mesin listrik, kita akan menggunakan beberapa komponen baru yang agak berbeda dengan
komponen pada instalasi mesin listrik 1. tetapi meskipun berbeda secara prinsip yang
sederhana komponen-komponen tersebut tetap sama. Komponen-komponen yang akan
banyak kita gunakan untuk membuat rangkaian sekuensial diantaranya kontaktor magnet,
tombol tekan dan limit switch.

1. 2 Komponen Pada Instalasi Mesin Listrik


1.2.1 Magnetik Kontaktor
Seperti yang telah dibahas diatas bahwa untuk membuat rangkaian kontrol untuk
mesin-mesin yang digerakkan dengan menggunakan motor listrik, sering digunakan
komponen – komponen yang mempunyai kemampuan dilalui arus atau tegangan yang
besar. Komponen yang dimaksud diantaranya kontaktor magnet yang dikendalikan
dengan saklar mekanis akan yang aktif hanya jika diberi gaya (aktuasi) dari luar, yang
biasa disebut Push Button.Magnetik kontaktor dalam operasinya sama dengan relay
elektromekanis (EMR). Keduanya mempunyai keistimewaan penting yang umum yaitu
kontak-kontaknya akan bekerja apabila kumparan diberi energi, karena adanya pengaruh
medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan yang dialiri arus (gambar1.1) .The
National Electrical Manufacture Assosiation (NEMA) mendefinisikan kontaktor magnetik
sebagai alat yang digerakkan secara magnetis untuk menyambung atau membuka
berulang-ulang rangkaian daya listrik.
Tidak seperti relay, kontaktor magnet dirancang untuk menyambung dan
membuka rangkaian dengan daya yang besar, seperti : pemanas, kapasitor,
transformator dan motor listrik. Sehingga pada kontaktor selain memiliki kontak bantu
yang biasa digunakan sebagai rangkaian kontrol ( rangkaian sekuensial) yang mempunyai
sifat NO (Normally Open) dan NC (Normally Close), juga dilengkapi dengan tiga buah
kontak utama (main switch) yang mempunyai sifat NO., seperti gambar 1.2

220 V 0V

Kumparan
BLKI Semarang P a g e | 18

Normally
Open

Normally
Close

Gambar 1.1: Kontruksi magnetik kontaktor

A1
1 3 5 13 21 43 31

2 4 6 14 22 44 32
A2
Kontak Utama Kontak Bantu

Gambar 1.2: Simbol Kontaktor

Keuntungan penggunaan kontaktor magnet sebagai pengganti peralatan kontrol


yang dioperasikan secara manual, diantaranya:
 Pada arus atau tegangan yang besar, sulit dan sangat berbahaya apabila
menggunakan peralatan manual, sehingga bisa diganti dengan adanya kontaktor
magnet yang bisa mengontrol kontak-kontaknya dengan memberikan arus pada
kumparannya.
 Kontaktor dapat dikontrol secara otomatis dengan alat pengendali yang sangat peka.
Karena Alat pengendali ini tidak dapat digunakan secara langsung pada arus dan
tegangan yang besar.
 Tegangan yang tinggi dapat diatasi dengan kontaktor, sehingga meningkatkan
keselamatan /keamanan instalasi. Operator juga tidak akan berada disekitar bunga
api yang dihasilkan oleh
 perpindahan daya yang tinggi, yang selalu mnjadi sumber bahaya dari kecelakaan
akibat kejutan listrik, kebakaran atau mungkin luka pada mata.
 Dengan kontaktor peralatan kontrol bisa dipasang pada titik yang jauh dari beban.
Hal ini memungkinkan mengontrol satu kontaktor dari banyak tombol- tekan sesui
keperluan.
Berdasarkan standart NEMA kontaktor magnet di rancang untuk mampu
mengalirkan arus kerja selama 8 jam tanpa mengalami panas yang berlebih sesuai dengan
ukuran dan jenis beban yang dikontrol. Tabel 1.1 dan 1.2 menunjukkan beberapa tanda
ukuran 00, 1, 2,9 dan sebagainya.kontaktor magnet juga dirancang batas kerjanya untuk
BLKI Semarang P a g e | 19

jenis beban yang dipakai atau aplikasi yang sesungguhnya. Kategori pemakaian beban
meliputi:
 Beban non linear seperti lampu tungseng untuk penerangan (rasio tahanan
panas ke dingin tinggi biasanya 10:1 atau lebih tinggi arus dan tegangan sefase)
 Beban resistif misalnya pemanasan elemen untuk tungku dan oven (tahanan
konstan; arus dan tegangan sefase).
 Beban induktif misalnya motor dan transformator industri, tahanan awal
rendah sampai transformator menjadi dimagnetkan atau motor mencapai kecepatan
penuh; arus ketinggalan dibelakang tegangan.
 Beban kapasitif misalnya kapasitor industri untuk perbaikan faktor daya
(tahan awal rendah, unit kapasitor mengisi arus ketinggalan terhadap tegangan)
Tabel 1.1: Batas kerja kontaktor AC 60 Hz standar NEMA
Kemampuan Daya (hp)
Ukuran terbuka 8-jam Tiga fasa Satu fasa
(A) 200 V 230 V 230V/460V 115 V 230 V
00 9 1,5 1,5 2 1/3 -
0 18 3 3 5 1 -
1 27 7,5 7,5 10 2 -
2 45 10 15 25 3 -
3 90 25 30 50 - -
4 135 40 50 100 - -
5 270 75 100 200 - -
6 540 150 200 400 - -
7 810 - 300 600 - -
8 1215 - 450 900 - -
9 225 - 800 1600 - -

Tabel 1.2 : Kemampuan kerja Kontaktor DC Standar NEMA


Uk Kemampuan terbuka 8-jam Kemampuan daya (hp)
uran (A) 115 V 230 V 550 V
1 25 3 5 -
2 50 5 10 20
3 100 10 25 50
4 150 20 40 75
5 300 40 75 150
6 600 75 150 300
7 900 110 225 450
8 1350 175 350 700
9 2500 300 600 1200

Kumparan kontaktor mempunyai sejumlah lilitan kawat berisolasi untuk


memberikan belitan-ampere yang diperlukan untuk beroperasi pada arus yang kecil.
Kumparan dibuat untuk beroperasi diatas kisaran 80 sampai 110 % ukuran kerja tegangan
BLKI Semarang P a g e | 20

ac atau dc. Kumparan kontaktor arus searah mempunyai sejumlah lilitan dan tahanan
yang tinggi. Arus yang melewatinya dibatasi dengan tahanan. Arus yang melewati
kumparan ac dibatasi dengan rangkaian impedansi dan reaktansi yang mempunyai efek
yang lebih besar dibandingkan dengan tahanan. Akibatnya, tahanan kumparan kontaktor
ac adalah rendah dan jumlah lilitan-lilitan relatif sedikit.
Pada magnet dc, arus pada kumparan sama baik pada waktu kontaktor
membuka atau menutup. Pada magnet ac, arus pada kumparan sangat ditentukan oleh
reaktansi rangkaian, yang lebih rendah apabila kontaktor membuka karena adanya celah
udara pada rangkaian magnet. Oleh karena itu, ada arus kejutan yang tinggi pada
kumparan ketika kontakor pertama kali dihubungkan dengan tegangan sumber. Arus
kejutan tersebut bisa 5 sampai 20 kali arus yang mengalir melalui kumparan ketika
kontaktor sudah tertutup. Kenyataan tersebut harus diperhatikan ketika kontaktor ac
digunakan. Lebih dari itu harus diperhatikan bahwa alat pengendali yang menangani arus
kumparan harus cukup kapasitasnya untuk melewatkan arus kejutan listrik.
Tarikan elektromagnet yang mengoperasikan pada arus bolak-balik adalah
getaran dan sama dengan nol dan dua kali selama setiap siklus.
Akibatnya, jangkar kumparan kontaktor ac mempunyai kecenderungan
turun atau bergetar (menggigil). Ini mengakibatkan kontaktor berbunyi dan merusak
bagian yang bergerak. Bunyi dan kerusakan tersebut dapat dikurangi dengan
menggunakan kumparan bayangan, seperti diperlihatkan pada gambar 1.3. Kumparan
bayangan adalah lilitan tunggal bahan penghantar (biasanya tembaga atau alumunium
yang dipasangkan pada muka rakitan magnet). Ini membentuk penarikan magnet
pembantu yang berbeda fase dengan medan utama, dan cukup kuat untuk menahan
jangkar lekat dengan pinggir meskipun medan magnet utama mencapai nol pada
gelombang sinus. Dengandesain kumparan bayangan yang bagus, kontaktor ac dapat
dibuat untuk beroperasi dengan sangat tenang. Kumparan bayangan yang rusak akan
memunculkan suara yang tidak enak. Kondisi seperti itu harus segera dipulihkan karena
kontaktor akan mengalami pemanasan lebih dan akan cepat rusak.
BLKI Semarang P a g e | 21

Koil bayangan

Gambar 1.3: Kumparan bayangan


Perangkat inti dan jangkar kontaktor ac dibuat dari baja berlapis-lapis,
sedangkan perangkat dc adalah pejal karena tidak adanya arus eddy pada arus dc yang rata.
Perangkat kontaktor ac dapat mendengung secara berlebihan karena pelurusan yang tidak
tepat, adanya barang asing antara permukaan kontak, atau hilangnya lapisan-lapisan.
Anda dapat mengingat bahwa arus eddy adalah arus mengalir yang
jumlahnya kecil yang diinduksikan pada bahan inti dan jangkar oleh garis-garis fluks magnet.
Kumparan ac menghasilkan GGL lawan (emf) yang membatasi arus yang
mengalir pada kumparan ketika kontaktor diberi tenaga. Besarnya GGL lawan tergantung
pada ketepatan pelurusan (penjajaran) jangkar dan potongan tutup-inti dan yang
mengakibatkan rangkaian magnet. Pelurusan yang tidak tepat atau penghambatan
kemampuan jangkar untuk bergerak, mengurangi GGL lawan dan menyebabkan peningkatan
arus yang mengalir pada kumparan. Tergantung pada besarnya arus yang meningkat,
kumparan dapat hanya terpanaskan atau dapat terbakar jika arus bertambah cukup besar
atau bertahan untuk waktu yang cukup lama.
Kontak utama bertindak sebagai saklar, membuka dan menutup rangkaian
terhadap beban. Umumnya kontaktor disuplai pada satu, dua, tiga, atau empat susunan
kutub. Kontak utama harus mengalirkan arus kerjanya tanpa mengalami panas lebih,
membuat arus tanpa pantulan atau meleleh dan mengganggu arus tanpa bunga api yang tak
semestinya.
BLKI Semarang P a g e | 22

Gambar 1.4: Kontruksi mekanis kontaktor magnet


Satu kontak pembantu normally open (NO) umumnya diberikan sebagai
standar pada sebagian kontaktor (gambar 1.4). Tambahan kontak pembantu NO dan NC
dapat diperoleh sebagai pilihan. Kontak pembantu mempunyai arus kerja yang jauh lebih
rendah dan digunakan seperti relay untuk rangkaian sekuensial.
Biasanya kontak dibuat dari tembaga dan atau perak. Kontak perak adalah
logam yang tidak solid. Kontak - kontak tersebut adalah perak yang dilapisi untuk
memperkecil tahanan kontak. Kontak dikenai listrik yang membakar dan memakai. Kontak
tembaga selama dalam operasi yang normal harus dipertahankan relatif bersih karena aksi
gosokan ketika kontak membuka dan menutup. Aksi pembersihan sendiri menghilangkan
debu dan pelapisan oleh lingkungan dari kontak setiap waktu kontak membuka atau
menutup. Kontak tembaga yang jarang membuka atau menutup akan kehilangan warna.
Kehilangan warna membuat penghantar tidak bagus dan dapat menyebabkan pemanasan
yang tidak perlu jika tidak dihilangkan. Pada kontak yang lebih besar, perak diselipkan diberi
kuningan atau dilas pada kontak tembaga (pada bagian tumit), sehingga perak mengalirkan
arus dan tembaga membawa gangguan bunga api. Sebagian besar pabrik menganjurkan agar
kontak perak tidak pernah diisikan. Kontak perak tidak perlu dibersihkan karena
penghilangan warna hitam yang tampak adalah oksida perak, yang merupakan konduktor
listrik yang relatif bagus.

1.2.2 Push Button


Tombol tekan / push button merupakan jenis kontak listrik yang sangat
banyak digunakan pada rangkaian kontrol pada industri modern. Gambar 1.5 menunjukkan
beberapa bentuk fisik dari push button. Prinsip kerja push button hampir sama dengan
prinsip kerja kontak-kontak pada kontaktor, yang membedakan yaitu sumber yang
digunakakan untuk mengaktuasi kontak-kontaknya. Pada kontaktor magnet, kita tahu
bahwan kontak NO dan NC akan berganti posisi terbuka dan tertutup apabila kumparannya
mendapat sumber tegangan, tetapi pada push button kontak kontaknya akan berganti posisi
apabila kita berikan sumber aktuasi secara mekanis pada tombolnya dan akan kembali
BLKI Semarang P a g e | 23

kekondisi awal apabila kita hilangkan energi mekanis yang kita berikan. Hal ini dapat terjadi
karena pada kontak-kontak yang ada pada push button dipasang pegas, seperti tampak pada
Kontruksi push button pada gambar 1.6.

Gambar 1.5: Macam-macam bentuk fisik dari push button

Pegas

NC
BLKI Semarang P a g e | 24

NO

Gambar 1.6 : kontruksi push button

Berdasarkan jumlah kontak-kontakya push button dibedakan menjadi dua type yaitu:
a. Push button kontak tunggal.
b. Push button kontak ganda.
Untuk menggambar suatu push button pada suatu diagram instalasi listrik biasanya kita

gunakan simbol-simbol yang menggambarkan letak push button pada suatu rangkaian

kontrol, seperti tampak pada gambar 1.7.

(a) Kontak tunggal (b) Kontak ganda

Gambar 1.7: Simbol Push button

RELAY BEBAN LEBIH


(OVER LOAD RELAY/OLR)

2.1 Pendahuluan
OLR (Over Load Relay) adalah salah satu komponen listrik yang termasuk dalam
golongan pengaman. Berbeda dengan fungsi sekering, OLR ini lebih dikhususkan untuk
BLKI Semarang P a g e | 25

pengaman suatu piranti saja, dalam hal ini motor listrik, sedangkan pada sekering digunakan
untuk pengaman keseluruhan dari suatu sistem. Selain itu perbedaan yang lain, sekering
bekerja langsung memutuskan arus / mengamankan sistem seketika setelah terjadi
gangguan, sedangkan OLR bekerjanya menunggu pemuaian / pembengkokkan dari bahan
dwilogam seperti tampak pada gambar 2.1. pembengkokan bimetal pada relay beban lebih
ini digunakan untuk menekan kontak-kontak pada relay beban lebih tersebut yang
mempunyai 2 kondisi yaitu NO dan NC. Setelah kontak NC dan NO pada relay beban lebih
tersentuh oleh bimetal berubah posisi, maka kondisi kontaknya akan tetap terbuka atau
tertutup. Untuk mengembalikan kondisi normal kontak kontak pada relay beban lebih kita
harus menekan tombol reset. (Gambar 2.2)

Gambar 2.1: Pembengkokan bimetal karena panas


BLKI Semarang P a g e | 26

Gambar 2.2:
Tombol reset dan konta-kontak pada relay beban lebih
OLR sangat banyak digunakan untuk melindungi motor listrik yang digunakan untuk
menggerakkan beban-beban yang berat, alasan utamanya yaitu pengaman lebur/ sekering
tidak dapat mendeteksi kelebihan arus yang disebabkan oleh beban berlebih. Hal ini
disebabkan biasanya pengaman lebur dan MCB (miniature circuit breaker) pada suatu
instalasi mesin listrik kemampuan arusnya kita pasang enam kali dari arus kerja (nominal)
pada motor, untuk memenuhi arus start tentunya. Dengan alasan tersebut maka pada
instalasi mesin listrik sangat perlu sekali ditambah dengan piranti pengaman yang dapat
mendeteksi arus lebih yang disebabkan oleh adanya beban berlebih pada motor.

2.2 Prinsip Kerja Beberapa Jenis Relay Beban Lebih


Seperti yang sudah dibahas pada pendahuluan, prinsip kerja relay beban lebih
adalah dengan menggunakan prinsip dwilogam, yaitu dua bahan yang disatukan tetapi
masing-masing mempunyai koefisien muai yang berlainan. Sehingga apabila ada arus lebih
maka pada dwi logam tersebut akan terjadi panas yang akan menyebabkan dwi logam
tersebut memuai, karena koefisien muai kedua bahan tersebut tidak sama, maka akan
terjadi pembengkokkan pada bahan tersebut yang akhirnya akan menekan tombol pemutus
aliran.(gambar 2.3)
BLKI Semarang P a g e | 27

Gambar 2.3: Prinsip kerja bagian mekanis mekanis OLR


Agar dapat bekerja lebih opimal relay beban lebih dibuat agar dapat menirukan
pemanasan dan pendinginan motor dengan merasakan arus yang mengalir. Tujuannya
adalah untuk melindungi motor dari pemanasan lebih. Secara bentuk yang umum digunakan
relay beban lebih, dibagi menjadi :
 Relay beban lebih magnetis.
 Relay beban lebih-panas
 Relay beban lebih elektronis

2.2.1 Relay Beban Lebih Magnetis


Relay beban lebih magnetis (seperti gambar 2.4) bekerja berdasarkan aksi magnetis
dari arus beban yang mengalir pada kumparan. Apabila arus beban menjadi terlalu tinggi,
plunger ditarik oleh kumparan, sehingga dapat memutus rangkaian. Pemutusan arus diatur
dengan pengubahan posisi awal plunger terhadap kumparan.

2.2.2 Relay Beban Lebih Panas


Relay beban lebih panas menggunakan pemanas yang dihubungkan seri dengan
Gambar 2.4 Relai beban lebih magnetis
suber arus yang masuk kemotor (gambar 2.5). besarnya panas yang dihasilkan meningkat
bersama-sama dengan arus sumber. Jika beban lebih terjadi, panas yang dihasilkan
menyebabkan seperangkat kontak membuka dan memutuskan rangkaian. Pemutusan arus
diubah dengan pemasangan pemanas yang berbeda untuk titik pemutusan yang
BLKI Semarang P a g e | 28

dikehendaki. Jenis perlindungan tersebut sangat efektif sebab pemanas hampir mendekati
pemanasan yang sesungguhnya seperti didalam kumparan motor dan mempunyai memori
panas yang digunanakan untuk mencegah reset seketika dan pengasutan kembali. Relay ini
secara umum memiliki dua jenis yaitu jenis bimetal (gambar 2.6), yang menggunakan pita
bimetal dan jenis campuran yang meleleh menggunakn prinsip pemanasan pada solder yang
mempunyai titik leleh (gambar 2.7)

Gambar 2.5 : Relay beban lebih panas

Gambar 2.6: relay beban lebih bimetal


BLKI Semarang P a g e | 29

Gambar 2.7: Relay beban lebih campuran


Pada relay beban lebihThermal, arus yang sama yang masuk pada kumparan motor
(menyebabkan motor menjadi panas) juga melalui elemen panas dari relay beban lebih.
Elemen thermal dihubungkan secara mekanis pada kontak beban lebih NC. Apabila arus
lebih mengalir pada elemen untuk periode waktu yang cukup lama, kontak akan membuka.
Kontak ini dihubungkan seri dengan kumparan pengendali starter.apabila kontak membuka,
kumparan stater akan dihilangkan energinya.
2.2.3 Relay Beban Lebih Elektronis
Relay beban lebih elektronis menggunakan transformator arus dari rangkaian
elektronis. Transformator mendeteksi arus yang mengalir pada motor kemudian
memutuskan rangkaian apabila arus mencapi beban penuh (gambar 2.8). jika kondisi beban
lebih terjadi, rangkain ” sensing” memutuskan rangkaian daya .
Pemutusan arus dapat diatur dengan mudah pada aplikasi tertentu yang cocok .
relay beban lebih elektronis ering melakukan fungsi perlindungan tambahan seperti
kesalahan pentanahan dan perlindungan hilangnya fase.

Beberapa keuntungan relay beban lebih elektronis solid-state dibandingkan dengan


relay beban lebih thermal adalah sebagai berikut:
Gambar
 Tanpa pembelian, penyediaan, 2.8 Relai beban
pemasanganatu lebih elektronis pemanas.
penggantiankumparan
 Pengurangan panas yang dihasilkan oleh pengasut.
 Peng hematan energi (sampai dengan 24 W tiap pengasut) melalui eliminasi kumparan
pemanas.
BLKI Semarang P a g e | 30

 Tidak dapat merasakan perubahan suhu lingkungan sekitar.


 Ketepatan pemutusan ulang yang tinggi (  2%)
 Dengan mudah dapat diatur pada rentang arus motor beban lebih yang luas.
2.3 Pemasangan Dan Pemilihan Ukuran Relay Beban Lebih
Agar dapat berfungsi dengan baik dalam mendeteksi adanya kenaikan arus yang
disebabkan oleh adanya beban lebih, maka relay beban lebih harus dipasang sedekat
mungkin dengan motor yng diamankannya. Biasanya pemasangan relay beban lebih setelah
kontak utama sebuah kontaktor. Sehingga begitu pada kumpara stator terjadi kenaikan arus
karena adanya kenaikan beban akan cepat dideteksi oleh relay beban lebih (gambar 2.8)
Selain pemasangan pemilihan ukuran pemanas yang tepat ketika memasang
pengasut motor magnetis adalah yang paling penting. Semua pabrik starter memberikan
daftar ukuran pemanas beban lebih untuk diaplikasikan pada pengasut tertentu. Daftar
tersebut menunjukkan rentang arus motor yang digunakan, dengan kemungkinan
penambahan 3 sampai 15 % dari arus beban lebih. Makin sedikit penambahan , semakin
pemilihan dapat menjadi cocok dengan motor pada kerja yang sebenarnya. Arus beban
lebih, suhu yang mengoperasikan , faktor pelayanan dan suhu sekitar, menentukan apakah
ukuran unit pemanas yang dipilih akan dapat melindungi motor dari kondisi beban lebih.
Kondisi beban lebih “tidak” mencakup kondis hubung-singkat; ini dipertimbangkan menjadi
kondisi arus lebih untuk periode waktu yang lama untuk merusakkan motor . unit pemanas
dipilih dari tabel pabrik pembuat dengan mencocokkkan arus beban penuh dengan nomor
unit pemanas. Pemilihan dilakukan dengan beberapa anggapan. Pertama, motor bekerja
o
pada kenaikan suhu maksimum yang diijinkan sebesar 40 C dan faktor pelayanan 1,15.
Sering kali unit pengasutan tidak diletakkan dekat dengan motor . jika itu masalahnya dan
suhu pada pengasut lebih tinggi dibandingkankan dengan motor, maka dipilih ukuran
“rating” yang lebih tinggi; apabila suhu lebih rendah,maka digunakan ukuran” rating” yang
lebih rendah.
BLKI Semarang P a g e | 31

You might also like