You are on page 1of 75
KARAKTERISTIK PASIEN TINDAKAN KURETASE PADA ABORTUS DAN MOLA HIDATIDOSA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2013 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Oleh : PERDA ANGRAINI NIM : 70 2011 025 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIY AH PALEMBANG 2015 HALAMAN PENGESAHAN KARAKTERISTIK PASIEN TINDAKAN KURETASE PADA ABORTUS DAN MOLAHIDATIDOSA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIY AH PALEMBANG TAHUN 2013 Dipersiapkan dan disusun oleh Perda Angraini NIM: 702011025 Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) Pada tanggal 23 Januari 2015 Menyetujui : be. Pembimbing Kedua Pemibing a : NBMINIDN. 06034709 1062484/0020084707 PERNYATAAN Dengan ini Saya menerangkan bahwa Karya Tulis Saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Palembang, maupun Perguruan tinggi Lainnya. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian Saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing Dalam Karya Tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka . Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka Saya bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi ini Palembang, 30 Januari 2015 Yang membuat pernyataan ae w= gers S79CACFSTE43 1808 . OOO. PERDA ANGRAINI NIM 702011025 PERSEMBAHAN PUJI SYUKUR SAYA UCAPKAN KEPADA ALLAH SWT, YANG TELAH MELIMPAHKAN SEGALA RAHMAT, HIDAYAH, PERTOLONGAN DAN KASIH SAYANGNYA, SEHINGGA SAYA DAPAT MENYELESAIKAN SKRIPSI JUDUL KARAKTERISTIK PASIEN TINDAKAN KURETASE PADA ABORTUS DAN MOLA HIDATIDOSA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG, SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENGIKUTI UJIAN SKRIPSI. DALAM PENULISAN SKRIPSI INI PENELITIAN TELAH BANYAK MENDAPAT BANTUAN DARI BERBAGAI PIHAK, MAKA DALAM KESEMPATAN INI PENULIS AKAN MENGUCAPKAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN SETINGGI-TINGGINYA KEPADA: 1. KEDUA ORANG TUA YANG AYUK BANGGAKAN, H. ALAMSYAH DAN HJ. MEGAWATI YANG TAK HENTI-HENTI MENDOAKAN DAN MEMBERI DUKUNGAN ATAS SEGALA-GALANYA, KARENA TANPA ITU TIDAKLAH MUNGKIN AYUK DAPAT MELANGKAH SEJAUH INI, SEMOGA AYUK BISA MEMBERIKAN SELALU KEBAHAGIAN DAN MEMBALAS SEMUA PENGORBANAN MAMA PAPA DARI KECIL HINGGA SAMAPI SEKARANG INI. 2. SAUDARA KU MESI JULITA SARI S.COM , ANDRE ANSYAH DAN EDI IRAWAN YANG SELALU MEMBERI AYUK SEMANGAT AGAR BISA MENDAPATKAN APA YANG AYUK INGINKAN, AYUK BERDOA AGAR KITA BISA MEMBAHAGIAKAN MAMA DAN PAPA SELALU AMIN 3. UNTUK PONAKAN ANTE DEDEK DAFFA YANG GANTENG YANG SELALU BISA BIKIN SEMANGAT ANTE SEMOGA CEPET GEDEH DAN BISA JADI ANAK YANG SELALU MEMBAHAGIAKAN ORANG TUA, DAN SEMOGA BISA MENJADI DOKTER JUGA AMIN 4. UNTUK AYUK KU MESFA JUNINY TERSAYANG YANG SELALU MEMBANTU ADEK DALAM HAL KULIAH POKOKNYA SEMUANYA ADEK UCAPKAN TERIMAKASIH YANG SEBESAR-BESARNYA KARNA BERKAT DOA DAN BANTUAN AYUK ADEK BISA SAMPAI SEKARANG INI DAN TETAP JADI AYUK YANG SELALU SABAR MENGHADAPI ADEK HEHEHHEH 5. UNTUK TANTE SUKMA, OM ERLANGGA, ADEK TRISKI VERA ANGGRAINI, AAK M. HARIS SUHENDRA DAN TANTE RENI YANG SELALU MENDOAKAN AYUK DAN SELALU MENGINGATKAN AYUK UNTUK TETAP JAGA KESEHATAN TERIMA KASIH TANTE OOM UNTUK SEMUANYA 6. UNTUK SAHABAT AKU TERSAYANG SUCI, APRIL DAN UMI YANG SELLAU ADA JIKALAU SEDIH DAN BAHAGIA TERIMAKASIH ATAS SEGALA KEBERSAMAN KITA, SEMOGA MAKIN KOMPAK DAN SUKSES UNTUK KITA SEMUA AMIN 7. UNTUK TEMAN BELAJAR YANG PALING AMBO SAYANGI LILIA, RIKA, GETA, WENDRA, DAN ZULIA SEMOGA KITA TETAP KOMPAK SAMPAI SELESAI JADI DOKTER AMIN, TERIMA KASIH SEMUA UNTUK KEBERSAMANNYA WALAUPUN SEBENTAR NGUMPULNYA SAMA KALIAN TAPI KEKELUARGANNYA SANGAT DALAM SEMOGA SUKSES SELALU UNTUK KITA SEMUA AMIN. 8. UNTUK SAHABAT AYUK KESAYANGAN AYUK ANIN DAN MBAK DINA MAKASIH YE GALAK DUKUNG ADEK DAN MEMOTIVASI TERUS AGAR ADEK SELALU MAJU TERUS PANTANG MENYERAH MAKASIH SEMUANYA. 9. SELURUH ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHHAMADIYAH PALEMBANG DAN TEMAN SEPEBIMBING RISMA KURNIASI. 10.YANG TERAKHIR TERIMA KASIH UNTUK KEDUA PEMBIMBING SAYA, DR. MSY, YENI INDRIYANI SP.0G, PROF. DR H. SYAKHRONI DAUD RUSYDI SP.OG(K), DR: DESTI MARIANI DAN DR. ISKANDAR ZA, DIMGH,SP.PARK TERIMA KASIH BANYAK TELAH MELUANGKAN WAKTU, PIKIRAN, DAN TIDAK JENUH-JENUHNYA UNTUK MEMBANTU SAYA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI INI SEHINGGA SAYA DAPAT MENYELESAIKAN SKRIPSI INI. SEMOGA ALLAH MEMBALAS KEBAIKAN DOKTER. AMIN SEMOGA SKRIPSI INI BERMENFAAT BAGI KITA SEMUA DAN AKHIR KATA WASALAMUALAIKUM WR.WB. PERDA ANGRAINI 702011025 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS KEDOKTERAN SKRIPSI, JANUARI 2015 PERDA ANGRAINI KARAKTERISTIK PASIEN TINDAKAN KURETASE PADA ABORTUS DAN MOLA HIDATIDOSA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2013 xii+49 halaman + 12 tabel +3 gambar ABSTRAK Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi yaitu berupa serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri, Faktor penyebab dilakukannya tindakan kuretase yaitu abortus dan mola hidatidosa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien tindakan kuretase pada ibu yang mengalami abortus dan mola hidatidosa di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei deskriptif eksploratif dengan ‘oral sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 250 orang ibu yang melakukan kuretase di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang selama tahun 2013. Karakteristik terbanyak adalah kuretase dengan abortus pada ibu dengan usia 20-35 tahun (64,7%) dan kuretase dengan mola hidatidosa(60%), berprofesi sebagai ibu rumah tangga pada kuretase dengan abortus (88,1%) dan pada mola hidatidosa (80%), kuretase dengan abortus yang bertempat tinggal di Luar Kota Palembang (70,2%) dan kuretase dengan mola hidatidosa yang bertempat tinggal di luar Kota Palembang (60%), kuretase dengan abortus pada multipara (65,5%) dan kuretase dengan mola hidatidosa pada multipara (53,3%), kuretase dengan abortus pada usia kehamilan <10 minggu (68,5%) dan kuretase dengan mola hidatidosa pada usia kehamilan >15 minggu (46,7%). Referensi: 26 (2003 — 2013) Kata Kunci: Kuretase, Karakteristik ibu, Abortus, Mola Hidatidosa. UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH PALEMBANG. MEDICAL FACULTY MINI - THESIS, JANUARY 2015 PERDA ANGRRAINI PATIENT CHARACTERISTICS IN ACTION CURETTAGE ABORTION~ ~ AND HYDATIDIFORM MOLE IN HOSPITAL MUHAMMADIYAH PALEMBANG DURING 2013 xii + 49 pages + 12 table +3 images ABSTRACT Curettage is ridding the products of conception in the form of a series of processes that are attached to the network release the uterine cavity wall with invasion and manipulate the instrument (curette spoon) into the uterine cavity. Factors that cause action curettage abortion and hydatidiform mole. The purpose of this study was to determine patient characteristics curettage action in women who undergo abortion and hydatidiform mole in Hospital Muhammadiyah Palembang in 2013. The type of research is descriptive exploratory survey research with sampling criterion. The results showed that there were 250 mothers who perform curettage in Muhammadiyah Palembang Hospital during 2013. The most characteristic is curettage with abortion in the mother by the age of 20-35 years (64,7%) and hydatidiform mole (60%), worked as a housewife in curettage with abortion (88,1%) and in hydatidiform mole (80%), curettage with abortion Affairs residing in the city of Palembang (70,2%)) and curettage with hydatidiform mole who reside outside the city of Palembang (60%), curettage with abortion in multiparous (65,5%) and curettage with hydatidiform mole in multiparous (53.3%), curettage with abortion on gestational age <10 weeks (68,5%) and curettage with hydatidiform mole in gestational age> 15 weeks (46.7%). Reference: 26 (2002 - 2012) Keywords: Curettage, Age characteristics, Abortion, hydatidiform Mole. vi KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan Tahmat dan karunia-Nya sehinnga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Pasien Tindakan Kuretase Pada Abortus dan Mola hidatidosa di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2013”. Sebagai syarat dalam rangka menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran (S.ked) Fakultas kedokteran Universitas Muhammdiyah Palembang, Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasullullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman, Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sebagai bahan pertimbangan perbaikan di masa mendatang Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami hambatan, Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak maka penyusun skripsi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. dr, Ali Muchtar, M.Sc selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Palembang. dr, Msy. Yeni Indriyani, Sp.OG selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran yang diberikan secara lisan maupun tertulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan 3. dr. Desti Mariani selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah memberikan bimbingan dan saran yang diberikan secara lisan maupun tertulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan 4. Direktur Rumah Sakit , beserta Staf di rekam medik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang atas perhatian dan kerjasamanya dalam penelitian ini v Semoga allah SWT memberikan pahala atas segala amal yang sudah diberikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, Amin Wassalamu’alaikum Wr.Wb Palembang , 30 Januari 2015 Penulis vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......... HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN . HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRACT . v ABSTRACT KATA PENGANTAR oc vii DAFTAR ISL... viii DAFTAR TABEL.... x DAFTAR GAMBAR. xi DAFTAR LAMPIRAN xii BABI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.... 1 12 Rumusan Masalah......... 3 13. Tujuan Penelitian 3 14 Manfaat Penelitian 3 1.5 Keaslian Penelitian. 5 BABIT TINJAUAN PUSTAKA 21 Landasan Te0ti....s.0sen arvwacosinsty °6 2.1.1 Fisiologi Kehamilan. 6 2.1.2 Anatomi, Histologi dan Fisiologi Uterus... 8 2.1.3 Kuretase see moreno ul 2.1.4 Indikasi dilakukan Tindakan Kuretase sennnns 1S 2.1.5 Karakteristik Ibu yang berhubungan dengan Tindakan Kuretase ......... 25 2.2 Kerangka Teori.... oe esses 28 BAB IIT METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian.. vee 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian. csnoeenimasiee we 29 3.3. Populasi dan Sampel......... vill 3.3.1. Populasi 3.3.2, Sampel dan Cara Pemilihan Sampel 3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4 Variabel Penelitian.. 3.5 Definisi Operasional . 3.6 Cara Pengumpulan Data . . 3.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data ... 3.8 Alur Penelitian BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Distribusi Frekuensi Tindakan Kuretase dengan Indikasi Abortus dan Mola hidatidosa 4.1.2 Distribusi Frekuensi Keadaan Sosiodemografi Tbu yang Melakukan Kuretase berdasarkan Usia, Pekerjaan dan Tempat Tinggal 4.1.3 Distribusi Frekuensi Keadaan Mediko Obstetrik Ibu yang Melakukan Kuretase berdasarkan Paritas dan Usia Kehamilan .. 4.2 Pembahasan......... 7 _ 4.2.1 Ibu yang Melakukan Kuretase berdasarkan Usia, Pekerjaan dan Tempat Tinggal 4.2.2 Ibu yang Melakukan Kuretase Berdasarkan Mediko Obstetri BABY KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 5.2. Saran .. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA RINGKAS ATAU RIWAYAT HIDUP DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ........ Tabel 3.1 Definisi Operasional ....... . Tabel 4.2 Distribusi Kuretase dengan Abortus pada usia ibu ... 36 Tabel 4.3 Distribusi Kuretase dengan Mola hidatidosa pada usia ibu ......... cesuatinuntinnsninnsinnnennennne 36 Tabel 4.4 Distribusi Kuretase dengan Abortus pada pekerjaan ............ 37 Tabel 4.5 Distribusi Kuretase dengan Mola hidatidosa pada pekerjaan ............. cconseeeee eset 37 Tabel 4.6 Distribusi Kuretase dengan Abortus pada tempat tinggal . 38 Tabel 4.7 Distribusi Kuretase ey Mola hidatidosa pada tempat tinggal . ee 38 Tabel 4.8 Distribusi Kuretase dengan Abortus pada jumlah kelahiran 39 Tabel 4.9 Distribusi Kuretase dengan Mola hidatidosa pada jumlah kehamilan .. ae 39 Tabel 4.10 Distribusi Kuretase dengan Abortus pada usia kehamilan . 40 Tabel 4.11 Distribusi Kuretase dengan Mola hidatidosa pada usia kehamilan ............. enn cennaeses ssi T HET 40 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori .. Gambar 3.1 Alur Penelitian . Gambar 4.1 Pie gram ... xi - 28 34 ~ 35 Lampiran 1: Lampiran 2 : Lampiran 3 : Lampiran 4 : Lampiran 5 : DAFTAR LAMPIRAN Data hasil penelitian Hasil Print out analisis deskriftif Kartu aktivitas bimbingan Surat Keterangan Izin Penelitian Lembar biodata xii BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap harinya, sekitar 800 perempuan meninggal akibat kehamilan atau komplikasi saat persalinan. Pada tahun 2010, 287.000 perempuan meninggal selama kehamilan dan setelah persalinan. Meningkatkan kesehatan ibu adalah salah satu dari delapan target dari Millennium Development Goals (MDGs). Berdasarkan pada MDGS, negara-negara di dunia berkomitmen untuk mengurangi tiga per empat angka kematian ibu dari tahun 1990 sampai tahun 2015. Sejak tahun 1990, angka kematian ibu di seluruh dunia telah berhasil diturunkan sebanyak 47%. Akan tetapi, angka kematian ibu di dunia masih sangat tinggi (WHO, 2012), Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan atau masa nifas, dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi, partus macet dan aborsi (Umar,2014), Kematian ibu tidak langsung adalah merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular (Prawirohardjo, 2010). Menurut data resmi WHO (2003) abortus terjadi pada 10% dari seluruh kehamilan. Di Inggris setiap tahunnya ada 185.000 kasus induced abortion setiap tahun dan 11.500 kasus di Skotlandia, di Indonesia sendiri di perkirakan ada lima juta kehamilan pertahun dimana 10-15% diantaranya atau sekitar 500.000-750.000 mengalami abortus setiap tahun dan frekuensinya terus meningkat setiap tahun. Diantara kasus kebidanan yang paling banyak memerlukan kuret diantaranya adalah abortus. Angka ini turut meningkat seiring bertambahnya jumlah kejadian aborsi di Indonesia, diperkirakan 2 juta kasus/tahun, Profil di Klinik Bersalin Fajar Sonosewo Yogyakarta tahun 2009 mulai 1 Januari sampai 10 Oktober, data yang menunjukan jumlah ibu yang melakukan kuretase dengan indikasi abortus 66 (26,4%) (Verala, 2009). Sekitar 1 dalam 6 kehamilan berakhir dengan keguguran paling sering antara minggu ke 6 dan ke 10 kehamilan, Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun, Penyebab abortus dari faktor reproduksi diantaranya adalah faktor usia ibu dimana keguguran wanita hamil pada usia dibawah 20 tahun ternyata lebih tinggi dari usia 20-29 tahun kemudian meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun (Sarwono, 2008). Kasus keguguran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja baik di negara yang sudah maju maupun di negara yang sedang berkembang abortus dapat terjadi secara spontan, dapat pula terjadi karena dibuat/disengaja (abortus provocatus). Abortus berdasarkan defenisi medis adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari $00 gram (Prawirohardjo, 2010). Salah satu penyebab lainnya dilakukan kuretase adalah mola hidatidosa. Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 em (Prawirohardjo, 2010). Di mana prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Indonesia 1:51 sampai 1:41 kehamilan hal ini dikamakan sebagai besar negara Asia mempunyai jumlah penduduk yang masih dibawah garis kemiskinan (status sosioekonomi yang rendah) yang menyebabkan tingkat gizi yang rendah khususnya defisiensi protein. Profil di Klinik Bersalin Fajar Sonosewo Yogyakarta tahun 2009 mulai 1 januari sampai 10 oktober, data yang menunjukan jumlah ibu yang melakukan kuretase dengan indikasi mola hidatidosa 10 (4%) (Verala, 2009). 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana karakteristik pasien tindakan kuretase pada ibu yang mengalami abortus dan mola hidatidosa di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik pasien tindakan kuretase pada ibu yang mengalami abortus dan mola hidatidosa di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 1.3.2 Tujuan Khusus 1, Untuk mengetahui distribusi frekuensi tindakan kuretase dengan indikasi abortus dan mola hidatidosa di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 2, Untuk mengetahui distribusi frekuensi keadaan sosiodemografi ibu yang melakukan tindakan kuretase yang meliputi: usia, pekerjaan dan tempat tinggal di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 » . Untuk mengetahui distribusi frekuensi keadaan ibu yang melakukan tindakan kuretase berdasarkan mediko obstetri yang meliputi: paritas dan usia kehamilan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang karakteristik tindakan kuretase serta sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat. 2. Sebagai bahan masukkan untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis 1 v Sebagai gambaran mengenai kejadian abortus dan mola hidatidosa dengan tindakan kuretase, serta sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 tentang karakteristik ibu yang melakukan kuretase dengan harapan pihak Rumah Sakit dapat bekerja sama dengan pemerintah atau pihak terkait dalam upaya pencegahan dan menurunkan angka kejadian dilakukannya kuretase. Sebagai bahan penyuluhan bagi tenaga keschatan agar angka kejadian tindakan kuretase dapat diturunkan. 1.5 Keaslian Penelitian Belum ada penelitian sebelumnya tentang karakteristik pasien tindakan kuretase. Penelitian Muhammadiyah Palembang. ini pertama kali Tabel 1.1 perbandingan penelitian sebelumnya dilakukan di Rumah Sakit No. Nama Judul Tempat Tahun Hasil 1. Tanjung, Karakteristik = RSU 2001- Hasil —penelitian ditemukan Santi Thu Yang Padangsidi 2005 —penurunan frekuensi abortus Saidah © Mengalami — mpuan menurut garis persamaan y = Abortus Rawat tahun 263 - 03x. Karakteristik Inap Di Rsu terbanyak adalah umur 20-35 Padangsidimpu tahun (67,7 %), pendidikan an Tahun SLTA (38,6 %), pekerjaan ibu 2001-2005 rumah tangga (65,4 %), status kawin (100 tinggal di %), Padangsidimpuan bertempat (56,7 %), paritas multipara (59,8 %), usia kehamilan 12-20 minggu (50,4 %), frekuensi abortus belum pernah (77,2 %), keluhan. sewaktu masuk perdarahan (54,3 %), gambaran Klinis abortus inkompletus (46,5 %), tingkat keparahan ringan (65,4 %), tindakan kuretase (62,2 %), rujukan datang sendiri (50,4 %), keadaan medis sumber sewaktu pulang sembuh (94,5 %), dan lama rawatan rata-rata 3,45 hari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Fisiologi Kehamilan A. Perubahan Fi Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita logi pada saat kehamilan mengalami perubahan yang mendasar schingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim, Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatropin, estrogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada: 1, Rahim atau uterus Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan, Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1 100 gram (Prawirohardjo, 2008). 2. Vagina (Liang senggama) Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos (Prawirohardjo, 2008), 3. Ovarium Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal (Prawirchardjo, 2008). 4, Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon_ saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan somatromatropin (Prawirohardjo, 2008). 5. Sirkulasi darah ibu Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain a. Meningkainya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter. c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat (Prawirohardjo, 2008). B. Cara Menghitung Usia Kehamilan Untuk dapat menghitung usia kehamilan berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) hanya dilakukan oleh ibu hamil yang memiliki siklus haid normal dan teratur (28-30 hari). Untuk taksiran usia kehamilan berdasar HPHT dapat menggunakan rumus Neagele, selain hanya dapat menghitung usia kehamilan, rumus ini juga dapat digunakan untuk menghitung Hari Perkiraan Lahir (HPL). Penggunaan rumus ini adalah dengan menambahkan 7 pada tanggal pertama dari haid terakhir, kemudian mengurangi bulan dengan 3 dan menambahkan 1 pada tahunya, sedangkan untuk bulan yang tidak bisa dikurangi 3, misalnya Januari, Februari, dan Maret, maka bulanya ditambah 9, tapi tahunya tetap tidak ditambah atau di kurangi (Ulfa Rahma, 2011). 2.1.2 Anatomi, Histologi dan Fisiologi Uterus Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5em, lebar di atas 5,25cm, tebal 2,5cm dan tebal dinding 1,25cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri) (Prawirohardjo, 2010). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri; (3)serviks uteri Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal; di situ kedua tuba Falloppii masuk ke uterus. Didalam klinik penting untuk diketahui sampai di mana fundus uteri berada, oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan pada fundus uteri. Korpus uteri merupakan bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas (1) pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio; (2) pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina (Prawirohardjo, 2010). Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis, berbentuk seperti saluran lonjong dengan panjang 2,Scm. Saluran ini dilapisi kelenjar-kelenjar torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri intermum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum (Prawirohardjo, 2010). Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas (1) Endometrium di Korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri; (2) Otot-otot polos, dan (3) Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral, Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Lapisan otot polos uterus di sebelah dalam berbentuk sirkular dan di sebelah luar berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman (Prawirohardjo, 2010). ‘Uterus sebenarnya terapung-apung dalam rongga pelvis tetapi terfiksasi dengan baik oleh jaringan ikat dan ligamenta yang menyokongnya. Ligamenta yang memfiksasi uterus adalah sebagai berikut: (1) Ligamentum kardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan, yakni ligamentum terpenting yang mencegah uterus tidak turun, Terdiri dari jaringan ikat tebal yang berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteri uterina. (2) Ligamentum sakro-uterina kiri dan kanan, yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak. Berjalan dari serviks bagian kiri dan kanan ke arah os sacrum. (3) Ligamentum rotundum kiri dan kanan, yakni ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi. Berjalan dari fundus uteri kiri-kanan ke daerah inguinal. (4) Ligamentum Jatum kiri dan kanan, yakni ligamentum yang meliputi tuba. Berjalan dari uterus ke arah lateral. Untuk memfiksasi uterus ligamentum ini tidak banyak artinya (5) Ligamentum infundibulo-pelvikum kiri dan kanan, yakni ligamentum yang menahan tuba Falloppii. Berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis (Prawirohardjo, 2010). Ismus adalah bagian uterus antara serviks dan korpus uteri, diliputi oleh peritoneum viserale yang mudah sekali digeser dari dasamya atau digerakkan di daerah plika vesikouterina (Prawirohardjo, 2010). 10 Uterus di beri darah oleh arteria uterina kiri dan kanan yang terdiri atas ramus asenden dan desendens, Pembuluh darah ini berasal dari arteria iliaka interna (disebut juga arteri hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latam masuk ke dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm di atas forniks lateralis vagina (Prawirohardjo, 2010). Pembuluh darah lain yang memberi vaskularisasi ke uterus adalah arteria ovarika kiri dan kanan. Arteria ini berjalan dari lateral dinding pelvis melalui ligamentum infundibulo-pelvikum mengikuti tuba Falloppii, beranastomosis dengan ramus asendens arteria uterina di sebelah lateral, kanan dan kiri uterus. Bersama-sama dengan arteri-arteri tersebut di atas terdapat vena-vena yang kembali melalui pleksus vena ke vena hipogastrika (Prawirohardjo, 2010) Getah bening yang berasal dari serviks akan mengalir ke daerah obturatorial dan inguinal, selanjutnya ke dacrah vasa iliaka, Dari korpus uteri saluran getah bening akan menuju ke daerah paraaorta atau paravertebra dalam (Prawirohardjo, 2010). Inervasi uterus terdiri atas sistem simpatetik dan parasimpatetik. Sistem parasimpatetik berada di dalam panggul di sebelah kiri dan kanan os sakrum, berasal dari saraf sakral 2, 3, dan 4 yang selanjutmya memasuki pleksus Frankenhauser. Sistem simpatetik masuk ke rongga panggul sebagai pleksus hipogastrikus melalui bifurkasio aorta dan promontorium terus ke bawah menuju ke pleksus Frankenhauser. Serabut-serabut saraf tersebut_memberi inervasi pada miometrium dan endometrium. Kedua sistem simpatetik dan parasimpatetik mengandung unsur motorik dan sensorik. Kedua sistem bekerja antagonistik. Saraf simpatetik menimbulkan kontraksi dan vasokontriksi, sedangkan yang parasimpatetik sebaliknya yaitu mencegah kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi (Prawirohardjo, 2010) 2.1.3 Kuretase A. Definisi Kuretase Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi yaitu berupa serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri. Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan servik dan besamnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan, misalnya perforasi (Mochtar, 2011), B. Tindakan Operatif pada Gangguan Kehamilan Menurut Mochtar (2011), tindakan operatif pada gangguan kehamilan ada 3, yaitu: 1. Pengeluaran secara digital Tindakan ini dilakukan untuk menolong pasien di tempat- tempat yang tidak memiliki fasilitas kuretase. Sekurang-kurangnya untuk menghentikan perdarahan. Tindakan itu sering kita lakukan pada keguguran yang sedang berlangsung (abortus insipiens) dan keguguran bersisa (abortus inkompletus). Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan jika telah ada pembukaan serviks uteri yang dapat dilalui oleh satu jari secara Jonggar dan jika kavum uteri cukup luas. Karena manipulasi tersebut akan menimbulkan rasa nyeri, sebaiknya dilakukan dalam narkosa umum intravena menggunakan ketalar-diazepam, yang didahului oleh pemberian premedikasi sulfas atropine 1 ampul. Caranya adalah dengan menggunakan dua tangan (bimanual): jari telunjuk tangan kanan dimasukan ke dalam jalan lahir untuk mengeluarkan hasil konsepsi, sedangkan tangan kiri_ memegang korpus uteri untuk memfiksasi melalui dinding parut. Dengan 12 menggunakan jari, kikislah hasil konsepsi scbanyak mungkin atau sebersih mungkin. Perlu diingat bahwa tindakan ini membawa risiko infeksi dan perforasi. Jadi, harus dilakukkan secara steril dan diberikan antibiotik yang adekuat. Kombinasi sefalosporin-metronidazol merupakan antibiotik terpilih. Dengan evaluasi klinis, dilihat masih adaltidaknya perdarahan, sedangkan evaluasi dengan sonografi dilakukan untuk menilai ada/ tidaknya jaringan yang tertinggal. ._Kuretase (kerokan) Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks, dan besarnya uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan, misalnya perforasi Persiapan sebelum Kuretase 1) Persiapan pasien a. Lakukanlah pemeriksaan umum: tekanan darah, nadi, keadaan jantung dan paru-paru, dan sebagainya b. Pasanglah infus cairan sebagai profilaksis 2) Persiapan alat-alat kuretase Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat dalam keadaan aseptik (suci hama), terdiri dari a. Spekulum dua buah b. Sonde (penduga) uterus ‘Cunam muzeux atau cunam porsio Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar, Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret) Cunam abortus, kecil dan besar . Pinset dan kiem ae remo . Kain steril dan sarung tangan dua pasang 13 3) Pasien dibaringkan dalam posisi litotomi 4) Pada umumnya, diperlukan anestesi infiltrasi lokal atau umum secara intravena dengan ketalar. Teknik kuretase 1 Tentukan letak rahim, yaitu dengan lakukan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung. Karena itu, alat-alat tersebut harus dimasukkan sesuai dengan letak rahim. Tujuannya adalah supaya tidak terjadi salah arah (fase route) dan perforasi Penduga rahim (sondage). Masukkan penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang atau dalamnya penduga rahim caranya adalah setelah ujung sonde terasa membentur fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan/ dipindahkan pada porsio untuk menandai sonde, dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim. . Dilatasi. Jika pembukaan serviks belum cukup untuk memasukkan sendok kuret; lakukan terlebih dahulu dilatasi dengan dilatator atau bougie Hegar. Peyanglah busi seperti memegang pensil dan masukkanlah dengan hati-hati sesuai Ietak rahim. Untuk sendok kuret terkecil, biasanya diperlukkan dilatasi sampai Hegar nomor 7. Untuk mencegah kemungkinan perforasi, usuhakanlah memakai sendok kuret yang agak besar, dengan dilatasi yang lebih besar. . Kuretase. Seperti yang telah dikatakan, pakailah sendok kuret dengan kekuatan, dan pengerokan biasanya dimulai di bagaian tengah, Pakailah sendok kuret yang tajam (ada tanda bergerigi) karena lebih efektif dan lebih terasa sewaktu. melakukkan kerokan pada dinding rahim dalam (seperti bunyi mengukur kelapa). Dengan demikian, kita tahu bersih atan tidaknya hasil kerokan, 14 5. Cunam abortus. Pada abortus insipiens, jaringan sudah terlihat Pakailah cunam abortus untuk mengeluarkan jaringan tadi yang biasanya diikuti oleh Keluarnya jaringan lainnya. Dengan demikian, sendok kuret hanya dipakai untuk membersihkan sisa-sisa yang tertinggal saja 6. Perhatian: memegang, memasukkan dan menarik alat-alat haruslah dilakukkan dengan hati-hati; lakukanlah dengan lembut (with lady ‘s hand) sesuai dengan arah dan letak rahim. 3. Kuretase Vakum Adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum Alat tersebut terdiri dari kanul kuret dalam berbagai ukuran yang dihubungkan dengan pompa vakum atau sumber vakum lainnya. Untuk vakum kuretase, diperlukan tekanan negatif sekitar 700 mmHg. ‘Teknik kuretase vakum 1. Kanul dengan ukuran yang sesuai dengan pembukaan dimasukkan kedalam kavum uteri. 2. Kanul dihubungkan dengan sumber vakum baik yang elektrik maupun yang berupa semprit besar 3. Kanul digerakkan pelan-pelan dari atas ke bawah, kemudian diputar sampai 180 derajat sehingga isi rahim seluruhnya keluar dalam suatu penampungan atau dalam semprit. Kelebihan cara kuretase vakum 1, Kurang menimbulkan trauma, nyeri, dan perdarahan 2. Jarang terjadi perforasi karena yang dipakai adalah kanul plastik, dibandingkan dengan sendok kuret dari logam 3. Waktu yang dipergunakan untuk kuretase dan juga dilatasi serviks lebih singkat, serta dapat dipakai pada pembukaan kecil 15 2.1.4 Indikasi dilakukan Tindakan Kuretase A. Abortus L. Definisi Abortus Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Prawirohardjo, 2009). 2. Klasifikasi Abortus ‘Menurut Mochtar (2013) abortus dibagi atas dua golongan: 1. Abortus Provokatus (induced abortus) ‘Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi: (a) Abortus Medisinalis (abortus therapeutica) Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi_ medis). Biasanya- peru mendapat Persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahii, (b) Abortus Kriminalis Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis. n Abortus Spontan Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau pun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah, Abortus spontan dibagi atas: 1. Abortus Imminens Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium n w uteri masih tertutup dan hasil Konsepsi masih baik dalam kandungan (Prawirohardjo, 2010). Diagnosis klinis abortus mengancam (threatened abortion, abortus imminens) ditegakkan jika terjadi perdarahan atau pengeluaran duh berdarah melalui os serviks yang tertutup selama paruh pertama kehamilan (Cunningham, 2012). Abortus Insipiens Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran (Prawirohardjo, 2010). Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Abortus Kompletus Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo, 2010). Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus. Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi roboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan. Uterotonika tidak perlu diberikan (Prawirohardjo, 2010), a7 4. Abortus Inkompletus Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat kurang dari 500 gram Sebagian hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum (Prawirohardjo, 2010). Gejalanya didapati antara lain adalah amenorea, sakit perut dan mulas-mulas. Perdarahan bisa sedikit atau banyak yang biasanya berupa stolsel (darah beku) (Mochtar, 2011). Missed Abortion w Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan (Prawirohardjo, 2010). Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasa pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti (Saifuddin, 2010). Abortus Habitualis Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut, Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran atau abortus secara berturut-turut. Bishop melaporkan kejadian abortus habitualis sekitar 0,41% 2 dari seluruh kehamilan (Prawirohardjo, 2010) 7. Abortus Infeksiosus (Abortus septik) 18 Adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia Sedangkan, abortus septik adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritonitis) (Prawirohardjo, 2010). 3. Etiologi Abortus Menurut Prawirohardjo (2010), penyebab abortus (early pregnancy Joss) bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah sebagai berikut: 1, Faktor Genetik Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik Kejadian tertinggi kelainan sitogenetik konsepsi terjadi pada awal kehamilan. Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian sporadis, misalnya nondisjunction meiosis atau poliploidi dari fertilitas abnormal Untuk sebagian besar trisomi, gangguan meiosis maternal bisa berimplikasi pada gametogenesis. Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya usia. Sindroma Turner merupakan 20-25% penyebab dari kelainan sitogenetik pada abortus. Sepertiga dari fetus dengan sindroma Down (trisomi 21) bisa bertahan. Penyebab Anatomik Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi v obstetrik, seperti. abortus berulang, prematuritas __serta malpresentasi janin (Prawirohardjo, 2010) Sindroma Asherman bisa menyebabkan gangguan implantasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium, Risiko abortus e S berkisar antara 25-80% bergantung pada erat ringannya gangguan (Prawirohardjo, 2010). Penyebab Autoimun Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dengan penyakit autoimun. Misalnya Systematic Lupus Erithematosus (SLE) dan Antiphospolipid Antibodies (aPA). aPA. merupakan antibodi spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE. Kejadian abortus spontan di antara pasien SLE sekitar 10%, dibanding populasi umum. Bila digabung dengan peluang terjadinya pengakhiran kehamilan trimester 2 dan 3, maka diperkirakan 75 % pasien dengan SLE akan berakhir dengan terhentinya kehamilan. Sebagian besar kematian janin dihubungkan degan adanya aPA, aPA merupakan antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari fosfolipid. Paling sedikit ada 3 bentuk aPA yang diketahui mempunyai arti klinis yang penting, yaitu Lupus Anticoagulant (LAC), Anticardiolipin Antibodies (aCLs), dan Biologically False-positive untuk syphilis (FP-STS). APS (Antiphospholipid syndrome) sering juga ditemukan pada beberapa keadaan obstetri misalnya pada preeklampsi, IUGR, dan prematuritas. Beberapa keadaan lain yang berhubungan dengan APS yaitu trombosis _ arteri-vena, trombositopeni autoimun, anemia hemolitik, dan hipertensi pulmonum (Prawirohardjo, 2010). Penyebab Infeksi ‘Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mula diduga sejak 1917, ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan pengamatan kejadian abortus berulang pada perempuan yang terpapar brucellosis. Beberapa jenis organisme tertentu diduga berdampak pada kejadian abortus antara lain 20 A) Bakteri a. Listeria monositogenes 6. Klamidia trakomatis ¢. Ureaplasma urealitikum d. Mikoplasma hominis e. Bakterial vaginosis B) Virus Sitomegalovirus Rubela Herpes simpleks virus HIV e. Parvovirus C) Parasit a. Toksoplasmosi gondii aeges Plasmodium falsiparum D) Spirokaeta Treponema pallidum (Prawirohardjo, 2010) Berbagai teori diajukan untuk mencoba menerangkan peran infeksi terhadap risiko abortus, diantaranya sebagai berikut: - Adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, atau sitokin yang berdampak langsung pada janin atau unit fetoplasenta. - Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat sehingga janin sulit bertahan hidup. - _Infeksi plasenta yang berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian janin. - _Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genitalia bawah (misalnya Mikoplasma hominis, Klamidia, 2 Ureaplasma urealitikum, HSV) yang bisa mengganggu proses implantasi, - Amnionitis (oleh kuman gram-positif dan gram-negatif, Listeria monositogenes). - Memacu perubahan genetik dan anatomik embrio, umumnya oleh karena virus selama kehamilan awal (misalnya Rubela, Parvovirus B19, Sitomegalovirus, Koksakie virus B, Varisela-Zoster, HSV) (Prawirohardjo, 2010). 5, Faktor Lingkungan Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia atau radiasi umumnya berakhir dengan abortus (Prawirohardjo, 2010). Rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi_ utero plasenta (Prawirohardjo, 2010) Menurut Cunningham, dkk. (2012), risiko abortus meningkat linier seiring dengan jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari. Wanita yang mengkonsumsi paling sedikit 500 mg kafein setiap hari, kira-kira setara dengan 5 cangkir kopi sehari yang kadar metabolit kafeinnya (paraxantin) sangat tinggi mengalami peningkatan 2 kali lipat risiko keguguran (Cunningham et al., 2012), Faktor Hormonal > Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang baik sistem pengaturan hormone matemal, Oleh karena itu, perlu perhatian langsung terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormone setelah konsepsi terutama kadar progesteron (Prawirohardjo, 2010) Adapun yang termasuk pada faktor hormonal adalah 22 . Diabetes mellitus . Kadar progesteron yang rendah . Defek fase luteal Pengaruh hormonal terhadap imunitas desidua (Prawirohardjo, 2010) wpe . Faktor Hematologik Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Berbagai komponen koagulasi dan fibrinolitik memegang peran penting pada implantasi embrio, invasi trofoblas, dan plasentasi. Pada kehamilan terjadi keadaan hiperkoagulasi dikarenakan peningkatan kadar faktor prokoagulan, penurunan faktor antikoagulan, dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Kadar faktor VII, VIII, X, dan fibrinogen meningkat selama kehamilan normal, terutama pada kehamilan sebelum 12 minggu (Prawirohardjo, 2010), Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus, sering didapatkan defek hemostatik. Penelitian Tulpalla dan kawan- kawan menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat peningkatan produksi tromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4-6 minggu, dan penurunan produksi prostasiklin saat usia kehamilan 8-11 minggu, Perubahan rasio tromboksan-prostasiklin memacu vasospasme serta agregrasi trombosit, yang akan menyebabkan mikrotrombi serta nekrosis plasenta. Juga sering disertai penurunan kadar protein C dan fibrinopeptida (Prawirohardjo, 2010). Defisiensi faktor XII (Hageman) berhubungan trombosis sistemik ataupun plasenter dan telah dilaporkan juga berhubungan dengan abortus berulang pada lebih dari 22 persen kasus (Prawirohardjo, 2010). 23 8. Kelainan Endokrin Hipotiroidisme yaitu defisiensi iodium berat dapat berkaitan dengan keguguran (Castaneda, dkk., 2002). Defisiensi hormone tiroid sering terjadi pada wanita, biasanya disebabkan oleh penyakit autoimun, tetapi efek hipotiroidisme pada abortus dini belum diteliti secara mendalam. Autoantibodi tiroid dilaporkan menyebabkan peningkatan insiden keguguran (Abramson dan Stagnaro Green, 2001; Poppe, dkk., 2008). Didapat data bahwa wanita dengan keguguran berulang memiliki insiden antibodi antitiroid yang lebih tinggi dari pada control normal masih belum meyakinkan (Alyna, 2005) 4. Komplilasi Abortus Menurut Mochtar (2011), berikut ini adalah beberapa komplikasi dari abortus: (1) Perdarahan (hemorrhage) (2) Perforasi: sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun. (3) Infeksi dan tetanus (4) Gagal ginjal akut (5) Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan hebat yang disebut syok hemoragik dan infeksi berat atau sepsis yang disebut syok septik atau endoseptik. B. Mola Hidatidosa 1. Definisi Mola Hidatidosa Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung_putih, 24 tembus pandang, berisi cairan jemih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm (Zain, 2018). Mola hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villy) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan, Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan, Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, 2011). 2. Klasifikasi Mola Hidatidosa a. Mola Hidatidosa Komplet Villi korionik pada mola hidatidosa komplet berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jemih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai_beberapa_sentimeter__ dan sering berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil. Menurut Cunningham et al (2006), temuan histologik ditandai oleh: a) Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan Stroma Vilus b) Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak ©) Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi @) Tidak adanya janin dan amnion . Mola Hidatidosa Parsial Apabila perubahan hidatidosa bersifat' fokal dan kurang s berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan janin, Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi-villi berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena (Kapita Selekta., 2004). 3. Etiologi Penyebab mola hidatidosa menurut Cunningham et al. (2006), tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat menyebabkan antara lain: 25 1) Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan 2 3) Keadaan sosioekonomi yang rendah 4 5) Kekurangan protein 6 Imunoselektif dari tropoblast Paritas tinggi Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas. 2.1.5 Karakteristik Ibu Yang Berhubungan Dengan Tindakan Kuretase Karateristik adalah sifat khas dengan perwatakan tertentu. Karakteristik mencakup hal-hal sebagai berikut: umur dan pekerjaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan) BKKBN (2007), membagi usia berdasarkan risiko pada kehamilan dan persalinan sebagai berikut A. Usia berisiko a, Usia <20 tahun Gangguan pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata lebih tinggi dari pada gangguan kehamilan yang terjadi pada usia 20-35 tahun, hal itu Karena pada saat usia kurang dari 20 tahun keadaan uterus dan sistem reproduksi belum siap untuk proses Kkehamilan, sehingga meningkatkan risiko dalam kehamilan, D. Usia tidak berisiko (20-35 tahun) Pada usia ini fisik dan mental ibu sangat baik sehingga sistem reproduksi ibu sudah matang. Usia >35 tahun Gangguan kehamilan akan meningkat kembali sesudah usia ° >35 tahun, Karena pada saat usia lebih dari 35 tahun dimana organ reproduksi mengalami penurunan fungsi seperti halnya menurunya 26 fungsi pada ovarium yang salah satu fungsinya yaitu memproduksi hormone estrogen dan progesteron. Dalam kehidupan wanita, hormone estrogen berpengaruh pada perkembangan scksual tubuh wanita, atau yang memberikan cirri’ khas pada wanita, salah satunya adalah mempersiapkan rahim menerima janin dengan penurunan produksi estrogen maka keadaan rahim akan Kurang atau tidak siap dalam menerima janin B. Usia kehamilan Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir, Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38-42 minggu dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal. Namun, sekitar 34-14 % atau rata-rata 10 % kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Angka ini bervariasi dari beberapa peneliti bergantung pada kriteria yang di pakai (Prawirohardjo, 2010). Dari ACOG, 1995 kehamilan preterm adalah usia kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa_bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang. Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI di semarang tahun 2005 menetapkan bahwa persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu (Prawirohardjo, 2010) C. Paritas Adapun klasifikasi paritas menurut (Manuaba,2010) adalah sebagai berikut: a. Gravida adalah wanita yang sedang hamil b. Primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kali ©. Para adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm. 4. Nulipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable. 27 Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali Multipara (pleuripara) adalah wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5 kali Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari 5 kali 2.1.5 Komplilaksi Dari Kuretase 1 nv BY Perforasi : Dapat terjadi jika kurang berhati-hati, baik pada waktu memasukkan sonde rahim, dilatasi dengan busi Hegar, maupun sewaktu memasukan dan melakukan kuretase. Apabila_terjadi perforasi, bahaya yang akan timbul adalah perdarahan dan infeksi (peritonitis). Perdarahan : Biasanya terjadi pada abortus buatan pada kehamilan yang agak besar karena pada kondisi tersebut kontraksi rahim kurang sempuma. . Infeksi : Apabila bekerja tidak suci hama, . Robekan pada serviks : Terjadi jika serviks terlalu keras, dilatasi dan pegangan klem pada serviks terlalu dipaksakan. Sering terjadi robekan serviks kalau dipakai klem serviks bergigi satu (Mochtar,2011). 2.2. Kerangka Teori Hamil 28 ( Trimester 1 (12 minggu) Trimester 2 (15 minggu/13 ~27 Trimester 3 (13 minggu/28 ~ 40 Kasus-kasus perdarahan pada kehamilan i ‘Tindakan kuretase = Yang akan diteliti Tidak diteliti Gambar 2.1 Kerangka teori ‘Sumber: Modifikasi Cunningham (2012) dan Prawirohardjo (2010). minggu) minggu) - Usia ibu - Usia kehamilan Mola Solusio hidatid f Paritas —— plasenta ~ Pekerjaan 3a BAB IIL METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survei deskriptif eksploratif, yaitu meneliti jenis kasus tertentu secara mendalam mengidentifikasi seluruh sumber variasi éotal sampling (memilih kasus yang memahami kriteria tertentu) . 3.2, 33. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1. Waktu Penelitian Penelitian ini lakukan pada tanggal 30 Agustus 2014 ~ 31 Januari 2015 3.2.2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Populasi dan Subjek /Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi Populasi penelitian adalah semua kehamilan dan tindakan dalam kehamilan (ginokologi dan obstetri) yang berjumlah 3.612 dari jumlah tersebut di dapatkan yang melakukan kuretase adalah 250 di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2013 yang memiliki catatan medik. 3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah non parametrik proporsif sampling 250 yang di hitung secara manual. Dari perhitungan presentasi tersebut didapatkan: a. Jumlah sampel yang diketahui untuk kuretase dengan mola hidatidosa adalah 15. 29 30 Subjek penelitian untuk mola hidatidosa sebanyak 15 di ambil semua karena kriteria jumlah untuk survei kurang b. Jumlah sampel yang di ketahui untuk kuretase dengan abortus adalah 235 3.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi dan eksklusi pada sampel, antara lain 1. Kriteria Inklusi Semua ibu yang hamil yang mengalami abortus dan mola hidatidosa dengan tindakan kuretase yang dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang I Januari sampai dengan 31 Desember 2013 yang data dari rekam mediknya memenuhi secara signifikan variabel yang akan diteliti 2, Kriteria Eksklusi Jika data di rekam medik tidak lengkap 3.4. Variabel Penelitian 1, Karakteristik Ibu © Usia © Usia kehamilan ibu yang mengalami kuretase ¢ Paritas * Pekerjaan © Tempat tinggal 3.5. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional 31 Pengumpulan Data No. Variabel Definisi ~~ Cara Alat Hasil Skala Operasional 1. UmurIbu— UsiaTbu sekarang Tela Melihat © <20tahun Skala dokumen dari g. 20.35 Ordinal dari rekam rekam tahun medik = medik 535 tahun 2, Usia Lama janin dalam Telaah Melihat © <10 Skala kehamilan — kandungan ibu saat dokumen dari minggu Ordinal ibu yang ibu mengalami darirekam rekam 6 40-15 mengalami abortus dan mola _medik medik minggu kuretase hidatidosa serta ° 315 melakukan_ tindakan ininggy kuretase 3. Pekerjaan —_Kegiatan yang Telaah — Melihat~ » Ibu Rumah Skala dilakukan ibu untuk dokumen — dari Tangga Nominal menghasilkan ang dari rekam rekam —«pegawai yang tertera di rekam medik medik Negeri medik Sipil © Wiraswasta 4. Tempat Alamat tempat Telaah Melihat. + Dalam Skala Tinggal tinggal terakhir yang dokumen — dari Kota Ordinal tertera di rekam darirekam rekam 6 Luar Kota medik medik ——_medik 32 5 Paritas ‘Jumlah_ persalinan Telaah ‘Melihat yang telah dilalui ibu dokumen — dari dari rekam rekam medik medik Nullipara_ Skala (Okali) Ordinal Primipara (1 kali) Multipara (2-5 kali) Grandmult ipara (°5 kali) 3.6. Cara Kerja /Cara Pengumpulan Data Data penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa data rekam medik pada seluruh keahamilan dengan adanya kuretase di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang | Januari sampai dengan 31 Desember 2013. 3.7. Cara Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Cara Pengolahan Data Adapun cara dalam pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Collecting, yaitu: mengumpulkan rekam medik ibu yang melakukan tindakan kuretase di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang | Januari sampai dengan 31 Desember 2013 dengan menggunakan lembar observasi b. Processing, yaitu: proses agar data dapat dianalisis dengan cara entry (memasukkan data dari lembar observasi ke dalam tabulasi), ©. Cleaning, yaitu: pengecekan kembali data yang sudah di entry masih terdapat kesalahan atau tidak. 4. Tabulating, yaitu: menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi dari variabel yang diteliti, 33 3.7.2 Analisis Data Data yang diperoleh dari rekam medik selama penelitian dikelompokkan berdasarkan variabel penelitian kemudian dipindahkan kedalam lembar observasi Kemudian hasil pengelompokkan data disajikan dengan tabulasi (one way table), pie gram dan di narasi. 3.8. Alur Penelitian Populasi Populasi penelitian adalah semua kehamilan dan tindakan dalam kehamilan (ginokologi dan obstetri) yang berjumlah 3.612 dari jumlah tersebut di dapatkan yang melakukan kuretase adalah 250 di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang | Januari sampai dengan 31 Desember 2013 yang memiliki Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi Analisis data diperoleh dari rekam medik di Bagian Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 Data di diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, narasi dan pie gram Bagan 3.1 Alur penelitian BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Distribusi frekuensi tindakan Kuretase dengan indikasi Abortus dan Mola Hidatidosa di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 Data penelitian ini diperoleh dari bagian rekam medik di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang yang dilakukan dari tanggal 30 Agustus 2014~ 12 Februari 2014. Data yang diambil adalah data ibu yang melakukan kuretase dengan indikasi abortus dan mola hidatidosa selama tahun 2013. Berdasarkan laporan dari bagian rekam medik di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang didapatkan bahwa jumlah pasien yang melakukan kuretase selama tahun 2013 adalah 250 orang dari 3.612 orang pasien pada bagian kebidanan dan kandungan yang berkunjung selama tahun 2013. Ibu yang melakukan kuretase dengan abortus adalah 235 orang (94%), kuretase dengan mola hidatidosa 15 orang (4%) Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat dilihat di gambar 4.1 Pie gram dibawah ini iKuretase dengan Abortus kuretase dengan Mola Hidatidosa Gambar 4.1 Pie Gram Sebaran Distribusi Kehamilan Kuretase. 35 36 41.2 Distribusi frekuensi keadaan sosiodemografi ibu yang melakukan findakan kuretase yang meliputi: usia, pekerjaan dan tempat tinggal di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 Tabel 4.2 Distribusi Usia Ibu yang Melakukan Kuretase dengan Abortus ~ UsiaTbu——*Frekuensi ~~ Persentase (%) (Orang) <20tahun IQ 43 20-35 tahun 152 64,7 > 35 tahun B 311 Total 235 100 Berdasarkan penclitian yang dilakukan, dapat dilihat pada ‘Tabel 4.2 diatas dapat dilihat ibu yang melakukan kuretase dengan abortus di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2013 pada usia 20-35 tahun yaitu 152 orang (64,7%), usia >35 tahun yaitu 73 orang ( 31,1%) dan usia < 20 tahun yaitu 10 orang (4,3%) Tabel 4.3 Distribusi Usia Ibu yang Melakukan Kuretase dengan Mola hidatidosa Usia Ibu Frekuensi Persentase (%) (orang) <20 tahun 2 13,3 20-35 tahun 9 60 > 35 tahun 4 26,7 Total 15 100 — Dari Tabel 4.3 diatas dapat dilihat ibu yang melakukan kuretase dengan mola hidatidosa di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2013 37 pada usia 20-35 tahun yaitu 9 orang (60%), usia >3S tahun yaitu 4 orang (26,7%) dan usia < 20 tahun yaitu 2 orang (13,3%). Tabel 4.4 Distribusi Pekerjaan Ibu yang Melakukan Kuretase dengan Abortus Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) (Orang) IRT 207 88,1 PNS 4 17 Wiraswasta 4 102 Total 235 100 Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat dilihat pada Tabel 4.4 diatas dapat dilihat ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga yaitu 207 orang (881%), Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 4 orang (1.7%) dan wiraswasta 24 orang (10,2%). Tabel 4.5 Distribusi Pekerjaan Ibu yang Melakukan Kuretase dengan Mola hidatidosa Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) (Orang) IRT 12 - 80 PNS 2 13,3 Wiraswasta 1 67 Total 15 100 Dari Tabel 4.5 dapat dilihat ibu yang melakukan kuretase dengan mola hidatidosa adalah ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tanga yaity 12 38 orang (80%), berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 2 orang (13,3%) dan wiraswasta 1 orang (6,7%). Tabel 4.6 Distribusi Tempat Tinggal Ibu yang Melakukan Kuretase dengan Abortus Tempat Tinggal Frekuensi Persentase (%) (Orang) Dalam kota Palembang 70 29,8 Luar kota Palembang 165 70,2 Total 235 100 Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4.6 diatas dapat dilihat ibu yang melakukan kuretase dengan abortus adalah pada kelompok ibu yang bertempat tinggal di luar Kota Palembang yaitu 165 orang (70,2%) dan di dalam kota Palembang yaitu 70 orang (29,8%). Tabel 4.7 Distribusi Tempat Tinggal Ibu yang Melakukan Kuretase dengan Mola hidatidosa Tempat Tinggal Frekuensi Persentase (%) (Orang) Dalam kota Palembang 6 40 Luar kota Palembang 9 60 Total 15 100 Dari Tabel 4.7 diatas dapat dilihat frekuensi ibu yang melakukan kuretase dengan mola hidatidosa di luar kota Palembang yaitu 9 orang (60%) dan di dalam kota Palembang yaitu 6 orang (40%), 39 4.1.3 Distribusi frekuensi keadaan ibu yang melakukan tindakan kuretase berdasarkan mediko obstetri yang meliputi: paritas, usia kehamilan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 Tabel 4.8 Distribusi Jumlah Kelahiran Ibu yang Melakukan Kuretase dengan Abortus Jumlah Kelahiran Frekuensi Persentase (%) (Orang) Nullipara 2 89 Primipara 49 20,9 Multipara 154 65,5 Grandemultipara Wl 47 Total 235 100 Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat pada ‘Tabel 4.8 diatas dapat dilihat ibu yang melakukan kuretase dengan abortus adalah kelompok ibu yang multipara yaitu 154 orang (65,5%), primipara yaitu 49 orang (20,9%), nullipara yaitu 21 orang (8,9%) dan grandemultipara yaitu 11 orang (4,7%). Tabel 4.9 Distribusi Jumlah Kelahiran Ibu yang Melakukan Tindakan Kuretase dengan Mola hidatidosa “Jumlah KelahiranFrekuensi ~~ Persentase (%) Nullipara 3 20 Primipara 3 20 Muttipara 8 53,3 Grandemultipara 1 67 Total 1S 100 40 Dari Tabel 4.9 diatas dapat dilihat ibu yang melakukan kuretase dengan mola hidatidosa adalah kelompok ibu yang multipara yaitu 8 orang (53,3%), primipara yaitu 3 orang (20%), nullipara yaitu 3 orang (20%) dan grandemultipara yaitu | orang (6,7%). Tabel 4,10 Distribusi Usia Kehamilan Ibu yang Melakukan Kuretase dengan Abortus Usia Kehamilan Frekuensi Persentase (%) (Orang) <10 minggu 161 68,5 10 ~15 minggu 49 20,9 >15 minggu 25 10,6 Total 235 100 Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4.10 diatas dapat dilihat ibu yang melakukan kuretase dengan abortus usia kehamilan < 10 minggu yaitu 161 orang (68,5%), usia kehamilan 10 - 15 minggu yaitu 49 orang (20,99%) dan usia kehamilan > 15 minggu yaitu 25 orang (10,6%). Tabel 4.11 Distribusi Usia Kehamilan Ibu yang Melakukan Kuretase dengan Mola hidatidosa Usia Kehamilan Frekuensi Persentase (%) <10 minggu 2 133 10-15 minggu 6 40 > 15 minggu 7 46,7 Total 15 100 Dari Tabel 4.11 diatas dapat dilihat ibu yang melakukan kuretase dengan mola hidatidosa usia kehamilan < 10 minggu yaitu 2 orang (13,3%), 4a. usia kehamilan 10 ~ 15 minggu yaitu 6 orang (40%) dan usia kehamilan > 15 minggu yaitu 7 orang (46,7%), 4.2 Pembahasan Berdasarkan penelitian deskriptif eksploratif terhadap data rekam medik pada ibu yang melakukan kuretase dengan abortus dan mola hidatidosa di Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2013 yang telah di jelaskan Gambar 4.1 didapatkan 250 orang dimana jumlah kuretase dengan abortus 235 orang (94%) sedangkan kuretase dengan mola hidatidosa 15 orang (6%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Verala (2003) yang mendapatkan hasil ibu yang melakukan kuretase dengan indikasi abortus 66 orang (26,4%) dan ibu yang melakukan kuretase dengan mola hidatidosa 10 orang (4%). 4.2.1 Ibu yang melakukan tindakan kuretase berdasarkan sosiodemografi yang meliputi: usia, pekerjaan dan tempat tinggal di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ibu yang melakukan kuretase dengan abortus pada usia 20-35 tahun yaitu 152 orang (64,7%), diikuti usia >35 tahun yaitu 73 orang ( 31,1%) dan usia < 20 tahun yaitu 10 orang (4,3%). Sedangkan ibu yang melakukan kuretase dengan mola hidatidosa pada usia 20-35 tahun yaitu 9 orang (60%), diikuti usia >35 tahun yaitu 4 orang ( 26,7%) dan usia < 20 tahun yaitu 2 orang (13,3%) Berdasarkan hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian dari Santi Saidah Tanjung pada tahun 2005 di RSU Padangsidempuan yang mendapatkan hasil sebagian besar ibu yang melakukan kuretase dengan abortus umur 20-35 tahun (67,7 %), alasanya karena usia 20-35 adalah usia ideal warga Indonesia untuk menikah dan mengalami kehamilan dan didukung oleh penelitian Martini Alim pada tahun 2008 di RSUD Labuang Baji ‘Makassar ibu. yang mengalami mola bidatidosa terbayak pada usia 20-35 tahun terdapat sebanyak 14 ibu (66,67%). 42 Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ibu yang melakukan kuretase dengan abortus yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga yaitu 207 orang (88,1%), diikuti wiraswasta 24 orang (10,2%) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 4 orang (1.7%). Sedangkan ibu yang melakukan kuretase dengan mola hidatidosa yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga yaitu 12 orang (80%), diikuti berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu 2 orang (13,3%) dan wiraswasta 1 orang (6,7%). Berdasarkan hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian dari Santi Saidah Tanjung pada tahun 2005 di RSU Padangsidempuan yang mendapatkan hasil sebagian besar ibu yang melakukan kuretase dengan abortus berprofesi sebagai ibu rumah tangga, yaitu sebanyak 83 dari 127 orang pasien dengan persentase 65,4%, alasanya karena pengetahuan ibu rumah tangga yang kurang tentang kehamilan, Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ibu yang melakukan kuretase dengan abortus pada kelompok ibu yang bertempat tinggal di luar Kota Palembang yaitu 165 orang (70,2%) dan di dalam kota Palembang yaitu 70 orang (29,8%). Sedangkan ibu yang melakukan kuretase dengan mola hidatidosa di luar kota Palembang yaitu 9 orang (60%) dan di dalam kota Palembang yaitu 6 orang (40%). 4.2.2 Ibu yang melakukan tindakan kuretase berdasarkan mediko obstetri yang meliputi: paritas, dan usia kehamilan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ibu yang melakukan kuretase dengan abortus kelompok ibu yang multipara yaitu 154 orang (65,5%), diikuti primipara yaitu 49 orang (20,9%), nullipara yaitu 21 orang (8,9%) dan grandemultipara yaitu 11 orang (4,7%). Sedangkan ibu yang melakukan kuretase dengan mola hidatidosa kelompok ibu yang multipara yaitu 8 orang (53,3%), diikuti primipara yaitu 3 orang (20%), nulipara yaitu 3 orang (20%) dan grandemultipara yaitu 1 orang (6,7%). Berdasarkan hasil 43 penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian dari Santi Saidah Tanjung pada tahun 2005 di RSU Padangsidempuan yang mendapatkan hasil sebagian besar ibu yang melakukan kuretase pada abortus dengan usia kehamilan terbanyak adalah multipara (59,8 %). Hal ini sesuai juga dengan teori yang dikemukakan oleh Cunningham (2012) yaitu risiko abortus dan resiko mola hidatidosa meningkat seiring dengan jumlah kehamilan yang bertambah. Peneliti belum menemukan adanya penelitian lain yang meneliti tentang hal ini sehingga peneliti tidak bisa membandingkan hasil penelitian ini dengan yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ibu yang melakukan kuretase dengan abortus pada usia kehamilan < 10 minggu yaitu 161 orang (68,5%), diikuti usia kehamilan 10 ~ 15 minggu yaitu 49 orang (20,9%) dan usia kehamilan > 15 minggu yaitu 25 orang (10,6%), Sedangkan ibu yang melakukan kuretase dengan mola hidatidosa pada usia kehamilan > 15 minggu yaitu 7 orang (46,7%), diikuti usia kehamilan 10 — 15 minggu yaitu 6 orang (40%) dan usia kehamilan < 10 minggu yaitu 2 orang (13,3%). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Cunningham (2012) dan Prawirohardjo (2010) yaitu kejadian abortus sering terjadi pada trimester 1 (<12 minggu) sedangkan kejadian mola hidatidosa sering terjadi pada trimester 2 (13-27 minggu). Hal ini di dukung juga oleh penelitian Syafii $ Apriyanti dan Hardjoeno bahwa Pasien dengan Mola hidatidosa memiliki insiden tertinggi di trimester Il BABY KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan laporan dari bagian rekam medik di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang didapatkan bahwa jumlah pasien yang melakukan kuretase selama tahun 2013 adalah 250 orang dari 3.612 orang pasien pada bagian kebidanan dan kandungan yang berkunjung selama tahun 2013. Ibu yang melakukan kuretase dengan abortus adalah 235 orang (94%), kuretase dengan mola hidatidosa 15 orang (4%) 2. Distribusi frekuensi berdasarkan keadaan sosiodemografi dari ibu yang melakukan kuretase dengan indikasi abortus di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 adalah: - Berdasarkan usia ibu, yang terbanyak adalah pada kelompok usia 20-35 tahun yaitu sebesar 64,7% = Berdasarkan pekerjaan, yang terbanyak adalah pada ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 88,1% - Berdasarkan tempat tinggal, yang terbanyak adalah ibu yang bertempat tinggal di Luar kota Palembang yaitu sebesar 70,2% Distribusi frekuensi berdasarkan keadaan sosiodemografi dari ibu yang melakukan kuretase dengan indikasi mola hidatidosa di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 adalah - Berdasarkan usia ibu, yang terbanyak adalah pada kelompok usia 20-35 tahun yaitu sebesar 60%. - Berdasarkan pekerjaan, yang terbanyak adalah pada ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 80% - Berdasarkan tempat tinggal, yang terbanyak adalah ibu yang bertempat tinggal di Luar kota Palembang yaitu sebesar 60%, 44 45 3. Distribusi Frekuensi berdasarkan keadaan mediko obstetri dari ibu yang melakukan kuretase dengan indikasi abortus di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 adalah - Berdasarkan jumlah kelahiran, yang terbanyak adalah pada kelompok multipara yaitu sebesar 65,5%. - Berdasarkan usia kehamilan, yang terbanyak adalah pada kelompok usia kehamilan <10 minggu, yaitu sebesar 68,5%. Distribusi Frekuensi berdasarkan keadaan mediko obstetri dari ibu yang melakukan kuretase dengan indikasi abortus di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 adalah: - Berdasarkan jumlah kelahiran, yang terbanyak adalah pada kelompok multipara yaitu sebesar 53,3%. - Berdasarkan usia kehamilan, yang terbanyak adalah pada kelompok usia kehamilan >15 minggu, yaitu sebesar 46,7%. 46 5.2 Saran 1 Untuk tenaga kesehatan sebaiknya mengadakan penyuluhan yang lebih intensif yang terutama ditujukan kepada ibu hamil yang berisiko untuk mengalami abortus dan mola hidatidosa untuk menambah wawasan masyarakat tentang pencegahan abortus dan mola hidatidosa sehingga dapat menurunkan angka kejadian kuretase dengan indikasi abortus dan mola hidatidosa, Untuk penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya abortus dan mola hidatidosa pada ibu hamil. Untuk pihak Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang diharapkan untuk mengisi lembar rekam medik dengan lebih lengkap meliputi pekerjaan, jumlah kelahiran dan usia kehamilan. 47 Daftar Pustaka Alyna, 8. 2005. Karakteristik faktor penyebab Abortus yang Dirawat di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 1999 ~ 2003. Universitas Sumatera Utara (http://respository.usu.ac.id. Diakses 15 Desember 2014). BKKBN.2007. Usia Berdasarkan Risiko Pada Kehamilan. Jakarta: BKKBN. (www. bkkbn.co.id). Diakses pada tanggal 24 Agustus 2014 Chandranata, Ida Ayu Manuaba, Fajar, Ida Bagus Manuaba, 2010. IImu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta; CV. Trans Info Media. Hal. 166 Cunningham. F.G., K. J. Leveno, S. L. Bloom, J. C. Hauth, D. J. Rouse dan C. Y. Spong. 2012. Obstetri Williams: Abortus (edisi ke-23). Terjemahan Oleh: Pendit, B. U. EGC. Jakarta. Indonesia, Hal. 226-239. Cuninngham. F.G. F.G., K. J. Leveno, S. L. Bloom, J. C. Hauth, D. J. Rouse dan C. Y. Spong. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006, Hal 930-938. Firman. 2010. Hubungan karakteristik ibu hamil dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung periode Januari 2008 - Desember 2010. Universitas Pembangunan Nasional (http://www google.com/url. Diakses 15 Januari 2014). Koblinsky M, Timyan J, Gay J, Kesehatan Wanita. Sebuah Perspektif Global, UGM press, Yogyakarta, 2002. Leveno, K. J., F. G. Cunningham, J. M. Alexander, §. L. Bloom, B. M. Casey, J. S. Dashe, J. S. Sheffield dan S. W. Roberts. 2007. Williams Manual of Obstetrics Pregnancy Complications: “Early Pregnancy Loss” (edisi ke-22). McGraw Hill New York. USA. Hal. 3 Manuaba, I.B.G., LA. Chandranita Manuaba, dan 1.B.G. Fajar Manuaba. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007. Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri: Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan. EGC. Jakarta. Indonesia. Jilid J. Hal. 150-167 Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri: Terapi Operatif Abortus. EGC. Jakarta. Indonesia, Jilid 2. Hal. 31-34. 48 Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta ; Rineka Cipta. Hal. 54 Prawirohardjo, S. 2010. Imu Kandungan: Gangguan Bersangkutan Dengan Konsepsi. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Indonesia. Hal. 197- 198 Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan: Perdarahan Pada Kehamilan Muda. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Indonesia. Hal, 53-474, Prawirohardjo, Sarwono.2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. (www.respository.usu.ac.id/chapter%201 pdf. Diakses 25 September 2014) Saifuddin, A. B. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal: Perdarahan Pada Kehamilan Muda. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta’ Indonesia. Hal. 145-156. Syafii, S, Aprianti & Hardjoeno. 2005. Kadar OhCG Penderita Mola Hidatidosa sebelum dan sesudah_—_ikuretase. Jumal ——_Kedokteran. (htpp: //journal unair.ac.id/filerPDF/PDF%20V01%20130101.pdf. Diakses 20 Desember 2014) Taber, M.D. Ben-zion, KApita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2004. Tanjung, S. S. 2006. Karakteristik Penderita Abortus yang Dirawat di RSU Padangsidimpuan tahun 2001 ~ 2005. Universitas Sumatera Utara (hup:/repository.usu.ac.id/handle/123456789/34663. Diakses 30 Desember 2014). Umar Nubir N., Risk Factors Present Before Pregnancy, http://www.merck.com diakses tanggal 2 November 2014. Ulfa Rahma. 2011. Cara Menghitung Usia Kehamilan. Jumal Kedokteran (http://ulfarachma mhs.unimus.ac.id files/2011/12/ulfapdfpdf, Diakses 26 November 2014) Verala J, Luo X, Xu J, William RS. 2009. Gen expression profile of abortus. (http://www jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/741/ 795 25 September 2014). WHO.2012.Maternal Mortalit. (hutp:/www.who.int/mediacentre/factsheets/fs3-48/e. Diakses 12 Agustus 2014). -----.2012. Facts on Induced Abortion Worldwide WHO. New York, Hal 1-2 49 WHO. 2003. kejadian abortus. (hup://www.respository.usu.ac.id/ chapter%201 pdf. Diakses 20 agustus 2013) Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kandungan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Indonesia. Zein, U. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi Kehamilan dan Persalinan. USU Press.2008. Lampiran 1 Data Hasil Penelitian Usia kehamilan Tempat tinggal Paritas Pekerjaan Usia a a ° a o a a a a a a a a 2 1 2 2 1 3 1 2 4 1 2 1 2 4 1 2 1 2 3 1 3 1 2 2 3 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 3 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 a 3 1 3 1 3 1 2 1 2 3 1 3 1 a 2 2 3 1 2 2 1 3 1 2 4 3 2 1 2 4 1 2 1 2 3 1 2 1 2 z 1 2 1 2 3 1 2 1 1 3 1 2 1 2 3 1 2 1 2 3 1 3 1 2 3 1 3 1 2 3 1 3 1 2 3 1 3 1 2 3 1 1 1 2 3 2 2 1 2 3 1 2 1 2 3 1 Keterangan Usia Ibu :1 (<20) Pekerjaan © 1 IRT Tempat Tinggal : | Dalam Kota 2 (20-35) 2 PNS 2 Luar Kota 3.35) 3 wiraswasta Paritas 1 Nulipara Usia Kehamilan : 1 <10 minggu 2 Primipara 210-15 minggu 3 Multipara 3>15 minggu 4, Grandemultipara Molahidatidosa No | umur | pekerjaan —_] Tempat tinggal | Jumlah kelahiran | Usia kehamilan IRT Dalam Kota | Nulipara <10 IRT Luar Kota Primipara >15 PNS | Luar Kota Grandemultipara 10-15 Wiraswasta | Luar Kota Multipara >15 IRT Luar Kota Primipara <10 IRT Luar Kota Multipara a 10-15 IRT Dalam Kota | Primipara “10-15 IRT | Luar Kota Nulipara | 10-15 IRT Luar Kota Multipara >15 IRT Luar Kota Multipara S15 IRT Dalam Kota | Multipara >15 IRT Dalam Kota | Nulipara S15 PNS | Luar Kota Multipara S15 IRT Dalam Kota | Multipara 10-15 IRT Dalam Kota | Multipara 10-15 Lampiran 2 Hasil Print Out analisis deskriptif Hasil Analisis Univariat Katagori usia ibu Cumulative Frequency | Percent _{ Valid Percent | Percent Pekerjaan Cumulative Frequency { Percent | Valid Percent | Percent 88.1 100.0 100.9] 100.9] ‘Tempat tinggal Valid dalamkota luarkota Total Paritas Cumulative Frequency | Percent | Valid Percent | Percent Valid Nulipara(0) primipara(1) multipara(2-5) Grandemuttipara(>5) Total Usiakehamilan | Seem Frequency Valid Percent 161 4g} 20] 80.4 2s] 106] 100.0 235] 100.0} 100.9} FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG SSK. DIREN DIKTINO. 2190/1 /T/ 2008 TGL. 11 JULI 2008 IN PENYELENGGARA PROGRAM STUD! PENDIDIKAN DOKTER Kampus B: JI. KH. Bhalgi / Talang Banten 13 Ulu Telp. 0741- 520045 Fax, : 0741 516899 Palembang (30263) pabloassla ale Palembang, 17 Oktober 2014 ‘omor W9qg./1—13/ FK —UMP/X/ 2014 ampiran, orihal : Mobon izin melakukan pengambilan data epada 2 Yth, Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang di_ tempat Assalamu’ alaikum., Wr., W., Ba’ da salam, semoga kita semua mendapatkan rahmat dan hidayah dari Allah SWT. Amin ya robbal alamin. Sehubungan dengan rencana pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang, atas nama : Nama :Perda Anggraini NIM 3702011 025 Jurusan + llmu Kedokteran Judul Skripsi > Karateristik Pasien Tindakan Kuretase pada Abortus dan ‘Molahidatidosa di Rumah Sakit Mubammadiyah Palembang Tahun 2013, ‘Maka dengan ini kami mohon kepada Saudara untuk berkenan memberikan ijin pengambilan data yang dibutubkan dalam penyusunan proposal dan skripsi kepada nama yang tersebut diatas, Demikianlah, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih Wassalamu’ alaikum., Wr., Wb. ‘GRU NIDN waseop ious obatTOT Tembusan 1. Wakil Dekan I, UI, dan IV FK UMP; 2, Ka. UPK FK UMP, 3. Yang bersanghutan; 4 Arsip, | Roman Skit Munamaprvan Pavempanc Wet “Melayani Sebagat I6adah dan Dakwaht = Pri No 128% /1-3/RSMP/VII1/2014 Palembang, 3 Dzulga’dah 1435 H Lamp 29 Agustus 2014M Hal: Izin Pengambilan Data Kepada Yth, Dekan Fakultas Kedokteran Uniy, Muhammadiyah . Di Palembang Assalamu’alaikum Wr.Wb Menindaklanjuti surat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang tanggal 8 Agustus 2014 No : 866/I-13/FK-UMP/VII1/2014 tentang izin Pengambilan Data bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang di RS.Muhammadiyah Palembang yang bemama : Perda Angraini, NIM : 70 2011 025, dengan ini kami sampaikan bahwa kami mengizinkan kegiatan dimaksud dengan ketentuan sbb : |. Mahasiswa yang bersangkutan mematuhi peraturan dan ketentuan yang berlaku di RS Muhammadiyah Palembang 2. Data yang diperoleh hanya kepentingan ilmiah dan tidak akan dipublikasikan/disebarluaskan tanpa izin dari RS.Muhammadiyah Palembang 3. Hal-hal lain dapat berkoordinasi langsung ke Bagian Diklat RS.Muhammadiyah Palembang Demikian hal ini kami sampaikan ,atas perhatian diucapkan terima kasih Nasrunminallah Wafathun Qarib Wassalamu’alaikum Wr.Wb. p. (0711) 511446 Fax, (0711) 519988 oud Palembang 30263 M Sat Mi vuaviapiyan Pavenpanc why Dak wah “> me SURAT KETERANGAN No:0!0 /KET/D-3/RSMP/1/2015 Assalamu’alaikum Wr. Wb Menidaklanjuti surat dari Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Nomor : 866/I-13/FK-UMP/VIII/2014 tanggal 8 Agustus.2014 _perihal Permohonan Izin Penelitian Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa Nama Perda Anggraini NIM 702011025 Jurusan imu Kedokteran Perguruan Tinggi: Universitas Muhammadiyah Palembang Benar telah melakukan Penelitian di Rumah Sakit Muhamadiyah Palembang dari tanggal 10 - 18 November 2014 dengan judul Penelitian “ Karakteristik Pasien Tindakan Kuretase Pada Abortus dan Mola Hidatidosa di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2013. “ Demikianlah sarat keterangan ini dibuat sebenar-benarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya Nasrunminallak Wafathun Qarib Wassalamu’alaikum Wr. Wr Palembang, 15_RabiulAwwal 1436 H 06 = Januari 2015M Direktur, [| MUAY dr.\Phnggstu Widodo. MARS NBP| 08:67.0307 \ Nama ‘Tempat Tanggal Lahir Alamat Telp/Hp Email Agama Nama Orang Tua Ayah Ibu Jumlah Saudara Anak Ke Riwayat Pendidikan BIODATA Perda Angraini Pampangan, 11 Februari 1993 J. Gersik Lr. Labu No.18/1430 Sekip Kelurahan 9 Hlir Kee. Hlir Timur II 087811650951 / 082175080817 perdaangraini_2011@yahoo.com Islam H. Alamsa Hj, Megawati 2 Saudara 2 ‘TK Dharmawanita Pampangan OKI 1997-1999 SD Negeri 1 Pampangan OKI 1999-2005 SMP Negeri | Pampangan OKI 2005-2008 SMA Negeri | Pampangan OKI 2008-2011 Fakultas Kedokteran UMP 2011-Sekarang, Palembang, 30 Januari 2015 Perda Angraini

You might also like