You are on page 1of 7

pemphigus vulgaris : pentingnya diagnosis dini

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16 (1):1-7 Fakultas Kedokteran Gigi


http//www.fkg.ui.edu Universitas Indonesia

ISSN 1693-9697

PEMPHIGUS VULGARIS : PENTINGNYA DIAGNOSIS DINI,


PENATALAKSANAAN YANG KOMPREHENSIF
DAN ADEKUAT
(Laporan Kasus)
Sri Rezeki* Titiek Setyawati**
* Residen Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Indonesia
**Staf Pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Indonesia

Abstract
Pemphigus vulgaris is an autoimmune–mediated disease of skin and mucous membran
leading to progressive blistering and chronic erosions. It often begins with blister formations which
easily rupture. The characteristic feature is positive nikolsky sign which may or not be presented
simultaneously. Infrequently, ocular involvement may be seen as conjunctivitis. Establishment of
early definite diagnosis is critical and requires correlation of clinical and histopathological findings.
Because of this conditon is a potentially life-threatening, the risk of complications and mortality
rate increases if initial management is non comprehensive and inadequate. Treatment is directed at
supression of autoimmune process, typically administration of corticosteroids. This article report a
case in a 51 years old woman who had painful chronic oral ulcer and poor general health
condition. Prior to the visit to Oral Medicine clinic, patient was treated by her general practitioners
for several months, without either established diagnosis nor comprehensive and adequate
management, so that she had no clinical improvement. Clinical examination at the first visit in Oral
Medicine clinic Cipto Mangunkusumo Hospital, revealed bula in the skin, conjunctivitis, easily
bleed oral mucosae, widespread erosions and ulcerations of the lips, gingiva, tongue, and buccal
mucosae. Biopsy of one of skin erosions demonstarting suprabasal intraepithelial acantholysis.
Multi divisions in Cipto Mangunkusumo Hospital, such as Oral Medicine, Dermatology, Internal
Medicine, Ophtalmology, ENT, were involved in treating this case. Patient received high dose
methylprednisolone sistemically and prednisone topically for the lips. General remission achieved
in several days. Thus, establishment of early definite diagnosis and adequate management are
important in management of Pemphigus vulgaris.
Keywords : pemphigus vulgaris, early diagnosis, management.

Alamat Korespondensi: Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi Universita Indonesia. Jln. Salemba
Raya No. 4. Jakarta Pusat. Telp (021)2303257, Hp. 081383940991
Sri Rezeki, Titiek Setyawati

Pendahuluan selama 18 bulan terakhir karena terdapat luka-


luka di dalam mulut yang terasa sangat sakit.
Pemphigus vulgaris merupakan penyakit Oleh karena itu, prosedur pembersihan gigi dan
autoimun dengan manifestasi berupa kondisi mulut sehari-hari tidak pernah dilakukan. Luka
lepuhan pada permukaan kulit dan atau pada awalnya terdapat di mulut berupa sariawan
mukosa.1-3 Hal ini dapat terjadi karena ukuran kecil pada lidah bagian atas, terasa sakit
kerusakan atau hilangnya adhesi intersel4 akibat tanpa diawali demam. Satu bulan pertama
autoantibodi IgG,4,5 kadang-kadang IgA dan pasien mengkonsumsi larutan penyegar 3
IgM5 terutama terhadap desmoglein 3,1,5,6 dapat sampai 4 kaleng perhari dengan tujuan
juga pada desmoglein 1,1 sehingga menghilangkan keluhan sariawan, namun
menyebabkan pelepasan sel epitel yang dikenal bertambah banyak disertai rasa sakit menelan.
dengan akantolisis.4 Perluasan ulserasi yang Pada saat itu belum terjadi lepuhan di kulit.
diikuti ruptur pada lepuhan dapat menyebabkan Kemudian pasien dirawat inap di Rumah
rasa sakit, kehilangan cairan dan elektrolit.4 Sakit Kabupaten setempat selama 2 minggu,
Pemphigus vulgaris berpotensi diberikan obat minum berupa tablet. Sariawan
1,7,8
mengancam jiwa. Penyakit ini dapat semakin bertambah banyak. Pasien memutuskan
melemahkan kondisi pasien4 dan sering untuk pulang dan menjalani pengobatan
menyebabkan kematian.9 Apabila tidak dirawat alternatif selama 1.5 bulan. Sariawan terus
dengan tepat, maka lesi akan menetap dan bertambah banyak dan mulai timbul lepuhan di
semakin meluas,10 menyebabkan kerusakan kulit yang muncul 3 bulan setelah keluhan di
kulit dan membran mukosa sehingga dapat rongga mulut. Selama perawatan ini, terdapat
terjadi kehilangan cairan dan pembesaran kelenjar yang diduga kelenjar
ketidakseimbangan elektrolit4,11 infeksi,11 submandibula dan menyebabkan pasien dirujuk
bahkan sepsis.12 Sebelum ditemukan perawatan ke Rumah Sakit Propinsi dengan dugaan tumor.
yang efektif, angka kematian mencapai 90%.3 Dilakukan biopsi aspirasi pada kelenjar tersebut
Apabila dirawat dengan tepat angka kematian dengan hasil tidak ditemukan tumor. Pasien
hanya sekitar 5–10%.10,13 dirawat inap selama 42 hari dengan pengobatan
Dalam laporan ini akan dibahas suatu berupa pil lebih dari 5 macam. Kelenjar
kasus Pemphigus vulgaris yang diawali oleh lesi mengecil, tetapi sariawan dan lepuhan di kulit
mulut sebelum terjadi lesi di bagian tubuh lain. bertambah banyak. Selanjutnya pasien
Karena tidak terdiagnosis secara dini dan menjalani rawat jalan selama 1 bulan. Pasien
penatalaksanaan sebelumnya tidak kembali rawat jalan di Rumah Sakit Kabupaten
komprehensif dan adekuat menyebabkan selama 14 bulan dan 4 hari terakhir dirawat inap
kondisi umum buruk. dengan diagnosis kerja Pemphigus.
Penatalaksanaan yang komprehensif Pengobatan yang diterima adalah
berupa kerjasama terpadu antara divisi Penyakit antibiotik golongan siprofloksasin dan
Mulut, Kulit Kelamin, Penyakit Dalam, THT, desoksimetason salep selama 1 tahun, obat
keadaan umum pasien membaik, sehingga kumur yang mengandung povidon yodium dan
mempersingkat waktu perawatan dan antijamur nistatin. Karena dari perawatan yang
mengurangi penderitaan yang dialami pasien. didapat tidak ada perbaikan, pasien dirujuk ke
bagian Penyakit Mulut RSCM.
Pada kunjungan pertama di bagian
Laporan Kasus Penyakit Mulut RSCM, berdasarkan
Pada tanggal 29 April 2008, seorang pemeriksaan subjektif aloanamnesis dan
pasien perempuan berusia 51 tahun dirujuk dari autoanamnesis, terdapat luka di mulut yang
RSUD B.A dengan diagnosis kerja stomatitis sangat sakit sehingga menyebabkan pasien tidak
kronis. Dari anamnesis diperoleh informasi bisa berbicara, menelan dan membuka mulut.
bahwa pasien tidak dapat menelan dan berbicara Kuku pecah-pecah dan pernah lepas dengan
sendirinya. Mata terasa perih, merah dan

2 Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):1-7


pemphigus vulgaris : pentingnya diagnosis dini

belekan sejak 3 bulan yang lalu. Pada selama 3 hari, tablet kalsium karbonat,
pemeriksaan objektif, terlihat kondisi umum kalsitriol, ranitidin dan diit cair.
pasien lemah, menggunakan kursi roda, asupan Pada bagian mata, diagnosis yang
makanan menggunakan naso gastric tube ditegakkan adalah blefarokonjungtivitis dan dari
(NGT). Telapak tangan terdapat daerah erosi. bagian THT didiagnosis odinofagi et causa
Jari tangan dan kaki terdapat bula dan erosi, Pemphigus vulgaris. Dari bagian penyakit
kuku terlihat distrofik (Gambar 1.a). Pada mata dalam sub bagian kardiologi, pada hari kelima
terdapat eksudat dan kemerahan di konjungtiva perawatan, pasien didiagnosis hipertensi grade
dan palpebra (Gambar 1.b). Dari pemeriksaan II dengan tekanan darah 150/100 mmHg. Dari
ekstra oral, tampak beberapa daerah erosi pada sub bagian pulmonologi didiagnosis
kulit wajah. Bibir atas dan bawah terdapat bronkopneumoni dengan diagnosis banding
krusta, hemorrhagic area, edema dan erosi tuberkulosis paru.
(Gambar 1.c). Pemeriksaan intra oral baru dapat Pada kontrol hari keempat, kondisi umum
dilakukan setelah aplikasi anestetikum topikal pasien masih lemah, NGT masih terpasang,
karena kesulitan membuka mulut. Pemeriksaan konjungtiva dan palpebra merah. Terdapat bula
tidak optimal karena mukosa mulut mudah baru pada daerah pergelangan tangan kanan
berdarah. Keadaan kebersihan mulut buruk (Gambar 1.e). Pada pemeriksaan ekstra oral,
dengan kalkulus sub dan supra gingiva, stain kulit wajah masih terdapat daerah erosi, bibir
dan debris dalam jumlah yang banyak. Terlihat masih terdapat krusta kehitaman, sedangkan
erosi multipel dan daerah eritematus pada hemorrhagic area sudah berkurang. Pasien
mukosa labial, bukal, gingiva, lidah, dan sudah dapat membuka mulut tanpa pemberian
palatum (Gambar 2.a-c). Terdapat Massa anestetikum topikal. Mukosa labial, bukal,
eksofitik pada mukosa bukal kiri dan lidah. gingiva, palatum, lidah dan dasar mulut masih
Beberapa gigi goyang derajat 2. terlihat daerah erosi dan ulserasi (Gambar 2.d-
Diagnosis yang ditegakkan saat itu adalah f). Aplikasi obat oles bibir mengandung
Pemphigus vulgaris dengan diagnosis banding prednison diteruskan. Di bagian rawat inap,
mucous membran pemphigoid. Dugaan fibroma medikasi yang diberikan adalah
pada mukosa bukal kiri dan lidah, periodontitis metilprednisolon secara intra vena, antibiotik
kronis pada gigi-gigi yang goyang. Pasien dan golongan klindamisin, salep kulit silver
pendamping diinstruksi untuk mengupayakan sulfadiazine, obat mata oksitetrasiklin dan
pembersihan gigi dan mulut semaksimal cenfresh™.
mungkin dan diberi medikasi berupa obat oles Pada kontrol hari kelimabelas, kondisi
yang mengandung prednison dan anestetikum umum pasien membaik dan NGT sudah dilepas
topikal untuk lesi di bibir. Kemudian pasien sejak hari ketujuh. Konjungtiva dan palpebra
dirujuk ke bagian kulit dan dirawat inap. tidak terlihat kemerahan, bula di jari dan
Di bagian kulit dilakukan biopsi dengan pergelangan tangan serta kaki tidak ditemukan
gambaran histopatologi adanya cleft suprabasal lagi, daerah erosi pada tangan dan kaki
pada epidermis yang juga terdapat di sekeliling berkurang. Pada pemeriksaan ekstra oral, kulit
folikel. Dermis atas sembab, bersebukan wajah tidak terlihat daerah erosi. Krusta dan
limfosit, eosinofil dan PMN yang sesuai dengan daerah erosi pada bibir tidak ditemukan
Pemphigus vulgaris (Gambar 1.d). Perawatan (Gambar 1.f). Pada pemeriksaan intra oral, erosi
yang diberikan adalah metilprednisolon secara mukosa labial, bukal, gingiva, lidah dan dasar
intra vena 2 x 31.25mg perhari selama 6 hari, mulut berkurang (Gambar 2.g). Ditemukan plak
dilanjutkan dalam bentuk tablet yang setara putih dapat diangkat, meninggalkan daerah
dengan prednison 60mg selama 6 hari, diikuti kemerahan, sakit, pada mukosa bukal, lidah
penurunan dosis. Bula dikompres dengan bagian dorsum (Gambar 2.h,i). Diagnosis
larutan NaCl 0.9% 2 kali perhari, sedangkan lesi Pemphigus vulgaris rongga mulut penyembuhan
erosi kulit diberi silver sulfadiazine salep. disertai kandidiasis. Perawatan tambahan dari
Diberikan antibiotik golongan klindamisin bagian penyakit mulut adalah obat antijamur

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):1-7 3


Sri Rezeki, Titiek Setyawati

nistatin suspensi. Pasien masih diberikan Berdasarkan anamnesis terdapat keluhan luka di
metilprednisolon tetapi dalam bentuk tablet mulut yang menetap dan bertambah parah,
yang sudah dimulai sejak hari ketujuh. terasa sangat sakit sehingga pasien tidak dapat
Pada kontrol hari keduapuluhsatu, kondisi makan dan berbicara. Lesi Pemphigus vulgaris
umum dan temuan ekstra oral masih seperti cenderung sakit dan mengganggu fungsi penting
kontrol sebelumnya. Pada pemeriksaan intra rongga mulut.15 Menurut pasien, 3 bulan setelah
oral, mukosa mulut tidak mudah berdarah, sariawan di mulut, muncul lepuhan di kulit.
daerah erosi pada mukosa labial atas (Gambar Gambaran khas berupa Nikolsky sign positif,9
2.j) dan bawah, mukosa bukal, lidah, palatum yaitu terjadi pemisahan lapisan luar epidermis
dan dasar mulut berkurang serta tidak dari lapisan basal dengan tekanan geser
ditemukan plak putih seperti sebelumnya menggunakan jari sehingga terjadi erosi atau
(Gambar 2.k). Obat oles bibir mengandung perluasan bula ke arah lateral apabila ditekan.6
prednison dan nistatin suspensi dilanjutkan. Sekitar 60% kasus Pemphigus vulgaris, lesi
Perawatan dari bagian kulit adalah tablet rongga mulut mengawali lesi kulit,9,14 56%
metilprednisolon, levofloksasin, azitromisin, kasus dengan lesi hanya di rongga mulut, 32%
obat antihipertensi, kalsitriol, kalsium karbonat, lesi intra oral disertai salah satu bagian kulit,
ranitidin. Secara umum, kondisi pasien dinilai 12% hanya memiliki lesi di kulit.14 Pemeriksaan
baik sehingga diperkenankan pulang dan klinis rongga mulut menunjukkan hampir
diteruskan dengan rawat jalan. Dalam upaya seluruh mukosa terdapat erosi multipel, mudah
peningkatan kebersihan rongga mulut, pasien berdarah (hemorrhagic area) dan ulserasi difus
dilakukan skeling dan pencabutan gigi. Kondisi dengan tepi ireguler. Lesi pada awalnya dapat
ekstra oral dan intra oral pada hari berupa vesikel16 dan bula10,16 dengan ukuran
keduapuluhtujuh dapat dilihat pada gambar 1.g-i lebih besar dari 1 sentimeter10 yang mudah
dan 2.l,m. ruptur membentuk ulser dangkal10,16 dilapisi
pseudomembran keabuan.10 Membran dapat
dilepaskan sehingga terlihat permukaan
Pembahasan eritematus.10 Ulser dirasakan sangat sakit dan
dapat ditemui pada permukaan epitel, seperti
Berdasarkan kasus di atas, dapat dilihat rongga mulut, esofagus, laring, faring, kulit,
penegakan diagnosis sedini mungkin sangat vagina, anus dan mata.10
penting agar perawatan yang sesuai dapat Konfirmasi diagnosis melalui tindakan
diberikan. Apabila terjadi kesalahan diagnosis, biopsi kulit yang dilakukan pada hari kedua,
perawatan yang diberikan menjadi dengan hasil pembacaan bagian patologi
berkepanjangan dan tidak adekuat sehingga anatomi sesuai Pemphigus vulgaris. Oleh
risiko komplikasi meningkat.3 Sebelumnya karena beberapa lesi vesikulobulosa dan ulserasi
pasien menjalani perawatan selama 18 bulan, memiliki tampilan yang serupa, seperti
tetapi baru 3 minggu terakhir dinyatakan Pemphigoid, Lichen planus tipe erosif dan
Pemphigus tanpa tindakan biopsi. Penegakan Erythema multiforme, maka penegakan
diagnosis Pemphigus vulgaris memerlukan diagnosis tidak hanya didasarkan pada
korelasi antara penemuan klinis dan pemeriksaan klinis.2 Untuk memastikan
histopatologis.3,14 Prognosis dinyatakan baik diagnosis Pemphigus vulgaris diperlukan
apabila penegakan diagnosis dan perawatan pemeriksaan histopatologi,12 dengan
dilakukan sedini mungkin.14 karakteristik berupa cleft intra epitel atau
Pada bagian penyakit mulut, berdasarkan akantolisis suprabasal10,17dan sel epitel
anammesis dan pemeriksaan klinis diagnosis membulat, dikenal dengan Tzanck cells.10 Pada
awal pasien adalah Pemphigus vulgaris. Pasien pasien ini gambaran mikroskopik epidermis
ini perempuan berusia 51 tahun. Pemphigus tampak cleft suprabasal yang ditemukan juga di
vulgaris merupakan penyakit yang sering sekeliling folikel.
mengenai perempuan usia pertengahan.11

4 Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):1-7


pemphigus vulgaris : pentingnya diagnosis dini

1.a 1.b 1.c 1.d 1.e

1.f 1.g 1.h 1.i

Gambar 1. Ekstra Oral dan Histopatologi

2.a 2.b 2.c 2.d

2.g
2.e 2.f 2.h

2.j
2.i 2.k 2.l

2.m

Gambar 2. Intra Oral

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):1-7 5


Sri Rezeki, Titiek Setyawati

Keluhan pasien berupa mata merah, pada hari kelimabelas perawatan dengan
berdarah, perih timbul sekitar 15 bulan setelah kortikosteroid, berupa plak putih dapat
luka di mulut. Beberapa kasus Pemphigus diangkat, meninggalkan daerah kemerahan dan
vulgaris dengan keterlibatan okular telah rasa perih pada mukosa bukal dan dorsum lidah.
dilaporkan.18 Palpebra dan konjungtiva terlihat Pasien diberikan obat antijamur topikal, yaitu
hiperemi, sehingga pasien dirujuk ke bagian nistatin suspensi. Secara klinis, terlihat
mata untuk dilakukan pemeriksaan dan perbaikan 7 hari setelah pemakaian obat
penatalaksanaan lebih lanjut. Karakteristik antijamur tersebut.
keterlibatan Pemphigus vulgaris pada mata Kebersihan mulut yang optimal sangat
adalah konjungtivitis dengan hiperemi dan penting di dalam perawatan ini. Keterlibatan
perubahan mukoid.18 Penyakit ini dapat gingiva dan jaringan periodontal dapat
menyebabkan deskuamasi kornea berat dan memberikan respon berlebihan terhadap plak
adhesi konjungtiva, bahkan dapat menyebabkan bakteri. Dalam hal ini, perawatan gigi dan mulut
kebutaan fungsional.2 Keluhan pada mata bertujuan untuk mengurangi produksi
umumnya membaik dengan perawatan autoantibodi sistemik sehingga diharapkan
kortikosteroid sistemik.18 dapat mengendalikan proses penyakit.14 Pasien
Pasien segera dirawat inap dan ditangani yang sebelumnya tidak pernah melakukan
secara komprehensif dengan melibatkan bagian prosedur pembersihan gigi dan mulut selama 18
penyakit mulut, kulit dan kelamin, mata, bulan, diinstruksi untuk tetap
penyakit dalam serta THT. Perawatan terutama mengupayakannya, diawali aplikasi anestetikum
diarahkan untuk menekan proses autoimun,3 topikal apabila pembukaan mulut dirasakan
yaitu dengan pemberian kortikosteroid sakit. Prosedur dimulai dengan tindakan
sistemik,2,12 biasanya dalam dosis 1 sampai 2 pembersihan gigi dan mulut secara lembut
mg/kgBB/hari.12 Pasien Pemphigus vulgaris menggunakan kasa yang dibasahi air secara
yang parah atau berkembang cepat, memerlukan perlahan. Apabila keadaan mukosa mulut sudah
kortikosteroid dosis tinggi yang cara tidak mudah berdarah, dilanjutkan dengan
pemberiannya tergantung pada keparahan pemakaian sikat gigi tanpa pasta terlebih dahulu
penyakit.14 Beberapa bukti menyatakan bahwa sehingga diharapkan tidak mengiritasi bagian
kortikosteroid dosis tinggi dapat mengendalikan yang sedang mengalami erosi. Setelah mukosa
akantolisis karena memiliki sifat imunosupresif terlihat lebih utuh, tanpa erosi yang meluas,
dan efek langsung antiakantolisis pada maka pasta gigi dapat digunakan. Skeling dan
keratinosit.7 Pasien ini selama 6 hari pertama pencabutan gigi dilakukan ketika masalah
dirawat dengan kortikosteroid, yaitu sistemik sudah ditangani bagian penyakit dalam
metilprednisolon 2 x 31.25 mg secara intra vena dengan harapan risiko komplikasi akibat
dan dilanjutkan dalam bentuk tablet. tindakan invasif di bidang kedokteran gigi
Metilprednisolon dapat menghambat akantolisis terkait kondisi sistemik pasien dapat dikurangi.
pada kulit yang diinduksi oleh IgG.7 Bibir
pasien diberikan obat oles racikan mengandung
prednison sehingga daerah erosi dan ulserasi Kesimpulan
teratasi. Dengan adanya perbaikan pada bibir,
Pemphigus vulgaris merupakan suatu
aktivitas berbicara dan pembersihan rongga
penyakit autoimun mukokutaneus kronis yang
mulut dapat dilakukan kembali.
menyebabkan pembentukan bula progresif dan
Efek samping terkait pemberian
erosi kronis. Gambaran khas berupa pemisahan
kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka
lapisan luar epidermis dengan tekanan geser
panjang, seperti hipertensi, perdarahan
menggunakan jari sehingga menyebabkan
gastrointestinal, osteoporosis, hiperglikemia14
terjadi erosi atau apabila bula ditekan terjadi
ditangani oleh bagian penyakit dalam. Efek
perluasan ke lateral, dikenal dengan Nikolsky
samping lainnya adalah kandidiasis,19 yang
sign positif. Pada rongga mulut lesi terlihat
terlihat secara klinis di rongga mulut pasien

6 Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):1-7


pemphigus vulgaris : pentingnya diagnosis dini

berupa erosi dan ulserasi pada mukosa. 7 Nguyen VT, Arredondo J, Chernyavsky AI et al.
Gambaran khas secara histopatologis terlihat Pemphigus vulgaris IgG and
cleft intra epitel atau akantolisis epitel methylprednisolone exhibit reciprocal effects on
suprabasal dengan sel membulat, disebut Tzanck keratinosit. JBC 2004; 279 (3): 2135-46.
8 Ahmed AR, Spigelman Z, Cavacini LA et al.
cells. Selain berdasarkan penemuan klinis,
Treatment of pemphigus vulgaris with rituximab
penegakan diagnosis ditunjang dengan and intravenous immune globulin. N Engl J Med
gambaran histopatologis untuk eksklusi 2006; 355: 1772-9.
penyakit lain yang secara klinis menyerupai 9 Neville BW, Damm Dd, Allen CM et al. Oral &
Pemphigus vulgaris. Penyakit ini memiliki maxillofacial pathology, 2 ed. Pennsylvania:
angka kematian cukup tinggi apabila tidak Saunders, 2002.
dirawat dengan tepat. Oleh karena itu diagnosis, 10 DeLong L, Burkhart NW. General and oral
perawatan adekuat dan terpadu harus dimulai pathology for the dental hygienist. Philadelphia:
sedini mungkin, dengan melibatkan berbagai Lippincott Williams & Wilkins, 2008.p.285-6
disiplin ilmu terkait secara komprehensif, 11 Scully C, Cawson RA. Medical problems in
dentistry, 5 ed. New York: Elsevier, 2005.p.270-
sehingga risiko komplikasi yang bersifat fatal
4
dapat diturunkan. 12 Greenberg MS, Glick M. Burket's oral medicine
diagnosis & treatment, 10 ed. Ontario: BC
Decker Inc, 2003.p.68-70
Daftar Pustaka 13 Scully C. Oral and maxillofacial medicine. New
York Elsevier, 2004.p.366-72
1 Scully C, Challacombe SJ. Pemphigus vulgaris: 14 Weinberg MA, Insler MS, Cmpen RB.
update on etiopathogenesis, oral manifestations, Mucocutaneous features of autoimmune
and management. Crit Rev Oral Biol Med 2002; blistering diseases. Oral Med Oral Pathol Oral
13 (5): 397-408. Radiol Endod 1997; 84: 517-34.
2 Sirois D, Leigh JE, Sollecito TP. Oral 15 Chi AC, Ravenel MC, Neville BW et al. A
pemphigus vulgaris preceding cutaneous patient with painful oral ulcers. JADA 2006;
lesions: recognition and diagnosis. JADA 2000; 137: 626-9.
131: 1156-60. 16 Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and
3 Robinson JC, Lozada-Nur F, Frieden I. Oral cotran pathologic basis of disease, 7 edn.:
pemphigus vulgaris a review of the literature Elsevier, 2005.
and a report on management of 12 cases. Oral 17 Lenz P, Amagai M, Volc-platzer B et al.
Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod Desmoglein 3-ELISA a pemphigus vulgaris-
1997; 84: 349-55. specific diagnostic tool. Arch dermatol 1999;
4 Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral 135: 143-8.
pathology clinical pathologic correlations, 4 ed. 18 Merchant S, Weinstein M. Pemphigus vulgaris:
St. Louis, Missouri: Saunders, 2003.p.11-15 the eyes have it. Pediatrics 2003; 112: 183-5.
5 Silverman S, Eversole LR, Truelove EL. 19 Sherman RG, Ravenel MC. Oral candidosis.
Essentials of oral medicine. London: BC Quintessence Int 2002; 33: 521-32.
Decker, 2001.p.202-4
6 Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick's color atlas
& synopsis of clinical dermatology, 5 ed. New
York: McGraw-Hill, 2005.p.102-5

Indonesian Journal of Dentistry 2009; 16(1):1-7 7

You might also like