METABOLIT SEKUNDER: MANFAAT DAN
PERKEMBANGANNYA DALAM
DUNIA FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
pada Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada
Diucapkan di hadapan
Rapat Majelis Guru Besar Terbuka
Universitas Gadjah Mada
pada tanggal 12 Oktober 2002
di Yogyakarta
Oleh: 7
Prof. Dr. Retno Sunarminingsih Sudibyo, M.Sc, Apt.Bismillahir rahmanir rahiem
Yang Terhormat Ketua dan para Anggota Majelis Wali Amanat
Universitas Gadjah Mada,
Yang Terhormat Bapak Rektor dan para Wakil Rektor Universitas
Gadjah Mada,
Yang Terhormat Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Guru Besar,
Universitas Gadjah Mada,
Yang Terhormat Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik
Universitas Gadjah Mada,
Yang Terhormat segenap Sivitas Akademika, Universitas Gadjah
Mada,
Yang Terhormat para Tamu Undangan, Teman Sejawat dan Hadirin,
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat
Allah SWT' yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
pada pagi hari yang membahagiakan ini kita dapat hadir di ruangan ini
guna mengikuti Rapat Majelis Guru Besar Terbuka Universitas
Gadjah Mada.
Terima kasih yang sebesar-besamya saya sampaikan kepada
Bapak Rektor Universitas Gadjah Mada, yang telah memberikan
kehormatan pada diri saya untuk mengucapkan pidato pengukuhan
berkaitan. dengan pengangkatan saya sebagai Guru Besar IImu Kimia
Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Hadirin yang saya muliakan,
Sebelum saya .menyampaikan pidato pengukuhan ini, perlu
kiranya saya kemukakan bahwa dahulu pada waktu saya memasuki
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, saya bercita-cita menjadi
Sarjana Farmasi yang bekerja di suatu Industri Oat, khususnya
industri obat yang mampu mengembangkan sumber daya obat alami
Indonesia secara modem. Dorongan meraih cita-cita tersebut
ditunjang oleh kegemaran untuk meneliti, yang ditanamkan sejak saya
‘masih Kecil oleh almarhum ayah yang sangat saya Kagumi. Jadi, tidak2
pernah terbayangkan sebelumnya jika suatu hari saya akan dianu-
gerahi gelar yang sangat terhormat ini. Tetapi dalam kenyataannya
perjalanan cita-cita mulai berbelok pada saat saya menginjak
mahasiswa tingkat akhir, yaitu ketika saya menyadari bahwa tidak
satupun, pada waktu itu, industri obat di Indonesia mempunyai
Research and Development team yang mampu menghasilkan obat
baru asli Indonesia. Sebagian besar Sarjana Farmasi yang ada di
Industri Obat pada saat itu bekerja di bidang pemasaran. Oleh sebab
itu Keinginan menjadi dosen Fakultas Farmasi UGM kemudian
muncul menggantikan cita-cita awal; selain juga hal itu sangat
didukung oleh keluarga utamanya almarhum ayah. Namun pada saat
menjelang lulus dan saya melamar sebagai dosen, saya terbentur pada
suatu prasyarat khusus dalam penerimaan dosen tersebut, yaitu harus
dapat memberikan jaminan untuk tetap tinggal di Yogyakarta. Pada
waktu itu saya dalam keadaan belum menikah, sehingga sulit bagi
saya _memprediksi untuk tidak pindah dari Yogyakarta, apalagi
memberikan jaminan tersebut. Akibatnya cita-cita kedua itupun gugur
dan digantikan dengan harapan ketiga, yaitu menjadi Apoteker di
suatu Rumah Sakit. Setelah lulus, saya berhasil diusulkan sebagai
Apoteker Rumah Sakit Umum di kota kecil Blitar, Jawa Timur. Selain
itu saya juga merangkap sebagai Apoteker Penanggung Jawab sebuah
‘Apotik Swasta. Meski sudah berjalan lebih dari satu tahun, akan tetapi
Surat Keputusan (SK) pengangkatan saya belum juga datang.
Penantian SK akhirnya dihentikan karena adanya panggilan menjadi
dosen dari Fakultas Farmasi UGM, yang mengusulkan saya menjadi
dosen setelah mengetahui bahwa saya akhimya menikah dengan seo-
rang dosen Fakultas Ekonomi UGM. Demikianlah kiranya Allah swt.
akhimya mengabulkan harapan saya, dan utamanya bapak saya, yang
seorang guru dan selalu mendambakan scmoga ada salah satu dari
anaknya dapat menjadi dosen dan syukur-syukur menjadi Guru Besar.
Ketua, Sekretaris dan para Anggota Majelis Guru Besar dan Senat
Akademik, serta para hadirin yang saya muliakan,
Dalam kesempatan ini perkenankanlah saya, dengan penuh rasa
syukur kehadirat Allah swt, menyampaikan pidato pengukuhan saya
yang berjudul:3
METABOLIT SEKUNDER: MANFAAT DAN
PERKEMBANGANNYA DALAM.
DUNIA FARMASI
Metabolit Primer dan Metabolit Sekunder
Semua makhluk agar dapat melangsungkan hidup, tumbuh dan
reproduksinya peru melakukan transformasi dan interkonversi
sejumlah besar senyawa organik. Proses transformasi dan inter-
konversi senyawa organik tersebut dilaksanakan melalui suatu sistem
terintegrasi yang terdiri atas reaksi-reaksi kimia beraturan yang
dikatalisis dan dikontrol secara ketat oleh sistem enzimatik (yang
secara kolektif disebut sebagai metabolisme intermedier) dengan
jalur-jalur reaksi yang terlibat (yang disebut sebagai jalur-jalur
metabolik). Sedangkan senyawa-senyawa organik yang dihasilkan dan
terlibat dalam metabolisme itu disebut sebagai metabolit. Beberapa
metabolit penting dalam metabolisme tersebut adalah senyawa-
senyawa: karbohidrat, protein, Iemak dan asam nukleat; yang
keseruanya (kecuali lemak) berupa senyawa berbentuk polimerik;
yaitu senyawa karbohidrat tersusun dari unit-unit gula, protein
tersusun dari asam-asam amino, dan asam nukleat terdiri dari
nukleotid-nukleotid.
Makhluk hidup mempunyai kemampuan yang bervariatif dalam
melakukan sintesis dan transformasi senyawa organik tersebut.
Misalnya tanaman sangat efektif. menggunakan proses fotosintesis
untuk sintesis karbohidrat; sedangkan organisme lain seperti mikroba
dan hewan melakukan sintesis dari senyawa anorganik yang
dikonsumsinya, Jadi jalur-jalur metabolik secara garis besar dapat
dibagi ke dalam dua macam jalur, yaitu jalur yang bertanggung jawab
techadap degradasi material yang dikonsumsi, dan jalur’ yang
bertanggung jawab terhadap sintesis senyawa-senyawa organik
tertentu (yang dibutuhkan) dari senyawa dasar yang didapatnya,
Meskipun karakteristik makhluk hidup sangatlah bervariasi,
akan (etapi jalur metabolik yang secara umum mensintesis dan memo-
difikasi senyawa-senyawa karbohidrat, protein, lemak dan asam
nukleat ternyata secara esensial sama pada semua makhluk (bersifat
universal); walaupun ada sedikit penyimpangan, Kesamaan ini4
menunjukkan adanya keseragaman proses yang fundamental pada
semua mahluk hidup, yang secara kolektif disebut sebagai
metabolisme primer, dan segala senyawa yang terlibat didalam jalur
metabolisme tersebut disebut sebagai metabolit primer (Dewick, 1999,
Strohl, 1997).
Beberapa contoh proses metabolisme primer adalah (Dewick,
1999):
— degradasi senyawa karbohidrat dan gula, biasanya terjadi melalui
jalur glikolisis dan siklus Krebs/asam sitrat/trikarboksilat yang,
‘menghasilkan energi via reaksi oksidasi,
— degradasi lemak melalui reaksi B-oksidasi yang juga menghasil-
kan energi,
— optimasi pembentukan energi melalui proses oksidasi fosforilasi
pada organisme aerobik , dl.
Metabolit dan metabolisme primer dibutuhkan untuk menunjang
terjadinya pertumbuhan pada setiap organisme; oleh Karena itu
bersifat growth link.
Hadirin yang saya hormat,
Berlawanan dengan jalur metabolisme primer (yang melak-
sanakan sintesis, degradasi, interkonversi senyawa dan terjadi secara
universal) terdapat jalur metabolisme lain yang melibatkan senyawa-
senyawa organik spesifik dan terjadi sangat terbatas di alam.
‘Metabolisme itu disebut metabolisme sekunder, dan metabolit yang
dihasilkan disebut sebagai metabolit sekunder. Metabolit sekunder
tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik, atau bahkan strain
(galur) yang spesifik, dan hanya diproduksi pada kondisi-kondisi
tertentu (Dewick 1999). Sampai dengan saat ini telah diidentifikasi
lebih dari 100.000 senyawa metabolit sekunder yang. dapat digo-
Jongkan ke dalam: a). senyawa tanpa atom nitrogen dalam strukturnya
(seperti golongan terpen, poliketid, saponin, poliasetilen, dll., dan b).
senyawa mengandung nitrogen (golongan alkaloid, amina, glikosida
sianogenik, asam amino non protein, protein/enzim tertentu, dll.)
(Wink, 1999). Pada kenyataannya di alam terdapat beberapa senyawa
organik yang secara tegas tidak dapat digolongkan sebagai metabolit
primer atau sekunder, contohnya asam-asam lemak dan gula-gula(Dewick, 1999).
Meskipun metabolit sekunder telah banyak digunakan sejak
ribuan tahun yang lalu, seperti contohnya sebagai pewarna makanan
dan Kosmetik (contoh: kurkuminoid, indigo), penyedap makanan
(vanillin, kapsaisin, minyak mustard), pengharum (minyak mawar,
lavender, jasmin), stimulan (kaffein, nikotin, efedrin), halusinogen
(skopolamin, kokain, morfin), insektisid (nikotin, piretrin, piperin),
vacun (koniin, strichnin, akonitin), obat-obatan (atropin, kuinin, kui
din, kodein) (Wink, 1999), akan tetapi fungsinya di dalam organisme
penghasilnya tidak jelas dan masih diperdebatkan (Cavalier-Smith,
1992)(Dewick, 1999).
Dugaan bahwa metabolit sekunder merupakan produk samping
(waste products) dari proses metabolisme primer, dan tidak ada
manfaatnya bagi organisme penghasil banyak ditentang. Alasannya,
sebagai waste product metabolit sekunder harus bersifat inert dan
tidak dapat lagi dimanfaatkan/dimetabolisir oleh organisme pengha-
silnya. Akan tetapi pada kenyataannya beberapa alkaloid, asam-amino
non protein, glikosida sianogen (kesemuanya metabolit sekunder)
masih dapat mengalami biodegradasi dan dimanfaatkan pada masa
germinasi dari spora organisme penghasil. Selain hal itu, sulit
dimengerti bahwa metabolit sekunder yang mempunyai struktur kimia
yang besar dan kompleks (Gambar 1), dan tentunya juga melewati
proses biosintesis yang kompleks), merupakan waste products.
Sekitar seratus tahun yang lalu Stahl menyatakan bahwa
metabolit sekunder memang tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan,
akan tetapi sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya, yaitu
merupakan senyawa yang berguna untuk menangkal serangan dari
predator dan untuk bertahan terhadap lingkungan (Wink, 1999).
Sistim pertahanan menggunakan metabolit sekunder ini sangat
5 juta
macam spesies, atau 52% spesies bumi) yang menjadikannya
sumber penting bagi beraneka macam senyawa bioaktif. Pada
sekitar tahun 1950-an hutan merupakan 15% dari bagian daratan
bumi, Sekarang, sekitar 50 tahun kemudian, luas hutan tinggal 6%
dari bagian daratan, atau 2% sekitar dari seluruh permukaan planet
bumi (Taylor, 2000). Tidak hanya di Indonesia saja yang
mengalami kerusakan hutan melainkan juga Malaysia dan Brazil
(dimana_kerusakan hutan terjadi hingga 40%); serta_hutan
Amazon, hutan terbesar di dunia (merupakan 54% dari total hutan
di bumi) dan yang menyediakan 20% oksigen dunia (sehingga
dianggap sebagai “Lungs of our Planet”) juga mengalami keru-
sakan diatas 25%. Tahun 1977 dilaporkan bahwa setiap menitnya
terjadi kerusakan hutan (baik karena kebakaran, pembakaran dan
penebangan) seluas 150 acre, atau sekitar 200.000 acre per hari,
atau 78.000 acre (7800 Ha) pertahun. Menurut Edward O. Wilson,
seorang biologist pemenang Harvard's Pulitzer Price, per hari
diperkirakan sekitar 137 macam spesies tanaman, insekta dan
hewan lain (belum termasuk mikrobanya) hilang/punah dari muka
bumi; yang berarti sekitar 50,000 spesies per tahun hilang karena
kerusakan hutan! Sangat mengherankan bahwa banyak ilmuwan
lebih tahu tentang seberapa banyak jumlah bintang yang ada di
galaksi daripada menyadari seberapa besar jumlah spesies yang
hilang di bumi per harinya. Kerusakan hutan tersebut merupakan
hal yang sangat memprihatinkan dari aspek kefarmasian. Menurut
the US National Cancer Institute (US-NCI) sekitar 25% obat-
obatan yang beredar sekarang berasal dari tanaman hutan (yaitu
>3000 tanaman), dan 70%-nya berkhasiat antikanker. Syukurlah
sekarang lebih dari 100 industri Farmasi berskala besar (seperti
Merck, Abbot, Bristol-Myers, Squibb, Eli Lily, SmithKline
Beecham, Monsanto, dil.) dan the US-NCT banyak melakukan riset
bersama dalam eksplorasi obat dari tanam-tanaman, khususnyaa
untuk obat antiinfeksi, antiviral, antikanker dan antiHIV-AIDS.
Eksplorasi tanaman obat di hutan ini kemudian lebih dikenal
sebagai “bio-prospecting” (Taylor, 2000).
Hadirin yang saya hormati,
Masih perlukah penemuan dan pengembangan obat-obat anti-
infeksi pada saat ini?
Penyakit infeksi dianggap tidak membahayakan lagi karena
memberikan angka Kematian yang jauh dibawah angka kematian
karena sakit kanker dan jantung; serta dianggap bahwa para ilmuwan
telah berhasil mengendalikan penyakit infeksi. Hal ini terlihat pada
kebijakan pemerintah di beberapa negara maju yang menurunkan dana
penelitiannya untuk penemuan dan pengembangan obat antiinfeksi
(Lederberg, 1996). Pada waktu yang bersamaan juga terjadi penu-
runan kegiatan riset dan pengembangan obat antiinfeksi di beberapa
industri farmasi di dunia (Gibbons, 1992). Walaupun demikian hasil
penelitian antibiotik baru tetap saja meningkat
Sampai dengan tahun 1994 telah ditemukan sckitar 11.900
macam antibiotik. Dari jumlah tersebut sekitar 6600 (55%) adalah
berasal dari- spesies Streptomyces, sedangkan sisanya: sekitar 2600
(22%) berasal dari fungi, 1400 (12%) dari bakteri non Actinomycetes,
dan 1300 (11%) dari galur non Streptomyces sp. yang tergolong dalam
Actinomycetes. Jumlah antibiotik tersebut diprediksikan meningkat
menjadi sekitar 16.000 macam pada tahun 2000-an, dengan
peningkatan jumlah sekitar 500 macam per tahun. Peningkatan
Penemuan ini berlipat dibandingkan dengan pada 20 tahun yang lalu
yang hanya sekitar 200 buah per tahun (Berdy, 1995).
Jadi apakah memang telah tidak diperlukan lagi pengembangan
antibiotik dan penemuan antibjotik baru dengan target dan aktivitas
yang berbeda? Walaupun terjadi penurunan dana penelitian, mengapa
jumlah penemuan antibiotik baru masih juga meningkat?
Terdapat beberapa alasan yang dapat menjelaskan bahwa masih
diperlukan penelitian untuk penemuan dan pengembangan antibiotik
baru, Alasan tersebut antara lain:
a Dibutuhkan antibiotik yang aman. Banyak antibiotik yang sesung-18
guhnya sangat potensial, namun karena mempunyai toksisitas yang
cukup tinggi maka direkomendasikan untuk tidak digunakan
(contohnya gentamisin dan antibiotik aminoglikosid lain yang
bersifat nefrotoksik dan ototoksik)(Begg dan Barclay, 1995). Jadi
eksplorasi mendapatkan antibiotik yang lebih aman, atau
penelitian mod:iikasi struktur untuk meningkatkan aktivitas dan
menurunkan toksisitas obat masih dibutuhkan.
Munculnya bakteri resisten terhadap antibiotik yang ada, Beberapa
bakteri patogen yang semula sensitif terhadap beberapa antibiotik
tertentu dapat berkembang menjadi resisten terhadap kelompok
amibiotik yang ada, Hal ini ditunjukkan dengan makin mening-
katnya dosis penggunaan antibiotik yang efektif terhadap penyakit
karena bakteri tersebut. Penggunaan antibiotik yang meluas telah
menyebabkan percepatan dan perluasan peningkatan multi-drug
resistancy (McGowan, 1993). Selain hal itu, juga terdapat
mekanisme transfer sifat resistensi terhadap golongan antibiotik
tertentu yang mempunyai struktur, aktivitas dan target site yang
serupa. Sebagai contoh adalah resistensi tipe MLS, yaitu resistensi
tethadap antibiotik golongan. makrolid-linkosamid-streptogramin
yang meng-hambat sintesis protein (Pemodet, ef al., 1996).
. Evolusi resistensi antibiotik yang tetap berlangsung. Hal yang
memprihatinkan dan membutuhkan perhatian serius dalam terapi
infeksi adalah terdapatnya evolusi resistensi antibiotik yang tetap
berkembang. Pada mulanya diduga tidak ada bakteri yang tidak
sensitif terhadap vankomisin, Karena vankomisin mempunyai
target aktivitas yang berbeda dibanding antibiotik tain. Schingga
vankomisin dianggap sebagai obat pilihan yang dapat digunakan
sebagai pertahanan terakhir setelah antibiotik yang lain tidak
efektif; yaitu khususnya terhadap methicillin-resistant staphylo-
cocci, serta B-lactame- dan aminoglycoside-resistant enterococci
(Rowe, 1996). Anggapan tersebut sima dengan ditemukannya
vancomycin-resistant enterococci (Barlett dan Froggatt, 1995).
Masih banyak lagi contoh evolusi resistensi terhadap antibiotik
seperti: penicillin-resistant Streptococcus pnemoniae (Moreillon
dan Wenger, 1996), amino-glycoside-resistant Staphylococcus
aureus (Brumfitt dan Hamilon-Miller, 1994), isoniazid. and
rifamycin-resistant Mycobacterium tuberculosis (Bloom dan19
Murray, 1992), meropenem-resistant Pseudomonas aeruginosa
(Sumita dan Fukusawa, 1966), dit.
‘Tabel 3. Daftar beberapa mikroba patogen/penyebab penyakit infeksi berbahaya*
‘Aen penyetad ‘Keterangan
Bakterial:
Enterococeut faecium Resisten tcrhadap hampir seawa antibotik; 10 tahun terakhir
smeringkat tas resstentemacap vankomisin,
Staphylococcus aureus | Ditemutan peningkata resstens erhadap mets,
Acetobacter baxmanni | Bakion nosokomial bare (umomaya di Remah Sakid) dapat
smenyebabkan sepsis dan fatal
Streptococecus pnemoniae | Terdapat stain yang. resisten erhadap antibiaik golongan
aminoglikosid, lceamfenikol, siproftksasin, icrsilin, dan
‘lfonsmid
Mycobacterium tuberculosis | Terdapat beberapa. sina yang ressten terhadap: ifamisn,
isoniazid, srepumisin, ethambutol dan ethionamid; dengan
eninghaiaeLasusseitr 28% sak 1980-20.
SsueptococciKelompok A | Strain tertetu penghasl enthrogenic toxin yang meng-akibathan
“rare-shockike syedrome, yang dapat fata
Evehertchia colt Beterape stain reste terhadap sfalospria geneasi ketign,
‘meal profuksi laktamase dengan spekirum yang eb as.
E coll 157-47 ‘New food bome sain peayehab Kaliis hemorrbag
Preudomenas aeruginosa | Mulaimunctl strain patogen opportunistic. yang ressten
siproflotsisin
Legionella pneumophila} Penyeba Legionnaires disease
Borrelia burgdorferi Penycbab Lyme disease
Helicobacter pylon Penyebab pepe ulcer dan stomach cancer, dapat datasi dengan
“ariromisin dan omeprazole
Vibrio choterae 0139 ‘Strain bara yang besbabaya,
Haemophyius influenzae | Penyeba otis pada anak; 20% ressten terhadap ampisitin, dan
50% (i Spusyol) tehadap Kloramfenikol dan timethoprim-
solfametbal
‘Terapi yong menjaujikan: kombinssi AZT, 37C dan HIV-1
proteinase inibiter.
Vinss dibawa binatang pengert, peayebab kematan, diterpi
dengan brain atagoots.
Fiovius (seals vias Marburg) peayehab demam hemorhagi,
morals SOX - 75%.
“Mikroorganisme eukariatik:
Plasmodium filkiparum | Beberapa stain resstn terhadap klorogiin.
Candida albicans Beberapa strain ressten teshadap senyawa azole, menye-bablan
xandidasslpat 10 X, dan menjaikan funga-infekst tering ke-
4
Invasive pulmonary Peayebab kematian pad pasien transplan sum-sum tuang
sspegiois
Preumocyts carn Beheraparesisten schadap obat_ golongan: szole,_alblomia,
thitarbamat, penyebab kematian pasien AIDS kara preamouia
Ceyptococat meningitis | Terapi dengan amfoterisin 8 dan fusion
‘Telenornonas [Behera srai ressten metronidazole
Cryptosporidium Peayabit bar (dk Wisconsin, 1994) penyebab diarhea
‘Ringkasun dari woh, 1997.20
4d, Masih ada bakteri yang tahan antibiotik. Meskipun puluhan
antibiotik telah ditemukan, akan tetapi masih ada juga beberapa
bakteri yang tetap tahan atau tidak sensitif terhadap antibiotik yang,
ada. Scbagai contoh adalah infeksi karena Psedomonas aeruginosa
pada pasien cystic fibrosis (Wright, 1996); infeksi karena entero-
cocci yang resisten tethadap vankomisin (yang merupakan pilihan
terakhir setelah antibiotik lain tidak efektif) (Gin dan Zhanel,
1996), dl, Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa kita, tidak
hanya telah kalah melawan infeksi, tetapi juga menghadapi Jawan
yang lebih tangguh.
fe. Munculnya penyakit infeksi baru. Akhir-akhir ini muncul sekitar
30-an penyakit infeksi baru yang sangat membahayakan, seperti:
AIDS, Ebola, Cryptococcal meningitis, Hantavirus, Fatal illness
disebabkan oleh Escherichia coli O157:H7, dll. (Tabel 3); yang
kesemuanya tidak dikenal pada 20-an tahun yang lalu, Fakta ini
membuktikan bahwa penelitian penemuan anti-infeksi baru dengan
mekanisme aktivitas yang berbeda, atau mempunyai target
aktivitas berbeda, masih sangat dibutuhkan,
f. Munculnya teknik-teknik baru untuk eksplorasi senyawa baru.
Pengembangan dan Produksi Metabolit Sekunder
Hadirin yang saya. muliakan,
Metabolit sekunder dan turunannya hingga saat ini terbukti
masih sangat diperlukan dalam pengobatan. Berbagai macam metoda
banyak dikembangkan untuk mendapatkan metabolit baru, termasuk
struktur turunannya, Secara garis besar pengembangan tersebut dapat
dibedakan menjadi dua hal yaitu: a). pengembangan melalui eksplo-
rasi struktur baru, baik melalui bioprospecting maupun sintesis total,
dan/atau b). pengembangan melalui modifikasi struktur metabolit
yang telah ada, baik secara bioteknologi maupun kimiawi. Nam-
paknya kedua cara pengembangan tersebut berjalan bersama secara
seimbang.
a. Eksplorasi Struktur Baru
Pada masa 1920an — 1970an, metoda eksplorasi senyawa bio-
aktif utamanya didasarkan pada disiplin ilmu kimia dan farmakologi2
dengan percobaan secara in vivo menggunakan binatang percobaan.
Penemuan senyawa baru menggunakan proses biologik ini ternyata
kemudian aktivitasnya menurun karena biayanya dirasa cukup tinggi,
memakan waktu; selain juga terjadi semacam ‘kejenuhan’ karena
menggunakan model target yang ‘sama’ sehingga bioaktivitas senya-
wa yang dihasilkan serupa, Walaupun demikian metoda ini masih
dipertahankan, utamanya untuk pengembangan senyawa aktif melalui
rnodifikasi struktur. Dengan modifikasi struktur, bioaktivitas senyawa
dapat ditingkatkan dan/atau toksisitasnya diturunkan. Terobosan
terjadi untuk mengatasi kejenuhan tersebut, yaitu dengan ditemu-
kannya metoda in vitro menggunakan kultur jaringan. Ponggunaan
metoda Kultur jaringan ini memungkinkan dilakukan penapisan
(screening) senyawa bioaktif baru dalam jumlah besar dengan biaya
jauh lebih rendah.
Pada akhir 1970-an ditemukan protein enzim dan reseptor yang,
berkorelasi dengan gejala penyakit atau kelainan klinis. Penemuan ini
mengarah pada penentuan aktivitas inhibitor dari beberapa enzim atau
reseptor tersebut. Hal ini menekankan bahwa ilmu biokimia
diperlukan untuk menunjang pengembangan metoda ini. Meskipun
metoda tersebut memberikan pengertian tentang proses terjadinya
sakit, serta memberikan model terapi baru, tetapi keterbatasan dalam
mendapatkan enzim-enzim dan reseptor-reseptor baru menghambat
perkembangan metoda ini (Devlin, 1997).
Awal 1980-an banyak terjadi penemuan-penemuan baru yang
berpengaruh pada penemuan senyawa bioaktif (obat) baru, misainya:
pengembangan teknik hibridoma dan aplikasinya untuk produksi
antibodi monoklonal, rekayasa genetik (yang merupakan salah satu
revolusi teknologi) tidak hanya mampu menghasilkan mutan
penghasil senyawa bioaktif dengan kadar tinggi, akan tetapi juga
mutan penghasil senyawa bioaktif baru. Schingga pengcmbangan
eksplorasi senyawa baru melibatkan multi-disiplin ilmu yang
menghasilkan metoda-metoda dengan sedikit cuplikan (sample) dan
pereaksi, melalui analisis secara otomatis-simultan (robotik) dan
dengan waktu yang lebih cepat; yaitu melalui metoda High
Throughput Screening (HTS)(Kolb, 1997). HTS melibatkan lebih
banyak lagi disiplin ilmu, yaitu: kimia, biokimia, biologi, rekayasa
genetik, teknologi robotik, tcknologi komputer dan manajemen data.2
Dengan menggunakan HTS, tidak hanya produktifitas senyawa baru
meningkat akan tetapi juga efisiensi sumber daya manusia, waktu dan
biaya; sehingga metoda ini banyak dilaksanakan dalam industri. HTS
mampu mengevaluasi puluhan ribu senyawa per minggu dengan
multiple target aktivitas. Metoda ini merupakan metoda mutakhir
untuk eksplorasi uenyawa bioaktif baru; walaupun demikian hasil
evaluasi metoda ini belum dapat menjelaskan struktur kima atau
golongan dari senyawa baru (Devlin, 1997),
b. Modifikasi Struktur Metabolit
Pengembangan senyawa bioaktif melalui modifikasi struktur
sesungguhnya merupakan cara klasik. Pengembangan ini kemudian
disempurnakan pada 1970-an melalui desain dengan pendekatan
QSAR (quantitative structural-activity relationship), yaitu pendekatan
matematik hubungan antara_ kuantitatif-struktur obat dengan
Khasiatnya. Pada awal 1990-an pemakaian teknik Artificial Neural
Network (ANN) pada QSAR memungkinkan pelaksanaan analisis
kompleks senyawa dengan banyak sifat (Devillers, 1996). Dengan
berkembangnya rekayasa genetik dan juga teknologi fermentasi,
memungkinkan dilakukan biomodifikasi struktur (Donadio, et al.
1991; Sudibyo et al. 1999b, 1999¢; Jenieand Sudibyo, 1999,
Arianingrum, 2002). Penelitian biomodifikasi tersebut di atas telah
menghasilkan turunan A°-anhidro-eritromisin yang lebih tahan asam
daripada eritromisin, sehingga diharapkan dapat diberikan dengan
dosis yang Iebih kecil.
Dengan ditemukannya proses sintesis dalam fase padat oleh
Merrifield pada 1965, maka pada 1980-an berkembanglah metoda-
metoda sintesis dalam fase padat senyawa polipeptid, oligonukleotid
dan oligosakarid secara otomatis (ung, 1996). Cara sintesis total
secara otomatik-robotik ini digunakan untuk mendapatkan suatu seri
ribuan senyawa bioaktif, dan disebut sebagai sintesis organik kom-
binatorial; adapun seri senyawa yang dihasilkan tergabung di dalam
pustaka kombinatorial, Pustaka kombinatorial adalah suatu koleksi
yang mengandung atau berisi jutaan, miliaran babkan triliunan
struktur senyawa berbeda yang dibangun melalui kombinasi secara
hati-hati dan sistematik dari semua Klas senyawa sebagai sub unit dari
pustaka kombinatorial tersebut (Houghten ef al., 1991; Lam et al.,23
1991; Geysen and Mason., 1993; Pinilla et al., 1995). Istilah pustaka
dipakai untuk menyebutkan suatu koleksi senyawa dengan seri analog
yang umumnya berjumlah antara dibawah 10 hingga ratusan (Dorner,
et al., 1996). Pustaka senyawa yang menyerupai peptida organik,
disebut peptidomimetic organic combinatorial libraries, telah
dibangun dengan panjang rantai peptida mulai dari 3 hingga 10 asam-
amino (tripeptida — dekapeptida) dan mengandung senyawa kombinasi
mulai dengan jumlah dari ribuan hingga milyaran. Makin panjang
rantai peptida makin banyak senyawa kombinasi yang dihasilkan,
‘Manfaat pustaka tersebut adalah untuk pengidentifikasian suatu
senyawa yang sama-sekali baru dan mempunyai sifat bioaktif
tertentu (anti-mikrobial, antifungal, inhibitor enzim, determinan
antigenik,, dil.); atau memperbaiki struktur suatu senyawa hingga
bersifat bioaktif lebih baik melalui suatu proses penapisan (screening)
dengan tanpa menganalisa hubungan struktur dan aktivitas (QSAR)
dari masing-masing senyawa tersebut terlebih dahulu (Dorner er al.,
1996). Dasar dan strategi pembuatan pustaka kombinatorial ber-
‘macam-macam sesuai dengan fungsi pustaka yang diinginkan. Con-
tohnya: pustaka-pustaka heksapeptida yang dibangun melalui proses
iteratif (Houghten et al., 1992; Blondelle et al., 1995) dan positional
scanning (Pinilla et al., 1991; Pinilla et al., 1994a; Dooley and
Houghten, 1993). Masing-masing pustaka tersebut mengandung seki-
tar 64.000.000 kombinasi senyawa peptida berbeda yang tersusun dari
20 macam asam-amino natural bentuk L (leuvo). Kedua pustaka
tersebut digunakan untuk mengidentifikasi secara _sistematik
sekuen/urutan asam-amino yang bersifat bioaktif. Pembuatan pustaka
heksapeptida dan tetrapeptida melalui proses iteratif dan meng-
gunakan asam-amino bentuk D (dextro) atau asam amino non natural,
juga dilakukan (Blondelle ef al., 1994). Penggantian D-asam amino ini
‘memungkinkan untuk mengetahui secara langsung asam-asam amino
yang mana paling menentukan aktivitas senyawa. Selain hal itu
dengan cara ini dapat diidentifikasi peptida atau oligopeptida yang
agonis dan yang antagonis (Dooley et al., 1994).4
Ketua, Sekretaris dan para anggota Majelis Guru Besar, serta para
Hadirin yang terhormat,
Sebelum saya mengakhiri pidato ini, sekali lagi saya meman-
jatkan puji syukur yang sebesar-besamya ke hadirat Allah swt. yang
telah mengkaruniti kemampuan, kekuatan, kesempatan, bimbingan
dan petunjuk kepada saya untuk menghadapi cobaan dan tantangan
sejak lepas dari tanggungan orang-tua dan selama bekerja hingga saat
ini; dan hanya Karena ridho-Nya-lah saya berkesempatan meraih
jabatan Guru Besar di Universitas Gadjah Mada ini.
Sebagai penutup dari pidato pengukuhan ini, perkenankanlah
saya menyampaikan rasa terima kasih pertama-tama kepada Peme-
rintah Republik Indonesia, dalam hal ini Departemen Pendidikan
Nasional yang telah memberi kepercayaan dan mengangkat saya
sebagai Guru Besar dibidang IImu Farmasi di Universitas Gadjah
Mada. Ucapan tcrima kasih yang setinggi-tingginya saya sampaikan
kepada Bapak Prof. Dr. Sofian Effendi selaku Rektor Universitas
Gadjah Mada, serta Bapak Prof. Dr. Achmad Mursyidi selaku Ketua
Senat Akademik UGM dan mantan Ketua Tim Penilai Golongan IV
UGM beserta seluruh anggota Senat UGM, yang telah merapatkan dan
menyetujui diri saya untuk menduduki jabatan Guru Besar dan mene-
rima saya sebagai anggota Senat Universitas Gadjah Mada. Ucapan
terima kasih saya sampaikan pula kepada Prof. Dr. Soekanto
Reksohadiprodjo, M.Com. selaku Ketua Majelis Guru Besar yang
dibantu oleh Prof. Dr.-Ir. Endang Baliarti, yang telah dengan teliti
melakukan koreksi format naskah pidato ini, Rasa terima kasih dan
penghargaan juga saya sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu
Gholib Ganjar selaku Dekan/Ketua Senat Fakultas Farmasi UGM
beserta Sekretaris dan para anggota Senat Fakultas Farmasi UGM,
yang telah menyetujui dan mengusulkan pengangkatan saya untuk
menduduki jabatan ini
Dalam kesempatan ini pula perlu saya haturkan rasa terima ka-
sih yang tulus kepada para guru saya sejak SR hingga SMA, utamanya
Bapak Soemardi guru SR Ungaran Yogyakarta, bapak Soetjipto guru
SMP Negeri I Temanggung dan Ibu Sri Soebijanto guru SMA Negeri
I Temanggung yang telah memberi dasar ilmu yang kuat pada diri sa-
ya schingga memudahkan bagi saya untuk mengarahkan cita-cita yang,25
ingin saya capai. Semoga jasa Bapak dan Tbu guru mendapatkan
balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amien.
Ucapan terima Kasih juga saya haturkan kepada para dosen
senior Fakultas Farmasi UGM, utamanya almarhum Prof. Sardjoko
Apt. dan Drs. Soekartono Apt., yang telah mendidik, membimbing
dan memberi dasar ilmu-ilmu kefarmasian kepada saya schingga saya
lulus sebagai Sarjana Farmasi. Ucapan terima kasih secara khusus
saya haturkan kepada Bapak Drs, Soerais Soediromargoso Apt. yang
pada waktu itu selaku Ketua Bagian Kimia Farmasi sccara tegas
menolak lamaran saya sebagai dosen di Fakultas Farmasi UGM
dikarenakan saya tidak dapat memberikan jaminan untuk tetap tinggal
di Yogyakarta; akan tetapi kemudian setelah lebih dari 3 tahun secara
Konsekuen memanggil saya untuk melamar kembali setelah beliau
berkeyakinan bahwa saya tidak akan pindah dari Yogyakarta. Saya
kira Karena pertimbangan dan keputusan beliaulah maka kemudian
saya dapat dirapatkan kembali untuk diangkat sebagai dosen Fakultas
Farmasi UGM.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. Abby
‘Marlatt, Prof. Dr. Chen dan Dr. Newberg yang telah mendidik,
membimbing dan membuka wawasan saya sehingga saya berhasil
mendapatkan gelar Master Nutrition and Food Science dari University
of Kentucky, USA. Terima kasih juga saya ucapkan untuk teman-
teman Laboratorium: Jennifer, Cynthia, Hanna, Christine, Nancy dan
Lela yang selalu saling membantu dalam belajar dan praktikum
bersama,
‘Ucapan terima kasih yang sebesar-besamya saya haturkan pula
kepada Prof. Dr. RM Mochammad Samhoedi Reksohadiprodjo Apt.,
Prof. Dr. Ir. Joedoro Soedarsono dan Prof. Dr. Umar Anggara Jenie
M.Sc. Apt. yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dorongan dan
semangat selama saya melaksanakan program sandwich S-3 dengan
University of Iowa, USA. Ujian berat yang saya alami sejak dan
selama program S-3 bukanlah hanya masalah akademik, akan tetapi
juga masalah keluarga, yaitu perjalanan panjang pengobatan anak
kami beberapa kali ke Belanda dan Australia, yang masa lakunya
hampir sama dengan program S-3 saya, yaitu antara tahun 1992-1997.
Dalam masa tersebut tidak hanya bimbingan akademik yang saya
dapatkan, lebih dari itu adalah dorongan dan semangat dari Bapak-26
bapak promotor agar saya tetap tegar melaksanakan penelitian disela-
sela hati yang sedih sclama program pengobatan tersebut. Semoga
perhatian, pengertian dan jasa Bapak mendapatkan balasan yang
setimpal dari Allah SWT. Amien.
‘Ucapan terima kasih yang tulus juga saya sampaikan kepada
Prof. Dr. Lacy Daniels, former Dean Departement of Microbiology,
University of lowa, USA, yang telah bersedia menjadi ko-promotor
saya dan telah mengijinkan dan membantu saya melaksanakan
fermentasi produksi antibiotik dilaboratoriumnya. Terima kasih juga
saya ucapkan untuk teman-teman bekerja di Laboratorium: John
Kremmer, Endang Purwan-tini, Bishwarrup Mukhopadhayay, Kim,
Bokang, Boopathi, Mohhammed dan Negash yang selalu saling
membantu dalam bekerja di laboratorium hingga larut malam. Terima
kasih juga saya sampaikan untuk teman saya diluar kampus: Yukari
‘Ushuda, Makinu dan Megawati yang telah memberikan bantuan dan
pengertian kepada saya selama tinggal di Iowa City.
‘Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Prof. Dr.
Tadao Kondo (dari Chemical Instrument Centre, Department of Che-
mistry Nagoya University, Japan), Prof. Dr. Timmerman, Dr. Henk
van der Goot dan Dr. Ben van Baar (dari Departement of Phar-
macochemistry, Vrije Universiteit, Amsterdam, the Netherland) yang
telah _membantu me-running senyawa hasil penelitian saya untuk
penyelesian program S-3. Terima kasih juga saya sampaikan kepada
saudara Drs, ArRy Yanuar M.Si dan Drs. Abdul Mun’im M.Si dosen
Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Indonesia (mantan anak
bimbing S-2) yang telah membantu saya dalam pengetikan disertasi
saya.
Kepada semua teman sejawat di Fakultas Farmasi UGM dan
Pusat Studi Bioteknologi UGM, utamanya Kelompok Penelitian
Kunyit Putih, saya ucapkan banyak terima kasih atas kerjasamanya
selama ini. Kepada anak-anak bimbing, utamanya program S-2 dan S-
3, saya ucapkan terima kasih atas kerja-kerasnya melaksanakan ide-
ide penelitian yang saya berikan, sehingga banyak menunjang publi-
kasi saya. Tidak lupa pula terima kasih saya ucapkan kepada PT Indo-
farma (Persero) Tok. yang telah mendanai beberapa penelitian saya.
Selanjutnya saya haturkan rasa terima kasih dengan penuh rasa
hormat dan tulus yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua27
saya, almarhum ayahnda R. Soenarto dan almarhumah ibunda Hj. Siti
Aminah Soenarto. Dasar-dasar budi-pekerti dan Kecintaan meneliti
yang ayahnda berikan ternyata telah mampu membimbing ananda
untuk menjalani kehidupan dengan baik dan meraih segala kesuksesan
hingga saat ini. Do’a dan restu ibunda kepada kami sekeluarga yang
selalu dipanjatkan pada setiap akhir shalatnya pada masa dahulu,
sangat memberikan perlindungan untuk kebahagiaan kami sekeluarga.
‘Sekali lagi terima kasih yang tak terhingga kami haturkan, semoga
Allah swt memberikan balasan yang berlebih kepada ayahnda dan
ibunda. Amien ya Rabbal ‘alamien. Kepada almarhum ayah mertua R.
Soemamo dan ibu mertua Hj. Mubiyatun Soemarno saya ucapkan
terimakasih atas doa dan restu yang selalu diberikan kepada keluarga
kami.
Kepada saudara-saudara saya, Dr. Ir. Bambang Hendro Sunar-
minto, SU, Ir. Bambang Suryo Armono, Ir. Bambang Wisnu Handono
MSc., dan Dra. Reino Peni Sancayaningsih M.Sc. saya ucapkan
banyak terima kasih atas pethatian, pengertian dan dorongan moril
yang selalu diberikan kepada saya dalam meniti karir akademik ini.
Dengan penuh ketulusan hati dan rasa hormat yang dalam, saya
haturkan penghargaan dan terima kasih yang tidak terhingga kepada
suami tersayang Prof. Dr. Bambang Sudibyo M.B.A., yang dengan
penuh kesabaran telah memberikan pengertian, _perlindungan,
wawasan, pandangan, bimbingan, dorongan, dan bantuan baik moril
maupun finansiil sejak saya menempuh kehidupan berkeluarga dan
selama saya meniti karir akademik. Kepada anakku sayang Dananta
‘Adi Nugraha, Mama ucapkan terima Kasih atas segala pengertian,
kesabaran dan kelembutan dalam membantu dan menemani Mama
menyclesaikan segala tugas baik masalah keluarga maupun akademik.
Juga kepada anakku sayang Harinto Budhi Wibowo, Mama ucapkan
banyak terima kasih atas segala pengertian, kesabaran dan ketabahan
yang telah diberikan; karena tanpa kesabaran dan ketabahanmu
mungkin Mama tidak bisa tetap tegar menyelesaikan disertasinya.
Scmoga jabatan Guru Besar yang Mama terima saat ini dapat
memberikan kebahagiaan tersendiri buat Papa, Danang dan Ari.
‘Sesungguhnya masih banyak pihak yang berhak menerima ucap-
an terima Kasih. Namun karena keterbatasan waktu tidak mungkin
saya menyebutkannya satu-persatu. Untuk hal itu saya mohon maaf.28
Ketua, Sekretaris dan para anggota Majelis Guru Besar, serta para
Hadirin yang terhormat,
Akhimya saya ucapkan banyak terima Kasih untuk segenap
hadirin yang dengan penuh Kesabaran telah mendengarkan dan
memperhatikan pi.lato ini hingga selesai. Disertai permohonan maf
sekiranya ada hal-hal yang Kurang berkenan saya akhiri pidato ini.
Sekian dan terima kasih. Wassalamu'alaikum wa rahmatulLahi wa
barakatuh.29
DAFTAR PUSTAKA
‘Amor, S., 1998, The Use of Peptides in the Treatment of Neurological Disease, op.
‘cit Brooks, G., Biotechnology in Healthcare. An Introduction to
Biopharmaceuticals, Pharmaceutical Press, London.
Arianingrum, R., 2002, Biosintesis A*”-Anhidro-critromisin Melalui Penghambatan
Reduksi Enoil oleh Isoniazid pada Fermentasi Saccharopolyspora erythraca
ATCC 11635, Tesis Program Studi Bioteknologi, Universitas Gadjah Mada.
Bartlet, J.G. and Froggatt, J.W.IIl, 1995, Antibiotic Resistance. Arch. Otolaryngol
Head Neck Surgery, (121), 392-396.
Begg, E.J. and Barclay, M.L., 1995, Aminoglycosides: 50 years. British J. Clinical
Pharmacology, (39), 597-603.
Berdy, J, 1995, Are Actinomycetes Exhausted as 2 Source of Secondary
Metabolites? Debabov.V.G.,. Dudnik.¥.V., Danilenko.V.N.Eds., Proceed:
ings of the Ninth International Symposium on the Biology of
Actinomycetes. Moscow, All-Russian Scientific Research Insitute of
Genetics and Selection of Industrial Microorganisms, 13-34.
Blondelic, S.E., Takashi, E., Weber, P.A. and Houghten, R.A., 1994, Identification
‘of Antimicrobial Peptides using Combinatorial Libraries Made Up_of
Unnatural Amino Acids. Antimicrobial Agents and Chemothreapy, (38),
2280-2286.
Blondelle, S.E., Perez-Paya, E., Dooley, C:T. Pinilla, C. and Houghten, R.A., 1998,
‘Chemical Combinatorial Libraries, Peptidomimetics and Peptide Diversity.
‘Trends of Analytical Chemistry (14), 83-92.
Bloom, BR. and Murray. C.J... 1992, Tuberculosis: Commentary on a Reemergent
Killer. Science, 257, 1055-1064
Brooks, G. and Vile, R.G., 1998, Gene Therapy for the Treatment of Disease, op.
cit. Brooks, G., Biotechnology in Healthcare. An Introduction to Bio-
pharmaceuticals, Pharmaceutical Press, London.
Brumfit, W. and Hamilton-Miller, JM.T., 1994, The Challlenge of Methycllin
resistant Staphylococcus aureus, Drug Exp. Clinical Research, (20), 215-
224,
Cavalier-Smith, T, 1992, Origins of Secondary Metabolism, op cit. Chadwick, DJ.
and Whelan, J. Secondary Metabolites: Their Function and Evolution.
Ciba Foundation Symposium 171, John Wiley & Sons, New York, 64-87.
Deville, J., 1996, Neural network in QAR and Drug Design, Academic Press,
New York.
Devlin, J.P., 1997, High Throughput Screening. The Discovery of Bioactive
‘Substances. Marcel Dekker. Inc., New York.
Dewick, PM. 1999, Medicinal Natural Products. A Biosynthetic Approach. John
Wiley & Sons Ltd. England.
Donadio, S., Stafer, M.J., McAlpine, J.B., Swanson, S.J. and Katz, L, 1991, Modular
Organization of Genes Required for Complex Polyketide Biosynthesis,