You are on page 1of 11

PENILAIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA

PENGOPERASIAN CC (CONTAINER CRANE) DI PT X


SURABAYA

Nyco Nugroho
PT. Wijaya Karya Gedung, Tbk
Jalan Let. Jend. M.T. Haryono, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Email: nyco17nugroho@gmail.com

ABSTRACT
The operation of CC has a high risk accident, in 2013 there are 57 CC operation accidents at PT X. Accident high PC
operations require companies to prevent and reduce the risk of accidents at the company, according Act No. 1 Year
1970 Article 3, paragraph 1. Reduce and prevent the risk of workplace accidents by conducting a risk assessment. This
study aims to assess the risk.The design of this study was observational with crossectional approach. The main aim of
this study was to assessed of risk on CC operate in PT X Surabaya. The subject in this study were safety officer
maintenance, technician and CC operator. The object in this study was CC unit. The data were collected by means of
observation and interview, while the secondary data from the operation of the CC documents related accidents. The
data obtained were analyzed descriptively by tabulations and narration which of compared with the standard ISO
31000: 2009 as well as the existing theories. The results of this study show that there were 4 process of work that has 9
cause danger of accident, 2 causes of accident with the high risk, 5 moderate risk and 2 low risk. Risk control that has
done are engineering, administrative, and PPE. From the result of this study, it is recommended that the company
provide to implement the work according to SOP, conduct load test and check the condition of the lift on the entire CC,
check and repair functions anemometer and sirens on CC, give emergency drill evenly for workers.

Keywords: accident risk assessment, Container Crane (CC)

ABSTRAK
Pengoperasian CC memiliki risiko kecelakaan yang tinggi, diketahui pada tahun 2013 terdapat 57 kecelakaan pada PT
X. Kecelakaan yang tinggi mewajibkan perusahaan untuk mencegah dan mengurangi risiko kecelakaan di perusahaan,
sesuai Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 3 ayat 1, yaitu mengurangi dan mencegah risiko kecelakaan kerja
dengan melakukan penilaian risiko. Penelitian ini bertujuan melakukan penilaian risiko kecelakaan pada proses bongkar
muat petikemas di dermaga internasional PT X Surabaya. Penelitian menggunakan metode deskriptif observasional
dengan objek penelitian unit CC dan subjek penelitian adalah safety officer, teknisi maintenance dan operator CC. Data
primer diperoleh dari observasi dan wawancara dan data sekunder diperoleh dari dokumen kecelakaan pengoperasian
CC. Data dianalisis secara diskriptif dengan tabel dibandingkan dengan standar ISO 31000:2009 serta teori yang ada. Hasil
penelitian diketahui terdapat 4 proses pekerjaan yang memiliki 9 penyebab bahaya kecelakaan, 2 dengan risiko tinggi, 5
dengan risiko sedang dan 2 dengan risiko rendah. Pengendalian risiko yang dilakukan yaitu teknis, administrasi dan alat
APD. Perusahaan disarankan mengimplementasikan pekerjaan sesuai SOP, dilakukan load test dan pengecekan kondisi
lift pada CC, anemometer dan sirine pada alat CC, emergency drill merata pada seluruh operator CC tiap 3 bulan.

Kata kunci: penilaian risiko kecelakaan, Container Crane

PENDAHULUAN alat yang dikonstruksi atau dibuat khusus untuk


Pelabuhan merupakan tempat kerja yang mengangkat naik dan menurunkan muatan. Setiap
aktivitasnya sebagai jalur transportasi laut, tidak tempat kerja Setiap tempat kerja selalu
hanya manusia tetapi juga angkutan barang. mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
Petikemas merupakan fasilitas yang diberikan menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja
oleh penyedia jasa angkutan barang melalui maupun kecelakaan kerja.
laut, guna menjaga kualitas barang tetap dalam Kecelakaan kerja di Indonesia pada triwulan
kondisi baik dan mudah diangkut. Bongkar muat ke IV pada tahun 2014 diketahui 14.519 kasus
petikemas dilakukan dengan menggunakan alat kecelakaan kerja. Di Jawa Timur menurut sumber
crane sebagai alat angkut. Peralatan angkut kecelakaannya terdapat 6.725 kecelakaan kerja.
menurut Permenakertans RI Menurut sumber kecelakaannya, kecelakaan akibat
No.Per.05/MEN/1985 yaitu

101
102 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 2 Juli-Des 2016: 101–111

pesawat angkat angkut sebesar 237 kasus kecelakaan


kerja. (Pusdatinaker, 2014). Kecelakaan kerja yang Besar risiko kecelakaan kerja yang diakibatkan
tinggi dapat disebabkan dari faktor manusia dari aktivitas bongkar muat, baik hilangnya nyawa
maupun peralatan kerja yang digunakan oleh hingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
pekerja. untuk perbaikan peralatan. Dibutuhkan pencegahan
Suma`mur (2009), berpendapat risiko kecelakaan sebagai penyelengaraan keselamatan
kecelakaan dapat terjadi utamanya disebabkan dari dan kesehatan kerja di tempat kerja sesuai UU No.
tindakan tidak aman maupun kondisi tidak aman. 1/1970 Tentang Keselamatan Kerja. Serta
Kondisi tidak aman merupakan kondisi fisik persyaratan pengoperasian alat angkut diatur dalam
(peralatan, mesin, sifat dan cara kerja) yang dapat Permenakertrans RI No.Per.05/MEN/1985 Tentang
langsung mengakibatkan kecelakaan. Tindakan pesawat angkat dan angkut.
tidak aman merupakan perbuatan dari manusia Menurut Tarwaka (2008) pencegahan kecelakaan
(kurang pengetahuan, sikap dan tingkah laku yang kerja merupakan upaya untuk mencari penyebab
tidak aman, ketelitian) yang dapat langsung suatu kecelakaan, dengan mengetahui dan
mengakibatkan kecelakaan. mengenal penyebab kecelakaan. Mengetahui dan
Kecelakaan kerja bersumber dari HSE Center mengenal penyebab kecelakaan dengan
Indonesia (2014) yang terjadi di Kuningan, Jakarta. mengidentifikasi bahaya pada suatu pekerjaan
Tiang penyangga crane patah lalu jatuh menimpa dilakukan dengan membagi pekerjaan menjadi
2 orang pekerja dan beberapa sepeda motor di langkah-langkah kerja dari awal pekerjaan hingga
sekitarnya. Kecelakaan yang terjadi karena kondisi selesai. (Harjono. 2014). Usaha untuk pencegahan
peralatan yang tidak aman. Kecelakaan dapat kecelakaan kerja pada pengoperasian CC,
dihindari apabila pengawasan terhadap kondisi crane perusahaan perlu melakukan penilaian risiko pada
dapat dilakukan. aktivitas kerja operator CC.
Risiko kecelakaan lain bisa terjadi pada
aktivitas bongkar muat petikemas seperti cacat METODE
hingga kematian akibat kejatuhan peralatan angkut
atau petikemas, kerusakan alat angkut, kerusakan Tujuan dari penelitian ini yaitu melakukan
petikemas hingga terhentinya proses produksi. penilaian risiko kecelakaan pada proses bongkar
Kecelakaan terjadi di Pelabuhan Rakyat Kalimas muat petikemas di dermaga internasional PT X
Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kecelakaan Surabaya. Penelitian ini berdasarkan sifat dan
mengakibatkan tenaga kerja meninggal, kerusakan sistem analisisnya, bersifat deskriptif observasional
alat angkut hingga terhentinya proses produksi. dengan pendekatan cross sectional. Objek
Kecelakaan bermula tali baja (sling) putus penelitian yaitu Alat CC (Container Crane) yang
mengakibatkan dua kuli angkut meninggal tertimpa ada di dermaga. Subjek penelitian yaitu seluruh
batang crane dan (hook) besi pengait (Wahyudiyanta, operator CC yang berjumlah 17 orang,
2012). Supervisor bongkar muat berjumlah 3 orang,
Kerugian akibat kecelakaan tidak hanya safety officer berjumlah 1 orang dan leader teknisi
korban jiwa melainkan juga harta benda yang maintenance CC berjumlah 1 orang.
diderita oleh perusahaan. Kecelakaan terjadi pada Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
terminal petikemas di Southampton, satu operator bahaya terkait kecelakaan kerja pengoperasian
crane kritis akibat rubuhnya crane. Rubuhnya CC dengan melakukan observasi dan wawancara
crane merupakan kecelakaan kali kedua yang aktivitas pekerjaan dengan lembar Job Safety
terjadi, kejadian yang pertama tidak sampai Analysis (JSA). Setelah data terkumpul dilakukan
memakan korban jiwa tetapi akibat dari itu penilaian risiko, dengan menentukan likelihood dan
perusahaan ditutup selama tiga bulan (Kennedy, severity pada proses pekerjaan operator CC sesuai
2009). standar ISO 31000:2009 pada tabel 1.
Kecelakaan diatas diperkuat dengan data Data tingkat risiko yang didapat dianalisis
kejadian kecelakaan di PT X pada tahun 2013. secara diskriptif dengan menjabarkan hasil temuan
Diketahui pada tahun 2013 terjadi 57 kaskus di lapangan dalam bentuk narasi dan tabel sesuai
kecelakaan container crane. Kecelakaan yang terjadi standart ISO 31000:2009. Setiap bahaya pada
yaitu handling container on deck, handling container pengoperasian CC diidentifikasi juga upaya
under deck, handling hatch, handling containers pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan,
from land to ship, violation of work procedures, sesuai dengan hirarki pengendalian yaitu eliminasi,
poor maintenance. subtitusi, rekayasa teknik, administrasi dan APD.
Tabel 1. Penilaian Tingkat Risiko
Tingkat Keparahan
(1) Catastropic (2) Major (3) Moderate (4) Minor (5) Insignificant
Kemungkinan

(1) Catastropic 1 2 3 4 5
(2) Often 2 4 6 8 10
(3) Sometimes 3 6 9 12 15
(4) Minor 4 8 12 16 20
(5) Highly Unlikely 5 10 15 20 25

1–6 High risk


7–15 Medium risk
16–25 Low risk
Sumber: ISO 31000 (2009)

HASIL jumat dengan libur sabtu dan minggu, sedangkan


PT X merupakan terminal petikemas bertaraf pekerja shift 1 hari secara bergiliran.
internasional pertama di Surabaya, dengan Bongkar muat petikemas di PT X menggunakan
memiliki 2 dermaga yaitu dermaga internasional alat crane, ada 2 jenis crane yang digunakan yaitu
dan dermaga domestik. Dermaga internasional CC (Container Crane) dan RTG (Rubber Tyred
sepanjang 1.000 meter dengan kedalaman 10,5 Gantry). Pengoperasian CC digunakan untuk
meter dan dermaga domestik sepanjang 450 meter melakukan bongkar muat petikemas di area dermaga.
dengan kedalaman 7,4 meter. Dermaga yang ada Bongkar muat petikemas di dermaga, dilakukan
pada PT X dilengkapi dengan 7 unit CC untuk mengangkut petikemas dari kapal menuju
(Container Crane) yang berada pada dermaga truck container maupun sebaliknya.
Internasional dan 3 unit CC (Container Crane) CC yang ada pada area dermaga internasional
yang berada pada dermaga domestik. Selain itu berjumlah 7 unit, dengan tinggi 40 meter. Ruang
juga terdapat lapangan penumpukan petikemas operator berada pada ketinggian 25 meter, untuk
dengan luas 38 Ha. Lapangan penumpukan dapat sampai ke ruang operator terdapat 2 akses
petikemas dibedakan menjadi 2 yaitu lapangan yaitu lift dan tangga. Tangga diperuntukkan apabila
petikemas internasional dan lapangan petikemas terjadi keadaan emergency pada saat aktivitas
domestik. Lapangan petikemas internasional bongkar muat. CC dioperasikan oleh operator yang
memiliki luas area 29 Ha dengan kapasitas 21.989 sudah memiliki SIO (Surat Ijin Operasional)
teus, sedangkan domestik memiliki luas area 9 Ha penggunaan crane.
dengan kapasitas 2.435 teus. SIO pada operator CC di urus dan diberikan
Bidang usaha dan jasa pelayanan pada PT oleh pihak perusahaan. SIO pada operator CC
X yaitu pelayanan jasa tambat kapal petikemas, diberikan kepada calon operator yang lolos seleksi
pelayanan jasa bongkar muat petikemas, pelayanan persyaratan administrasi, kemudian diikutkan
penumpukan petikemas ekspor, pelayanan untuk pengurusan SIO operator. SIO pada operator
pengiriman petikemas impor, pelayanan nantinya menjadi jaminan operator untuk kerja di
penyediaan air tawar ke kapal, pelayanan sana, sehingga operator tidak bisa seenaknya untuk
penanganan petikemas berpendingin, pelayanan keluar dari pekerjaan.
pergudangan pelayanan rel kereta api, pelayanan Operator hanya diberikan foto copy SIO,
penyimpanan berpendingin. sebagai pegangan operator. Memperpanjang SIO
Tenaga Kerja pada PT X dibedakan menjadi 5 tahun sekali, operator akan diingatkan oleh pihak
2 area lokasi kerja yaitu dermaga dan lapangan perusahaan untuk menyerahkan persyaratan
penumpukan. Tenaga kerja yang bekerja di PT X administrasi yang diperlukan.
sebagian besar merupakan mitra kerja. Tenaga Pelayanan bongkar muat petikemas dilakukan
kerja dibedakan antara pekerja shift dan non shift. 24 jam, sehingga untuk pengoperasian CC
Pekerja non shift untuk jam kerja operasional memungkinkan untuk beroperasi setiap hari. 1
hari senin-
hari kerja dibagi menjadi 3 shift yaitu shift I pukul
00.00–08.00, shift II pukul 08.00–16.00 dan shift Komponen selanjutnya yaitu motor gantry,
III pukul 16.00–00.00 WIB. Jumlah operator CC alat ini merupakan roda yang berada pada keempat
pada PT X berjumlah 74 orang, dengan 17–18 kaki dari alat CC. Identifikasi bahaya yang
operator tiap shift. dilakukan dengan melihat risiko kecelakaan dan
Tahapan proses pekerjaan pada pengoperasian penyebab kecelakaan pada setiap uraian
alat CC ada 5 yaitu naik atau turun menggunakan pekerjaan pada pengoperasian alat CC. Hasil
anak tangga, naik atau turun menggunakan lift, identifikasi bahaya dengan mengamati risiko
naik ke ruang operator dan pengoperasian CC. kecelakaan dan penyebab kecelakaan pada operator
Tahapan pertama yang dilakukan oleh operator CC mulai dari naik tangga hingga pengoperasian
yaitu menaiki atau menuruni anak tangga. alat CC.
Alat CC memiliki tinggi 35 meter dengan Identifikasi bahaya selesai dilakukan,
lebar 15–20 meter. Alat CC dikendalikan oleh diketahui risiko kecelakaan dan penyebab
manusia, ruang kendali operator berada pada kecelakaan pada setiap uraian pekerjaan pada
ketinggian pengoperasian alat CC. Setelah itu dilakukan
25 meter. Untuk mengoperasikan alat CC, penilaian risiko kecelakaan untuk menganalisis
operator harus menggunakan anak tangga sebelum kemungkinan kejadian (likelihood) dan
menggunakan lift untuk naik menuju ruang keparahan kejadian (consequences) dari uraian
operator. Anak tangga memiliki tinggi 1 meter, pekerjaan pada pengoperasian alat CC.
sebelum sampai pintu masuk lift. Fungsi motor gantry untuk menggerakkan
Tahapan kedua yang dilakukan oleh operator keseluruhan komponen dalam alat CC secara
yaitu naik atau turun menggunakan akses lift. Lift horizontal ke kanan maupun ke kiri. Sesuai
pada alat CC memiliki tinggi 2 meter dengan lebar Undang- undang nomor 1 Tahun 1970 tentang
1 meter. Lift yang digunakan memiliki kapasitas Keselamatan Kerja pada pasal 3 ayat 1 “Dengan
150 kg. Untuk bergerak naik atau turun harus peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
menekan terus tombol panah naik atau turun keselamatan kerja untuk mencegah dan
hingga lokasi yang dituju. mengurangi kecelakaan”. Mengacu pada peraturan
Tahapan yang ketiga yaitu, memasuki ruang tentang keselamatan kerja. Penilaian risiko
operator. Jarak lift dengan ruang operator sekitar kecelakaan pada pekerjaan operator CC,
8–10 meter, karena posisi cabin operator berada pada merupakan salah satu tindakan pencegahan untuk
tengah-tengah alat. Operator CC harus melewati mengurangi risiko kecelakaan pada pekerjaan
tangga dan membuka limit swift untuk mencapai operator.
ruang operator. Limit swift merupakan safety Nilai likelihood dan consequences menggunakan
device pada area cabin operator agar cabin tidak standar ISO 31000:2009. Nilai likelihood dan
bergerak saat tidak dioperasikan dan tidak consequences ditentukan dari hasil observasi yang
dilakukan penguncian pada cabin setelah dilakukan, serta didukung dari data kecelakaan
digunakan. Bentuk limit swift menyerupai pagar yang terkait dengan aktivitas operator CC. Nilai
yang cara membukanya di angkat ke atas. ditetapkan dengan melakukan diskusi terkait hasil
Proses yang keempat yaitu pengoperasian observasi dengan safety officer pada PT X.
alat CC, pengoperasian dengan menggerakkan Nilai likelihood dan consequences yang sudah
alat CC mengangkat dan menurunkan petikemas ditetapkan dengan melakukan diskusi dengan
dari dermaga ke chassis truck. Alat CC memiliki safety officer, dilakukan perkalian untuk mendapat
komponen yaitu motor boom, motor gantry dan nilai risiko kecelakaan. Nilai risiko kecelakaan
spreader. Boom merupakan ban berjalan yang yang didapat menunjukkan tingkat risiko yang
memiliki panjang mencapai 15–20 meter diterima pada tiap aktivitas pekerjaan yang
digunakan untuk menggerakkan spreader maju atau dilakukan oleh operator CC.
pin mundur secara horizontal. Nilai risiko yang diterima pada tahapan
Boom ini berfungsi menjangkau letak petikemas pekerjaan operator CC, dianalisis pengendalian
terjauh pada kapal dari area dermaga. Spreader yang ada sesuai hirarki pengendalian. Hirarki
merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat pengendalian yaitu Eliminasi, subtitusi, pengendalian
dan menurunkan petikemas. Motor spreader terdapat teknik, pengendalian administratif dan
flipper yang berfungsi sebagai pengunci petikemas pengendalian pada manusia yaitu APD. Nilai
agar dapat diangkat. Risiko yang didapat dan pengendalian yang ada
sudah diketahui, keseluruhan tahapan pekerjaan
dievaluasi sebagai dasar melakukan tindakan
pengendalian berikutnya untuk menurunkan risiko
kecelakaan yang ada.
Tabel 2. Hasil Penilaian Risiko Kecelakaan pengoperasian CC pada PT X Surabaya
Risiko Kecelakaan
Aktivitas
Kepala Tersengat
Pekerjaan Tersandung Terpeleset Terjatuh Terjepit Tertimpa
terbentur Listrik
Menaiki atau 12 16
menuruni anak
tangga
Memasuki atau 2 10
menuruni lift
Memasuki ruang 12 9
operator
Pengoperasian CC 16 2 12
Sumber: Nugroho (2016)

Risiko secara umum menurut Joni (2012) dan terjepit. Terjepit dapat disebabkan tergesa-gesa
didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya dalam menutup pintu dan cara menutup pintu yang
peristiwa di luar yang diharapkan. Makin besar menyamping. Alat lift merupakan akses utama untuk
kemungkinan rendahnya keuntungan atau bahkan sampai di atas sehingga nilai likelihood 2. Naik
rugi dikatakan makin besar risiko usaha. Penilaian ke ruang operator terjepit saat menutup pintu lift
risiko pada aktivitas operator CC didapat 9 risiko tidak sampai menderita luka yang besar. Luka yang
kecelakaan. 2 risiko dengan tingkat risiko rendah, diderita tidak menghambat pekerjaan, sehingga
5 risiko dengan tingkat risiko sedang dan 2 risiko nilai consequences 5.
dengan tingkat risiko tinggi. Tabel 2 di atas akan Risiko kecelakaan kerja lain yang dapat terjadi
menjelaskan identifikasi bahaya dan penilaian yaitu terjatuh dari alat lift. Terjatuh dari lift dapat
risiko pengoperasian CC pada alat CC. disebabkan dari kondisi sling yang aus dan tidak
Operator CC saat naik atau turun tangga, pernah dilakukan riksa uji beban. Lift merupakan
memiliki risiko kecelakaan tersandung dan terpeleset. alat utama untuk menaiki alat CC dan tidak pernah
Tersandung dapat disebabkan dari kurang waspada dilakukan riksa uji alat membuat risiko kecelakaan
dan jarak anak tangga yang kurang lebar dapat tinggi sehingga nilai likelihood 2. Apabila lift
berisiko tersandung pada saat naik menggunakan terjatuh ke bawah dapat menimbulkan keparahan
anak tangga pada alat CC. Nilai tersandung 12 dari kematian, sehingga nilai consequences 1.
likelihood 4 dan consequences 3. Nilai likelihood Operator sebelum masuk ruang operator CC,
4, karena dalam observasi sering operator menuju harus melewati tangga dan membuka limit swift.
cabin operator tidak memakai helm keselamatan. Melewati tangga dan membuka limit swift memiliki
Nilai consequences 3, karena apabila operator risiko kecelakaan tersandung dan terjepit,
tersandung tidak memakai helm keselamatan dapat penyebab kecelakaan tersandung dapat disebabkan
mengakibatkan cidera terburuk yaitu patah tangan, dari kurang waspada saat menaiki tangga. Operator
gegar otak yang memerlukan perawatan medis. harus melewati anak tangga setiap akan memasuki
Risiko kecelakaan lain ketika naik atau turun ruang operator, sehingga nilai likelihood ditentukan
tangga yaitu terpeleset, dengan nilai risiko 16. 3. Melewati anak tangga terkadang operator tidak
Kondisi tangga CC yang berada pada area terbuka menggunakan helm keselamatan, sehingga apabila
dapat kotor terkena debu dari emisi kendaraan, tersandung dan jatuh dapat menimbulkan risiko
maupun basah terkena air hujan. Akses tangga luka pada tangan maupun kepala. Nilai
sebagai akses utama naik menuju alat CC, sehingga consequences 4 karena apabila luka pada tangan
nilai likelihood 4. Tingkat kepatuhan penggunaan atau kepala dapat dilakukan pertolongan pertama
APD yang kurang, dengan naik ke alat CC tidak dengan menggunakan kotak P3K yang ada di ruang
menggunakan helm keselamatan sehingga nilai operator.
consequences 4. Memasuki ruang operator, operator harus
Aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh membuka limit swift yang berada sebelum pintu
operator selanjutnya naik atau turun menggunakan masuk ruangan. Risiko kecelakaan terjepit dapat
akses lift. Risiko kecelakaan ada 2 yaitu terjatuh terjadi, disebabkan dari kurang waspada saat
mengangkat. Operator CC yang hampir tiap hari
bekerja mengoperasikan alat CC, kemungkinan
terjepit sering sehingga nilai likelihood 3. Apabila sekarang ditambah menjadi 10 pin pada tiap 100
terjepit memiliki keparahan hingga luka robek pada meter.
jari tangan yang harus memerlukan perawatan medis, Pengendalian administrasi yaitu lisensi K3
sehingga nilai consequences 3. pada operator CC, berupa SIO (Surat Ijin Operator)
Pengoperasian alat CC memiliki risiko crane. SIO jenis pesawat angkat dengan
kecelakaan kepala terbentur, tertimpa, tersengat operator kelas
listrik. Risiko kepala terbentur dapat disebabkan II. Kelas operator disesuaikan dengan kapasitas
dari kejut listrik dari alat dan tidak memakai safety angkat dari alat angkat dan angkut yang digunakan.
belt dalam bekerja. Pengoperasian kecelakaan Kapasitas angkut pada alat CC di PT X 35 ton.
yang hampir setiap hari serta kepatuhan pemakaian Pengendalian administrasi terhadap alat,
safety belt yang kurang, sehingga nilai likelihood dilakukan dengan pengecekan kondisi keselamatan
4. Keparahan apabila mengoperasikan alat terjadi pada alat CC oleh supervisor sebelum melakukan
kejut listrik dan dalam kondisi tidak memakai bongkar muat petikemas. Pengecekan dengan
safety belt keparahan terbentur dapat lecet dan melihat akses keselamatan pada kapal. Emegency
akibat membentur besi pembatas kaca, lecet pada drill yang dilakukan setiap 3 bulan sekali kepada
kepala dapat ditangani dengan kotak P3K sehingga seluruh pekerja di dermaga, sirine yang diletakkan
nilai consequences 4. pada cabin operator yang terhubung dengan
Risiko kecelakaan lain yaitu tertimpa. Penyebab anemometer yang ada di atas alat CC dan safety
kecelakaan dapat disebabkan dari angin kencang induction.
saat pengoperasian alat. Angin kencang yang dapat Safety induction yang diberikan seputar
terjadi sewaktu- waktu saat pengoperasian alat kondisi lingkungan kerja, persyaratan yang harus
sehingga nilai likelihood 2. Angin kencang pada dipenuhi memasuki area kerja dan informasi terkait
pengoperasian alat dapat menyebabkan alat jatuh keselamatan kerja di perusahaan. Pada akhir
ke bawah, apabila jatuh ke bawah mengakibatkan induction dilakukan evaluasi pemahaman peserta
operator jatuh tertimpa alat CC. Apabila operator terkait materi yang diberikan, dengan memberikan
jatuh tertimpa alat CC keparahan yang diderita 10 pertanyaan. Tenaga kerja dapat diperbolehkan
yaitu kematian, sehingga nilai consequences 1. masuk apabila memenuhi standar nilai yang
Pelayanan bongkar muat 24 jam, memungkinkan ditetapkan perusahaan yaitu nilai 75.
bekerja dalam kondisi hujan. Memasuki alat CC Operator maupun pekerja lain, sudah
yang harus menaiki lift dan tangga, dapat membuat mengetahui persyaratan dan ketentuan yang ada
operator basah meskipun menggunakan jas hujan. pada perusahaan. Pemberian induction diberikan
Apabila mengoperasikan alat tanpa mengeringkan oleh deparmenen HSSE (Health safety and security
tubuh dapat berisiko tersengat listrik dari control environment), Anemometer yang terpasang pada
panel yang digunakan untuk mengoperasikan alat. alat CC digunakan untuk deteksi angin pada area
Pengoperasian alat yang hampir setiap hari dermaga sebagai upaya pengendalian risiko
dan kondisi hujan bisa terjadi sehingga nilai kecelakaan yang disebabkan oleh angin.
likelihood Pengendalian lain yaitu instruksi kerja
4. Keparahan apabila mengoperasikan control pengoperasian alat CC dengan nomor dokumen
panel pada alat CC dalam kondisi tangan basah yang WI- EQ02- RV03. Namun dari instruksi kerja yang
dapat menimbulkan risiko tersengat listrik, didapat diketahui revisi sudah dilakukan 5 kali dan
keparahan terberat yang dapat dialami yaitu terakhir direvisi tanggal 4 agustus 2014. Safety
luka bakar sehingga perlu perawatan medis untuk sign dan safety alert terkait keselamatan kerja di
memulihkan kondisi operator. area dermaga safety sign berisikan himbauan untuk
Keparahan yang diderita yang harus selalu menggunakan APD pada tempat kerja.
memerlukan perawatan medis untuk penyembuhan, Safety alert berupa informasi bahaya maupun
sehingga nilai consequences 3. kecelakaan yang belum lama terjadi menimpa
Hasil pengendalian yang dilakukan oleh PT pekerja, untuk diinformasikan penyebab dan cara
X pada proses pekerjaan operator CC diketahui kerja yang aman agar bahaya atau kecelakaan yang
paju, pin anchor yang merupakan besi penganjal sama terjadi kembali. Pengendalian APD yaitu
roda CC serta lubang pengunci roda CC pada alat helm keselamatan, rompi yang memiliki pendar
sudah dilakukan. Pin anchor yang sebelumnya cahaya, sepatu keselamatan, baju dengan pendar
hanya terdapat 4 lubang dengan jarak 250 antar cahaya. Untuk pemakaian APD keseluruhan di
pin, pakai, namun untuk pemakaian tingkat kepatuhan
masih kurang.
PEMBAHASAN operator, terjepit pintu lift, terjepit limit swift dan
PT X merupakan penyedia jasa bongkar muat tersengat listrik saat mengoperasikan alat CC. Risiko
petikemas terbesar di Jawa Timur. Pelayanan jasa kecelakaan rendah pada aktivitas pekerjaan
bongkar muat melibatkan CC (Container Crane) operator CC ada 2, yaitu terpeleset dan kepala
yang dioperasikan oleh operator. Pengoperasian terbentur. Terpeleset yang disebabkan akses
CC merupakan aktivitas yang penting, karena tangga yang licin dan kepala terbentur yang
sebagai alat utama untuk memindahkan petikemas disebabkan tidak memakai safety belt saat
dari kapal ke dermaga maupun sebaliknya. Namun mengoperasikan alat CC. Proses selanjutnya
pada pengoperasianya memiliki risiko kecelakaan setelah melakukan analisa dan evaluasi risiko
yang tinggi, diketahui pada tahun 2013 terdapat 57 kecelakaan pada 4 proses pekerjaan yang dilakukan
kecelakaan pengoperasian CC. oleh operator CC, dilakukan upaya pengendalian
Kecelakaan yang terjadi yaitu handling pada setiap proses pekerjaan.
container on deck, handling container under Pengendalian sesuai dengan ISO 31000:2009
deck, handling hatch, handling containers from dengan urutan eliminasi, substitusi, pengendalian
land to ship, violation of work procedures, poor teknik, administrasi dan alat pelindung diri.
maintenance. Sesuai Undang-Undang No. 1 Pengendalian risiko hendaknya mengikuti risk
Tahun 1970 Pasal 3 ayat 1 yang mensyaratkan ratting yang tertinggi yaitu potensi bahaya dengan
perusahaan mencegah dan mengurangi kecelakaan. risiko bahaya urgent, karena karyawan berpotensi
Untuk mencegak dan mengurangi kecelakaan mengalami kecelakaan. Zamani (2014). Pengendalian
pengoperasian CC. secara keseluruhan pada pengoperasian CC di PT
Menurut Tarwaka (2008), pencegahan X Surabaya akan di paparkan pada Tabel 3.
kecelakaan kerja merupakan upaya untuk mencari Hasil pengendalian yang dilakukan oleh PT X
penyebab suatu kecelakaan, dengan mengetahui pada proses pekerjaan operator CC diketahui paju,
dan mengenal penyebab kecelakaan. Penyebab pin anchor merupakan besi penganjal roda CC
risiko kecelakaan dipengaruhi empat faktor, yaitu serta lubang pengunci roda CC pada alat sudah
faktor manusia/perilaku kerja, dilakukan. Pin anchor yang sebelumnya hanya
karakteristik/lingkungan kerja, peralatan dan terdapat 4 lubang dengan jarak 250 antar pin,
material, dan metode kerja. (Sinaga. 2014). sekarang ditambah menjadi 10 pin pada tiap 100
Mengetahui dan mengenal penyebab kecelakaan meter.
harus mengetahui aktivitas kerja yang dilakukan. Penambahan pin anchor sebagai langkah
Pencegahan kecelakaan kerja dengan mengetahui pengendalian teknis yang dilakukan oleh perusahaan,
proses pekerjaan pada aktivitas operator CC guna mengurangi risiko terjadinya kecelakaan
dengan dilakukan identifikasi penyebab tertimpa akibat angin kencang. Cara kerja dari pin
kecelakaan. achor yaitu apabila sirine pada alat CC mendeteksi
Teknik yang digunakan mengunakan metode angin melebihi 14 m/s, operator segera melakukan
proaktif dengan analisa keselamatan pekerjaan. gantry alat menuju pin achor terdekat, untuk
Setiap tahapan pekerjaan operator CC dilihat menurunkan anchor pada alat CC.
risiko kecelakaan dan penyebab kecelakaan. Hasil Anchor merupakan besi berdiameter sekitar
identifikasi bahaya pada 4 proses pekerjaan pada 10- 15 centimeter dengan tinggi sekitar 1 meter,
operator CC diketahui tersandung, terpeleset, dengan besi horizontal untuk mengangkat atau
terjepit, tertimpa, kepala terbentur, tersengat listrik. menurunkan anchor. Paju merupakan besi dengan
Hasil penilaian risiko didapat 2 risiko bentuk segitiga sama sisi, memiliki fungsi
kecelakaan yang memiliki tingkat risiko rendah, 5 pengganjal roda CC agar tidak berpindah posisi
risiko kecelakaan dengan tingkat risiko sedang dan apabila sudah di achor.
2 risiko kecelakaan dengan tingkat risiko tinggi. 2 Pengendalian administrasi yaitu lisensi K3
risiko kecelakaan dengan tingkat risiko tinggi yaitu pada operator CC, berupa SIO (Surat Ijin Operator)
terjatuh dari lift yang penyebab kecelakaan dari crane. SIO jenis pesawat angkat dengan operator
putusnya sling pada lift dan angin kencang pada kelas II. Hal ini sesuai dengan Permenaker RI No:
CC. Per.09/MEN/VII/2010 yang mensyaratkan pesawat
Risiko kecelakaan kerja dengan tingkat risiko angkat dan angkut harus dilayani oleh operator
sedang yaitu tersandung saat menaiki anak tangga, yang memiliki lisensi K3 berupa SIO sesuai kelas
tersandung anak tangga saat memasuki ruang operator. Kelas operator disesuaikan dengan
kapasitas angkat dari alat angkat dan angkut yang
digunakan. Kapasitas angkut pada alat CC di PT X
35 ton, hal ini sesuai dengan persyaratan klasifikasi
Tabel 3. Pengendalian Kecelakaan Kerja pada PT X Surabaya
Jenis Upaya Pengendalian Keterangan
Tersandung Teknik Administrasi APD

WI, Induction, safety sign, Helm, sepatu Tingkat pematuhan prosedur kerja
safety alert, pemberisiah oleh keselamatan dan pemakaian APD kurang.
cleaning service.
Terpeleset Teknik Administrasi APD
Tingkat pematuhan prosedur kerja
WI, Induction, safety sign, Helm, sepatu dan pemakaian APD kurang.
safety alert keselamatan
Terjatuh Teknik Administrasi APD

Perbaikan dan perawatan alat Helm, sepatu Perbaikan hanya dilakukan


oleh teknisi. keselamatan apabila ada laporan dari operator,
tidak pernah dilakukan load test,
tingkat pemakaian APD kurang.
Terjepit Teknik Administrasi APD

Perbaikan dan perawatan alat Helm, sepatu Tingkat pematuhan prosedur kerja
oleh teknisi, safety sign keselamatan dan pemakaian APD kurang.
Kepala Teknik Administrasi APD
terbentur
SIO operator, WI, Perbaikan Helm Tingkat pematuhan prosedur kerja
dan perawatan alat oleh keselamatan dan pemakaian APD kurang
teknisi, safety sign
Tertimpa Teknik Administrasi APD

Paju, penambahan SIO operator, WI, sirine pada Helm, sepatu SIO tidak selalu dibawa, sirine
pin achor tiap 100 alat, emergency drill keselamatan tidak berfungsi, emergency drill
meter tidak merata ke pekerja
Tersengat Teknik Administrasi APD
Listrik
WI, safety sign, Jas hujan, Perlu penambahan prosedur
helm dan dalam kondisi hujan
sepatu
keselamatan
Sumber: Nugroho, (2016)

operator kelas II yang dimiliki oleh seluruh Buku kerja sebagai buku pegangan bagi operator
operator CC di PT X Surabaya. yang memiliki lisensi K3 (SIO), tidak pernah
Permasalahan yang muncul di lapangan, SIO dibawa dan diimplementasikan untuk pengisian.
operator dibawa oleh pihak perusahaan sebagai Pengendalian administrasi tidak hanya pada manusia,
jaminan bagi operator agar tidak keluar tanpa tetapi juga pada alat. Pengendalian administrasi
sepengetahuan perusahaan. Hal ini, kurang sesuai terhadap alat, dilakukan dengan pengecekan
dengan tindakan pencegahan dasar pengoperasian kondisi alat oleh teknisi maintenance.
crane. Operator diwajibkan untuk selalu membawa Pengecekan oleh teknisi maintenance ada
SIO dan buku kerja sesuai dengan Peraturan Menteri pengecekan harian, bulanan dan tahunan. Pengecekan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor harian dengan mengisi dalily maintenance
Per.09/Men/ VII/2010 Tentang Operator dan checklist, pengecekan fungi CC setiap awal shift II
Petugas Pesawat Angkat dan Angkut. (pukul 08.00). Pengecekan bulanan dengan
melakukan
pengecekan oli dan pelumas pada machenary room
dan engine room. Pengecekan tahunan dengan Pengendalian lain yaitu instruksi kerja
melakukan pengecekan dan penggantian sparepart pengoperasian alat CC dengan nomor dokumen
CC yang sudah mengalami kerusakan. WI- EQ02- RV03. Namun dari instruksi kerja
Pengecekan juga dilakukan oleh supervisor yang didapat diketahui revisi sudah dilakukan 5
terkait kondisi kapal sebelum dilakukan aktivitas kali dan terakhir direvisi tanggal 4 agustus 2014.
bongkar muat. Pengecekan sesuai prosedur kerja Sesuai dengan PP 50 Tahun 2012 Tentang SMK3
yaitu sebelum melakukan bongkar muat petikemas dalam pelaksanaan rencana K3 terkait prosedur dan
dengan melihat akses keselamatan pada kapal. instruksi kerja yang berbunyi “Prosedur dan instruksi
Pengendalian administratif tidak hanya pengendalian kerja harus dilaksanakan dan ditinjau ulang secara
terhadap manusia dan alat, tetapi pengendalian berkala jika terjadi perubahan peralatan, proses
terhadap kondisi lingkungan kerja. atau bahan baku yang digunakan oleh personal
Pengendalian untuk mengurangi risiko dengan melibatkan para pelaksanaan yang
kecelakaan yang disebabkan dari lingkungan memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan
kerja yaitu emegency drill yang dilakukan setiap 3 prosedur”.
bulan sekali kepada seluruh pekerja di dermaga. Peninjauan ulang prosedur kerja secara
Pengendalian ini tujuannya memberikan informasi berkala, sesuai dengan pelaksanaan rencana K3
dan prosedur yang harus dilakukan apabila terjadi pada PP 50 Tahun 2012 belum sepenuhnya
keadaan darurat. Observasi di lapangan diketahui dijalankan. Prosedur kerja pengoperasian CC belum
tidak semua operator pernah mengikuti simulasi, dilakukan peninjauan ulang kembali, peninjauan
hal ini menunjukkan terkait peserta simulasi tidak ulang prosedur terakhir kali direvisi tahun 2014.
mentargetkan merata pada pekerja. Safety sign dan safety alert terkait keselamatan
Pengendalian lain yang diberikan terkait kerja di area dermaga safety sign berisikan
risiko kecelakaan yang disebabkan lingkungan himbauan untuk selalu menggunakan APD pada
kerja yaitu sirine. Sirine diletakkan pada cabin tempat kerja. Safety alert berupa informasi bahaya
operator yang terhubung dengan anemometer yang maupun kecelakaan yang belum lama terjadi
ada di atas alat CC. Anemometer akan mendeteksi menimpa pekerja, untuk di informasikan
kecepatan angin yang ada di lingkungan kerja. penyebab dan cara kerja yang aman agar bahaya atau
Apabila, angin yang dideteksi mencapai 14 m/s, kecelakaan yang sama terjadi kembali. Pengendalian
sirine akan berbunyi sebagai tanda keadaan darurat ini merupakan implementasi dari UU No. 1 Tahun
dan pekerjaan harus segera dihentikan. 1970 Tentang Keselamatan Kerja pasal 3 ayat 1 yaitu
Implementasi di lapangan, sirine pada alat CC mencegah dan mengurangi kecelakaan.
kebanyakan sudah tidak berfungsi. Alat pelindung diri sebenarnya merupakan
Pengendalian administrative terkait informasi pengendalian terakhir apabila empat pengendalian
dan pengetahuan K3 dengan memberikan safety sebelumnya masih tersisa risiko kecelakaan tinggi,
induction yang diberikan oleh safety officer. Materi namun pada implementasi di lapangan alat pelindung
berisikan persyaratan yang harus dipenuhi memasuki diri sebagai pengendalian utama yang diberikan
area kerja dan informasi terkait keselamatan kerja untuk meminimalisir risiko kecelakaan. Pengendalian
di perusahaan. Pada akhir safety induction dengan pemberian alat pelindung diri diatur sesuai
dilakukan evaluasi pemahaman peserta terkait UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
materi yang diberikan, dengan memberikan 10 pasal 14 butir c yang menyebutkan pengurus
pertanyaan. diwajibkan menyediakan APD secara cuma-cuma.
Pekerja diijinkan memasuki area terbatas, Pemberian alat pelindung diri pada operator CC di
apabila memenuhi standar nilai yang ditetapkan PT X Surabaya diantaranya alat pelindung kepala,
perusahaan yaitu nilai 75. Persyaratan berlaku bagi baju kerja dan jaket yang memiliki pendar cahaya
operator maupun pekerja lain. Pemberian induction dan sepatu keselamatan.
yang dilakukan oleh perusahaan merupakan salah Baju dan jaket kerja yang memiliki pendar
satu kewajiban yang sudah ditetapkan pada cahaya, tujuannya sebagai tanda kepada pekerja
Undang- Undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun lain keberadaan pekerja apabila terjadi penurunan
1970 Pasal 9, yang mewajibkan menjelaskan intensitas penglihatan di area kerja. Karena area
bahaya, pengendalian dan sikap kerja yang aman kerja di dermaga banyak menggunakan kendaraan
di tempat kerja. bergerak, sehingga berisiko untuk terjadinya
kecelakaan tertabrak apabila terjadi penurunan
intensitas penglihatan.
110 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No. 2 Juli-Des 2016: 101–111

SIMPULAN dilakukan perusahaan terkait emergency drill, perlu


Pengoperasian alat CC yang dilakukan pemerataan partisipasi pada seluruh operator CC.
operator pada PT X, proses pekerjaan ada 4 yaitu
menaiki atau menuruni anak tangga, menaiki atau
DAFTAR PUSTAKA
menuruni lift, memasuki ruang operator,
pengoperasian alat CC. Risiko Kecelakaan kerja Bangun. 2015. Risk Assessment Pada Pekerjaan
didapat ada 7 jenis yaitu tersandung, terpeleset, Maintenace di PT X. The Indonesian Journal of
terjatuh, terjepit, kepala terbentur, tertimpa dan Occupational Safety and Health Volume 3
tersengat listrik. Nomor 2 Juli- Desember 2014: 170–181.
Penyebab terjadinya kecelakaan pada aktivitas Harjono., Suwandi. 2014. Penilaian Risiko
pekerjaan operator CC yaitu jarak anak tangga pada Proses Pembuatan Shear Wall Pada
yang terlalu dekat dan kondisi anak tangga yang Pembangunan Apartemen. The Indonesian
tergenang air, kurang waspada dalam bekerja, Journal of Occupational Safety and Health
putusnya sling dan tidak pernah dilakukan riksa Volume 1 Nomor 1 Januari- April 2014: 95-106.
uji pada lift, implementasi prosedur kerja dan Webside: http://journal.unair.ac.id/download-
pemakaian alat pelindung diri yang masih kurang. fullpapers-kklk0eec7060c92full.pdf (Sitasi 3
Penilaian risiko yang dilakukan berdasarkan Februari 2014).
risiko kecelakaan yang didapat, diketahui ada 9 HSE Center Indonesia. 2014. Kecelakaan Crane
penyebab kecelakaan. Dari 9 penyebab kecelakaan Ambruk Kuningan Jakarta website: http://
yang memiliki tingkat risiko tinggi 2, tingkat risiko hsecenter-id.com/kecelakaan-kerja-crane-
sedang 5 dan 2 tingkat risiko rendah. ambruk-kuningan-jakarta/(Sitasi tanggal 25
Upaya pengendalian pada pengoperasian April 2015).
alat yang dilakukan oleh operator CC ada 3 ISO 31000. 2013. Quality, Enviromental,
jenis pengendalian. Pengendalian Teknis dengan Occupational Health & Safety and Supply
pemberian paju, penambahan pin anchor tiap 100 Chain Risk Management Using ISO
meter. Pengendalian administrasi yaitu perbaikan 31000:2009. SAI GLOBAL.
dan perawatan oleh teknisi, SIO operator, WI, Joni. 2012. Risiko Manajemen Proyek. Jurnal
sirine pada alat, safety sign, emergency drill. Ilmiah Teknik Sipil Volume 16, Nomor 1,
Pengendalian APD Helm, sepatu keselamatan, jas Januari 2012. Webside: http://ojs.unhud.ac.id
hujan. (Sitasi 3 Januari 2016).
Pengendalian yang ditetapkan oleh perusahaan Kennedy. 2009. Southampton docks’ crane
sudah sesuai dengan hirarki pengendalian, namun collapse raises questions over how it happened
implementasi pengendalian belum sepenuhnya again webside: http://www.dailyecho.co.uk/
diterapkan oleh perusahaan. Terutama pada upaya news/4491208.Questions_asked_over_port_
pengendalian administrasi terkait prosedur kerja crane_collapse/(Sitasi tanggal 30 April 2015)
dan APD yang tingkat pematuhan prosedur yang Nugroho. 2016. Penilaian Risiko Kecelakaan
kurang. Tingkat pematuhan penggunaan APD yang Kerja Pada Pekerja Bongkar Muat Petikemas
kurang selain disebabkan dari kurang lengkap di PT X Surabaya. Skripsi. Surabaya: Fakultas
penyediaan dari pihak perusahaan, dapat juga Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
disebabkan dari tenaga kerja itu sendiri. (Bangun. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
2015) Nomor Per 05/Men/1985 Tentang Pesawat
Hasil penilaian risiko kecelakaan pada Angkat dan Angkut. Jakarta: Depnakertrans.
pengoperasian CC, diketahui 2 risiko kecelakaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
kerja yang termasuk kategori high risk. Risiko Nomor Per.09/Men/VII/2010 Tentang Operator
kecelakaan kerja yang termasuk high risk yaitu dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut.
terjatuh saat menaiki lift dan tertimpa alat CC saat Jakarta: Depnakertrans.
pengoperasian CC. Risiko kecelakaan terjatuh yang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
dapat disebabkan putusnya sling pada lift, disarankan 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem
dilakukan load test dan pengecekan kondisi lift Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
secara berkala. Risiko kecelakaan tertimpa alat CC Jakarta: Depnakertans.
yang dapat disebabkan oleh kondisi angin, untuk Pusat Data Informasi dan Ketenagakerjaan
mengurangi risiko kecelakaan perusahaan disarankan (Pusdatinaker). 2015. Tipe Kecelakaan
melakukan perbaikan fungsi anemometer dan
sirine pada tiap CC. Pengendalian administrasi
yang
Nyco Nugroho, Penilaian Risiko Kecelakaan Kerja… 111

KerjaT riwulan IV Tahun 2014.


webside:Pusdatinaker.balitfo.depnakertras.go.id Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang
(Sitasi tanggal 23 April 2015 Keselamatan.
Sinaga., Bintang., Adi. 2014. Identifikasi dan Wahyudiyanta. 2012. Dua Kuli Pelabuhan Tewas
Analisis Risiko Kecelakaan dengan Metode Tertimpa Crane Kapal webside:
FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) http://news.detik.
dan FTA (Fault Tree Analysis) di Proyek Jalan com/surabaya/read/2012/11/27/021137/2102109
Tol Surabaya- Mojokerto. Jurnal Teknik /466/dua-kuli-pelabuhan-tewas-tertimpa-crane-
Pomits Volume 1, Nomor 1 (2014). Webside: kapal (Sitasi tanggal 24 April 2015)
http://digilib.its.ac.id/ public/ITS-paper-38421- Zamani. 2014. Identifikasi Bahaya Kecelakaan
3112105056-paper.pdf (Sitasi 3 Februari 2016). Unit Spinning 1 menggunakan metode
Suma’mur, 2009. Higiene Perusahaan dan HIRARC di PT. Sinar Pantji Djaja. Unnes
Keselamatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV Journal of Public Health Volume 3 Nomor 1
Haji Masagung. 2014. Webside: http://
Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan journal.unnes.ac.id (Sitasi, 3 Februari 2016)
Kerja. Manajemen Implementasi K3 di tempat
kerja, Surakarta: Harapan Press.

You might also like