PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION DAN
KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA NEGERI 1 LAWANG
KABUPATEN MALANG
Valeriana Rasweda S. P."
Hadi Soekamto”
Purwanto®
ABSTACT: The purpose of research is to find out student’s analytichal thinking
ability who use Group Investigation model is higher than who does not use it (learning
activity that usually be done at school). The type of research is quasi experiment. The
research was conducted at SMA Negeri | Lawang Malang Regency with experiment
class X-8 and control class X-6. The data is an analytichal thinking ability. Data
analysis was done by comparing the gain score student's analytichal thinking ability
using SPSS 16.0 for Windows. The results showed that analytichal thinking ability of
First Grade that use Group Investigation model is higher than who does not use it.
Keywords: group investigation model, analytichal thinking ability
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan
merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya
‘manusia. Sejalan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat, lembaga
pendidikan diharapkan lebih dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, Banyak perhatian khusus diarahkan kepada perkembangan dan kemajuan
pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, Salah satu cara yang
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan pembaharuan sistem
pendidikan, Ada tiga komponen yang perlu disoroti dalam pembaharuan sistem
pendidikan, yaitu pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan
efektivitas metode pembelajaran (Nurhadi, 2004:
). Salah satu cara meningkatkan
kualitas hasil pembelajaran ialah menerapkan strategi atau metode pembelajaran yang
efektif di kelas sehingga akan memberdayakan potensi siswa.
Model pembelajaran yang berkembang saat ini adalah pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning), menurut Johnson (1994:1), adalah
kegiatan pembelajaran secara kelompok yang terstruktur. Siswa belajar dan bekerja
sama untuk sampai pada pengalaman kegiatan belajar yang optimal baik secara individu
maupun kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
‘an Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Kontak dengan,
valerianaraswedasp@gmail.com
* Dosen Geografi Universitas Negeri Malang,
* Dosen Geografi Universitas Negeri Malang.sjumlah siswa sebagai anggota kelompok keeil yang tingkat kemampuannya berbeda
(sjoni, 2009:14). Sedangkan Slavin (2005) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif’
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya empat hingga enam orang dengan
struktur kelompok heterogen (dalam Isjoni, 2010:12), Pembelajaran kooperatif’
mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok
untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar. Salah satu model pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran kooperatif model Group Investigation.
Pembelajaran kooperatif model Group Investigation, menurut Nurhadi dkk
(2004), merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan baik
dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.
Sedangkan Thelen (1960) mengemukakan tentang model Group Investigation, "which
attempts to combine in one teaching strategy the form and dynamics of democratic
process and the process of academic inquiry” (dalam Sharan, 1989:17). Model Group
Investigation memiliki beberapa tahapan, yaitu Stage 1: identifying the topic to be
investigated and organizing students into research groups; Stage 2: planning the
investigation in groups; Stage 3: carying out the investigation; Stage 4: preparing a
‘final report; Stage 5: presenting the final report; Stage 6: evaluation (Sharan, 1989:17-
20).
Alasan peneliti memilih menggunakan model Group Investigation didasarkan
pada beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama adalah model Group Investigation
merupakan model pembelajaran kooperatif yang memadukan antara prinsip belajar
kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip
pembelajaran demokrasi. Pertimbangan kedua adalah model Group Investigation dapat
‘melatih siswa untuk menumbubkan kemampuan berpikit mandi. Pertimbangan ketiga
adalah kelebihan dari model Group Investigation itu sendiri, Kelebihan pembelajaran
Group Investigation, yaitu: 1) memungkinkan siswa menjadi lebih aktif terlibat dalam
belajar mereka sendiri dan berpartisipasi lebih bebas dalam diskusi; 2) memungkinkan
siswa menggunakan keterampilan inkuiri yang oleh kebanyakan abli pendidikan
dipercaya lebih baik dipersiapkan untuk masa depan siswa daripada menggunakan
strategi belajar mengajar tradisional; 3) strategi ini diarahkan untuk mengembangkan
kepemimpinan siswa dan mengajar mereka terampil berdiskusi dan bekerja dalamkclompok; 4) memberikan kesempatan untuk mengembangkan rasa hormat bagi siswa-
siswa lain yang bekerja membantu kemajuan kelompok dalam mencapai tujuan mereka;
5) strategi ini dapat digunakan di sckolah-sckolah yang melakukan berbagai macam
pengaturan kelas, pengelompokan siswa, dan penjadwalan; 6) memberi kesempatan
kepada siswa untuk lebih intensif meneliti (mencari dan menemukan) suatu pelajaran
atau permasalahan (Ratnasari 2009:13).
Pertimbangan yang lain adalah adanya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Almarumi (2011). Penelitian yang berjudul "Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation (Gl) Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas
XI SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang” menyimpulkan bahwa model
pembelajaran Group Investigation berpengaruh terhadap hasil belajar Geografi siswa
kelas XI SMA Laboratoriun Universitas Negeri Malang, Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
Group Investigation memiliki hasil belajar yang lebih tinggi daripada kelas yang
pembelajarannya tidak menggunakan model pembelajaran Group Investigation.
Pembelajaran model Group Investigation juga dilakukan oleh Purnamasari (2010)
dengan judul "Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation Dengan Hasil Belajar Siswa yang Menggunakan
Pembelajaran Konvensional (Metode Ceramah) Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X
SMA Negeri 8 Malang” menunjukkan bahwa kelas yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran Group Investigation memiliki hasil belajar yang
lebih tinggi daripada kelas yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran
konvensional.
Kemampuan berpikir analisis (analytical thinking) merupakan suatu kemampuan
dasar yang harus dimiliki oleh siswa, Menurut Sudjana (1989), analisis merupakan tipe
hasil yang kompleks karena memanfeatkan unsur pengetahuan, pemahaman dan
apalikasi (dalam Herdian, 2010). Chareonwongsak (1999) mengemukakan, bahwa
“Analytical thinking can be defined by the ability to discriminate various elements of
something or any matter and determine the reasonable relationships between those
elements to find the real cause of what happened” (dalam Montaku, 2011:3). Lebih
Janjut Suherman dan Sukjaya (1990:49) menyatakan bahwa kemampuan berpikir
analisis adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu masalah (soal)menjadi bagian-bagian yang Icbih kecil (komponen) serta mampu untuk memahami
hubungan di antara bagian-bagian tersebut. Hal ini juga diperkuat oleh Bloom
(1956:144) yang menyatakan bahwa “analysis emphasizes the breakdown of the
material into it’s constituent parts and detection of the relationships of the parts and of
the way they are organized”. Kemampuan berpikir analitis dapat diasah, seperti hal
kebanyakan, dengan latihan. Semakin sering melakukan latihan, maka sescorang akan
semakin terlatih dalam berpikir analitis. Van Gundy (1985) mengemukakan teknik yang
diperlukan dalam latihan untuk meningkatkan kemampuan berpikir analitis. Teknik-
teknik yang mempengaruhi kemampuan berpikir analitis, yaitu: decomposable matrices
technique, dimensional analysis technique, input-output technique, organized random
search technique, dan relevances system (dalam Amer, 2005:27). King et al (1997:11)
menyatakan bahwa kemampuan berpikir analitis sendiri dipengaruhi oleh kemampuan
individu untuk mengaplikasikan, mengatur kembali, dan menambahkan pengetahuan ke
dalam situasi atau lingkungan di mana individu tersebut berada. Pembelajaran di
sekolah yang tepat akan membangun kemampuan berpikir analitis siswa, Kemampuan
berpikir analitis juga dipengaruhi dan didukung oleh pencarian informasi untuk
menemukan informasi yang digunakan dalam memecahkan suatu masalah,
Group Investigation memiliki langkah-langkah pembelajaran, salah satunya
{alah siswa mengadakan penyelidikan terhadap topik-topik tertentu dalam suatu
kelompok. Siswa akan lebih termotivasi untuk menyelidiki lebih dalam dan akan
mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sejauh yang mereka butuhkan untuk
menginvestigasi topik yang menarik bagi mereka, Mereka akan bersama-sama mencari
informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menginvestigasi topik yang telah dipilih.
Pengetahuan yang telah didapat akan diaplikasikan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh kelompok. Setiap anggota akan menyumbangkan ide-ide dan berdiskusi,
Interaksi sosial akan terjalin melalui kerjasama di antara anggota kelompok. Hal ini
kontras bila dibandingkan dengan guru yang secara langsung member’ instruksi, yang
sangat sedikit terjadi interaksi, di mana pengetahuan ditransfer secara langsung dari
guru kepada siswa. Melalui pembelajaran model Group Investigation, siswa akan
menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya, Dengan demikian, kemampuan
berpikir analitis siswa akan dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam berkelompokketika mereka mencari dan menemukan informasi yang akan digunakan dalam
memecahkan suatu masalah atau topik yang akan diinvestigasi.
Pengaruh positif yang diperlihatkan selama dilakukannya pembelajaran model
Group Investigation salah satunya ialah meningkatnya penampilan dan prestasi belajar
siswa, Hal ini ditunjukkan dengan siswa menampilkan pertanyan-pertanyaan tingkat
tinggi. Dengan menampilkan pertanyan-pertanyaan tingkat tinggi, diharapkan siswa
dapat memperluas respon dalam memecabkan suatu masalah dan dapat berlatih untuk
berpikir analitis. Berpikir analitis merupakan bagian dari berpikir tingkat tinggi, sesuai
dengan tingkat berpikir yang dikemukakan oleh Bloom, sehingga ketika siswa
menjawab soal-soal dari ranah kognitif Bloom revisi C4 siswa dapat menunjukkan
kemampuan berpikir analiti
Tal ini akan mempengaruhi siswa dalam mengaplikasikan
pengetahuannya untuk mengasah kemampuan berpikir analitis
Siswa dari kelas pembelajaran model Group Investigation juga menunjukkan
bahwa mereka lebih kooperatif dan mementingkan kepentingan orang lain, bahkan
ketika berinteraksi dengan siswa di luar kelompok atau dalam situasi di luar kelas.
Ketika data dari persepsi-persepsi siswa telah dikumpulkan, meningkatnya motif untuk
melakukan pembelajaran model Group Investigation dikarenakan mereka dapat
mengekspresikan diri sendiri, kemandirian dan tanggung jawab yang semakin besar
ketika mendapat tugas dalam kelompok, serta perasaan diterima dalam kelompok
(Zingaro, 2008:4). Dari penelitian yang diamati oleh Zingaro (2008), pembelajaran
model Group Investigation menuntut siswa untuk belajar mandiri dan membangun
sendiri pengetahuan, pemahaman, serta aplikasinya dalam investigasi kelompok.
Dengan demikian pembelajaran model Group Investigation akan berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir analitis siswa.
Berdasarkan penjelasan tersebut, tujuan dalam penelitian ini ialah untuk
mengetahui apakah kemampuan berpikir analitis siswa kelas X yang mengikuti
pembelajaran dengan model Group Investigationlebih tinggi daripada siswa yang tidak
menggunakan model Group Investigation (konvensional) di SMA Negeri | Lawang.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah, guru dan peneliti selanjutnya.
1) Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan model
pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas baik dari segi guru maupun
siswa sehingga tercipta suatu pendidikan yang bermutu, 2) Bagi guru, penelitian inidiharapkan dapat memberi informasi mengenai penerapan model Group Investigation
dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar di
sekolah untuk meningatkan kemampuan berpikir analitis siswa, 3) Bagi peneliti
selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan scbagai referensi pengetahuan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
METODE
Penelitian ini termasuk dalam quasi eksperimen. Penelitian ini mengambil dua
kelas yang memiliki kemampuan akademik relatif sama (setara) dan jumlah siswa yang
relatif sama, Selanjutnya untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol
ditentukan secara acak.Desain penelitian ini adalah pretest-postest control group.
Kedua kelas penelitian, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol,diberi
pretestsebelum dilaksanakan pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa, sclanjutnya penyampaian materi dimana dalam penyampaian
materi kelas eksperimen menggunakan pembelajaran model Group Investigation,
sedangkan kelas kontrol tidak menggunakan pembelajaran model Group
Investigation(konvensional). Selanjutnya pada akhir pembelajaran kedua kelas tersebut
diberi postest,
‘Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Lawang,
semester genap tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari sepuluh kelas.Dari sepuluh
kelas diambil satu kelas sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas X-8yang mendapat
perlakuan penggunaan pembelajaran model Group Investigation, dan satu kelas lain
yaitu X-6sebagai kelas kontrol.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir analitis,
siswa yang diambil dengan cara melakukan tes. Instrumen dalam penelitian ini
menggunakansoal tes. Tes untuk pretest dan postest berupa tes subjektif dengan ranah
C4 menurut taksonomi Bloom Revisi, dengan pertimbanganuntuk mengetahui
kemampuan berpikir analitis siswa.Pengujian instrumen penelitian ini
meliputi:validitasdan reliabilitas instrumen yang pengujiannya menggunakan bantuan
program SPSS 16.0 for Windows.
Metode analisis data ialah dengan menggunakan metode uji statistik. Data yang
dianalisis, yaitu data kemampuan awal siswa, data kemampuan akhir siswa, dan datagain score siswa, Setclah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah uji prasyarat
analisis dilanjutkan ji hipotesis, Uji prasyarat meliputi uji normalitas, dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnoy, dan uji homogenitas, dengan menggunakan ji
Levene’s. Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau
ditolak. Analisis yang digunakan untuk menguj hipotesis ini adalah dengan uji t
indenpenden (independent sample t-test) satu sisi dengan taraf kepercayaan 95%,
Analisis data, baik uji prasyarat maupun uji hipotesis, menggunakan bantuan program
SPSS 16.0for Windows.
HASIL,
Data Awal Kemampuan Berpikir Analitis
Data kemampuan awal diperoleh dari skor hasil tes kelas Kontrol dan kelas
ceksperimen sebelum diberi perlakuan (pretest). Analisis statistik deskriptif data
kemampuan awal berpikir analitis siswa dapat dilihat pada Tabel 1
‘Tabel 1Analisis Statistik Deskriptif Data Tes Awal (Pretesf)Kemampuan Berpikir Analitis
N Minimum "Maximum | Mean” ‘Std. Deviation | Variance
Kelas kontrol 33 40,90 $6.40 59.7758 9.97829 99.566,
Kelas eksperimen 33 3180 90.90 59.9152 14.07762——198.179
Valid.N (listwise) 33
Berdasarkan Tabel 1. dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir analitis awal
kedua kelas mempunyai rata-rata yang tidak jauh berbeda, dimana kelas kontrol
‘mempunyai rata-rata sebesar 59,77 dengan skor minimum 86,40 dan skor minimum
40,90 sedangkan Kelas eksperimen mempunyai rata-rata sebesar 59,91 dengan skor
minimum 31,80 dan skor maksimum 90,90. Perbedaan rata-rata yang kecil
menunjukkan bahwa kemampuan awal kedua Kelas adalah setara,
Data Akhir Kemampuan Berpikir Analitis
Data akhir kemampuan berpikir analitis diperoleh dari skor hasil tes kelas
kontrol dan kelas eksperimen setelah diberi perlakuan (postest). Analisis statistik
deskriptif data kemampuan akhir berpikir analisis siswa dapat dilihat pada Tabel 2‘Tabel 2Analisis Statistik Deskriptif Data Akhir (Postesf)Kemampuan Berpikir Analitis
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Kelas kontrol 33 45.50 95.50 66.9394 -13.16878 «173.417
Kelas cksperimen 33 45.50 90.90 76.4424 «1.94555 142.696
Valid N (listwise) 33
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir analitis
akhirkedua kelas mempunyai rata-rata yang berbeda, dimana kelas kontrol mempunyai
rata-rata sebesar 66,93 dengan skor minimum 45,50 dan skor maksimum 95,50
sedangkan kelas eksperimen mempunyai rata-rata sebesar 76,44 dengan skor minimum
45,50 dan skor maksimum 90,90, Perbedaan rata-rata yang cukup besar menunjukkan
bahwa kemampuan akhir kedua kelas adalah berbeda. Hal ini dikarenakan pada kegiatan
pembelajaran kelas cksperimen menggunakan pembelajaran model Group Investigation,
sedangkan kelas kontrol tidak menggunakan pembelajaran model Group Investigation
(konvensional),
Analiti
Data Kemampuan Berpi s Siswa (Guin Score)
Data kemampuan berpikir analitis siswa diperoleh dari selisihnilai siswa yaitu
nilai kemampuan akhir (postest) dikurangi nilai kemampuan awal (pretest). Analisis
statistik deskriptif data kemampuan berpikir analitis siswa (gain score) dapat dilihat
pada Tabel 3
‘Tabel 3 Analisis Statistik Deskriptif Data Kemampuan Berpikit Analitis (Gain Score)
N__ Minimum Maximum Mean Std, Deviation Variance
Kelas Kontrol 33 22.7 409 6.800 155144 240.698
Kelas eksperimen x ° 455 16527 12.9635 68,053
Valid N (listwise) 33
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa gain scorekedua kelas mempunyai
rata-rata yang berbeda, dimana kelas kontrol mempunyai rata-rata sebesar 6,80 dengan
skor minimum -22,7 dan skor maksimum 40,9 sedangkan kelas eksperimen mempunyai
rata-rata sebesar 16,52 dengan skor minimum 0,0 dan skor maksimum 45,5. Perbedaan
rata-
a yang cukup besar menunjukkan bahwa gain score kedua kelas adalah berbeda,
Perbandingan rata-rata pretest, postest, dan gain scoreantara kelas eksperimen
dan kelas kontrol digambarkan pada Gambar 1Todt
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00 Kelas Eksperimen
20,00
10,00 ”
0,00
Kelas Kontrol
Tes Awal (Pretest) Tes Akhir Gain Score
(Postest)
Gambar 1 Diagram Perbandingan Rata-rata Pretest, Postest, dan Gain Score Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir
analitis siswa baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Ilal ini terlihat dari rata-rata
kelas kontrol dari 59,78 meningkat menjadi 69,94, sedangkan rata-rata kelas eksperimen
dari 59,92 menjadi 76,44. Jika dilihat dari rata-rata kemampuan berpikir analitis
siswa(gain score), rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi 9,73 dari pada rata-rata kelas
kontrol. Dengan demikian antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki
rentangan kemampuan berpikir analisis siswa yang berbeda,
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan langkah untuk menentukan apakah hipotesis
diterima atau ditolak, Data yang digunakan untuk uji hipotesis adalah data gain score.
‘Sebelum melakukan uji hipotes
, terlebih dahulu data di uji prasyarat. Hasil uji
prasyarat analisis untuk hasil belajar siswa (uji normalitas dan uji homogenitas)
diketahui bahwa data hasil belajar kedua kelas terdistribusi secara normal dan kedua
sampel berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama (homogen). Karena
data normal dan homogen, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik
parametrik yaitu dengan uji-t (independent sample t-test) dengan bantuan SPSS 16.0for
Windows.
Dari hasil uji-t terhadap kemampuan berpikir analis
siswa didapatkan bahwa
nilai probabilitas (sig. 1-tailed) adalah 0,035. Dari hasil tersebut nilai probabilitas (sig.
I-tailed) < 0,05, maka Ho ditolak atau dengan kata lain kemampuan berpikir analitis
siswa kelas X yang mengikuti pembelajaran dengan model Group Investigation lebihtinggi daripada siswa yang tidak menggunakan model Group Investigation
(konvensional) di SMA Negeri | Lawang
PEMBAHASAN
Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir analitis
siswa kelas X yang mengikuti pembelajaran dengan model Group Investigation lebih
tinggi daripada siswa yang tidak menggunakan model Group Investigation
(konvensional) di SMA Negeri 1 Lawang. Di samping itu dapat dikemukakan pula
bahwa penggunaan pembelajaran model Group Investigation lebih efektik dari pada
pembelajaran modelkonvensionalkhususnya pada materi atmosfer untuk
mengembangkan kemampuan berpikir analitis siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
kemampuan berpikir analitis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas
kontrol, Rata-rata kemampuan berpikir analitis siswa kelas eksperimen adalah 16,53
sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol adalah 6,80. Kondisi ini terjadi
karena perbedaan perlakuan dalam pembelajaran di antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol, Perbedaan tersebut terletak pada penggunaan model Group Investigation pada
proses pembelajaran, Kelas kontrol tidak menggunakan model Group Investigation,
sedangkan kelas eksperimen menggunakan model Group Inves
igation.
Model Group Investigation terdapat beberapa kelebihan yang dapat menunjang
pembelajaran
wa, yaitu: a) siswa akan menampilkan pertanyaan-pertanyaan tingkat
tinggi dan elaborasi dalam merespon permasalahan; b) model ini tidak memiliki dampak
yang merugikan pada low-level (information retrieval) question, yang mungkin akan
mengejutkan mengingat kekurangan dari penyampaian informasi searah dari guru; ¢)
siswa akan lebih kooperatif dan mementingkan kebutuhan orang lain, meskipun ketika
mereka berinteraksi dengan siswa di luar kelompok mereka atau dalam situasi di luar
kelas; d) dalam ranah afektif, model ini akan meningkatkan kesenangan interpersonal,
kepercayaan, dan perilaku lebih positif terhadap sekolah dan pembelajaran; e) model ini
meningkatkan interaksi verbal dan memampukan siswa menjadi narasumber untuk
siswa lain; dan f) konflik interpersonal antaranggota dengan latar belakang yang
berbeda akan berkurang dalam kelas yang melaksanakan model ini (Zingaro, 2008:4).
Group Investigationmemiliki keterkaitan dengan kemampuan berpikir analitis,
Pengaruh positif yang diperlihatkan selama dilakukannya model pembelajaran GroupInvestigation salah satunya ialah siswa menampilkan pertanyan-pertanyaan tingkat
tinggi schingga siswa dapat memperluas respon dalam memecahkan suatu masalah dan
dapat berlatih untuk berpikir analitis. Berpikir analitis merupakan bagian dari berpikir
tingkat tinggi. Ketika siswa menjawab soal-soal dari ranah kognitif Bloom revisi C4,
siswa dapat menunjukkan kemampuan berpikir analitis, Hal ini mempengaruhi siswa
dalam mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapat untuk mengasah kemampuan
berpikir analitis, Melalui pembelajaran model Group Investigation, siswa akan
‘menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya, Dengan demikian kemampuan
berpikir analitis siswa akan dipengaruhi oleh kemampuan siswa dalam berkelompok
ketika mereka mencari dan menemukan informasi yang akan digunakan dalam
memecahkan suatu masalah atau topik yang akan diinvestigasi.
Dengan adanya perbedaan menggunakan atau tidak menggunakan model Group
Investigation dalam pembelajaran, akan berpengaruh pada kemampuan berpikir analitis
siswa, Kemampuan berpikir analitis siswa kelas kontrol lebih rendah dari kelas
ceksperimen karena tidak menggunakan model Group Investigation dalam
pembelajarannya melainkan menggunakan pembelajaran yang biasa digunakan di
sekolah (konvensional). Guru jarang memberikan kesempatan pada siswa untuk secara
mandiri melakukan investigasi terhadap materi yang dipelajari. Dengan demikian siswa
tidak terbiasa bekerja sama memecahkan masalah atau membangun sendiri pengetahuan
dan pemahaman sebagaimana kelebihan-kelebihan yang ada pada model Group
Investigation, yang pada akhirnya siswa tidak terbiasa untuk menampilkan kemampuan
berpikir analitis. Berbeda dengan kelas kontrol, kelas eksperimen yang dalam
pembelajarannya menggunakan model Group Investigation akan terlatih dalam berpikit
analitis, Siswa yang telah terbiasa untuk berkelompok dan memecahkan masalah, akan
menampilkan kemampuan berpikir analitis, Jadi, siswa dari kelas yang menggunakan
model Group Investigation dalam pembelajarannya akan memiliki kemampuan berpikit
analitis lebih tinggi daripada siswa dari kelas yang tidak menggunakan model Group
Investigation dalam pembelajarannya.KESIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian maka dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berpikir analitis siswa kelas X yang mengikuti pembelajaran dengan
model Group Investigation lebih tinggi daripada siswa yang tidak menggunakan model
Group Investigation (konvensional) di SMA Negeri | Lawang.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat diberikan, sebagai berikut. 1)
Bagi sekolah, diharapkan dapat berperan sebagai motor dan inisiator kepada guru untuk
memakai model pembelajaran Group Investigation pada saat mengajar terutama pada
materi yang menuntut siswa untuk berpikir analitis. 2) Bagi guru, terutama pada guru
‘mata pelajaran geografi, diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran Group
Investigation sebagai alternatif dalam praktek pembelajaran, 3) Bagi peneliti
selanjutnya, diharapkan agar melakukan penelitian model pembelajaran Group
Investigation dengan variabel yang lain atau menambahkan variabel (seperti minat,
keaktifan, motivasi), meneliti dengan materi atau Kompetensi Dasar yang berbeda,
melakukan penelitian pada kelas atau sekolah lain yang karakteristiknya berbeda agar
dapat diketahui secara lanjut kelebihan model pembelajaran Group Investigation dalam
hubungannya dengan kemampuan berpikir analitis siswa,
RUJUKAN
Almarumi, A. Fais Aziz. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI
SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak dipublikasikan.
Malang: Universitas Negeri Malang
Amer, Ayman. 2005. Analytical Thinking. Mesir: CAPSCU. Dati Pathways, (Online),
(www.pathways.cu.edu.eg), diakses 30 Januari 2013.
Bloom, Benjamin S., et al. 1956. Taxonomy of Educational Objectives The
Classification of Educational Goals Handbook I Cognitive Domain. London:
Longman Inc.
Herdian. 2010. Kemampuan Berpikir Analitis, (Online),
(http://herdy07. wordpress.com), diakses 15 Desember 2012
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung
Alfabeta.
Johnson, David W., dan Johnson, Roger T. 1994. An Overview Of Cooperative
Learning, (Online), (clearspecs.com), diakses 25 Desember 2012.King, FJ, Goodson, L. & Rohani, F. 1997. Higher Order Thinking Skills. Tallahassee:
CALA
Montaku, Sudjit. 2011. Result of Analytical Thinking through Students in System
Analysis and Design Course, (Online), (www ietee-conference.com), diakses 2
Februari 2013
Nurhadi, dkk. 2004, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/
CTL) dan Penerapannya dalam KBK, Malang: UM Press,
Purnamasari, Gusti Ayu Dian. 2010. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajar
Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Dengan Hasil
Belajar Siswa vang Diajar Menggunakan Pembelajaran Konvensional (Metode
Ceramah) Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 8 Malang.
Skripsi tidak deterbitkan, Malang: Universitas Negeri Malang,
Ratnasari, Mita. 2009. Perbedaan Hasil Belajar Antara Penggunaan Model Group
Investigation (Gl) dan Penggunaan Cara Konvensional Pada Kompetensi Dasar
Menganalisis Fenomena Antroposfer di SMA Negeri 1 Badegan Ponorogo.
Skripsi tidak deterbitkan, Malang: Universitas Negeri Malang.
Sharan, Yael and Sharan, Shlomo. 1989. Group Investigation Expands Cooperative
Learning. Educational Leadership, (Online), 47 (4): 17-21,
(http://www.ased.org), diakses 31 Desember 2012.
‘Suherman, E. dan Sukjaya, Y. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi
Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.
Zingaro, Daniel. 2008. Group Investigation: Theory and Practice, (Online),
(www.danielzingaro.com/gi.pdt), diakses 26 Desember 2012.