You are on page 1of 8

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN

PAJAK DAERAH
( Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tulungagung )

Andys Dwi Saputra


Nengah Sudjana
Mochammad Djudi
( PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya,
105030400111019@mail.ub.ac.id. )

Abstract
Local tax is contributing the highest revenue to Local Genuine Income (PAD). The government attempts
to increase the effectiveness of local tax collection to improve PAD, especially through tax post. There are
factors influencing the effectiveness of local tax revenue. The objective of research is to understand the
influence of inflation rate, population rate, and Gross Regional Domestic Product (PDRB) on local tax
revenue in Tulungangung District in period 2008-2012. Data type is secondary data (time series) for
period 2008-2012 obtained from the Official of Local Revenue and the Statistic Bureau (BPS) in
Tulungagung District. Literature study is conducted to support data collection. Result of research
indicates that the effectiveness of local tax collection in Tulungangung District in period 2008-2012 is
entirely very effective. Of all three variables observed, which are inflation rate, population rate and
PDRB, one with the most dominant influence on local tax revenue is population rate. Based these results,
it may be suggested that the local government of Tulungangung District, especially the Official of Local
Revenue of Tulungangung District, in determining local tax shall firstly socialize the importance of tax
for the development such that taxpayer will be aware of paying tax in exchange for their welfare.
Keywords: Local Tax, Inflation Rate, Population Rate and PDRB

PENDAHULUAN Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan


Negara Indonesia merupakan Negara yang milik Daerah yang sah dan Hasil Pengelolaan
memiliki kondisi tingkat perekonomian yang kekayaan daerah yang dipisahkan, Lain-lain
berbeda pada setiap daerahnya, menghadapi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.
kondisi yang demikian maka pemerintah Tabel 1. Target dan Realisasi PAD Kabupaten
memberikan otonomi pada pemerintah daerah Tulungagung Tahun 2012

yang dimaksudkan agar setiap daerah mampu Target Realisasi

untuk mengatur segala hal yang berhubungan Pajak Daerah Rp22.310.000.000 Rp25.544.000.000
dengan daerah itu sendiri, seperti masalah Retribusi Daerah Rp14.335.000.000 Rp.15.585.000.000
kebijakan, keuangan, perekonomian dll. Hasil Pengelolaan Rp.1.855.000.000 Rp.1.855.000.000
Sehingga pemerintah daerah tidak terlalu Kekayaan Daerah
bergantung pada pemerintah pusat. yangDipisahkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah PAD Lain -lain Rp.92.267.000.000 Rp.119.177.000.000
sumber penerimaan keuangan asli daerah yang JumlahPAD Rp.130.768.000.000 Rp.162.162.000.000

penting bagi suatu daerah untuk


Sumber : http://www.dispenda.pemkabta.com (2013).
menyelenggarakan program otonomi
Berdasarkan table 1 di atas, meskipun lebih
daerahnya, tinggi rendahnya PAD pada suatu
rendah dari PAD lain-lain, dapat dilihat bahwa
daerah akan berpengaruh pada kelancaran
sektor Pajak Daerah merupakan salah satu
otonomi daerah tersebut, selain itu dengan PAD
sektor utama dalam penerimaan Pendapatan
otonomi daerah juga akan bisa berjalan dengan
Asli Daerah Kabupaten Tulungagung dengan
optimal.
realisasi sebesar Rp 25.544.000.000 . Pungutan
PAD merupakan suatu cerminan dari
Pajak Daerah merupakan salah satu cara untuk
keberhasilan suatu daerah dalam mengelola
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
keuangan dan potensi – potensi yang ada pada
Pada penelitian ini peneliti menggunakan
suatu daerah tersebut untuk dijadikan suatu
laju inflasi, jumlah penduduk dan pendapatan
pendapatan bagi daerahnya. PAD sesuai dengan
domestik regional bruto (PDRB) sebagai faktor
yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor
yang mempengaruhi efektivitas pemungutan
32 Tahun 2004 pasal 157 terdiri dari : Pajak
pajak daerah. Laju inflasi merupakan salah satu

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 1


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
faktor yang sangat mempengaruhi penerimaan ruang bagi masyarakat (publik) untuk
pajak daerah, hal ini disebabkan karena berpartisipasi dalam proses pembangunan”.
tingginya tingkat laju inflasi akan berimbas Sumber- Sumber Pendapatan Daerah
pada naiknya harga barang-barang yang ada Sesuai dengan UU No.28 Tahun 2009
dipasaran, akan berpengaruh pada menurunya tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
nilai mata uang pada daerah tersebut, selain itu sumber-sumber Pendapatan Daerah adalah
juga akan berdampak pada keadaan sebagai berikut :
perekonomian masyarakat pada suatu daerah, 1. Pendapatan Asli Daerah
dan nantinya akan berdampak pula pada Pendapatan Asli Daerah adalah
menurunya kesadaran wajib pajak untuk penerimaan yang diperoleh dari sumber-
membayar tanggungan pajaknya, terutama sumber dalam wilayahnya sendiri yang
pajak daerah. dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
Perkembangan jumlah penduduk juga akan sesuai dengan peraturan perundang-
berpengaruh terhadap penerimaan pajak undangan yang berlaku, yang terdiri dari :
daerah, karena dengan banyaknya jumlah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
penduduk pada suatu daerah, maka potensi Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
bertambahnya wajib pajak pada suatu daerah Dipisahkan Hasil, Sumber-Sumber Lain
juga akan semakin besar, dengan bertambahnya Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
potensi wajib pajak, potensi penerimaan pajak 2. Dana Perimbangan
daerah juga akan bertambah, karena akan Dana Perimbangan adalah dana yang
semakin banyak masyarakat yang akan bersumber dari penerimaan-penerimaan
memanfaatkan obyek-obyek pajak daerah. APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Negara) yang dialokasikan kepada daerah
juga mempunyai dampak yang signifikan untuk membiayai kebutuhan daerah dalam
terhadap penerimaan pajak daerah. PDRB rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana
merupakan cerminan tinggi rendahnya Perimbangan terdiri dari : Dana Bagi Hasil
pendapatan pada suatu daeah, semakin tinggi Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana
nilai PDRB suatu daerah, maka semakin besar Alokasi Khusus (DAK), Lain-Lain
pula kemampuan ekonomi masyarakatnya, Pendapatan yang Sah.
sehingga tingginya nilai PDRB pada suatu Pemungutan Pajak & Pajak Daerah
daerah akan berpotensi untuk meningkatkan Menurut Soemitro dalam Suandy (2009)
sumber penerimaan pajak daerah. pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
Berdasarkan uraian diatas sangat menarik berdasarkan Undang-Undang (yang dapat
untuk dikaji seberapa efektif pos pajak daerah dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
tersebut, dan bagaimana pengaruh laju inflasi, (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjuk
jumlah penduduk dan PDRB dalam dan yang digunakan untuk membiayai
mempengaruhi efektivitas pemungutan pajak pengeluaran umum.
pada suatu daerah. Sistem Pemungutan Pajak menurut
Mardiasmo (2011:7-8)
KAJIAN PUSTAKA 1. Official Assessment System
Otonomi Daerah 2. Self Assessment System
Pengertian otonomi daerah berdasarkan 3. With Holding System
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Mekanisme pemungutan pajak harus
Pemerintahan Daerah adalah “ hak, wewenang, memenuhi persyaratan empat asas Smith dalam
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur Prawoto (2010:56), yaitu asas equality, asas
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan certainty, asas convenience of payment dan asas
kepentingan masyarakat setempat sesuai efficiency.
dengan peraturan perundang-undangan”. Dalam Perda No 16 Tahun 2010 tentang
Mardiasmo (2003:59), menjelaskan misi pajak daerah di Kabupaten Tulungagung, Jenis
utama pelaksanaan otonomi daerah dan Pajak dan tarif pajak Kabupaten Tulungagung
desentralisasi fiskal, adalah “Meningkatkan yaitu :
kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan 1. Pajak Hotel, tarif sebesar 10%
kesejahteraan masyarakat, Menciptakan efisiensi 2. Pajak Restoran, tarif sebesar 10%
dan efektivitas pengelolaan sumber daya 3. Pajak Hiburan, tarif sebesar 35%
daerah, Memberdayakan dan menciptakan 4. Pajak Reklame, tarif sebesar 25%

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 2


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
5. Pajak Penerangan Jalan, tarif sebesar 10% dari enam bulan tetapi bertujuan untuk menetap
6. Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan dihitung per tiga orang”. Badan Pusat Statistik
tarif sebesar 25% Indonesia memiliki beberapa sumber data
7. Pajak Parkir, tarif sebesar 30% kependudukan, yaitu hasil sensus, survei, dan
8. Pajak Air Tanah, tarif sebesar 20% registrasi penduduk.
9. Pajak Sarang Burung Walet, tarif sebesar 3. Pendapatan Domestik Regional Bruto
10% (PDRB)
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Menurut Sukirno (2004) PDRB adalah
Perkotaan, tariff sebesar 0,3% merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa
11. BPHTB, tarif sebesar 5% yang diproduksi dalam waktu satu tahun di
Jenis pajak Kabupaten/Kota ditetapkan suatu wilayah tertentu tanpa membedakan
dengan penambahan 3 (tiga) jenis pajak kepemilikan faktor produksi, tapi lebih
Kabupaten/Kota yang baru, yaitu PBB Pedesaan memerlukan keberadaan faktor produksi yang
dan Perkotaan, Bea Perolehan Hak atas Tanah digunakan dalam proses produksi itu. Untuk
dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Sarang mencari nilai PDRB, yaitu dapat dihitung
Burung Walet. Pajak Sarang Burung Walet dengan cara membagi antara pendapatan
merupakan pajak baru yang dapat dipungut regional atas harga berlaku dan atas harga
oleh beberapa daerah apabila memiliki potensi konstan, dan setelah itu dikalikan dengan 100 %.
pajak yang memadai. Pemberlakuan
pemungutan pajak baru tersebut dilakukan Hipotesis Penelitian
secara bertahap. Laju Inflasi
(H 1)
Efektivitas Pemungutan Pajak Daerah ( H1 )
Tingkat efektivitas pemungutan pajak
(H 2) Penerimaan
daerah merupakan perbandingan antara Jumlah Penduduk
Pajak
( H2 )
realisasi penerimaan pajak daerah dengan
(H 3)
besarnya target penerimaan yang sudah PDRB
( H3 )
ditentukan sebelumnya. Nilai efektivitas
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
digunakan untuk melihat seberapa baik kinerja
Berdasarakan kerangka hipotesis diatas,
pemungut pajak daerah dalam melaksanakan
maka hipotesis yang digunakan dalam
proses pemungutan pajak daerah, serta bisa
penelitian ini adalah sebagai berikut :
digunakan untuk dijadiakan dasar dalam
1. Diduga variabel Laju Inflasi berpengaruh
menentukan berapa target penerimaan pajak
secara signifikan terhadap tingkat
daerah pada tahun berikutnya.
penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten
Pengaruh Laju Inflasi, Jumlah Penduduk,
Tulungagung.
PDRB terhadap efektivitas pemungutan Pajak
2. Diduga variabel Jumlah Penduduk
Daerah
berpengaruh secara signifikan terhadap
1. Laju Inflasi
tingkat penerimaan Pajak Daerah di
Laju Inflasi adalah peristiwa
Kabupaten Tulungagung.
kecenderungan naiknya harga-harga suatu
3. Diduga variabel PDRB berpengaruh secara
barang secara umum, terjadi terus-menerus dan
signifikan terhadap tingkat penerimaan
meluas atau berimbas pada meningkatnya pada
Pajak Daerah di Kabupaten Tulungagung.
harga barang-barang lainya. Beberapa indeks
harga yang sering digunakan dalam
METODE PENELITIAN
pengukuran inflasi adalah :
Jenis penelitian ini adalah studi pada Dinas
a. Indeks harga konsumen/IHK (consumer
Pendapatan Daerah Kabupaten Tulungagung,
price index)
dengan menggunakan variabel laju inflasi,
b. Indeks harga perdagangan (whole sale price
jumlah penduduk dan PDRB sebagai variabel
index), dan
independen dan penerimaan pajak daerah
c. GNP deflator
sebagai variabel dependen. Berdasarkan
2. Jumlah Penduduk
tujuannya penelitian ini merupakan penelitian
Berdasarkan ( Perencanaan Tenaga Kerja
kuantitatif yang menggunakan metode
Nasional, 1996 ) “Penduduk adalah semua
Explanatory research
orang yang berdomisili di wilayah geografis
Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di
Republik Indonesia selama enam bulan atau
Kabupaten Tulungagung, tepatnya di kantor
lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 3


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
Tulungagung. Alasan peneliti melakukan Tabel 3. Perkembangan Laju Inflasi dan Jumlah
penelitian di tempat tersebut karena peneliti Penduduk (jiwa) dan PDRB Kab. Tulungagung

tertarik dengan tingkat penerimaan Pajak tahun 2008 - 2012.


Tahun Laju Jumlah PDRB
Daerah Kabupaten Tulungagung yang
Inflasi Penduduk
presentase kenaikannya tiap tahun sangat 2008 9,25 % 1.025.034 Rp. 1.679.228,91
tinggi, bahkan selalu melebihi target yang telah 9,25 % 1.025.034 Rp. 1.713.880,87
ditentukan sebelumnya. Peneliti juga ingin 9,25 % 1.025.034 Rp. 1.748.532,83
9,25 % 1.025.034 Rp. 1.783.184,79
mengetahui lebih dalam faktor-faktor yang
2009 4,64 % 1.030.926 Rp. 1.798.187,39
mempengaruhinya, yaitu faktor laju inflasi,
4,64 % 1.030.926 Rp. 1.824.979,61
jumlah penduduk dan PDRB. 4,64 % 1.030.926 Rp. 1.851.771,83
Teknik pengumpulan data yang dilakukan 4,64 % 1.030.926 Rp. 1.878.564,05
yaitu dengan cara Dokumentasi. Data yang 2010 6,25 % 1.037.369 Rp. 1.912.811,14
6,25 % 1.037.369 Rp. 1.942.585,30
digunakan dalam penelitian ini merupakan data
6,25 % 1.037.369 Rp. 1.972.359,47
sekunder, dan data runtun waktu (time series) 6,25 % 1.037.369 Rp. 2.002.133,63
dengan periode pengamatan per triwulan antara 2011 3,60 % 1.043.386 Rp. 2.039.851,31
tahun 2008 sampai tahun 2012. 3,60 % 1.043.386 Rp. 2.072.802,89
3,60 % 1.043.386 Rp. 2.105.754,46
Penelitian ini menggunakan tehnik analisis
3,60 % 1.043.386 Rp. 2.138.706,03
Rasio, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. 2012 4,63 % 1.048.472 Rp. 2.180.543,48
1. Analisis Rasio 4,63 % 1.048.472 Rp. 2.217.049,41
Tingkat efektivitas diformulasikan 4,63 % 1.048.472 Rp. 2.253.555,33
sebagai berikut : 4,63 % 1.048.472 Rp. 2.290.061,25
Sumber : BPS Kabupaten Tulungagung, (2014).
Realisasi Penerimaan Pajak
Efektivitas = X 100% Tabel 4. Efektivitas Pemungutan jenis Pajak Daerah di
Target Penerimaan Pajak Kab. Tulungagung Tahun 2008-2012
Tabel 2. Skala pengukuran tingkat Efektivitas
JenisPajak Totaltarget Totalrealisasi Eektivitas
Pemungutan Pajak
2008 -2012 2008 -2012 (%)
Nilai Keterangan
Pajak Restoran Rp.5.754.000.000,00 Rp. 7.795.941.966,00 135 %(SE)
95 % - 100 % Sangat Efektif (SE) BPHTB Rp.7.295.510.499,00 Rp.9.262.813.293,00 126 %(SE)
80 % - < 94 % Efektif (E) Pajak Air Tanah Rp.270.000.000,00 Rp.322.290.000,00 119 %(SE)
68 % - < 79 % Cukup Efektif (CE) Pajak Hotel Rp.3.325.000.000,00 Rp.3.950.608.232,00 119 %(SE)
56 % - < 67 % Kurang Efektif (KE) Pajak Hiburan Rp.1.010.000.000,00 Rp.1.210.015.448,00 119 %(SE)
0 % - < 55 % Tidak Efektif (TE) Pajak Mineral Rp.555.000.000,00 Rp.668.110.832,00 120 %(SE)
Sumber : Mahmudi, (2007). bukan Logamdan
2. Uji asumsi klasik Batuan
a. Uji Normalitas Pajak Reklame Rp.3.160.000.000,00 Rp.3.477.668.740,00 110 %(SE)

b. Uji Asumsi Multikolinieritas Pajak Parkir Rp.122.500.000,00 Rp.142.534.949,90 116 %(SE)


Pajak Penerangan Rp.57.829.000.000,00 Rp.61.744.438.550,00 106 %(SE)
c. Uji Asumsi Heterokedastisitas
Jalan
d. Uji Asumsi Autokorelasi
Sumber : DISPENDA Kabupaten Tulungagung, (2014).
3. Uji Hipotesis
Data per triwulan jumlah penduduk dan
Uji hipotesis dalam penelitian ini
laju inflasi yang disajikan pada penelitian ini,
menggunakan Uji Regresi Linear Berganda,
besarnya sama dengan data per tahun, yang
dengan rumus sebagai berikut : Menurut
disebabkan karena adanya keterbatasan data
Gujarati (1995:196), Y = β0 + β1 INF + β2
kemudian diasumsikan bahwa besarnya data
JMLPDK + β3 PDRB + μi Uji hipotesis pada
pada satu tahun adalah sama nilainya dengan
penelitian ini terdiri dari :
nilai per triwulan, dan nilai satu tahun itu
a. Koefisien Determinasi (R2)
bukan merupakan penjumlahan tiap triwulan.
b. Uji Hipotesis Simultan (Uji F)
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
c. Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
tingkat efektivitas pemungutan Pajak Daerah
Kabupaten Tulungagung telah mampu
PEMBAHASAN mencapai target penerimaan Pajak Daerah.
Data laju inflasi, jumlah penduduk dan PDRB Kondisi ini terlihat dari tingkat efektivitas yang
Kabupaten Tulungagung tahun 2008-2012 selalu mencapai diatas 100 %. Pada uji asumsi
pertriwulan disajikan dalam tabel sebagai klasik dan uji hipotesis data laju inflasi, jumlah
berikut : penduduk dan PDRB di logaritma natural (Ln).

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 4


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
Hasil Uji Asumsi Klasik Metode yang dipakai dalam penelitian ini
1. Uji Asumsi Normalitas adalah metode grafik. Hasil analisis pada
Metode yang digunakan dalam menguji Gambar 3 menunjukkan bahwa titik-titik
normalitas adalah dengan gambar histogram menyebar secara acak dan tidak membentuk
dan normal p-p plot serta uji Kolmogorov- pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
Smirnov. terdapat indikasi adanya heterokedastisitas,
sehingga asumsi ini terpenuhi. Model regresi
yang baik adalah model yang tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
4. Asumsi Autokorelasi
Tabel 7. Hasil Pengujian Autokorelasi
dL dU 4-dU 4-dL A
A C B C
0,998 1,676 2,324 3,002
Durbin Watson (DW)= 1,441
Sumber : Data Diolah, (2014).
Keterangan: A: Terdapat autokorelasi B:
Bebas autokorelasi C: Daerah abu-abu Pada
Gambar 2. Histogram dan Normal P-P Plot Uji
Tabel 7 didapatkan nilai DW sebesar 1,441 yang
Normalitas
menunjukkan bahwa model regresi yang
Tabel 5. Hasil Pengujian Normalitas Kolmogorov-
digunakan berada pada daerah abu-abu karena
Smirnov
berada antara nilai dL dan nilai dU.
Residual(Galat) SignifikansiK-S Keterangan
Model 0,564 Normal Hasil Uji Hipotesis
Sumber : Data Diolah, (2014). 1. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Dari gambar 2 memperlihatkan data yang Hasil uji Regresi Linier Berganda dengan
bergerak mengikuti garis linear diagonal menggunakan SPSS versi 16.0 .
sehingga dapat disimpulkan bahwa data Tabel 8. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
berdistribusi normal serta Nilai Kolmogorov- Koefisien
Variabelbebas t hitung Sig.t Keterangan
Regresi
Smirnov 0,564 lebih besar dari alpha 5% (0,050)
(Constant) -433.353 -4.702 .000
maka dikatakan bahwa asumsi normalitas
tepenuhi. LajuInflasi(X1) .058 .670 .512 Non Signifikan

2. Uji Asumsi Multikolinieritas Jumlah 33.035 4.476 .000


Signifikan
Tabel 6. Hasil Pengujian Multikolinieritas Penduduk (X2)
VariabelBebas Toleransi VIF Keterangan PDRB(X3) .541 .851 .407
Non Signifikan
.432 2.317
LajuInflasi(X1) Bebasmultikol t tabel= t(33,5%) = 2,120
Jumlah Penduduk(X2) .107 9.344 R = 0,968
BebasMultikol
R-square = 0,938
PDRB(X3) .101 9.934 Adj.R-square = 0,926
BebasMultikol
Fhitung = 80,089
Sumber : Data Diolah, (2014). Sig.F = 0,000
Tabel 6 merupakan hasil pengujian F tabel (4,33,5%) = 3,239
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Sumber : Data Diolah, (2014).
Koefisien regresi Laju Inflasi (X1) sebesar
Nilai VIF pada Laju Inflasi (X1, Jumlah Penduduk
0,058 dengan nilai t hitung 0,670 (lebih kecil dari
(X2) dan PDRB (X3) lebih kecil dari 10, maka
2,120) atau nilai signifikan 0,512 (lebih besar dari
hipotesis H0 ditolak, sehingga secara umum 0,05) yang artinya bahwa variabel Inflasi (X1)
asumsi ini terpenuhi. tidak berpengaruh signifikan terhadap
3. Uji Asumsi Heterokedastisitas Penerimaan Pajak (Y). Koefisien regresi yang
bernilai positif menjelaskan bahwa apabila
peningkatan Inflasi (X1) sebesar 1 % maka
Penerimaan Pajak (Y) belum tentu akan
mengalami peningkatan sebesar 0,670 juta.
Koefisien regresi Jumlah Penduduk (X2)
sebesar 33,035 dengan nilai t hitung 4,476 (lebih
besar dari 2,120) atau nilai signifikan 0,00 (lebih
kecil dari 0,05) yang artinya bahwa variabel
Jumlah Penduduk (X2) berpengaruh signifikan
terhadap Penerimaan Pajak (Y). Koefisien
Gambar 3. Scatterplot Uji Heterokedastisitas
regresi yang bernilai positif menjelaskan bahwa

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 5


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
apabila peningkatan Inflasi (X1) sebesar 1 juta menjelaskan bahwa secara parsial variabel
orang maka Penerimaan Pajak (Y) akan Jumlah Penduduk (X2) mempengaruhi
mengalami peningkatan sebesar 4,476 juta. Penerimaan Pajak (Y).
Koefisien regresi PDRB (X3) sebesar 0,541 c. Variabel PDRB (X3) memiliki nilai t hitung
dengan nilai t hitung 0,851 (lebih kecil dari sebesar 0,541. Nilai ini lebih kecil dari t
2,120) atau nilai signifikan 0,407 (lebih besar dari tabel (2,120) dan Sig t (0,407) lebih besar
0,05) yang artinya bahwa variabel PDRB (X3) dari 5% (0,05). Hal ini menjelaskan bahwa
tidak berpengaruh signifikan terhadap secara parsial variabel PDRB (X3) tidak
Penerimaan Pajak (Y). Koefisien regresi yang mempengaruhi Penerimaan Pajak (Y)
bernilai positif menjelaskan bahwa apabila
peningkatan PDRB (X3) sebesar 1 juta maka Interprestasi Pembahasan
Penerimaan Pajak (Y) belum tentu mengalami Hasil dari penelitian ini menunjukkan
peningkatan sebesar 0,851 juta. bahwa variabel laju inflasi tidak berpengaruh
2. Koefisien Determinasi (R ) 2 secara signifikan terhadap penerimaan Pajak
Berdasarkan Tabel 8. dapat diketahui nilai Daerah. Hasil ini sesuai dengan penelitian
R Square sebesar 93,8 atau 94,0%. Artinya Alfian (2010). Hal ini disebabkan karena laju
variabel Penerimaan Pajak (Y) dijelaskan sebesar inflasi tidak berpengaruh terhadap orang yang
93,8% oleh variabel Laju Inflasi (X1), Jumlah mempunyai penghasilan tinggi, inflasi hanya
Penduduk (X2), PDRB (X3). Sedangkan sisanya berpengaruh terhadap orang yang mempunyai
sebesar 6,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar pengasilan rendah. laju inflasi tidak terlalu
persamaan regresi. berpengaruh, karena kemampuan ekonomi dan
3. Uji Hipotesis Simultan sifat konsumtif dari orang yang berpengasilan
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel tinggi tersebut masih tinggi. Masyarakat
8 menujukkan bahwa F hitung > Ftabel berkemampuan tinggi masih mampu
(80,089>3,239) dan Sig F < 5% (0,000 < 0,05). menggunakan fasilitas-fasilitas/obyek pajak
Dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak daerah, yang nantinya akan berpengaruh
yang berarti bahwa secara bersama-sama terhadap penerimaan pajak daerah, contohnya
variabel independen mempunyai pengaruh pergi ke hotel, restoran, hiburan, bayar parkir
yang signifikan terhadap variabel dependen. dan obyek pajak daerah lainnya. Sehingga pajak
4. Hasil Uji Parsial yang dipungut oleh pemerintah daerah masih
Table 9. Perhitungan Uji Hipotesis Parsial relatif stabil.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Coefficientsa
variabel jumlah penduduk berpengaruh secara
Unstandardized Standardized signifikan terhadap penerimaan Pajak Daerah,
Coefficients Coefficients hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
Model B Std. Error Beta t Sig. penelitian Kristiana (2010). Jumlah penduduk
1 (Constant) -443.353 94.298 -4.702 .000 berpengaruh terhadap penerimaan pajak karena

LajuInflasi .058 .086 .064 .670 .512


disebabkan oleh bertambahnya potensi jumlah
penduduk untuk memanfaatkan fasilitas-
Jumlah
33.035 7.380 .855 4.476 .000 fasilitas yang dikenai pajak daerah. Jadi dengan
Penduduk
PDRB .541 .636 .168 .851 .407
bertambahnya jumlah penduduk, maka potensi
jumlah wajib pajak juga akan semakin besar,
a.Dependent Variable: Penerimaan Pajak
Sumber : Data Diolah, (2014). Sehingga variabel jumlah penduduk
berpengaruh pada penerimaan pajak daerah.
a. Variabel laju Inflasi (X1) memiliki nilai t Hasil penelitian ini menunjukkan variabel
hitung sebesar 0,670. Nilai ini lebih kecil PDRB tidak berpengaruh secara signifikan
dari t tabel (2,120) dan Sig t (0,512) lebih terhadap penerimaan Pajak Daerah, hasil
besar dari 5% (0,05). Hal ini menjelaskan penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
bahwa secara parsial variabel laju Inflasi Kristiana (2010). Tinggi rendahnya nilai PDRB
(X1) tidak mempengaruhi Penerimaan menunjukkan tingkat kemakmuran masyarakat
Pajak (Y). Kabupaten Tulungagung. Nilai PDRB dari
b. Variabel Jumlah Penduduk (X2) memiliki Kabupaten Tulungagung cukup tinggi, ini
nilai t hitung sebesar 4,476. Nilai ini lebih menggambarkan bahwa kemampuan ekonomi
besar dari t tabel (2,120) dan Sig t (0,000) serta kemakmuran masyarakat cukup tinggi
lebih besar dari 5% (0,05). Hal ini pula. Akan tetapi apabila kemampuan

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 6


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
masyarakat yang tinggi, tetapi tidak diikuti atas pajak penerangan jalan, yaitu dengan
dengan banyak nya masyarakat untuk memakai cara melakukan sosialisasi kepada
fasilitas-fasilitas yang dikenai pajak daerah, masyarakat tentang pajak penerangan jalan
maka PDRB tidak akan berpengaruh pada dan peraturan pajak yang mengikatnya.
penerimaan pajak daerah. Dengan pahamnya masyarakat tentang pajak
penerangan jalan, maka akan membawa
PENUTUP dampak positif dalam pembayaran pajak,
Kesimpulan serta akan meningkatkan nilai efektivitas
Bersadarakan hasil penelitian diatas, dapat pemungutan pajaknya.

ditarik kesimpulan sebagai berikut : 2. Jumlah Penduduk sebagai salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap Pajak Daerah,
1. Pemungutan Pajak Daerah Kabupaten
seharusnya dioptimalkan yaitu dengan cara
Tulungagung pada tahun 2008 – 2012 secara
meningkatkan jumlah lapangan kerja, serta
keseluruhan sangat efektif.
meningkatkan Sumberdaya manusia (SDM)
2. Hasil Uji parsial (uji t) dapat disimpulkan
dari penduduk tersebut, dengan
bahwa variabel Jumlah Penduduk (X2)
bertambahnya jumlah penduduk yang
mempengaruhi variabel penerimaan pajak
diikuti dengan bertambahnya lapangan
(Y), sedangkan variabel Laju Inflasi (X1) dan
pekerjaan serta SDM yang tinggi, maka akan
PDRB (X3) tidak mempengaruhi variabel
menyebabkan semakin besar pula potensi
penerimaan pajak daerah (Y).
penerimaan Pajak Daerah Kabupaten
3. Dari hasil pengujian diperoleh nilai Koefisien
Tulungagung.
Determinasi (R2) sebesar 93,8. Berarti bahwa
3. Penelitian ini mungkin masih banyak
93,8 % variasi variabel Penerimaan Pajak
kekurangan, diharapkan pada penelitian
dapat dijelaskan oleh variasi variabel Laju
selanjutnya dapat membuat penelitian yang
Inflasi, Jumlah Penduduk dan PDRB.
lebih baik dan lebih mendalam serta
Sedangkan sisanya yaitu 6,2 % dijelaskan
menggunakan olah data dengan metode
oleh faktor-faktor lain diluar faktor yang ada
analisa yang lebih baik.
dalam penelitian ini.
4. Hasil Uji simultan (uji F) menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA
variabel Laju inflasi, Jumlah Penduduk, dan
Damodar, Gujarati. 1995. Ekonometrika Dasar.
PDRB secara bersama-sama memiliki
Jakarta : Erlangga
pengaruh yang signifikan terhadap
DPPKAD Kabupaten Tulungagung.
penerimaan pajak daerah.
http://www.dispenda.pemkabta.com.Selasa 10
5. Hasil pengujian asumsi klasik
Desember 2013 15.38
menyimpulkan bahwa variabel Laju Inflasi,
Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep,
Jumlah Penduduk, dan PDRB pada uji
dan Aplikasi dengan SPSS 17. Universitas
multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas
Diponegoro, Semarang.
sudah terpenuhi, sedangkan pada uji
Kristiana Advina Helti, (2010) “Analisis faktor –
autokorelasi terdapat pada daerah abu-abu faktor yang mempengaruhi pajak daerah serta
6. Variabel Jumlah Penduduk merupakan tingkat efisiensi dan efektifitas dalam
variabel yang mempengaruhi besarnya pemungutan”. Skripsi. UNS Surakarta.
penerimaan Pajak Daerah, variabel ini bisa Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik.
digunakan pemerintah daerah untuk UPP STI YKPN,Yogyakarta.
mengambil kebijakan tentang Efektivitas Mardiasmo. 2003. Otonomi dan Manajemen
pemungutan Pajak Daerah. Keuangan Daerah. Yogyakarta :Andi.
Mardiasmo, 2011, Perpajakan Edisi Revisi.
Yogyakarta : Andi
Saran
Nurrohman, Alfian. 2010. “Analisis faktor factor
Bersadarakan hasil penelitian diatas, dapat
yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah
diambil saran sebagai berikut : di kota Surakarta (Tahun 1994-2007)”.
Skripsi . UNS Surakarta.
1. Nilai efektivitas pemungutan pajak
Prawoto,Agus.2010. Pengantar Keuangan Publik.
penerangan jalan adalah yang paling kecil
Yogyakarta: BPFE.
yaitu sebesar 106 %, maka diharapkan
Pemerintah Republik Indonesia, UU No. 32
pemerintah Kabupaten Tulungagung perlu
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk
membayar beban pajak yang ditanggungnya

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 7


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id
Pemerintah Republik Indonesia, UU No. 33
Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
Perencanaan Tenaga Kerja Nasional Tahun 1996,
Departemen Tenaga Kerja RI. Jakarta.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 Tentang, KeuanganDaerah.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
Resmi, Siti. 2012. Perpajakan teori dan kasus.
Jakarta. Salemba empat.
Sadono S. (2004). Pengantar Teori Mikroekonomi.
PT.Raja Grafindo Persada,Jakarta.
Suandy, Erly. 2009. Hukum Pajak. Jakarta.
Salemba Empat.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Jurnal Perpajakan |Vol. 3 No. 1 Desember 2014| 8


perpajakan..studentjournal.ub.ac.id

You might also like