Professional Documents
Culture Documents
7868 61 24546 1 10 20190618 PDF
7868 61 24546 1 10 20190618 PDF
ABSTRACT
As the solid waste produced from cassava processing industry such as tapioca factory or its
derivatives, the cassava peel is potential to be use as a source of reducing sugar through hydrolysis
process, since the peels contains a high amount of starch and lignocellulose components. The more
environmentally friendly enzymatic hydrolysis using several microorganisms will be introduced in this
study as an alternative to avoid the unsafe acid hydrolysis. However, the hydrolysis process using a
single microorganism is not efficient since the hydrolytic enzyme produced is limited to a single
enzyme, while the component in the cassava peels to be hydrolyzed is diverse which include cellulose,
lignin, hemicellulose and starch. Therefore, it is necessary to optimize the hydrolysis process by
combining several microorganisms (A. niger, T. viride and Acremonium sp. IMI 383068) which
produced different specificity of hydrolytic enzyme depending on the substrate available in the
cassava peels. The aims of this research were to determine the effect of single and mixed culture on
the amount of reducing sugar released during the simultaneous cultivation. The result showed that the
use of simultaneous mixed cultures during hydrolysis process was able to produce higher reducing
sugar compare to that of single culture. The hydrolysis of cassava flour using a single strain of A.
niger, T. viride and Acremonium sp. IMI 383068 respectively produced 4.86 g/L, 4.02 g/L, and 1.68
g/L of reducing sugar, while the hydrolysis of it using simultaneous mixed cultures of A. niger, T.
viride, and Acremonium sp. IMI 383068 produced 7.23 g/L of reducing sugar.
34
Degradasi Komposisi Selulosa, Hemiselulosa dan Pati....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
35
Degradasi Komposisi Selulosa, Hemiselulosa dan Pati....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
Delignifikasi tepung kulit ubi kayu Parameter pengamatan pada bahan baku
Delignifikasi dilakukan secara kimia tepung kulit ubi kayu meliputi kadar air
dengan menggunakan larutan NaOCl (Sudarmadji et al., 1997), kadar pati
berdasarkan metode Assadam (2014) (Sudarmadji et al., 1997), dan kadar
dengan merendam 1000 g tepung kulit ubi lignoselulosa (Datta, 1981). Selanjutnya,
kayu dalam 10 L larutan NaOCl 1% pengamatan populasi mikroba (Ristiati,
selama 5 jam pada suhu 28oC. Setelah itu 2000) pada suspensi hasil hidrolisis.
dilakukan pengendapan untuk diambil Suspensi yang dihasilkan kemudian
padatannya. Endapan yang terbentuk dipisahkan menggunakan refrigerated
dicuci menggunakan aquades hingga netral macrocentrifuge untuk diambil filtratnya
(pH 7). Tepung kulit ubi kayu yang telah dan dilakukan analisis kadar total gula
didelignifikasi kemudian dianalisis kadar terlarut (Dubois et al., 1956), dan gula
air, kadar pati, dan kadar lignoselulosanya. reduksi (Miller, 1959). Perhitungan
efisiensi hidrolisis (Thalagala et al., 2009)
Proses hidrolisis dilakukan pada semua hidrolisat yang
Kulit ubi kayu terdelignifikasi dihasilkan.
sebanyak 2% (w/v) ditambah nutrisi untuk
mengkondisikan mikroorganisme tumbuh HASIL DAN PEMBAHASAN
optimal yaitu berupa 0.3 g/L yeast extract
dan 50 mL/L mineral salts solution, dan Komposisi Kimia Tepung Kulit Ubi
dilakukan pengaturan pH 5, kemudian Kayu
disterilisasi pada 121oC selama 15 menit. Bahan baku utama tepung kulit ubi
Setelah itu media didinginkan dan kayu yang akan dihidrolisis sebelumnya
diinokulasi dengan kultur tunggal kapang diberi perlakuan delignifikasi untuk
A. niger, T. viride dan Acremonium sp. mengurangi kandungan lignin.
IMI 383068 dan kultur campuran dari ke 3 Karakteristik tepung kulit ubi kayu yang
kapang tersebut sebanyak 10% (v/v). digunakan pada penelitian ini sebagai
Setelah itu diinkubasi dalam shaking substrat hidrolisis untuk menghasilkan
incubator pada suhu 30oC dengan gula reduksi ditunjukkan pada Tabel 1.
kecepatan 150 rpm selama 60 jam dan Tepung kulit ubi kayu yang
dilakukan pengamatan populasi mikroba digunakan sebagai substrat hidrolisis untuk
dan kadar gula reduksi secara periodik menghasilkan gula reduksi memiliki kadar
setiap 12 jam sekali. air sebesar 10,88% (b/b) (Tabel 1).
Menurut Loebis (2008) kadar air bahan
Metode Analisis baku dijaga agar tidak meningkat sehingga
Parameter pengamatan dilakukan tidak terjadi penurunan porositas dan laju
pada dua bagian, yaitu pada tepung kulit difusi oksigen yang dapat meyebabkan
ubi kayu dan hidrolisat kulit ubi kayu. perpindahan panas dan massa berlangsung
36
Degradasi Komposisi Selulosa, Hemiselulosa dan Pati....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
kurang baik. Kondisi tersebut akan Profil Hidrolisis Kultur Tunggal dan
mempengaruhi pertumbuhan miselium Kultur Campuran Kapang A. niger,
kapang dan aktivitas enzim. Sebelum T. viride, dan Acremonium sp. IMI
digunakan untuk hidrolisis, tepung kulit 383068
ubi kayu terlebih dahulu diberi perlakuan Penggunaan kultur campuran dapat
pretreatment berupa delignifikasi meningkatkan hasil gula reduksi lebih
menggunakan larutan NaOCl dengan tinggi dibandingkan dengan penggunaan
konsentrasi 1%. Delignifikasi diperlukan kultur tunggal. Hidrolisis oleh kultur
untuk mengurangi kadar lignin, kapang A. niger, T. viride, dan
menurunkan tingkat kristalin selulosa dan Acremonium sp. IMI 383068 dengan
meningkatkan porositas material perlakuan perbedaan penggunaan kultur
(Sanchzes dan Cardona, 2008; Hsu et al., tunggal dan kultur campuran ditunjukkan
2010). pada Gambar 1.
Delignifikasi tepung kulit ubi kayu Gambar 1 menunjukkan bahwa
menunjukkan telah terjadi penurunan hasil pengamatan populasi kapang pada 0
kadar hemiselulosa dari 19,15% menjadi jam rata-rata sebanyak 1x106 CFU/mL
16,93%, kadar lignin dari 8,47% menjadi menghasilkan gula reduksi sebesar
3,04%, dan penurunan kadar pati dari 0,26 g/L. Populasi maksimum kapang dan
20,19% menjadi 11,55%. Hilangnya gula reduksi berada pada waktu hidrolisis
hemiselulosa, lignin, dan pati 48 jam pada semua perlakuan. Populasi
mengakibatkan persentase selulosa tepung maksimum hidrolisis menggunakan kultur
kulit ubi kayu meningkat dari 32,15% tuggal A. niger sebesar 9x106 CFU/mL
menjadi 51,19% (Tabel 1). Dari hasil yang menghasilkan gula reduksi sebesar
diperoleh menunjukkan bahwa adanya 4,86 g/L (Gambar 1a), hidrolisis
proses delignifikasi dapat mengurangi menggunakan kultur tunggal T. viride
kadar lignin, kadar hemiselulosa, dan sebesar 10x106 CFU/mL menghasilkan
kadar pati sehingga meningkatkan kadar gula reduksi sebesar 4,02 g/L
selulosa. Penelitian yang dilakukan oleh (Gambar 1b), hidrolisis menggunakan
Assadam (2014) melaporkan bahwa kultur tunggal Acremonium sp. IMI
struktur serat selulosa pada kulit kopi 383068 sebesar 4x106 CFU/mL
kering lebih berpori setelah delignifikasi menghasilkan gula reduksi sebesar 1,68
menggunakan larutan NaOCl 1%. g/L (Gambar 1c), sedangkan hidrolisis
Ruriani et al. (2012) juga menggunakan kultur campuran A. niger, T.
mengindikasikan bahwa delignifikasi viride, dan Acremonium sp. IMI 383068
menggunakan NaOCl 1% selama 5 jam sebesar 16x106 CFU/mL menghasilkan
mampu mengubah struktur selulosa gula reduksi sebesar 7,23 g/L
menjadi lebih amorf. Selain menurunkan (Gambar 1d).
kadar lignin dan pati, proses delignifikasi
juga mampu munurunkan kadar
hemiselulosa pada tepung kulit ubi kayu.
Menurut Ibrahim (1998) hemiselulosa
mempunyai rantai polimer yang pendek
dan tak berbentuk sehingga sebagian besar
dapat larut dalam air.
37
Degradasi Komposisi Selulosa, Hemiselulosa dan Pati....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
6 16
amilase (Fowler, 1988) yang dapat
(CFU/mL)
12 mendegradasi pati dan selulase (Fowler,
4
8 1988) yang dapat mendegradasi selulosa,
2 4 serta menghasilkan xylanase (Villena et al.,
0 0
2007) yang dapat mendegradasi xylan
0 12 24 36 48 60 72 (hemiselulosa). Kapang T. viride
Waktu hidrolisis (jam) menghasilkan selulase berupa endo-β-1,4-
(a) glukanase, ekso-β-1,4-glukanase, dan β-
8 20 1,4-glukosidase (Crueger dan Crueger,
6 16
selulosa; dan menghasilkan endo-β-1,4-
(CFU/mL)
12 xylanase (Ujiie et al., 1991) yang mampu
4
8 mendegradasi xylan (hemiselulosa).
2 4 Kapang Acremonium sp. IMI 383068
0 0 menghasilkan enzim β-1,3-glukanase dan
0 12 24 36 48 60 72 β-1,6-glukanase (Jayus et al., 2001 &
Waktu hidrolisis (jam) 2004) dan sebagian besar Acremonium sp.
(b) dapat menghasilkan enzim selulase
8 20
(Astutik et al., 2007). Enzim-enzim inilah
Populasi kapang 106
16
6 polisakarida dalam tepung kulit ubi kayu.
(CFU/mL)
38
Degradasi Komposisi Selulosa, Hemiselulosa dan Pati....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
39
Degradasi Komposisi Selulosa, Hemiselulosa dan Pati....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
DAFTAR PUSTAKA Hsu, T.C., Guo, G.L., Chen, W.H., dan Hwang,
Anwar, N. 2010. Peningkatan unjuk kerja W.S. 2010. Effect of dilute acid
hidrolisis enzimatik jerami padi pretreatment of rice straw on structural
menggunakan campuran selulase kasar properties and enzymatic hydrolysis.
dari Trichoderma ressei dan Aspergillus Bioresource Technology, 101: 4907-
niger. Makara Sains. 14 (2): 113-116. 4913.
Artiyani, A., dan Soedjono, E.S. 2011. Ibrahim, M. 1998. Clean fractination of
Bioetanol dari limbah kulit singkong biomassa – steam explosion and
melalui proses hidrolisis dan fermentasi extraction. Faculty of The Virginia
dengan Saccharomyces cerevisiae. Polytechnic Institute and State
“Prosiding Seminar Nasional University.
Manajemen Teknologi XIII” Institut Jayus, J., McDougall, B.M., and Seviour, R.J.
Teknologi Sepuluh Nopember, 2001. Purification and properties of a (1
Surabaya.
→6)-ß-glucanase from Acremonium sp.
Assadam, A. 2014. “Delignifikasi Secara IMI 383068. Enzyme and Microbial
Kimia Kopi Robusta Hasil Samping Technology, 29: 194-200.
Pengolahan Kopi Metode Kering
Sebagai Substrat Bioetanol”. Skripsi. Jayus, J., McDougall, B.M., and Seviour, R.J.
Fakultas Teknologi Pertanian 2004. Purification and
Universitas Jember, Jember. characterization of the (1 → 3)-β-
Astutik, R. P., Kuswytasari, N.D., dan Shovitri, glucanases from Acremonium sp. IMI
M. 2007. Uji Aktivitas Enzim Selulase 383068. FEMS Microbiology Letters,
dan Xylanase Isolate Kapang Tanah 230: 259-264.
Wonorejo, Surabaya. Paper. Jurusan Jayus, J., Nurhayati., Mayzuhroh, A.,
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Arindhani, S., dan Caroenchai, C. 2016.
Pengetahuan Alam, ITS, Surabaya. Studies on bioethanol production of
Crueger, W, dan Crueger, A. 1982. commercial baker’s and alcohol yeast
Biotechnology. Madison: Science Tech, under aerated culture using sugarcane
Inc., Madison. molasses as the media. Agriculture and
Agricultural Science Procedia, 9: 493-
Datta, R. 1981. Acidogenic fermentation of
499.
lignocellulose acid yield and convertion
of components. Biotechnology and Jayus, J., Suwasono, S., dan Wijayanti, I. 2017.
Bioengineering, 23: 2167-2170. Produksi bioetanol secara SHF dan SSF
menggunakan Aspergillus niger,
Dubois, M., Gilles, K.A., Hamilton, J.K.,
Trichoderma viride, dan new aule
Rabers, P.A., dan Smith, F. 1956.
instant dry yeast pada media kulit ubi
Colometric method for determination of kayu. Jurnal Agroteknologi, 11 (01):
sugar and related substances. Analytical
61-68.
Chemistry, 28 (3): 350-356.
Loebis, E.H. 2008. “Optimasi Proses
Faiqoh, H. 2016. “Efisiensi Hidrolisis Tepung
Hidrolisis Kimiawi dan Enzimatis
Kulit Ubi Kayu Menggunakan
Tandan Kosong Kelapa Sawit Menjadi
Aspergillus niger dan Trichoderma Glukosa untuk Produksi Etanol”. Tesis.
viride”. Skripsi. Fakultas Teknologi
Program Pascasarjana, Institut Pertanian
Pertanian Universitas Jember, Jember. Bogor, Bogor.
Fowler, M.W. 1988. “Enzyme Technology” in
Miller, G. L. 1959. Use of dinitrosalycilic acid
Biotechnology for Engineers, Biological
reagent for determination of reducing
System in Technological Processes, sugar. Analysis Chemical, (31): 426-
Edited: Scragg, A. H., John Wiley &
428.
Sons, New York.
40
Degradasi Komposisi Selulosa, Hemiselulosa dan Pati....
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)
Noorvita, I.V., Jayus, J., dan Nurhayati, N. Zamora, A. 2005. Carbohydrate - Chemical
2016. Produksi bioetanol oleh Structure.
Saccharomyces cerevisiae FNCC 3210 http://www.scientificpsychic.com/fitness/
pada media molases dengan kecepatan carbohydrates. [Diakses tanggal 25
agitasi dan aerasi yang berbeda. Jurnal Desember 2016].
Agroteknologi, 10 (02): 184-192.
Ristiati, N. P. 2000. Pengantar Mikrobiologi
Umum. Proyek Pengembangan Guru
Sekolah Menengah IBRD Loan No.
3979, Jakarta.
Ruriani, E., Meryandini, A., dan Sunarti, T.C.
2012. Enzymatic hydrolysis of
delignified corncob using combined
enzyme. International Journal of Food
Nutrition and Public Health, 5: 107-127.
Sanchzes, O.O., dan Candona, C.A. 2008.
Review: Trends of biotechnological
production of fuel ethanol from different
feedstock. Bioresource Technology, 99
(13): 5270-5295.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi.
1997. Prosedur Analisa Untuk bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty,
Yogyakarta.
Taherzadeh, M.J., dan Karimi, K. 2007. Acid-
Based Hydrolysis Prosesses for Ethanol
from Lignocellulosic Materials. Isfahan
University of Technology: Departement
of Chemical Engineering.
Thalagala, T.A.T.P., Kodama, S., Mishima, T.,
Isono, N., Furujyo, A., Kawasaki, Y.,
dan Hisamatsu, M. 2009. Study on a
new preparation od D-Glucose rich
fractions from various lignocelluloses
through a two-step extraction with
sulphuric acid. The Japanese Society of
Applied Glycoscience, 56: 1-6.
41