You are on page 1of 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/337276470

Pengobatan gabapentin terhadap Postherpetic Neuralgia (PHN)

Research  in  Medicina Journal · November 2019


DOI: 10.15562/Medicina.v50i2.801

CITATIONS READS

0 392

6 authors, including:

Dpg Purwa Samatra I Putu Eka Widyadharma


Udayana University Udayana University
40 PUBLICATIONS   37 CITATIONS    141 PUBLICATIONS   45 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Sri Wijayanti
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
10 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Headache View project

Peripheral Diabetic Neuropathy View project

All content following this page was uploaded by I Putu Eka Widyadharma on 05 February 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ARTIKEL ASLI
MEDICINA 2019, Volume 50, Number 2: 404-409
P-ISSN.2540-8313, E-ISSN.2540-8321

Pengobatan gabapentin terhadap Postherpetic


Neuralgia (PHN)

Dewa Putu Gede Purwa Samatra,1* I Putu Eka Widyadharma,1 Hanan Anwar
Rusidi,2 Desak Putu Pratiwi,2 Khalid Walid Ahmad,2 Ida Ayu Sri Wijayanti1 CrossMark

ABSTRACT

Background: Therapy for PHN includes preventing the presence of published from 2000-2018. Manuscripts are collected from Google
herpes zoster infection, which can be done by vaccination or treatment Scholar, PubMed, and the Cochrane Library.
with antiviral drugs and specific therapies to treat pain in PHN. One Results: There were 5 texts that matched the inclusion criteria. From
therapeutic modality that is often used in the management of PHN is the results of studies on PHN treatment, gabapentin has very good
Gabapentin. Gabapentin belongs to the group of antiepileptic drugs efficacy compared to placebo. There was no significant difference if
that works by decreasing neural hyperexcitability which makes the gabapentin was compared with cryoanalgesia, although gabapentin
drug effective in cases of neuropathic pain. had a slightly better efficacy (89.6% versus 86%).
Method: The method used is a systematic review. The inclusion Conclusion: Gabapentin is a good treatment and has an important
criterion is clinical trial research using gabapentin in response to PHN role for PHN treatment

Keywords: gabapentin, postherpetic neuralgia, PHN


Cite This Article: Samatra, D.P.G.P., Widyadharma, I.P.E., Rusidi, H.A., Pratiwi, D.P.,Ahmad, K.W., Wijayanti, I.A.S. 2019. Pengobatan gabapentin
terhadap Postherpetic Neuralgia (PHN). Medicina 50(2): 404-409. DOI:10.15562/Medicina.v50i2.801

ABSTRAK

Pendahuluan: Terapi untuk PHN mencakup mencegah adanya Naskah dikumpulkan dari Google Scholar, PubMed, dan Cochrane
infeksi herpes zoster, yang dapat dilakukan dengan vaksinasi atau Library.
pengobatan dengan antivirus dan terapi spesifik untuk mengatasi Hasil: Di dapatkan 5 naskah yang sesuai kriteria inklusi.
nyeri pada PHN. Salah satu modalitas terapi yang sering digunakan Dari hasil penelitian-penelitian tentang pengobatan PHN
dalam penatalaksanaan PHN adalah gabapentin. Gabapentin tersebut, gabapentin memiliki efikasi yang sangat baik jika
termasuk dalam kelompok obat anti epilepsi yang bekerja dengan dibandingkan dengan placebo. Tidak terdapat perbedaan yang
menurun hipereksitabilitas saraf yang membuat obat tersebut signifikan jika gabapentin dibandingkan dengan cryoanalgesia,
memiliki keefektifan pada kasus-kasus nyeri neuropatik. walaupun gabapentin memiliki efikasi sedikit lebih baik (89,6%
Bahan dan Metode: Metode yang digunakan adalah systematic berbanding 86%).
review. Kriteria inklusi adalah penelitian clinical trial menggunakan Simpulan: Gabapentin merupakan pengobatan yang baik dan
gabapentin pada terapi PHN yang dipublikasi dari tahun 2000-2018. memiliki peran penting untuk pengobatan PHN

Kata Kunci: gabapentin, postherpetik neuralgia, PHN


Cite Pasal Ini: Samatra, D.P.G.P., Widyadharma, I.P.E., Rusidi, H.A., Pratiwi, D.P.,Ahmad, K.W., Wijayanti, I.A.S. 2019. Pengobatan gabapentin
1
Departemen Neurologi, Fakultas terhadap Postherpetic Neuralgia (PHN). Medicina 50(2): 404-409. DOI:10.15562/Medicina.v50i2.801
Kedokteran Universitas Udayana,
Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah, Denpasar
2
Program Studi Pendidikan Dokter,
PENDAHULUAN
Fakultas Kedokteran Universitas Postherpetic Neuralgia (PHN) merupakan suatu varicella zoster virus yang muncul setelah hilangnya
Udayana, Denpasar
komplikasi dari infeksi varicella zoster virus (VZV) ruam atau lesi kulit karena infeksi virus tersebut.1
yang sering terjadi pada kelompok usia tua.1 Nyeri Riwayat infeksi VZV dan gambaran nyeri yang
*
Correspondence to: yang ditimbulkan pada PHN merupakan masalah dikeluhkan menjadi dasar yang penting dalam
Dewa Putu Gede Purwa Samatra, yang cukup serius dan sangat mengganggu kuali- menegakkan diagnosis PHN. Selain itu juga diper-
Departemen Neurologi, Fakultas tas hidup pasien karena dapat bertahan beberapa lukan pemeriksaan cermat dan fokus pada kualifi-
Kedokteran Universitas Udayana,
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah,
bulan hingga tahunan. Postherpetic Neuralgia kasi nyeri untuk mendiagnosis PHN.
Denpasar didefinisikan sebagai kondisi nyeri neuropatik Sekitar 1 juta kasus infeksi herpes zoster terjadi di
purwa_samatra@unud.ac.id yang kronis pada dermatom yang dipengaruhi oleh Amerika Serikat per tahun. Diperkirakan 5% -20%

404
ARTIKEL ASLI

dari mereka berkembang menjadi Postherpetic terbaik. Dalam aplikasi terapi PHN bagi seorang
Neuralgia.2 Frekuensi dan tingkat keparahan dari dokter, penting untuk mempertimbangkan tingkat
PHN meningkat seiring dengan bertambahnya efikasi dan keamanan dari obat yang digunakan
usia, dimana 20% terjadi pada usia 50-65 tahun dan berdasarkan penelitian randomized controlled trial
lebih dari 30% terjadi pada usia >80 tahun.1 termasuk dalam hal ini pertimbangan penggunaan
VZV dalam perjalanannya menetap di saraf gabapentin sebagai salah satu opsi terapi pada PHN.
spinalis dan pada kondisi tertentu dapat aktif
kembali.3 Faktor risiko yang dapat menyebabkan
BAHAN DAN METODE
reaktivasi dari virus herpes zoster antara lain SLE,
Diabetes Melitus, trauma dan pasien dengan kondisi Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah
immunocompromised.4 Reaktivasi virus herpes zoster ini adalah systematic review. Sumber data yang digu-
akan memberikan nyeri neuropatik pada pasien nakan berasal dari literatur-literatur yang diperoleh
tanpa adanya manifestasi ruam kulit, kondisi seperti dari pencarian elektronik. Literatur yang digunakan
ini akan memberikan tantangan baru dalam penega- berasal dari publikasi dan dipilih dengan memper-
kan diagnosis.5 Pasien PHN biasanya mengalami timbangkan kesesuaian terhadap topik bahasan dan
gejala seperti nyeri yang dalam, rasa terbakar, nyeri tujuan pada penelitian ini. Sebanyak 5 penelitian
paroksismal, hiperalgesia, dan alodinia.4 Pasien yang digunakan dalam penyusunan makalah ini.
menderita PHN akan mengalami penurunan kuali- Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah peneli-
tas hidup, fungsi fisik dan psikologis. Penurunan rasa tian clinical trial dengan topik bahasan penggunaan
nyeri sebesar 30% dianggap signifikan, dan untuk gabapentin pada terapi PHN. Pengumpulan data
mencapai target ini biasanya dibutuhkan separuh dilakukan dari tanggal 7 September – 25 September
waktu dari terapi yang dilakukan.6 2018. Populasi adalah data dari penelitian tahun
Terapi untuk PHN mencakup mencegah adanya 2000-2018, Semua uji coba terkontrol secara acak
infeksi herpes zoster, yang dapat dilakukan dengan (RCT) yang diidentifikasi hingga Agustus 2018
vaksinasi atau pengobatan dengan antivirus dan dimasukkan dalam penyusunan makalah. Studi
terapi spesifik untuk mengatasi nyeri pada PHN. yang tidak dipublikasikan, dan dokumen yang
Nyeri yang ditimbulkan oleh PHN dapat bertahan hanya berupa abstrak tidak dimasukkan dalam
bertahun-tahun dan sulit untuk dihilangkan. penyusunan makalah ini. Studi di mana data untuk
Keamanan dan toleransi farmakologis perlu menjadi PHN tidak dianalisis secara terpisah dari sindrom
pertimbangan khusus karena PHN biasa ditemu- nyeri neuropatik lainnya juga tidak termasuk dalam
kan pada populasi usia tua. Setelah diagnosis PHN kriteria dalam penyusunan makalah. Usia rerata
ditegakkan, fokus terapi dilakukan pada manajemen sampel ditetapkan minimal 18 tahun dan minimal
nyeri dan masalah terkait komplikasi yang dapat follow-up dilakukan selama 2 minggu.
muncul. Obat pilihan pertama yang biasa digunakan Pengumpulan literatur dilakukan dari beberapa
yaitu agen antidepresan trisiklik, gapapentin, dan sumber seperti Google Scholar, PubMed, Cochrane
pregabalin Pedoman saat ini menganjurkan pengo- Library. Istilah yang digunakan dalam penelusu-
batan PHN secara hierarkis. Dengan kanal kalsium ran adalah: ''postherpetic-neuralgia'', ''gabapentin'',
α2-δ ligan (gabapentin dan pregabalin), TCA ''randomized clinical trial'', ''double blind'' dan
(amitriptilin, nortriptilin, atau desipramin), atau ''clinical trial''. Selain itu literatur juga dikumpul-
patch lidokain topikal sebagai terapi lini pertama. kan dari publikasi berupa review dan meta-analisis
Untuk pilihan terapi lini kedua dapat menggunakan dari penelitian sebelumnya yang terkait dengan
opioid dan patch atau krim capsaicin topikal atau gabapentin dan post-herpetic neuralgia sebagai refe-
dapat juga dengan mengombinasikan dua obat rensi tambahan dalam penyusunan makalah ini.
dengan mekanisme kerja yang berbeda.6,7 Aspek-aspek yang dilaporkan dalam literatur
Salah satu modalitas terapi yang sering digu- mencakup: (i) penurunan skor intensitas nyeri
nakan dalam penatalaksanaan PHN adalah rerata 24 jam, (ii) kualitas tidur (iii) efek samping.
gabapentin. Gabapentin termasuk dalam kelompok Aspek primer yang diamati dari berbagai literatur
obat anti epilepsi yang bekerja dengan menurun yang dikumpulkan adalah penilaian terhadap skala
hipereksitabilitas saraf yang membuat obat terse- nyeri. Tingkat keparahan nyeri dievaluasi dengan
but memiliki keefektifan pada kasus-kasus nyeri menggunakan skor visual analog yang divalidasi
neuropatik. Gabapentin mengikat subunit kanal (VAS) atau Numerical Rating Scale (NRS).
kalsium, mengurangi sintesis yang dimediasi
kalsium dan pelepasan neurotransmitter.8
HASIL
Sampai saat ini ada beberapa pilihan terapi
untuk PHN, dan cukup sulit untuk menentukan Dari pengumpulan literatur yang dilakukan melalui
terapi mana yang memiliki tingkat terapeutik yang pencarian elektronik, didapatkan 5 artikel publikasi

Medicina 2019; 50(2): 404-409 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.801 405


ARTIKEL ASLI

yang memenuhi kriteria dan sesuai dengan topik Pada kelompok B juga didapatkan perbedaan secara
yang dipilih yaitu publikasi randomized clinical trial statistik yang signifikan pada perubahan VAS dan
tentang penggunaan gabapentin pada terapi PHN. Sf-MGPQ dengan masing-masing nilai p≤0,0001.
Pada randomized control trial yang dilakukan Sedasi adalah efek samping yang paling umum pada
Nikam dkk., dibandingkan antara penggunaan pemberian gabapentin, kondisi ini didapatkan pada
cryoanalgesia dan gabapentin dalam terapi PHN. 6 pasien. Kemudian efek samping berupa mulut
Pada penelitian tersebut, sampel yang digunakan kering dialami 3 pasien, mual dan sakit kepala pada
berjumlah 50 pasien dengan PHN yang menggu- 2 pasien. Kenaikan berat badan juga diamati pada
nakan dosis harian amitriptilin oral 25 mg. Sampel 1 pasien.
kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Pada studi yang dilakukan Nikam dkk.,
kelompok A dan kelompok B. Setiap kelompok didapatkan hasil kelompok yang mendapatkan
berjumlah 25 orang. Kelompok A mendapatkan cryoanalgesia menunjukkan pengurangan 86%
cryoanalgesia mingguan berupa 60-90 detik dengan dan kelompok yang mendapatkan gabapentin
menggunakan spray nitrogen cair (gas nitrogen menunjukkan pengurangan 89,6% dari baseline
bertekanan -196°C). Sedangkan kelompok B VAS. Meskipun kelompok gabapentin menunjuk-
mendapatkan gabapentin 600 mg oral selama 8 kan pengurangan VAS yang lebih baik dibanding
minggu. Semua terapi sistemis atau topikal yang kelompok dengan cryoanalgesia namun perbe-
digunakan sebelumnya untuk PHN dihentikan daannya tidak signifikan secara statistik.
satu bulan sebelum memulai studi. Penilaian efikasi Rice dkk. melakukan studi dengan menggu-
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah nakan double blind randomized control trial, dalam
dengan menggunakan Short form Mc- GILL Pain penelitian tersebut melibatkan total 334 pasien yang
Questionnaire (Sf-MGPQ). menderita PHN, dengan usia minimal 18  tahun.
Rerataumur, distribusi jenis kelamin dan durasi Rerata usia sampel dalam penelitian tersebut
PHN semua sebanding dalam studi yang dilakukan adalah 73 tahun. Sampel menerima gabapentin
Nikam dkk. Dermatom T10-T11 adalah derma- 1800 atau 2400 mg setiap hari atau plasebo yang
tom yang paling sering terkena dalam penelitian. terbagi dalam tiga dosis. Pasien diacak dengan
Rerata durasi PHN pada penelitian pada kelompok menggunakan randomisasi komputer, gabapen-
A 7,16  bulan dan grup B 7,54 bulan, perbedaan tin dan placebo dikemas dengan menggunakan
tersebut tidaklah signifikan. Dalam studi hasil yang kapsul yang sama. Follow up dilakukan dalam
ditunjukkan pada kelompok A adalah adanya perbe- kurun waktu 7 minggu. Parameter primer yang
daan secara statistik yang signifikan pada peruba- dinilai adalah perubahan skor nyeri rerata harian
han VAS dan Sf-MGPQ dengan masing-masing yang diamati dari awal minggu penelitian hingga
nilai p≤0,0001. Efek samping yang muncul pada minggu terakhir penelitian. Skala yang digunakan
kelompok A dibagi menjadi 2 yaitu yang disebabkan dalam pengukuran nyeri adalah dengan VAS.
karena aplikasi krioterapi dan karena koadministrasi Parameter sekunder juga diamati dalam penelitian
amitriptilin. Efek samping yang muncul yaitu adanya ini, meliputi sleep interference diary, kualitas hidup
eksaserbasi akut yang bersifat sementara pada dengan Short Form-36 (SF-36), Short Form-McGill
3 pasien. Selain itu didapatkan 1 pasien mengalami Pain Questionnaire (SF-MPQ) dan Clinician and
kulit yang melepuh akibat induksi cryoanalgesia. Patient Global Impression of Change (CGIC/PGIC).

Tabel 1  Rangkuman Clinical Trial


Penulis, Desain Skala Efek
tahun Penelitian Follow Up Kelas Terapi Terapi Spesifik Sampel Umur Nyeri samping
Nikam Randomized, 8 minggu Antiepileptic Gabapentin 25 Rerata65 tahun VAS v
dkk., 2018 double-blind
Cryoanalgesia Liquid nitrogen spray 25
Rice dkk., Randomized, 7 minggu Antiepileptic Gabapentin 223 Rerata75.5 tahun NRS v
2001 double-blind Plasebo Plasebo 111 Rerata74.9 tahun
Zhang Randomized, 14 minggu Antiepileptic Gabapentin 189 Minimal 18 tahun NRS v
dkk., 2013 double-blind Plasebo Plasebo 95
Backonja Randomized, 2 minggu Antiepileptic Gabapentin 47 18-89 tahun NRS v
dkk., 2011 double-blind Plasebo Plasebo 54
Wallace Randomized, 10 minggu Gabapentin ER QD Gabapentin ER DD 269 Minimal 18 tahun NRS v
dkk., 2010 double-blind
Plasebo Plasebo 131

406 Medicina 2019; 50(2): 404-409 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.801


ARTIKEL ASLI

Dari total sampel yang digunakan, 111 pasien dosis dari 1.200 mg hingga 3.600 mg dan umumnya
diacak untuk mendapatkan terapi dengan plasebo, ditoleransi dengan baik. Efek samping yang paling
115 pasien mendapatkan gabapentin 1.800 mg/hari sering dilaporkan adalah pusing dan somnolen.
dan 108 pasien mendapatkan gabapentin 2.400 mg/ Studi yang dilakukan oleh Backonja dkk. meli-
hari. Dari hasil pengamatan dari awal minggu batkan 101 pasien dengan PHN dengan rentang
hingga akhir minggu penelitian menunjukkan usia 18-89 tahun. Sampel dibagi ke dalam dua
perbaikan signifikan pada kelompok gabapentin kelompok. Sebanyak 47 sampel mendapatkan
1.800 dan 2.400 mg dibandingkan dengan penggu- gabapentin 1200  mg dan 54 sampel mendapatkan
naan plasebo. Skor rerata pengurangan nyeri pada placebo sebanyak dua kali sehari dalam kurun
kelompok plasebo adalah dari 6,4 menjadi 5,3 atau waktu 14 hari. Aspek-aspek yang dievaluasi dalam
pengurangan sebesar 15,7%. Untuk gabapentin studi ini antara lain nyeri yang dilaporkan pasien,
1.800 mg didapatkan skor pengurangan nyeri dari kualitas tidur, mood, perbaikan global, dan efek
6,5 menjadi 4,3 (pengurangan 34,5%) dan untuk samping yang muncul. Penilaian efikasi gabapentin
gabapentin 2.400 mg didapatkan skor pengurangan untuk nyeri pada studi ini menggunakan NRS.untuk
nyeri dari 6.5 menjadi 4.2 (pengurangan 34,4%). menghitung skor nyeri setiap pasien, skor pagi dan
Secara statistik perbedaan efikasi antara plasebo sore untuk setiap hari dirata-ratakan bersama untuk
dan gabapentin 1.800 mg adalah 18,8% (IK95% mendapatkan skor nyeri rerata harian, dan skor
10,9–26,8% , p<0,01). Perbedaan efikasi antara nyeri mingguan rerata adalah rerata dari skor nyeri
plasebo dan gabapentin 2.400 mg adalah 18,7% harian rerata untuk setiap minggu.
(IK95% 10,7-26,7%; p<0,01). Perbaikan dari skor nyeri mingguan rerata dari
Sedangkan hasil yang didapatkan untuk awal sampai akhir pengobatan secara signifikan
parameter sekunder yang diteliti dalam penelitian lebih besar untuk penggunaan gabapentin (-2,1)
tersebut, sleep interference diary tidak terdapat jika dibandingkan dengan plasebo (-1,2), p=0,0321.
perbedaan yang signifikan. Ada perbedaan yang Perbaikan signifikan dari penggunaan gabapentin
signifikan pada gabapentin dibandingkan dengan jika dibandingkan plasebo juga terlihat dalam tidur,
placebo pada >50% pengurangan intensitas nyeri, suasana hati, dan penilaian global pasien (P <0,05).
CGIC/PGIC, SF MPQ (kedua dosis), skala analog Studi yang dilakukan Backonja dkk. memberikan
visual nyeri dari SF-MPQ (2400 mg saja) dan dari kesimpulan penggunaan gabapentin efektif dalam
domain kesehatan mental dari SF-36. Efek samping penatalaksanaan nyeri pada PHN, dan secara umum
penggunaan gabapentin yang didapatkan pada aman dan ditoleransi dengan baik pada pasien
studi Rice dkk. yaitu dizziness dan juga somnolen. dengan PHN. Pada studi ini, efek yang paling sering
Pada studi RCT yang dilakukan oleh Zhang ditemukan adalah, dizziness, mual, dan sakit kepala.
dkk., menggunakan total 371 pasien dengan PHN. Studi yang dilakukan oleh Wallace dkk. terhadap
Studi yang dilakukan Zhang dkk. bertujuan untuk 400 pasien dengan usia minimal 18 tahun. Sampel
mengevaluasi efikasi dan keamanan dari 3 dosis dibagi ke dalam 3 kelompok. Kelompok pertama,
pemeliharaan gabapentin yaitu gabapentin 1.200 mg/ sebanyak 134 pasien, mendapatkan gabapentin ER
hari, 2.400 mg/hari, dan 3.600 mg/hari (diberikan QD dengan dosis 1800 mg saat makan ; kelom-
600 mg dua kali sehari, 1.200 mg dua kali sehari, pok kedua, sebanyak 135 pasien, mendapatkan
atau 1.800 mg dua kali sehari ), untuk pengobatan gabapentin ER DD dengan dosis 600 mg saat sara-
nyeri PHN dibandingkan dengan plasebo . Skala pan dan 1200 mg saat makan malam; kelompok
evaluasi yang digunakan dalam studi tersebut adalah ketiga, sebanyak 131 pasien, mendapatkan plasebo.
dengan NRS. Pada penelitian oleh Zhang dkk. follow Hal-hal yang dievaluasi dalam studi ini antara lain
up dilakukan selama 14 minggu. Sampel secara acak nyeri yang dilaporkan oleh pasien, gangguan tidur
mendapatkan gabapentin 1.200 mg hari, 2.400 mg/ harian, dan efek samping yang muncul. Penilaian
hari, 3.600 mg/hari, atau plasebo dalam rasio 1:1:1:1. efikasi gabapentin ER pada studi menggunakan
Hasil yang didapatkan dari studi Zhang dkk. NRS. Pasien dinilai dari akhir minggu baseline dan
yaitu 3 kelompok pengobatan dengan gabapentin pada minggu 2, 4, 6, 8, dan 10.
menunjukkan perbedaan yang signifikan secara Hasil studi ini menunjukkan bahwa perbedaan
statistik terhadap plasebo. Perubahan rerata skala diantara grup dalam perubahan mean least squares
nyeri dari baseline untuk kelompok perlakuan berk- (LS) pada skor BOCF ADP tidak mencapai nilai
isar 2,36-2,72 dibandingkan 1,66 untuk kelompok signifikan secara statistik (gabapentin ER QD -1,85
plasebo. Semua dosis yang diteliti dari gabapentin [p=0,110 vs placebo]; gabapentin ER DD -1,72
secara signifikan mengurangi nyeri yang terkait [p=0,225 vs placebo]; placebo -1,42). Pada analisis
dengan PHN dibandingkan dengan plasebo. LOCF, mean skor ADP LS untuk grup gabapentin
Menurut studi tersebut, gabapentin memberikan ER QD, tapi tidak untuk grup DD, mengalami
pereda nyeri yang penting secara klinis dengan peningkatan dibandingkan placebo (gabapentin

Medicina 2019; 50(2): 404-409 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.801 407


ARTIKEL ASLI

ER QD, -2,28; p=0,032 vs placebo). Peningkatan GABA. Tetapi, beberapa studi menemukan bahwa
yang terjadi jika dibandingkan dengan placebo juga gabapentin menghasilkan efek pengurangan nyeri
terlihat pada grup gabapentin ER QD, tapi tidak dengan memodulasi target lain.10
pada grup DD, untuk skor mean gangguan tidur Dari hasil penelitian-penelitian tentang pengo-
harian (gabapentin ER QD, -2,49; placebo, -1,63; batan PHN tersebut, gabapentin memiliki efikasi
p<0,001). yang sangat baik jika dibandingkan dengan placebo.
Kejadian adverse events (AEs) yang paling Tidak terdapat perbedaan yang signifikan jika
sering terjadi adalah AEs ringan atau sedang. gabapentin dibandingkan dengan cryoanalgesia,
Diantara pasien dengan pengobatan gabapentin, walaupun gabapentin memiliki efikasi sedikit lebih
12% dan 11% mengundurkan diri karena AEs, baik (89,6% berbanding 86%). Hasil pengamatan
dimana dizziness yang paling banyak terjadi pada Rice dkk. dari awal minggu hingga akhir minggu
grup gabapentin ER QD (2%) dan DD (3%). AEs penelitian, menunjukkan perbaikan signifikan
terkait pengobatan pada grup dengan pengobatan pada kelompok gabapentin 1800 dan 2400 mg
gabapentin ER terjadi sebesar 31% pasien. AEs dibandingkan dengan penggunaan plasebo.
yang paling sering terjadi grup gabapentin ER QD Namun, jika dibandingkan skor rerata antara
dan DD masing-masing adalah dizziness (10% dan gabapentin 1800 mg dan 2400 mg, didapatkan
15%), nyeri kepala (4% dan 7%), somnolen (3% dan perbedaan yang tidak signifikan. Untuk gabapentin
7%), dan edema perifer (5% dan 5%). 1800 mg didapatkan skor pengurangan nyeri dari
6,5 menjadi 4,3 (pengurangan 34,5%) dan untuk
gabapentin 2400 mg didapatkan skor pengurangan
DISKUSI
nyeri dari 6,5 menjadi 4,2 (pengurangan 34,4%).
PHN dapat bertahan lama selama bertahun-tahun Hasil ini sesuai dengan jurnal yang dibuat oleh
dan sulit untuk diobati. Keamanan dan tolerabili- Mallick-Searle dkk. ,di mana efikasi gabapentin
tas dari terapi farmakologis merupakan masalah terhadap PHN memiliki jangkauan antara 1800 mg
penting untuk menganggap PHN mempengaruhi – 3600 mg per hari, tetapi tidak memiliki manfaat
terutama pada populasi yang lebih tua. Saat PHN tambahan untuk dosis >1800 mg per hari. Pada
telah terdiagnosis, pengobatan sebaiknya diar- analisis LOCF yang dilakukan oleh Wallace dkk.
ahkan ke pengendalian nyeri dan meminimalisir ,mean skor ADP LS untuk grup gabapentin ER QD,
terapi dengan efek samping. Tidak ada pengobatan tapi tidak untuk grup DD, mengalami peningkatan
tunggal terbaik yang telah diketahui. Tricyclic dibandingkan placebo (gabapentin ER QD, -2,28;
anidepressants (TCAs), gabapentin dan pregabalin p=0,032 vs placebo).
secara umum digunakan sebagai pilihan pertama Respons yang merugikan terhadap medikasi
pada pengobatan PHN. Untuk pasien dengan PHN lebih sering terjadi pada pasien populasi tua, dan
sedang atau buruk, yang memiliki kontraindikasi polifarmasi, penggunaan yang tidak tepat, dan
atau intoleransi terhadap TCAs, pertimbang- penyesuaian yang buruk merupakan faktor risiko
kan untuk memakai gabapentin atau pregabalin pendukung. Lebih lanjut, banyak medikasi oral
sebagai pengobatan. Gabapentin, pertama kali memerlukan titrasi yang baik untuk dosis optimal
diakui sebagai medikasi antikonvulsan, tercatat dan dosis harian, dan dapat disertai efek samp-
memiliki efek yang menguntungkan terhadap nyeri ing yang mengganggu.9 Kejadian efek samping
neuropatik.9 yang paling sering terjadi pada pasien PHN yang
Gabapentin dapat mengurangi efek nyeri menggunakan gabapentin yaitu, pusing (23,9%),
dengan bekerja di sistem saraf pusat dan di daerah somnolen (27,4%), ataksia (7,1%), edema perifer
perifer (neuron dorsal root ganglion/DRG). Oleh (9,7%), dan kebingungan. Jacob dkk. melaporkan
karena itu, gabapentin ditemukan berguna pada terjadinya asterixis (mioklonus negatif yang terjadi
nyeri yang berhubungan dengan cedera di tulang akibat dari jeda mendadak pada inervasi lebih dari
belakang, dan juga pada nyeri neuropatik perifer. 200 ms) pada pasien PHN dengan pengobatan
Gabapentin bekerja di perifer untuk menahan gabapentin. Asterixis telah dijelaskan terjadi karena
stimulus aferen nociceptive dari cedera neuron respons terhadap akumulasi dari ligan resep-
DRG ke tulang belakang dengan mengurangi tor benzodiazepine endogen yang bekerja pada
sub-threshold membrane potential oscillation reseptor GABA-A di otak. Obat-obatan seperti
(SMPO). Inhibisi persisten aliran sodium oleh fenobarbiton, karbamazepin dan valproat diketa-
gabapentin pada kompresi neuron DRG kronis hui menghasilkan asterixis dengan meningkatkan
telah dijelaskan dapat meningkatkan inhibisi transmisi GABA. Oleh karena itu, mekanisme
dari SMPO. Gabapentin dibuat sebagai mimetik GABAergic dalam bentuk peningkatan pelepasan
dari GABA dengan tujuan untuk dapat melewati GABA telah dijelaskan sebagai mekanisme yang
blood-brain barrier dan berinteraksi dengan sistem mungkin terjadi untuk pembentukan asterixis terh-
GABAergic untuk meningkatkan inhibisi oleh adap respons terapi gabapentin.10

408 Medicina 2019; 50(2): 404-409 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.801


ARTIKEL ASLI

Efek samping yang paling banyak didapat dari 2. Turk D, Ronald M. Handbook of Pain Assessment. Edisi 2.
2001. London: The Guilford Press.
penelitian yang dilakukan oleh Zang dkk. ,Rice dkk. 3. Aminoff M, Francois B, Dick F. Postherpetic Neuralgia;
dan Wallace dkk. sesuai dengan jurnal Mallick- dalam Handbook of Clinical Neurology. Editor: C Peter.
Searle dan Kukkar dkk. yaitu pusing dan somnolen. Volume 81. Edisi 3. 2006. Canada: Elsevier. p654-674.
4. Dubinsky R, dkk. Practice Parameter: Treatment of
Namun, pada penelitian Nikam dkk., didapatkan Postherpetic Neuralgia. 2004. American Academy of
efek samping berupa sedasi (6 orang), mulut kering Neurology. p959-965.
(3 orang), mual dan sakit kepala (2 orang) serta 5. Alvin W. Postherpetic Neuralgia; dalam Medscape
Reference. Editor: Robert A. 2012.
kenaikan berat badan (1 orang). 6. Kost R, Stephen E. Postherpetic Neuralgia: Pathogenesis,
Treatment, and Prevention. 1996. The New England
Journal of Medicine. p32-40.
KONFLIK KEPENTINGAN 7. Roxas M. Herpes Zoster and Postherpetic Neuralgia:
Diagnosis and Therapeutic Considerations. Volume 11.
Tidak ada 2006. Alternative Medicine Review. p102-111.
8. Jericho B. Postherpetic Neuralgia: A Review. Volume  16.
2010. Chicago: The Internet Journal of Orthopedic Surgery.
KESIMPULAN 9. Mallick-Searle T. dkk. Postherpetic neuralgia: epidemiol-
ogy, pathophysiologi, and pain management pharmacology.
Gabapentin merupakan pengobatan yang baik 2016. Journal of Multidisciplinary Healtcare. pp447-454.
10. Kukkar A. dkk. Implications and mechanism of action of
dan memiliki peran penting untuk pengobatan gabapentin in neuropathic pain. 2013. Arch. Pharm. Res.
PHN. Vol 36. pp237-251

DAFTAR PUSTAKA
1. Rabey M, M. Manip. Post-herpetic Neuralgia: Possible
Mechanisms for Pain Relief with Manual Therapy. 2003.
London: Science Direct. p180-184. This work is licensed under a Creative Commons Attribution

Medicina 2019; 50(2): 404-409 | doi: 10.15562/Medicina.v50i2.801 409


View publication stats

You might also like