You are on page 1of 11

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI OSSA CRURIS

PADA KASUS FRAKTUR 1/3 MEDIAL TIBIA-FIBULA


DI INSTALASI RADIOLOGI

Artikel ilmiah

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan

Disusun oleh :

NUR AMALIA

1910505003

PRODI DIII RADIOLOGI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

2020
HALAMAN PENGESAHAN

Artikel ilmiah ini telah diperiksa oleh dosen pembimbing dan telah disetujui untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan I Jurusan Radiologi Faakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

Nama : Nur Amalia

Nim : 1910505003

Judul : “Teknik Pemeriksaan Radiografi Ossa Cruris Pada Kasus Fraktur 1/3 Medial
Tibia-Fibula Di Instalasi Radiologi”

Yogyakarta, 21 Juni 2020

Mengetahui,
Pembimbing

Muhammad Faik, M. Tr.ID


NIDK 8854723420
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI OSSA CRURIS
PADA KASUS FRAKTUR 1/3 MEDIAL TIBIA-FIBULA
DI INSTALASI RADIOLOGI
Nur Amalia1), Muhammad Faik2)
1,2)
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
e-mail: lhyanur566@gmail.com
Abstract: Radiographic examination technique ossa cruris in the case fracture 1/3 medial of the
tibia-fibula at the radiology installation were perfomed using AP and lateral cross table
projection, with the patient supine on the examination table. This research aims to find out how
radiographic examination technique in fracture case of the 1/3 medial tibia-fibula, and why only
use AP and lateral cross table projections. This research was conducted with a simulation method
of radiographic examination of ossa cruris with fracture case of the 1/3 medial tibia-fibula at the
Radiology Installation. Reserch was conducted on 15-18 june 2020, conducted on 1 patient, the
independent variable was the technique radiographic examination of cruris and the dependent
variable was the result of ossa cruris examination. Data collection is carried out by observing and
studying literature (literature). The results showed that technique of ossa cruris examination in
the fractire case of the 1/3 medial tibia-fibula only used AP and lateral cross table projections,
without spesial preparation. Radiographic examination of ossa cruris, using AP and lateral cross
table projections can clearly visualize the fracture abnormalities in ossa cruris.
Key words: Ossa cruris, Tibia-Fibula, Fracture, AP, Lateral cross table
Abstrak: Teknik pemeriksaan radiografi Ossa Cruris pada kasus fraktur 1/3 medial tibia-fibula
di instalasi radiologi dilakukan dengan menggunakan proyeksi AP dan lateral cross table,
dengan pasien supine diatas meja pemeriksaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana teknik pemeriksaan radiografi ossa cruris pada kasus fraktur, dan kenapa hanya
menggunakan proyeksi AP dan lateral cross table. Penelitian ini dilakukan dengan metode
simulasi pemeriksaan radiografi ossa cruris dengan kasus fraktur 1/3 medial tibia-fibula di
Instalasi Radiologi. Waktu penelitian 15-18 Juni 2020, dilakukan pada 1 pasien, variable bebas
teknik pemeriksaan ossa cruris dan variable terikat hasil pemeriksaan ossa cruris. Pengumpulan
data dilakukan dengan melakukan observasi dan studi literature (kepustakaan). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tenik pemeriksaan ossa cruris pada kasus fraktur 1/3 medial tibia-fibula
hanya menggunakan proyeksi AP dan lateral cross table, tanpa persiapan khusus. Pemeriksaan
radiografi ossa cruris, dengan menggunakan proyeksi AP dan lateral cross table sudah dapat
memvisualisasikan dengan jelas kelainan fraktur pada ossa cruris.

Kata kunci : Ossa cruris, Tibia-Fibula, Fraktur, AP, Lateral cross table
PENDAHULUAN

Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengetahui


anatomi dan fisiologi dari suatu orang sehingga pada kelainan patologis maupun traumatis dapat
membantu dalam menentukan diagnosa (Evelin, 2009).

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur
terjadi akibat trauma, beberapa fraktur terjadi secara sekunder akibat proses penyakit seperti
osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur yang patologis (Engram, 1998 : 266).

Ossa cruris dibentuk oleh dua tulang yaitu tibia dan fibula. Ukuran tibia lebih besar
dibandingkan dengan fibula. Ujung bawah fibula bagian luar membentuk tonjolon disebut
dengan malleolus lateralis. Demikian juga pada tulang tibia bagian bawah tulang membentuk
tonjolon pada sisi luarnya disebut dengan malleolus medialis. Malleolus lateralis terlihat lebih
dibawah dari pada malleolus medialis. Persendian antara cruris dengan pedis pada tulang talus
disebut dengan talocruralis joint. Sedangkan bagian atas dari tibia sisi luar disebut dengan
condyles lateralis dan medialis. Untuk fibula bagian atas membentuk caput fibula. Tulang tibia
bagian atas berhubungan dengan femur (Utami dkk, 2014)

Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsinya (Brunner & Suddart, 2000). Fraktur 1/3 medial tibia-fibula
adalah tulang tibia-fibula dibagi menjadi tiga bagian, kemudian bagian yang di tengah
mengalami fraktur.

Penyebab fraktur adalah trauma, yang dibagi atas trauma langsung, trauma tidak
langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu benturan pada tulang, biasanya penderita
terjatuh dengan posisi miring dimana daerah trokhater mayor langsung terbentur dengan benda
keras (jalanan). Trauma tidak langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan,
misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat
menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur
patologis (Sjamsuhidayat dkk, 2010).
Menurut Ballinger (1999), teknik pemeriksaan ossa cruris menggunakan proyeksi :
1. Anteroposterior (AP)
2. Lateral
3. AP obliq medial rotation
4. AP obliq lateral rotation
Menurut Bontrager (2014), pemeriksaan ossa cruris pada kasus trauma menggunakan
proyeksi AP dan lateral cross table. Pemeriksaan radiografi ossa cruris bertujuan untuk melihat
kelainan-kelainan yang terdapat pada ossa cruris. Pada proyeksi AP, pasien diposisikan supine di
atas meja pemeriksaan, kedua kaki diluruskan, kaset diletakkan dibawah cruris dan memasukkan
knee joint dan ankle joint dalam daerah penyinaran, arah sinar vertikal tegak lurus terhadap
kaset, diarahkan ke medial cruris. Untuk proyeksi lateral, posisi pasien sama saat pemeriksaan
proyeksi AP, kaset diletakkan secara cross table di antara kedua kaki, penggunaan penopang di
bawah kaki yang cedera agar berada dipertengahan kaset, sinar diatur horizontal dari sisi lateral
pasien dan tegak lurus terhadap kaset diarahkan ke medial cruris.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Teknik Pemeriksaan Radiografi Ossa Cruris Pada Kasus Fraktur 1/3 Medial Tibia-
Fibula di Instalasi Radiologi”. Dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana teknik
pemeriksaan ossa cruris pada kasus fraktur, dan kenapa pemeriksaannya hanya menggunakan
proyeksi AP dan lateral cross table.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode simulasi pemeriksaan radiografi ossa cruris
dengan kasus fraktur 1/3 medial tibia-fibula di instalasi radiologi. Waktu penelitian 15-18 Juni
2020, di instalasi radiologi, dilakukan pada 1 pasien, variable bebas teknik pemeriksaan ossa
cruris dan variable terikat hasil pemeriksaan ossa cruris. Pengumpulan data dilakukan dengan
melakukan observasi dan studi literature (kepustakaan) yaitu dengan mempelajari buku, jurnal,
makalah dan sumber – sumber lain untuk mendapatkan dasar–dasar ilmiah yang berhubungan
dengan pemeriksaan radiografi fraktur 1/3 medial tibia-fibula. Data yang diperoleh dibuat dalam
bentuk transkip, selanjutnya dilakukaan reduksi data dan kategisasi data, kemudian dilakukaan
koding untuk mempermudah dalam pengkajian data dan ditarik kesimpulan.
HASIL

A. Identitas pasien

Nama : No Name

Tanggal lahir :-

Alamat :-

Jenis kelamin :-

No RM :-

Klinis : Fraktur

B. Prosedur Pemeriksaan Radiografi Ossa Cruris Pada Kasus Fraktur


Tidak ada persiapan khusus bagi pasien. Pasien melepas benda - benda logam yang dapat
mengganggu hasil radiograf. Setelah itu pasien diberi penjelasan tentang prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan. Pasien diberi intruksi untuk tidak bergerak selama
pemeriksaan.
a) Persiapan Alat Dan Bahan
1. Pesawat sinar –x
2. Manual Processing
3. Alat Fiksasi/ Box Film
(pengganjal) dengan ketebalan 3 cm
4. Kaset ukuran 30 x 40 cm.
5. Marker R dan L
6. Meteran
7. Plester
8. Film 30 x 40 cm
b) Prosedur Kerja
1. Perawat mendaftarkan pasiennya ke loket radiologi
2. Petugas administrasi mencatatkan pasien di buku administrasi, dengan mencatatkan
nama pasien, nomor Rekam Medik (RM), status dan lainnya di buku administrasi
3. Mempersiapkan pesawat
4. Mempersiapkan kaset 30 x 40
5. Melakukan tindakan pemotretan
c) Teknik Pemeriksaan Laporan Kasus
1. Proyeksi AP (Antero Posterior)
 Posisi Pasien : Pasien berbaring di atas meja pemeriksaan.
 Posisi Objek :
- Ossa cruris di letakkan di atas kaset dengan kedua sendi masuk dalam
pemeriksaan.
- Atur tubuh pasien senyaman mungkin,
- Pastikan tidak ada rotasi pada objek.
 CP :
- Pertengahan ossa cruris, batas atas knee joint dan atas bawah ankle joint.
 CR : Vertikal tegak lurus bidang kaset
 FFD : 100 cm
 Ukuran kaset : 30 x 40 cm
 Factor eksposi :
- kV : 52
- mA : 150
- S : 0,05

Gambar 1: AP ossa cruris (Bontrager, 2014)


2. Proyeksi Lateral Cross Table
 Posisi Pasien :
- Pasien berbaring di atas meja pemeriksaan.
 Posisi Objek :
- Ossa cruris diletakkan di atas pengganjal
- kaset diletakan di samping sebelah kanan ossa cruris
- Kedua sendi masuk dalam pemeriksaan.
- Atur tubuh pasien senyaman mungkin,
- Pastikan tidak ada rotasi pada objek.
 CP :
- Pertengahan ossa cruris,
- Batas atas knee joint dan atas bawah ankle joint.
 CR : Horizontal tegak lurus bidang kaset
 FFD : 100 cm
 Ukuran kaset : 30 x 40 cm
 Factor Eksposi :
- kV : 52
- mA : 150
- S : 0,05

Gambar 2: Lateral cross table ossa cruris (Bontrager, 2014)


d) Proteksi radiasi
 Proteksi radiasi pada pasien, diantaranya :
- Menggunakan faktor eksposi yang tepat.
- Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan.
- Cahaya penyinaran secukupnya.
 Proteksi radiasi pada petugas, diantaranya :
- Petugas selalu menjaga jarak dengan sumber radiasi saat bertugas
- Selalu berlindung dibalik tabir proteksi sewaktu melakukan ekspose
- Jika tidak diperlukan, petugas sebaiknya tidak berada di area pemeriksaan
- Jangan mengarahkan tabung kearah petugas
- Petugas menggunakan alat ukur radiasi personal Tim Badge
 Proteksi terhadap masyarakat umum, diantaranya :
- Sewaktu pemeriksaan berlangsung, selain pasien jangan berada pada ruang
pemeriksaan
- Ketika penyinaran berlangsung pintu kamar pemeriksaan selalu ditutup.
- Tabung sinar-X dirahkan ke daerah yang aman (jangan mengarah ke ruang
tunggu)
PEMBAHASAN
Menurut Ballinger (1999), pemeriksaan ossa cruris menggunakan empat proyeksi yaitu
AP, Lateral, AP obliq medial rotation, dan AP obliq lateral rotation sedangkan menurut
Bobtrager (2014), terdapat dua proyeksi yang digunakan untuk pemeriksaan ossa cruris trauma
yaitu AP dan lateral coss table.
Pemeriksaan radiografi ossa cruris bertujuan untuk melihat kelainan-kelainan yang
terdapat pada ossa cruris. Pada proyeksi AP, pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan,
kedua kaki diluruskan, kaset diletakkan di bawah ossa cruris dan memasukkan knee joint dan
ankle joint dalam daerah penyinaran, arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset, diarahkan ke
medial ossa cruris. Untuk proyeksi lateral cross table, posisi pasien sama saat pemeriksaan
proyeksi AP, kaset diletakkan secara cross table di antara kedua kaki, penggunaan penopang di
bawah kaki yang cedera agar berada dipertengahan kaset, sinar diatur horizontal dari sisi lateral
pasien dan tegak lurus terhadap kaset diarahkan ke medial cruris.
Mengapa hanya dua proyeksi yang dipakai dalam pemeriksaan ossa cruris pada kasus
fraktur 1/3 medial tibia-fibula?, karena proyeksi tersebut sudah dapat memvisualisasikan dengan
jelas kelainan fraktur pada ossa cruris. Penulis setuju, hanya menggunakan dua proyeksi
pemeriksaan ossa cruris pada kasus fraktur 1/3 medial tibia-fibula, yaitu AP dan lateral cross
table karena pada saat dilakukan pemeriksaan pasien dalam keadaan yang tidak memungkinkan
untuk melakukan banyak pergerakan, meminimalkan pergerakan dapat mengurangi rasa sakit
pada pasien, dan dengan digunakan teknik lateral cross table dapat mempelihatkan hasil
radiograf lateral ossa cruris tanpa pergerakan yang signifikan.
Hasil Gambaran Radiograf Ossa Cruris
(a) (b)

Gambar (a) : Hasil radiograf proyeksi Gambar (b) : Hasil radiograf proyeksi
AP pada pemeriksaan ossa cruris lateral cross table pada pemeriksaan ossa
Sinistra; Tampak fraktur spiral 1/3 cruris sinistra; Tampak fraktur spiral 1/3
medial tibia-fibula sinistra medial tibia-fibula sinistra

KESIMPULAN

Pemeriksaan radiograf ossa cruris tidak memerlukan persiapan khusus, hanya


menggunakan proyeksi AP dan lateral cross table, kedua proyeksi tersebut sudah dapat
memvisualisasikan dengan jelas kelainan fraktur pada ossa cruris.

Penggunaan AP dan lateral cross table pada pemeriksaan ossa cruris pada kasus fraktur
dapat meminimalkan pergerakan sehingga dapat mengurangi rasa sakit pasien, dan dengan
digunakan teknik lateral cross table dapat mempelihatkan hasil radiograf lateral ossa cruris tanpa
melakukan pergerakan yang signifikan.

SARAN

Sebaiknya petugas radiologi mengambil keputusan yang tepat untuk meminimalkan atau
meniadakan kesalahan agar tidak terjadinya pengeksposan ulang, serta tindakan radiologi
harusnya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien untuk menegakkan diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA

Ballinger, P. W. 1999. Merrill’s Atlas Of Radiographic Positioning And Procedures, Volume


One, The CV. Mosby, Co. London.
Bontrager, K. L. 2010. Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Eighth
Edition. St. Louis: Mosby.
Engram, B. 1998. Medical Surgical Nursing Care Plans. Volume 2. Editor : Ester Monica. Alih
Bahasa : Suharyati Samba. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Evelyn, C. P. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Gramedia.
Sjamsuhidayat R, Jong W. D. 2010. Buku ajar ilmu bedah edisi 3. Jakarta: Jakarta.
Utami, A. P., Sudibyo D. S., & Fadli F. 2014. Radiologi Dasar 1 Aplikasi Dalam Teknik
Radiografi, Anatomi Radiologi Dan Patofisiologi (Ekstremitas Atas,Ekstremitas Bawah
Dan Vertebra). Magelang: Inti Medika Pustaka.

You might also like