Professional Documents
Culture Documents
Pusing Dedej
Pusing Dedej
Akuntasi Pengantar
Jurusan Akuntasi Program Studi Akuntasi sektor Publik
Politeknik Negeri Sriwijaya
Oleh:
Nama : Talitha Rifdah Fidiamtiz
NIM : 2 APA
2. Metode Rata-Rata
Metode Rata-Rata Sederhana
Kuantitas akhir: 1.400 kg – 1.250 kg = 150 kg dengan frekuensi pembelian 3 kali
Harga rata rata adalah (Rp 600,+Rp 700,+Rp 200) : 3 = Rp 500
Nilai Persediaan = 200 kg x Rp 500 = Rp 100.000
3. Metode FIFO
Persediaan akhir 900 kg terdiri dari:
Pembelian 25 Maret = 200 x Rp 700 = Rp 140.000
Pembelian 9 Maret = 700 x Rp 800 = Rp 560.000 +
Nilai Persediaan akhir Rp 700.000
4. Metode LIFO
Persediaan awal = 200 x Rp 500 = Rp 100.000
Pembelian 9 Maret = 700 x Rp 800= Rp 560.000 +
Nilai Persediaan akhir Rp 660.000
5. Metode Persediaan Dasar
Persediaan dasar = 200 x Rp 500 = Rp 100.000
Harga rata-rata sederhana = 150 x Rp 500 = Rp 500.000 +
Nilai Persediaan akhir Rp 600.000
3. Data penjualan
21
Pembelian 400 unit @ Rp 11
September
18
Pembelian 100 unit @ Rp 12
November
20
Penjualan 200 unit @ Rp 17
November
a. Hitunglah nilai persediaan akhir (per 31Desember 2001) sistem periodik dan perpetual
dengan metode FIFO, LIFO dan rata rata (average)
b. Hitunglah harga pokok penjualan dan laba kotor
Jawab:
PERSEDIAAN AKHIR
Sistem Periodik
Barang awal (2 Januari 2011) = 200 unit
Pembelian = 800 unit
Barang tersedia dijual = 1000 unit
Penjualan = 700
Persediaan akhir (31 Desember 2011) = 300 unit
Barang tersedia untuk dijual
Persediaan
02/01 200 Rp. 9 Rp. 1.800
awal
300 Rp.3.400
300 Rp2.800
Tgl Total
Harga/ Harga/ Total/ Harga/ Total/
Unit / Unit Unit
unit unit harga unit harga
harga
02/0
– – – – – – 200 90 1.800c.
1
07/0
– – – 100 10 1000 200 9 1.800
5
Tgl
Harga/ Total/ Harga/ Total/ Harga/ Total/
Unit Unit Unit
unit harga unit harga unit harga
Sistem Perpetual
PENJUALAN
LABA KOTOR
Sistem Periodik
Harga pokok
7.000 7.600 7.280
penjualan
Harga pokok
7.000 7.500 7.176
penjualan
Sistem Perpetual
JURNAL
Periodik (FIFO)
Mencatat Pembelian
Pembelian 8.600 -
Mencatat Penjualan
Pembelian – 11.500
Penyesuaian untuk Persedian
Persediaan – 1.800
Persediaan 3.400
Sistem Perpetual
Mencatat Pembelian
Persediaan 8.600 -
Mencatat penjualan
Penjualan – 1.800
Harga Pokok
3.400
Penjualan
Persediaan 3.400
4. Dibawah ini terdapat catatan mengenai persediaan PT. Khatulistiwa selama bulan September
2008 sebagai berikut:
Periodik FIFO
Persediaan yang tersedia untuk dijual (unit) ialah:
100 + 500 + 100 + 100 = 800 unit
Persediaan yang tersedia untuk dijual:
[(100xRp. 10.000)+(500xRp.12.000)+(100xRp.15.000)+(100xRp.20.000)= Rp. 10.500.000
Laba Kotor:
Hasil penjualan – Harga pokok penjualan
Rp. 9.000.000 – Rp. 4.000.000= Rp. 5.000.000
Perpetual LIFO
Pembelia Persedi
Tanggal n Harga Pokok Penjualan aan
Harga
unit /unit Total unit Harga Total harga unit Harga Total
harga /unit /unit harga
6.000.0
05/09 300 12.000 00 - - - 100 10.000 1.000.000
- - - 500 12.000 6.000.000
1.500.0
12/09 100 15.000 00 - - - 100 10.000 1.000.000
- - - - - - 500 12.000 6.000.000
100 15.000 1.500.000
2.000.0
27/09 100 20.000 00 - - - 100 10.000 1.000.000
- - - - - - 300 12.000 3.600.000
100 20.000 2.000.000
9.500.0
Total 700 - 00 350 - 4.900.000 450 - 5.600.000
Jadi dengan metode perpetual LIFO dapat diketahui hal-hal sebagai
berikut:
Nilai persediaan akhir Rp. 5.600.000
Harga Pokok penjualan Rp. 4.900.000
Laba kotor = Rp. 9.000.000 – Rp. 4.900.000
= Rp. 4.100.000
5. Data yang berhubungan dengan persediaan PT. Andromeda adalah sebagai berikut:
Diminta: Hitunglah harga pokok persediaan pada 31 Juli 2005 jika PT. Andromeda
menggunakan penetapan harga pokok metode LIFO dengan sistem persediaan periodik dan
perpetual.
Jawaban:
Periodik LIFO
Unit tersedia untuk dijual
55 + 25 + 40 + 50= 170 unit
Nilai persediaan tersedia untuk dijual
[(55xRp. 320)+(25xRp.325)+(40xRp.328)+(50xRp.330)=
17.600+8.125+13.120+16.500= Rp. 55.345
Jumlah unit persediaan akhir
unit tersedia untuk dijual – unit yang terjual
170 unit – 100 unit = 70 unit
Nilai persediaan akhir (70 unit)
= Rp.
55 x Rp. 320 17.600
= Rp.
15 x Rp. 325 4.875
= Rp.
70 unit 22.475
Laba Kotor
[(400x60)+(600x30)+(620x10) – Rp.32.870]
(24.000+18.000+6.200) – Rp.32.870
Rp. 15.330
Perpetual LIFO
01/07 - - 55@Rp.320=Rp.17.600
25 @ Rp.325 =
08/07 Rp.8.125 - 55@Rp.320=Rp.17.600
25@ Rp.325=Rp. 8.125
25 @ Rp.325 =
09/07 - Rp.8.125 20@Rp. 320=Rp.6.400
35@ Rp.320 = Rp.
11.200
40 @ Rp.328 =
13/07 Rp.13.120 - 20@Rp. 320=Rp.6.400
40 @
Rp.328=Rp.13.120
30 @ Rp.328 = Rp.
19/07 - 9.840 20@Rp. 320=Rp.6.400
10@Rp.328=Rp.3.280
10 @ Rp.330 = Rp.
25/07 3.300 20@Rp. 320=Rp.6.400
10@Rp.328=Rp 3.280
40@Rp.330=Rp.13.200
31/07 115 unit Rp.37.745 100 unit Rp. 32.465 70 unit Rp. 22.880
Jadi dengan menerapkan metode perpetual LIFO dapat diketahui sebagai berikut:
Jawab:
Metode FIFO:
Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Tgl Kwt H/unit Total Kwt H/Unit Total Kwt H/unit Total
Laba-rugi FIFO:
Penjualan:
18/4 20 x 300 = $ 6.000
22/4 26 x 300 = 7.800
10/5 20 x 310 = 6.200
21/5 10 x 310 = 3.100
5/6 30 x 315 = 9.450
13/6 24 x 315 = 7.560
28/6 28 x 320 = 8.960 +
Total $ 49.070
HPP $ 36.070 _
Laba Kotor FIFO $ 13.000
Metode LIFO:
Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Tgl Kwt H/unit Total Kwt H/Unit Total Kwt H/unit Total
1 -04 - - - - - - 30 $220 6.600
7 50 225 11.250 - - - 30 220 6.600
50 225 11.250
18 - - - 20 225 4.500 30 220 6.600
30 225 6.750
22 26 225 5.850 30 220 6.600
4 225 900
4-05 30 230 6.900 - - - 30 220 6.600
4 225 900
- - - 30 230 6.900
10-05 - - - 20 230 4.600 30 220 6.600
- - - 4 225 900
10 230 2.300
21 - - - 10 230 2.300 30 220 6.600
4 225 900
31 40 235 9.400 - - - 30 220 6.600
4 225 900
40 235 9.400
5-06 - - - 30 235 7.050 30 220 6.600
4 225 900
10 235 2.350
13-06 - - - 10 235 2.350 20 220 4.400
4 225 900 -- - -
10 220 2.200 - - -
21 40 240 9600 - - 20 220 4.400
40 240 9600
Laba-rugi LIFO:
Penjualan:
18/4 20 x 300 = $ 6.000
22/4 26 x 300 = 7.800
10/5 20 x 310 = 6.200
21/5 10 x 310 = 3.100
5/6 30 x 315 = 9.450
13/6 24 x 315 = 7.560
28/6 28 x 320 = 8.960 +
Total $ 49.070
HPP $ 36.470 _
Laba Kotor LIFO $ 12.600
7. Perusahaan mencatat persediaan barang dagang dengan Metode Periodik(Fisik). Berikut ini
adalah data yang diperoleh selama bulan April 2013 :
Menggunakan Sistem Periodik
Tgl 1 April - : Persediaan Awal - 200 unit - @ Rp. 900
Tgl 10 April - : Pembelian - 300 unit - @ Rp. 1.000
Tgl 21 April - : Pembelian - 400 unit - @ Rp. 1.100
Tgl 23 April - : Pembelian - 100 unit - @ Rp. 1.200
Pada tanggal 30 April 2013 Persediaan Akhir sebanyak 300 unit
Diminta :
Berapa nilai akhir 30 april 2013 ?
Berapa Nilai HPP sblum bulan maret 2013 ?
JAWAB
Persediaan yang terjual akhir periode = 1.000 unit - 300 unit = 700 unit
Rata-Rata Tertimbang
Persediaan akhir =
= 300 X Rp. 1.040.000/1.000
= 300 X 1.040
Nilai Persediaan akhir = Rp. 312.000
Rata-Rata Sederhana
8. Unit satuan barang yang sudah tersedia guna dijual selama tahun berjalan yakni seperti
berikut :
Rp
Januari 1 Persediaan 6 Unit Biaya Per Unit Rp 300.000
50.000
Rp
Maret 20 Persediaan 14 Unit Biaya Per Unit Rp 770.000
55.000
Rp Rp
Oktbr 30 Persediaan 20 Unit Biaya Per Unit
62.000 1.240.000
Rp
Tersedia untuk dijual 40
2.310.000
Ada 16 unit barang dalam perhitungan fisik persediaan per 31 Desember. Memakai sistem
periodik untuk bisa menentukan persediaan.
Selanjutnya hirunglah biaya persediaan tersebut memakai : 1) Metode FIFO, 2) Metode LIFo,
3) Metode biaya rata-rata.
Jawab Soal :
(1) Metode FIFO
= 16 Unit x Rp 62.000 = Ro 992.000
(2) Metode LIFO
= (6 Unit x Rp 50.000) + (10 unit x Rp 55.000) = Rp 850.000
(3) Metode Rata-rata
= Rp 2.310.000 / 40 = Rp 57.750
= 16 unit x Rp 57.750 = Rp 924.000
Kesimpulan :
Pada pembahasan dari ketiga metode tadi arus biaya yang berbeda diasumsikan untuk
masing-masing dari tiga metode alternatif biaya persediaan.
Coba anda perhatikan kalau biaya unitnya masih tetap stabil, semua metode akan
memperoleh hasil yang sama.
Namun dikarenakan harga kebutuhan yang tidak stabil dan terus berubah-rubah, tiga metode
diatas biasanya akan mendapatkan jumlah yang berbeda untuk :
Haarga Pokok Penjualan (HPP) untuk periode berjalan
Laba bersih dan laba kotor untuk periode tersebut
Persediaan akhir
Contoh ilsutasinya, misal saja penjualan sebesar Rp 3.900.000, diperoleh dari 130 unit x Rp
30.000, cuplikan laporan laba rugi dbawah ini memperlihatkan adanya pengaruh pada setiap
metode ketikan harga sedang naik.
Coba anda lihat penggalan laporan laba rugi diatas, Metode FIFO menghasilkan jumlah yang
paling rendah untuk Harga Pokok Penjualan. Namun menghasilkan jumlah yang paling tinggi
untuk laba bersih dan laba kotor serta persediaan akhir. Dalam hal ini, untuk metode
persediaan LIFO mampu menghasilkan jumlah yang paling tinggi untuk Harga Pokok
Penjualan. Namun menghasilkan jumlah yang paling rendah untuk laba bersih dan laba kotor
serta persediaan akhir. Sedangkan untuk metode penilaian persediaan biaya rata-rata mampu
menghasilkan jumlah diantara yang sudah dihasilkan LIFO dan FIFO
9. Perusahaan mencatat persediaan barang dagang dengan metode periodik. Berikut ini adalah
data yang diperoleh selama bulan Februari 2017 :
Tgl 1 Februari : Persediaan Awal 200 unit @ Rp. 5000
Tgl 10 Februari : Pembelian 300 unit @ Rp. 5.500
Tgl 21 Februari : Pembelian 400 unit @ Rp. 5.300
Tgl 23 Februari : Pembelian 100 unit @ Rp. 5.200
Pada tanggal 30 Februari 2017 Persediaan Akhir sebanyak 300 unit
( menggunakan sistem periodik)
Diminta :
Hitunglah nilai persediaannya dan Harga Pokok Penjualannya..
Jawabannya :
Persediaan yang terjual akhir periode = 1.000 unit - 300 unit = 700 unit
1. Metode FIFO Periodik
Nilai persediaan akhir :
Diketahui persediaan akhir nya 300 unit, maka menghitung nilai persediaannya adalah:
200 unit @ Rp 5.300 = Rp 1.060.000
100 unit @ Rp 5.200 = Rp 520.000
Rp 1.580.000
Maka nilai persediaan akhir nya ialah Rp 1.580.000
Maka pencatatan jurnal transaksi tersebut dengan metode fisik dan metode perpetual adalah
sebagai berikut, dan anda bisa membandingkan perbedaan diantara keduanya.
Keterangan
Transaksi 01.
Jumlah Rp 5.150.000 diperoleh dari pembelian bersih. yaitu jumlah pembelian - diskon
pembelian kemudian ditambah biaya angkut pembelian
Metode fisik hanya mencatat transaksi penjualan saja dan tidak mencatat pengeluaran
persediaan, karena persediaan akan dihitung secara fisik diakhir periode.
Metode perpetual bukan hanya mencatat penjualan, namun juga mencatat pengeluaran
persediaan yang akan menambah harga pokok penjualan (HPP).
Transaksi no 4:
Metode fisik hanya mencatat return penjualan dan tidak mencatat "persediaan" yang
datang kembali (return) karena nanti persediaan akan dicatat secara fisik diakhir
periode.
Metode perpetual mencatat persediaan yang datang kembali.
Penjelasan mengenai angka yang tertera:
1. Pada 21 Juli 2016 ada retur pembelian barang dagang yang dibeli secara kredit
sehingga utang berkurang sebesar Rp. 5.000.000,-
2. Pada 25 Juli 2016 terjadi transaksi retur pembelian dengan pembelian tunai sehingga
jumlah kas bertambah sebesar Rp2.500.000,-
3. Perusahaan memperoleh potongan (diskon) sebesar 2% dari sisa hutang dagang atas
pelunasannya pada tanggal 28 Februari.
4. Transaksi utang dagang sejumlah Rp20.000.000
5. Retur pembelian dengan potongan harga sebesar Rp 5.000.000
6. Utang dagang yang tersisa Rp 15.000.000
7. Potongan pembelian sebesar 2% yaitu Rp 300.000,-
8. Nilai utang dagang sebesar Rp14.700.000,-
Kas Rp 5.000.000
25 Juni 2016
Retur Pembelian
(Pembelian secara
tunai) Rp 5.000.000
28 Juli 2016 Utang Dagang Rp 15.000.000
Kas
Rp 14.700.000
Jika pelunasan dilakukan setelah tanggal 28 Februari contohnya pada tanggal 1 Agustus maka
transaksinya dicatat seperti berikut ini:
(20% x Rp 20.000.000)