You are on page 1of 20
Il HAKIKAT PENELITIAN ILMIAH ————_———_. Penelitian ilmiah hakikamya merupakan operssionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Demikian juga penelitian ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi panalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan, Untuk ito maka mutlak diperlukan penguasaan yang bak mengenai halokat keilmuan agar dapat melakukan penelitian dan selaligus mengkomuniaksikannya secara tertulis Pemilihan bentuk dan cara penulisan dari khasanah yang tersedia merupakan masalah selera dan preferensi perorangan dengan mem- perhatikan berbagai faktor laimnya seperti masalah apa yang sedang dikaji, siapakah pembaca tulisan ini, dan dalam rangka kegiatan keilmuan apa karya ilmiah ini disampaikan Penelitian dapat dipahami sebagai suatu dialog atau percakapan yang terjadi tanpa henti antara dua jenis kenyataan antara argument reality dan experiential reality. A. Sumber Pengetahuan dan Masalah Penelitian Imiah Pada prinsipnya manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang segala sesuatu, Inilah yang membawa manusia pada tingkat yang lebih baik dan lebih maju dari suatu masa ke masa berikutny2. Dalam usaha untuk mengetahui sesuatu tersebut akhirnya manusia memperoleh atau. mendapatkan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia. Towsand mengatakan “bahwa manusia itu mempunyai sifat ingin tahu, sedangkan di Iuar dirinya ada kejadian-kejadian yang merang- sang. Kejadian-kejadian yang merangsang itulah merupakan persoalan (masalah). Hubungan antara rangsangan-rangsangan dari luar dan hasrat ingin tahu pada dirt manusia itulah penyebab mengapa manusia selalu bertanya dan akhirnya menyelidiki Michael Bylear mengatakan bahwa pada diri manusia ada sesuatu kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan ini hanya bisa dicapai bila ada pengetahuan tentang kebutuhan itu. Sebelum ada pengetahuan tentang kebutuhan itu harus (perlu) diadakan penyelidikan-penyelidikan untuk mengetahui kebutuhan itu sendiri™ Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui pencaindra: mata melihat, telinga mendengar, hidung membavi, lidzh mengecap, serta kulit merasakan halus kesarnya sesuatu. Pengetahuan tersebut dilatakan bersumber dari pancaindra. Di samping ini ada pula pengetahuan yang bersumber dari perasaan, yang sering ada dan kelihatan nyata ji manusia berprasangka terhadap sesuatu. Prasangka ini umummnya berasal dari sumber perasaan seseorang yang mengemukakan suatu pernyataan. Ada pula pengetahuan yang bersumber dari pikiran/ratio manusia. sesuatu pengetahuan yang mereka peroleh setelah diolah dan dianalisa melalui pikiran pada akhirnya mereka mempereoleh pengetahuan tentang yang mereka pikirkan. Lain halnya dengan pengetahuan yang bersumber dari intuisi. Di sini, pengetahuan yang mereka peroleh setelah diolah datang dengan sendirinya atau hasil intuisinya datang/ diketahui tanpa diduga atau dipikirkan sebalummnys. Umpama kita sedang dalam kesulitan memikirkan sesuatu masalah dan tiba-tiba muncul/ datang saja jalan pemecahannya dalam pikiran kita, tanpa kita sadari Setelah digunakan petunjuk yang tiba-tiba, ternyata dapat memecahkan kesulitan yang kita hadapi. Pengetahuan tersebut dikatakan diperoleh Ao melalui intuisi. Sumber pengetahuan lainnya adalah wahyu, biasanya hanya diperoleh oleh orang-orang tertentu seperti Nabi dan Rasul-rasul Allah. Pengetahuan wahyu ini datang dari Tuhan yang disampaikan kepada manusia melalui Jibril. Jadi pengetahuan yang diperoleh manusia bersumber dari lima sumber: 1) pancaindra, 2) perasaan, 3) piliran’ ratio, 4) intuisi, dan 5) wahyu. Dari pandangan filsafat ilmu sebagai dasar berpikir ilmiah, seorang peneliti harus melihat penelitian itu dari segi: 1) Pengetahuan tentang ontologi, yaitu tentang apa yang akan dipelajari tersebut. Apakah kita mempelajari sesuatu wujud yang myata atau tidak berwujud. Dalam penelitian tentu kita hanya akan mempelajari hal-hal yang ada dan myata serta dapat diukur atau diperlarakan hasilnya. Pengetahuan tentang epistimologi, yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara mempelajarinya. Di sini peranan metode penelitian, karena penelitian di samping untuk menemukan hhal-hal yang baru, maka proses atau untuk sampai kepada hasil tersebut perlu dilakukan melalui penelitian. Jadi metodologi penelitian dikatakan epistimiloginya pengetahuan. 3) Pengetahuan tentang aksiologi, adalah pembahasan tentang Nv tujuan/kegunaan pengetahuan terebut, yaitu untuk apa pengetahuan itu digunakan. Apakah ada guna dan manfaat sesuatu pengetahuan yang akan dipelajari tersebut. B. Fungsi/Kegunaan Pengetahuan Menurut Filsafat Ihmu Dalam kehidupan, manusia normal harus memiliki tiga unsur pem- bentuk diri yaitu etik, etis, dan logis. DI dalam filsafat ilmu, pengetahuan dapat dibedakan juga atas tiga macam yaitu- 1) Etika, agama, dan moral: pengetahuan kelompok ini membahas miasalah dari segi baik dan buruk. Pengetahuan di sini melihat dan menilai sesuatu apabila suatu pengetahuan mengatakan sesuatu itu baik atau buruk. dikatakan indah dan jelek Pengetahuan dari sudut etika dan esteika di atas sifatnya sangat subjeltif dan tiap orang akan mempberiken penilaian lain terhadapnya 3) — Logika, ratio atau pemikiran yang membahas suatu masalah dari sudut benar dan salahnya. Menurut ratio sesuatu yang dikatakan benar itu harus dapat dibuktikan kebenarannya, demikian pula pica kita mengatakan salah harus dapat ditunjukkan di mana tink kesalahannya. Pengetahuan hasil pemilaran imi bersifat objektif dan bisa diterima setiap orang, sudut inilah yang menjadi teladan ilmu, yaitu untuk mencari kebenaran Pembedaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak perma salahan yang timbul. Dengan mengetahui duduk persoalannya kita dapat lebih mudah mencari jalan mana yang ditempuh dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Dengan mengetahui perbedaan ini kita dapat miengurangi kesalahan pengertian terhadap suatu persoalan. Fungsi pengetahuan itu adalah untuk mencari perbedaan atau untuk melihat hubungan antara yang satu dengan lainnya. Kita miengatakan si Ali tinggi, karena kota melihat si Badi lebih pendek dari si Ali, tapi tapi bila kita bandingkan dengan si Joni yang lebih tinggi dari si Ali maka si Ali jadi pendek. Atau dengan kata ain A > B B, A < J. Jadi di sini kita lihat ilmu itu berfungsi membedakan atau membandingkan antara yang satu dengan yang lainnys Fungsi lainnya adalah menunjukkan adanya hubungan antara yang satu dengan lainnya. Umpama: kita mengatakan si Ali cerdas si Badu kurang cerdas dalam belajar matematika. Di sini kita ketahui bahwa hubungan si Ali cerdas dalam belajar dan si Badu kurang cerdas dalam belajar matematika, karena munglin si Ali cukup gizi dan si Badu kurang gizi. Si Badu lorena kurang gizi otaknya jadi kurang encer dan kurang cerdas dalam belajar matematika. Di sini yang kita lihat atau pelajari ialah bahwa ada hubungan antara gizi dengan kecerdasan. Dalam suatu penelitian sering disebut korelasi/hubungan, jika kita bertanya seberapa jauh korelasi gizi yang cukup diperoleh si Ali dengan giti yang kurang diperoleh si Badu, menyebablan kepintaran si Ali dan kurang pintamnya si Badu dalam belajar matematika Melalui penyusunan desain penelitian korelasi dan pengujiannya, diharapkan dapat menguji bahwa kemungkinan adanya hubungan yang positif antara cerdasnya seseorang dengan gizi yang diperolehnya melalui makanan. Semua jenis pengetahuan sebetulnya saling melengkapi dan terjalin satu sama lain, yang kadang kala sulit memisahkannya, sesuai dengan fungsi dan halakatnya masing-masing. Namun untuk keperluan perkuliahan metode penelitian kita hanya akan membahas dari sudut salah dan benar menurut ilmu, yaitu pengetahuan yang benar dalam ilmu harus sesuai dengan teori kebenaran ilmu. Berikut ini kita lihat bagaimana iteria kebenaran ilmu tersebut. V MASALAH PENELITIAN Penelitian dilakukan karena ada masalah penelitian. Suatu masalah tidak dapat dijadikan masalah penelitian kalau masalah tersebut dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak” ‘Untuk dapat merumuskan masalah penelitian secara tajam, peneliti harus. * — menguasai teori * banyak membaca * — memiliki daya observasi yang jeli * mengetahui pendekatan apa yang digunakan dalam memecahkan masalah * pendekatan tergantung pada masalah penelitian. Masalah penelitian tidak pernah berdiri sendiri melainkan selalu terkait, terdapat kontelasi dengan faktor-faktor lain. Misalnya latar belakang politik, historis, ekonomi, sosial dan budaya. Hal-hal inilah yang merupakan latar belakang suatu penelitian. Secara operasional, suatu gejala baru dapat dikategorikan sebagai masalah bila gejala tersebut berada dalam situasi tertentu. Seorang pejalan kaki yang berjalan di atas trotoar di jalan yang ramai bukan merupakan masalah, namun akan menjadi masalah bila pejalan kaki ini berjalan di tengah jalan ramai atau di tengah jalan tol. 33 Prinsip.Prinsin Dasar dalam Pensiitian Bahass dan Sastra Faktor-faktor dalam konstelasi yang bersifat situasional inilah mala kita dapat mengidentifikasi objek yang menjadi masalah. Identifikasi masala adalah tahap awal dari penguasaan masalah dimana suatu objek dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat lata kenali sebagai suatu masalah, seprti contoh di atas, seorang pejalan kaki berjalan di tengah Jalan tol dan menimbulkan kemacetan lalu lintas dengan cepat dapat lata kenali sebagai suatu masalah. Dalam identifikasi masalah, ternyata memberikan kepada kita sejumlah pertanyzan yang banyak sekali. Asas dalam kegiatan ilmiah adalah: bukan kuantitas jawaban yang menentukan mutu keilmuan suatu penelitian melainkan kualitas jawaban. Lebih baik sebuah penelitian yang menghasilkan dua tiga buah kesimpulan yang terandalkan daripada sejumlah penemuan yang Inurang dapat dipertangsungjawabkan. Pembatasan masalah merupakan upaya untuk menetapkan batas- batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup permasalahan, dan mana yang tidak. Seadaimya kita ingin mengadakan studi perbandingan antara pendidikan formal dan pendidikan nonformal, maka ruang lingkup permasalahan itu harus dibatasi dengan mengemu- kakan serangakain pertanyaan. Misalnya dri segi mana studi per- bandingan itu akan didekati: apakah dari segi efisiensi, efektivitas, ekonomi, sosiologi, kultural atau proses belajar-mengajar? Seandainya dipilih studi perbandingan dilihat dari efektivitas prestasi belajar maka masalahnyapun msih harus dibatasi. Apakah akan meneliti efektivitas seluruh mata ajaran, atau membatasi pada beberapa mata ajaran saja. Dengan pembatasan-pembtasan ini maka fokus masalah menjadi bertambah jelas sehingga masalzh penelitian dapat dirumuskan dengan jelas. Peromusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat perntanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin kita carikan jawabannya. Perumusan masalah dijabarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah VI PARADIGMA PENELITIAN —_e————_ Penelitian Kuantitatif menguji teori menggunakan pengujian dan analisis yang dikuantitatifian data dinyatakan dengan bilangan menggunakan hipotesis bersifat analitis mementingkan hasil sudut pandang si peneliti (etik) produk atomistik sampel hnobungan antar variabel Penelitian Kualitatif mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap interaksi antar- konsep yang sedang dikaji secara empiris menghasilkan teori penelitian kualitatif mempunyai setting natural 35 Prinsip-Prinsip Dasar dalam Penelitian Bahasa dan Sastra data dinyatakan dengan atribut penelitian kualitatif mempunyai setting natural sebagai sumber data yang langsung dan peneliti adalah kunci instromen bersifat deskriptif mementingkan proses sudut pandang subjek penelitian/responden (emik) proses holistik kasus makna perilake Penelitian Kaji Tindak (Action Research) Penelitian ini menekankan pemecahan masalah yang langsung dirasakan dan bersifat praktis Mementingkan proses dan hasil Responden atau subjek penelitian dilibatkan secara aktif untuk Dberpartisipasi mulai dari penemuan dan perumusan masalah, proses penelitian, analisis data, sampai pengambilan keputusan. Sintesis etik dan emik dalam memecahkan masalah dan merumuskan solusi. Masalah ditentukan dan dirumuskan bersama oleh si peneliti dengan guru dan para siswa Suasana harus terbuka dan demokratis untuk mencari titik emu. Vil INSTRUMEN PENELITIAN ——————e——__—_ A. Langkah-langkah Konstruksi Tes J. Menetapkan tujuan tes Tes basil belajar dapat dibuat untuk bermacam-macam tujuan, seperti EBTA atau EBTANAS, seleksi, diagnostik, formatif’ dan lain-lain 2. Analisis Kurikulum Analisis kurikulum bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok. bahasan yang akan dijadikan sebagai dasar dalam menentukan jumlah item atau butir soal untuk setiap pokok bahasan untk soal objektif atau bobot soal untuk bentuk uraian, dalam membuat losi-kisi tes. Menentukan bobot untuk setiap pokok bahasan tersebut dilakukan berdasarkan jumlah jam pertemuan yang tercantum dalam korikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) 3. Analisis buku pelajaran dan sumber materi belajar lainnya Analisis buku pelajaran dan sumber dari materi belajar lainnya mempunyai tujuan yang sama dengan analisis kurikulum, yaitu menentukan bobot setiap pokok bahasan. Akan tetapi dalam analisis buku pelajaran menentukan bobot setiap pokok bahasan berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber materi belajar lainnya. Tes yang akan disusun diharapkan dapat mencakup seluruh content (populasi materi) yang diajarkan. Untuk itu kedua langkah yang 39 disebutkan sangat diperlukan dalam memperkecil error dalam memilih sampel soal_Hal ini penting karena apabila soal tidak disampel maka akan menghasilkan beratis_ratus soal pada setiap bidang studi untuk mewakdli populasi materi yang pernah diajarkan. Hal ini sangat sulit dilakukan mengingat waktu yang dibutuhkan peserta tes untuk menyelesaikan tes dengan butir soal sebanyak itu terlalu lama. Untk dapat memilih sampel yang tepat diperlukan (a) analisis kurilulum, dan (b) analisis buku pelajaran dan sumber materi belajar lainnya. 4. Membuat Kisi-Risi Istilah lain untuk kisi-kisi ialah Blue Print atau Lay-out, atau Table of Specification. Manfaat kisi-lnsi ialah untuk menjamin sampel soal yang baik, dalam arti mencakup semua pokok bahasan secara proporsional. Agar item- item atau butir_butir tes mencakup keseluruhan materi (pokok bahasan atau sub pokok bahasan) secara porporsional maka sebelum menulis butir-butir tes terlebih dahulu kita harus membuat kisi-kisi sebagai pedoman. Sebuah kisi-kisi memuat nomor butir dan jumlah butir yang harus dibuat untuk setiap bentuk soal, untuk setipa pokok bahasan dan untuk setiap aspek kemampuan yang hendak divkur. Contoh: Perimbangan Proporsi Penilaian Keenam Tingkatan Kognitif untuk Siswa SD, SMTP dan SMTA Tingkatan Proporsi dalam persentase Kogmitif Tingkat Sekolah | Ingatan | Pemahaman| Aplikasi| Analisis | Sintesis | Evaluasi] Jumlah C) «) ©) |G) | ©) sD 40 45 15 = = = 100 SMTP 5 40 » 5 - : 100 SMIA 20 30 25 15 5 3 100 Penyusunan tingkatan kognitif, seperti dikemukakan di atas. diurutkan dan tingkatan yang paling sederhana ke yang lebih kompleks. 40 Pengurutan dari tingkat ingatan (C,) sampai ungkat evaluasi (C,) tak dapat dipertukarkan. Sebab, penguasaan tingkat sebelumnya boleh dikatakan menjadi prasyarat penguasaan tingkat di atasnya. Penguasaan tingkat ingatan menjadi prasyarat penguasaan tingkat pemahaman (C,), penguasaan tingkat ingatan dan pemahaman menjadi prasyarat penguasaan tingkat aplikasi (C,), dan seterusnya sampai tingkat evaluasi. Keterangan- (a) Tingkat Pengetahuan Seal tingkat pengetahuan ini hanya dimaksudkan untuk mengukur kemampuan ingatan tentang suatu hal atau fakta faktual. Contoh: Bahasa Indonesia termasuk rumpun: a. Polinesia b Austronesia c. Melanesia d. Indojerman (b) Tingkat Pemahaman Soal tingkat pemahaman antara lain dimaksudkan untuk mengukur pemahaman siswa tentang adanya hubungan yang sederhana di antara falcta-fakta atau konsep. Contoh: Di antara kalimat-kalimat berikut yang berupa kalimat nominal adalah: a. Anak itu kelihatan pemalu selali. b. Pekerjaan ayahnya bercocok tanam c. Setiap hari ia [pasti membaca surat kabar. d. Novel itu telah selesai dibacanya. (c) Tingkat Aplikasi/ Penerapan Soal tingkat aplikasi dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa memilih dan mempergunakan suatu abstraksi tertentu dalam situasi yang barn. Conteh: Kata-kata yang dikutip dari wacana di atas berikut mengalami proses nominalisasi, kecuali: a Mahalnya b. Keluhan Aq ec. Umumnya d. Kebutuhan (a) Tingkat Analisis Soal tingkat analisis, dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa menganalisis suatu hal, hubungan, atau situasi tertentu dengan mempergunakan konsep-konsep dasar tertentu Contoh: Kalimat “Walaupun hari akan hujan, tetapi ia tetap pergi juga” salah, sebab: a Kalimat mengzlami kerancuan, kata sambung “walaupun © dipakai dalam kalimat gabung bertingkat, sedang “tetapi” untuk kalimat gabung setara. b. Kalimat mengalami kerancuan, kata sambung “tetapi” seharusnya diganti dengan kata sambung yang lain. c. Kalimat terdiri dari dua klausa, tetapi yang pertama tidak jelas subjeknya. d. Kata sambung “walaupun®™ dan “tetapi” mestinya dipakai salah satu saja atau diganti dengan “meskipun® dan “namun®* (e) Tingkat Sintesis Soal tingkat sintesis menuntut siswa untuk menghubungkan antara beberapa hal, menyusun kembali hal-hal tertentu menjadi struktur baru, atau melakukan generalisasi. Perlu kiranya dikemulakan bahwa menyusun soal bentuk objektif sulit dilakukan untuk tingkatan- tingkatan kognitif yang tergolong tinggi karena masalahnya memang cukup kompleks. Di samping itu, kita harus juga memberi kebebasan kepada siswa untuk mengemukakan pikirannya sendiri. Oleh karena itu, bentuk soal yang dipergunakan biasanya adalah bentuk esai Contoh: Bahasa Indonesia dipergunakan oleh berbagai lapisan masyarakat, lembaga, media massa, dan sebagainya, dan tidak semata-mata oleh guru bahasa Indonesia saja. Tugas: jelaskan mengapa usaha pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia secara baik: dan benar tidak munglin berhasil jila hanya ditangani oleh para guru bahaa Indonesia dan pusat bahasa (® Tingkat Evaluasi Soal pada tingkat evaluasi menuntut siswa untuk dapat melakukan penilaian terhadap suatu hal, kasus, atau situasi yang dihadapinya dengan mendasarkan diri pada konsep atau acuan tertentu. Contoh: Penyakit muntaber sedang landa daerah itu sejak beberapa waktu lalu. Oleh karena itu, walaupun sekolah mestinya sudah jalan seminggu. namun masih kelihatan sepi-sepi saja. Guru-gurunya juga baru beberapa saja yang sudah nampak hadir Untuk segera menanggulangi daripada musibah itu, maka pemerintah sudah mengerahkan para tenaga-tenaga medis daripada daerah-daerah lain. Tugas: mengapa wacana yang dikutipkan di atas tidak memenwhi syarat penuturan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. (e) Afeknf ‘Yang berhubungan dengan perasaan (emosi) Conteh: ‘Yang berkaitan dengan penyimpangan dalam ucapan. Menerapkan kaidah-kaidah dalam berdiskusi. Menanggapi karya sastra menurut kriteria kebudayaan. (h) Psikorotorike ‘Yang berhubungan dengan aktivitas fisik yang berkaitan dengan mental. proses Conteh: Berdeklamasi, berkomunikasi, berpidato, berdiskusi, dan bercerita. Membaca puisi, membaca berita, membaca dongeng, membaca cerpen. dan dramatisasi. 3. Penulisan Tujuan Instruksional Khusus (TTK) Penulisan TIE harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. TIK harus mencerminkan tingkah laku siswa, oleh karena itu harus chrumnusieat

You might also like