You are on page 1of 21

101

OPTIMALISASI MUATAN KONTAINER


AGAR KAPAL FULL AND DOWN

Sutini
Mokhammad Abrori

STIMART “AMNI” Semarang


e-mail : paleon_sutini@yahoo.co.id

ABSTRACT

In conducting the loading to be assured that all load space can be filled by the charge (full)
or the vessel can load up to a maximum laden (down) to obtain the maximum freight.
However, since certain forms of gasket load, often cannot meet the cargo load space, the
other possibility is way less good compaction ring, and so a lot of load space is not charged.
Load space is not fully charged so-called "broken stowage".
To gain the maximum, and then each shipping company wants its ships carrying cargo to the
maximum loading, in order to reach the condition of the ship called Full and Down. Full and
down is a condition such as that the loading and unloading space can be met entirely by the
charge and the time that the ship has a maximum permissible laden according to the shipping
area. The full conditions and down somewhat difficult to obtain. Usually the full
circumstances but not down, or vice versa in order to achieve the intent to use the space
optimally. So is the percentage of broken stowage space hatch that cannot be filled by the
charge.
In the principle of loading, stowage broken it should be kept as small as possible. This can be
done by: Using the load cargo filler (filler cargo) is by tucking cargo crates - small chest
between the crate - big chest, or fill in the gaps with pieces by pieces of cargo, cargos in
confinement, and others, implement good planning so that it can be anticipated for the
possibility of causing broken stowage, loading supervision during implementation where
workers were compacting the hold often works less well, because there is a tendency to do
the work in order to finish quickly. With good supervision of the officer of the watch and
guard the other, the workers are expected to work according to the loading plan that has
been created by the ship. This is very helpful in reducing the broken stowage, the
applicability of Use - charge (dunage) efficiently so as not to result in reduced capacity load
space (hatch), the use of space hatch loading. Stowage adapted to this form factor is the
volume of the room in m³ been effectively required to can tamp 1 charge.

Keywords : Broken Stowage, Full and Down


102

ABSTRAK

Dalam melakukan pemuatan harus diusahakan agar semua ruang muat dapat terisi penuh oleh
muatan (full) atau kapal dapat memuat sampai sarat maksimum (down), sehingga dapat
diperoleh uang tambang yang maksimal. Namun demikian, karena bentuk paking muatan
tertentu, sering muatan tidak dapat memenuhi ruang muat, kemungkinan lain adalah cara
pemadatan yang kurang baik, sehinnga banyak ruang muat yang tidak terisi muatan. Ruang
muat yang tidak terisi muatan disebut “ broken stowage ”.
Untuk memperoleh keuntungan yang semaksimal, Maka tiap-tiap perusahaan perkapalan
menginginkan kapal-kapalnya membawa muatan secara maksimal pula, sehingga tercapai
kondisi kapal yang disebut Full and Down. Full and down adalah suatu kondisi pemuatan
sedemikian rupa sehingga ruang muat seluruhnya dapat dipenuhi oleh muatan dan saat itu
kapal memiliki sarat maksimum yang diijinkan sesuai dengan daerah pelayaran. Kondisi full
& down tersebut agak sulit didapatkan. Biasanya keadaan full tetapi tidak down,atau
sebaliknya agar tercapai maksud untuk menggunakan ruang secara maksimal. Jadi broken
stowage adalah prosentase ruang palka yang tidak dapat diisi oleh muatan.
Dalam prinsip pemuatan, broken stowage ini harus diusahakan sekecil mungkin. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara : Menggunakan/memuat muatan pengisi (filler cargo) yaitu dengan
menyelipkan muatan peti-peti kecil diantara peti-peti besar, atau mengisi kekosongan dengan
potongan-potongan muatan, muatan–muatan dalam kurungan, dan lain–lain. Melaksanakan
perencanaan yang baik sehingga dapat diantisipasi adanya kemungkinan-kemungkinan yang
menimbulkan broken stowage, Pengawasan pada waktu pelaksanaan pemuatan dimana buruh
yang melakukan pemadatan dalam palka sering kali bekerja kurang baik, karena ada
kecenderungan untuk melakukan pekerjaan agar cepat selesai. Dengan pengawasan yang baik
dari perwira jaga dan petugas jaga lainnya, diharapkan para buruh bekerja sesuai dengan
rencana pemuatan yang telah dibuat oleh pihak kapal. Hal ini sangat membantu dalam
mengurangi broken stowage, penggunaan terap–muatan (dunage) secara efisien agar tidak
mengakibatkan berkurangnya daya tampung ruang muat (palka), penggunaan ruang palka
disesuaikan dengan bentuk muatan. Stowage faktor adalah volume ruangan dalam m³ yang
diperlukan secara effektif untuk dapat memadatkan 1 muatan.

Kata kunci : Broken Stowage, Full and Down


103

1. Pendahuluan bahaya lain terhadap muatan


1.1. Latar Belakang container di atas kapal.
Optimalisasi pemuatan Demikian pula saat proses
container agar kapal dapat Full and bongkar muat buruh yang bertugas
Down menjadi salah satu tujuan atau operator dari gantry dan crane
utama operasi kapal niaga. Full and kurang memperhatikan atau kurang
Down tersebut ialah memuat hati – hati saat bongkar muat
sebanyak-banyaknya ( tanpa Container dari kapal atau pada saat
melupakan unsur dari ship safety and memasukan Container ke kapal
stability ) agar menghemat sehingga mengakibatkan Cell guide
waktu,uang serta keuntungan untuk di kapal tersebut rusak. Masalah-
perusahaan dari ongkos masalah diatas terjadi di atas kapal
pengangkutan, akan tetapi pada tempat penulis melakukan praktek
kenyataannya semua hal yang berlayar. Oleh karena itu
berkaitan dengan pemuatan, pengawasan saat bongkar dan muat
pengaturan, dan sistem pengamanan maupun pengecekan container dan
container diatas kapal terkadang peralatannya harus selalu dilakukan
tidak sesuai aturan dan kemampuan secara teratur selama perjalanan
kapal, sebagai contoh banyak sampai kapal tiba di pelabuhan yang
perusahaan pelayaran di Indonesia dituju.
yang mempunyai manajemen kurang
baik khususnya pada kapal peti 1.2. Rumusan Masalah
kemas memaksakan kapalnya untuk Berdasarkan latar belakang
memuat peti kemas lebih dari diatas, rumusan masalah pada
kemampuan dan konstruksi dari penulisan ini membahas cara
kapal tersebut, padahal semua penempatan Container diatas palka
peralatan pendukung baik itu lashing (on deck) di kapal dalam kegiatan
dan kemampuan geladak untuk muat. Penempatan seharusnya
menahan beban diatasnya terkadang memenuhi ketentuan cara pemuatan
melebihi normal bahkan juga yang yang baik dan benar sesuai dengan
sering terkadang perusahhan aturan-aturan pemuatan, yang pada
pelayaran memaksakan memuat kenyataannya dilapangan terdapat
Container yang tidak sesuai dengan proses pemuatan dan penempatan
batas muatan kapal. Hal ini tentu saja menyalahi ketentuan sehingga tidak
sangat membahayakan kelangsungan sesuai dengan aturan yang ada,
pelayaran pada saat diperjalanan. sehingga pada prinsipnya jika tidak
Contoh lain, walaupun diperhatikan akan membahayakan
ukuran dan bentuknya sudah sesuai crew, kapal dan muatannya.
dengan aturan, pada sepatu peti
kemas (twist lock) yaitu salah satu 1.3 Metode Penelitian
jenis dari sepatu peti kemas Penelitian ini merupakan
(peralatan pengamanan untuk penelitian deskriptif, yang
mengikat dasar peti kemas dengan menggambarkan dan menguraikan
badan kapal ) yang digunakan obyek yang akan diteliti, adapun
kondisinya banyak yang rusak, pengertian deskriptif menurut
sehingga tidak mampu menahan dan Moleong (2002 : 6) deskriptif adalah
mengunci container pada badan data yang dikumpulkan berupa kata-
kapal dengan baik dan jumlahnya kata, gambar, dan bukan gambar, hal
semakin berkurang, sehingga apabila ini karena disebabkan oleh adanya
muatan penuh akan mengakibatkan metode kuailtatif. Metode deskriptf
104

memusatkan perhatiannya pada 1) Long Hatch


penemuan fakta-fakta (fact finding) Long Hatch adalah Penumpukan
sebagaimana keadaan sebenarnya. suatu jenis muatan dengan
Adapun hal-hal yang diamati berupa jumlah banyak pada satu palka
penelitian tentang optimalisasi untuk satu pelabuhan tertentu,
bongkar muat di Pelabuhan Tanjung atau terjadinya pembagian
Priok Jakarta. muatan yang tidak merata untuk
masing-masing palka bagi suatu
pelabuhan tujuan tertentu.
2. Pembahasan Akibatnya terjadi waktu bongkar
Kejadian yang telah yang lama pada palka tersebut
diuraikan sebelumnya adalah suatu (Gang hours).
tantangan yang harus diselesaikan 2) Over Stowage
pihak kapal. Sampainya kapal di Over Stowage adalah Muatan
pelabuhan dalam kondisi muatan yang seharusnya dibongkar di
yang baik walaupun dengan cara suatu
pemuatan yang menyimpang dan pelabuhan tujuan, terhalang oleh
sistem pengamanan yang dapat muatan lain yang berada
dikatakan seadanya, membuka diatasnya. Oleh karena itu,
peluang bagi orang–orang maka muatan penghalang harus
perusahaan untuk dapat dipindahkan atau dibongkar
melakukannya lagi, walau itu bukan terlebih dahulu lalu
dalam situasi keadaan yang membongkar muatan yang
mendesak hal ini tentu saja tidak dimaksud. Akibatnya waktu
memikirkan keselamatan pihak pembongkaran akan bertambah
kapal. Bagi pihak kapal ini demikian juga biaya
merupakan hal yang berbahaya dan pembongkaran dan pemuatan
bukan menguntungkan jika keadaan kembali muatan penghalang itu,
diluar normal ini harus dilakukan serta kemungkinan akan terjadi
pada setiap trip-nya. Untuk itu kerusakan pada muatan
penulis menganalisa hasil penelitian penghalang dalam proses
mengenai tindakan apa saja yang kegiatan bongkar muatnya.
dilakukan pihak kapal untuk 3) Over Carriage
meminimalisir kemungkinan bahaya Over carriage adalah Muatan
dan mengoptimalkan kondisi yang seharusnya dibongkar di
pemuatan yang cukup baik sesuai suatu pelabuhan tujuan,
dengan kondisi yang kurang terbawa ke pelabuhan berikutnya
menguntungkan diatas (Next port). Akibatnya timbul
claim yang sangat merugikan
2.1 Bongkar muat secara Cepat, pihak Perusahaan Pelayaran,
Teratur dan Sistimatis. dimana pihak perusahaan
Yang dimaksud dengan pelayaran wajib bertanggung
Bongkar muat secara Cepat, Teratur jawab atas biaya-biaya yang
dan Sistimatis adalah menciptakan timbul untuk pengiriman muatan
suatu proses kegiatan bongkar muat kembali ke pelabuhan tujuannya.
yang efisien dan efektip dalam Untuk mencegah terjadinya
penggunaan waktu serta biaya. Long Hatch, Over stowage dan
Untuk mencapai suatu hasil yang Over carriage, maka hal-hal
maksimal, maka hal-hal yang harus yang harus diperhatikan adalah :
dihindari/dicegah adalah terjadinya :
105

a. Perencanaan pengaturan 3) Biaya di dermaga


dilakukan dengan prima. sekecil mungkin untuk
mengurangi biaya
b. Pemisahan yang sempurna. operasional dan
c. Pemberian label pelabuhan mengurangi waktu
(Port mark) yang jelas. siklus kapal
dipelabuhan
d. Pemeriksaan saat akhir 4) Waktu kunjungan kapal
pembongkaran. di pelabuhan sependek
mungkin untuk
2.2 Pengenalan Sistem menperpendek waktu
Penanganan container siklus kapal di
Dalam sistem penaganan Pelabuhan
Petikemas yang dilakukan harus b. Indikator
ditinjau dari beberapa aspek antara Selain dari itu untuk
lain : mencapai kinerja yang
1. Dari sudut pandang Pemilik baik Pemilik Kapal juga
Kapal harus ditunjang oleh
a. Sasaran Tingkat Pelayanan di
Sasaran dari sudut pandang Pelabuhan yang baik yang
Pemilik Kapal adalah untuk indikatornya antara lain:
Keuntungan maksimum 1) Waktu tunggu
melalui pendapatan dermaga ditekan
maksimum. Untuk sependek mungkin
mencapai sasaran tersebut 2) Biaya di Pelabuhan
beberapa kinerja operasional sekecil mungkin
yang harus dicapai antara 3) Kegiatan bongkar
lain: muat barang secepat
1) Kapal termuati secara mungkin
optimal (mendekati 4) Waktu sandar kapal
penuh) sehingga biaya sependek mungkin
pengangkutan dan 2. Dari sudut pandang Pengelolaan
keuntungan dapat Terminal Petikemas
sebanding dengan Tujuannya adalah untuk
muatan yang dibawa mendapatkan pendapatan dan
oleh kapal. keuntungan semasimal mungkin.
2) Jarak tempuh a. Sehingga kinerja usaha yang
maksimum untuk diinginkan adalah:
memaksimalkan siklus 1) Throughput petikemas
kapal dalam mengirim sebanyak-banyaknya
barang ke suatu tempat 2) Jumlah investasi
tujuan. Makin cepat penanganan petikemas
siklus kapal dalam harus seminim mungkin
mengirim barang dalam 3) Biaya Operasi
satu waktu maka barang penanganan petikemas
yang dikirim juga akan seminim mungkin
semakin banyak yang b. Kinerja Operasional yang
tentunya berpengaruh akan dicapai dalam
juga pada pendapatan. pelayanan ini adalah:
106

1) Bongkar muat kapal


secepat mungkin
sehingga bertambah
banyak petikemas yang
dapat dilayani dalam
satu satuan waktu
2) Lamanya kapal
bersandar sependek
mungkin sehingga
siklus bersandarnya Gambar 1. Siklus Bongkar Muat di
kapal pengangkut Pelabuhan
Petikemas akan cepat
yang mengakibatkan Siklus ini dapat dipersingkat
traffic petikemas akan dengan melakukan beberapa
naik. kegiatan yang tidak
3) Tingkat kecelakaan dan terpengaruh kegiatan lain
kerusakan sekecil contohnya pada gambar
mungkin untuk dibawah ini:
memberikan pelayanan
terbaik kepada
konsumen tanpa
komplain dan
permintaan ganti rugi
atas kerusakan barang
yang di handling yang
tentu akan mengurangi
pendapatan.
4) Cepat tanggap akan
kebutuhan peralatan
dan kebutuhan lain Gambar 2. Pemadatan Siklus
untuk mempercepat Bongkar Muat di Pelabuhan
handling petikemas.
5) Dapat menerapkan tarip Seperti yang terlihat
serendah-rendahnya
diatas penghematan
waktu yang dilakukan
Bongkar muat barang yang dapat mengurangi waktu
didermaga adalah suatu proses bongkar muat
siklus kegiatan dari barang diantaranya
membongkar kapal dari dengan mempersiapkan
kapal dan mengantarkannya
barang muatan sebelum
ketujuan selanjutnya kapal sampai tanpa
menghimpun barang menunggu kapal sandar
didermaga yang kemudian terlebih dahulu (nomor 1).
diangkut naik kekapal. Barang yang dikapalkan
sudah memiliki kemasan
yang baik sehingga
barang tidak perlu lagi
diurai / atau disusun
untuk memudahkan
diangkut. Contoh
107

kemasan alat antara lain 4) Pelabuhan yang


adalah petikemas. Disini dikunjungi kapal
dapat kita simpulkan pengangkut petikemas
bahwa yang berperan lebih sedikit
penting dalam kecepatan 5) Penguasaan pangsa
siklus bongkar muat pasar oleh perusahaan
adalah kemasan barang raksasa
sehingga berbagai cara
telah ditempuh untuk 2.3 Jenis – Jenis container
meningkatkan kinerja ini Menurut Tumbel (1991: 4),
melalui berbagai macam Peti Kemas (container) adalah kotak
kemasan cara semacam besar dari berbagai ukuran dan
ini biasa disebut terbuat dari berbagai jenis
Paletisasi atau Unitisasi. pembangunan yang kegunaannya
Berdasarkan hal inilah untuk pengangkutan barang – barang
maka dibuatlah Petikemas baik melalui darat, laut maupun
sehingga penghimpunan udara. Hal–hal yang bertalian dengan
barang penyatuan ukuran – ukuran , definisi – definisi,
kemasan barang, jenis jenis dan lain sebagainya
penanganan barang ditetapkan oleh ISO (International
kekapal, keamanan Standard Organisation), karena pada
barang serta jaminan akan mulanya peti kemas dibangun dari
keutuhan barang yang berbagai macam ukuran yang tidak
dikirim tetap terjamin. seragam.
c. Keunggulan menggunakan 1. Ciri-ciri container
container : Dalam buku Cargo Container,
1) Mampu meningkatkan menurut Tabak ( 1970 : 5 ) peti
kecepatan bongkar kemas sebagai alat transportasi
muat mempunyai ciri sebagai berikut :
2) Muatan tidak disentuh a. Bersifat tetap dan cukup kuat
langsung pada saat digunakan berulang kali.
perpindahan sarana b. Dirancang khusus untuk
angkut pengangkutan barang
3) Selama dalam dengan berbagai tipe sarana
perjalanan muatan lebih angkut, tanpa adanya
terlindungi penanganan terhadap
4) Pembungkus muatan muatan saat perpindahan
tidak perlu sangat kuat tersebut.
5) Dapat ditingkatkan ke c. Dilengkapi dengan peralatan
arah otomatis yang sesuai dan cocok untuk
d. Konsekuensi digunakan , terutama bila
1) Membutuhkan modal terjadi perpindahan sarana
besar untuk memulai pengangkutan dari model
2) Membutuhkan sumber yang satu kemodel yang
daya manusia dan lain.
manajer yang d. Dirancang sedemikian rupa
mempunyai agar mudah saat pengisian
keterampilan tinggi dan pengosongannya.
3) Berpotensi terjadinya
pengurangan tenaga
108

e. Mempunyai ruangan dalam Atau disebut juga peti


sebesar 1 meter kubik (35,8 kemas yang mempunyai
kaki kubik) atau lebih. sistem pengatur udara. Peti
2. Jenis container menurut kemas ini berfungsi untuk
penggunaannya mengangkut muatan beku
Menurut Tumbel ( 1991: 6 ) dengan suhu yang dapat
berdasarkan maksud dikontrol, biasanya berisi
penggunaanya, jenis container muatan yang ongkos
dapat dibedakan menjadi sebagai angkutnya tinggi.
berikut : Mempunyai konstruksi
a. General Cargo Container tertutup dengan dinding,
Container jenis ini lantai, atap, dan pintu yang
berfungsi untuk mengangkut semuanya dilapisi dengan
berbagai jenis muatan insulasi untuk mengurangi
kering atau general cargo terjadinya perubahan suhu
yang tidak memerlukan antara bagian dalam dan
pemeliharaan khusus. Peti bagian luar. Untuk pengatur
kemas semacam ini sangat suhu dipasang alat pengatur
sesuai untuk memuat barang suhu, dimana sumber
yang dikemas dalam karton, listriknya diambil dari
pada lantai dan dinding kapal. Tetapi dengan adanya
1) Peti kemas 20 kaki sistem insulasi dan
(twenty footer dilengkapi dengan alat
container) yang pendingin serta generator
mempunyai dimensi pembangkit listrik membuat
ukuran : berat peti kemas menjadi
Panjang: 6 m banyak sehingga muatan
Lebar :2.4 m yang dapat dimuat relative
Tinggi :2.8 m terbatas.
:2.9 m (HQ) c. Dry Bulk Container
Daya angkut Peti kemas ini cocok untuk
maksimum: 18 tonnes mengangkut muatan kering
Berat kosong peti yang dicurah dan mudah
kemas: 2 – 2.5 tonnes bergeser seperti beras,
2) Peti kemas 40 kaki gandum, biji-bijian dll.
(fourty footer Untuk pengisian muatan
container) yang biasanya mengunakan
mempunyai dimensi lubang-lubang di bagian
ukuran : atas sebagaimana pintu
Panjang: 12 m palka. Peti kemas jenis ini
Lebar :2.4 m mempunyai pintu biasa dan
Tinggi :2.8 m pintu kecil yang berfungsi
:2.9 m (HQ) untuk membongkar muatan
Daya angkut dengan cara menaikkan
maksimum: 30.4 salah satu ujung peti kemas.
tonnes Juga untuk mempercepat
Berat kosong peti proses bongkar, dilengkapi
kemas: 3.5 tonne dengan alat penggetar agar
b. Reefer Container muatan lebih mudah untuk
meluncur ke bawah.
109

d. Tank Container ataupun spreader biasa yang


Bangunannya berupa sebuah disambung dengan sling
tangki yang dipasang dalam rantai yang dipasang pada
kerangka peti kemas dan keempat sudutnya.
sesuai dengan dimensi yang
telah ditetapkan oleh ISO. 2.4 Konstruksi container
Berfungsi untuk Menurut Tumbel ( 1991 : 23 )
mengangkut muatan yang konstruksi Peti kemas terdiri dari
berbentuk cair. berbagai macam alat dan ukuran
e. Open Top Container dalam penanganannya.
Peti kemas ini mempunyai 1. Dinding – dinding ( Walls )
pintu pada salah satu ujung Konstruksi peti kemas terdiri
serta bagian atasnya atas dinding – dinding samping
terbuka, peti kemas jenis ini yang umumnya dibangun dari
cocok untuk memuat besi baja berbentuk lekuk –
barang-barang yang lekuk ( corrugated ) dimana
ukurannya relative besar dengan penggunaan dinding
dan tingginya melebihi jenis ini maka tidak diperlukan
sehingga bila tak kerangka. Bagian langit-langit
memungkinkan dimuat dari atas juga terbuat dari bahan yang
pintu depan maka dapat sama dengan dindingnya meski
dimuat dari atas. kadang terbuat dari plat baja
f. Open Side Container yang rata, karena pada bagian ini
Peti kemas jenis ini tidak banyak menahan beban
mempunyai dinding pada dan hanya merupakan pelindung
salah satu sisi atau kedua- terhadap cuaca. Bagian lantai
duanya bisa dibuka dan ditopang oleh kerangka –
ditutup. Pemuatan bisa kerangka melintang dan
dilakukan dari salah satu sisi diatasnya ditutup dengan papan
ataupun kedua belah sisi secara rapat.
peti kemas, serta juga biasa 2. Tiang – tiang Pojok ( Corner
dimuati dari pintu. Dengan Post )
adanya langit-langit yang Kekuatan terbesar dari peti
bersifat tetap menyebabkan kemas ditahan oleh corner post,
peti kemas ini tahan saat peti kemas diangkat bagian
terhadap panas dan hujan. inilah yang menahan seluruh
g. Platform Container berat peti kemas beserta
Peti Kemas jenis ini muatannya. Saat peti kemas
hanyalah terbentuk dari disusun, maka seluruh berat
bagian lantai peti kemas akan ditahan oleh keempat tiang
dengan corner casting atau pojok ini. Dalam penyusunan
lubang pengangkatnya diatas kapal harus diatur agar
terletak pada keempat penyusunannya tidak berlebihan
sudutnya, tetapi tanpa pada satu tumpukan yang dapat
mempunyai tiang sudut mengakibatkan kerusakan pada
(corner post). Peti kemas peti kemas yang berada
jenis ini tidak bisa dihibob dibawah. Sebaiknya peti kemas
dengan spreader biasa, yang beratnya lebih besar
tetapi saat menghibob diletakkan di bawah dan peti
menggunakan lift lock sling kemas yang beratnya lebih kecil
110

di atas, hal ini bertujuan untuk agar susunan peti kemas tidak runtuh
menjaga keutuhan peti kemas dan menjadi satu kesatuan dengan
serta sangat baik untuk badan kapal. Menurut Tumbel ( 1991
pengaturan keseimbangan kapal. : 75 ) alat – alat lashing yang biasa
3. Corner Casting dijumpai di atas kapal antara lain :
Corner Casting merupakan 1. Single Bridge Base Cone
bagian paling pokok dari peti Alat ini biasanya digunakan
kemas, dan terletak di siku – pada bagian dasar susunan peti
siku dari peti kemas. Corner kemas. Untuk penempatan di
casting dipasang dipasang di dalam dasar palka yang bagian
bagian atas dan di bagian bawah bawahnya dimasukkan kedalam
dari setiap corner post. Lubang lubang penahan base cone,
dari corner casting bertujuan sedangkan untuk penempatan di
untuk mentautkan alat-alat atas geladak biasanya
lashing. corner casting bagian digunakkan jenis yang bagian
atas berfungsi untuk mengangkat bawahnya datar dimana nantinya
peti kemas dan untuk dimasukkan ke penahan yang
meletakkan bridge fitting, terdapat di atas tutup palka.
lubang samping berfungsi untuk 2. Double Bridge Base Cone
mengikatkan lashing bar yang Alat ini biasanya dipasang pada
nantinya diikat ke geladak kapal bagian dasar dari deretan peti
menggunakan turn buckle. kemas ditengah – tengah dimana
Lubang bagian bawah berfungsi alat ini mengikat dua buah peti
untuk mengikatkan peti kemas kems sekaligus.
satu dengan yang lain 3. Double Stacking Single Bridge
menggunakan twist lock dan Cone
untuk mengikatkan peti kemas Alat ini berbentuk kerucut
dengan penahan dasar atau base dengan pengikat / penahan peti
cone. kemas terdapat di bagian atas
4. Container Doors dan bawah. Biasanya dipakai
Dua buah pintu yang terletak untuk penyusunan peti kemas
disalah satu ujung sisi peti ditingkat kedua disisi paling
kemas berfungsi untuk luar, baik dimuka atau belakang.
memberikan kemudahan saat 4. Double Stacking Double Bridge
menyusun muatan ke dalam peti Cone
kemas. Packing karet yang Alat ini terdiri dari dari 4 buah
dipasang mengelilingi pintu kerucut dimana 2 buah terpasang
tersebut bertujuan agar peti menghadap keatas dan 2 buah
kemas menjadi kedap air, system lainnya menghadap ke bawah.
ini disebut bolting system. Biasanya dipasang pada tingkat
Kerangka daun pintu saat ditutup kedua susunan peti kemas di
akan menahan dan membentuk bagian tengah dimana akan
satuan kekuatan yang utuh dari mengikat 2 buah peti kemas
seluruh konstruksi peti kemas. yang saling berdampingan, baik
peti kemas dibawah untuk cone
yang menghadap kebawah dan
2.5 Alat Lashing container peti kemas diatas untuk cone
Setelah container dimuat yang menghadap keatas. Dengan
didalam palka maupun diatas palka demikian alat ini dapat mengikat
kapal, sebaiknya segera dilashing
111

empat buah peti kemas susunan peti kemas yang akan


sekaligus. dilashing.
5. Deck Pin atau Deck Locking Pin 12. Extention Hook
Kegunaan alat ini untuk Alat ini digunakan untuk
menahan bagian dasar peti menyambung lashing bar yang
kemas setelah dimasukkan tidak mencukupi untuk
kedalam base cone. melashing peti kemas high cube.
6. Pigeon Hook Extention hook berbentuk seperti
Alat ini berfungsi sebagai tempat di salah satu ujung dan ujung
untuk mengaitkan lashing bar. lainnya terdapat mata, alat ini
7. Corner Casting Pin akan dikaitkan kemata bagian
Cara penggunaan alat ini dengan bawah dari lashing bar
cara memasukkan salah satu sedangkan ujung lain dikaitkan
ujung kelubang sisi dari corner dengan turn buckle.
casting peti kemas dan ujung 13. Lashing Point
lainnya yang berada di bagian Lashing Point terletak pada
luar digunakan sebagai tempat tempat dimana corner casting
untuk mengaitkan lashing bar bertumpu dimana selalu ada
8. Twist Lock lubang untuk mengaitkan turn
Alat ini berfungsi untuk buckle.
mengikat peti kemas yang
disusun menumpuk keatas. 2.6 Bay Plan Container
9. Screw Bridge Fitting Container Bay Plan adalah
Alat ini dipasang di bagian rencana muatan yang dibuat atau
paling atas dari peti kemas yang direncanakan sebelum pemuatan,
dapat mengikat 2 buah peti atau menurut Tim PIP Semarang
kemas sekaligus, dengan cara (163) Container Bay plan adalah
memutar pengencangnya yang bagan pemuatan peti kemas secara
berada di bagian tengah, bila membujur, melintang dan tegak.
pengencangnya diputar maka Membujur ditandai dengan nomor
kedua ujung alat ini akan saling BAY mulai dari depan ke belakang,
merapat dengan catatan nomor ganjil untu
10. Turn Buckle peti kemas ukuran 20 kaki dan
Alat ini dipasang di geladak di nomor genap untuk peti kemas
tempat lashingan yang berada di ukuran 40 kaki. Melintang ditandai
deck. Bentuknya berupa dua dengan nomor ROW dimulai dari
batang berulir dimana ujung tengah dan dilihat dari belakang.
bagian bawah mempunyai ikatan 1. Ke kanan ROW 01, 03, 05, 07,
berbentuk segel yang dikaitkan 09, dst.
ditutup palka dan ujung yang 2. Ke kiri ROW 02, 04, 08, dst.
lainnya dipasangkan pada ujung Menurut Tim PIP Semarang
dari lashing bar. Bila bagian (143) Bay Plan biasanya berbentuk
tengah diputar maka kedua buku dengan lembaran – lembaran
batang akan mengencang atau untuk masing – masing Bay. Dengan
mengendur. banyaknya jenis peti kemas yang
11. Lashing Bar dimuat, didalam Container Bay Plan
Alat ini berupa batang besi yang diberi tanda – tanda jumlah dan
mempunyai ukuran panjang posisinya sesuai Bay, Row, atau Tier.
bermacam – macam, tergantung Apabila pemuatan dan
pada susunan kebeberapa pembongkaran dilakukan dibeberapa
112

pelabuhan yang berlainan, maka g. Tangga akomodasi ( gang


untuk membedakan antara peti way ) diberi jarring.
kemas yang dibongkar atau dimuat h. Pada waktu kerja malam hari,
ditiap – tiap pelabuhan diberi warna pasang penenranga secara
yang berbeda dan juga tanda yang baik dan cukup.
jelas agar regu jaga mengerti bagian i. Bekerja secara tertib dan
mana yang dibongkar dan bagian teratur mengikuti perintah.
mana yang boleh dimuat. j. Mengadakan tindakan
berjaga-jaga secara baik.
2.7 Prinsip Pemuatan k. Jika ada muata diatas deck,
Menurut Arso Martopo dalam supaya dibuatkan jalan lalu-
bukunya yang berjudul Penanganan lalangorang secara bebas.
dan pengaturan muatan (2004 : 8) l. Semua muatan harus
Pada dasarnya yang perlu di dilashing dengan kuat.
perhatikan dalam menangani muatan m. Muatan diatas deck tidak
di atas kapal ada tahapan-tahapa menggangu penglihatan.
penting dalam pemuatan dan n. Muatan berbahaya harus
pembongkaran. Untuk mendapatkan dimuat sesuai dengan solas (
kegiatan yang diharapkan, para tidak sembarangan ).
mualim perlu memahami dan o. Saat pembongkaran harus
melaksanakan prinsip-prinsip dijaga, jangan sampai
pemuatan sebagai berikut : muatan roboh sehingga
mengenai buruh.
1. Melindungi awak kapal dan 2. Melindungi kapal.
buruh. Yang dimaksud dengan
Yang dimaksud dengan melindungi kapal adalah suatu
melindungi awak kapal dan upaya agar kapal tetap selamat
buruh adalah suatu upaya agar selama kegiatan muat bongkar
mereka selamat dalam maupun dalam pelayaran,
melaksanakan kegiatan. Untuk misalnya menjaga stabilitas
itu perlu diperhatiakan hal-hal kapal, jangan muatan melebihi
sebagai berikut : deck load capacity,
a. Gunakan alat keselamatn memperhatiakan SWL ( safety
kerja secara benar, misalnay working load ) peralatan muat
sepatu keselamatan, helm, bongkar, dan lain-lain. Untuk
kaos tangan, pakaian kerja memenuhi hal tersebut perlu
dan lain-lain. diperhatiakan :
b. Memasang papan-papan a. Pembagian muatan secara
peringtan. vertical
c. Memperhatikan komando Diupayakan agar kapal
dari kepala kerja. jangan sampai memiliki
d. Jangan membiarkan buruh stabilitas negative, harus
lalu-lalang di daerah kerja. diupayakan kapal memiliki
e. Jangan membiarkan muatan stabilitas positif, namun
terlalu lama menggantung di demikian jangan sampai
tali muat. kapal langsar atau kaku
f. Periksa peralatan muat karena dapat merusak
bongkar sebelum digunakan konstruksi bangunan kapal
harus selalu dalam keadaan dan bahkan kapalbisa
baik. tenggelam.
113

b. Pembagian muatan secara beban yang ada diatasnya,


horizontal dinyatakan dalam ton/m².
Diupayakan agar pemuatan mengingat konstruksi
muatan pada masing-masing bagian kapal disetiap tempat
palka dari depan sampai tidak sama, maka nilai DLC
belakang harus seimbang, tersebut juga berlainan,
sehingga kapal selalu misalnya di lower hold (
memiliki trim sedikit palka bawah ), tween deck (
kebelakang, tidak hogging geladak-geladak antara )
maupun sangging. Hogging maupun di geladak atas atau
adalah suatu keadaan yang di atas tutup palka.
diakibatkan karena 3. Melindungi muatan
penempatan muatan Dalam peraturan perundang-
dikonsentrasikan pada undangan internasional
ujung-ujung kapal, dinyatakan bahwa perusahaan
akiabatnya kapal akan pelayaran atau pihak kapal (
mudah patah apabila carrier ) bertanggung jawab atas
mendapatkan ombak besar keselamatan dan keutuhan
dan pada bagian ujung- muatan sejak muatan itu dimuat
ujung kapal tapat pada sampai muatan itu di bongkar.
posisi lembah ombak, dan Oleh karena itu pada waktu
pada bagian tengah-tengah memuat, membongkar, dan
kapal tepat pada posisi selama dalam pelayaran, muatan
puncak ombak. Sangging harus ditangani secara baik.
adalah suatu keadaan yang Pada umumnya kerusakan di
diakibatkan karena kapal disebabkan oleh :
penempatan muatan a. Pengaruh dari muatan lain
dikonsentrsikan pada yang berada dalam sau
tengah-tengah kapal, ruang palka.
akibatnya kapal akan mudah b. Pengaruh air, misalnya terjadi
patah apabia mendapat kebocoran, keringat
ombak besar dan pada kapal,keringat muatan
bagian tengah-tengah kapal dan kelembaban udara
tepat pada posisi lembah ruang palka.
ombak dan pada bagian c. Gesekan antara muatan
ujung-ujung kapal tepat dengan badan kapal.
pada posisi puncak ombak. d. Penanggasan ( panas ) yang
c. Pembagian muatan secara ditimbulkan oleh muatan itu
transversal sendiri.
Diupayakan agar dalam e. Karena pecurian.
pemuatan, berat muatan f. Penanganan muatan yang
disebelh kiri dan kanan tidak baik.
bidang center line sama 4. Mencegah Kerusakan Muatan
besar agar kapal tidak Untuk mencegah kerusakan
miring ( list ) atau senget ( muatan tersebut, harus dilakukan
heel ) selama pelayaran. tindakan-tindakan sebagai
d. Deck load capacity berikut :
Deck load capacity ( DLC ) a. Ruang palka harus
adalah kemampuan suatu dipersiapkan secara baik
geladak untuk menahan untuk menerima muatan
114

sesuai dengan jenis dan sifat b. Harus dihindari penempatan


muatan yang akan dimuat. muatan berat di atas muatan
b. Pemasangan dunnage harus ringan.
dilakukan secara baik sesuai c. Muatan diats deck harus
dengan jenis dan sifat diberitutup terpal agar tidak
muatan yang akan dimuat. rusak karena terkena air
c. Memisahkan muatan yang laut.
satu dengan yang lain secara 7. Pemasangan dunnage atau terap
baik. :
d. Penggunaan ventilasi Maksud dari pemasangan
secara baik. dunnage ini adalah untuk
e. Lashing muatan harus mencegah kerusakan muatan
baik. yang akan disebabkan oleh
f. Menggunakan semua sebagaimana tersebut di atas,
peralatan muat bongkar yaitu pengaruh dari muatan lain
yang telah diyakini termasuk karena tekanan dari
kekuatannya. muatan lain,air
g. Memasang jala-jala pada gesekan,penanggasan, pencurian
lambung kapal tempat dan penanganan muatan yang
dilakukan kegiatan,dan lain- tidak baik. Di atas kapal ada dua
lain. macam dunnage yang selalu
5. Persiapan Ruang Palka tersedia yaitu :
Mempersiapkan ruang palka : a. Dunnage tetap
a. ruang palka harus bersih ( Dunnnage tetap adalah
disapu,dipel dengan air dunnage yang dipasang di
tawar,dicat,dan lain- atas kapal sejak kapal
lain)sesuai dengan jenis dan dibangun, dan dunnage ini
sifat muatan yangakan sifatnya tetap tidak boelh di
dimuat. lepas dari posisinya.
b. Got harus bersih dari air Dunnage tetap dipasang di
maupun kotoranyang ada bagian-bagian sebagai
didalamnya, penataan got berikut :
atau penataan lemsa atau 1) Dipasang menempel
penataan kemarau harus pada gading-gading
dalam keadaan siap pakai. ( secara membujur.
pompanya tidak rusak dan 2) Dipasang menempel
pipanya tidak bocor ). pada sekat kedap air
c. Semua dunnage ( terap ) yang memisahkan
harus dalam kedaan baik. ruang palka dengan
6. Pemisahan muatan : kamar mesin secara
a. Harus dihindari pemuatan melintang.
dua jenis muatan atau 3) Dipasang pada lantai
lebihyang berbeda jenis dan ruang palka, pada
sifatnya dalam suatu ruang umumnya ruang palka
palka, misalnya muatan paling bawah.
kotor dan muatan bersih, b. Dunnage tidak tetap :
muatan berbau dengan Dunnage tidak tetap adalah
muatn yang tiadak berbau. semua dunage yang
dipersiapkan di kapal sesuai
dengan jenis dan sifat
115

muatan yang akan dimuat, “over stowage ” (pemblokiran),


pada umumnya berupa “over carriage” (muatan yang
papan kayu sasak, kepang, terbawa), ini smua harus
tikar, terpal, kertas, plastik, dihindari.
kayu balok, net nylon, kotak a. Long hatch
kayu (untuk mencegah Yaitu pembagian muatan
kondensasi, biasanya pada tiap-tiap palka utnuk
dipasang di bawah atau di tiap-tiap pelabuhan bongkar
tengah-tengah muatan). tidak merata atau terpusat
Karung untuk ganjal pada satu palka, sehingga
muatan,dan lain-lain. mengakibatkan kapal terlalu
Banyak sedikitnya dunage lama di pelabuahan bongkar
yang ada di atas kapal tersebut. Untuk mencegah “
sangat tergantung dari : long hatch ” ini, maka pada
1) Macam atau jenis kapal. waktu merencanakan
2) Jenis muatan yang pemuatan harus
diangkut. diseimbangkan antara palka
3) Pebedaan udara atau yang satu dengan yang lain,
panas yang akan dan disesuaikan dengan
dialami oleh kapal jumlah gang yang tersedia
tersebut. di pelabuhan bongkar
8. Pemuatan dan pembongkaran tersebut.
muatan secara cepat dan b. Over stowage ( pemblokiran )
sistematis. Yaitu keadaan dimana
Agar pelaksanaan pemuatan dan muatan yang seharusnya
pembongkaran dapat dilakukan dibongkar dahulu di suatu
secara cepat dan sistematis, pelabuhan tertutup oleh
maka sebelum kapal tiba di muatan lain yang akan
pelabuhan pertama ( first port ) dibongkar di pelabuhan
disuatu negara, harus sudah berikutnya. Hal ini akan
tersedia rencana pemuatan dan membuat waktu
pembongkaran ( stowage plan ). pembongkaran lebih lama
Stowage plan ini merupakan dan menimbulkan biaya
rencan awal ( tentative stowage lebih besar, karena harus
plan ), jadi apabila terjadi shifting muatan yang
perubahan rencana masih dapat menutupinya. Hal ini dapat
dilakukan. Setelah rencana awal dicegah dengan melakuakan
dilaksanakan secara keseluruhan perencanaan pemuatan yang
di negara tersebut, baru disalin baik, teliti, dan tepat.
ke dalam rencana pemuatan c. Over carriage ( muatan yan
akhir ( final stowage plan ). terbawa )
Kalau sudah final stowage plan, Yaitu muatan yang
maka muatan tidak boleh seharusnya dibongkar
dirubah, kecuali dalam keadaan dahulu di suatu pelabuhan.
yang sangat memaksa. Meskipun Oleh karena sesuatu hal
telah direncanakan secar baik dn terbawa ke pelabuhan
dilaksanakan dengan baik pula, berikutnya. Untuk
namun masih sering terjadi menghindari hal tersebut di
adanya kekeliruan –kekeliruan atas perlunya dilakukan :
seperti timbulnya “ long hatch ”,
116

1) Port mark, yaitu dilakukan sedemikian rupa


memberi tanda yang sehingga ruang muat yang
jelas pelabuhan tujuan tersedia dapat diisi dengan
atau pelabuhan bongkar muatan sebanyak mungkin dan
dari tiap-tiap muatan. ruang muat yang tidak
Dapat dilakukan dengan terpakai dapat ditekan sekecil
tanda-tandakhusus mungkin. Broken stowage
misalnya : pelabuhan A adalah besarnya persentase
diberi tanda segitiga (%) jumlah ruangan yang
merah, sedangkan hilang atau ruang yang tidak
pelabuhan B diberi terpakai/ruang rugi pada
tanda segi empat warna pengaturan muatan dalam
hijau,dan sebagainya. suatu palka. Persentase
2) Block mark, yaitu kehilangan ruang/ruang rugi
dengan memisahkan (Broken stowage) suatu palka
muatan sesuai dengan dapat dihitung dengan rumus.
urutan a) Broken Stowage
pembongkarannya, Hal yang tidak dapat
misalnya untuk dihindari pada pengaturan
pelabuhan bongkar I : muatan ke dalam suatu
diletakan di atas, dekat palka adalah terjadinya
dengan mulut palka, Broken stowage pada
untuk pelabuahn yang tempat-tempat yang antara
ke II diletakan di depan lain :
dan belakang mulut 1) Sudut-sudut palka.
palka. Untuk pelabuhan 2) Palka-palka ujung.
ketiga di sisi kiri-kanan 3) Didaerah got-got
mulut palka, dan (Bilge).
sebagainya. 4) Pada susunan muatan
3) Separation atau paling atas (Top tier).
segregation, yaitu 5) Diantara muatan-
dengan memisahkan muatan.
muatan dri pelabuhan
bongkar yang berbeda b) Penyebab Broken Stowage
Dalam melaksanakan
dengan menggunakan
jaring net yang tipis kegiatan pengaturan
muatan, maka penyebab
tetapi cukup kuat,
sehingga jelas bagi terjadinya Broken stowage
adalah :
yang membongkar akan
berhenti pada waktu 1) Bentuk palka.
akan melampaui jaring 2) Bentuk Muatan.
pemisah tersebut.
9. Pemanfaatan ruang muat 3) Jenis muatan.
semaksimal mugkin 4) Skill Buruh / pekerja.
Yang dimaksud dengan
Pemanfaatan ruang muat 5) Penggunaan
semaksimal mungkin adalah Penerapan (Dunnage).
menyangkut penguasaan ruang
c) Cara Mengatasi Broken
rugi (Broken stowage) yaitu
Stowage
pengaturan muatan yang
117

Untuk mengatasi terjadinya didapatkannya, Biasanya


Broken stowage, maka hal- keadaan full tetapi tidak
hal yang harus dilakukan down,atau sebaliknya. Agar
adalah : tercapai maksud kita untuk
1) Pemilihan bentuk menggunakan ruang secara
muatan yang sesuai maksimal. Jadi broken stowage
dengan bentuk palka. adalah prosentase ruang palka
yang tidak dapat diisi oleh
2) Pengelompokan dan muatan, yang dirumuskan :
pemilihan jenis
muatan.
3) Penggunaan Muatan
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑷𝒂𝒍 𝒌𝒂−𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑴𝒖𝒂𝒕𝒂𝒏
pengisi (Filler cargo). Broken Stowage = 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑷𝒂𝒍𝒌𝒂
4) Pengawasan
pengaturan muatan.
5) Penggunaan Dunnage Dalam prinsip pemuatan, BS ini
seminim mungkin. harus diusahakan sekecil
mungkin. Hal ini dapat
2.8 Optimalisasi Pemuatan dilakukan dengan cara :
Kontainer agar Kapal Full and a. Menggunakan / memuat
Down muatan pengisi ( filler cargo
1. Broken Stowage )
Dalam melakukan pemuatan Yaitu dengan menyelipkan
harus diusahakan agar semua muatan peti - peti kecil
ruang muat dapat terisi penuh diantara peti - peti besar,
oleh muatan ( full ) atau kapal atau mengisi kekosongan
dapat memuat sampai sarat dengan potongan - potongan
maksimum ( down ), sehingga muatan, muatan – muatan
dapat diperoleh uang tambang dalam kurungan, dan lain –
yang maksimal. namun lain.
demikian, karena bentuk paking b. Melaksanakan perencanaan
muatan tertentu, sering muatan yang baik
tidak dapat memenuhi ruang Tahapan ini adalah tahap
muat, kemungkinan lain adalah yang menentukan, sehingga
cara pemadatan yang kuarang dapat diantisipasi adanya
baik, sehinnga banyak ruang kemungkinan –
muat yang tidak terisi muatan. kemungkinanyang
Ruang muat yang tidak terisi menimbulkan B.S.
muatan disebut “broken c. Pengawasan pada waktu
stowage” (BS). Menurut Istopo ( pelaksanaan pemuatan.
1982 : 144), Untuk memperoleh Buruh yang melakukan
keuntungan yang semaksimal, pemadatan dalam palka
Maka tiap-tiap perusahaan sering kali bekerja kurang
perkapalan menginginkan kapal- baik, karena ada
kapalnya membawa muatan kecenderungan untuk
secara maksimal pula, sehingga melakukan pekerjaan agar
tercapai kondisi kapal yang cepat selesai. Dengan
disebut Full and Down. Kondisi pengawasan yang baik dari
full and down tersebut agak sulit perwira jaga dan petugas
118

jaga lainnya, diharapkan stowage faktor, maka ternyata


para buruh bekerja sesuai :
dengan rencana pemuatan
yang telah dibuat oleh pihak 1
SF suatu
kapal. Hal ini sangat = Berat jenis zat
zat
membantu dalam tersebut
mengurangi B.S.
d. Penggunaan terap – muatan ( Dalam suatu perhitungan
dunage ) secara efisien. sering dipergunakan density
Penggunaan terap – muatan suatu zat adalah 1000 berat
yang berlebihan dapat juga jenis zat tersebut, dengan
mengakibatkan demikian jika diketahui berat
berkurangnya daya tampung jenis suatu zat = 1,020, maka
ruang muat ( palka ). density zat tersebut adalah
e. Penggunaan ruang palka 1,020.
disesuaikan dengan bentuk
muatan. 3. Full and down
Full and down adalah suatu
2. Stowage faktor kondisi pemuatan sedemikian
Stowage faktor adalah volume rupa sehingga ruang muat
ruangan dalam m³ yang seluruhnya dapat dipenuhi oleh
diperlukan secara efektif untuk muatan dan saat itu kapal
dapat memadatkan 1 muatan. memiliki sarat maksimum yang
Jadi misalnya diketahui stowage diijinkan sesuai dengan daerah
faktor container. Maka butuh pelayaran. Agar kapal dapat
berapa kontainer agar ruang memuat sampai mencapai full
palka penuh. Stowage faktor and down harus memenuhi
dapat dihitung dengan persyaratan sebagai berikut :
menggunakan rumus : a. Untuk 1 macam muatan.
1 SF muatan harus sama
Volume
Berat dengan SF kapal atau SF
SF = x setiap
setiap standart, yang secara umum
muat
muatan besarnya 1,4 m³ atau 50
Keterangan : Berat setiap Cu.m.
muatan dalam b. Untuk 2 jenis muatan.
ton Volume Untuk dua jenis muatan
setiap muatan menggunakan rumus :
dalam m³
A+ B = Cargo DWT

Hubungan stowage faktor SFa.A + SFb.B = jumlah ruang effektif


dengan berat jenis suatu zat
Berat jenis atau spesifik
gravity atau relatif density
dapat diartikan berat suatu zat Terdiri dari muatan ringan
yang volumenya 1 m³. dan muatan berat. Muatan
Misalkan berat jenis air laut = ringan adalah muatan yang
1,025. Ini mengandung arti SF > 1,1116 m³ dan muatan
bahwa setiap 1 m³ air laut berat adalah muatan yang
beratnya 1,025 ton. Kalau SF < 1,116 m³.
kita perhatikan definisi dari
119

c. Untuk 3 jenis muatan atau


lebih.
Menggunakan rumus :

Tn = V – ( T X SF1 )
( SFn – SF1 ) + ( SFn –SF2 ) + ( SFn – SF3 )

Keterangan :
V= Volume ruang Contoh lain :
muat effektif ( m³ ) Kapal memiliki ruang muat
T= Cargo DWT (ton) 1200 m³ akan dimuati muatan
Tn= Berat muatan A yang SFnya 0,90 m³ dan
yang SF – nya terbesar ( muatan B yang SF-nya 1,2 m³
ton) . cargo DWT 1000 t0n.broken
SFn= SF muatan yang stowage rata-rata dari kedua
terbesar ( m³ ) muatan tersebut diperkirakan
SF1= SF muatan yang 10%. Berapa berat muatan A
terkecil ( m³ ) dan B agar dapat mencapai
Contoh : full and down.
MV. PORT NUMBAY Penyelesaian :
dengan DWT 7920 TON,
Mempunyai bahan bakar
609 ton, air tawar dan
ballast 609 ton, Jadi muatan A= 120/0,3 = 400
perbekalan 406 ton. ton
Memiliki 2 palka dengan Jadi muatan B= 1000 – 400 =
volumen masing – masing 600 ton
:
Palka I =1600 m³ 2.9 Prosedur Lashing Container
PALKA II =2200 m³ Menurut IMO dalam buku
Akan dimuati container A berjudul Code Of Safe Practice
yang SF-nya 0,5574 dan For Cargo Stowage And Securing
kontainer B 2,787. ( 2003 : 07 ) chapter 2 tentang
Broken stowage di prinsip – prinsip penataan dan
abaikan. Berapa masing – pengamanan muatan,
masing container pada menyebutkan bahwa muatan
masing – masing palka yang diangkut dalam peti kemas,
agar dapat full and down. alat transportasi darat, kapal –
Jawab : kapal tongkang, kereta api, dan
Kapal DWT= 7920 – 609 – alat transportasi lain harus
609 – 406 = 6296 ton dikemas dan diamankan untuk
Ruang efektif =1600 + 2200 mencegah kerusakan selama
= 3800 m³ pengiriman, juga untuk mencegah
kerusakan. Muatan terhadap
kapal, orang – orang dikapal dan
lingkungan laut. Sedangkan
menurut IMO ( 2003 : 17 )
tentang membawa dan
120

mengamankan peti kemas 1. Penataan dan pengaturan


digeladak menyebutkan bahwa : muatan tidak boleh lepas dari
1. Penataan kemampuan kapal. Agar
a. Peti kemas yang diangkat bongkar muat dapat
diatas geladak dilakukan secara cepat,
ditempatkan secara teratur, dan sistematis. Hal
membujur searah haluan yang harus dihindari /
dan buritan. dicegah adalah long hatch,
b. Penataan peti kemas tidak over stowage, serta over
boleh melebihi sisi kapal. carriage. Akan tetapi dalam
c. Peti kemas disusun dan sistem penanganan container
diamankan sesuai dengan harus ditinjau dari sudut
ijin dari orang yang pandang pemilik kapal dan
bertanggung jawab sudut pandang pengelola
terhadap operasional terminal container.
kapal. 2. Jenis–jenis container menurut
d. Berat peti kemas tidak penggunaannya ada beberapa
boleh melebihi kekuatan macam, yaitu general cargo
dari geladak atau tutup container, reefer container,
palka dimana peti kemas tank container, dan lain –
itu ditempatkan dimana lain. Selain itu konstruksi
peti kemas itu container terdiri dari
ditempatkan. berbagai macam alat dan
2. Pengamanan ukuran, antara lain : walls,
a. Semua peti kemas harus corner post, corner casting,
diamankan dengan baik dan container doors.
untuk mencegah supaya 3. Agar susunan container tidak
tidak bergeser. Tutup runtuh, maka setelah
palka yang mengangkut container dimuat di palka
peti kemas harus aman sebaiknya segera dilashing.
untuk kapal. Beberapa jenis alat lasing
b. peti kemas harus container meliputi lasing
dilashing sesuai standard. bar, twist lock, screw bridge
c. lashing diutamakan terdiri fitting, dan lain – lain.
dari tali kawat atau rantai 4. Bay plan merupakan rencana
dan bahan dengan muatan yang dibuat atau
karakteristik pemanjangan direncanakan sebelum
yang hampir sama. pemuatan. Dalam bay plan
d. klip kawat harus cukup dikenal istilah bay, row, dan
dilumasi tier. Pada dasanya dalam
e. Lashing harus selalu menangani muatan ada
dijaga terutama tahapan – tahapan penting.
tegangannya, karena para mualim diharapkan
gerakan kapal memahami dan
mempengaruhi tegangan melaksanakan prinsip –
ini. prinsip pemuatan.
3. Penutup 5. Dalam melakukan pemuatan
Berdasarkan pembahasan harus diusahakan agar semua
diatas, dapat disimpulkaan : ruang muat dapat terisi penuh
hingga mencapai sarat
121

maksimum ( full and down ).


Namun demikiaamanan
container yang perlu
diperhatikan dalam prosedur
lashing yaitu penataan dan
pengamanan.

Daftar Pustaka

A.H. Tumbel, 1991, Petikemas dan


penangananya, Jakarta
Herman D Tabak, 1970, Cargo
Container

Istopo, 1982, Kapal dan Muatannya,


Jakarta : Koperasi BP3IP

IMO, 2003, Code of Safety Practice


for Cargo Stowage and
Securing, London

Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Depdikbud Balai Pustaka

Margono. S, 2000, Metodologi


Penelitian Pendidikan,
Jakarta , PT : Rineka Cipta.

Tim PIP Semarang, Memuat Untuk


Perwira Kapal Niaga.

You might also like