You are on page 1of 22
HALO EFFECT _ 1. Memahami halo effect . i akuntansi 2. Mengetahui penelitian halo effect di akuntansi \ “fue seea person isin a good light iti if subsequently to darken that light ORRIN ARN VARA NS Te NR NT Pengertian Halo Effect Halo effect atau efek halo merupakan kecenderungan berpikir seseorang untuk memberikan penilaian secara unum dar memberikan penilaian (pada atribut kinerja spesifik seseorang) berdasarkan perasaan atau penitaian umurn (Thorndike, 1920) "\sreonerseumarseenesccmmeinent Halo effect merupakan kecenderungan untuk mengganakan evaluasi secara umum untuk membuat penilaian pada sifat-sifat spesifik. Atau dengan kata lain, kita cende ung menggunakan karakteristik umum (misalnya menyenangkan, menarik) untuk menentukan ciri kepribadian yang spesifik Halo effect dikermukakan oleh Edward Thorndike, seorang psikolog. Dia melakukan sebueh penelitian yang diterbitkan pada tahun 1920 mengenai bagaimana seorang komandan menilai tentara bawahannya. Dalam penelitiannya, dia meminta 2 komandan untuk menilai tentara bawahannya dalam hal kualitas fisik (kerapian. energi, dan kekuatan fisik) dan kualitas menita mosi, dan sosial (seperti intelektualitas, kepemimpinan, dan tanggung jawab) Thorndike menemukan bahwa, jika prajurit dinilai tinggi pada salah satu kriteria, maka dia aken dinilai tinggi pula pada kriteria yang lain. Artinya. sec ang prajuril yang dinilai cerdas, dia juge akan dinilai rapi, dan bertanggung jawab, sementaia seorang prajurit Ne EET yang dinilai tidak bertanggung jawab juga cenderung mendapat nilaj rendah pada kekuatan fisik dan energi. Thorndike menyimpulkan adanya halo effect yaitu mengacu pada bagaimana perseps! Umum individu menciptakan kesan positif atau negatif dan mengaburkan karakteristik spesifik mereka ITE eee Halo Effect dalam Kehidupan Nyata Halo effect juga terjadi dalam semua aspek kehidupan di sekitar kita, misalnya: EATS, Penilaian Guru terhadap Siswa Di kelas, guru memiliki kecenderungan untuk terkena halo effect ketika menilai siswanya. Misalnya seorang guru yang menilai bahwa siswa A memiliki perilaku yang baik akan memiliki kecenderungan untuk menilai siswa A baik dalam semua hal. Guru akan menilai bahwa siswa A tekun dan rajiri sebelum guru melakukan penilaian secara detail. Halo effect maka akan memengaruhi objektivitas pada penilaian terhadap kinerja siswa. (Rasmussen, Encyclopedia of Educational Psychology, Volume }, 2008). 4 '” [AKUNTANSI REPCRILARUAN ee. penilaian pada Pencarian Bakat BYERS 4G. TY Sumber: http://www bollywoodiife com Pada ajang pencarian bakat, ada seorang peserta bernama Susan Boyle berusia 47 tahun. Pada saat dia naik ke panggung, semua juri dan penonton meremehkan kemampuan menyanyinya karena mereka hanya menilai dari penampilan umumnya. Juri dan penonton terkena halo effect, bahwa Susan yang memiliki penampilan bi saja maka kemampuan menyanyinya juga biasa saja. Namun ketika Susan menyanyi, mereka menyadari bahwa penilaian mereka saiah. Sa Penilaian Pimpinan terhadap Karyawan Dilingkungan kerja, haloeffectseringkali merupakan bias yang paling sering terjadi. Halo effect memengaruhi penilaian atasan terhadap kinerja bawahan. Coba bayangkan jika atasan menilai karyawannya pada satu karakteristik dari pekerja, misalnya antusiasme, dan membiarkan penilaian tersebut memengaruhi penilaian atasan pada kinerja karyawan secara keseluruhan berdasarkan satu karateristik saja meskipun karyawan tersebut tidak memiliki pengetahuan atau der kemanrpuan untuk melakukan pekerjaan dengan sukses (Sch et al., 2012). Penggunaan Halo Effect Halo Effect dan Pemasaran Produk Halo effect efektif bagi perusahaan yang sangat bergantung pada image/brand untuk meningkatkan permintaan. Hal ini juga efektif bagi perusahaan di industri kompetitif di mana terdapat banyak perusahaan yang menawarkan Jayanan yang sama dengan perbedaan marjinal produk juga menggunakan Perusahaan yang menghasilkan multi dustri tertentu; misalnya, halo effect untuk membangun ¢iri di ini jika satu produk dari perusahaan tersebut dapat menjadi pemimpin dalam industri, maka kepercayaan pada brand tersebut menyebar ke produk lainnya. Halo effect juga dapat menjelaskan mengapa memilih bintang iklan yang menarik, karismatik, dan baik merupakan cara yang tepat untuk mengiklankan produknya. Halo Effect dan Interview Kerja Halo effect sangat berpengaruh dalam interview kerja. Kalian mungkin pernah mendengar cerita ‘horor’ bahwa seseorang yang pandai di kelas tidak memperoleh pekerjaan dan gagal dalam tahap tes interview setelah mampu melewati tes tertulis dan tes fisik, sedangkan teman sekelasnya yang memiliki kemampuan akademik di bawah, iolos dalam tes interview. Terdapat keceitderungan crang yang menarik ena penampilan akan mudah mendapat pekerjaan rmerek AHUNTANSL REPEDILA UATE a" 08 LST. Cara menghindari manipulasi oleh halo effect 1. Sadar akan penilaian Anda Langkah pertama untuk menghentikan halo effect adalah menyadari bahwa penilaian kalian bisa salah. t 2. Beri kesan pertama Anda kesempatan kedua Cobalah bersikap kritis terhadap kesan pertama yang Anda dapatkan. Cobalah untuk mendukung perasaan kalian terhadap suatu objek berdasarkan data yang sebenarnya. Jika Anda sulit menemukan alasan mengapa Anda menilai baik atau tidak baik pada suatu objek, maka beri mereka kesempatan kedua. THE HALO EFFECT IN BUSINESS RISK AUDITS: CAN STRATEGIC RISK ASSESMENT BIAS AUDITOR JUDGMENT ABOUT ACCOUNTING DETAILS? Ed O'Donnell dan Joseph J. Schultz The Accounting Review, 2005 LATAR BELAKANG Auditor yang menggunakan pendekatan audit risiko bisnis melakukan penilaian strategis untuk membangun perspektif secara keseluruhan mengenai model bisnis kliennya. Penilaian secara holistik sebelum melakukan detail audit akan menimbulkan halo effect karen penilaian kinerja berdasarkan karakteristik secara mengevaluasi Ketika auditor keseluruhan akan mengurangi ketelitian dalam kriteria-kriteria yang lebih spesifik atau detail berfokus pada penilaian secara keseluruhan terhadap klien akan mengurangi ketelitian dalam melakukan audit pada bukti-bukti secara detail. Kurangnya ketelitian pada bukti-bukti audit yang detail menyebabkan kegagalan audit seperti pada kasus Worldcom. Auditor eksternal meyakini bahwa Worldcom merupakan bisnis yang sukses. PR oe onec emi eee.) cmc effect Se di aie PACON certo ean (lc tas Auditor eksternal meyakini bahwa secara keseluruhan Worldcom Coat Ue cis Ura merupakan bisnis yang P sukses dan memiliki viet mor Preteen cura strategi bisnis yang Poin etcuatcLs baik. erties ait Oto asl Soest we CNc) Pore L eatin) Peer eet Rae ene Sec) Se TUJUAN PENELITIAN penelitian ini mengu! apakah auditor yang melakukan penilaian risiko bisnis perusahaan secara umum/ keseluruhan/ holistik akan mengurangi Ketelitian auditor dalam mendeteksi risiko salah saji pada pola fluktuasi dalam akun. TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN pakan kecenderungan berpikir seseorang untuk cara umum dan memberikan penilaian ang) berdasarkan perasaan Halo effect meru memberikan penilaian se: (pada atribut kinerja spesifik seseor atau penilaian umum (Thorndike, 1920 menunjukkan dukungan terhadap halo effect pada beberapa ). Beberapa hasil penelitian konteks. Penilaian secara holistik/umum dapat memengaruhi bagaimana auditor mencari dan mengevaluasi bukti-bukti yang detail. Phillips (1999) menemukan bahwa auditor yang menganalisis akun yang sebelumnya diindentifikasi memiliki risiko rendah, kurang sensitif pada kenyataan bahwa terdapat pelaporan keuangan yang agresif dalam akun tersebut dibanding auditor yang menganalisis akun yang sama yang diklasifikasikan sebagai akun tinggi risiko. Wilks (2002) menemukan bahwa auditor yang diberi informasi mengenai hasil evaluasi going concern yang diberikan oleh partner auditor sebelum melakukan audit detail, akan cenderung memberikan opini going concern sesuai dengan yang diberikan oleh partner. Halo effect memprediksi bahwa membuat pendapat umum mengenai risiko audit akan mengurangi diagnostik bukti terperinci tentang perubahan saldo akun. Hipotesis yang diajukan: H1: Auditor yang melakukan penilaian strategic assesment sebelum melakukan prosedur analisis, menilai risiko akun ketika ada dan tidak ada fluktuasi yang tidak konsisten lebih 7 kecil dibanding auditor yang tidak melakukan strategic assesment sebelum melakukan prosedur analisis. H2: Ketika auditor melakukan melakukan strategic assesment sebelum melakukan prosedur analisis, penilaian risiko strategis berhubungan positif dengan penilaian risiko salah saji yang dikembangkan auditor kembangkan untuk akun yang berfluktuasi secara tidak konsisten. METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan metode eksperimen desain antar subjek 2 x 2. Partisipan merupakan senior level auditor Kantor Akuntan Publik Big 4. Partisipan dibagi ke dalam 4 kelompok. Penelitian ini membedakan penilaian risiko oleh auditor pada kelompok 1, 2, 3, dan 4. Fluktuasi bukti yang tidak konsisten Ada Tidak Penilaian Strategis Ada Kelompok 1 Kelompok 2 sebelum melakukan prosedur analisis | Tidak Ada Kelompok 3 Kelompok 4 ALUR PROSEDUR EKSPERIMEN Kelompok Ada Strategic Risk Kelompok Tidak Ada Strategic Assesment Risk Assesment Dokumen pre-task penilaian _| Dokumen pre-task penilaian ase 1 | "isk sala saji risiko salah saji a Melakukan strategic assesment _ | “14¢k melakukan strategic assesment fase 2 | Melakukan prosedur analisis | Melakukan prosedur analisis ase dan penilaian risiko salah saji__| dan penilaian risiko salah saji Tidak melakukan strategic Melakukan strategic assesment assesment Fase 3 Mengisi kuesioner Mengisi kuesioner HASIL Hasil penelitian menunjukkan adanya halo effect: 1. Ketika auditor melakukan penilaian risiko strategis sebelum melakukan prosedur analisis, maka akan terkena halo effect, sehingga penilaian risiko salah saji pada akun kurang sensitif pada fluktuasi akun yang tidak konsisten. 2. Auditor yang diberi informasi mengenai rendahnya penilaian risiko strategis, maka menjadi kurang teliti atau kurang sensitif terhadap fluktuasi akun yang tidak konsisten. KESIMPULAN Penelitian ini mendukung halo effect bahwa auditor yang secara umum memberikan penilaian kinerja tinggi pada perusahaan sebelum melakukan prosedur audit, akan mengurangi penggunaan informasi diagnostik yang terkandung dalam ukuran-ukuran yang lebih rinci. DEBIASING THE HALO EFFECT IN AUDIT DECISION: EVIDENCE FROM EXPERIMENTAL STUDY Intiyas Utami, Indra Wijaya Kusuma, Gudono & Supriyadi Asian Review of Accounting, 2017, 25(2): 21 1-241 PENDAHULUAN Auditor diharapkan membuat penilaian yang akurat setiap kali mereka melakukan tes audit. Kegagalan auditor dalam membangun hipotesis awal dapat menciptakan sebuah penilaian yang tidak akurat pada tahap akhir penelitian (Bedard & Biggs, 1991). Kegagalan seperti itu disebabkan oleh hipotesis awal yang tidak akurat dan pertimbangan terakhir disebabkan oleh ambiguitas data, termasuk ketidakmampuan dan kompleksitas data (Luippold & Kida, 2012). Data yang kompleks mengacu pada informasi dengan cakupan holistik. Untuk mendapatkan pemahaman tentang klien bisnis maka auditor perlu untuk menilai data holistik Perspektif data holistik dalam penilaian strategis dapat membantu auditor untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mengancam model bisnis klien (Eilifsen, Knechel & Wallage, 2001; Fukukawa & Mock, 2011; Ballou, Earley & Kaya, 2004). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa data yang disajikan dalam lingkup holistik dapat meningkatkan keakuratan pertimbangan profesional auditor (Luippold & Kida, 2012), namun penelitian psikologisnya menunjukkan bahwa menilai objek yang disajikan dalam cakupan holistik berpotensi menciptakan Halo Effect (Murphy, Jako & Anhalt, 1993). Studi lain yang meneliti di bidang audit telah mengonfirmasi bahwa halo effect dapat menyebabkan keputusan yang tidak akurat dalam penilaian risiko salah saji material selama tahap prosedur analisis (O'Donnel & Schultz, 2005) atau dalam penilaian kontrol pengganti (Grammling, O'Donnel & Vandervalde, 2010). Oleh karena itu, penting untuk mengurangi penilaian risiko salah saji material yang tidak akurat akibat halo effect sehingga kualitas keputusan akhir auditor dapat ditingkatkan (Grammling, O'Donnel & Vandervalde, 2010). Halo effect adalah bias individu yang hadir saat menilai orang atau objek tertentu dan halo effect ini dicapai dengan menggeneralisasi penilaian atribut tertentu ke dalam penilaian atribut lainnya (Schultz & Schultz, 2010). Lebih khusus lagi, penilaian awal yang didasarkan pada kesan awal terhadap informasi pertama yang bisa diperoleh secara signifikan memengaruhi penilaian atas informasi yang disajikan kemudian (Tetlock, 1983). Halo effect muncul saat pengetahuan para pengambil keputusan mengenai keseluruhan evaluasi memengaruhi objektivitas mereka dalam evaluasi bukti berikutnya (Slowakia, Finucane, Peters & MacGregor, 2002; Peecher, 1996) dan saat pengambilan keputusan mengenai bukti akhir cenderung konsisten dengan bukti awal (Nisbet & Wilson, 1977; Cooper, 1981a; Balzer & Slusky,1992; Murphy, Jako & Anhalt, 1993). Halo effect juga bisa disebut error halo positif (Fisicaro, 1988). Penilaian positif terhadap karakteristik tertentu dari benda- benda tertentu juga dapat menyebabkan penilaian positif terhadap karakteristik lain dari objek yang sama. Sebuah studi tentang halo effect biasanya memusatkan analisisnya pada penyajian informasi yang menghasilkan kesan meyakinkan yang dianggap sebagai proses konfirmatori (Tan dan Jamal, 2001). Halo effect telah diamati oleh beberapa peneliti, seperti O'Donnel & Schultz (2005) dan Grammling; O’Donnel & Vandervalde (2010). Eksperimen yang dilakukan oleh O'Donnel & Schultz (2005) menunjukkan bahwa penilaian risiko dilakukan oleh auditor yang melakukan strategic assesment (penilaian strategis) cenderung kurang sensitif terhadap akun yang tidak konsisten fluktuasinya dibandingkan terhadap_penilai- an risiko yang dilakukan oleh Halo effect adalah bias individu auditor yang tidak melakukan yang hadir saat menilai orang strategic assesment (penilaian atau objek tertent strategis). Hasil lainnya menun- ee jukkan bahwa auditor yang memperkirakan tingkat risiko bisnis rendah cenderung kurang sensitif terhadap fluktuasi akun yang tidak konsisten dibanding auditor yang memperkirakan risiko bisnis yang tinggi. Grammling, O'Donnel & Vandervalde (2010) menawarkan bukti empiris, yang mengonfirmasikan adanya halo effect dalam konteks auditing. Penggunaan pendekatan holistik dalam menilai suatu objek tertentu dapat menyebabkan keputusan terdistorsi dalam menilai atribut objek secara rinci, misalnya penilaian risiko terhadap informasi analisis (Finucane et al., 2000) atau risiko pada analisis keuangan (Moreno, Kida & Smith, 2002). Wilks (2002) menemukan bahwa selama evaluasi going concern, auditor yang menyadari penilaian mitra kerja mereka sebelurn keseluruhan tugas dilakukan cenderung mendistorsi penilaian terhadap bukti secara rinci agar sesuai dengan penilaian partnernya. Studi sebelumnya (O'Donnel dan Schultz, 2005; Grammling, O'Donnel dan Vandervalde, 2010) belum menawarkan solusi untuk mengurangi halo effect, yang jika ditemukan, dapat membantu memastikan keakuratan penilaian profesional auditor. Arel, Kaplan dan O'Donnel (2005) memberikan bukti empiris yang menunjukkan bahwa halo effect dapat dikurangi dengan pengalaman. Mereka juga menunjukkan bahwa prosedur audit tidak dapat meningkatkan akurasi auditor di mana hal ini berarti tidak bisa mengurangi halo effect. Auditor membutuhkan waktu lebih lama untuk mengumpulkan pengalaman agar bisa lebih peka terhadap hale effect potensial dalam tugas audit mereka. Sementara itu, KAP membutuhkan strategi yang lebih efektif untuk mengurangi halo effect karena tugas audit saat ini nampaknya melibatkan lebih banyak auditor junior yang cenderung kurang berpengalaman dan sebagainya, berpotensi rentan terhadap halo effect. Utami et al. (2014) mengemukakan bahwa ketika melakukan prosedur analitik, auditor mengalami halo effect karena kesan mereka terhadap penampilan klien mereka. Auditor cenderung mengoperasionalkan penampilan klien mereka dalam meyakinkan kondisi dan cakupan fisik informasi klien yang disajikan. Meskipun Utami et al. (2014) fokus pada menginvestigasi halo effect pada penampilan klien; mereka tidak membahas strategi yang bisa digunakan untuk mengurangi halo effect, sehingga menciptakan celah yang diharapkan penelitian dapat mengisinya. Studi saat ini mengusulkan untuk pengembangan strategi mitigasi yang dapat membantu mengurangi penampilan kliennya. dampak yang ditimbulkan oleh bias halo effect. Mengurangi halo effect dalam penugasan audit diperlukan karena dapat meningkatkan keakuratan penilaian profesional auditor yang menerapkan risiko salah saji material dalam tugas mereka. Implikasi halo effect sangat luas. Cooper (1981b) mengusulkan pelatihan sebagai satu cara yang bisa membantu mengurangi halo effect. Dalam konteks audit, bukti empiris menegaskan bahwa metode pelatihan, yang dapat meningkatkan penilaian profesional, termasuk penjelasan sendiri dan penjelasan umpan balik (Farley, 2001; 2003). Dalam mencari strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi halo effect. penelitian ini mengusulkan penggunaan penjelasan sendiri dan penjelasan umpan balik sebagai upaya untuk mengurangi halo effect dalarn menilai risiko salah saji material. Literatur Auditor mengalami halo effect } karena kesan mereka terhadap sebelumnya telah mengemukakan keefektifan metode akuisisi pengetahuan sebagai sarana untuk meningkatkan akurasi penilaian in metode penjelasan diri sendiri dan umpan balik jelas juga namu hingga penilaian berpotensi efektif dalam mengurangi halo effect se! audit bisa lebih akurat. TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Halo Effect Halo effect muncul karena evaluasi keseluruhan pada objek tertentu selama fase awal memengaruhi evaluasi dalam tahap berikutnya (Slovic et al., 2002). Halo effect merujuk pada potensi ketidakakuratan observasi yang disebabkan oleh generalisasi yang berlebihan mengenai objek atau seseorang pada jumiah bukti yang terbatas atau karena efek informasi yang didapatkan sebelumnya. Thorndike (1920) mendefinisikan halo effect sebagai densi untuk memikirkan seseorang secara umum, lebih baik tent dan untuk memberikan penilaian (dimensi atau agak inferior, kinerja spesifik) dengan menggeneralisasi perasaannya. Definist tersebut mengimplikasikan bahwa halo effect merupakan tendensi seseorang untuk mengandalkan penilaian umum mengenai objek atau individu tertentu untuk menilai beberapa dimensi spesifik mengenai objek atau individu tersebut. Dalam penugasan audit, penilaian strategis mengenai model bisnis klien dilakukan dengan memberikan informasi dalam perspektif holistik (Bell et al., 1997). Auditor mengikuti langkah-langkah berikut dalam melakukan penilaian strategis: 1) mendokumentasikan dokumen-dokumen kegiatan operasi, termasuk tujuan strategis, proses bisnis, masalah internal dan eksternal, proses manajemen strategis untuk memantau dan mengendalikan model bisnis tersebut.; 2) menganalisis risiko dan aktivitas strategis yang dipengaruhi oleh sis proses. yang menghubungkan risiko transaksi dan mengevaluasi indikator a (O'Donnel & Schitz, 2005) yisiko tersebut; 3) menganall strategis dengan kelompok kinerja utama dan proses kinerj Dengan heuristik, auditor junior dan senior bisa menggunakan penilaian strategis dari mitra kerja dan informasi yang diperoleh dari bisnis klien untuk menentukan salah saji akun selama uji analisis Jika penilaian awal positif, maka penilaian selanjutnya juga cenderung positif meskipun bukti yang ada dalam fase tersebut pbelum tentu positif. Penilaian awal mengenai karakteristik umum yang memengaruhi penilaian terhadap karakteristik spesifik lainnya disebut sebagai halo effect, yang merupakan contoh bias yang disebabkan oleh korelasi ilusi Hogarth (1987) menjelaskan bahwa korelasi ilusif mengacu pada dua variabel yang dianggap terkait, padahal sebenarnya tidak. Informasi yang menunjukkan kondisi baik klien pada tahap awal tidak harus sama dengan kondisi baik klien pada tahap selanjutnya. Phillips (1999) meneraukan bahwa auditor yang menganalisis akun perisiko rendah cenderung kurang sensitif verhadap pelapcran keuangan agresif terhadap akun tersebut daripada auditor yang melakukan analisis akun berisiko tinggi. Wilks (2002) menemukan bahwa auditor yang terlibat dalam evaluasi penilaian going concern dari mitra mereka sebelum proses evaluasi secara rinci akun cenderung menyesuaikan dengan penilaian partner mereka dan mengabaikan informasi lainnya. Penelitian Wilks ‘(2002) menun- Jukkan bahwa ketika melakukan penilaian holistik, auditor menjadi bias bahkan sebelum melakukan analisis rinci terhadap bukti audit. Keanehan seperti itu muncul karena evaluasi yang dilakukan pada informasi rinci dipengaruhi oleh evaluasi informasi holistik yang tidak terkait dengan pengambilan keputusan. O'Donnel dan Schultz (2005) memberikan label bias tersebut sebagai halo effect. HAO ener 175 aX Debiasing Debiasing merupakan proses untuk mengurangi atau mengeliminas; bias yang datang dari strategi pembuatan keputusan kognitit (Bazerman, 1994). Kennedy (1993) menciptakan kerangka kerja debiasing dengan memfokuskan pada sumber bias yaitu bias yang berhubungan dengan usaha dan data. Kinerja merupakan fungsj dari usaha dan data. Usaha sendiri terdiri atas dua komponen yaitu kapasitas dan motivasi, sedangkan data dibagi dalam data internal dan data eksternal. Dalam konteks profesi audit, bias penilaian dapat dikurangi melalui berbagai strategi. Ashton & Kennedy (2002) menunjukkan bahwa auditor yang membuat keputusan going-concern mengalami bias resensi. Mereka dapat menggunakan self-review untuk meminimalkan bias tersebut. Lowe & Reckner (2002) mengandalkan pada keputusan foresight untuk membantu mengubah perspektif foresight lebih dekat pada perspektif hindsight auditor sebagai cara untuk mengurangi bias hindsight dan foresight. Dalam kerangka Kennedy (1993), halo effect berhubungan dengan data internal dan eksternal. Informasi holistik yang kuat memberi kesan kuat pada auditor yang berpengalaman dan karenanya meningkatkan halo effect. Bias ini terkait dengan data internal atau eksternal. Di sini, data internal menunjuk pada pengetahuan yang tersimpan di memori sementara data eksternal menunjukkan informasi yang diambil dari iingkungan eksternal seseorang. Dari berbagai metode ini, pelatihan (mitigasi data internal) dan memberikan bantuan keputusan (mitigasi data eksternal) dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas penilaian auditor. Heiman (1990) menemukan bahwa ketika auditor memberikan setidaknya ‘ 176 anustanst Keretanuan gr dua penjelasan alternatif, mereka cenderung untuk men; penilaian mereka sebelumnya. Metode ini sesuai dengan propo: Earley’s (2001, 2003), yaitu metode pelatihan atau metode akuisisi pengetahuan yang menggunakan penjelasan diri (self-explanation) dan umpan balik penjelas (explanatory feedback). Pelatihan merupakan upaya untuk memperoleh pengetahuan dengan memungkinkan auditor untuk berdebat dan menjelaskan alasan penolakan audit mereka dalam bentuk tertulis (self-explanation) dan juga untuk menerima umpan balik penjelas dari manajer mereka. HIPOTESIS H1: Auditor dengan kondisi halo effect akan membuat keputusan audit yang lebih akurat jika mercka membuat self-explanation. H2: Auditor dengan kondisi halo effect akan membuat kepy- tusan yang lebih akurat jika mereka menerima explanatory feedback. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimental untuk meng hubungan antara cakupan informasi, metode akuisisi pengetahuan, dan penilaian risiko dari salah saji material. Lebih spesifik, dese kelompok kontrol pre-test dan post-test digunakan karena terd, t kelompok eksperimen dan kontrol yang tidak dimanipulasi. Subjek secara random diklasifikasikan dalam kelompok eksperimental dan kontrol untuk menjamin bahwa kondisi subjek dalam kelompok sama. Eksperimen dilakukan dengan melakukan seminar tentang ISA yang dilakukan di Suarabaya pada 2 Februari 2013. Penelitian ini menggunakan matrik eksperimen 2x3 between-subject Nec Variabel independen (dimanipulasi) adalah Halo Effect (rendah atau tinggi) dan metode akuisisi pengetahuan (self-explanation, explanatory feedback, dan no explanation dan explanatory feedback sebagai kelompok kontrol). 2. Variabel dependen penelitian ini adalah keputusan audit dalam menentukan penilaian risiko mengenai salah saji material pada akun penjualan. HASIL 1, HI tidak terdukung Hasil independent t-test untuk kelompok yang menerima informasi dari cakupan holistik menunjukkan bahwa nilai signifikansinya 6,/60. Pengujian statistik mengindikasikan bahwa rata-rata penilaian risiko salah saji material akun penjualan dalam sel J (kelompok eksperimental) tidak berbeda secara signifikan dari rata-rata penilaian risiko salah saji materia) dalam sel 3 (kelompok kontrol). Hasil kelompok yang menerima informasi dengan cakupan holistik nilai signifikansinya 0,534. Temuan_ tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penilaian risiko salah saji material dari kelompok yang menerima strategi mitigasi self-explanation dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak menerima strategi mitigasi. Oleh karena itu H2 tidak terdukung yag artinya metode akuisisi pengetahuan se/f-explanation bukan strategi mitigasi yang tepat untuk halo effect. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek dalam kelompok self-explaining mungkin memiliki jenis kepribadian yang lebih menyukai argumen verbal dibanding tulisan. Hal ini memungkinkan bahwa ketika auditor berpikir ulang dan laly mengekspresikannya dalam bentuk tulisan memiliki potensj membatasi auditor dalam membuat argumen. Keberadaan metode akuisisi pengetahuan explanatory-feedback sebagaj strategi mitigasi membantu untuk mengurangi halo effect dalam menetapkan penilaian risiko salah saji material. Secara teori, kelompok dengan halo effect yang tinggi akan mengubah penilaian mereka ketika menerima explanatory-feedback. Sementara itu, kelompok kontrol yang tidak menerima explanatory-feedback tidak akan mengubah penilaian mereka. 2. H2 terdukung H2 diuji dengan membandingkan perbedaan_penilaian risiko salah saji material dari akun penjualan (pre-test) dan penilaian risiko salah saji material akun penjualan (post-test) dengan menggunakan independent t-test. Hasil menunjukkan perbedaan yang signifikan di antara sel 2 (Halo Effect rendah dan strategi mitigasi explanatory feedback) dan sel 3 (Halo Effect rendah tanpa strategi mitigasi). Secara statistik, t = 2,422 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,025 untuk kelompok dengan haio effect rendah. Hasil pengujian H2 pada kelompok dengan cakupan informasi holistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara sel 5 (explanatory feedback) dan sel 6 (tanpa mitigasi) (t = 2,200; p = 0,04). Hasil mengindikasikan bahwa explanatory feedback dapat digunakan sebagai _strategi mitigasi halo effect sehingga penilaian profesional auditor menjadi lebih akurat. Dengan demikian, H2 terdukung. IMPLIKASI metode akuisisi pengetahuan sebagal stra effect. Ny Implikasi Sosial Implikasi sosial penelitian ini adale- memengaruhi keputusan dalam banye! meningkatkan nilai profesional mere welakukan pelatihan yang berguna effect Penelitian ini memberikan implikasi praktik dan sosi 1. Implikasi Praktik Kantor akuntan publik dapat menggunah< we feedback dalam bentuk telaah manajer se wit te wuingari halo

You might also like