You are on page 1of 8
SRIWIJAYA KERAJAAN MARITIM TERBESAR PERTAMA DI NUS. ANTARA H. Budisantoso S.*) Jauh sebelum bangsa Ero; lautan dunia abad ke-16 dan pa menjelajah dan menguasai 17, di Nusantara telah berdiri Kerajaan (Negara) Maritim terbesar pertama pada abad ke- 7 dan 8. Pada abad ke-16 dan 17, bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis dan Belanda berlomba-lomba menguasai lautan dan membuat koloni dalam rangka memajukan perdagangan untuk kemakmuran rakyatnya masing-masing. Dari bangsa-bangsa Eropa tersebut, bangsa Inggris yang menganut teori geopolitik dari Sir Walter Raleigh, mampu men- dominasi dengan motto: “Eng- land rules the waves” dan “Eng- land rules the seven ocean”. Ing- gris berhasil mendirikan koloni di seluruh dunia di Afrika, Asia, Amerika, dan Australia dengan menguasai pelabuhan laut yang strategis, seperti Gibraltar, Cape Town, Terusan Suez, Negara Timur Tengah, Pakistan, India, Birma, Singapore, Malaya, dan Hongkong. Apabila kita teliti dan kita kaji sejarah Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 dan 8, sesungguhnya Sriwijaya telah menerapkan teori geopolitik dalam penguasaan dan pemanfaatan lautan dalam ruang lingkup Asia Tenggara. *) Mayjen TNI (Purn) Budisantoso Suryos Lemhannas RI dan Maheswara Tingkat I Hal ini membuktikan bahwa ne- nek moyang bangsa Indonesia telah memiliki kesadaran geo- grafis dalam rangka mencapai kesejahteraan dan keamanan negara dan rakyatnya. Berdirinya Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya mulai di- kenal pada abad ke-19 ketika para ahli sejarah dan arkeologi mulai menyelidiki sejarah bang- sa-bangsa di Asia Tenggara. Mereka menggali sumber-sum- ber sejarah dari prasasti-prasas- ti dan naskah asing. Para se- jarawan dan arkeolog ini menge- tahui bahwa pada masa lalu para musafir Cina mempunyai kebiasaan menulis kisah peng- alaman mereka. Selain itu terdapat pula kebi- asaan yang dilakukan di istana sumarto, SE. Anggota Kelompok Ahli Gubernur [II Lemhannas RI. 49 50 Jurnal Ketahanan Nasional, XI (1) April 2006 Cina mencatat berita kedatangan utusan-utusan dari negeri lain sebagai tanda persahabatan atau untuffgseminta pengakuan dari kaisar Cina. Semua ini sangat menguntungkan penyusunan sejarah Asia Tenggara. Naskah dari Cina abad ke-7 dan 8 banyak menyebut sebuah kerajaan di Namhan (laut Sela- tan) yang bernama Shih - li - fo - shih: George Coedes pada tahun 1918 dalam bukunya Le Ro- yaume de Criwijaya, berhasil mengidentifikasikan nama Shih -li- fo - shih dengan nama kera- jaan Sriwijaya. Nama Sriwijaya juga terukir pada prasasti di se- kitar Palembang, yaitu prasasti Kedukan Bukit (tahun 682) dan prasasti Talang Tuwo (tahun 684). Seorang peziarah Budha, I- Tsing merupakan orang pertama yang membuat catatan menge- nai Sriwijaya dan menguraikan perjalanan dari Kanton ke Pa- lembang. Hanya dalam waktu 24 tahun Sriwijaya telah menjadi negara yang kuat. Pada waktu I-Tsing datang untuk pertama kali tahun 671 dan menetap se- lama enam bulan, kekuasaan Sri- wijaya masih terbatas sekitar Palembang. Tetapi sewaktu I- Tsing kembali ke Palembang tahun 689, Kedah telah menjadi negara bawahan Sriwijaya. Pada tahun 775 Sriwijaya telah men- jadi kerajaan yang sangat kuat dan berkuasa, serta mampu mendirikan bangunan-bangun- an peribadatan di Ligor (Se- menanjung Malaka). Pada waktu I-Tsing mengada- kan perjalanan dari Cina ke In- dia tahun 671 dan singgah di Sriwijaya, negeri tersebut dikeli- lingi benteng dan terdapat lebih dari seribu orang pendeta Budha yang mempelajari dan meneliti agama Budha. Mereka belajar dan meneliti agama Budha se- perti yang diajarkan di Madhya- desa (India), termasuk peraturan dan upacara-upacara yang di- lakukan. Jika seorang pendeta Cina ingin belajar ke India un- tuk mengerti dan membaca kitab Budha asli di sana, ia akan ting- gal dulu selama satu atau dua tahun di Sriwijaya untuk melatih diri tentang aturan-aturan yang benar, kemudian baru melanjut- kan perjalanan ke India. Setelah I-Tsing kembali dari India di mana ia belajar selama sepuluh tahun, ia tinggal di Sriwijaya dari tahun 685-689 untuk men- terjemahkan kitab Budha dari bahasa Sansekerta ke dalam ba- hasa Cina. Ditinjau dari segi keagamaan, Sriwijaya sangat termashur. Te- tapi letak Palembang tidak stra- tegis dan kurang menguntung- kan jika ditinjau dari lalu lintas pelayaran dan perdagangan, se- hingga kesejahteraan rakyatnya jauh ketinggalan dibandingkan H. BudisantosoS,, Sriwijaya Kerajaan Maritim Terbesar ... 51 dengan Melayu (Jambi). Semua kapal yang berlayar ke Cina akan tinggal di pelabuhan Ke- dah dan Melayu, tidak singgah di pelabuhan Sriwijaya, tetapi langsung ke Kanton. Yang sing- gah diSriwijaya hanya pendeta- pendeta Cina untuk urusan aga- ma. Kapal dagang jarang sekali singgah di Sriwijaya. Perluasan Wilayah Salah satu upaya untuk me- ningkatkan kesejahteraan rakyat Sriwijaya ialah dengan mengua- sai lalu lintas perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka. Itu- lah sebabnya kerajaan Sriwijaya mulai melakukan politik perluas- an wilayah. Negeri yang diduduki Sriwi- jaya adalah negeri-negeri yang letaknya strategis di sekitar Selat Malaka dan Laut Jawa, dimulai dengan negeri yang dekat de- ngan Sriwijaya, yaitu Bangka. Di Bangka diketemukan prasasti Kota Kapur di pantai barat pu- lau Bangka. Prasasti ini antara lain berisi kutukan dan hukuman terhadap siapapun yang ber- maksud jahat terhadap Sriwi- jaya. Pada bagian akhir disebut- kan keberangkatan suatu ekspe- disi ke pulau Jawa pada tahun 686. Yang dimaksud pulau Jawa adalah kerajaan Tarumanegara. Hal ini didasarkan pada berita Cina bahwa utusan Tarumane- gara ke Cina pada tahun 689 tidak ada lagi. Pada tahun 686 Tarumanegara tidak mempunyai hak lagi untuk mengirim utusan ke Cina, karena sudah menjadi negara bawahan Sriwijaya. Buk- tilain adalah dengan diketemu- kan prasasti berbahasa Melayu Kuno di daerah Bogor (Leuwi- liang). Setelah berhasil menduduki kerajaan Tarumanegara, Sriwi- jaya meluaskan wilayahnya ke Melayu. Hal ini dijelaskan dalam prasasti Karang Brahi di hulu sungai Merangin/ Jambi, bahwa Sriwijaya berhasil menaklukkan daerah Jambi hulu (Melayu). Apabila dilihat dari segi ekonomi dan perdagangan, negeri Sriwi- jaya tidak semaju Melayu yang memiliki pelabuhan yang strate- gis, schingga dengan menunduk- kan Melayu, Sriwijaya dapat menguasai lalu lintas perdagang- an dan pelayaran di selat Mala- ka. Melayu tetap berfungsi se- bagai pelabuhan, namun status- nya di bawah kekuasaan Sriwi- jaya. Pada tahun 682 armada Sri- wijaya bergerak ke utara dan menduduki Kedah di semenan- jung Malaka. Kedah merupakan tempat persinggahan pertama perahu-perahu yang berlayar dari Srilangka dan Tamralipti di teluk Benggala. Kemudian Sriwijaya meluas- kan wilayahnya ke kerajaan Tu- lang Bawang di Lampung, yang 52 Jurnal Ketahanan Nasional, XI (1) April 2006 dibuktikan dengan diketemukan prasasti Palas Pasmah, di sebelah utara Kalianda, Lampung Sela- tan. Prasasti tersebutisinya sama dengan prasasti Kota Kapur dan Karang Brahi. Dalam naskah Cina disebut- kan bahwa pada tahun 742 Shih - li - fo - shih (Sriwijaya) tidak mengirim utusan ke Cina. Hal ini berlangsung sampai tahun 775. Di Ligor semenanjung Malaka terdapat prasasti bertahun 775 yang menunjukkan bahwa raja Sriwijaya bernama Dharmasetu, telah menguasai daerah Ligor dan mendirikan bermacam- macam bangunan, termasuk bangunan suci yang dipersem- bahkan kepada Budha, Bhodi- satwa Padmapani dan Vajra- vani. Melalui pertempuran di laut, Sriwijaya berhasil men- duduki kerajaan-kerajaan di se- kitarnya, sehingga kemakmuran penduduk sepanjang pantai Nu- santara bagian barat menjadi le- bih terjamin. Keberhasilan ini mengakibatkan Sriwijaya menja- di suatu kerajaan yang lebih jaya daripada sebelumnya. Sriwijaya menguasai 14 kota yang dulu- nya merupakan saingannya. Di bidang persenjataan, kera- jaan Sriwijaya mempunyai kekuatan untuk memaksakan kekuasannya atas saingan-saing- annya. Senjata yang digunakan pasukan tentara Sriwijaya, ber- cirikan model India, seperti pa- nah dengan busur panjang, pedang pipih melengkung, ren- cong pendek besar dan perisai panjang. Pada relief yang terda- pat di candi Borobudur terdapat 11 buah lukisan yang menggam- barkan konstruksi kapal pada zaman Sriwijaya, dari yang sa- ngat sederhana sampai kapal yang mempunyai berat 250 sam- pai 1000 ton dapat memuat 1000 orang, belum termasuk muatan barang. Catatan Cina menyebut- kan bahwa tentara Sriwijaya mahir berperang baik di darat maupun di laut. Kekuatan pe- mukul Sriwijaya terletak pada armada lautnya. Raja mempu- nyai kapal-kapal, dan pelaut-pe- laut dari kepulauan sekelilingnya yang bergabung guna memper- kuat armada raja, dalam mem- pertahankan perdagangan mere- ka. Meskipun Sriwijaya terletak di pantai yang tidak banyak pen- duduknya, namun dapat me- manfaatkan sumber daya manu- sia yang tinggal tersebar di pan- tai selat Malaka. Menurut Walters terdapat tiga wilayah jajahan Sriwijaya: (1) Semenan- jung Malaya, wilayah yang tidak selamanya dikuasai Sriwijaya; (2) Pantai timur laut dan utara Sumatera, yang mensuplai ba- han baku untuk perdagangan in- ternasional; dan (3) Daerah pan- tai timur dan pulau-pulau dekat Palembang yang menjadi daerah pusat kerajaan. H. BudisantosoS., Sriwijaya Kerajaan Maritim Terbesar ... 53 Tujuan ekspedisi armada laut Sriwijaya terhadap pelabuhan- pelabuhan saingannya, bukan sekedar untuk meluaskan wila- yah kekuasaannya, tetapi juga untuk menduduki tempat-tem- pat yang strategis dalam jalur perdagangan utama. Kekuatan Maritim Sebagai negara maritim kla- sik, kerajaan Sriwijaya merupa- kan suatu perserikatan/federasi dari pelabuhan-pelabuhan da- gang di tepi daerah hutan yang luas. Sriwijaya bukan hanya merupakan negara dengan ba- tas-batas teritorial, tetapi meru- pakan suatu rangkaian hubung- an kekeluargaan yang sangat kuat antara pelabuhan yang di bawah kekuasaan raja dengan sarang bajak laut dengan dasar loyalitas dan saling tolong me- nolong. Setiap pelayaran dari Asia Barat ke Asia Timur harus mela- lui daerah kekuasaan Sriwijaya. Sriwijaya menguasai jalur lalu lintas pelayaran dan perdagang- an internasional, selain itu dapat menindas pembajak dan pe- saingnya, dapat mendirikan pu- sat perdagangan intemnasional di pantai Sumatera Tenggara. Pelayaran langsung antara Indonesia dengan Cina sudah dimulai pada abad ke-5. Hu- bungan laut dengan Cina meru- pakan bagian dari perdagangan maritim yang bersifat interna- sional. Seperti telah diuraikan terdahulu, Sriwijaya hidup dari perdagangan, sehingga pengua- sanya harus menguasai jalur- jalur perdagangan dan pelabuh- an tempat barang-barang ditim- bun. Sriwijaya menyalurkan per- dagangan ke pelabuhan-pela- buhan yang dikuasainya dengan kekuatan armadanya. Demi per- dagangan, Sriwijaya bersedia mengakui Cina dan mengirim upeti untuk menjamin agar Cina tidak mengadakan perdagangan langsung dengan negeri lain di Asia Tenggara. Kedudukan Sri- wijaya dalam perdagangan de- ngan Cina sangat baik. Melalui utusannya Sriwijaya dapat meng- usulkan perubahan-perubahan perlakuan para pejabat perda- gangan Cina di Kanton terhadap barang-barang Sriwijaya. Selain mempunyai kekuatan yang dapat mendominasi perni- agaan, Sriwijaya juga mampu menjamin keamanan jalur-jalur pelayaran yang menuju ke Sriwi- jaya terhadap kegiatan bajak laut. Untuk menjaga keamanan sampai abad ke-10 , Sriwijaya memasukkan kepala-kepala ba- jak laut dalam ikatan kerajaan, dengan memberikan bagian ter- tentu dari hasil perdagangan. Dapat dikatakan bahwa bajak laut menjadi bagian dari orga- nisasi perdagangan kerajaan, 54 Jurnal Ketahanan Nasional, XI (1) April 2006 dan turut mengamankan jalur- jalur pelayaran. Berkat perdagangan interna- sional di Asia Tenggara, Sriwi- jaya menjadi sangat kaya dan berkuasa. Rakyat Sriwijaya be- bas dari kewajiban membayar pajak kepada negara. Kekuatan lautnya berkembang, didukung oleh kapal-kapal milik para pe- nguasa dan milik raja sendiri. Se- lain kekuatan laut, Sriwijaya juga membangun kekuatan darat. Armada kapal laut Sriwijaya sangat kuat. Dalam arus perda- gangan Asia, bukan perahu-pe- rahu Cina yang datang ke Sriwi- jaya, tetapi perahu-perahu Sri- wijaya yang mengarungi lautan menuju ke negara-negara yang jauh letaknya dari Sriwijaya. Pada akhir abad ke-7 Sriwi- jaya sudah merupakan suatu kerajaan yang menjadi pengua- sa tunggal di Sumatera, terma- suk seluruh pantai timur Suma- tera telah dikuasai. Inti kekua- saan Sriwijaya bukan wilayah, tetapi pangkalan-pangkalan angkatan laut di sepanjang jalan laut. Pangkalan-pangkalan atau benteng-benteng itu adalah pu- sat-pusat kekuatan untuk men- jaga dan menguasai laut. Ang- katan laut Sriwijaya dipusatkan di pangkalan-pangkalan itu de- ngan tugas memaksa setiap ka- pal untuk berlabuh dan mem- bayar bea. Selain itu, juga untuk memadamkan setiap usaha yang mengingkari hak pertuanan Sri- wijaya. Imperium Sriwijaya terdiri atas pangkalan-pangkalan yang dihubungkan dan dipersatukan oleh angkatan laut yang kuat. Sebelum bangsa Portugis dan Belanda mendirikan imperium laut di Asia, Sriwijaya telah ber- diri sebagai suatu negara ma- ritim yang besar. Dengan memperhatikan peta Indonesia Barat, dapatlah diba- yangkan bahwa pada akhir abad ke-7 Sriwijaya sudah menguasai pantai Timur Sumatera dan pu- lau-pulau di seberang pantai, mulai dari Bangka di selatan sampai Singapura (Tumasik) di utara. Setidaknya jalan laut in- ternasional antara ujung utara dan ujung selatan Sumatera sudah menjadi daerah perairan Sriwijaya. Agar pantai barat Malaya tidak merintangi kekua- saan tunggalnya, Sriwijaya me- maksa kerajaan-kerajaan di Se- menanjung Malaya untuk meng- akui hak pertuanannya. Di se- panjang pantai barat Malaya ter- dapat pangkalan-pangkalan angkatan laut Sriwijaya untuk melindungi perniagaan interna- sional. Sebagai satu kesatuan da- gang yang terus meluas, Sriwi- jaya tidak membatasi diri pada penguasaan jalan laut saja, teta- piikut serta pula dalam pernia- gaan internasional, bukan hanya H. Budisantoso S., Sriwijaya Kerajaan Maritim Terbesar ... sebagai pengisap kekayaan per- niagaan dunia, melainkan juga menjadi peserta perdagangan dunia. Oleh sebab itu, Sriwijaya tidak hanya menjadi pusat kekuasaan terhadap jalur perda- gangan dan pelayaran di Asia Tenggara, tetapi meningkatmen- jadi pusat perniagaan dunia. Sebenarnya Sriwijaya sendiri hanya dapat mengekspor ga- ding, kulit dan beberapa jenis bi- natang liar. Tetapi Sriwijaya menguasai ekspor seluruh kepu- lauan Nusantara berupa beras, rempah-rempah, gading, kayu manis, kemenyan, emas, bina- tang/ternak, dan lain-lainnya. Ekspor tersebut diharuskan melalui Sriwijaya. Untuk menca- pai maksudnya Sriwijaya melu- askan kekuasaannya di perairan laut Jawa, laut Banda dan laut- laut di Indonesia Timur. Untuk itu didirikan pula pangkalan- pangkalan di pantai Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, pu- lau Jawa dan di kepulauan In- donesia Timur. Daerah kekua- saan dan daerah pengaruhnya meliputi seluruh perairan Indo- nesia, sehingga Sriwijaya menja- di pusat bandar untuk ekspor penjual tunggal hasil-hasil Indo- nesia. Segala sesuatu yang dapat dijual di luar negeri dipusatkan dan diperdagangkan di Sriwi- jaya. Pelayaran kapal-kapal da- gang dari manapun dipusatkan dan diatur di Sriwijaya. 55 Sriwijaya harus mampu men- jamin keamanan di laut ter- hadap perompak-perompak in- ternasional demi kepentingan perniagaan. Perompak-perom- pak tersebut berasal dari Tiong- kok, Malaya, Philipina dan Indo- nesia yang berkeliaran di sepan- jang jalur perniagaan dunia. Untuk dapat melindungi jalur perdagangan itu, Sriwijaya memperluas jaringan benteng dan pangkalan di sepanjang pan- tai laut Tiongkok Selatan dan te- luk Siam, meliputi perairan Asia Tenggara. Penutup Sriwijaya merupakan kera- jaan maritim terbesar yang per- tama di Nusantara, tidak hanya kaya tetapi juga kuat. Pemerin- tahan dan bala tentaranya sa- ngat disiplin dan sangat teratur. Negara-negara lain merasa kagum akan armada perang dan armada dagangnya yang banyak dan kuat. Armada dagang dikawal oleh armada perang- nya. Dari seluruh uraian tersebut di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan penting bagi bangsa Indonesia pada saat ini dan masa mendatang, sebagai berikut: (1) Kerajaan Sriwijaya dapat me- nerapkan geopolitik yang tepat dalam rangka mencapai kese- jahteraan dan keamanan rakyat dan negaranya menuju kejayaan di Asia Tenggara; (2) Demi men- 56 Jurnal Ketahanan Nasional, XI (1) April 2006 capai kepentingan nasionalnya, Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dan perdagangan de- ngan Cina secara baik-baik; (3) Pemerintahan Sriwijaya dengan segenap aparat dan bala ten- taranya bekerja secara terpadu, teratur dan disiplin dan sema- ngatjuang yang tinggi, yang di- dasari oleh pengajaran agama yang baik (Budha); (4) Persen- jataan dan armada kapal perang dan kapal dagang dibangun de- ngan teknologi maju pada za- mannya, sehingga mampu men- dukung keputusan politik untuk menguasai, mengamankan jalur- jalur pelayaran dan perdagang- an di Asia Tenggara dan perair- an Nusantara; (5) Di samping memperoleh hasil dari perda- gangan dunia, Sriwijaya juga me- manfaatkan komoditi dari selu- ruh Nusantara untuk diekspor melalui Sriwijaya; dan (6) Rakyat Sriwijaya makmur dan sejahtera, sehingga loyal pada kerajaan, serta siap sedia turut serta bela negara. Demikianlah tulisan ini disa- jikan, semoga bermanfaat bagi bangsa Indonesia, terutama para pemimpin dan calon pemimpin bangsa. Daftar Pustaka Sejarah Perang Nusantara jilid I, J ee j Pusjarah TNI, 2003

You might also like