You are on page 1of 29
PERAN ENDORFIN DALAM MANAJEMEN NYERL Oleh: dr, I Gusti Putu Sukrana Sidemen, Sp.An, KAR Brilliana Firly Ariesti DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN/SMF ILMU ANESTESI DAN REANIMASI FK UNUD/RSUP SANGLAH. 2016 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN..... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri.. 2.1.1 Definisi. 2.1.2 Fisiologi Nyeri 2.1.3 Mekanisme Nyeri 2.2 Endorfin a 2.2.1 Sintesis, Penyimpanan, dan Sekresi 2.2.2 Manfaat... 2.3 Peranan Endorfin dalam Manajemen Nyeri .. 2.3.1 Mekanisme Kerja 2.3.2 Terapi Farmakologi 2.3.3 Ter BAB III PENUTUP. DAFTAR PUSTAKA jon Farmakologi .. Halaman ii iii BABI PENDAHULUAN Nyeri bukan hanya sebatas sensasi yang tidak menyenangkan, tapi ‘merupakan modalitas sensori yang kompleks dan esensial untuk bertahan hidup, Pengalaman nyeri seseorang berbeda-beda. Nyeri merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan cksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya, Menurut International Association for the Saudy of Pain nyeri ‘adalah pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan sehubungan dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial. Nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan derajat kerusakan jaringan yang dijumpai, Namun nyeri bersifat individual yang dipengaruhi oleh genetik, umur, jenis kelamin, dan latar belakang kultural' Berdasarkan lamanya nyeri dapat ibedakan menjadi nyeri akut dan nyesi kronik. Sedangkan tipe nyeri dapat dibagi menjadi nyeri somatik, nyeri visceral, dan nyeri neuropatik. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perjalanan ayeri dimana salah satunya melalui keterlibatan suatu hormon. Tubuh manusia memproduksi ribuan zat kimia untuk memastikan tubuh bekerja secara tepat. Dari berbagai macam hormon kimia terscbut harus memiliki kadar yang tepat di dalam darah, Karena apabila terjadi hiposekresi dan hhipersekresi dapat menyebabkan penyakit dan abnormalitas. Terdapat hormon yang bekerja pada target organ dan tidak pada organ lainnya, Meskipun pelepasan hormon dipengarubi stimulasi tipikal oleh organ tertentu atau parameter tertentu, namun ada hormon yang dikeluarkan melalui berbagai stimulus atau perasaan atau stres dimana disebut Endorfin.* Endorfin merupakan peptida opioid endogen yang berfungsi sebagai neurotransmiter. Endorfin memiliki struktur yang soma seperti obat morfin untuk mengurangisinyal nyeri, Pada keayataannya, endorfin merupakan morfin endogen, dimana morfin yang dihasilkan oleh tubuh melalui kelenjar pituitary, Beta endorfin merupakan tipe yang berpengaruh dalam mekanisme penghambat nyeri dimana salah satu reseptornya yaitu reseptor opioid mu yang memiliki peran dominan menghambat terjadinya nyeri* Implikasi klinis dari adanya keterlibatan endorfin dalam manajemen nyeri ‘adalah pada terapi farmakologi dan non farmakologi. Dimana pada terapi farmakologi, obat golongan opioid memiliki mekanisme kerja yang sama dengan ‘endosfin dalam tubuh yang berkaitan dengan terapi non farmakologi seperti pada ‘seat olahraga, makan makanan tertentu hingga aktivitas seksual,°” Oleh karena ‘me, penting untuk mengetahui peranan hormon endorfin ini dalam manajemen ayer. BABIL TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Nyeri 2.161 Definisi Nyeri bukan hanya sebatas sensasi yang tidak menyenangkan, tapi merupakan modalitas sensori yang kompleks dan esensial untuk beriahan hidup. Nyeri menurut /nternational Association for the Study of Pain adalah pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan. sehubungan dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial. Definisi lain menyebutkan bahwa nyeri adalah bentuk pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang behubungan dengan adanya kerusakan jaringan atau cenderung skan terjadi kerusakan jaringan atau suatu keadaan yang menunjukkan kerusakan jaringan.' 2.1.2 Fisiologi Nyeri Mekanisme sistem saraf dalam mendeteksi stimuli yang memiliki potensi ‘menusak jaringan sangat penting dalam memicu proses tubuh untuk melindungi terjadinya kerusakan jaringan lebih lanjut. Hal ini dilakukan oleh reaksi refleks dan juga aksi awal untuk melewan stimuli yang menyebabkan kerusakan Jjaringan, seperti kekuatan mekanik yang kual, temperatur yang ekstrem, kehilangan oksigen, dan paparan zat tertentu. Nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan derajat kerusakan jaringan yang dijumpai. Namun nyeri bersifat individual yang dipengaruhi oleh genetik, tumor, jenis kelamin, dan latar belakang kultural. Pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak, dan pasien dengan gangguan komunikasi memerlukan perhatian khusus dalam menilai faktor kompleks nyeri agar tidak terjadi kesalahpehaman. Kata nosisepsi herasal dari kata “noci” dari bahasa Latin yang artinya harm atau injury dalam bahasa Inggris atau luka atau trauma, Kata ini digunakan untuk menggambarkan respon neural hanya pada traumatik atau stimulus noksius. Banyok pasien merasakan nyeri meskipun tidak ada stimulus noksius Nyeri nosiseptif disebabkan oleh aktivasi ataupun sensitisasi dari nosiseptor perifer, reseptor khusus yang mentransduksi stimulus noksius.* Berdasarkan lamanya nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut adalah nyeri Karena stimulus noksius karena ada kerusakan jaringan, proses penyakit ataupun fungsi abnormal dari otot atau organ dalam (viscera). Biasanya bersifet nosiseptif dan merupakan bentuk nyeri yang paling sering yang dihasilkan dari pasca trauma, pasca operasi dan nyeri obstetrik. Kebanyakan nyeri akut bersifat terbatas atau akan sembuh dalam beberapa hari atau minggu. Apabila nyeri gegal untuk sembuh karena atau akibat abnormal penyembuhannya atau karena pengobatan yang tidak adekuat, nyeri menjadi kronis. Nyeri kronis adalah nyeri yang menetap dialami lebih 3 bulan atau 6 bulan dari sejak mulai dari dirasakan nyeri, Dapat bersifet nosiseptif atau neuropatik ataupun gabungan keduanya.* Sedangkan tipe nyeri dapat dibagi menjadi nyeri somatik, nyeri visceral, dan nyeri neuropatik. Nyeri somatik dideskripsikan sebagai sakit, menggerogoti, dan tajam dalam hal kualitas, Secara umum dapat dilokalisasi dan diinisiasi oleh aktivasi nosiseptor di jaringan kulit dan jaringan dalam. Contoh nyeri somatik termasuk nyeri akut pasca operasi dan patah tulang, Nyeri visceral juga diasosiasikan dengan kerusakan jaringan, khususnya infiltrasi, kompresi dan distensi dari organ dalam, Biasanya dideskripsikan sebagai nyeri yang tumpul dan sukar dilokalisasi dan bisa menyebar ke tempat lain. Misalnys nyeri perut yang disebabkan oleh konstipasi. Sedangkan nyeri neuropati dihasilkan dari kerusakan terhadap sistem saraf baik pusat maupun periferl ‘Tertembak, sengaian listrik, ataupun luka bakar sering bersamaan dengan latar belakang timbulnya sensasi nyeri dan terbakar. Contohnya, neuropati diabetik dan neuralgia past herpetic.”* 2.1.3 Mekanisme Nyeri A. Nosiseptor Nosiseptor adalah reseptor ujung saraf bebas yang ada di kulit, otot, persendian, viseral dan vascular. Nosiseptor-nosiseptor ini bertanggung jawab pada kebadiran stimulus noxious yang berasal dari kimia, subu (panas, dingin), atau perubahan mekanikal, Pada jaringan normal, nosiseptor tidak aktif sampai adanya stimulus yang memiliki energi yang cukup untuk melampaui ambang batas stimulus. Nosisepior mencegah perambatan sinyal acak ke CNS untuk interpretasi nyeri. Nosiseptor tidak terspesialisasi, bebas, saraf ujung tanpa myelin yang ‘mengubah berbagai stimuli ke impuls saraf Badan sel saraf berlokasi di dorsal root ganglia atau untuk saraf trigeminal di trigeminal ganglia, dan akan mengirimkan satu cabang serabut saraf ke perifer dan lainnya ke spinal cord atau batang otak. Klasifikasi nosiseptor dibagi berdasarkan klasifikasi serabut saraf pada ujung terminal. Terdapat dua tipe serabut saraf: (1) diameter kecil, saraf tanpa myelin yang menghubungkan impuls secara lambat (2m/see~7,2km/h), disebut dengan serabut C; dan (2) diameter besar, sedikit terlapisi myelin yang meghubungkan impuls secara cepat (20m/sec=72km/h), disebut serabut Ab. Nosiseptor serabut © merespon terhadap stimuli subu, mekanikal, dan zat kkimia; sedangkan nosiseptor serabut AS merespon tethadap stimuli mekanikal dan mekanotermal. Nosiseptor serabut A3 memproduksi sensasi tajam, nyeri ccepat, dimana pada nosiseptor serabut C memproduksi sensasi secara tertunda dan nyeri tumpul.” Nosiseptor viseral, tidak seperti nosiseptor kutaneus, tidak didisain hanya sebagai reseptor nyeri Karena organ interj,gnal jarang terpapar pada keadaan yang merusak Banyak stimulus yang merusak (memotong, membakar, kepitan) tidak menghasitkan nyeri bila dilakukan pada struktur viseralis. Selain itu, inflamasi, iskemia, regangan mesenterik, dilatasi, atau spasme viseralis bisa menyebabkan spasme berat, Stimulus ini biasanya dihubungkan dengan proses patologis, dan nyeri yang dicetuskan untuk mempertahankan fung: B. Respon Terhadap Stimulus Nyeri Akut sua Secara klinis nyeri dapat diberi label “nosiseptif” jika melibatkan nyeri yang berdasarkan aktivasi dari sistem nosiseptif karena kerusakan jaringan. Meskipun perubahan neuroplastik (seperti hal-hal yang mempengaruhi sensistisasi jaringan) dengan jelas terjadi, nyeri nosiseptf terjadi sebagai hasil dari aktivasi normal sistem sensorik oleh stimulus noksius, sebuah proses yang melibatkan transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi Nyeri Karena pembedahan mengalami sedikitnya dua perubahan, pertama karena pembedahan itu sendiri, menyebabkan rangsang nosiseptif, kedua setelah pembedahan Karena terjadinya respon inflamasi pada daerah sekitar operasi dimana terjadi pelepasan zat-zat kimia oleh jaringan yang rusak dan inflamasi, Zat-zat kimia tersebut antara lain ad lah prostaglandin, histamine, serotonin, bradikinin, substansi P, leukotrien; dimana zat-zat tadi akan ditransduksi oleh nosiseptor dan ditransmisikan oleh serabut saraf' A delta dan C ke neuroaksis.” Transmisi lebih lanjut ditentukan olch modulasi_kompleks mempengaruhi di medula spinalis. Beberapa impuls diteruskan ke anterior dan anterolateral dorsal hom unt \k memulai respon refleks segmental. Impuls lain ditransmisikan ke sentral yang lebih tinggi melalui traktus spinotalamikus dan spinoretikular, dimana akan dihasilkan respon suprasegmental dan kortikal Respon refeks segmental diasosiasikan in operasi termasuk peningkatan tonus otot lurik dan spasme yang diasosiasikan dengan peningkatan konsumsi oksigen dan produksi asam laktat, Stimulasi dari saraf simpatis menyebabkan takikardi, peningkatan curah jantung sckuncup, kerja jantung, dan konsumsi oksigen miokard, Tonus ofot menurun di saluran cera dan kemih. Respon refleks suprasegmental menghasilkan peningkatan tonus simpatis dan stimulasi hipotalamus. Konsumsi dan metabolisme oksigen selanjutnya akan meningkat.” 6 C, Perjalanan Nyeri ‘Terdapat empat proses yang terjadi pada perjalanan nyeri yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.°” 1. Transduksi adalah proses perubahan rangsang nyeri menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Rangsang ini dapat berupa stimulasi fisik, kimia, ataupun panas. Dan dapat terjadi di seluruh jalur nyeri. 2. Transmisi adalah proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh proses transduksi sepanjang jalur nycri, dimana molckul molekul di eclah sinaptik mentrans) 3. Modulasi adalah proses modifikasi terhadap rangsang. Modifikast ini dapat terjadi pada sepanjang titik dari sejak transmisi pertama sampai ke informasi dari satu neuron ke neuron berikutaya korteks serebri, Modifikasi ini dapat berupa augmentasi (peningkatan) ataupun inhibisi (penghambatan). 4, Persepsi adalah proses terakhir saat stimulasi tersebut sudah mencapai korteks sehingga mencapai tingkat kesadaran, selanjutnya diterjemahkan dan ditindaklanjuti berupa tanggapan tethadap nyeri tersebut. ‘Gambar 2 Perjalanan Nyeri 2.2 Endorfin Organisme multiscluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi antar sel agar dapat memberi respon dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstema dan interna yang selalu berubah. Sistem endokrin dan susunan saraf merupakan alat utama dimana tubuh mengkomunikasikan antara berbagai jaringan dan sel, Pada sistem endokrin dihasilkan berbagai_macam hormon yang disckresikan oleh kelenjar spesifik, diangkut sebagai pesan yang bergerak untuk bereaksi pada sel atau organ targetnya. Salah satu hormon yang dihasilkan oleh sistem endokrin adalah hormon endorfin yang diproduksi oleh sistem saraf pusat dan kelenjar hipofisis.'* Hormon endorfin terdiri dari neuropeptida opioid endogen. Kata Endorphin terdiri dari dua kata: endo dan orphin; yang merupakan bentuk singkat dari kata-kata endogen dan morfin, hal ini dimaksudkan untuk menyatakan bahwa neuropeptida ini bekerja seperti zat morfin namun berasal dari dalam tubuh.? 2.2.1 intesis, Penyimpanan, dan Sekresi Endorfin merupakan protein dengan 31 asam amino yang berikatan di oak, Pada kenyataannya di dalam tubuh tidak hanya terdapat satu jenis endorfin, setidaknya terdapat 20 jenis endorfin. Terdapat tiga tipe utama dari endorfin: beta- endorfin (ditemukan terutama di kelenjar pituitari), enkephalin, dan dynorphin (Keduanya didistribusi melalui sistem saraf), Neuron yang memproduksi endorfin memiliki lokasi utama di ventromedial nukleus arcuatus, dimana memproycksikan ke hipotalamus dan sistem limbik. Peptida opioid ini mengaktifkan tiga tipe reseptor berbeda yaitu reseptor mu (ju), kappa (x), dan delta (5), dimana kesemuanya berfungsi sebagai second messenger. Afinitas setiap opioid berikatan dengan ketiga reseptor tersebut berbeda-beda namun endorfin bekerja secara primer melalui reseptor opioid mu. Reseptor ini diketahui memediasi efek analgesik. Penelitian menunjukkan bahwa endorfin juga dapat_mengganggu pelepasan neurotransmiter lain seperti norepineprin, dopamin, dan asetilkolin. Opioid antagonis, termasuk Naloxone, Naltrexone, dan Nalmefene, semua bekerja untuk memblok reseptor opioid. Naloxone merupakan opioid antagonis yang paling banyak digunakan sebagai terapi ketergantungan.*” Beta endorfin secara primer disintesis dan disimpan di kelenjar hypofise anterior dari protein prekursor pro opiomclanokortin-nya (POMC) menuju ke sistem sitkulasi. Produksi opiat diatur oleh transkripsi gen dari sintesis prekursor peptida, Dikenal ada tiga prekursor peptida : Proopiomelanokortin (POMC) — sumber endorfin; Proenkephalin A dan B — sumber beberapa enkephalin dan rodynorphin-dynorphins.® POMC adalah prekursor pept terdapat di lobus anterior dan hipofise intermediat dan area lain di otak, pada yang pertama diidentifikasi. Banyak sistem saraf pusat, dan di berbagai organ lain, seperti gonad, plasenta, traktus intestinal, paru-paru. Namun konsentrasi tertinggi pada hipofise. POMC dipecah menjadi dua fragmen, frogmen ACTH intermediate dan lipotropin. B lipotropin tidak mempunyai aktifitas opioid, kemudian dipecah menjadi -melanocyte-stimulating hormone (-MSH), enkephalin; dan a, y dan B- endorphins, Enkephalin dan a dan} endorfin aktif sebagai morfin, dengan cendorfin 5-10 kali lebih poten. Pada kelenjar hipofise dewasa, hasil utama adalah ACTH dan beta endorfin yang hanya terdapat dalam kadar yang rendah dan ikut berperan dalam respon stress. Beta endorfin juga ditemukan dalam ovarium dan testis.'""" Pada otak, peptida terbanyak adalah opiat dengan sedikit ACTH. Pada hipotalamus adalah 8 endorfin dan @ MSH pada daerah nukleus arkuatus dan nukleus ventromedial. Sistem opiat pada hipofise berperan untuk sekresi kedalam_ sirkulasi, sedangkan sistem opiat pada hipotalamus adalah untuk penyebaran pada akson untuk mengatur berbagai dacrah dalam otak dan hipofise.'” Beta endorfin bisa dianggep sebagai neuroiransmiter, neurohormon, dan juga sebagai neuromodulator. Beta endorfin mempengaruhi berbagai_fungsi hipotalamus, termasuk pengaturan reproduksi, pengaturan suhu, kardiovaskuler dan fungsi pernafasan, juga sebagai pengatur fungsi ckstrahipotalamik seperti persepsi nyeri dan mood. Ekspresi gen POMC hipofise diatur oleh corticotropin- veleasing hormone dan dipengaruhi oleh umpan balik glukokortikoid. Pada ‘hipotalamus, regulasi ekspresi gen POMC melalui steroid scks. Tanpa adanya steroid scks sedikit sekali sekresi POMC terjadi.'" Beberapa studi juga menjelaskan beberapa sel pada imun sistem juga terlibat dalam sintesis beta endorfin karena sel imun memiliki transkrip mRNA. dan limfosit T, limfosit B, monosit, dan makrofag yang mengandung endorfin selama inflamasi. POMC adalah protein besar yang terbelah menjadi protein kecil seperti beta endorfin, alfa-melanosit stimulating hormone (MSH), adrenocorticotropin. (ACTH) dan scbagainya. Kelenjar hipofise mensintesis POMC sebagai respon sinyal dari hipotalamus; dimana sinyal tersebut menjadi corticotrophin releasing hormone (CRE). Hipotalamus akan melepaskan CRH sebagai respon terhadap stresor fisiologis seperti nyeri, contohnya pada waktu postoperatif, Ketika hasil protein dari POMC menumpuk lebih, maka akan membuat hipotalamus menghentikan produksi CRH atau yang biasa discbut feedback negatif.'™!' 2.2.2 Manfaat Meringkas efek beta endorfin pada otek dan perilaku seperti yang dijelaskan literatur, dibegi menjadi 2 kategori. Di satu sisi, beta endorfin dilepaskan ke CSF, mengikuti arus, dimana yang terlibat pada daerah otak luas yang mengurus berbagai perilaku, motivasi, dan mental sescorang. Hal ini merupakan efek global dengan kecenderungan pengurangan stres, mengarahkan ke rasa kesejahteraan oleh keseimbangan homeostasis dan stabilitas perilaku. Di sisi lain, beta endorfin pada daerah otak tertentu seperti amigdala atau hipotalamus menyebabkan efek spesifik yang mengendalikan transisi perilaku Senyawa ini juga berperan dalam mengontrol transmisi rasa nyeri secara endogen sehingga dapat berperan analgesik yang kuat untuk rasa sakit pada tubuh selama beberapa jam."? 2.3 Peranan Endorfin dalam Manajemen Nyeri 2.3.1 Mekanisme Kerja Pada sistem saraf tepi, beta endorfin memproduksi analgesia melalui ikatan kepada reseptor opioid (utamanya subtipe mu) di pre dan post sinap ujung saraf, terutama berefek melalui ikatan presinap. Ketika berikatan, hasil kaskade interaksi menghambat pelepasan takikinin, khususnya substansi P, protein kunci 10 ‘yang ‘erlibat pada transmisi nyeri. Pada sistem saraf tepi, reseptor opioid mu

You might also like