You are on page 1of 12

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 10 No. 1, Hlm.

111-122, April 2018


ISSN Cetak : 2087-9423 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
ISSN Elektronik : 2620-309X DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.v10i1.18976

INVESTIGASI PENYAKIT PADA PEMBESARAN


LOBSTER PASIR Panulirus homarus DI KARAMBA JARING APUNG
(LOMBOK, PEGAMETAN DAN PANGANDARAN)

INVESTIGATION OF DISEASES IN GROW-OUT OF


SPINY LOBSTER Panulirus homarus CULTURED IN FLOATING NET CAGES
(LOMBOK, PEGAMETAN AND PANGANDARAN)

Sudewi*, Zeny Widiastuti, Bejo Slamet, dan Ketut Mahardika


Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) Gondol, Bali
*E-mail: dewigrim@gmail.com

ABSTRACT
Spiny lobster, Panulirus homarus is an economically important fishery product which indicated by
huge demand of this species at both local and international markets. However, high mortalities
recorded during grow-out period due to infection of diseases. This study was conducted to investigate
disease occurrences in grow-out of P. homarus cultured in floating net cages. The study was done
throughout collection of samples, observation of parasites, isolation of fungi and bacteria, and
detection of Milky Hemolymph Disease of Spiny Lobster (MHD-SL) by PCR. The samples were
obtained from Lombok, Pangandaran, and Pegametan (Bali), five lobsters each. Results showed that
three lobsters from Pangandaran were infected with ectoparasite Octolasmis sp. that infect mostly in
the gill lamellae. One sample from Lombok was found to be infected with Fusarium sp., the causative
agent of black gill disease which indicated by black coloration of the gill. Detection of milky disease
showed that one lobster from Pegametan and two lobsters from Lombok were infected with the disease
that indicated by milky hemolymph.

Keywords: lobster diseases, Panulirus homarus, MHD-SL, black gill disease, Octolasmis sp.

ABSTRAK
Lobster pasir, Panulirus homarus adalah salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi, baik di pasar lokal maupun internasional. Akan tetapi, dalam usaha pembesaran
lobster terdapat hambatan yaitu tingginya mortalitas yang disebabkan oleh infeksi penyakit. Oleh
karena itu, dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk melakukan investigasi penyakit pada
pembesaran lobster pasir P. homarus di tiga lokasi karamba jaring apung (KJA). Metode penelitian
meliputi pengambilan sampel lobster, pengamatan parasit, isolasi bakteri dan jamur, serta deteksi
Milky Hemolymph Disease of Spiny Lobster (MHD-SL) melalui analisis Polymerase Chain Reaction
(PCR). Lokasi pengambilan sampel meliputi Lombok (NTB), Pangandaran (Jabar) dan teluk
Pegametan (Bali) dengan sampel lobster masing-masing sebanyak 5 ekor. Tiga ekor lobster dari
Pangandaran terinfeksi parasit Octolasmis sp. yang menginfeksi terutama pada lamela insang. Satu
sampel lobster dari Lombok terinfeksi jamur Fusarium sp. yang merupakan penyebab penyakit black
gill disease dengan gejala insang yang menghitam. Dua lobster dari Lombok dan 1 lobster dari
Pegametan terinfeksi oleh MHD-SL yang ditandai dengan hemolimfa berwarna putih susu.

Kata kunci: penyakit lobster, Panulirus homarus, MHD-SL, black gill disease, Octolasmis sp.

I. PENDAHULUAN ekspor diantaranya ke Asia, Eropa, dan


Amerika (Hart, 2009). Budidaya lobster
Lobster ialah anggota Crustacea yang menjadi sangat penting dikarenakan semakin
menarik untuk dibudidayakan mengingat menurunnya pasokan hasil tangkapan lobster
tingginya permintaan pasar dan harga yang di perairan laut (Jones and Shanks, 2009).
mahal baik di pasar lokal maupun untuk

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB


@ ISOI dan HAPPI 111
Investigasi Penyakit pada Pembesaran Lobster Pasir . . .

Budidaya pembesaran lobster di (Koesharyani et al., 2016), namun, di daerah


Indonesia dimulai sejak awal tahun 2000, lain belum dilakukan. Oleh karena itu,
yaitu dengan ditemukannya penempelan diperlukan penelitian untuk mengetahui
puerulus di perairan teluk Lombok. Potensi jenis-jenis penyakit yang menyerang lobster
berkembangnya budidaya pembesaran ini dari beberapa lokasi di Indonesia yang
didukung oleh adanya transfer pengetahuan dimungkinkan sama atau berbeda dengan
dan teknologi dari masyarakat pembudidaya yang telah ditemukan sebelumnya. Tujuan
lobster di Vietnam. Diantara beberapa penelitian ini adalah untuk melakukan
spesies lobster, Panulirus ornatus dan investigasi penyakit pada pembesaran lobster
Panulirus homarus memiliki kelebihan untuk pasir P. homarus di tiga lokasi karamba
dipilih sebagai kandidat spesies budidaya. jaring apung (KJA). Penelitian ini memiliki
Hal ini terkait dengan permintaan pasar, implikasi penting dalam manajemen penyakit
harga yang tinggi, dan ketersediaan benih di pada budidaya lobster, dan untuk mencegah
alam (FAO, 2015). terjadinya translokasi penyakit dari satu
Akan tetapi, dalam usaha budidaya daerah ke daerah lain di Indonesia.
lobster ini sering terjadi kegagalan karena
tingginya mortalitas yang disebabkan oleh II. METODE PENELITIAN
infeksi penyakit (Shields, 2011) yang pada
umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, 2.1. Koleksi Sampel
rickettsia-like bakteri, parasit, jamur dan Sampel lobster pada penelitian ini
virus (Musthaq et al., 2006; Nha et al., diperoleh dari budidaya pembesaran dalam
2009). Bakteri seperti Pseudomonas karamba jaring apung (KJA) di Lombok
aeruginosa, dan Vibrio parahaemolyticus (NTB), teluk Pegametan-Bali, dan Pangan-
diketahui menginfeksi Panulirus homarus daran-Jabar masing-masing sebanyak 5 ekor
(Immanuel et al., 2006). Milky Hemolymph yang dipilih secara acak dalam satu KJA,
Disease of Spiny Lobsters (MHD-SL) KJA ini juga dipilih secara acak dari satu
merupakan penyakit yang disebabkan oleh pembudidaya. Jumlah sampel dalam
Rickettsia-like Bacteria (RLB), menyebab- penelitian ini lebih banyak dari penelitian
kan mortalitas yang tinggi pada Panulirus yang dilakukan oleh Rungrassamee et al.
spp. di Vietnam (OIE, 2007). Penyakit (2014) yaitu pada udang Penaeus monodon,
MHD-SL pada budidaya lobster diketahui dengan jumlah sampel 3 ekor. Sampel lobster
menyebabkan kerugian ekonomi dalam skala dari Lombok berukuran berat 211,6±34,16 g,
besar yaitu menyebabkan kerugian hingga Pangandaran 128,95±30,07 g, dan Pegametan
US$10 million di sepanjang 800 km garis 123,00±26,11 g. Pengambilan sampel di
pantai di Vietnam tahun 2007. Nilai ini setara Lombok, Pangandaran, dan Pegametan
dengan 10% dari produksi total lobster tahun berturut-turut dilakukan pada bulan April,
2007 (OIE, 2007). Agustus dan November 2016. Sampel lobster
Timbulnya berbagai penyakit yang ditransportasikan ke Balai Besar Riset
merugikan budidaya lobster merupakan Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan
indikasi pentingnya studi tentang penyakit (BBRBLPP) Gondol-Bali dengan metode
pada lobster (Behringer et al., 2012). Oleh kering menggunakan pasir kering dalam
karena itu, diperlukan pengetahuan tentang kotak styrofoam.
penyakit yang timbul pada budidaya lobster
sehingga dapat dilakukan manajemen 2.2. Observasi Kondisi Lobster
penyakit secara efektif dan efisien untuk Pengamatan kondisi lobster dilakukan
mengurangi dampak penyakit. Penelitian dengan mengamati kondisi fisik dan organ
mengenai penyakit pada lobster hasil lobster untuk mengetahui adanya gejala
budidaya telah dilakukan di Lombok infeksi penyakit. Observasi dilakukan

112 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Sudewi et al.

terhadap insang untuk mengetahui ada dalam air laut steril dan dipotong menjadi 2
tidaknya parasit, serta warna insang sebagai dan diinokulasikan dalam media Potatoes
indikator infeksi jamur. Kondisi dan warna Dextrose Agar (PDA) dengan 2% NaCl dan 1
hepatopankreas, usus, daging dan hemolimfa g/L streptomisin sulfat serta 1 g/L ampisilin
untuk pengamatan gejala milky disease. untuk menghindari kontaminasi bakteri.
Setelah inkubasi selama 4 hari pada 30oC,
2.3. Infeksi Parasit dilakukan kultur single spore untuk
Pengamatan parasit meliputi memperoleh kultur murni dalam media PDA,
ektoparasit dan endoparasit. Lobster dibedah, lalu diinkubasi pada 30oC selama 4-10 hari
carapace luar dari kedua ruang insang (Nha et al., 2009).
dipotong (dibuang) dan insang dikoleksi.
Pengamatan parasit dilakukan pada semua 2.6. Infeksi Milky Hemolymph Disease
lamela insang dan bagian luar tubuh lobster. of Spiny Lobster (MHD-SL)
Keberadaan dan ketiadaan parasit dicatat Deteksi milky disease dilakukan
(Machado et al., 2013). Untuk pengamatan dengan amplifikasi PCR menggunakan
secara makro, parasit dikoleksi dari insang primer (F/R) untuk target 254 bp (OIE, 2007;
dan diamati menggunakan mikroskop Thuy, 2011). Urutan basa primer 254F yaitu
cahaya. Pengamatan endoparasit dilakukan 5’-CGA-GGA-CCA-GAG-ATG-GAC-CTT-
pada sampel daging. 3’ dan 254R yaitu 5’-GCT-CAT-TGT-CAC-
CGC-CAT-TGT-3’. Ekstraksi DNA dengan
2.4. Populasi Bakteri menggunakan 10% chelex dalam TE dengan
Kultur bakteri dilakukan untuk me- pH 8. Ekstraksi DNA dari sampel daging
ngetahui populasi atau kepadatan bakteri dari lobster dengan prosedur yaitu dengan
organ insang, usus, hepatopankreas, daging, menambahkan 200 – 250 µL chelex dalam
dan hemolimfa. Masing-masing sampel TE buffer dalam mikrotube 1,5 ml kemudian
tersebut dikoleksi secara aseptis, dihomogen- digerus. Kemudian ditambahkan 5 – 7,5 µL
kan, diencerkan dengan seri 10 menggunakan pK (20 mg/ml) dan diinkubasi pada 55oC
air laut steril, diinokulasikan masing-masing selama 2,5 jam. Inkubasi yang kedua yaitu
sebanyak 100 µl (Payne et al., 2007) pada pada 89oC selama 8 menit. Selanjutnya
media Marine Agar (MA) dan thiosulfate- dilakukan sentrifugasi pada 13.000 rpm
citrate-bile salt-sucrose (TCBS) agar. selama 5 – 7,5 menit, supernatan diambil dan
Inkubasi dilakukan pada suhu 29°C selama disimpan pada suhu -20oC hingga digunakan.
24 jam. Jumlah koloni dalam setiap plate Reaksi PCR untuk deteksi MHD yaitu
kultur dihitung dalam colony forming unit 2x KAPA 2G Fast Ready Mix, primer 254F
per ml (cfu/mL) untuk sampel hemolimfa (10 µM), primer 254R (10µM), NFW dan
dan dalam colony forming unit per gram template DNA dengan total reaksi 10 µl.
(cfu/g) untuk sampel insang, hepatopankreas, Amplifikasi dilakukan pada kondisi initial
daging, dan usus. denaturation pada suhu 96oC = 3 menit, 40
siklus penggandaan yang terdiri
2.5. Infeksi Jamur denaturation: 96oC = 15 detik, annealing:
Pengamatan terhadap infeksi jamur 65oC = 30 detik, dan extention: 72oC = 15
dilakukan terhadap organ insang. Infeksi detik, dilanjutkan dengan final extention:
jamur ditunjukkan oleh adanya diskolorasi 72oC = 1 menit (modifikasi dari Koesharyani
(discoloration) insang yaitu dari warna coklat et al., 2016). Amplikon yang diperoleh
pucat hingga hitam yang merupakan gejala diseparasi dengan Agarose 1,5% dalam 1 x
infeksi black gill disease yang disebabkan TBE selama 30 menit untuk mengetahui
oleh jamur Fusarium sp. Satu lembar lamela lobster positif terinfeksi MHD-SL atau tidak.
insang dari setiap sampel lobster dicuci

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 113
Investigasi Penyakit pada Pembesaran Lobster Pasir . . .

III. HASIL DAN PEMBAHASAN dan Pegametan terlihat lemah, sedangkan


lobster dari Pangandaran terlihat sehat.
3.1. Kondisi Lobster Kondisi organ insang, hepatopankreas, usus,
Hasil pengamatan kondisi fisik daging, serta hemolimfa lobster ditunjukkan
menunjukkan bahwa lobster dari Lombok pada Tabel 1.

Tabel 1. Kondisi insang, hepatopankreas, usus, daging dan hemolimfa lobster Panulirus
homarus dari Lombok, Pangandaran-Jabar dan Pegametan-Bali.
NA: Not Available.

Insang Hepatopankreas Usus Daging Hemolimfa


Lombok
Sebagian
kuning-oranye, Sebagian kuning
Sebagian
1 sebagian putih kecoklatan, Putih NA
menghitam
kehijauan sebagian bening
(pucat)
Sebagian kuning
Sebagian Putih
2 kecoklatan, Putih NA
menghitam kekuningan
sebagian bening
Sebagian kuning
3 Putih Kuning cerah kecoklatan, Putih NA
sebagian bening
Sebagian kuning
Putih
4 Putih kecoklatan, Putih NA
kekuningan
sebagian bening
Sebagian kuning
Putih
5 Putih kecoklatan, Putih NA
kekuningan
sebagian bening
Pangandaran
Terdapat
Putih,
parasit, Putih bening,
1 Oranye normal Bening kecoklatan bening,
warna mengendap
normal
normal
Terdapat
Putih, Putih bening
parasit, Kuning agak
2 Bening kecoklatan bening, tidak
warna pucat
normal mengendap
normal
Putih,
3 Normal Oranye normal Coklat dan berisi bening, Putih keruh
normal
Putih,
4 Normal Kuning pucat Bening dan berisi bening, Putih keruh
normal
Putih,
Bening agak
5 Normal Coklat tua Bening, normal bening,
keruh
normal
Pegametan

114 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Sudewi et al.

Insang Hepatopankreas Usus Daging Hemolimfa


Kemerahan Merah Kecoklatan Kemerahan Keruh
1 kecoklatan,
gelap
2 Putih Putih Putih Putih Keruh
3 Normal Kehitaman Pucat Putih pucat Putih susu
4 Kehitaman Pucat kehitaman Pucat Pucat Keruh
5 Kehitaman Kehitaman Normal Pucat Keruh

Parasit ditemukan pada insang lobster dari Pangandaran dengan total parasit 85
Pangandaran. Gejala penyakit black gill individu. Sementara sampel lobster dari Pe-
disease terlihat pada sampel lobster dari gamatan tidak menunjukkan adanya infestasi
Lombok yang ditandai dengan insang yang parasit. Pengamatan parasit pada sampel dari
menghitam. Gejala penyakit milky disease Lombok tidak dapat dilakukan karena adanya
terlihat pada lobster dari Lombok yaitu keterbatasan peralatan penelitian. Jumlah
insang dan hepatopankreas yang berwarna Octolasmis sp. yang tertingi ditemukan pada
putih, serta lobster dari Pegametan yang lamela insang yaitu 72 individu (Tabel 2).
ditandai dengan hemolimfa yang berwarna Infestasi parasit tergolong infestasi berat.
putih susu (milky hemolymph). Infestasi Octolasmis sp. dinyatakan berat jika
melebihi 50 Octolasmis sp. dalam satu ekor
3.2. Infeksi Parasit inang (Pusat Karantina Ikan-KKP, 2010).
Observasi parasit menunjukkan ada- Distribusi spasial Octolasmis sp. pada
nya infeksi ektoparasit dan tidak adanya inang terlihat tidak random, mengingat lebih
infeksi endoparasit. Berdasarkan karakter banyak Octolasmis sp. ditemukan pada
morfologi, ektoparasit yang ditemukan dalam insang dibandingkan dengan organ yang lain
penelitian ini adalah Octolasmis sp. Karakter seperti bagian-bagian mulut dan kaki jalan
morfologi Octolasmis sp. yaitu bagian tubuh (Gambar 2). Penemuan ini mendukung
yang terdiri dari peduncle atau tangkai, argumentasi bahwa penempelan dan distri-
capitulum, dan bagian untuk menempel pada busi spesies ini dipengaruhi terutama oleh
inang (Gambar 1). aliran air yang memfasilitasi ketersediaan
pakan, dan pembuangan metabolit, serta
menyediakan ventilasi (Santos et al., 2000).
Insang juga merupakan lingkungan yang
c sesuai untuk penempelan dan berkembang-
a
b biaknya Octolasmis sp., karena organ insang
memiliki area yang lebih luas sehingga dapat
menampung lebih banyak parasit. Sementara
itu, Machado et al. (2013) menemukan
Gambar 1. Karakter morfologi parasit Octolasmis pada dasar dan dinding ruang
Octolasmis sp. yang ditemu- insang. Meskipun infestasi Octolasmis sp.
kan pada sampel lobster P. pada bagian luar mulut dan kaki jalan adalah
homarus dari Pangandaran: (a) rendah (Tabel 2), namun hasil ini menunjuk-
peduncle atau tangkai, (b) kan bahwa organ tersebut merupakan
capitulum, (c) bagian untuk ruangan alternatif untuk menempelnya
menempel pada inang. Octolasmis sp. Bagian luar mulut merupakan
area yang terlindung dari predator dan
Sampel lobster yang terinfestasi oleh ketersediaan pakan terjamin dengan adanya
parasit Octolasmis sp. sebanyak 3 ekor dari aliran air di bawah tubuh lobster.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 115
Investigasi Penyakit pada Pembesaran Lobster Pasir . . .

Tabel 2. Infestasi Octolasmis sp. pada oksigen (Ihwan, 2014). Demikian juga
lamela insang, bagian luar mulut Lavilla-Pitogo et al. (2001) melaporkan
dan kaki jalan lobster Panulirus bahwa infestasi Octolasmis sp. menghambat
homarus yang dipelihara di pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Hal
karamba jaring apung. ini karena terjadinya penutupan pada insang
oleh akumulasi parasit dan kotoran.
Jumlah
Sampel Distribusi
Octolasmis 3.3. Populasi Bakteri
lobster Spasial
sp. Populasi atau kepadatan bakteri untuk
Pangandaran setiap lokasi terlihat bervariasi (Tabel 3). Hal
Lamela ini sehubungan dengan kondisi lingkungan
1 72
insang perairan, perbedaan pakan, maupun tingkat
Bagian luar imunitas lobster itu sendiri. Kondisi
2 12 mulut dan lingkungan perairan ini termasuk limbah
kaki jalan organik di sekitar KJA. Junaidi dan Hamzah
Lamela (2015) menyatakan bahwa limbah organik
3 1
insang pada budidaya udang karang (spiny lobster)
4 0 tidak menyebar jauh dari lokasi KJA. Hal ini
5 0 disebabkan oleh arus laut yang lambat yaitu
Pegametan berkisar antara 0,068-0,2 m/dt. Akibatnya,
1 0 terjadi penumpukan partikel limbah organik
2 0 di dasar KJA (Junaidi dan Hamzah, 2015).
3 0 Keberadaan nutrisi yang tinggi dalam
4 0 lingkungan budidaya dapat meningkatkan
5 0 populasi bakteri termasuk bakteri patogen
yaitu Vibrio harveyi (Rungrassamee et al.,
2014).
Secara umum, populasi bakteri usus
lebih banyak jika dibandingkan dari insang
maupun organ yang lain (Tabel 3). Tingginya
populasi bakteri ini disebabkan karena
masukya bakteri ke dalam usus melalui
pakan. Selain itu, tersedianya nutrisi dalam
usus mendukung spesies bakteri untuk
A B berproliferasi dengan cepat (Immanuel et al.,
2006). Total bakteri dan total Vibrio yang
tertinggi diperoleh dari organ usus sedangkan
Gambar 2. Parasit Octolasmis sp. menempel yang terendah diperoleh dari hemolimfa.
pada lamela insang (a) dan bagian Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
luar mulut (b) lobster Panulirus ada Vibrio yang tumbuh dari hemolimfa
homarus. (Tabel 4). Total bakteri yang tertinggi
diperoleh dari sampel usus yaitu 1,72 x 108
Beberapa penelitian menyatakan cfu/g dan 1,07 x 107 cfu/g masing-masing
bahwa infestasi Octolasmis sp. yang tinggi dari Lombok dan Pangandaran. Sementara
dapat menurunkan respirasi lobster. Infestasi total Vibrio tertinggi yaitu dari usus masing-
Octolasmis sp. yang berat dapat menurunkan masing 3,55 x 107 cfu/g dan 1,86 x 106 cfu/g
luas permukaan lamela insang sehingga untuk lokasi Lombok dan Pangandaran
menyebabkan defisiensi dalam penyerapan (Tabel 4).

116 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Sudewi et al.

Tabel 3. Total bakteri dari organ usus, insang, hepatopankreas, daging (cfu/g), dan dari
hemolimfa (cfu/ml) sampel lobster Panulirus homarus.

Lokasi Usus Insang Hepatopankreas Daging Hemolimfa


Lombok 1,72 x 108 1,03 x 107 9,32 x 106 1,60 x 106 1,94 x 105
Pangandaran 1,07 x 107 2,48 x 105 4,08 x 104 2,78 x 104 1,26 x 104
Pegametan 1,92 x 106 6,02 x 104 1,54 x 104 0 0

Tabel 4. Total Vibrio dari organ usus, insang, hepatopankreas, daging (cfu/g), dan dari
hemolimfa (cfu/ml) sampel lobster Panulirus homarus.

Lokasi Usus Insang Hepatopankreas Daging Hemolimfa


Lombok 3,55 x 107 1,36 x 106 1,34 x 106 0,60 x 103 0
Pangandaran 1,86 x 106 5,00 x 103 0 0,60 x 103 0
Pegametan 1,31 x 106 9,40 x 104 1,96 x 104 0 0

Total bakteri dari lobster hasil Meskipun diperoleh banyak koloni


budidaya dalam penelitian ini tidak jauh bakteri, dari hasil isolasi bakteri ini belum
berbeda dengan hasil penelitian, baik pada dapat diketahui apakah bakteri tersebut
Japanese spiny lobster Panulirus japonicus merupakan bakteri yang patogen terhadap
maupun P. homarus hasil tangkapan dari lobster. Populasi bakteri yang tinggi belum
alam yang telah dilakukan terdahulu. Total tentu menyebabkan penyakit karena ada
bakteri dari insang dan usus lobster P. kemungkinan bakteri tersebut tidak bersifat
japonicus (ukuran berat 45,5 – 54,6 g), yang patogen atau bahkan berpotensi sebagai
baru ditangkap berkisar antara 106 hingga 107 kandidat bakteri probiotik. Demikian halnya
cfu/g dan 107 hingga 109 cfu/g (Sugita et al., dengan Vibrio yang merupakan patogen
1987). Sementara itu, total bakteri yang oportunistik yang menimbulkan penyakit jika
dikultur dari usus lobster P. homarus dengan kondisi lingkungan menurun dan imunitas
berat 130 ± 8.0 g yaitu 1,50±2,0x108 cfu/ml lobster yang rendah.
(Immanuel et al., 2006).
Kultur bakteri dari sampel hemolimfa 3.4. Infeksi Jamur
menunjukkan tidak tumbuhnya koloni Vibrio Jumlah isolat jamur yang diisolasi
untuk setiap lokasi. Akan tetapi, dari hasil ini dari organ insang lobster dari Pegametan,
tidak dapat dinyatakan bahwa di dalam Lombok, dan Pangandaran masing-masing
hemolimfa tidak terdapat Vibrio. Hal ini sebanyak 2, 7, dan 9 isolat (Tabel 5). Salah
karena dalam proses kultur, sampel satu isolat jamur yang diperoleh dari satu
hemolimfa diencerkan hingga 102. Jika sampel lobster dari Lombok yaitu isolate L1-
sampel hemolimfa tidak diencerkan maka B-I2-5, berdasarkan morfologi koloni dan
ada kemungkinan terdapat Vibrio yang organ reproduksinya merupakan jamur jenis
tumbuh dalam media TCBS. Penelitian Fusarium sp. yang ditunjukkan oleh Gambar
sebelumnya menunjukkan bahwa diperoleh 4 3. Koloni Fusarium sp. pada media PDA
spesies Vibrio yang meliputi Vibrio yang diinkubasi pada suhu 300C berwarna
alginolyticus, Vibrio vulnificus, Vibrio putih hingga olive yellow kuning pucat
harveyi dan Vibrio mimicus yang diisolasi hingga kuning kecoklatan mulai pada hari
dari sampel hemolimfa P. homarus (Raissy et ke-7 setelah inokulasi. Pertumbuhan koloni
al., 2011). mencapai 6 cm pada hari ke-4, dan mencapai
9 cm pada hari ke-7. Hasil pengamatan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 117
Investigasi Penyakit pada Pembesaran Lobster Pasir . . .

morfologi organ reproduksi berupa konidia yang menyebar pada insang. Titik hitam
dengan 4 septat. Hasil penelitian sebelumnya terbentuk oleh adanya pigmen melanotic
menunjukkan bahwa Fusarium sp. memiliki pada insang lobster yang terinfeksi. Lesi
hifa berseptat, konidiopora memanjang insang yang basah menunjukkan invasi
dengan mikrokonidia berupa satu sel miselia fungi dan konidia (Nha et al., 2009).
berbentuk oval atau elip, dan makrokonidia Dalam penelitian ini, sampel lobster yang
terbentuk 7 hari setelah inokulasi, berbentuk terinfeksi Fusarium sp. yaitu sampel lobster
subsilindris dengan 2-4 septat (Nha et al., no. 2 dari Lombok, memiliki insang
2009). berwarna menghitam (Tabel 1). Dengan
demikian, miselia fungi dan konidia jamur ini
Tabel 5: Jumlah isolat jamur yang diisolasi telah berkembang dalam insang lobster.
dari organ insang lobster Panulirus Sementara itu, isolat jamur yang lain
homarus. belum diketahui jenis dan sifat patogenisitas-
nya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian
Lokasi Jumlah isolat jamur selanjutnya yaitu identifikasi jamur dan uji
Teluk Pegametan 2 patogenisitas terhadap lobster. Hasil iden-
Lombok 7 tifikasi dan uji patogenistas akan bermanfaat
Pangandaran 9 untuk menemukan jenis jamur, baik yang
bermanfaat maupun yang patogen.

3.5. Infeksi Milky Hemolymph Disease


of Spiny Lobster (MHD-SL)
Lobster yang terinfeksi MHD-SL
menunjukkan satu atau lebih gejala penyakit.
A B C (1000X) Observasi di keramba jaring apung di teluk
mag)
Pegametan menunjukkan bahwa lobster
Gambar 3. Isolat jamur L1-B-I2-5 yang dengan gejala penyakit ini terlihat lemah,
diisolasi dari insang lobster budi- tidak aktif bergerak, nafsu makan turun
daya dari Lombok. (A) Permuka- drastis dan segera mengalami kematian (3-5
an atas koloni, umur 10 hari hari) setelah menunjukkan gejala milky
setelah inokulasi. (B) Permukaan disease. Gejala patologis pada lobster yang
bawah koloni. (C) Organ re- terinfeksi berat oleh MHD adalah abdomen
produksi yang berupa konidia yang membengkak dan berwarna putih susu,
dengan 4 septat. hemolimfa berwarna putih susu (milky
hemolymph) yang memancar keluar saat
Hasil infeksi buatan Fusarium sp. dilakukan pembedahan organ dalam, dan
terhadap lobster, yang telah dilakukan oleh hemolimfa tidak menggumpal meskipun
Nha et al. (2009), menunjukkan bahwa jamur tanpa zat anti-coagulant. Selain itu, terjadi
ini merupakan penyebab penyakit black gill hypertropi jaringan ikat pada hampir semua
disease. Fusarium sp. telah dilaporkan di organ dan jaringan yang menimbulkan warna
Vietnam menyebabkan mortalitas lobster di putih. Insang, hepatopankreas, dan usus yang
keramba jaring apung. Lobster yang ter- berwarna putih ditunjukkan pada Gambar 4.
infeksi black gill disease menjadi lemah, Hypertropi jaringan ikat ini juga dilaporkan
menunjukkan lethargic, pucat, kesulitan oleh Nunan et al. (2010) dan DAFF (2012).
bernafas dan selalu berenang di dekat Berdasarkan pengamatan, penularan
permukaan air. Insang menjadi merah coklat penyakit ini diketahui melalui transmisi
hingga hitam dengan lesi atau filamen insang horizontal. Penularan dapat terjadi melalui
rusak yang terjadi pada tahap infeksi lanjutan kontak langsung dengan individu lobster

118 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Sudewi et al.

yang terinfeksi dalam jaring apung yang Sementara itu, lobster yang sehat
sama, atau melalui air yang terkontaminasi di ditandai dengan performa organ luar dan
antara jaring apung yang terletak ber- organ dalam yang normal. Lobster yang tidak
sebelahan. Penelitian terdahulu menunjukkan terinfeksi MHD menunjukkan abdomen yang
bahwa penyakit ini dapat menular diantara cerah, segar dan tekstur kenyal, insang cerah
lobster melalui eksperimen kohabitasi dan dan segar, hemolimfa bening segar, usus
melalui injeksi hemolimfa yang tidak difilter segar berisi makanan, daging putih segar, dan
ke lobster yang sehat (Hoa et al., 2009; hepatopankreas kuning cerah (Gambar 5).
DAFF, 2012).

A B C

D E

Gambar 4. Gejala patologis lobster yang terinfeksi berat MHD-SL: a) abdomen, b) cairan
putih susu yang keluar dari abdomen dan rongga organ dalam, c) milky-
hemolymph, d) insang dan hepatopankreas berwarna putih, e) usus berwarna
putih dan tidak berisi makanan, daging putih pucat dengan tekstur lembek.

A
C

B D

Gambar 5. Lobster yang tidak terinfeksi MHD: a) abdomen cerah dan segar, b) insang cerah
dan segar, c) usus segar berisi makanan, daging putih segar, d) hepatopankreas
kuning cerah.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 119
Investigasi Penyakit pada Pembesaran Lobster Pasir . . .

Konfirmasi infeksi MHD-SL pada dengan gejala insang yang menghitam.


sampel lobster telah dilakukan melalui Sebanyak 2 ekor lobster dari Lombok dan 1
analisis PCR menggunakan primer 254 F, ekor lobster dari Pegametan terinfeksi oleh
dan 254 R. Sampel yang menunjukkan pita Milky Hemolymph Disease of Spiny Lobster
DNA pada 254 bp mengindikasikan adanya (MHD-SL) yang ditandai dengan hemolimfa
Rickettsia-Like Bacteria (RLB) dalam daging berwarna putih susu.
lobster, sehingga specimen dinyatakan positif
terinfeksi MHD. Sejumlah 3 lobster dari total UCAPAN TERIMAKASIH
10 sampel ditemukan terinfeksi penyakit ini.
Lobster yang terinfeksi MHD-SL yaitu 1 Penulis menyampaikan terimakasih
ekor dari Pegametan dan 2 ekor lobster dari kepada Ibu Sri Suratmi, Ibu Ni Nengah Suri
Lombok (Tabel 6). Adnyani, dan Ibu Luh Yuliani Dewi atas
bantuan selama sampling dan persiapan
Tabel 6. Hasil deteksi Milky Hemolymph penelitian di laboratorium.
Disease of Spiny Lobster (MHD-
SL) pada pembesaran lobster DAFTAR PUSTAKA
Panulirus homarus di Karamba
Jaring Apung (KJA) melalui Behringer, D.C., M.J. Butler, and G.D.
analisis PCR dengan primer 254F Stentiford. 2012. Disease effects on
dan 254R. lobster fisheries, ecology, and culture:
overview of DAO Special 6. Diseases
Hasil PCR Sampel of aquatic organisms, 100:89–93.
Nomor
Pangan- Department of Agriculture, Fisheries and
Sampel Lombok Pegametan
daran Forestry (DAFF). 2012. Milky
1 - - - hemolymph disease of spiny lobster
2 - - - (Panulirus spp.) (Also known as
3 + - - milky hemolymph syndrome (MHS).
4 + + - Aquatic Animal Diseases Significant
5 - - - to Australia: Identification Field
Guide. 4th ed. Department of
MHD-SL merupakan penyakit yang Agriculture, Fisheries and Forestry.
paling berbahaya pada lobster yang dapat Australian Government. 1-3pp.
menyebabkan mortalitas dalam waktu 5 hari Food and Agriculture Organization of the
sejak terlihat gejala infeksi, dan dapat United Nations (FAO). 2015.
menular dengan cepat. Prosedur biosecurity Cultured Aquatic Species Information
dan karantina terhadap lobster yang terinfeksi Program: Panulirus homarus. http://
penyakit perlu diterapkan untuk mencegah www.fao.org/fishery/culturedspecies/
translokasi penyakit antar daerah di Panulirus_homarus/en. [Retrieved on
Indonesia. 03 July 2015].
Hart, G. 2009. Assessing the South-East
IV. KESIMPULAN Asian tropical lobster supply and
major market demands. ACIAR Final
Parasit yang ditemukan menginfeksi Report (FR-2009-06). Centre for
lobster Panulirus homarus adalah Octolasmis International Agricultural Research
sp. yang menginfeksi terutama pada lamela (ACIAR). Canberra, Australia. 15-
insang. Satu sampel lobster dari Lombok 22pp.
terinfeksi jamur Fusarium sp. yang merupa- Hoa, D.T., N.T. Cuong, N.H. Dung, N.T.T.
kan penyebab penyakit black gill disease Giang, P.V. Ut, N.T.N. Hue and D.T.

120 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Sudewi et al.

Ha. 2009. Milky disease–causing Epibiosis in decapod crustaceans by


agents in cage cultured lobsters stalked barnacle Octolasmis lowei
(Panulirus ornatus) in central area of (Cirripedia: Poecilasmatidae).
Vietnam. J. of fisheries science and Zoologia, 30(3):307–311.
technology, 50:9-13. Musthaq, S.S., R. Sudhakaran, G. Balasub-
Ihwan, M. 2014. Epibiosis of pedunculate ramanian, and A.S. Sahul Hameed.
barnacle Octolasmis spp. of wild mud 2006. Experimental transmission and
crab genus Scylla from Setiu tissue tropism of white spot syndrome
Wetland, Terengganu, Malaysia. virus (WSSV) in two species of
Universiti Terengganu. Malaysia. lobsters, Panulirus homarus and
Immanuel, G., P. Iyappa Raj, P. Esakki Raj, Panulirus ornatus. J. of Invertebrate
A. Palavesam. 2006. Intestinal Pathology, 93:75–80.
bacterial diversity in live rock lobster Nha, V.V., D.T. Hoa, and L.V. Khoa. 2009.
Panulirus homarus (Linnaeus) Black gill disease of cagecultured
(Decapoda, Pleocyemata, Palinur- ornate rock lobster Panulirus ornatus
idae) during transportation process. in central Vietnam caused by
Pan-American J. of Aquatic Sciences, Fusarium species. Aquaculture Asia
1(2):69-73. Magazine, 11(4):35-37.
Jones, C.M. and S. Shanks. 2009. Nunan, L.M., B.T. Poulos, S. Navarro, R.M.
Requirements for the aquaculture of Redman, and D.V. Lightner. 2010.
Panulirus ornatus in Australia. In: K. Milky hemolymph syndrome (MHS)
C. Williams (Ed.), Proceedings of an in spiny lobsters, penaeid shrimp and
International Symposium on Spiny crabs. Diseases of aquatic organisms,
lobster Aquaculture in the Asia- 91(2):105-112.
Pacific Region, Australian Centre for Office International des Epizooties (OIE).
International Agricultural Research, 2007. Milky Hemolymph Disease of
Canberra. 98-109pp. Spiny Lobsters (Panulirus spp.).
Junaidi, M. dan M.S. Hamzah. 2015. Laju Aquatic Animal Disease Cards. Paris,
sedimentasi dan dispersi limbah France. 3p.
organik budidaya udang- karang Payne, M.S., M.R. Hall, L. Sly, and D.G.
dalam keramba jaring apung di per- Bourne. 2007. Microbial diversity
airan teluk Ekas provinsi Nusa within early-stage cultured Panulirus
Tenggara Barat. J. Ilmu dan ornatus Phyllosomas. Applied and
Teknologi Kelautan Tropis, 7(1):287- Environmental Microbiology, 73(6):
297. 1940–1951.
Koesharyani, I., L. Gardenia and N.L.A. Pusat Karantina Ikan, KKP, 2010. Mengenal
Lasmika. 2016. Molecular detection Octolasmis, parasit leher angsa pada
and cloning for rickettsia-like bacteria Crustacea. Infokarikan, 7(1):28-33.
of milky hemolymph disease of spiny Raissy, M., H. Momtaz, M. Moumeni, M.
lobster Panulirus spp. Indonesian Ansari, and E. Rahimi. 2011.
Aquaculture J., 11(2): 81-86. Molecular detection of Vibrio spp. in
Lavilla-Pitogo, C.R., H.S. Marcial, S.A.G. lobster hemolymph. African J. of
Pedrajas, E.T. Quinitio, O.M. Milla- Microbiology Research, 5(13):1697-
mena. 2001. Problems associated 1700.
with tank-held mud crab (Scylla sp.). Rungrassamee, W., A. Klanchui, S.
Asian Fisheries Science, 14:217-224. Maibunkaew, S. Chaiyapechara, P.
Machado, G.B. de O., F.H.C. Sanches, M.D. Jiravanichpaisal, N. Karoonuthaisiri.
Fortuna, and T.M. Costa. 2013. 2014. Characterization of intestinal

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 121
Investigasi Penyakit pada Pembesaran Lobster Pasir . . .

bacteria in wild and domesticated Sugita, H., R. Yutaro Ueda, L.R. Berger, and
adult black tiger shrimp (Penaeus Y. Deguchi. 1987. Microflora in the
monodon). PLoS ONE, 9(3): e91853. Gut of Japanese Coastal Crustacea.
1-11pp. doi:10.1371/journal.pone.009 NipponS uisanG akkaishi, 53(9):
1853. 1647-1655.
Santos, C., S.L.S. Bueno, and R.M. Shimizu. Thuy, N.T.T. 2011. Nghiêncứumộtvàiđặcđi-
2000. Distribution of Octolasmis ểm sinh họccủa RLB ở tômhùmBông.
lowei and Carcinemertes carcino- Nha Trang University, Khanh Hoa.
phila imminuta in the branchial Vietnam. 30p.
chamber of Callinectes danae and
Callinectes ornatus. Nauplius, 8:25- Diterima : 8 Desember 2017
34. Direview : 9 Desember 2017
Shields, J.D. 2011. Diseases of spiny Disetujui : 23 Maret 2018
lobsters: A review. J. of Invertebrate
Pathology, 106:79–91.

122 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt

You might also like