You are on page 1of 143
PENDAHULUAN’’ lps pur Aoye ‘BULje SNOUSUE Aue souetuy ‘sninaue soley po snoesin, anweude ave jeuney snes soedng T NVUNVLSNdaN Tava dLLNIG Auape Areyo J0u@}S0d 6u07 Aope Aeiyo roua\sod yOYS Auaue PUR UIeA Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition — Dimense Bola Mata Dewosa Diameter anteroposterior 24 mm Diameter horizontal 23.5mm Diameter vertical 23mm Lingkar bola mata 75mm Volume 6.5 ml Tulang orbita dibentuk oleh 7 tulang, yaitu: frontal, zigomatik,maksilla, ethmoidal, sphenoid, lakrimal, dan palatum: Frontal bane ——— Supraorbital foramen - Fossa of the lacrimal gland Ethmoid bone Lacrimal bone Frontozygomatic suture 2ygomaticatemporal foramen Zygomatic bone ‘Lateral orbital tubercle of Whitnall ‘Zygomaticofacial foramen Infraorbital foramen, ‘Maxilary bone Optic canal Posterior etmoidal Frontal bone foramen ekdiegs ae Anterior ethmoidal lessor wing foramen Ethmoid bone Optic strut eernee Superior orbital fssure Maxillary bone Foramen roturdury Inferior orbital fissure Gambar: A. Tulang orbita, sisi frontal. B. Tulang orbita, apex (dikutip dari kepustakaan 2) } Medical Mini Notes : Ophthalmolegy Edition s Visual Pathway optic nerve 3rd neuron { | Ganglion |! cells ‘ 2nd ms ‘ Tight Bipolar cells ~— 2e— 2 <> —o—— Vf epithelium — Fovea Periphery Visual cortex: O36SES0 Oe OO optic n optic tract 4th neuron Lateral Optic radiation geniculate . / body ee + ’ Seuperior state area ealcarine suleus area 17 inferios state area area 19 and 18 Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 3 TAnaPenwir nan Misus : konjungtivitis perdarahan subkonjungtiva pterigium pinguekula episkleritis - skleritis defisiensi vitamin A mata kering (dry eyes) Benaan Pénwurunran VRE US : Glaukdma akut keratitis ulkus kornea Uveitis anterior endoftalmitis panoftalmitis trauma okuli Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition > Mata Tenang Katarak Kelainan Refraksi + Retinopati + Retinitis pigmentosa AuUsUnaN VISUS epiadale : . eitis posterior » Perdarahan vitreus + Ablasio retina » Oklusi vena dan arteri retina + Neuritis optik J Yang termasuk dalam media refraksi adalah lapisan airmata, kornea, humor aquous, lensa, dan humor vitreus. Gangguan pada media refraksi menyebabkan penurunan visus baik } mendadak maupun perlahan. ; Catalan lambahan Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition & ANATOMI KELOPAK MATA?>* ‘Orbicularis oculi muscle Orbital septumOrbital fat Levator palpebra muscle Accessory lacrimal gland Muller muscle Superior palpebra (Tarsal muscle) furrow Accessory lacrimal ‘Meibomian gland Palpebra conjuctiva lapisan superfisial - Lapisan tipis, kaya vaskularisasi ~ Kelanjar keringat - Kelenjar keringat yang termodifikasi (kelenjar Mol!) dan kelenjar minyak (kelenjar Zeis) - Serta otot dari m.orbicularis oculi (innervasi N VII) - Serat otot dari m.levator palpebra (innervasi N III) lapiran profunda - Tarsal plate - Otot polos dari m.levator palpebra yang berinsersi di tarsal plate - Konjungtiva palpebra, melekat erat dengan tarsal plate. Pada setiap kedipan mata, konjungtiva palpebra berfungsi meratakan sekresi airmata. Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition - Kelenjar sebasea (kelenjar tarsal atau Meibomian), berfungsi untuk lubrikasi margo palpebra sehingga air mata tidak lolos dari margo serta berperan dalam pembentukan lapisan minyak dari air mata sehingga air mata tidak mudah menguap. Serat otot dari M.Riolan berada di sisi inferior dari kelenjar ini dan berfungsi memeras duktus pada setiap kedipan mata. * terdapat 25 buah pada palpebra superior © terdapat 20 buah pada palpebra inferior Kelanjar pada mata dan adnexa Kolenjar Lekasi Sekresi Konten Lakrimal Kelenjar orbita Exocrine Aqueous: Kelenjar palpebra Exocrine Aqueous Lakrimal aksesoris Pica, caruncle: Exocrine Aqueous Krause: ‘Palpebra Exocrine Aqueous: Woltring Palpebra Exoorine Aqueous Meibomian Tarsus Holocrine Olly Zeis Foliket silia Holocrine Oily Palpebra, caruncle Holocrine Oily ‘Moll Palpebra Eccrine ‘Sweat ‘Sel Goblet Konjungtiva Hotocrine Mucus: Plea, carunele Holocrine Mucus Arteri periorbital dan palpebra® Pupeetrcct tear erie ae Supraotbital artery ‘Superior margir ‘Superior peripheral arterial arcade arterial arcade Modial palpebral artery’ Orbital braneh of superficial temporal artery ‘Superficial temforal artery Dorsal nasal artery’ Angular artery Lateral palpebral artery Inforior marginal arterial arcade Transverse facial artery Facial artery: OTOT PALPEBRA * M. orbicularis oculi ©N. VII ® untuk menutup palpebra * M, levator palpebra oN. III ¢untuk membuka palpebra + M. tarsalis (M. Miller) ® N. Simpatikus © membantu WM, levator palpebra Medical Mini Notes : Ophthaimology Edition 7 Gambar 1: Otot arbicularis dan frontal Gambar 2: Sistem fasial orbital anterior. a. Ligamen a, bagian pretarsal; b. bagian preseptal; Whitnall, b. aponeurosis levator ¢. tendon kaniuas ©. bagian orbital; ott frantalis, ‘medial; d. tendon kantus lateral KELAINAN PADA PALPEBRA Herpes Zoster Ophthalmicus'”” Disebabkan oleh virus varicela zoster (terjadi infeksi pada cabang pertama nervus trigeminus sehingga menyebabkan kelainan pada mata, dan pada cabang kedua dan ketiga nervus trigeminus yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah persarafannya). Simptom: Gejalanya berupa sensasi benda asing dan fotofabia. Pasien dapat merasa iritasi, nyeri, dan lakrimasi. Pemeriksaan: + Vesikel dan infiltrat pada kornea mata bila terkena. Refleks blefarospasme dan fotofobia timbul bila kornea terabrasi My + Lesi vesikel pada cabang oftalmik nervus § trigeminus superfisial + Dapat ditemukan satu atau lebih bulu mata yang mengarah ke arah yang salah dan menyentuh kornea (trikiasis). + Dapat terjadi kongesti dari konjungtiva dan keratitis punctata atau dendritik (Dit do hepastakaan #) Penanganan + Antiviral: famciclovir 500 mg 3x1; valacyclovir 1 gr 3x1; acyclovir 800mg 5x1 selama 7-10 hari (sebaiknya dimulai dalam 72 jam setelah lesi timbul). Antiviral topikal tidak efektif. + Steroid-oral dapat diberikan pada pasien usia di atas 60 tahun untuk mengurangi nyeri. Lesi pada kulit dapat diberikan kompres hangat dan salep antibiotik. Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition kelenjar dan folikel rambut. Terdapat lima tipe : - blefaritis squamous (paling sering, berhubungan dengan dermatitis seboroik) blefaritis ulseratif (infeksi staphylococcal pada folikel rambut, sering disertai rontoknya bulu mata dan berakibat terjadi trichiasis) campuran blepharitis ulseratif / staphylococcal dan seboroik blepharitis posterior atau meibomitis - blepharitis parasitik Penanganan: pemberian salep kortikosteroid. Blefaritiz (SKDI 4A)"” Peradangan pada palpebra ataupun margo palpebra, dapat disertai terbentuknya ulkus/tukak pada margo palpebra, serta dapat melibatkan Gambar: Blefaritis squamous f seboroik, Dikutip dari kepustakaan 1 Kondisi ini umnumnya menjadi kronik, Krusta dapat dibersihkan dengan cotton bud steril diikuti dengan pengolesan salep antibiotik (bacitracin / polimyxin B atau gentamycin 0,3% 4x sehari selama 7-10 hari). Hindari Hordeolum (SKDI AA) Peradangan pada satu atau lebih kelenjar palpebra akibat dari infeksi akut bakteri. Jika terjadi infeksi pada beberapa kelenjar maka disebut sebagai hordeolosis. Berdasar kelenjar yang terkena dibagi menjadi: = Hordeolum eksterna / stye : infeksi pada kelenjar Zeis dan Moll = Hordeolum interna ; infeksi pada kelenjar Meibomian Etiologi: Staphylococcus aureus (tersering). Simptom dan diagnosa: Keluhan berupa benjolan nyeri pada palpebra. Pseudoptosis dan pembengkakan kelenjar limfe preauricular juga dapat terjadi. Tae A) Hondeolum Gambar: Ekstema, 8) Hordeolum Interna, Dik dar kepustskasan 1 Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition Penanganan: Untuk mempercepat peradangan, kelenjar dapat diberikan kompres hangat sebanyak 3 kali sehari selama 10 menit sampai pus keluar. Pencabutan bulu mata juga dapat memberi jalan untuk drainase. Salep antibiotik maupun antibiotik oral juga dapat digunakan. Insisi kadang perlu dilakukan pada daerah dengan fluktuasi terbesar. Lebih dahulu berikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Lakukan anestesi infiltrasi pada daerah hordeolum: - hordeolum interna dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus (wertikal) dengan margo palpebra. - hordeolum eksterna dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra (horizontal) Hordeolum eksterna muncul pada lokasi dimana kelenjar keringat berada. Pus dapat keluar dari pangkal bulu mata. Hordeoium interna biasanya hanya terlihat apabila dilakukan pemeriksaan eversi dan seringkali terjadi bersamaan dengan reaksi yang lebih berat seperti konjuntivitis atau kemosis konjunctiva bulbar. GChalazion (SKDI 5A) °”° Peradangan granulamatosa pada kelenjar Meibomian yang tersumbat. Simptom dan diagnosa: Gejalanya berupa benjolan pada palpebra, tidak hiperemis, tidak nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis, Gambar: Chalazion Penanganan: Dikutip dari kepustakaan 4 - Berikan kompres hangat, antibiotik lokal dan sistemik. Untuk mengurangi gejala dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dilakukan ekstripasi (biasa dilakukan pada chalazion berukuran besar). Insisi dilakukan seperti hordeolum interna. - Bila chalazion berulang beberapa kali, maka sebaiknya lakukan pemeriksaan histopatologi untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan. 3 Medical Mini Notes ; Ophthalmology Edition 10 Keadaan ae bulu mata mengarah ie Fa mata sehingga menyebabkan gesekan dengan kornea atau konjungtiva (margo palpebra berada pada posisi normal). Simptom: Gejalanya berupa sensasi benda asing dan fotofobia. Pasien dapat merasa iritasi, nyeri, dan lakrimasi. Pemeriksaan: Dapat ditemukan satu atau lebih bulu mata yang mengarah ke arah yang salah dan menyentuh kornea, Refleks blefarospasme dan fotofobia timbul bila kornea terabrasi. Dapat terjadi kongesti dari konjungtiva. Penanganan: Beberapa cara mengangani bulu mata antara lain: ~ Epilasi (mencabut bulu mata secara manual dengan forsep) metode sementara, rekurensi dalam 3-4 minggu, -Elektrolisis : metode penghancurkan folikel bulu mata dengan listrik - Cryoepilation - - Koreksi bedah cauietinceeen t yang tumbuh ke arah salah Defenisi keadaan dimana palpebra superior tidak dapat terbuka normal sehingga celah kelopak mata menjadi lebih kecil dibanding normal. Ptosis juga telah terbukti menurunkan jumlah keseluruhan cahaya yang mencapai makula dan, oleh karena itu, dapat mengurangi ketajaman visual, terutama pada malam hari. Patogenesis: Ptosis dapat disebabkan oleh: 1. faktor mekanis : a. lesi palpebra karena parut konjungtiva b. edema kelopak mata c._tertariknya palpebra karena parut konjungtiva Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 1 d. abnormalitas struktur termasuk disinsersi aponeurosis otot levator (biasanya pada pasien manula) 2. faktor neurologis : a. palsi saraf ketiga b. sindrom horner (lesi saraf simpatis) c. sindrom jaw winking Marcu Gun. Pada ptosis kongenital ini terdapat persarafan yang salah ke otot pterigoid rahang dan otot levator palpebra sehingga palpebra bergerak bersama gerakan rahang 3. faktor miogenik a. Miastenia gravis b. beberapa bentuk distrofi muskular . oftalmoplegia eksternal kronis Penyebab paling umum dari ptosis kongenital adalah akibat otot levator kurang berkembang (penyebab miogenik); jenis yang paling umum dari acquired adalah akibat peregangan atau disinsersi dari aponeurosis levator (penyebab aponeurotik). Penanganan: memperbaiki fungsi otot levator dengan memperpendek levator sehingga tarsus akan terangkat Kelainan lain pada palpebra: Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 5 Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition Keterangan: (Gambar dikutip dari kopustakaan 1,5,6) ‘A. Sindrom blepharophimosis B. Anklyoblepharon Epiblepharan Epicanthus Euryblepharon Madarosis (hilangnya bulu mata) Distikiasis (terdapat barisan bulu mata tambahan) Kolaboma (defek palpebra) Karsinoma sel skuamosa Blepharophimosis (nenyempitan horizontal dari fissura palpebra) ‘Adenokarsinoma palpebra superior Kista duktal (kista dari duktus kelenjar mollerian) Molluscum contangiosum Ektropion (palpebra memutar ke arah luar) Entropion (palpebra memutar ke arah dalam) Cryptoptalmus (tidak adanya sebagian atau seluruh alis, fissura palpebra, bulu mata, dan konjungtiva) Syringoma {benjolan pada kelenjar okrin) Verruca vulgaris (wart) S. Xanthelasma RO POZECAL-ZToOmMMoO Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition B Normainya palpebra berkedip 12-16 kali permenit, Jumlah kedipan bertambah pada kondisi iritasi, dan berkurang pada anestesia trigeminal dan menjadi tidak ada pada parese nervus VII. Manusia normainya memiliki kira-kira 150 helai bulu mata pada margo palpebra superior ~ (berderet dalam 3-4 baris) dan 75 helai pada margo palpebra inferior (berderet dalam 2 baris). Gatalen tambahan Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 15 KONJUNGTIVA dan KORNEA Accessory lacrimal glands Krause glands Wolfring glands <= Bulbar conjunctiva == Conjunctival fornix === Palpebral conjunctiva === Surface of cornea (function as part of conjunctival sac) - Meibomian gland Gambar dikutip dari kepustakaan 1 Konjungtiva selain menutupi sklera yang terlihat, juga menutupi tarsus belakang sehingga terdapat konjungtiva bulbar dan konjungtiva palpebra, dengan pertemuan yang ~ disebut forniks. | __ Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition Tat Pada konjungtiva terdapatbeberapa kelenjar: + BRUNCH - kelejar limfe yang terletak pada palpebra inferior + Kelenjar penghasil musin: © Sel goblet - terdapat dalam epitel dan paling banya di inferonasal © kripte Henle - terdapat di 1/3 superior dan 1/3 inferior dari konjungtiva palpebra © Kelenjar Manz - melingkari limbus + KRAUSE dan WOLFRING - kelenjar krause adalah kelenjar lakrimal aksesoris yang terletak dekat forniks dengan jumlah 20 di forniks superior dan 8 di forniks inferior serta bermuara pada forniks. Pemerilvaan konjuagtive * - Konjuntiva palpebra inferior dapat diperiksa dengan cara melakukan eversi menggunakan telunjuk (gambar A). - Konjuntiva palpebra superior dapat diperiksa dengan cara melakukan eversi menggunakan cotton bud (gambar B) atau retraktor Desmarres untuk menilai fornix superior (gambar C) Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 17 Reaksi yang dapat terjadi pada konjungtiva: + Perdarahan subkonjungtiva: terutama terjadi pada konjungtivitis akibat viral dan pada konjungtivitis bakteri seperti Strep. pneumoniae dan'H. aegypticus. + Kemosis: edema - bila terjadi inflamasi hebat dari konjungtiva + Skar: terutama terjadi pada trakoma + Reaksi folikular: tonjolan pada konjungtiva akibat hiperplasia dari jaringan limfoid di stroma disertai dengan vaskularisasi aksesoris (ukuran 0.5-5 mm) ; biasa ditemukan di konjugtiva tarsal bawah dan tepi tarsal atas, kadang pada limbus; umumnya pada infesi virus atau chlamydia + Reaksi papillar: perplasia dari epitel dengan pembuluh darah sentral serta sel-sel inflamasi kronik seperti limfosit, sel plasma, dan eosinofil. Papilla berupa lesi meninggi pada konjungtiva tarsal dengan diameter sekitar 1 mm, biasanya pada konjungtiva tarsal atas. Papilla terjadi akibat adanya septa fibrosa antara subkonjungtiva dan konjungtiva yang memungkinkan jaringan diantaranya membengkak dengan infiltrat inflamasi. we : B : 4 = > sotheion Lyohooyiog and calher menomicion cals Conpuneival bblod vessels Gambar: A. Gambaran potongan papilla konjungtiva dengan tonjolan vaskular di tengah dikelilingi leukosit akut dan kronik, B. Gambaran potongan folikel konjungtiva dengan sel mononuklear menutupi pembuluh darah konjungtiva (Dikutip dari kepustakaan 8) Medical Mini Notes ; Ophthalmology Edition Pseudomembrane : eksudat yang terkoagulasi dan melekat pada epitel © konjungtiva yang mengalamai inflamasi. Karakteristik: mudah dikupas, epitel tetap intak. Penyebab antara lain infeksi berat dari adenovirus dan gonogokkus, konjungtivitis ligneuous, dan Sindrom Steven Johnson. True membrane: terdapat infiltrasi hingga lapisan superfisial dari epitel konjungtiva. Bila dikupas maka mengakibatkan kerusakan epitel disertai perdarahan. Penyebab utama adalah infeksi Strep. pyogenes dan Diphtheria. Injeksi konjungtiva : akibat pelebaran arteri konjungtiva posterior yang memberi gambaran berkelok-kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbar menuju kornea dan ikut bergerak bila konjungtiva bulbar digerakkan. Konjungtiva Perikorneal: gar gangguan pada jaringan tebih dalam onjungtiva dekat ddan struktur komea: intraokular: -rosecea -episkiorits -Jesi komea dekat -skieritis limbus: benda asing. keratitis disiformis keratitis herpetik “iris. -sikltis Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 19 Kornea Lapisan kornea dari luar ke dalam: 1 Epitel: lapisan skuamosa non-keratin yang dapat beregenerasi dengan cepat bila terjadi cedera, Dalam 1 jam, defek epitel dapat ditutupi oleh migrasi sel dan pembelahan sel yang cepat. Diduga karena adanya sel stem limbus pada kornea yang tidak cedera. Membrana basal. Lapisan Bowman : cedera pada lapisan ini menyebabkan skar kornea. Lapisan ini tidak dapat beregenerasi. Stroma. terdiri dari serabut kolagen, substansi dasar, dan fibroblas yang menjadi dasar kornea serta bersifat avaskular. Membrane Descemet: lapisan yang sangat kuat dan dapat beregenerasi. Endetel: lapisan tunggal dari sel yang tidak mengalami regenerasi, yang secara aktif memompa ion dan air dari stoma untuk mengontrol hidrasi dan transparansi kornea > pts (approx. 48 jr [basement membrane (appear. tm) [bowenan’'s layer (approx8-t4 jm) B+ descomare mambrane (agprx. 5-10 um) comeal endothelium (approx. 4 jp) Gambar dikutip dari kepustakaan 4 Ss ‘Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 8 KELAINAN PADA KONJUNGTIVA DAN KORNEA Disebabkan oleh bakteri misal gonococcus, meningokokus, staphylococcus aureus, streptococcus pneumonie, hemophilus influenza, dan escherichia coli. Umumnya bersifat seff-limitng namun beberapa kasus dapat menjadi berat terutama bila disebabkan oleh N.gonorrhoeae atau S.pyogene Gejala klinik: > rasa tidak nyaman dan sensasi benda asing akibat dari yasodilatasi disertai injeksi konjungtiva * fotofobia ringan + sekret purulen palpebra melekat saat bangun pag! (akibat terbentuknya krusta) dan silia sering melekat akibat krusta + pandangan sedikit kabur karena efek dari mukus yang berada depan kornea kadang terdapat halo yang berwarna akibat dari efek prismatik mukus di depan kornea kongesti konjungtiva yang memberi gambaran fiery red eye kemosis (edema konjungtiva) hemoragik petekie dapat terlihat bila penyebabnya pneumococcus 1A Setretpundon By bgokai Korqungtive, ©, Komoats up don kepustakaan 1) Penanganan: + Antibiotik topikal (gunakan spektrum luas) --> dapat diberi chloramphenicol (1%), gentamycn (0.3%) atau flamycetin eye drops setiap 3-4 perhari. Untuk sediaan salep dapat digunakan pada malam hari untuk mempertahankan perlindungan antibiotik dan mengurangi keluhan pagi hari. Bila tidak berespon dengan antibiotik tersebut maka dapat berikan golongan lain seperti ciprofloxacin (0.3%), ofloxacin (0.3%) atau gatifloxacin (0.3%). Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition aL Klasifikasi konjungtivitis bakterial Onset Severity Organisme terbanyak Perlahan (hari sampai minggu) Mild-moderate Staphytococcus aureus Moraxella lacunata Proteus spp Enterobacteriaceae Pseudomonas Akut atau superakut Moderate-severe Haemophilus influenzae biotype IIT Gam sampai hari) Haemophilus influenzae Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus hiperakut (<24 jam) Severe Neisseria gonorrhoeae Neisseria meningitidis Konjungtivitis gonococcus merupakan infeksi menular seksual yang ditransmisikan melalui kontak langsung orbita dan genital, genital- tangan-orbita, atau maternal-neonatus selama_persalinan pervaginam. Sebagian besar penyebab adalah Neisseria gonorrhoeae. penyebab lain antara lain: Neisseria meningitides, Staphylococcus aureus, Streptococcus species, Haemophilus spesies, Pseudomonas aeruginosa. Gejala Gejala konjungtivitis purulen berat yang berkembang dengan sangat cepat dan hebat: eksudasi masif, kemosis berat, edema palpebra, konjungtiva hiperemis. Pada kasus yang tidak tertangani terjadi infiltrasi hingga perforasi kornea M Gambar: Sekret puruien borat disertat wamosie borat (Da kepustakaan 3) Penanganan Antibiotik sistemik dengan antibiotik topikal sebagai tambahan. Pada pasien tanpa ulkus kornea dapat diberikan ceftriaxone 1 gram intramuskular (IM); bila disertai ulkus kornea maka sebaiknya rawat inap dan injeksi ceftriaxone 1 gram per 12 jam intravena selama 3 hari berturut-turut. Pada pasien dengan alergi penisilin dapat diberikan spectinomycin (2 g IM) atau fluoroquinolone oral (ciprofloxacin 500 mg or ofloxacin 400 mg 2 kali sehari selama 5 hari). Medical Mini Notes : Ophthaimology Edition ny 8 Salep erythromycin, bacitracin, gentamicin, dan ciprofloxacin merupakan terapi topikal yang direkomendasikan Pada kasus berat lakukan irigasi sakus konjungtiva setiap 30-60 menit dengan larutan salin untuk membersikan sel inflamasi, protease, dan debris yang dapat bersifat toksik dan memicu corneal melting. konfungivitigigensesdealNeanatal — Pada bayi, discharge konjungtiva bilateral mulai terjadi 3-5 hari setelah kelahiran. Discharge pada bersifat serosanguinous selama beberapa hari pertama dan berkembang menjadi eksudat purulen yang banyak, komplikasi kornea dan endoftalmitis. Penanganan Untuk infeksi_nondisseminated: injeksi ceftriaxone dengan dose 25-50 mg/kg IM or IV single dose atau cefotaxime 100 mg/kg IVorIM single dose. Kombinasikan dengan irigasi larutan salin pada mata sampai discharge tereliminasi. Jika diduga ada keterlibatan kornea maka berikan erythromycin, gentamicin, atau fluoroquinolone topikal. Terapi sistemik tetap direkomendasikan pada bayi tanpa gejala konjungtivitis dengan ibu penderita gonorrhea. Untuk _pencegahan, maka pada bayi baru lahir mata segera dibersihkan dengan larutab borisi dan diberikan salep kloramfenikol. Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 23 Konjuctivitis chlamydia diasosiasikan dengan serotipe Chlamydia trachomatis: * trachoma: serotipe A-C + konjungtivitis inklusi dewasa dan neonatal: serotipe D-K * lymphogranuloma venereum: serotipe LI, L2, dan L3 Konjungtivitizinklusi dewasa Biasanya terinfeksi dari kontak langsung atau tidak langsung dengan sekret genital infeksius. Penularan lain melalui kosmetik mata dan pada kolam renang yang tidak terklorinasi adekuat. Onset biasanya 1-2 minggu setelah inokulasi okular dan tidak seakut keratokongjungtivitis adenoviral. Pasien dapat mengalami gejala ringan dari minggu hingga bulan. Gejala klinis Konjungtival folikular (paling prominen di palpebra konjungtiva inferior dan fornix), sekret mukopurulen, dan adenopati preaurikular Penanganan Konjungtivits chlamydia dapat sembuh sendiri tanpa terapi dalam 6-18 bulan. Rekomendasi antibiotik yang dapat diberikan: * azithromycin 1000 mg single dose « doxycycline 2 x 100 mg selama 7 hari * tetracycline 4x 250 mg selama 7 hari «erythromycin 4x 500 mg 4 selama 7 hari Trachoma Diagnosis klinis trachoma memerlukan setidaknya 2 dari gejala berikut: * folikel konjungtiva pada konjungtiva tarsal superior * folikel limbal dan sekuele-nya (Herbert pits) « skar konjungtiva tarsal tipikal * pannus vaskular pada limbus superior ‘Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition © = r Stage trachoma menurut Mc Callan: + Stage 1 (stadium insipien) setelah periode inkubasi sekitar 7 hari. Terdapat hiperemis konjungtiva, edema palpebra, fotofobi, dan lakrimasi bilateral. = Stage 2 (stadium established) setelah 7-10 hari. Folikel kecil mutai terbentuk di konjungtiva tarsal superior dan perlahan membesar selama 3-4 minggu. Neovaskularisasi kornea mulai terjadi dari limbus ke arah kornea bagian atas (disebut formasi pannus) + Stage 3 (stadium parut) : folikel dan papil mulai mereda dan diganti oleh jaringan parut / sikatrik pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat sebagai garis putih halus. Dapat terjadi trikiasis sebagai penyulit. + Stage 4 (stadium penyembuhan) : jaringan parut konjungtiva menyebabkan entropion ({sering disertai trikiasis) dan obstruksi saluran air mata. Entropion dan trikiasis menyebabkan parut kornea Castel aaa Aol ase dan neovaskularisasi lanjut. Folikel — sonjungiva tarsal supeno. B. Pannus, . pada limbus yang mengalami DLS a enema 1) sikatriksasi akan membentuk Herbert Peripheral Pits. Penanganan Rekomendasi untuk penanganan trachoma aktif adalah salep tetrasiklin 1% diaplikasikan 2 kali sehari selama 2 bulan dan azitromycin oral 1000 mg single dose. Erythromycin topikal dapat diberikan dengan frekuensi yang sama dan tetrasiklin oral 1.5-2 gram sehari dalam dosis terbagi selama 3 minggu. Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 25 Kenjungtivitis Adenoviral Terbagi dua, yaitu: * Epidemic keratoconjunctivitis (EKC): disebabkan oleh adenovirus tipe 3,4, dan 7 (kadang tipe 5). Ditularkan melalui droplet dan umumnya menyerang anak yang juga mengalami gejala ISPA. Dapat terjadi keratitis pada 30% kasus namun umumnya ringan * Pharyngeal Conjunctival Fever (PCF); disebabkan oleh adenovirus tipe 8 dan 19. Ditularkan melalui kontak tangan-mata, instrumen, larutan. Keratitis dapat terjadi pada (ee a atc 80% kasus dan umumnya berat. (Dikutip dart kepustakaan 11) Gejala: Onset akut pada sisi unilateral lalu kemudian bilateral, hiperemia konjungtiva palpebra dan bulbar, lakrimasi, respon folikular konjungtiva fornix dan tarsal inferior. Hemoragik petekie terutama pada konjungtiva bulbar, Pseudomembran konjungtiva dapat ditemukan pada konjungtiva tarsal inferior. Edema palpebra dapat terjadi, limfadenopati preaurikula pada sisi mata yang terkena, Konjungtivitis Herpes Herpes simpleks menyebabkan A kebutaan pertama di Amerika akibat keterlibatan kornea. Umumnya dialami pada usia 60 tahun. Herpes zoster merupakan_infeksi berulang dari varicella. 50% kasus herpes oftalmika menunjukan keterlibatan struktur orbita, dimana manifestasi konjungtivitis adalah yang ; ‘Gambar: Koning herpes, paling sering. ‘A. tuorononoe donceth Bt lesl pcie pain ‘bia (okutp daft kepusiakean 8) _ Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition w & Gejala Edema palpebra, konjungtiva hiperemis dan kadang disertai pseudomembran. Ulserasi berbentuk dendritik / geografik pada permukaan konjungtiva, erupsi vesikel pada palpebra dan periorbita (khas herpes). Penanganan konjungtivitis viral: Pada konjungtivitis adenovirus, agen antiviral tidak direkomendasikan. Pada EKC, bersihkan membran konjungtiva dengan rutin menggunakan forsep atau usap dengan kapas setiap 2-3 hari, dikombinasikan dengan pemberian kortikosteroid topikal. Untuk konjungtivitis herpes dapat diberikan agen antiviral seperti trifiridine. Terapi suportif seperti lubrikan dan kompres dingin dapat diberikan. Pemberian kombinasi antibiotik topikal /steroid dapat menurunkan resiko infeksi sekunder oleh bakteri. Pemberian antivial sistemik dapat menurunkan durasi infeksi dan neuralgia post-herpes. Anti viral sistemik efektif bila dimulai dalam 72 jam setelah gejala pertama dari infeksi herpes zoster. Pemberian steroid kontraindikasi pada herpes simpleks. CEES Bilateral, hiperemis, kemosis konjungtiva bulbar, sekret mukoid, gatal hebat. Terjadi pada pasien dengan riwayat atopi. Konjuagtivitis alergi simple Unilateral atau bilateral, hiperemis ringan hingga sedang, kemosis. Sering kali akibat paparan obat mata atau larutan lensa kontak (atau bahan pengawetnya) Vernal Bilateral, sangat gatal, dan discharge mukous, banyak, dan seperti tali. Pada palpebra superior terdapat papilla raksasa / giant papillae) yang dikenal dengan istilah cobble stones. Pada tipe limbal, penebalan dari konjungtiva limbal superior gelatinosa dapat terjadi dan beberapa nodul dapat trlihat pada daerah penebalan (Trantas’ dot - terdiri dari konsentrat eosinofil, merupakan patopneumonik untuk konjungtivitis vernal limbal). ___ Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 27 Koajungtivitis Seosanal (Musiman) Terbagi dua yaitu: + Konjungtivitis alergi musiman / konjungtivitis “hay fever": dengan onset selama musim panas. Alergen yang paling sering adalah serbuk sari (pollen) + Konjungtivitis perennial: terjadi sepanjang tahun dengan eksaserbasi pada musim gugur ketika terpapar debu serangga dan fungal. Penanganan Umi KonjungtivitisAlergi: Semua penenganan didasarkan pada identifikasi dari antigen speifik dan eliminasi patogen spesifik. Penanganan suportif termasuk lubrikan tanpa pengawet, kompres dingin. Terapi medikamentosa yang dapat berguna antara lain: * Steroid topikal: Menghambat proses inflamasi. Menjadi penghalang migrasi makrofag dan neutrofil ke area inflamasi dan memblok aktifitas fosfolipase A2 dan mengurangi kaskade asam araknoid. Penggunaan steroid jangka panjang dapat memicu komplikasi berupa katarak subkapsular posterior dan peningkatan TIO. Loteprednol etabonate efektif sebagai pilihan terapi (konsentrasi 0.2%)dan profilaksis (konsentrasi 0.5%) pada konjungtivitis alergi musiman dengan resiko komplikasi yang lebih sedikit. * Vasokonstriktor topikal / anti-histamin: berperan dalam vasokonstriksi vaskular, menurunkan permeabilitas membran, dan mengurangi gatal dengan memblok reseptor histamin H-1 * Antihistamin topikal: Levocabastine hychloride 0.05% (antagonis reseptor H-1 selektif) berguna mengurangi gejala alergi. Emedastine difumarate 0.05% lebih kuat dibanding levocabastine dalam mengurangi kemosis, edema palpebra dan gejala alergi lain baik pada dewasa maupun anak. * Stabilizer sel mast: mencegah degranulasi sel mast. Contoh: Nedocromil 2%, Cromolyn sodium 4.0%, Flurametholone 0.1%, Loxodamide tromethamine 0.1%, Pmeirolast 0.1% * Agen dengan aksi multipel: Olopatidine hydrochloride 0.1% (antagonis H-1 selektif, stabilizer sel mast), Ketotifen fumarate 0.025% ‘Medical Mini Notes ; Ophthalmology Edition Keterangan Gambar: A. Kemosis pada konjungtivi Hay-Fever, B. Gambaran Trantas dots pada konjungtivtis vernal, C. Gambaran cobble stones pada konjungtivitis vernal Klasifikasi Konjungtivitis | Rocinesreee! Etiologi, Gajals, Gee Tanda Bakteri Alergl | Chlamydial Toxic ee ++ 4/44 ++ + ++ +4 Si se 4 ‘ 7 j - Purulen/muko | MUKO- E Y Discharge | puruien _ Emr Sn purulen Papi] en ee = ze : BD roileei Beara + + z Pseudomembran | + Le = - “a Pannus 2 : (kecuali . + i= vernal) Nodul kelenjar a + ++ + 2 bo hf * + + Se) eee ——> 1 a die siorangan. ++ Sangal Glamukan, +* ditemukan, » kadang ditomukan, + dapat telihat atau tidak, - dak itorwkan a Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 29 Pterigivm (SKDI 4A)" Defenisi: pertumbuhan fibrovakular konjungtiva yang bersift degeneratif dan invasif, Pertumbuhan biasa terletak pada celah kelopak bagian nasal atau temporal yang meluas ke daerah kornea. Pterigium diduga kuat berhubungan dengan paparan sinar UV, paparan debu, angin, dan iritan lain yang memicu inflamasi kronik. Gejala klinik: dapat tidak bergejala * rasa tidak nyaman dan sensasi © benda asing & * tampak pertumbuhan selaput segitiga dengan puncak di sentral atau daerah kornea. Pterigium _ dapat disertai keratitis punctata dan dellen (penipisan kornea akibat kering) dan garis besi pada ujung pterigium (Stoker line) pears moevarteene pelebaran pembuluh darah yang Stadiumil: Sudah melewati limbus membuat mata tampak lebih dan belum mencapai merah ‘Stadium tll Siaeh mencacal visus dapat terganggu apabila Stadium iv: Sudah melewati pupil sudah menganggu aksis visual Penanganan: * untuk yang gejala ringan dapat diberikan air mata buatan * pembedahan (eksisi pterigium), diindikasikan pada kasus pterigium yang mendekati aksis, pterigium dengan pertumbuhan yang cepat (menyebabkan iritasi atau mengganggu kesmetik) Prerigium Preadopteriguuw Etiologi — Degeneratif Proses inflamasi (sering diawali dengan trauma atau inflamasi komea) Usia Umumnya pada pasien Semua umur usia lanjut Situs Selalu di sisi apertura Semua lokasi Stage Dapat progresif, stasioner, _‘Selalu stasioner atau regesif Uji Probe Probe tidak dapat Probe dapat melewali lapisan melewati lapisan _ Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition w s Keratitis Bakteri_ Patogenesis: Bakteri melakukan adherensi, lalu berproliferasi pada stroma kornea, sering kali dengan tambahan protease spesifik. Respon inflamasi reaktif bermula dari ekpresi sejumlah sitokin dan kemokin, keterlibatan sel inflamasi dari air mata dan pembuluh darah limbal, serta sekresi metalloproteinase matriks mengakibatkan nekrosis kornea. Gejala: Pasien ulkus kornea biasanya datang dengan keluhan onset nyeri akut disertai fotofobia, injeksi kornea, serta penurunan visus. Bakteri penyebab keratity bakteri Ny eH! Penanganan: Sulit untuk menentukan organisme penyebab keratitis hanya dari tampilan klinik sehingga disarankan untuk melakukan pemeriksaan kultur. Tujuan utama penanganan keratitis adalah mempertahankan penglihatan dan kejernihan kornea. Bakteri patogen dapat menyebabkan skar irreversibel pada kornea melalui enzim keratolitik dan respon imun yang destruktif dari host. Oleh sebab itu terapi harus segera diberikan sebelum menegakkan diagnosa. - Pada kasus ulkus kornea, fluoroquinolone topikal dapat diberikan setiap 30-60 menit lalu diturunkan tergantung dari respon klinis pasien Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 31 Pada kasus berat, berikan tiap 5 menit selama 30 menit (sebagai loading dose) agar lebih cepat mencapai dosis terapeutik pada stroma kornea, Generasi kedua fluoroquinolones (ciprofloxacin, ofloxacin) memiliki perlindungan kuat terhadap Pseudomonas tapi kurang efektif untuk aktivitas gram positif. * Generasi ketiga (moxifloxacin, gatifloxacin, levofloxacin, besifloxacin) - memiliki perlindungan terhadap Pseudomonas dan gram positif tapi tidak dapat melawan MRSA Terapi Keratitis Bakteri Organism. Antibiotic Topical Dose __ Subconjunctival east ‘cocci Cefazolin 50 mag/ 100 mg in 0.5 mi Vancomycin * 25-50 mg/ml 25 mg in 0.5 mi Moxifloxacin, gatifloxacin, 5-6 mg/ml Not available levofloxacin, besifioxacin Gram-negative rods. Tobramyein 9-14 mg/ml 20 mg in 0.5 mi Ceftazidime 50 mg/ml 100 mg in 0.5 ml Ciprofloxacin, ofloxacin, 3-6 mg/ml Not available moxifloxacin, gatifloxacin, levofloxacin, besifioxacin No organism or multiple Cefazalin 50 mg/ml 100 mg in 0.5 mi types of organisms —_with Tobramycin 9-14 mg/ml 20 mg in 0.5 mi or Fluoroquinalones 3- 6 mg/ml Not available Gram-negative cocci Ceftriaxone 50 mg/ml 100 mg in 0.5 mi Ceftazidime 50 ma/ml 100 mg in 0.5 mi Ciprofloxacin, ofloxacin, 3-6 mg/ml Not available moxifloxacin, gatifloxacin, levofloxacin, besifloxacin Mycobacteria Clarithromycin 10 mg/ml 0.03% Moxifloxacin, gatifloxacin, 5-6 ma/ml Not available besifloxacin Amikacin 20-40 mg/ml 20 mg/0.5 mt Perlu dipikirkan pada: + tidak adanya respon terhadap terapi antibiotik pada ulserasi kornea + kasus trauma dengan bahan tumbuhan + kasus yang berkaitan dengan penggunaan steroid jangka — Gambar: Keratiis tungat akibat Fusarium sofani dengan ' araklorsic korn, sromai uh dengan tap eapert panjang ult 4 ___ Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 32 E 4 { Gejata klinis + Gejala inflamasi lebih kurang dibanding kausa bakteri, injeksi kornea jarang atau bahkan tidak ada pada tahap awal penyakit + Keratitis fungal filamentous (penyebab: Aspergillus, Fusarium, Alternaria, Cephalosporium, Curvularia, Penicillium) sering bermanifestasi sebagai infiltrat abu-putih, kering dengan tepi irreguler + Keratitis fungal yeast (penyebab : Candida, Cryptococcus) sering tampak koloni yang timbul di superfisial dan berwarna putih. Terapi « Natamycin 5% direkomendasi untuk semua kasus keratitis fungal filamentous. Amphotericin B topikal (0.15%-0.30%) untuk keratitis fungal yeast dan pada keratitis filamentous karena Aspergillus + Untuk kasus berat dapat diberikan terapi sistemik: © Ketoconazole (200-600 mg/hari), fluconazole (200-400 mg/hari), itraconazole (200 mg/hari), voriconazole (200- 400 mg/hari), posaconazole (800 mg/hari) © Pemberian intrastromal larutan amphotericin B (5-10 meg/Q.1cc) atau voriconazole (50-100 mcg/0.1 cc) Pada Indonesia, salah satu penyebab dari xeroptalmia adalah defisiensi vitamin A. Insidens tertinggi terjadi pada usia 2-5 tahun. Beberapa klasifikasi defisiensi vitamin A di Indonesia seperti: KLASIFIKASI TEN DOESCHATE: X0: hemeralopia (penurunan penglihatan pada senja hari atau pada ruang kurang cahaya akibat gangguan pada sel batang retina) X1: hemeralopia dengan xerosis konjungtiva dan Bitot X2: xerosis kornea X3: keratomalasia X4; stafiloma, ftisis bulbi Dimana: X0-2 masih reversibel X3-4 irreversibel Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 33 KLASIFIKASI THE INTERNATIONAL VITAMIN A CONSULTATIVE GROUP di HAITI (klasifikasi WHO): + X1-A : xerosis konjngtiva + X41-B : bercak Bitot dengan xerosis konjungtiva + 2 :xerosiskornea + X3 :xerosis dengan tukak kornea + X3-b :keratomalasia Catatan: XN: buta senja, night blindness XF: fundus xeroflamia XS: parut/ skarxeroftalmia Terapi Berikan vitamin A 50.000 IU/kgBB yang tidak melebihi 300.000 IU yang diberikan 100.000 IU setiap minggu. Pemberian vitamin A akan memberikan pebaikan nyata dalam 1-2 minggu berupa + mikrovili kornea akan timbul kembali sesudah 1-7 hari + keratinisasi yang terjadi menghilang + sel Goblet konjungtiva kembali normal 2-4 minggu + tukak kornea memperlihatkan perbaikan sehingga dapat direncanakan untuk keratoplasti Pencegahan dan penanggulangan: Untuk pencegahan dilakukan beberapa cara pendekatan seperti: * memberikan minyak kelapa sawit kuang leboh 4 cc sehari pada anak balita sehingga frekuensi defisiensi vitamin Amenurun + Berikan vitamin A dosis masif 200.000 UI dalam bentuk emulsi 2 kali dalam setahun pada anak balita . i Gambar: Emulsi vitamin Adi Indonesia + Berikan makanan yang banyak yang diberkan 2 kali setahun (ap mengandung karoten atau beri ‘wisn Febmiar dan Agustus; a. Dosis Fe z. ‘ 100.000 1U wama biru (diberikan untuk sejumlah vitamin A melalui garam usia 6-11 bulan); b, Dosis 200.000 10 yang dikonsumsi untukbalitadanibunifas ‘Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition = Keterangan: A. Xerosis pada dofisionsi vitamin A B Bink Bitot pada Bahan alkali bersifat lipolitik sehingga dapat penetrasi ke jaringan lebih cepat dibanding asam. Terjadi saponifikasi asam lemak pada membran sel, penetrasi stroma kornea dan rusaknya proteoglikan dan serat kolagen. Jaringan yanf rusak kemudian mengsekresi enzim proteolitik yang memicu kerusakan lebih lanjut. Contoh bahan alkali: Amonia (biasa di produk pembersih, pupuk), NaOH (pembersih saluran), Ca(OH)2 (kapur, semen), KOH (pasta gigi), MgOH (petasan) Bahan asam merubah dan menyebabkan presipitasi protein dari jaringan yang terkena. Protein yang terkoagulasi bertindak sebagai barier sehingga mencegah kerusakan lebih lanjut. Umumnya trauma asam tidak menyebabkan kerusakan lebih parah dibanding trauma alkali, kecuali pada trauma asam hidrofluorik dimana floride dengan cepat melakukan penetrasi ke kornea dan menyebabkan destruksi bilik mata anterior. Contoh bahan asam: Asam sulfurik (ACCU), asam sulforus (bahan pemutih, pendingin), asam hidroflorida (bahan pemoles, pembersih kaca), asam asetik (cuka) Klasifikasi Throft - khusus trauma alkali derajat 1: hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata derajat 2: hiperemi konjungtiva disertai hilangnya epitel kornea derajat 3: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea derajat 4: konjungtiva perilimbal nekrosis sebanyak 50% ‘Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 35 Klasifiksi Roper-Hall derajat! : kornea jernih, tidak terdapat iskemia limbus (prognosis sangat baik) derajatII_ : kornea hazy tetapi detail iris masih tampak, dengan iskemia limbus < sepertiga (progress baik) derajat III ; detail iris tidak terlihat, iskemia limbus antara sepertiga sampaisetengah derajatIV: kornea opak, dengan iskemia limbus lebih dari setengah (prognosis sangat buruk) Klasifikasi Hughes - didasarkan pada kerusakan stem sel limbus: derajatI; — iskemia limbus yang minimal atau tidak ada derajat II: iskemia kurang dari 2 kuadran limbus derajat I. iskemia lebih dari 3 kuadran limbus derajatIV: iskemia pada seluruh limbus, seluruh permukaan epitel konjungtiva, dan bilik mata depan Gejala Pasien biasanya mengeluhkan nyeri dengan derajat yang bervariasi, fotofobia, penurunan penglihatan serta adanya halo di sekitar cahaya. Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan cairan atau gas kimia pada mata. Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol bahan kimia, hal ini dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata, Waktu dan durasi dari pajanan, gejala yang timbul segera setelah pajanan, serta penatalaksanaan yang telah diberikan di tempat kejadian juga merupakan anamnesis yang dapat membantu dalam diagnosis Tatalaksana Tujuan utama dari terapi adalah menekan inflamasi, nyeri, dan risiko inflamasi. Tatalaksana emergensi pangaibedteat yaitu: 1. Irigasi mata, sebaiknya menggunakan larutan Salin atau Ringer laktat selama minimal 30 menit. Jika hanya tersedia air non steril, maka air tersebut dapat digunakan. Larutan asam tidak boleh digunakan untuk menetralisasi trauma basa. Spekulum kelopak mata dan anestetik topikal dapat digunakan sebelum dilakukan irigasi. Tarik kelopak mata bawah dan eversi kelopak mata atas untuk dapat mengirigasi forniks. 2. 5-10 menit setelah irigasi dihentikan semntara, ukurlah pH dengan menggunakan kertas lakmus. Irigasi diteruskan hingga mencapai pH netral (pH normal air mata =7.3) ‘Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition w a 4 3. Jika pH masih tetap tidak normal, lakukan swab pada forniks konjungtiva dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator. Penggunaan Desmarres dapat membantu dalam pembersihan partikel dari forniks dalam. 4. Beri antibiotik dan lakukan debridement untuk mencegah infeksi kuman oportunis. 5. Berikan siklopegia bila terdapat iritis dan sinekia posterior (atropin 1% ED, scopolamin 0.25% 2 kali perhari) 6. Beta bloker dan asetazolamid untuk mengatasi glaukoma yang terjadi 7. Steroid dapat diberikan secara hati-hati. Steroid topikal maupun sistemik dapat diberikan 7 hari partama pasca trauma. Berikan dexametason 0.1% ED setiap 2 jam atau prednison 0.1% ED 8. Vitamin C 9. Bebat mata 10. Air mata buatan Tey Fluorescein Diagnoytik® « Fluoresein menyerap cahaya pada panjang gelombang biru dan memancarkan fluorosein hijau. . Teteskan anestesi topikal terlebih dahulu pada mata (proparacaine 0.5%) atau pada strip fluoresein. Tarik palpebra inferior pasien lalu sentuhkan trip dengan lembut pada kenjungtiva bulbar. Warna akan menyebar ketika pasien berkedip. Dapat juga menggunakan larutan fluorosein Untuk memeriksa suatu abrasi (gambar 1): © larutan lemah fluoresein diaplikasikan pada mata © mata diperiksa dengan cahaya biru 2 © area abrasi akan berfluoresein menjadi hijau terang Untuk menentukan apakah ada kebocoran humour aquous daridalam mata (gambar 2): o larutan fluoresein 2% diaplikasikan pada mata © mata diperiksa di cahaya biru © pewarna yang terdilusi oleh humour yang bocor menjadi berwarna hijau terang ketika bercampur dengan fluorosein gelap Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 37 Kelainan Lain pada Konjungtiva dan Kornea B los Keterangan: A. Pinguecula, B. Pseudopterigium ©, Hemangioma konjungtiva D. Papilloma konjungtiva E. Melanosis kongenital F. Melanoma konjungtiva maligna G. Arkus senilis w & Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition Catatam tambahan _ Medical Mini Notes ; Ophthalmology Edition SISTEM LAKRIMASI ANATOMI SISTEM LAKRIMASI ‘superior punctur tocrimale orbital part of lacrimal gland ‘euporior lacrimal eanallculus Lacrmal sac 12.15 rom Nasollacrimal duct 2-18 mee Inferior lacrimal punctum Gambar dikutip dari kepustakaan 4 LAPISAN AIR MATA == = cholesteryl esters - cholesterol triglyceride + phospholipids ‘Approx. 1% inorganic salts + Approit, 0,2-0,6% proteins, ‘glubulins, albumins ‘Approx. 0,02-0,05% lysazyme ‘Rest: glucase, urea, neutral mucopolysseeharides (mucin), ‘acidic mucopolysaccharides Conjuctival am Fa: Mucin layer (approx. 0,8 jm) 8 ym Epithelium with micravilli Mucin layer Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition = s Kelenjar air mata ada dua kelompok:"””"* kelenjar utama © produksi refleks -bagian orbital : ukuran seperti kacang almond, memiliki dua permukaan - permukaan superior kontak dengan tulang sedangkan permukaan inferior bersandar pada m.levator palpebra superior - bagian palpebra : berukuran kecil dan terdiri dari dua lobus. kelenjaraksesoris °produksi basal = Kelenjar Krause : kelenjar mikroskopik pada konjungtiva palpebra dan terletak antara fornix dan ujung dari tarsus. Ada sekitar 42 kelenjar di fornix superior dan 6-8 di fornix inferior. - Kelenjar Wolfring: terletak dekat dengan garis atas dari lempeng tarsus superior dan sepanjang garis bawah tarsus inferior FUNGSI AIR MATA: - menjaga kelembaban kornea dan konjungtiva menyuplai oksigen untuk epitel komea - membasuh debris dan bahan iritan mencegah infeksi melalui substansi anti bakterinya memfasilitasi pergerakan palpebra pada bola mata PERJALANAN AIR MATA KELAINAN PADA SISTEM LAKRIMASI Defenisi: Peradangan akut pada kelenjar lakrimal Etiologi: Sering terjadi akibat infeksi pneumokokkus atau staphilokokkus dan lebih jarang akibat streptokokkus. Sering kali berhubungan dengan penyakit infeksi sepertimumps, measles, demam scarlet, difteri, dan influenza. Gejala klinis: Biasanya terjadi unilateral. Kelenjar yang — mengalami infeksi menjadi bengkak dan nyeri pada palpasi. Palpebra superior akan memberikan gambaran khas“kurva S” Differential diagnosa: letsbar: Batlondorle eat - Hordeolum interna lesi lebih kecil dan bulat epee es dengan batas tegas) - Abses palpebra (fluktuasi) - Selulitis orbita (sering disertai gangguan pergerakan bola mata) Penanganan: Atasi penyebab. Kompres disinfektan atau kompres hangat dan antibiotik topikal dapat membantu. Kondisi ini sebenarnya dapat sembuh spontan dalam 8-10 hari. Prognosis baik, jarang terjadi komplikasi. Peradangan pada sakus lakrimal. Biasanya dimulai bila terdapat obstruks! saluran nasolakrimal. Obstruksi pada anak biasanya akibat tidak terbukanya membran nasolakrimal. Obstruksi pada dewasa biasanya akibat adanya polip hidung. Etiologi: Dapat terjadi akibat infeksi ppemokokkus (paling bahaya), staphilokokkus, streptokokkus, Weiseria catarrkalis, atau pseudomonas, Pada radang menahun biasanya akibat lepra, tuberkulosis, trakoma, jamur. Gejala klinis: Pada peradangan akut gejala berupa epifora, nyeri hebat pada daerah kantung air mata, demam. Terjadi pembengkakan dan merah meradang di daerah sakus lakrimal, nyeri tekan, disertai sekret mukopurulen yang memancar bila sakus ditekan. Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition = = Pada keadaan menahun tidak terdapat nyeri, tanda radang ringan, gejala berupa mata sering berair yang bertambah bila terkena angin (hiperlakrimasi). Bila sakus ditekan maka keluar sekret mukoid dengan nanah di daerah punctum lakrimal, mata berair, kelopak melekat satu dengan lainnya. Penanganan: akut Pengurutan sakus sehingga pus bersih dari dalam sakus, lalu diberi antibiotik lokal dan sistemik. Bila terlihat fluktuasi dengan abses pada sakus maka perlu dilakukan insisi. Bila sakus terlihat tenang dan bersih maka lakukan pemasokkan pelebaran duktus BS Ss nasolakrimal. Bila tetap meradang Sr dengan adanya obstruksi duktus maka Daktiosistitis atct a lakukan tindakan pembedahan ""\omumuntonawentn dakriosistorinostomi atau operasi Toti. Pada anak: lakukan pengurutan sakus ke arah pangkal hidung. Dapat diberikan antibiotik atau tetes mata, sulfonamid 4-5 kali sehari. Bila perlu lakukan probing ulangan. kronik Lakukan irigasi dengan antibiotik, bila terjadi penyumbatan yang menetap maka perbaiki sumbatan dengan dakriosistorinostomi bila radang sudah tenang. Komplikasi: fistel sakus lakrimal, abses palpebra, ulkus, selulitis jorbita Differential diagnosa: - Hordeolum (ukuran lebih kecil, batas tegas, tidak mobile) ~ Selulitis orbita (umumnya disertai penurunan geraan bola mata) INGAT! Adanya dakriosistitis merupakan KONTRAINDIKASI dilakukan tindakan bedah membuka bola mata seperti katarak, glaukoma karena dapat menyebabkan infeksi _ intraokular seperti panoftalmitis maupun endoftalmitis Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 43 Keratopati non-infeksi yang dtandai dengan berkurangnya kelembaban dari konjungtiva dan kornea Etiologi: Sering ditemukan pada usia 40-50 tahun akibat dari perubahan hormon pada wanita menopause maupun pada penduduk dengan lingkungan terpolusi. Keratoconjunctivitis sicca yang terjadi akibat dry eyes dapat disebabkan oleh: a, berkurangnya produksi airmata (hipovolemik) pada penyakit sistemik (misal sindrom Sjégren dan artritis rheumatoid) atau akibat destruksi atau atrofi dari kelenjar lakrimal. b. perubahan komposisi airmata (misal pada defisiensi vitamin A, medikasi, efek lingkungan) Gejala klinis: Sensasi terbakar, sensasi benda asing, mata merah, dan lakmasi berlebihan (refleks laksimasi) serta nyeri yang intens bila pasien berada dalam lingkungan tertentu (berangin, dingin, kelembaban rendah) atau Imembaca, Penanganan: Dapat diberikan artificial tear solutions, Pada kasus persisten dapat dilakukan penutupan puncta dengan silikon secara temporal sehingga produksi airmata dapat tertahan. Perbaiki lingkungan dan kelembaban, Pikirkan untuk terapi hormon bila pasien wanita menopause, DAKRIORINOSISTOSTOMI” Prinsip dari tindakan ini adalah untuk membuat saluran drainase baru dari airmata selain melalui duktus lakrimal. Melalui jendela tulang (bone window), mukosa dari sakus lakrimal dan mukosa nasal dijahit bersama agar shunt tetap terbuka. Prosedur ini dapat dilakukan dari sisi_luar melalui insisi kulit (operasi TOTI) atau melalui prosedur endoskopi (bila sakus lakrimal berukuran besar - operasi WEST) ‘Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 44 [Beberope ProsedurKhusus dalam Pemetiksaan Sistem laksimasi:'* Tes Schirmer Tujuan: Menilai produksi (kuantitas) dari komponen air pada sekret airmata ‘Cara: Letakkan kertas lakmus di sakus konjungtiva disisi sepertiga temporal dari palpebra inferior. Prosedur dapat juga dilakukan dengan pemberian anestesi likal sehingga tidak mengiritasi konjungtiva. Interpretasi: Normal bila selama 5 menit lakmus berubah warna jadi biru sepanjang minimal 15 mm (perubahan warna akibat sifet basa dari air mata), abnormal bila di bawah 5 mm) Tes Anel Tujuan: Menilai patensi sister lakrimasi dan melokalisir sumbatan Cara: Setelah anestesi topikal, conical probe digunakan untuk mendilatasi punctum lalu sistem lakrimasi dibilas dengan larutan garam fisiologis hangat melalui kanul tumpul. Interpretasi: 1. Tidak ada sumbatan bila larutan mengalir bebas ke hidung Keterangan: (biasanya pasien akan merasakan asin) 2. Sumbatan di kanalikuli maka bilasan akan mengalami refluks melalui punctum yang diirigasi 3. Bila sumbatan lebih dalam, maka bilasan akan keluar melalui punctum di i \. Tes Schirmer, 8. Tes Anel ( Interpretasi dan lokalisasi : 81, Normal - tidak ada sumbatan, B2, Sumbatan di kanalikull, B3. Sumbatan di lebih dalam) Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 45 Medical Mint Notes : Ophthalmology Edition SKLERA”™” Sklera merupakan bagian putih bola mata bersamaan dengan kornea merupakan pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai kernea. Di bagian belakang sklera ditembusi oleh saraf optik yang disebut cribrosa. Tiga susunan sklera dari luar ke dalam: a. Episklera - banyak pembuluh darah, berhubungan dengan kapsula Tenon, tempat melekatnya enam otot okuli ekstrinsik b. Stroma c, Lamina fuska. Dj) sisi anterior dari episklera terdapat jaringan vaskular yang terletak »ntara stroma dan kapsul Tenon. Tiga lapisan vaskular yang melapisi sklera anterior adalah; 1. Pembuluh darah konjungtiva - paling superfisial , arteri berkelok- kelok sedangkan vena lurus. 2, Pembuluh darah di dalam kapsul Tenon - lurus dengan konfigurasi radial. Pada episkleritis maka pembuluh darah ini akan mengalami kongesti yang mana dapat bergerak bebas dari sklera. 3. Deep vascular plexus - terletak superfisial. Pembuluh darah ini akan mengalami kongesti pada skleritis. Vasokonstriktor topikal tidak memberi efek pada kongesti vaskular pada lapisan ini. Keterangan gambar: A. Sklera normal, B, Episkleritis, C. Skleritis Dikutip dari kepustakaan 11 Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 47 KELAINAN PADA SKLERA Defenisi merupakan inflamasi sklera yang difus atau terlokalisir. Skleritis diklasifikasikan berdasarkan lokasinya: + Anterior (inflamasi di sisi anterior dari garis tengah bola mata). © Non-necrotizing anterior scleritis (nodular atau difus) ~+85% kasus © Necrotizing anterior scleritis (dengan atau tanpa inflamasi) 13% kasus + Posterior (inflamasi di sisi posterior dari garis tengah bola mata) 2% asus Gejala klinis: nyeri hebat (dapat menjalar ke dahi, alis, dagu) « mata merah berair, fotofobia, nodul tidak dapat digerakkan + visus menurun konjungtiva kemotik dan nyeri tidak ada sekret Etiologi: Hampir 50% kasus skleritis berhubungan dengan autoimun sistemik atau penyakit rematik atau merupakan akibat dari proses imun suatu infeksi (bakteri atau virus). ‘Terapi: + Anterior non-necrotizing tanpa inflamasi-- anti-inflamasi non- steroid topikal atau sistemik (untuk mengurangi nyeri). Jika tidak berhasil, terapi imunosupresan dapat diberikan. + Anterior necrotizing dengan inflamasi — anti-inflamasi steroid sistemik (untuk mengurangi : ‘ , Gambar: Diffuse non-necrotizing nyeri). Jika tidak berhasil, terapi scleritis imunosupresan dapat diberikan. + Anterior necrotizing tanpa inflamasi (scleromalacia perforans) — graft atau lyophilized dura : Posterior > sama dengan anterior necrotizing dengan inflamasi Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 2 s Defenisi merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjuntiva dan permukaan sklera. Umumnya inflamasi bersifat granular dan mengenai satu mata. Terutama pada wanita usia pertengahan dengan bawaan penyakit rematik. Gejala klini: + episkleritis tidak memberikan sekret dan mata tidak berair. + mata terasa kering dengan rasa sakit ringan, perasaan mengganjal + konjunctiva kemotik Terapi: * umumnya sembuh spontan dalam 1-2 minggu meski bentuk nodul dapat bertahan beberapa lama + bila gejala berat dapat diberi steroid topikal dengan atau anti inflamasi non-steroid GCalatan tambahan Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition Ee a a a sol LENSA Lensa mata memiliki sifat sebagai berikut: terletak antara iris dan badan kaca (vitreus) bentuk cembung pada kedua sisi (bikonveks) memiliki kemampuan memfokuskan sinar di dalam mata menggantung pada badan siliar melalui zonula Zinn lensa bersifat jernih diameter 9-10 mm membiaskan sinar 20% atau 10 dioptri terutama berperan saat melihat dekat atau akomodasi menjadi kaku dengan bertambahnya umur sehingga terlihat sebagai presbiopia menjadi cembung saat berakomodasi A. Anterior chamber Posterior chamber - : lens Zonule fibers Vitreuos body Hyaloid fossa Surface Embryonic nucle Fetal nucleus Infantile nucleus Adult nucleus Cortex Epithelium Capsule Gambar dikutip dari kepustakaan 1 Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 51 zones lant adult mC eaten (@), and embryonic nucleus A. Bentuk dan posisi lensa dalam bola mata, B. Anatomi lensa, CC. Pemeriksaan lensa dengan slit lamp (dikutip dari kepustakaan 1) Berasal dari bahasa yunani yaitu “katarraktes” (artinya air terjun). Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Beberapa etiologi: -usia lanjut (di atas 60 tahun) diabetes melitus -cedera mata ~pemakaian kortison -sinar ultraviolet -ruda paksa trauma listrik -rokok, alkohol ~kurang gizi, diare, mainutrisi -sindrom down-rushing Gejala: dapat beragam, misal: melihat area keabuan, gangguan penglihaan, penglihatan kabur, penglihatan berbayang, kilatan cahaya atau rasa silau,| diplopia monoakular, gangguan penglihatan warna (perubahan persepsi warna), dan lain-lain. ‘Gambar: A. Gambaran tanpa katarak, B. Gambaran pada penderita katarak (terdapat area keabuan dan beberapa area dengan hilangnya persepsi warna atau terjadi perubahan persepsi warna) "Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 2 8 | Klasifikasi katarak: Katarak senil degeneratif Usia lanjut (>60 tahun) Kerusakan lensa akibat | Bekerja di tempat berbahaya Katarak trauma trauma pada kapsul seperti pemangangan dan | tensa pembakaran kaca katarak Penyulit penyakit khusus| Pasien diabetes, asma, | komplikata | sistemik menahun | emfisema Katarak kongenital| Kehamilan ibu dengan Bayi baru lahir | Pembagian I Proses penuaan / tampek { {| Pemakaian obat lama | pemakaian steroid tetes mata | atau bahan kimia ‘atau perokok | bersifat racun | katarak senilis, antara lain: kkatarak nvklear ; kekeruhan terutama pada nukleus yang terletak di bagian sentral lensa. Katarak ini disebabkan bertambahnya usia. Mula-mula menyebabkan miopia yang meningkat sehingga pasien dapat membaca meski tanpa menggunakan kacamata. ketarak kortikel; kekeruhan terbentuk pada korteks lensa. Penyebab tersering adalah diabetes melitus. hatarak svbkapsular: kekeruhan biasa mulai di bagian belakang jensa. Penglihatan dekat biasa lebih terganggu daripada penglihatan jauh. Sinar matahari terang justru. menambah kesulitan penglihatan. — katarak toksik | mbar: Katarak nuklear: A. dengan iluminasi difus, 8. dengan slit beam, gambaran skemal dari kepustakaan 1 dan 16) Medical Mini Notes : Ophthatmology Edition 53 B= Gambar: A. Katarak kortikal matur, ||Gambar: A. Katarak kortikal pada B. Gambaran skematik (dikutip dari | |retroiluminasi matur, 8. Gambaran| kepustakaan 16) skematik kataran kortikal imatul (dikutip dari kepustakaan 16) Gambar: A. Katarak kortikal A. Katarak subkapsular hipermatur, 8. Gambaran skematik B. Gambaran skematik (dikutip dari kepustakaan 16) (dikutip dari kepustakaan 16) Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition g = Katark morgagnian adalah katarak hipermatur dengan korteks yang mencair sehingga! nukleus tenggelam ke bawah Gambar: A. Katarak morgagnian, B. Gambaran \\ skematik katarak morgagnian (dikutip dari kepustakaan 16) Kekerunan | _Ringan__|_sebagian ‘Seluruh Masi Bertambah | Normal | Berkurang (air dan a Coren jensa |] Nowa! | (air masuk) massa Resa | Iris | Normal | Terdorong [_Nermal ‘Tremulans i Bilik mata depan! Normal Dangkal ‘Normal | Dalam | a Sudut bilik mata) Normal | Sempit | Normat | Terbuka | | | Shadow test_' Negatif | __Positf [Normal | Pseudopos Penyulit | - | Glaukema = [Uveitis + glaukoma | “ Penanganan | Medikasi— tidak banyak membantu = | Pembedahan - indikasi: bergantung pada tingkat maturasi katarak © Bila kedua lensa mengalami katarak maka mata dengan visus | terburuk yang dioperasi dahulu TY | (© Pada pasien dengan katarak unilateral, maka operasi sebaiknya ditunda bila mata yang sehat masih cukup = | © Pada kasus katarak matur maka edukasi pasien untuk operasi | sesegera mungkin untuk menghindari glaukoma fekolitik (Pada kasus yang disertai gangguan retina (misal pada a retinopati diabetik), ekstraksi katarak diperlukan untuk menjernihkan aksis optik dan mempersiapkan terapi laser a Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 55 Jenis pembedahan: | +» Extra Capsular Catarract Extraction (ECCE) + Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE) { + Modern Extra Capsular Catarract Extraction + Phaecoemulsification Catarract Extraction t Kelainan osmosis lensa pada pasien diabetes melitus menyebabkan air akan masuk ke dalam lensa dan mengakibatkan serat lensa bengkak dan membentuk katarak. Hal ini lebih mudah terjadi pada diabetes melitus tipe 1 atau pada = pasien diabetes yang kadar gula_ tidak terkontrol dalam waktu yang lama (tahunan). Catalan tamlchan Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition sal Defeni: » Subluksasi (dislokasi parsial) — zonula Zinn terputus sebagian — suspensi lensa kendur sehingga lensa hanya sebagian yang berada di fossa hyaloid * Luksasi (dislokasi lengkap) —zonula Zinn terputus -lensa bebas dan berpindah ke corpus vitreus (diskolasi posterior) atau ke bilik mata anterior (dislokasi anterior - jarang) Etiologi: |» Penyebab tersering ~ trauma Herediter dan penyakit metabolik, hiperlisinemia (ditandai retardasi mental dan kejang), sindrom Marfan, homocystinuria, Weill-Marchesani syndrome. | | Gejala klinik: Dislokasi lensa posterior -> = skotoma pada lapangan : pandang, lensa yang terlalu lama berada di polus posterior japat menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa (berupa glaukoma_ fakolitik, uveitis fakotosik) Dislokasi lensa anterior — akan menganggu pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga timbul gejala glaukoma kongestif akut (visus turun mendadak, mual muntah, nyeri hebat pada mata, mata merah akibat injeksi siliar, blefarospasme). Iris terdorong ke belakang dengan pupil lebar berikan asetazolamida untuk membantu menurunkan tekanan bola mata lalu SEGERA Gambar: | RUJUK UNTUK PENANGANAN Ectopia lensis 1] SPESIALIS MATA Medical Mini Notes ; Ophthalmology Edition 57 Catalan tambahan Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition ‘sol Refraksi adalah suatu keadaan dimana sekumpulan sinar melalui satu media transparan ke media lain yang transparan tetapi berbeda kepadatannya. Untuk menfokuskan sinar ke dalam bintik kuning (bagian selaput jala yang menerima rangsangan) diperlukan kekuatan 50.0 dioptri. Pada mata yang tidak memerlukan kacamata, terdapat dua sistem yang membiaskan sinar untuk menghasilkan kekuatan 50.0 dioptri. Kornea yang jernih memiliki kekuatan 8% atau 40.0 D dan lensa memiliki kekuatan 20% atau 10.0 D. « é Indeks refraksi adalah kekuatan refraks! dari suatu substansi yang biasanya dibandingkan dengan kekuatan refraksi = udara. Udara = 1 Cornea= 1.376 Humor aquos=1.336 Gambar: Pembiasan pada EMETROFIA si mar yung cotae) puratel dbagion kavetina pedeirata’ Lens:korteke L.266,nuklaus= 1.405 tanpo akamedasi, B, akomodasl mernfokuskan sinar dart objek Witreuss 1.336 deka PEMERIKSAAN VISUS' Visus - ketajaman penglihatan jauh maupun dekat - diperiksa secara terpisah pada masing-masing mata. Satu mata ditutup dengan telapak tangan atau dengan kertas atau dapat juga menggunakan okluder. Tidak boleh menggunakan jari untuk menutup mata karena pasien __,_ Gambar: A. Cara menutup mata saat pemariksaan visus, dapat melihat melalui sela-sela jari. B. Snetien chart CATATAN: Emetropia mata normal Ametropia terbaai jadi hipermetropia, myopia, astigmatism, presbiopia Anisometropia: terdapat perbedaan refraksi antara kedua mata paling sedikit 1.0 D-+misal OD emetropia, OS myopia (J-1.00 D) ‘Aniseikonia: terdapat perbedaan dalam bentuk image / gambaran antara kedua mata ~misal OD emetropia, OS myopia (J - 4,00D) Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 59 1hA7 8 vanapers diketahui dalam pemeriksaan visus: Ruang pemeriksaan jangan terlalu terang Pemeriksaan dilakukan pada jarak 5-6 meter (20 ft) dari kartu baku uji visus (kartu Snellen) Ditentukan baris huruf terkecil yang masih dapat terbaca Tajam penglihatan dinyatakan 6 dibagi jarak huruf baris yang masih { { dapat terbaca (penglihatan normal 6/6) { Pembilang menyatakan jarak antara orang yang diperiksa dengan kartu Snellen. Penyebut menyatakan jarak dimana huruf tersebut { seharusnya dapat dilihat atau dibaca (diambil dari angka yang tertulis di kartu Snellen). Jka pasien dapat membaca satu baris dengan jumlah kesalahan 2, maka dicatat jumlah kesalahnnya. i Misal: 6/30 -2 Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen { maka lakukan uji hitung jari (counting finger). Normalnya jari dapat terlihat pada jarak 60 meter. Bila hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, { maka dinyatakan tajam penglihatan 3/60. Bila melihat hitung jari pada 1 meter artinya tajam penglihatan 1/60. Hendaknya dimulai dari jarak 1m, 2m, 3m, 4m, 5m. Hal ini penting karena defenisi | buta menurut WHO adalah visus 3/60 - 0 Jika hanya dapat melihat lambaian tangan maka tajam penglihatan } lebih buruk dari 1/60. Bila pasien hanya dapat melihat gerak atau lambaian tangan pada jarak 1 meter artinya tajam penglihatan 1/300. Normalnya lambaian tangan dapat terlihat pada jarak 300 | meter. Kadang mata hanya melihat adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan maka ketajaman penglihatan dinyatakan I 1/tak hingga (1/e°) Bila sama sekali tidak dapat melihat walau sinar sekalipun maka { dikatakan visus 0 ( nol) atau buta total. Medical ‘Mini Notes : Sa Kean Edition 60 (| cara pemeriksaan refraksi padavisus jauh: Tarae letakkan kartu Snellen di depan pasien (jarak 5 atau 6 meter) mata kiri ditutup dengan telapak tangan atau penutup (uji mata kanan dahulu) minta pasien membaca mulai dari baris terkecil letakkan lensa positif +0.50 D untuk menghilangkan akomodasi saat pemeriksaan di depan mata yang terbuka bila setelah diletakkan lensa positif: © penglihatan bertambah jelas dan dengan kekuatan yang ditambah perlahan —> hipermiopia © pemeriksaan visus pada hipermiopia: bila sudah tercapai visus 6/6 maka tambahkan lagi lensa +0.25 D dan tanyakan apa masih dapat melihat jelas. Bila masih jelas maka tambahkan terus lensa +0.25 D sampai pandangan menjadi kabur. Derajat hipermiopia yang dicatat adalah kekuatan lensa terbesar yang memberi tajam penglihatan terbaik. © penglihatan tidak bertambah baik, kemungkinan: + bila dengan lensa negatif penglihatan bertambah baik ~ miopia > koreksi dengan lensa terlemah yang memberikan visus ‘terbaik = bila penglihatan tidak maksimal pada kedua pemeriksaan untuk hipermetropia dan miopia (visus tidak 6/6 atau 20/20) ~ lakukan tes pinhole TES PINHOLE: letakkan pinhole di depan mata yang sedang diuji, minta membaca huruf terakhir yang masih dapat dibaca sebelumnya_ bila » » tidak terjadi perbaikan —-mata tidak dapat dikoreksi lebih lanjut terjadi akibat media penglihatan keruh atau terdapat kelainan retina atau saraf optik terjadi perbaikan ~ astigmat atau silinder. Cara pemeriksaan visus dekat: siapkan alat pemeriksaan berupa reading card, beberapa antaranya: \. American standard card (AS) — paling sering digunakan ). Jaegereye chart }, Lebensoha card 4. Lebensohn pocket vision screener Medical Mini Notes ; Ophthalmology Edition 6 tes sebaiknya dilakukan pada pasien yang sudah berumur 40 tahun ke atas pasien duduk dengan koreksi refraksi visus jauh tetap terpasang bila ada (jangan dicabut pada frame) pegang reading card dengan jaran 1/3 meter di depan pasien minta pasien membaca barisan huruf mulai dari yang paling besar ke yang paling kecil catat nilai huruf yang dapat dibaca pasien Defenisi: suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar yang sejajar aksis visua tanpa akomodasi difokuskan pada satu titik didepan retina Gambar: a) bayangan sinar yang datang sejajar jatuh pada satu titik di depan retina, b) hanya objek dekat dimana arah sinar datang secara divergen yang jatuh di satu titik pada retina, ¢) miopia aksial akibat dari ukuran bola mata yang terlalu panjang, d) miopia refraktif kekuatan refraksi yang berlebihan, e) miopia pada katarak nuklear dengan titik fokus ganda (pasien melihat dobel) Pembagian miopia berdasar etiologi: + miopiaaksial akibat peningkatan jarak anteroposteior bola mata + miopia kurvatur : akibat peningkatan kurvatur korna, lensa, atau keduanya + miopia posisional : akibat dislokasi lensa ke arah anterior + miopia indeks : akibat peningkatan indeks refraksi lensa akibat sklerosis nukleus. + miopia terkait akomodasi berlebih : terjadi pada pasien dengan spasme akomodasi ____ Medical Mini Notes : Ophthalmology Edition 624

You might also like