You are on page 1of 88

PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG AGAR-AGAR TERHADAP

SIFAT SENSORI, KIMIA DAN MIKROBIOLOGI PERMEN JELLY


BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) SELAMA PENYIMPANAN
PADA SUHU RUANG

(Skripsi)

Oleh

Astri Shabrina

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT

THE EFFECT OF AGAR FLOUR CONCENTRATION ON SENSORY,


CHEMICAL AND MICROBIOLOGY PROPERTIES OF JELLY
CANDIES FROM RED DRAGON FRUIT (Hylocereus polyrhizus) DURING
STORAGE AT ROOM TEMPERATURE

By

Astri Shabrina

The objective of this research was to study the effect of agar flour concentration to

produce red dragon fruit jelly candies with the best sensory and chemical

properties. The Other objective was to investigate the chemical and

mirobiological changes of the best red dragon fruit jelly candies during storage at

room temperature. The research was arranged in a complete randomized block

design with four replications. The treatment studied was consisted of six levels of

agar concentration: 1.4% (P1), 1.6% (P2), 1.8% (P3), 2, 0% (P4), 2.2% (P5) and

2.4% (P6). The best candy found in the main research was used for further study

shelf life determination. The candies were stored in a sealed plastic container and

kept at room temperature (28±2°C) for 0 day (H1), 5 days (H2) and 10 days (H3).

The experiment was repeated three times. The results showed that the

concentration of agar flour significantly effected the sensory properties of red

dragon fruit jelly candies. The best result was found in the addition of agar at

concentration of 2%, as indicated by color score of 3.89 (rather like), odor score
Astri shabrina
of 4.16 (like), elasticity score of 4.34 (like), taste score of 3.90 (rather like) and

overall acceptance score of 4.15 (like). The best red dragon fruit jelly candies had

moisture content of 10,19%, reducing sugar content of 10.98%, betacyanin

content of 0,788 mg/100g, antioxidant activity of 17,9±1,22% and IC50 value of

243,73 ppm. The shelf-life at room temperature storage was 5 days with moisture

content of 11,43%, total microbial of 7,63 x 10 koloni/g, betacyanin content of

0,717 mg/100g and IC50 value of 246,35 ppm.

keywords : antioxidant activity, agar flour, betacyanin, jelly candies, red dragon

fruit
ABSTRAK

PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG AGAR-AGAR TERHADAP


SIFAT SENSORI, KIMIA DAN MIKROBIOLOGI PERMEN JELLY
BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) SELAMA PENYIMPANAN
PADA SUHU RUANG

Oleh

Astri Shabrina

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tepung agar yang

menghasilkan permen jelly buah naga merah dengan sifat sensori dan kimia

terbaik serta mengetahui perubahan mutu kimia dan mikrobiologi permen jelly

buah naga merah terbaik selama penyimpanan pada suhu ruang. Penelitian

disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan enam

perlakuan dan empat ulangan. Penelitian utama ditujukan untuk mendapatkan

permen jelly buah naga merah terbaik dengan menggunakan konsentrasi agar-agar

1,4% (P1), 1,6% (P2), 1,8% (P3), 2,0% (P4), 2,2% (P5) dan 2,4% (P6). Hasil

penelitian utama dilanjutkan masa penyimpanan untuk mengetahui lama simpan

permen jelly buah naga merah terbaik pada suhu ruang dengan lama simpan yang

digunakan 0 hari (H1), 5 hari (H) dan 10 hari (H3). Penelitian lanjutan dilakukan

sebanyak tiga ulangan dan data disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian utama

menunjukkan bahwa konsentrasi agar-agar memberikan pengaruh nyata terhadap

sifat sensori. Hasil terbaik adalah penambahan agar-agar sebesar 2% pada permen
Astri shabrina
jelly buah naga merah dengan skor warna sebesar 3,89 (agak suka), skor aroma

sebesar 4,16 (suka), skor kekenyalan sebesar 4,34 (suka), skor rasa sebesar 3,90

(agak suka) dan skor penerimaan keseluruhan sebesar 4,15 (suka). Permen jelly

buah naga merah terbaik mengandung kadar air sebesar 10,19%, kadar gula

reduksi 10.98%, kandungan betasianin sebesar 0,788 mg/100 g, aktivitas

antioksidan sebesar 17,9±1,22% dan nilai IC50 sebesar 243,73 ppm.. Hasil

penelitian lanjutan menunjukkan bahwa permen jelly buah naga merah terbaik

dapat bertahan selama 5 hari pada penyimpanan suhu ruang dengan kadar air

sebesar 11,43 %, total mikroba sebesar 7,63 x 10 koloni/g, kandungan betasianin

sebesar 0,717 mg/100g dan nilai IC50 sebesar 246,35 ppm.

Kata kunci : aktivitas antioksidan betasianin, buah naga merah, permen jelly,

tepung agar
PENGARUH KONSENTRASI TEPUNG AGAR-AGAR TERHADAP
SIFAT SENSORI, KIMIA DAN MIKROBIOLOGI PERMEN JELLY
BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) SELAMA PENYIMPANAN
PADA SUHU RUANG

Oleh

ASTRI SHABRINA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar


SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian


Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA

Saya adalah Astri Shabrina NPM 1214051012

Dengan ini menyatakan bahwa apa yang tertulis dalam karya ilmiah ini adalah

hasil kerja saya sendiri yang berdasarkan pada pengetahuan dan informasi yang

telah saya dapatkan. Karya ilmiah ini tidak berisi material yang telah

dipublikasikan sebelumnya atau dengan kata lain bukanlah hasil dari plagiat karya

orang lain.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dan dapat dipertanggungjawabkan. Apabila

dikemudian hari terdapat kecurangan dalam karya ini, maka saya siap

mempertanggungjawabkannya.

Bandar Lampung, 15 Desember 2016


Yang membuat pernyataan

Astri Shabrina
NPM. 1214051012
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 02 Mei

1994, sebagai anak ke tiga dari empat bersaudara dari

pasangan Bapak Sudargo dan Ibu Sutinah. Pendidikan

penulis diawali di TK Ismaria Rajabasa, diselesaikan pada

tahun 2000. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di

SD Negeri 2 Hajimena, diselesaikan pada tahun 2006.

Setelah itu penulis melanjutkan studi ke SMP Negeri 8 Bandar Lampung,

diselesaikan pada tahun 2009 dan SMA Al-Kautsar Bandar Lampung,

diselesaikan pada tahun 2012.

Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui SNMPTN jalur

undangan. Selama menjadi mahasiswa Penulis pernah menjadi asisten praktikum

mata kuliah Teknologi Serealia dan Palawija. Pada tahun 2015 penulis

melaksanakan Praktik Umum di IRT. Panda Alami Cipadang, Pesawaran dengan

judul “Mempelajari Proses Produksi Keripik Nangka dengan Metode Vacuum

Frying di Industri Rumah Tangga Panda Alami Pesawaran”. Pada tahun 2015 pula

penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Karya Bakti,

Kecamatan Meraksa Aji, Kabupaten Tulang Bawang dengan tema “Implementasi


Keilmuan dan Teknologi Tepat Guna dalam Pemberdayaan Masyarakat dan

Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Penguatan Fungsi Keluarga (Posdaya)”.


Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa
yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya
sendiri, dan barang siapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji

(QS. Lukman: 12).

Kupersembahkan karya sederhana yang penuh


perjuangan dan pengharapan ini kepada:

Mama dan Bapak ku yang sangat aku sayangi


dan hormati, semua berkat do’a dan dukungan
kalian

terimakasih...

Almamaterku tercinta, Universitas Lampung


SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohiim,

Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah

SWT atas segala limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai

pihak, sehingga pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung;

2. Ir. Susilawati, M.S., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Lampung atas izin penelitian serta arahan yang

diberikan;

3. Dr. Ir. Siti Nurdjanah, M.Sc., selaku pembimbing pertama yang bersedia

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas

kesabaran, nasihat, motivasi, pengarahan, saran dan bantuan dalam

ketersediaan fasilitas penelitian yang telah diberikan hingga skripsi ini

selesai;

4. Dr. Ir. Suharyono A.S, M.S., selaku pembimbing kedua yang telah banyak

memberikan bimbingan, nasihat, motivasi, saran dan masukan dalam

menyelesaikan skripsi ini;


xi
5. Dr. Ir. Sussi Astuti, M.S., selaku pembahas yang telah memberikan

bimbingan, motivasi, nasihat yang sangat bermanfaat, saran dan masukan

hingga terselesaikanya skripsi ini;

6. Ir. Sri Setyani, M.S., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

nasihat dan arahan selama ini;

7. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta para staff dan karyawan THP FP Unila

yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan serta arahan dan

bantuannya kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Teknologi

Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

8. Keluarga tercinta, Mama, Bapak, Mbak Indri, Mas Tanto, Dika, Rina, Salsa

yang telah memberikan semangat, senyum dan dukungan baik moril maupun

materil serta doanya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan

skripsi dengan lancar;

9. Teman-teman yang telah membantu dalam penelitian ini (Alqodri, Ista, Ayud,

Ria, Numuk, Deslita, Heni, Eli dan Floren);

10. Teman-teman angkatan 2012 “PALUSA” beserta kakak-kakak dan adik-adik

di Jurusan THP FP Unila.

11. Segenap pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan semoga

laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 15 Desember 2016

Penulis,

Astri Shabrina
DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA ........................................................................................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.3. Kerangka Pemikiran.................................................................... 3
1.4. Hipotesis ..................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Buah Naga (Hylocereus sp) ........................................................ 6


2.2. Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) ................................ 7
2.3. Permen Jelly ................................................................................ 11
2.4. Bahan Baku Pembuatan Permen Jelly ........................................ 12
2.4.1. Sari Buah .......................................................................... 12
2.4.2. Sukrosa............................................................................. 13
2.4.3. Agar-Agar ........................................................................ 15
2.4.4. Asam Sitrat....................................................................... 18
2.4.5. Bahan Pelapis ................................................................... 20

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 21


3.2. Alat dan Bahan ............................................................................ 21
3.3. Metode Penelitian ....................................................................... 22
3.4. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 23
3.4.1. Penelitian Tahap I ............................................................. 23
xiii
3.4.2. Penelitian Tahap II ........................................................... 26
3.5. Pengamatan ................................................................................. 26
3.5.1. Sifat Sensori Permen Jelly ................................................. 27
3.5.2. Kadar Air ........................................................................... 27
3.5.3. Kadar Gula Reduksi .......................................................... 28
3.5.4. Kandungan Betasianin ....................................................... 30
3.5.5. Uji Penangkalan Radikal Bebas (Radical Scavenging
Activity/RSA)...................................................................... 31
3.5.6. Pengukuran Nilai IC50.................................................................................. 32
3.5.7. Total Mikroba .................................................................... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penelitian Tahap I......................................................................... 35


4.1.1. Uji Sensori........................................................................ 36
4.1.1.1. Warna................................................................. 36
4.1.1.2. Aroma................................................................. 38
4.1.1.3. Kekenyalan......................................................... 39
4.1.1.4. Rasa.................................................................... 41
4.1.1.5. Penerimaan Keseluruhan.................................... 42
4.1.1.6. Penentuan Perlakuan Terbaik............................. 44
4.1.2. Kadar Air......................................................................... 45
4.1.3. Kadar Gula Reduksi......................................................... 46
4.1.4. Kandungan Betasianin..................................................... 47
4.1.5. Aktivitas Antioksidan...................................................... 48
4.1.6. Nilai Ic50........................................................................... 50
4.2. Penelitian Tahap II....................................................................... 52
4.2.1. Kadar Air......................................................................... 52
4.2.2. Total Mikroba................................................................... 54
4.2.3. Kandungan Betasianin..................................................... 55
4.2.4. Nilai Ic50.......................................................................... 56
4.2.5. Penentuan Perlakuan Terbaik Selama Penyimpanan....... 57
4.2.6. Analisis Kelayakan Produk Permen Jelly Buah Naga
Merah.............................................................................. 59

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ....................................................... ....................... 61


5.2. Saran .............................................................. .......................... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Gambar Halaman

1. Kandungan nutrisi daging buah naga merah.................................... 9

2. Jenis-jenis permen yang utama ........................................................ 11

3. Syarat mutu permen jelly (SNI 3547.2-2008).................................. 12

4. Syarat mutu gula pasir (SNI 01-3140-2001).................................... 14

5. Kandungan kimia agar-agar ............................................................. 16

6. Ekivalen natrium thiosulfat.............................................................. 30

7. Formulasi permen jelly buah naga merah ........................................ 35

8. Uji Duncan skor warna permen jelly buah naga merah ................... 37

9. Uji Duncan skor aroma permen jelly buah naga merah................... 38

10. Uji Duncan skor kekenyalan permen jelly buah naga merah........... 40

11. Uji Duncan skor rasa permen jelly buah naga merah ...................... 41

12. Uji Duncan skor penerimaan keseluruhan permen jelly buah naga
merah.................................................................................................. 43

13. Rekapitulasi pemilihan perlakuan terbaik permen jelly buah naga


merah................................................................................................. 44

14. Nilai kadar air permen jelly buah naga merah terbaik ..................... 46

15. Nilai kadar gula reduksi permen jelly buah naga merah terbaik ..... 46

16. Nilai rata-rata kadar betasianin (mg/100g) permen jelly buah naga
merah terbaik ................................................................................... 47

17. Aktivitas antioksidan (%) bahan baku daging buah naga merah ..... 48
xv
18. Aktivitas antioksidan (%) permen jelly buah naga merah terbaik ... 48

19. Tingkat keaktifan antioksidan dengan metode DPPH ..................... 50

20. Hasil perbandingan % inhibisi vitamin C dan permen jelly buah naga
merah................................................................................................ 51

21. Perbandingan nilai IC50 hasil uji aktivitas antioksidan .................... 51

22. Rekapitulasi hasil pengamatan permen jelly buah naga merah selama
penyimpanan .................................................................................... 58

23. Analisis usaha produk permen jelly buah naga merah..................... 60

24. Daftar skor warna permen jelly buah naga merah ........................... 69

25. Uji homogenitas warna permen jelly buah naga merah ................... 69

26. Hasil sidik ragam warna permen jelly buah naga merah ................. 70

27. Uji Duncan warna permen jelly buah naga merah........................... 70

28. Daftar skor aroma permen jelly buah naga merah ........................... 70

29. Uji homogenitas aroma permen jelly buah naga merah................... 71

30. Hasil sidik ragam aroma permen jelly buah naga merah ................. 71

31. Uji Duncan aroma permen jelly buah naga merah........................... 72

32. Daftar skor kekenyalan permen jelly buah naga merah ................... 72

33. Uji homogenitas kekenyalan permen jelly buah naga merah .......... 73

34. Hasil sidik ragam kekenyalan permen jelly buah naga merah......... 73

35. Uji Duncan kekenyalan permen jelly buah naga merah .................. 73

36. Daftar skor rasa permen jelly buah naga merah............................... 74

37. Uji homogenitas rasa permen jelly buah naga merah ...................... 74

38. Hasil sidik ragam rasa permen jelly buah naga merah..................... 75

39. Uji Duncan rasa permen jelly buah naga merah .............................. 75

40. Daftar skor penerimaan keseluruhan permen jelly buah naga merah 75
xvi
41. Uji homogenitas penerimaan keseluruhan permen jelly buah naga
merah................................................................................................ 76

42. Hasil sidik ragam penerimaan keseluruhan permen jelly buah naga
merah................................................................................................ 76

43. Uji Duncan penerimaan keseluruhan permen jelly buah naga merah 77

44. Nilai serapan bahan baku daging buah naga merah pada panjang
gelombang 517 nm........................................................................... 77

45. Nilai serapan permen jelly buah naga merah pada panjang
gelombang 517 nm........................................................................... 77

46. Kadar gula reduksi permen jelly buah naga merah terbaik.............. 77

47. Kadar air (%) permen jelly buah naga merah terbaik selama
penyimpanan .................................................................................... 78

48. Total mikroba permen jelly buah naga merah terbaik selama
penyimpanan .................................................................................... 78

49. Kandungan betasianin (mg/100g) permen jelly buah naga merah


terbaik selama penyimpanan............................................................ 78

50. Nilai inhibisi (%) permen jelly buah naga merah terbaik selama
penyimpanan .................................................................................... 78

51. Perbandingan nilai IC50 dan hasil uji aktivitas antioksidan selama
penyimpanan .................................................................................... 79

52. Data peralatan produksi permen jelly buah naga merah .................. 79

53. Biaya operasional produksi permen jelly buah naga merah ............ 80
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Jenis-jenis buah naga ......................................................................... 7

2. Kerusakan pada buah naga akibat serangan hama burung................. 8

3. Struktur kimia betasianin ................................................................... 10

4. Struktur kimia sukrosa ....................................................................... 14

5. Struktur molekul agar-agar ................................................................ 17

6. Mekanisme pembentukan gel................................................................ 18

7. Struktur molekul asam sitrat .............................................................. 19

8. Prosedur pembuatan bubur buah naga merah .................................... 24

9. Prosedur pembuatan permen jelly buah naga merah ......................... 25

10. Prosedur penelitian tahap II ............................................................... 26

11. Contoh kuesioner yang digunakan dalam uji organoleptik................ 27

12. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan kadar air permen
jelly buah naga merah ........................................................................ 53

13. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan total mikroba


permen jelly buah naga merah ........................................................... 54

14. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan kandungan


betasianin permen jelly buah naga merah .......................................... 55

15. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan nilai IC50 permen
jelly buah naga merah ........................................................................ 57

16. Bahan-bahan pembuatan permen jelly buah naga merah................... 81


xviii
17. Pencampuran bahan ........................................................................... 81

18. Proses pemasakan .............................................................................. 81

19. Proses penuangan............................................................................... 81

20. Proses penggulungan ......................................................................... 81

21. Permen jelly P1, P2 dan P3................................................................ 82

22. Permen jelly P4, P5 dan P6................................................................ 82

23. Uji sensori oleh panelis ...................................................................... 82

24. Penyimpanan hari ke-0 ...................................................................... 83

25. Penyimpanan hari ke-5 ...................................................................... 83

26. Penyimpanan hari ke-10 .................................................................... 83

27. Analisis kadar air ............................................................................... 83

28. Analisis kadar gula reduksi ................................................................ 83


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Buah naga merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Cactaceae yang

berasal dari daerah tropis yaitu Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan

(Mizrahi et al., 1997). Buah naga telah banyak ditanam di negara-negara Asia

seperti Thailand, Filipina, Taiwan, Malaysia dan Indonesia. Buah naga mulai

masuk ke Indonesia pada tahun 2001 dan kini pembudidayaannya telah menyebar

hampir ke seluruh Provinsi. Lampung merupakan salah satu Provinsi di Indonesia

yang telah membudidayakan buah naga secara luas. Usaha budidaya buah naga

paling banyak dikembangkan di Kabupaten Lampung Selatan. Pada tahun 2012,

lahan produksi buah naga di Provinsi Lampung mencapai 77,5 ha (Dinas

Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2013).

Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan salah satu varietas buah

naga yang cukup terkenal, bukan hanya karena warna merah-ungu pada daging

buah dan memiliki nilai ekonomi, tetapi juga karena manfaat buah naga merah

bagi kesehatan manusia (Wybraniec and Mizrahi, 2002). Daging buah naga merah

mengandung pigmen merah-ungu yang disebut betasianin. Betasianin berfungsi

sebagai antioksidan yang menangkal radikal bebas. Aktivitas aktioksidan buah

naga merah juga lebih besar dibanding buah naga putih (Kanner et al., 2001).
2

Buah naga merah juga mengandung vitamin C dan likopen, likopen berfungsi

dalam menurunkan resiko kanker, penyakit jantung dan menurunkan tekanan

darah (Le Bellec et al., 2006; Jaafar et al., 2009; Zainoldin and Baba, 2009).

Buah naga merah seperti buah-buahan segar pada umumnya, juga akan

mengalami kerusakan apabila tidak diolah lebih lanjut. Menurut Le Bellec et al.

(2006), dalam udara bebas setelah dipetik buah naga merah hanya dapat bertahan

selama 3-4 hari pada suhu 30ᴼC dan 2 minggu pada suhu 14ᴼC. Buah naga merah

biasanya akan mengalami kerusakan pada bagian kulit luar berupa bercak-bercak

coklat dan kering. Hal tersebut menyebabkan buah naga merah yang rusak tidak

dapat dijual dan kurang termanfaatkan.

Salah satu usaha diversifikasi produk untuk meningkatkan daya guna hasil

pertanian dan untuk menarik minat konsumen adalah pemanfaatan buah naga

merah sebagai bahan baku permen jelly. Pembuatan permen jelly dibutuhkan

penambahan komponen hidrokoloid untuk memperoleh tekstur yang baik.

Berdasarkan SNI 3547.2-2008, permen jelly atau kembang gula lunak jelly ialah

permen bertekstur lunak yang diproses dengan penambahan komponen

hidrokoloid seperti agar, gum, pektin, pati, karagenan, gelatin dan lain-lain.

Komponen hidrokoloid digunakan untuk modifikasi tekstur sehingga

menghasilkan produk yang kenyal, harus dicetak dan diproses aging terlebih

dahulu sebelum dikemas. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikaji

penentuan jumlah komponen hidrokoloid yaitu agar-agar dalam pembuatan

permen jelly buah naga merah yang akan memberikan tekstur yang baik.
3

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui konsentrasi agar-agar yang menghasilkan permen jelly buah naga

merah dengan sifat kimia dan sensori terbaik.

2. Mengetahui perubahan mutu kimia dan mikrobiologi permen jelly buah naga

merah selama penyimpanan pada suhu ruang.

1.3. Kerangka Pemikiran

Terdapat berbagai bahan pembentuk gel (gelling agent) yang dapat digunakan

dalam pembuatan permen jelly seperti gelatin, agar-agar, pektin dan karagenan.

Agar-agar merupakan salah satu gelling agent yang dapat digunakan pada

pembuatan permen jelly. Fungsi agar-agar sebagai pembentuk gel menurut

Koswara (2009) yaitu mengubah cairan menjadi padatan yang elastis, atau

mengubah bentuk sol menjadi gel. Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di

air, molekul agar-agar dan air bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-

molekul agar mulai saling merapat, memadat dan membentuk kisi-kisi yang

mengurung molekul-molekul air, sehingga terbentuk sistem koloid padat-cair

(Glicksman, 1983).

Wahyuni (2012) telah melakukan penelitian pembuatan permen jelly

menggunakan kulit buah naga merah dengan jenis dan proporsi bahan pembentuk

gel yang berbeda. Bahan pembentuk gel yang digunakan adalah tepung karagenan

dan tepung agar-agar dengan konsentrasi 2%, 4%, 6% dan 8%. Hasil terbaik yang

didapatkan adalah permen jelly kulit buah naga merah dengan menggunakan
4

tepung karagenan sebanyak 6%. Perbedaan tekstur yang dihasilkan dari kedua

bahan pembentuk gel tersebut yaitu tepung karagenan menghasilkan tekstur

kembang gula jelly yang lunak dan bersifat seperti karet, sedangkan tepung agar-

agar menghasilkan tekstur kembang gula jelly yang lunak tetapi rapuh sehingga

kurang disukai.

Akan tetapi penggunaan tepung karagenan sebagai bahan pembentuk gel dalam

permen jelly kurang efektif bila diaplikasikan pada masyarakat. Hal tersebut

disebabkan tepung karagenan kurang dikenal dan dalam pembeliannya harus

dalam jumlah besar. Tepung karagenan lebih banyak digunakan sebagai bahan

pengental dalam industri menengah ke atas seperti selai, sirup, saus, dan lainnya

(Angka dan Suhartono, 2000). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dipilih tepung

agar-agar sebagai bahan untuk memperbaiki tekstur dalam pembuatan permen

jelly dengan bahan baku daging buah naga merah.

Menurut Glicksman (1983), gel agar-agar dapat terbentuk dalam larutan yang

sangat encer, yaitu fraksi agar-agar sebesar 1%. Penggunaan tepung agar-agar

dengan konsentrasi yang semakin banyak akan menghasilkan permen jelly yang

keras, kaku dan kurang kohesif. Konsentrasi tepung agar-agar yang sesuai perlu

diketahui agar diperoleh permen jelly buah naga merah dengan sifat kimia dan

sensori yang memenuhi syarat mutu kembang gula yang ditetapkan dalam SNI

3547.2-2008.

Permen jelly adalah produk semi basah yang mudah rusak akibat jasad renik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sari (2012), permen jelly buah naga merah
5

yang diberi tambahan pengawet Na-propionat dan menggunakan gelatin sebagai

bahan pembentuk gel dapat bertahan sampai penyimpanan hari ke-20 pada suhu

ruang. Penelitian pembuatan permen jelly buah naga merah tanpa bahan pengawet

dan menggunakan tepung agar-agar sebagai bahan pembentuk gel belum banyak

dilakukan sebelumnya. Perlu dilakukan pengamatan daya simpan permen jelly

buah naga merah agar diketahui sampai hari ke berapa permen jelly buah naga

merah dapat disimpan pada suhu ruang.

Daya simpan permen jelly juga dipengaruhi oleh pH. Menurut Nurhikmat (2003),

semakin rendah pH akan menyebabkan sineresis yaitu keluar cairan dari dalam

bahan, sedangkan pada pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan gel pecah.

Kondisi optimum bahan pembentuk jelly menurut Ali (1987) dalam Suparjo

(2002) yaitu mengunakan bahan pengatur keasaman sebanyak 0,2% atau hingga

mencapai pH 3-3,5.

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat konsentrasi tepung agar-agar yang menghasilkan permen jelly buah

naga merah dengan sifat sensori dan kimia terbaik.

2. Terdapat masa simpan pada suhu ruang yang dapat mempertahankan sifat

kimia dan mikrobiologi permen jelly buah naga merah terbaik.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Buah Naga (Hylocereus sp)

Buah naga atau dragon fruit atau buah pitaya termasuk dalam keluarga kaktus,

yang batangnya berbentuk segitiga dan tumbuh memanjat. Batang tanaman ini

mempunyai duri pendek dan tidak tajam. Bunganya seperti terompet putih bersih,

terdiri atas sejumlah benang sari berwarna kuning. (Le Bellec et al., 2006). Buah

naga memiliki warna kulit yang menyala, kulitnya juga tidak mulus, melainkan

berlapis sehingga mirip sisik ular besar atau naga. Isi buahnya berwarna putih,

kuning, merah atau ungu dengan taburan biji-biji berwarna hitam. Tekstur isinya

seperti selasih dengan cita rasa seperti buah kiwi (Kristianto, 2008).

Buah naga termasuk kelompok tanaman kaktus atau famili Cactaceae dan

subfamili Hylocereanea. Termasuk genus Hylocereus yang terdiri dari beberapa

spesies. Berikut klasifikasi buah naga merah (Tim Karya Tani Mandiri, 2010):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cactales

Famili : Cactaceae
7

Subfamily : Hylocereanea

Genus : Hylocereus

Species

1. Hylocereus costaricensis (daging super merah)

2. Hylocereus undatus (daging putih)

3. Hylocereus polyrhizus (daging merah)

4. Selenicereus megalanthus (kulit kuning tanpa sisik)

Adapun jenis-jenis buah naga dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Jenis-jenis buah naga


Sumber. Wikipedia (2006)

2.2. Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)

Buah naga merah akan mulai berbuah pada saat umur tanaman mencapai 1,5-2

tahun. Buah naga merah bisa dipanen pada hari ke 25-30 setelah bunga mekar

atau ketika kulit buah berubah merah sepenuhnya. Setelah dipanen buah naga

merah dapat disimpan selama 3-4 hari pada suhu 30ᴼC dan 2 minggu pada suhu

14ᴼC. Buah naga merah termasuk buah non klimakterik sehingga tidak ada

puncak produksi etilen atau CO2 setelah buah dipetik sehingga buah akan

mengalami penurunan karakteristik fisiko-kimia dan sifat sensori setelah dipanen

(Le Bellec et al., 2006).


8

Buah naga merah yang terlambat dipanen akan mengalami kerusakan yang dapat

mengurangi hasil panen. Kerusakan pada buah naga merah dapat disebabkan oleh

hama yang menyerang. Gangguan hama yang menyerang tanaman buah naga

merah, antara lain serangga (seperti tungau, kutu putih, kutu batok, semut),

bekicot dan burung. Kerusakan yang disebabkan oleh bekicot dan burung

biasanya hanya di sebagian daging buah, sehingga masih terdapat bagian buah

yang dapat dimanfaatkan. Contoh kerusakan buah naga merah yang terlambat

dipanen akibat serangan hama burung dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerusakan pada buah naga merah akibat serangan hama burung
Sumber. Anonim (2009)

Pemetikan buah naga merah dilakukan dalam jangka waktu lima hari sejak buah

matang optimum supaya buah tidak merekah di pokok pohon. Buah dipotong

tangkainya menggunakan pisau atau gunting tanpa merusak kulit buah dan

disimpan ke dalam bakul plastik. Pengemasan buah naga merah dapat disusun di

dalam kardus atau keranjang plastik sesuai dengan ketentuan pembagian kelas

masing-masing buah. Pengemasan buah naga merah untuk pemasaran jauh perlu

dibungkus dengan styrofoam lembut dan disusun di dalam kotak beralaskan

potongan-potongan kertas. Buah disusun dalam keadaan berbaring dan potongan-


9

potongan kertas juga diletakkan di antara buah-buah supaya tidak bergesekan saat

pengangkutan (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Buah naga merah adalah buah yang kaya akan nutrisi dan mineral seperti vitamin

B1, vitamin B2, vitamin B3 dan vitamin C, protein, lemak, karbohidrat, serat

kasar, flavonoid, tiamin, niasin, piridoksin, kobalamin, glukosa, fenol, zat besi dan

phytoalbumin (Le Bellec et al., 2006). Adapun kandungan nutrisi daging buah

naga merah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrisi daging buah naga merah

Kandungan nutrisi Satuan Jumlah


Air g 96,000 -98,000
Protein g 0,120 - 0,270
Lemak g 0,090 - 0,230
Serat kasar g 0,020 - 0,050
Asam askorbat (Vitamin C) mg/L 63,710 -132,950
Abu g 0,030 - 0,090
Aktivitas air (Aw) Aw 0,545 - 0,865
Glukosa g/L 0,253 - 0,552
Sumber: Jaafar et al. (2009)

Buah naga merah kaya akan vitamin C dan likopen. Likopen dalam buah naga

merah sebesar 3,4 µg/100g daging buah naga merah. Likopen dikaitkan dengan

penurunan resiko kanker, penyakit jantung dan menurunkan tekanan darah (Le

Bellec et al, 2006.; Jaafar et al, 2009.; Zainoldin dan Baba, 2009). Biji buah naga

merah mengandung 50% kadar asam lemak essensial yang tinggi, yaitu 48% asam

linoleat dan 1,5% asam linolenat (Ariffin et al., 2009). Daging buah naga merah

mengandung pigmen merah-ungu yang disebut betasianin. Banyak penelitian telah


10

dilakukan untuk menyelidiki komponen kimia betasianin dan senyawa bioaktif

utama dalam buah naga merah (Wybraniec and Mizrahi, 2002; Wybraniec et al.,

2001). Betasianin adalah senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat

menangkal radikal bebas (Kanner et al., 2001).

Betasianin adalah pigmen alami yang berasal dari tanaman. Saat ini pigmen

betasianin banyak digunakan sebagai pewarna alami dalam industri makanan.

Meningkatnya minat konsumen dalam estetika, aspek gizi dan keamanan makanan

telah meningkatkan permintaan untuk pigmen alami seperti betasianin untuk

digunakan sebagai pewarna alternatif dalam produk makanan. Selain relevansinya

sebagai pewarna, betasianin juga memiliki manfaat penting dalam kesehatan

manusia sebagai antioksidan, anti-kanker, anti-lipidemic dan antimikroba (Le

Bellec et al, 2006). Struktur kimia betasianin disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur kimia betasianin


Sumber. Gengatharan et al. (2015)
11

2.3. Permen Jelly

Permen dibuat dari bahan utama berupa gula dan air dan bahan pembantu antara

lain pewarna, bahan cita rasa dan bahan tambahan lainnya. Permen dapat dibagi

menjadi dua kelas atau golongan yaitu permen yang berkristal atau non kristal

atau bening. Adapun jenis-jenis permen yang utama dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis-jenis permen yang utama

Sifat Tekstur Contoh


Permen berkristal :
a. Kristal besar Rock candy
b. Kristal kecil Fondant, fudge
Permen non kristal :
(amorphous, bening)
a. Hard candies Sour ball, butterscotch
b. Brittles Peanut brittles
c. Chewy candies Caramel, taffy
d. Gummy candies Marshmallow, jellies,
gum drops
Sumber: Koswara (2009)

Difinisi permen jelly menurut SNI 3547.2-2008 adalah kembang gula bertekstur

lunak, yang diproses dengan penambahan komponen hidrokoloid seperti agar,

gum, pektin, pati, karagenan, gelatin dan lain-lain. Bahan tambahan tersebut

digunakan untuk modifikasi tekstur sehingga menghasilkan produk yang kenyal,

harus dicetak dan dilakukan aging terlebih dahulu sebelum dikemas. Syarat mutu

permen jelly menurut Standar Nasional Indonesia disajikan dalam Tabel 3.


12

Tabel 3. Syarat mutu permen jelly (SNI 3547.2-2008)

No Kriteria Uji Satuan Syarat Mutu


1 Keadaan
Bau Normal
Rasa Normal
Warna Normal
Tekstur Normal
2 Kadar air % fraksi massa Maks. 20
3 Kadar abu % fraksi massa Maks. 3
4 Kadar gula reduksi % fraksi massa Maks. 25
5 Sakarosa % fraksi massa Min. 27
6 Cemaran logam
Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2
Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2
Timah (Sn) mg/kg Maks. 4
Raksa mg/kg Maks. 0,03
7 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 10
8 Cemaran mikroba
Angka lempeng total koloni/g Maks. 5 x 104
Bakteri coliform APM/g Maks. 20
E.coli koloni/g <3
Staphylococcus aureus koloni/g Maks. 1 x 102
Salmonella Negatif/25g
Kapang/Khamir koloni/g Maks. 1 x 102
Sumber: Standar Nasional Indonesia (2008)

2.4. Bahan Baku Pembuatan Permen Jelly

2.4.1. Sari Buah

Difinisi sari buat menurut Dalapati et al. (2007), yaitu cairan yang diperoleh dari

pemerasan buah, baik melalui penyaringan maupun tidak dan tidak mengalami
13

fermentasi serta dimaksudkan untuk minuman segar yang langsung dapat

diminum. Sebagian besar sari buah dikehendaki berpenampakan keruh, misalnya

sari buah jeruk, tomat, mangga dan sebagian lagi diinginkan dalam keadaan

jernih, misalnya sari bauh anggur dan apel. Pembuatan sari buah dari tiap-tiap

jenis buah meskipun ada sedikit perbedaan tetapi prinsipnya sama.

Menurut Esti dan Sediadi (2000), pada prinsipnya dikenal dua macam sari buah

yaitu cairan buah yang diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan

dengan penambahan air dan gula pasir. Sari buah pekat atau sirup, yaitu cairan

yang dihasilkan dari pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan proses

pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti

penguapan hampa udara dan lain-lain.

2.4.2. Sukrosa

Sukrosa merupakan senyawa kimia yang termasuk dalam golongan karbohidrat,

memiliki rasa manis, berwarna putih, bersifat anhydrous dan kelarutannya dalam

air mencapai 67.7 % pada suhu 20ᴼC (w/w). Komponen terbesar yang digunakan

dalam industri konfeksioneri adalah gula pasir (sukrosa). Sukrosa adalah

disakarida yang apabila dihidrolisis berubah menjadi dua molekul monosakarida

yaitu glukosa dan fruktosa (Jaconline, 2006). Sukrosa tersusun dari L-Fruktosa

dan D-Glukosa. Sukrosa memiliki rotasi Dextro karena rotasi molar pada fruktosa

lebih besar dibandingkan dengan D-Glukosa. Struktur kimia sukrosa disajikan

pada Gambar 4.
14

Gambar 4. Struktur kimia sukrosa


Sumber. Lehninger (2000)

Sifat- sifat gula yang penting diketahui dalam pembuatan permen adalah inversi,

titik didih gula dan tingkat kelarutan gula. Gula berfungsi sebagai pemanis,

pembentuk tekstur, pengawet, pembentuk citarasa, sebagai substrat bagi mikroba

dalam proses fermentasi, bahan pengisi dan pelarut (Wahyudi, 2003). Penggunaan

sukrosa dalam pembuatan permen umumnya sebanyak 50 – 70 % dari berat total

bahan. Syarat mutu gula pasir disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Syarat mutu gula pasir (SNI 01-3140-2001)

No Kriteria Uji Satuan Syarat Mutu


1 Keadaan
1.1. Bau Normal
1.2. Rasa Normal
2 Warna (nilai remisi yang Min. 53
direduksi), %, b/b
3 Besar jenis butir Mm 0,8-1,2
4 Air, %, b/b Maks. 0,1
5 Sakarosa, %, b/b Min. 99,6
6 Gula pereduksi, %, b/b Maks. 0,1
7 Abu, %, b/b Maks. 0,1
8 Bahan asing tidak larut Derajat Maks. 5
9 Bahan tambahan makanan : mg/kg Maks. 30
Belerang dioksida (SO2)
10 Cemaran logam
10.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 2,0
10.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 2,0
11 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0
Sumber : Standar Nasional Indonesia (2001)
15

Gula dipergunakan sebagai bahan pengawet bagi banyak macam makanan

terutama pada pabrik-pabrik pembuatan makanan jadi seperti jam, jelly, sari buah

pekat, manisan buah-buahan dan lain-lain. Konsentrasi gula yang sangat tinggi

(70%) dapat menghambat pertumbuhan mikroba, akan tetapi pada umumnya gula

dipergunakan dengan salah satu teknik pengawetan lainnya. Penggunaan gula

biasanya dikombinasikan dengan keasaman yang rendah, pasteurisasi,

penyimpanan pada suhu rendah, pengeringan, pembekuan dan penambahan bahan

kimia seperti SO2 (untuk produk tertentu), asam benzoat dan lain-lain. Kadar gula

yang tinggi (minimum 40%) bila ditambah ke dalam bahan pangan, air dalam

bahan pangan akan terikat (Aw rendah) sehingga tidak dapat dipergunakan untuk

pertumbuhan mikroba. Sukrosa dengan konsentrasi 67% (v/v) memiliki nilai aw

dibawah 0,86. Bahan pangan yang mempunyai kadar gula yang tinggi berarti

mempunyai aw rendah yang tidak mudah dirusak oleh bakteri namun cenderung

akan dirusakkan oleh ragi dan jamur, yaitu suatu kelompok mikroba yang mudah

dibasmi dengan pemanasan (Muchtadi dan Sugiyono, 2013).

2.4.3. Agar-Agar

Agar merupakan campuran polisakarida yang diekstraksi dari dinding sel

ganggang merah (Rhodophyta), khususnya genus Gracilaria dan Gelidium. Agar-

agar merupakan polisakarida kompleks terbarukan yang terdiri dari agarosa dan

agaropektin yang memiliki potensi pemanfaatan diberbagai bidang pangan

maupun non pangan. Agar-agar dalam bidang pangan banyak digunakan dalam

penyusunan media pertumbuhan mikroba, permen dan agar jelly. Potensi

pemanfataan agar-agar dalam bidang non pangan meliputi industri farmasi dan
16

industri kosmetik seperti penyedia biomassa potensial, sumber oligosakarida, anti

bakteri, anti kanker dan antioksidan (Kobayashi et al., 1997). Kandungan kimia

agar-agar dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan kimia agar-agar

Parameter Satuan Agar-agar


Kalori kcal 55,00
Protein g 0,20
Lemak g 0,10
Total karbohidrat g 15,00
Serat g 0,10
Abu g 0,40
Kalsium mg 119,00
Fosfor mg 5,00
Besi mg 2,90
Natrium mg 10,00
Kalium mg 20,00
Thiamin mg 0,01
Riboflavin mg 0,04
Niacin mg 0,20
Sumber: Anonim (1972) dalam Yunizal (2002).

Agar-agar diekstraksi dari ganggang merah dan merupakan polimer rantai lurus

galaktan sulfat yang berikatan (1,3)-galaktosida dan tiap 10 molekul berikatan

(1,4) (Winarno, 1992). Karakteristik gel agar-agar bersifat rigid, rapuh, mudah

dibentuk dan memiliki titik cair tertentu. Keasaman (pH) sangat mempengaruhi

kekuatan gel agar-agar, pH semakin menurun kekuatan gel agar-agar semakin

lemah sampai dengan pH 2,5 dan pH optimum dalam pembentukan gel permen

jelly yaitu pH 3-3,5.


17

Menurut Glicksman (1983) struktur agar-agar terdiri atas dua komponen utama,

yaitu agarosa dan agaropektin dengan perbandingan yang bervariasi. Agarosa

adalah rantai polimer dari galaktan yang bersifat netral dan tidak mengandung

sulfat dan merupakan komponen agar-agar yang bertanggung jawab atas daya

gelasi agar-agar, sedangkan agaropektin merupakan rantai polimer galaktan yang

bersifat anionik. Di samping itu, viskositas dan daya gelasi agar-agar tergantung

pada cara produksi dan jenis rumput laut yang digunakan serta kandungan sulfat

yang terdapat pada agar-agar tersebut. Menurut Winarno (1996) kenaikan

kandungan sulfat akan mereduksi kapasitas gelasi agar-agar. Struktur molekul

agar-agar ditunjukkan dalam Gambar 5.

Gambar 5. Struktur molekul agar-agar


Sumber. Winarno (1996)

Mekanisme pembentukan gel agar-agar sampai pada saat ini belum diketahui

dengan pasti, tetapi diduga sama dengan pembentukan gel karagenan. Glicksman

(1983) menyatakan bahwa ada tiga tahap pembentukkan gel karagenan maupun

agar-agar (Gambar 6). Tahap pertama yaitu pada saat larutan atau sol agar-agar

berada di atas titik leleh, struktur polimernya membentuk suatu gulungan acak.

Kemudian tahap kedua yaitu pada saat pendinginan, gulungan acak akan

membentuk pilinan ganda. Pada keadaan ini atom-atom hidrogen pada tiga kutub

dari 3,6-anhidro-L-galaktosa mendesak molekul untuk membentuk pilinan.


18

Interaksi dari pilinan-pilinan ini menyebabkan terbentuknya gel. Tahap ketiga

yaitu pada pendinginan selanjutnya, pilinan ganda akan beragregasi membentuk

struktur tiga dimensi sehingga gel menjadi lebih keras.

Gambar 6. Mekanisme pembentukan gel


Sumber. Glicksman (1983)

Beberapa hal yang mempengaruhi pembentukkan gel agar-agar yaitu suhu,

konsentrasi, pH, gula, dan ester sulfat. Gel agar-agar bersifat reversibel terhadap

suhu. Pada suhu di atas titik leleh, fase gel akan berubah menjadi fase sol dan

sebaliknya. Fase transisi dari gel ke sol atau dari sol ke gel tidak berada pada suhu

yang sama. Suhu pembentukkan gel yang berada jauh di bawah suhu pelelehan gel

disebut dengan gejala histeresis (Rees, 1969).

2.4.4. Asam Sitrat

Asam sitrat berfungsi sebagai pemberi rasa asam dan mencegah kristalisasi gula.

Selain itu asam sitrat juga berfungsi sebagai katalisator hidrolisa sukrosa ke

bentuk gula invert selama penyimpanan serta sebagai penjernih gel yang

dihasilkan. Keberhasilan pembuatan jelly tergantung dari derajat keasaman untuk


19

mendapatkan pH yang diperlukan. Nilai pH dapat diturunkan dengan penambahan

sejumlah kecil asam sitrat. Penambahan asam sitrat dalam permen jelly beragam

tergantung dari bahan baku pembentuk gel yang digunakan. Banyaknya asam

sitrat yang ditambahkan dalam permen jelly berkisar 0.2-0.3% (Koswara, 2009).

Asam yang ditambahkan pada proses pengolahan makanan memiliki berbagai

tujuan. Asam dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi

after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat mencegah

pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet. Asam bersifat

sinergis terhadap antioksidan dalam mencegah ketengikan. Asam juga dapat

mengintensifkan penerimaan rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa asam

adalah ion H+ (Winarno, 1992).

Rumus kimia asam sitrat adalah C6H8O7 atau CH2(COOH)-COH(COOH)-

CH2(COOH), struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2-

hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga

gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini

terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat. Struktur molekul asam sitrat dapat

dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Struktur molekul asam sitrat


Sumber. Wikipedia, 2007.
20

2.4.5. Bahan Pelapis

Permen jelly memerlukan bahan pelapis berupa campuran tapioka dengan tepung

gula. Guna bahan pelapis ini adalah untuk membuat permen tidak melekat satu

sama lain dan juga menambah rasa sehingga bertambah manis. Umumnya permen

dari gelatin dilapisi dengan pati kering untuk membentuk lapisan luar yang tahan

lama dan menghasilkan bentuk gel yang baik. Perbandingan komposisi bahan

pelapis permen jelly terbaik adalah tapioka:tepung gula (1:1) (Koswara, 2009).
III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi Pangan

Jurusan Teknologi Pangan Politeknik Negeri Lampung, pada bulan Maret sampai

dengan Juni 2016.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging buah naga merah

(Hylocereus polyrhizus) yang diperoleh dari sentra budidaya buah naga merah

merah yang berada di daerah Metro Pusat, Kota Metro dengan umur buah yaitu

25-30 hari setelah bunga mekar. Bahan tambahan yang digunakan adalah air, gula

pasir, agar-agar, asam sitrat dan tepung gula. Bahan kimia yang digunakan untuk

keperluan analisis antara lain aquades, Al(OH), Pb-asetat, Na2CO3 anhidrat,

larutan Luff schrool, KI 20%, H2SO4 26,5%, Na-thiosulfat 0,1N, metanol, 2,2-

Diphenyl-1-picrylhydrazyl, vitamin C, Plate Count Agar (PCA) dan NaCl 0,85%.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pisau, baskom, parutan,

panci, kompor gas, termometer, wadah pencetak, pengaduk, sendok, lemari


22

pendingin, timbangan analitik, penangas listrik, alat-alat gelas dan seperangkat

alat untuk uji sensori.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian tahap I dan penelitian tahap II.

Penelitian tahap I bertujuan untuk mendapatkan permen jelly buah naga merah

dengan sifat sensori dan kimia terbaik. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak

Kelompok Lengkap (RAKL) dengan empat ulangan terhadap satu faktor yaitu

konsentrasi agar-agar. Konsentrasi agar-agar yang digunakan terdiri dari 6 taraf

yaitu 1,4%(P1), 1,6%(P2), 1,8%(P3), 2,0%(P4), 2,2%(P5) dan 2,4%(P6). Pada

penelitian ini setiap percobaan menggunakan bahan baku buah naga merah

sebanyak 250 g. Pengujian yang dilakukan pada penelitian tahap I yaitu pengujian

sensori untuk mendapatkan hasil terbaik.

Data yang diperoleh dari pengujian sensori dianalisis dengan sidik ragam untuk

mendapatkan penduga ragam galat dan uji signifikansi untuk mengetahui

pengaruh antar perlakuan. Kemudian dilakukan pengujian kesamaan ragam

dengan uji Bartlett dan kemenambahan data dengan uji Tuckey. Untuk

mengetahui perbedaan nilai tengah antar perlakuan data dianalisis lebih lanjut

menggunakan uji Duncan (DNMRT) pada taraf 5%.

Permen jelly buah naga merah hasil terbaik dari pengujian sensori kemudian

dilakukan pengujian kimia, meliputi kadar air, kadar gula reduksi, kandungan

pigmen betasianin dan aktivitas antioksidan. Masing-masing pengujian dilakukan

sebanyak tiga ulangan. Data yang diperoleh dari pengujian kimia disajikan dalam

tabel dan dianalisis secara deskriptif.


23

Penelitian tahap II yaitu penyimpanan produk terbaik dari tahap I pada suhu ruang

yaitu 26ᴼC-28ᴼC, dikemas dalam toples yang tertutup rapat. Lama penyimpanan

permen jelly terdiri dari tiga taraf penyimpanan yaitu 0 hari (H1), 5 hari (H2) dan

10 hari (H3). Percobaan dilakukan sebanyak tiga ulangan untuk mengetahui

perubahan sifat kimia dan mikrobiologi permen jelly buah naga merah selama

penyimpanan pada suhu ruang. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian tahap

II yaitu total mikroba, kadar air, kandungan pigmen betasianin dan aktivitas

antioksidan.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Penelitian Tahap I

Penelitian tahap I meliputi pembuatan bubur buah naga merah dan pembuatan

permen jelly buah naga merah. Pembuatan bubur buah naga dilakukan dengan

cara buah naga merah dicuci kemudian dikupas dengan menggunakan pisau

stainless steel, daging buah naga merah ditimbang, dipotong menjadi dua bagian

dan diparut menggunakan parutan keju dan didapatkan bubur buah naga merah.

Diagram alir pembuatan bubur buah naga merah dapat dilihat pada Gambar 8.
24

Buah Naga Merah

Pencucian buah naga merah

Pemotongan buah naga merah menjadi dua bagian

Pengambilan daging buah naga merah

Pemarutan daging buah naga merah

Bubur Buah Naga Merah

Gambar 8. Prosedur pembuatan bubur buah naga merah

Proses selanjutnya adalah pembuatan permen jelly buah naga merah. Sebanyak

250 g bubur buah naga merah dicampur dengan sukrosa sebanyak 200 g, air

sebanyak 50 ml dan asam sitrat 0,4% dari jumlah adonan keseluruhan, kemudian

ditambah tepung agar-agar sesuai perlakuan. Adonan dipanaskan sampai homogen

sambil dilakukan pengadukan. Pemasakan dan pengadukan dilakukan selama ±15

menit hingga larutan mengental. Lalu adonan dituang dalam loyang persegi,

dibiarkan hingga adonan mengeras dan tidak lengket diloyang. Adonan kemudian

ditaburi dengan taburan tepung gula hingga rata di permukaan permen jelly dan

kemudian adonan digulung sambil ditekan. Permen jelly yang telah digulung

kemudian didiamkan selama 10 menit. Permen jelly yang telah digulung

kemudian dipotong-potong dengan ukuran ½ cm dan setelah dipotong diangin-

anginkan selama 10 menit lalu dikemas dalam toples. Proses pembuatan permen

jelly buah naga merah dapat dilihat pada Gambar 9.


25

Bubur Buah Naga Merah


250 g

Sukrosa 200 g
Air 50 ml
Penambahan agar-agar
Pencampuran
(b/b)
1,4%(P1), 1,6%(P2), Asam sitrat 0,4% (b/b)
1,8%(P3), 2,0%(P4),
2,2%(P5), 2,4%(P6).
Pemasakan dan pengadukan hingga larutan
mendidih dan mengental selama ±15 menit

Pencetakan pada loyang segera setelah larutan


mengental

Penaburan dengan tepung gula setelah dingin

Pencetakan dengan cara penggulungan dengan


diameter 5 cm secara manual menggunakan
sarung tangan plastik

Pemotongan ukuran ketebalan ½ cm


menggunakan pisau

Pendiaman selama 10 menit pada suhu ruang

Permen Jelly Buah Naga Merah

Pengamatan sifat sensori (warna, aroma,


kekenyalan, rasa dan penerimaan keseluruhan)

Permen Jelly Buah Naga Merah


dengan sifat sensori terbaik

Pengamatan kadar air, kadar gula reduksi,


kandungan betasianin, aktivitas antioksidan dan
nilai IC50

Gambar 9. Prosedur pembuatan permen jelly buah naga merah


Sumber: Hartati (1999) yang telah dimodifikasi
26

3.4.2. Penelitian Tahap II

Penelitian tahap 2 yaitu penyimpanan permen jelly buah naga merah hasil terbaik

dari penelitian tahap I pada suhu ruang. Selama penyimpanan dilakukan

pengamatan untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama penyimpanan

berlangsung. Diagram alir penyimpanan permen jelly buah naga merah dapat

dilihat pada Gambar 10.

Permen Jelly Buah Naga Merah


Hasil Terbaik dari Penelitian
Tahap I

Penyimpanan pada suhu ruang yaitu 26ᴼC-28ᴼC,


dikemas dalam toples yang tertutup rapat selama
0 hari (H1), 5 hari (H2) dan 10 hari (H3)

Pengamatan pada masing-masing lama simpan


yaitu kadar air, total mikroba, kandungan
betasianin dan nilai IC50

Gambar 10. Prosedur penelitian tahap II

3.5. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian tahap I untuk mendapat permen jelly

buah naga merah dengan sifat sensori dan kimia terbaik, meliputi: sifat sensori,

kadar air, kadar gula reduksi, kandungan betasianin, aktivitas antioksidan dan nilai

IC50. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian tahap II, yaitu penyimpanan

permen jelly buah naga terbaik, meliputi: total mikroba, kadar air, kandungan

betasianin, aktivitas antioksidan dan nilai IC50.


27

3.5.1. Sifat Sensori Permen Jelly

Uji sensori (Lawless and Heymann, 1998) dilakukan terhadap warna, aroma,

kekenyalan, rasa dan penerimaan keseluruhan dengan menggunakan 20 orang

panelis. Pengujian sensori permen jelly buah naga merah dilakukan dengan

menggunakan uji hedonik yang terdiri dari skala 1 sampai dengan 5. Contoh

kuesioner yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Contoh kuesioner yang digunakan dalam uji sensori

Produk : Permen Jelly Buah Naga Merah


Tanggal :
Nama panelis :

Dihadapan Anda disajikan 6 buah sampel permen jelly buah naga merah yang
diberikan kode acak. Anda diminta untuk menilai dengan memberikan skor
sesuai dengan penilaian Anda, yang meliputi kekenyalan, warna, rasa, aroma
dan penerimaan keseluruhan.

Parameter 273 379 512 739 712 913


Kekenyalan
Warna
Rasa
Aroma
Penerimaan Keseluruhan

Keterangan untuk penilaian:

Sangat suka :5
Suka :4
Agak suka :3
Tidak suka :2
Sangat tidak suka :1

3.5.2. Kadar Air

Analisis kadar air dilakukan secara langsung menggunakan metode oven pada

suhu 105ᴼC (Apriyantono et al., 1999). Sampel diperkecil dengan cara dipotong-
28

potong kemudian sebanyak 5 g sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam

cawan yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kemudian sampel dan

cawan dikeringkan dalam oven bersuhu 105ᴼC selama 6 jam. Cawan didinginkan

dan ditimbang, selanjutnya dikeringkan kembali sampai diperoleh bobot tetap.

Kadar air sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a − (b − c)
Kadar air (%bb) = 100%
a
a − (b − c)
Kadar air (%bk) = 100%
(b − c)

Keterangan:

a = berat sampel awal (g)

b = berat sampel akhir dan cawan (g)

c = berat cawan (g)

3.5.3. Kadar Gula Reduksi

Penentuan gula reduksi menggunakan metode Luff Schrool (Sudarmadji et al.,

2007). Sampel diperkecil dengan cara dipotong-potong kemudian sebanyak 2,5 g

sampel ditimbang, dipindahkan dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan 50 ml

aquades. Tambahkan bubur Al(OH) atau larutan Pb-asetat. Penambahan bahan

penjernih ini diberikan tetes demi tetes sampai penetesan dari reagensia tidak

menimbulkan pengeruhan lagi. Kemudian tambahkan aquades sampai tanda dan

disaring. Filtrat ditampung dalam labu takar 200 ml. Untuk menghilangkan

kelebihan Pb ditambahkan Na2CO3 anhidrat atau K atau Na-oksalat anhidrat atau

larutan Na-fosfat 8% secukupnya, kemudian ditambah aquades sampai tanda,

diaduk kemudian disaring. Filtrat bebas Pb ditambahkan KI 30% agar tetap jernih.
29

Filtrat bebas Pb diambil sebanyak 25 ml dan ditambahkan 25 ml larutan Luff

Schrool dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Dibuat pula perlakuan blanko yaitu 25

ml larutan Luff Schrool ditambahkan 25 ml aquades dimasukkan ke dalam

Erlenmeyer. Beberapa butir batu didih dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang

dihubungkan dengan pendingin balik, kemudian didihkan. Pendidihan larutan

dilakukan selama 10 menit. Erlenmeyer kemudian didinginkan dan ditambah 15

ml KI 20% dan ditambahkan 25 ml H2SO4 26,5%. Yodium yang dibebaskan

ditititrasi dengan larutan Na-thiosulfat 0,1 N memakai indikator pati sebanyak 2-3

ml. Perhitungan kadar gula reduksi dapat diketahui dengan menghitung selisih

antara titrasi blanko dan titrasi contoh.

(titrasi blanko − titrasi sampel)x 0,1 x FP


Kadar gula reduksi = x 100
mg sampel

Keterangan :

FP : faktor pengencer

0,1 : normalitas Na-thiosulfat

titrasi sampel : dilihat pada Tabel 6


30

Tabel 6. Ekivalen Natrium Thiosulfat

Na2S2O3 0,1 M (ml) Glukosa, fruktosa, gula invert (mg) Δ


1 2,4 2,4
2 2,8 2,4
3 7,2 2,5
4 9,7 2,5
5 12,2 2,5
6 14,7 2,5
7 17,2 2,6
8 19,8 2,6
9 22,4 2,6
10 25,0 2,6
11 27,6 2,7
12 30,3 2,7
13 33,0 2,7
14 35,7 2,8
15 38,5 2,8
16 41,3 2,9
17 44,2 2,9
18 47,3 2,9
19 50,0 3,0
20 53,0 3,0
21 56,0 3,1
22 59,1 3,1
23 62,2 -
24 - -
Sumber : Standar Nasional Indonesia (2008)

3.5.4. Kandungan Betasianin

Kandungan betasianin diukur dengan menggunakan metode spektrofotometri yang

telah dimodifikasi (Priatni and Pradita, 2015). Pengujian kandungan betasianin

dilakukan untuk sampel bahan baku yaitu buah naga merah merah dan produk

yaitu permen jelly buah naga merah selama penyimpanan pada suhu ruang.

Sebanyak 5 g sampel diekstrak menggunakan metanol sebanyak 20 ml, kemudian

diinkubasi (24 jam) dalam lemari pendingin. Sampel selanjutnya disaring

menggunakan kertas saring nomor 41, selanjutnya absorbansi larutan dibaca pada
31

panjang gelombang 538 nm. Kandungan betasianin (µg/100g dari sampel)

dihitung menggunakan rumus berikut:

( ) ( )
Kandungan betasianin (%) = x 100%

Keterangan :

A : nilai absorbansi

M W : berat molekul (550 g/mol)

DF : faktor pengenceran:

V : volume ekstrak (mL)

E : mean molar absortivity (6,5 x 104 L/mol cm in H2O)

L : path length (1,0 cm)

W : berat sampel awal (g)

3.5.5. Uji Penangkalan Radikal Bebas (Radical Scavenging Activity/RSA)

Pengujian penangkalan radikal bebas (radical scavenging activity/RSA) dilakukan

dengan metode Tang et al. (2002). Prinsip pengujian ini dilakukan secara

kuantitatif yaitu dilakukan dengan pengukuran penangkapan radikal DPPH oleh

suatu senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan dengan menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm. Penentuan aktivitas

penangkapan radikal bebas DPPH diawali dengan disiapkannya 2 g sampel yang

dimasukan ke dalam tabung sentrifus dan ditambah 10 mL metanol, kemudian

divorteks selama 60 detik. Sampel disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama

5 menit dan selanjutnya larutan hasil ekstraksi sampel diuji RSA.


32

Larutan hasil ekstraksi sampel dimasukan ke dalam dua tabung reaksi yang telah

ditutup dengan alumunium foil masing-masing sebanyak 3,750 mL. Selain itu,

disiapkan pula satu wadah tertutup lain untuk larutan DPPH. Larutan DPPH

dibuat dengan cara menimbang sebanyak 0,0027 g DPPH dalam ruang gelap yang

dilarutkan dalam metanol sampai volume 100 mL. Larutan ekstrak sampel pada

tabung pertama ditambahan metanol dan tabung kedua ditambahkan larutan

DPPH masing-masing sebanyak 1,250 mL serta satu tabung yang hanya berisi

larutan DPPH. Setelah itu, sampel diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit.

Larutan selanjutnya dimasukan kedalam kuvet untuk diukur absorbansinya pada

panjang gelombang 517 nm menggunakan spektrofotometer

Perhitungan persentase RSA dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

RSA (%) = 1 − x 100%

3.5.6. Pengukuran Nilai IC50

Pengukuran nilai IC50 dilakukan dengan metode Amin dan Lee (2005). Pertama,

sampel permen jelly buah naga merah diekstrak terlebih dahulu dengan cara

melarutkan 1 g sampel dalam 10 mL metanol, kemudian sampel didiamkan

selama 24 jam pada suhu ruang. Selanjutnya larutan sampel tersebut di sentrifuge.

Kemudian sebanyak 10µl, 20µl, 30µl, 40µl, dan 50µl ekstrak sampel dipipet dan

dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 1 mL larutan DPPH

0,07mM dan ditambah metanol hingga volume dalam tabung reaksi mencapai 8

mL. Sampel diinkubasi selama 30 menit ditempat yang tidak terkena cahaya.

Sampel dipindahkan ke dalam kuvet dan diukur absorbansinya. Pembuatan larutan


33

kontrol yaitu dengan menambahkan metanol ke dalam 1 mL larutan DPPH 0,07

mM hingga volume dalam tabung reaksi mencapai 8 mL. Pada pengujian ini yang

digunakan sebagai blanko adalah metanol.

Pembuatan larutan induk vitamin C dilakukan dengan cara menimbang ±5 mg

vitamin C, kemudian melarutkannya dalam 5 mL metanol. Kemudian sebanyak

10µl, 20µl, 30µl, 40µl, dan 50µl larutan induk dipipet ke dalam tabung reaksi.

Selanjutnya, dimasukkan masing-masing 1mL larutan DPPH kedalam tabung

reaksi yang berisi larutan induk. Setelah itu, ditambahkan metanol hingga volume

dalam tabung reaksi mencapai 8mL lalu dihomogenkan. Setelah homogen,

diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang. Serapan diukur pada panjang

gelombang 517 nm.

Nilai aktivitas peredaman radikal bebas dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory

Concentration). IC50 merupakan konsentrasi suatu bahan antioksidan yang dapat

menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal. Pada penentuan IC50

dibuat kurva hubungan antara konsentrasi sampel (X) dengan aktivitas antioksidan

(Y), sehingga diperoleh suatu persamaan garis lurus. Nilai IC50 (ppm DPPH)

diperoleh dengan cara memasukkan 50% aktivitas antioksidan pada persamaan

garis yang diperoleh.

3.5.7. Total Mikroba

Total mikroba dihitung dengan metode hitungan cawan menggunakan media Plate

Count Agar (PCA) menurut Fardiaz (1989). Sebanyak 5 g sampel diencerkan

dengan 45 ml larutan garan fisiologis (NaCl 0,85%) yang telah disterilisasi.

Pengenceran ini dihitung sebagai pengenceran 10-1. Pengenceran selanjutnya


34

dilakukan dengan melarutkan 1 ml larutan hasil pengenceran 10-1 dengan 9 ml

larutan garam fisiologis dan dihitung sebagai pengenceran 10-2 dan seterusnya

sampai dengan pengenceran 10-7. Sebanyak 1 ml larutan dari pengenceran 10-1,

10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6 dipipet dan dimasukkan ke dalam cawan petri. Lalu

ke dalam cawan petri dituang PCA sebanyak ±15ml dan digoyangkan secara

merata diatas meja. Setelah media agar membeku, cawan dibungkus dengan kertas

lalu diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 36-37ᴼC selama 48 jam. Jumlah

total mikroba dihitung dalam koloni/g. Jumlah total mikroba dihitung (skala 30-

300 koloni) dan dinyatakan dalam koloni/g.

1
Total mikroba = jumlah koloni terhitung x
faktor pengenceran
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Penelitian Tahap I

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui formulasi bahan-bahan yang

digunakan pada pembuatan permen jelly buah naga merah. Penentuan formulasi

bahan penyusun dilakukan secara trial and error dengan modifikasi formulasi

permen jelly dari penelitian Hartati (1999). Modifikasi dilakukan dengan

penggunaan asam sitrat sebanyak 0,2% menghasilkan permen jelly buah naga

merah dengan pH 5,42 sedangkan pH permen jelly pembanding sebesar 3,43.

Permen jelly buah naga merah yang ditambahkan asam sitrat sebanyak 0,2%

menghasilkan permen jelly dengan rasa yang terlalu manis sehingga diperlukan

penyeimbang rasa. Penggunaan asam sitrat digunakan untuk penyeimbang rasa

dan ditambahkan hingga konsentrasi 0,4% dengan pH yaitu 3,54. Melalui trial

and error diperoleh formulasi bahan hingga didapat permen jelly buah naga

merah yang diinginkan. Formulasi pembuatan permen jelly buah naga merah

dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Formulasi permen jelly buah naga merah

Bahan Formulasi (%)


Buah naga merah 50,00
Sukrosa 40,00
Air 10,00
Asam sitrat 0,4
36

Pada penelitian selanjutnya dilakukan perlakuan penambahan tepung agar-agar

dengan konsentrasi 1,4%, 1,6%, 1,8%, 2,0%, 2,2% dan 2,4%, selanjutnya untuk

memilih produk permen jelly buah naga merah dengan konsentrasi tepung agar-

agar terbaik dilakukan uji sensori. Parameter yang diuji pada uji sensori meliputi

warna, aroma, kekenyalan, rasa dan penerimaan keseluruhan.

4.1.1. Uji Sensori

Uji sensori dilakukan untuk mengetahui penilaian panelis terhadap pengaruh

penambahan tepung agar-agar dengan konsentrasi yang berbeda pada permen jelly

buah naga merah dengan parameter warna, aroma, kekenyalan, rasa dan

penerimaan keseluruhan. Pengujian yang dilakukan adalah uji hedonik terhadap

warna, aroma, kekenyalan, rasa dan penerimaan keseluruhan permen jelly buah

naga merah. Berdasarkan hasil uji sensori dapat ditentukan konsentrasi agar-agar

yang menghasilkan permen jelly buah naga merah terbaik.

4.1.1.1. Warna

Hasil sidik ragam (Tabel 26 Lampiran) menunjukkan bahwa penambahan tepung

agar-agar dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap parameter

warna permen jelly buah naga merah. Nilai rata-rata skor warna permen jelly buah

naga merah berkisar antara 3,62 - 3,89 (agak suka). Hasil uji lanjut Duncan pada

taraf 5% (Tabel 8) menunjukkan bahwa warna permen jelly buah naga merah

pada penambahan tepung agar-agar sebesar 1,4%, 1,6%, 1,8%, 2,2% dan 2,4%

tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan penambahan tepung agar-agar

sebesar 2,0%. Penambahan tepung agar-agar sebesar 2,0% tidak berbeda nyata
37

dengan penambahan agar-agar sebesar 2,2%, tetapi berbeda nyata dengan

penambahan tepung agar-agar sebesar 1,4%, 1,6%, 1,8% dan 2,4%.

Tabel 8. Uji Duncan skor warna permen jelly buah naga merah

Perlakuan Nilai Tengah


P4 (Penambahan tepung agar-agar 2,0%) 3,89a
P5 (Penambahan tepung agar-agar 2,2%) 3,75ab
P6 (Penambahan tepung agar-agar 2,4%) 3,72b
P3 (Penambahan tepung agar-agar 1,8%) 3,68b
P1 (Penambahan tepung agar-agar 1,4%) 3,63b
P2 (Penambahan tepung agar-agar 1,6%) 3,62b
Duncan 5% = 0,1901

Keterangan : Nilai tengah yang diikuti dengan huruf dan pada kolom yang sama
dinyatakan tidak berbeda menurut uji Duncan pada taraf 5% (1 =
sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak suka, 4 = suka, 5 = sangat
suka)

Warna merupakan indikator yang penting dalam menentukan penerimaan

konsumen terhadap kualitas suatu makanan (Chandrasekara et al., 2012). Permen

jelly buah naga merah dengan penambahan agar-agar sebesar 2,0% mempunyai

warna yang paling disukai oleh panelis dibandingkan dengan perlakuan lain.

Warna permen jelly yang merah merupakan warna alami yang timbul dari

penggunaan buah naga merah sebagai bahan baku. Efek merah transparan pada

permen jelly diduga akibat dari penambahan tepung agar-agar. Semakin banyak

atau terlalu sedikit konsentrasi agar-agar yang digunakan maka akan

menyebabkan warna permen jelly buah naga merah menjadi keruh. Hal ini terlihat

pada hasil uji lanjut Duncan (Tabel 8), penambahan tepung agar-agar sebesar

2,4% tidak berbeda nyata dengan penambahan tepung agar-agar sebesar 1,4%.
38

4.1.1.2. Aroma

Hasil sidik ragam (Tabel 30 Lampiran) menunjukkan bahwa penambahan tepung

agar-agar dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap

parameter aroma permen jelly buah naga merah. Nilai rata-rata skor aroma

permen jelly buah naga merah berkisar antara 3,30 - 4,16 (agak suka - suka). Hasil

uji lanjut Duncan skor aroma permen jelly buah naga merah disajikan pada Tabel

9.

Tabel 9. Uji Duncan skor aroma permen jelly buah naga merah

Perlakuan Nilai Tengah


P4 (Penambahan tepung agar-agar 2,0%) 4,16a
P5 (Penambahan tepung agar-agar 2,2%) 3,72b
P6 (Penambahan tepung agar-agar 2,4%) 3,59c
P2 (Penambahan tepung agar-agar 1,6%) 3,41d
P3 (Penambahan tepung agar-agar 1,8%) 3,38de
P1 (Penambahan tepung agar-agar 1,4%) 3,30e
Duncan 5% = 0,1193

Keterangan : Nilai tengah yang diikuti dengan huruf dan pada kolom yang sama
dinyatakan tidak berbeda menurut uji Duncan pada taraf 5% (1 =
sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak suka, 4 = suka, 5 = sangat
suka)

Hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5% (Tabel 9) menunjukkan bahwa aroma

permen jelly buah naga merah pada penambahan tepung agar-agar sebesar 1,4%

dan 1,8% tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan penambahan tepung

agar-agar sebesar 1,6%, 2,0%, 2,2% dan 2,4%. Penambahan tepung agar-agar

sebesar 1,6% dan 1,8% tidak berbeda nyata terhadap aroma permen jelly buah

naga merah, tetapi berbeda nyata dengan penambahan tepung agar-agar sebesar
39

1,4%, 2,0%, 2,2% dan 2,4%. Penambahan tepung agar-agar sebesar 1,8%, 2,0%,

2,2% dan 2,4% masing-masing berbeda nyata dengan semua perlakuan.

Permen jelly buah naga merah yang paling disukai panelis berdasarkan parameter

aroma yaitu permen jelly dengan konsentrasi tepung agar-agar 2,0% dengan nilai

rata-rata sebesar 4,16. Tingkat kesukaan panelis terhadap permen jelly buah naga

merah semakin menurun dengan ditambahkannya tepung agar-agar. Hal ini

diduga karena tepung agar-agar memiliki aroma yang dapat menimbulkan aroma

asing pada permen jelly apabila konsentrasinya berlebihan. Hasil analisa ini

diperkuat dengan pernyataan Piccone et al. (2011), yang menyatakan bahwa

peningkatan kadar hidrokoloid pada formulasi bahan makanan akan meningkatkan

ketebalan (thickness) dari produk terkait, namun peningkatan kadar hidrokoloid

ini justru mengurangi rasa dan aroma asli dari produk tersebut.

4.1.1.3. Kekenyalan

Hasil sidik ragam (Tabel 34 Lampiran) menunjukkan bahwa penambahan tepung

agar-agar dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap

parameter kekenyalan permen jelly buah naga merah. Nilai rata-rata skor

kekenyalan permen jelly buah naga merah berkisar antara 3,10 - 4,34 (agak suka -

suka). Hasil uji lanjut Duncan skor kekenyalan permen jelly buah naga merah

disajikan pada Tabel 10.


40

Tabel 10. Uji Duncan skor kekenyalan permen jelly buah naga merah

Perlakuan Nilai Tengah


P4 (Penambahan tepung agar-agar 2,0%) 4,34a
P3 (Penambahan tepung agar-agar 1,8%) 3,68b
P5 (Penambahan tepung agar-agar 2,2%) 3,64bc
P6 (Penambahan tepung agar-agar 2,4%) 3,32cd
P2 (Penambahan tepung agar-agar 1,6%) 3,29d
P1 (Penambahan tepung agar-agar 1,4%) 3,10d
Duncan 5% = 0,3916

Keterangan : Nilai tengah yang diikuti dengan huruf dan pada kolom yang sama
dinyatakan tidak berbeda menurut uji Duncan pada taraf 5% (1 =
sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak suka, 4 = suka, 5 = sangat
suka)

Hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5% (Tabel 10) menunjukkan bahwa kekenyalan

permen jelly buah naga merah pada penambahan tepung agar-agar sebesar 1,4%,

1,6% dan 2,4% tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan penambahan

tepung agar-agar sebesar 1,8%, 2,0% dan 2,2%. Penambahan tepung agar-agar

sebesar 1,8% dan 2,2% tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan

penambahan tepung agar-agar sebesar 1,4%, 1,6%, 2,0% dan 2,4%. Penambahan

tepung agar-agar sebesar 2,0% berbeda nyata dengan penambahan tepung agar-

agar sebesar 1,4%, 1,6%, 1,8%, 2,2% dan 2,4%. Penambahan tepung agar-agar

sebesar 2,2% dan 2,4% tidak berbeda nyata.

Permen jelly buah naga merah dengan penambahan tepung agar-agar sebesar

2,0% mempunyai kekenyalan yang paling disukai panelis karena penambahan

agar-agar yang semakin banyak menyebabkan permen jelly semakin keras tetapi

teksturnya menjadi mudah patah dan tidak kenyal. Hal ini diduga karena sifat dari

agar-agar yang membentuk tekstur yang keras akibat dari penambahan konsentrasi
41

agar-agar yang meningkatkan kekerasan gel. Penggunaan tepung agar-agar yang

semakin banyak dan jumlah gula yang cukup tinggi akan semakin meningkatkan

kekerasan gel dan menurunkan elastisitas permen.

4.1.1.4. Rasa

Rasa merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi penerimaan

konsumen terhadap suatu produk makanan. Produk makanan yang memiliki

aroma, warna dan tekstur yang baik jika rasanya tidak enak, maka produk

makanan tersebut tidak akan diterima.

Hasil sidik ragam (Tabel 38 Lampiran) menunjukkan bahwa penambahan tepung

agar-agar dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap

parameter rasa permen jelly buah naga merah. Nilai rata-rata skor rasa permen

jelly buah naga merah berkisar antara 3,46 - 3,90 (agak suka). Hasil uji lanjut

Duncan skor rasa permen jelly buah naga merah disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Uji Duncan skor rasa permen jelly buah naga merah

Perlakuan Nilai Tengah


P4 (Penambahan tepung agar-agar 2,0%) 3,90a
P3 (Penambahan tepung agar-agar 1,8%) 3,86a
P5 (Penambahan tepung agar-agar 2,2%) 3,81a
P2 (Penambahan tepung agar-agar 1,6%) 3,76a
P6 (Penambahan tepung agar-agar 2,4%) 3,49b
P1 (Penambahan tepung agar-agar 1,4%) 3,46b
Duncan 5% = 0,2885

Keterangan : Nilai tengah yang diikuti dengan huruf dan pada kolom yang sama
dinyatakan tidak berbeda menurut uji Duncan pada taraf 5% (1 =
sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak suka, 4 = suka, 5 = sangat
suka)
42

Hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5% (Tabel 11) menunjukkan bahwa rasa

permen jelly buah naga merah pada penambahan tepung agar-agar sebesar 1,4%

dan 2,4% tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan penambahan tepung

agar-agar sebesar 1,6%, 1,8%, 2,0% dan 2,2 %. Penambahan tepung agar-agar

sebesar 1,6%, 1,8%, 2,0% dan 2,2 % tidak berbeda nyata terhadap rasa permen

jelly buah naga merah.

Permen jelly buah naga merah dengan penambahan tepung agar-agar sebesar

2,0% merupakan permen jelly yang paling disukai oleh panelis dengan skor rata-

rata tertinggi yaitu 3,90. Kesukaan panelis terhadap rasa permen jelly buah naga

merah semakin menurun dengan semakin bertambahnya konsentrasi tepung agar-

agar yang digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Harijono et al. (2001), yang

menyatakan bahwa pada kadar tepung agar-agar yang tinggi cenderung dihasilkan

gel yang kokoh. Efek gelasi yang tinggi diperkirakan dapat menutupi rasa dari

permen jelly.

4.1.1.5. Penerimaan Keseluruhan

Hasil sidik ragam (Tabel 42 Lampiran) menunjukkan bahwa penambahan tepung

agar-agar dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap

parameter penerimaan keseluruhan permen jelly buah naga merah. Nilai rata-rata

skor penerimaan keseluruhan permen jelly buah naga merah berkisar antara 3,26 -

4,15 (agak suka - suka). Hasil uji lanjut Duncan skor penerimaan keseluruhan

permen jelly buah naga merah disajikan pada Tabel 12.


43

Tabel 12. Uji Duncan skor penerimaan keseluruhan permen jelly buah naga merah

Perlakuan Nilai Tengah


P4 (Penambahan tepung agar-agar 2,0%) 4,15a
P3 (Penambahan tepung agar-agar 1,8%) 3,87a
P5 (Penambahan tepung agar-agar 2,2%) 3,81ab
P6 (Penambahan tepung agar-agar 2,4%) 3,52bc
P2 (Penambahan tepung agar-agar 1,6%) 3,47c
P1 (Penambahan tepung agar-agar 1,4%) 3,26c
Duncan 5% = 0,4094

Keterangan : Nilai tengah yang diikuti dengan huruf dan pada kolom yang sama
dinyatakan tidak berbeda menurut uji Duncan pada taraf 5% (1 =
sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak suka, 4 = suka, 5 = sangat
suka)

Hasil uji lanjut Duncan pada taraf 5% (Tabel 12) menunjukkan bahwa penerimaan

keseluruhan permen jelly buah naga merah pada penambahan tepung agar-agar

sebesar 1,4%, 1,6% dan 2,4% tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan

penambahan tepung agar-agar sebesar 1,8%, 2,0% dan 2,2%. Penambahan tepung

agar-agar sebesar 1,8%, 2,0% dan 2,2% tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata

dengan penambahan tepung agar-agar sebesar 1,4%, 1,6% dan 2,4%. Perlakuan

penambahan tepung agar-agar sebesar 2,2% dan 2,4% pada permen jelly buah

naga merah tidak berbeda nyata pada penerimaan keseluruhan, penambahan

tepung agar-agar sebesar 2,2% berbeda nyata dengan penambahan tepung agar-

agar sebesar 1,4% dan 1,6%, dan penambahan tepung agar-agar sebesar 2,4%

berbeda nyata dengan penambahan tepung agar-agar sebesar 1,8% dan 2,0%.

Permen jelly buah naga merah dengan penambahan tepung agar-agar sebesar

2,0% merupakan permen jelly yang paling disukai oleh panelis dengan skor rata-

rata tertinggi yaitu 4,15. Permen jelly buah naga merah dengan penambahan
44

tepung agar-agar sebesar 2,0% memiliki penilaian penerimaan keseluruhan

tertinggi didasarkan pada parameter sensori (warna, aroma, kekenyalan dan rasa)

yang telah dinilai sebelumnya. Secara keseluruhan perlakuan P4 yaitu

penambahan tepung agar-agar sebesar 2% merupakan perlakuan yang paling

disukai oleh panelis. Hal tersebut diduga disebabkan oleh penambahan tepung

agar-agar sebesar 2% merupakan penambahan optimum dalam pembentukan gel

dalam pembuatan permen jelly buah naga merah. Penambahan tepung agar-agar

yang terlalu sedikit menghasilkan permen jelly yang tidak kenyal dan sulit dalam

proses pencetakan yaitu penggulungan. Sedangkan penambahan tepung agar-agar

yang terlalu banyak akan menghasilkan permen jelly yang keras dan dalam proses

pencetakan yaitu penggulungan, permen jelly menjadi patah dan hancur.

4.1.1.6. Penentuan Perlakuan Terbaik

Pada penelitian ini penentuan perlakuan terbaik yaitu berdasarkan hasil nilai uji

sensori dengan parameter kekenyalan, warna, rasa, aroma dan penerimaan

keseluruhan yang meliputi tingkat kesukaan panelis terhadap permen jelly buah

naga merah.

Tabel 13. Rekapitulasi pemilihan perlakuan terbaik permen jelly buah naga merah

Parameter P1 P2 P3 P4 P5 P6
Kekenyalan 3,10 d 3,29 d 3,68 b 4,34 a* 3,64 bc 3,32 cd
Warna 3,63 b 3,62 b 3,68 b 3,89 a* 3,75 ab* 3,72 b
Rasa 3,46 b 3,76 a* 3,86 a* 3,90 a* 3,81 a* 3,49 b
Aroma 3,30 e 3,41 d 3,38 de 4,16 a* 3,72 b 3,59 c
Penerimaan keseluruhan 3,26 c 3,47 c 3,87 a* 4,15 a* 3,81 ab* 3,52 bc

Keterangan :
* = perlakuan terbaik pada parameter tersebut
45

Tabel 13 menunjukkan bahwa pemilihan perlakuan terbaik ditentukan dengan

banyaknya tanda bintang pada masing-masing parameter. Pada perlakuan P1 dan

P6 yaitu penambahan agar-agar sebanyak 1,4% dan 2,4% tidak diperoleh tanda

bintang, perlakuan P2 yaitu penambahan tepung agar-agar sebanyak 1,6%

diperoleh satu tanda bintang. Pada perlakuan P3 yaitu penambahan tepung agar-

agar sebanyak 1,8% diperoleh dua tanda bintang , sedangkan pada perlakuan P4

yaitu penambahan tepung agar-agar sebanyak 2,0% diperoleh lima tanda bintang

dan pada P5 yaitu penambahan tepung agar-agar sebanyak 2,2% diperoleh tiga

tanda bintang. Berdasarkan perolehan tanda bintang tersebut maka perlakuan

terbaik ada pada perlakuan P4 yaitu penambahan tepung agar-agar sebanyak

2,0%.

Permen jelly buah naga merah berdasarkan uji sensori yang memiliki karakteristik

terbaik adalah dengan penambahan tepung agar-agar sebesar 2,0%. Permen jelly

buah naga merah terbaik kemudian dianalisis lebih lanjut terhadap sifat kimia

yang meliputi kadar air, kadar gula reduksi, kandungan betasianin dan aktivitas

antioksidan.

4.1.2. Kadar Air

Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu pangan sehingga dalam pengolahan

pangan, air sering dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan dan

pengeringan (Winarno, 1990). Berdasarkan hasil penelitian, kadar air permen jelly

buah naga merah mempunyai nilai rata-rata sebesar 10,19% (Tabel 14). Nilai

kadar air permen jelly buah naga merah lebih rendah dibandingkan dengan kadar

maksimal yang ditentukan SNI 3547.2-2008 yaitu 20%, yang berarti produk
46

permen jelly yang dihasilkan lebih bagus karena akan lebih tahan serangan

mikroorganisme.

Tabel 14. Nilai kadar air permen jelly buah naga merah terbaik

Ulangan Kadar air (%)


1 9,14
2 8,80
3 12,62
Rata-rata 10,19 ± 2,11

Kadar air yang terkandung dalam permen jelly buah naga merah juga dipengaruhi

oleh penambahan sukrosa dalam jumlah yang tinggi. Konsentrasi gula yang tinggi

akan menyebabkan terjadinya penetrasi gula tersebut kedalam bahan dan

tertariknya air keluar dari bahan. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat higroskopis

gula yang berikatan dengan air yang terdapat dalam permen jelly buah naga merah

sehingga konsentrasi air gula yang terkandung dalam bahan akan berubah. Selain

itu penambahan gula dapat menyebabkan pemasakan lebih lama sehingga kadar

air akan semakin rendah (Gaman and Sherrington, 1981).

4.1.3. Kadar Gula Reduksi

Kadar gula reduksi pada permen jelly buah naga merah diukur dengan

menggunakan metode Luff Schrool. Nilai rata-rata gula reduksi permen jelly buah

naga merah yaitu 10,98% (Tabel 15). Nilai kadar gula reduksi permen jelly buah

naga merah lebih rendah dibandingkan dengan batas maksimal kadar gula reduksi

menurut SNI 3547.2-2008 yaitu 25%. Penambahan gula pada konsentrasi lebih

dari 70% dapat mencegah berbagai kerusakan bahan pangan. Bila pada bahan

pangan diberikan gula sebesar 40%, banyak air bebas menjadi tak bebas lagi
47

untuk pertumbuhan mikroba sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba

dan dapat meningkatkan daya awet (Winarno, 1982).

Tabel 15. Nilai kadar gula reduksi permen jelly buah naga merah terbaik

Ulangan Kadar gula reduksi (%)


1 9,96
2 12,32
3 10,67
Rata-rata 10,98 ± 1,21

4.1.4. Kandungan Betasianin

Rata-rata kandungan pigmen betasianin pada permen jelly buah naga merah

dengan penambahan agar-agar sebesar 2,0% adalah 0,778 mg/100g (Tabel 16).

Daging buah naga yang digunakan sebagai bahan baku permen jelly buah naga

merah memiliki kandungan betasianin sebesar 0,866 mg/100g.

Tabel 16. Nilai kadar betasianin permen jelly buah naga merah terbaik

Ulangan Kadar betasianin (mg/100g)


1 0,788
2 0,758
3 0,788
Rata-rata 0,778 ± 0,017

Kandungan betasianin dalam permen jelly buah naga merah yaitu sebesar 0,788

mg/100g lebih rendah dibandingan dengan daging buah naga merah yaitu sebesar

0,866 mg/100g. Hal ini disebabkan oleh pigmen betasianin dalam daging buah

naga merah terdegradasi oleh pemanasan yang dilakukan dalam pembuatan

permen jelly buah naga merah. Kandungan betasianin dalam kulit buah naga yang

diekstraksi menggunakan metanol sebagai pelarut pada pH 5 yaitu sebesar 0,512


48

mg/100g (Priatni and Pradita, 2015). Menurut Havlikova et al. (1983), pigmen

betasianin dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam bentuk ekstrak, akan

tetapi penggunaan pelarut air dalam proses pemekatan dengan panas dapat

mengakibatkan kerusakan karena titik didih air cukup tinggi (100ᴼC) sedangkan

stabilitas betasianin semakin menurun pada pemanasan suhu 70 dan 80ᴼC.

4.1.5. Aktivitas Antioksidan

Pengujian aktivitas antioksidan permen jelly buah naga merah dengan perlakuan

penambahan agar-agar sebanyak 2% dan daging buah naga merah dilakukan

dengan uji RSA (radical scavenging activity) menggunakan metode DPPH. DPPH

merupakan zat oksidator yang dapat dijadikan radikal bebas pada saat dilakukan

pengujian aktivitas antioksidan. Berikut nilai aktivitas antioksidan permen jelly

buah naga merah.

Tabel 17. Aktivitas antioksidan (%) bahan baku daging buah naga merah

Ulangan Aktivitas antioksidan (%)


1 20,0
2 18,3
3 24,1
Rata-rata 20,8 ± 2,98

Tabel 18. Aktivitas antioksidan (%) permen jelly buah naga merah terbaik

Ulangan Radical scavenging activity (%)


1 17,7
2 19,3
3 16,9
Rata-rata 17,9 ± 1,22

Menurut Rebecca et al. (2010), buah naga merah memiliki senyawa aktif

betasianin yang dapat mengikat radikal bebas dan dikatakan sebagai sumber
49

antioksidan. Betasianin yang terkandung dalam buah naga merah termasuk

senyawa fenolik (Vermerris et al., 2006). Betasianin merupakan senyawa yang

dapat menyumbangkan warna pada buah serta berkontribusi meningkatkan

kesehatan juga. Terdapat dua jenis betasianin yaitu betasianin dan betaxantin.

Betasianin berkontribusi memberikan warna merah, sedangkan betaxantin

memberikan warna kuning (Stintzing and Carle, 2004). Menurut Herbach et al.

(2006), stabilitas dari betasianin dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu

cahaya, oksigen, pH dan suhu. Wanitchang et al. (2010) menyatakan bahwa buah

naga merah kaya akan pigmen betasianin. Semakin tinggi kandungan betasianin

maka antioksidan dalam buah tersebut semakin tinggi. Kandungan antioksidan

yang tinggi tidak hanya terdapat pada daging buah naga merah, namun juga

terdapat pada kulit buah naga.

Menurut Nurliyana et al. (2010), dalam 1 mg/mL kulit buah naga dapat

menghambat sebanyak 83,48 ± 1,02% radikal bebas, sedangkan untuk 1 mg/mL

daging buah naga hanya dapat menghambat radikal bebas sebesar 27,45 ± 5,03%.

Pada penelitian ini daging buah naga merah hanya mampu menghambat radikal

bebas sebesar 20,79 ± 2,99%, hal tersebut disebabkan daging buah naga merah

yang digunakan adalah daging buah naga afkir yang tidak digunakan secara

keseluruhan. Kemampuan menghambat radikal bebas pada produk permen jelly

buah naga merah yang dihasilkan yaitu sebesar 17,94 ± 1,24% lebih rendah

dibandingkan dengan kemampuan menghambat radikal bebas pada daging buah

naga merah. Berdasarkan hasil pengujian, aktivitas antioksidan daging buah naga

merah dalam menghambat radikal bebas lebih tinggi dibandingkan permen jelly
50

buah naga merah. Hal tersebut disebabkan dalam pembuatan permen jelly buah

naga merah, daging buah naga merah dicampurkan dengan asam sitrat, sukrosa

dan air kemudian dimasak dengan suhu hingga 100ᴼC sehingga aktivitas

antioksidan daging buah naga menurun.

4.1.6. Nilai IC50

Nilai IC50 merupakan konsentrasi sampel yang mampu menangkal radikal bebas

sebanyak 50% yang diperoleh melalui persamaan regresi, semakin kecil nilai IC 50

yang diperoleh dari suatu senyawa uji maka senyawa yang terkandung tersebut

semakin efektif digunakan sebagai penangkal radikal bebas (Amin and Lee,

2005). Berikut disajikan tingkat keaktifan antioksidan dengan metode DPPH pada

Tabel 19.

Tabel 19. Tingkat keaktifan antioksidan dengan metode DPPH

Intensitas Nilai IC50 ppm


Sangat aktif <50
Aktif 50-100
Sedang 101-250
Lemah 250-500
Tidak aktif >500
Sumber: Blois (2003).

Semakin besar nilai IC50, maka aktivitas antioksidan dinilai semakin lemah. Suatu

sampel dikatakan memiliki aktivitas antioksidan yang sangat aktif apabila

memiliki nilai IC50 <50 ppm dan sebaliknya suatu sampel dikatakan memiliki nilai

aktivitas antioksidan yang lemah jika memiliki nilai IC 50 250-500 ppm. Berikut
51

adalah tabel hasil perbandingan IC50 vitamin C, buah naga merah dan permen

jelly.

Tabel 20. Hasil perbandingan % inhibisi Vitamin C dan permen jelly buah naga
merah

Kons. Abs. % Inhbs Kons. Abs. % Inhbs Kons. Abs. % Inhbs


Vit. C Vit. C Vit. C BNM BNM BNM PJ PJ PJ
0,00 0,98 0,00 0,00 0,91 0,00 0,00 0,91 0,00
0,10 0,96 2,14 0,60 0,89 2,74 0,60 0,89 2,41
0,20 0,84 14,47 0,70 0,74 19,19 0,70 0,88 3,62
0,30 0,73 25,18 0,80 0,73 19,96 0,80 0,86 6,47
0,40 0,61 38,23 0,90 0,65 28,29 0,90 0,76 16,45
0,50 0,57 42,40 1,00 0,59 34,76 1,00 0,64 29,28
Keterangan: BNM : Buah naga merah
PJ : Permen jelly

Tabel 21. Perbandingan nilai IC50 hasil uji aktivitas antioksidan

Sampel Nilai IC50 (ppm)


Vitamin C 0,56
Daging buah naga merah 163,36
Permen jelly buah naga merah 243,73

Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan nilai IC50 daging buah naga merah

sebesar 163,36 ppm dan nilai IC50 permen jelly buah naga merah sebesar 243,73

ppm. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan kemampuan meredam radikal DPPH

antara ekstrak daging buah naga merah dan ekstrak permen jelly buah naga merah.

Kemampuan meredam radikal DPPH daging buah naga merah dan permen jelly

buah naga merah tergolong sebagai antioksidan yang sedang. Pada penelitian

aktivitas antioksidan ini sebagai kontrol positif yaitu dengan menggunakan

vitamin C (asam askorbat). Jika dibandingkan nilai IC50 ekstrak daging buah naga

merah dan nilai IC50 permen jelly dengan nilai IC50 vitamin C memiliki aktivitas
52

antioksidan yang lebih tinggi yaitu sebesar 0,56 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa

aktivitas antioksidan yang terdapat pada vitamin C lebih aktif dibandingkan

dengan aktivitas antioksidan pada daging buah naga merah dan permen jelly buah

naga merah. Hal ini terjadi karena vitamin C yang digunakan merupakan senyawa

murni sehingga aktivitas antioksidan yang dihasilkan dari vitamin C ini menjadi

sangat aktif.

4.2. Penelitian Tahap II

Penelitian tahap II yaitu penyimpanan produk permen jelly buah naga merah pada

suhu ruang. Selama penyimpanan dilakukan pengamatan dengan interval waktu

yaitu 5 hari dan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Pengamatan yang

dilakukan yaitu kadar air, total mikroba, kadar betasianin dan aktivitas

antioksidan. Data yang diperoleh kemudian dijelaskan secara deskripsi. Berikut

adalah penjabaran hasil pengamatan pada penelitian tahap II.

4.2.1. Kadar Air

Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan kadar air permen jelly buah naga

merah (Gambar 12), menunjukkan bahwa permen jelly buah naga merah dengan

penambahan tepung agar-agar 2,0% tanpa bahan pengawet dapat bertahan selama

10 hari pada suhu ruang. Permen jelly buah naga merah selama penyimpanan

mengalami peningkatan 0,30% setiap penambahan 1 hari penyimpanan.


53

20
18
16
13.17
Kadar Air (%) 14 11.43 y = 0.299x + 10.098
1210.18 R² = 0.9911
10
8
6
4
2
0
0 5 10
Lama Penyimpanan (hari)

Gambar 12. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan kadar air permen jelly
buah naga merah

Berdasarkan Tabel 47 (Lampiran) terlihat bahwa, kadar air permen jelly buah

naga merah tertinggi yaitu sebesar 13,17% pada hari ke-10 penyimpanan. Kadar

air pada hari ke-10 tersebut masih memenuhi batas standar mutu (SNI 3547.2-

2008) kadar air permen jelly yaitu 20%. Namun secara fisik sudah tidak layak

konsumsi karena sudah ditumbuhi kapang di permukaan permen jelly. Hasil

penelitian Sari (2012) menyatakan bahwa permen jelly buah naga merah dengan

bahan pengenyal gelatin 17,28% dan tanpa bahan pengawet dapat bertahan selama

10 hari pada suhu ruang dengan kadar air pada hari ke-10 mencapai 19,41%. Hal

tersebut menunjukkan bahwa permen jelly dengan penambahan tepung agar-agar

2,0% mampu mempertahankan dari peningkatan kadar air yang drastis, tetapi

tidak dapat mempertahankan produk dari serangan mikroorganisme.


54

4.2.2. Total Mikroba

Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan total mikroba permen jelly buah

naga merah (Gambar 13), menunjukkan bahwa terjadi peningkatan total mikroba

selama penyimpanan buah naga merah pada suhu ruang. Permen jelly buah naga

merah dengan penambahan tepung agar-agar 2,0% dan tanpa bahan pengawet

dapat bertahan selama 10 hari pada suhu ruang.

4.000
Log jumlah mikroba

3.000
2.247
(log CFU/g)

1.882 y = 0.0536x + 1.6787


2.000 1.711 R² = 0.9582

1.000

0.000
0 5 10
Lama Penyimpanan (hari)

Gambar 13. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan total mikroba permen
jelly buah naga merah

Pada grafik (Gambar 13) terlihat bahwa, total mikroba permen jelly buah naga

merah tanpa bahan pengawet mengalami peningkatan selama penyimpanan.

Peningkatan ini diduga disebabkan oleh mikroba yang masih dapat tumbuh dalam

permen jelly. Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang sesuai seperti tersedianya

zat gizi, suhu, kelembapan relatif, aktivitas air, pH dan kondisi atmosfer (Syarif

dan Halid, 1993 dalam Suparjo, 2002). Pada Tabel 47 (Lampiran) terlihat bahwa

sejak penyimpanan pada hari ke-0 permen jelly buah naga merah sudah
55

mengandung mikroba. Adanya mikroba ini dapat berasal dari udara disekitar

ruangan, alat-alat pengolahan dan kemasan yang kurang steril.

Total mikroba yang memenuhi standar mutu perdagangan menurut SNI adalah

tidak lebih besar dari 102 koloni/g atau sama dengan log 2 CFU/g (SNI 3547.2-

2008). Pada penyimpanan hari ke-0 dan ke-5, permen jelly buah naga merah

masih memenuhi standar mutu SNI yaitu sebesar 5,15 x 10 koloni/g dan 7,63 x 10

koloni/g. Penyimpanan pada hari ke-10, permen jelly buah naga merah sudah

tidak memenuhi standar mutu SNI yaitu sebesar 1,77 x 102 koloni/g. Pada Gambar

12 terlihat bahwa setiap penambahan 1 hari penyimpanan akan meningkatkan

total mikroba sebesar 0,053 log CFU/g.

4.2.3. Kandungan Betasianin

Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan kandungan betasianin permen

jelly buah naga merah (Gambar 14), terjadi penurunan kandungan betasianin

selama penyimpanan pada suhu ruang. Penurunan kandungan betasianin terjadi

sebesar 0,012 mg/100 g setiap penambahan 1 hari masa penyimpanan.

1
0.778
Kandungan Betasianin

0.717
0.8 0.649
y = -0.0129x + 0.7792
(mg/100g)

0.6 R² = 0.999
0.4
0.2
0
0 5 10
Lama Penyimpanan (hari)

Gambar 14. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan kandungan betasianin
permen jelly buah naga merah
56

Menurut Priatni and Pradita (2015), stabilitas kandungan betasianin selama masa

penyimpanan dipengaruhi oleh pH dan suhu selama penyimpanan. Penyimpanan

permen jelly pada suhu ruang dan pada ruang yang terkena cahaya juga diduga

sebagai faktor penurunan betasianin dalam permen jelly buah naga merah.

Azeredo et al. (2007) menyatakan bahwa degradasi betasianin akan meningkat

dengan meningkatnya paparan cahaya. Lama penyinaran menyebabkan stabilitas

betasianin semakin menurun dan meningkatkan kerusakan betasianin. Adanya

absorbsi cahaya menyebabkan bagian ikatan rangkap dalam betasianin akan

terputus, sehingga intensitas warna menurun.

4.2.4. Nilai IC50

Nilai aktivitas peredaman radikal bebas dinyatakan dengan nilai IC50 (Inhibitory

Concentration). IC50 merupakan konsentrasi suatu bahan antioksidan yang dapat

menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal. Pada penentuan IC50

dibuat kurva hubungan antara konsentrasi sampel (X) dengan aktivitas antioksidan

(Y), sehingga diperoleh suatu persamaan garis lurus. Nilai IC50 (ppm) diperoleh

dengan cara memasukkan 50% aktivitas antioksidan pada persamaan garis yang

diperoleh.

Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan Nilai IC50 permen jelly buah naga

merah (Gambar 15), menunjukkan bahwa semakin lama masa penyimpanan

permen jelly maka aktifitas antioksidan permen jelly melemah. Hal tersebut

diduga disebabkan oleh degradasi pigmen betasianin dalam permen jelly buah

naga merah.
57

400 359.73
350 y = 11.6x + 225.27
300243.73 246.35 R² = 0.7669
Nilai IC50 (ppm) 250
200
150
100
50
0
0 5 10
Lama Penyimpanan (hari)

Gambar 15. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dan nilai IC50 permen
jelly buah naga merah

Aktivitas antioksidan permen jelly buah naga merah pada hari ke-0 dan ke-5

memiliki kekuatan yang sedang dalam menangkal radikal bebas, tetapi pada hari

ke-10 aktivitas permen jelly lemah dalam menangkal radikal bebas. Hal tersebut

diduga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu cahaya, oksigen, pH dan suhu.

4.2.5. Penentuan Perlakuan Terbaik Selama Penyimpanan

Permen jelly buah naga merah terbaik dilakukan penyimpanan untuk mengetahui

lama simpan produk pada suhu ruang. Penentuan perlakuan terbaik permen jelly

buah naga merah selama penyimpanan dilakukan berdasarkan hasil pengamatan

parameter-parameter yang menjadi acuan untuk penentuan lama simpan

dibandingkan dengan SNI 3547.2-2008.


58

Tabel 22. Rekapitulasi hasil pengamatan permen jelly buah naga merah selama
penyimpanan

Hasil SNI 3547.2-


Parameter
Hari ke-0 Hari ke-5 Hari ke-10 2008
Kadar air 10,19 % 11,43 %* 13,17 %* Maks 20%
Total mikroba 5,15 x 10 7,63 x 10* 1,77 x 102 Maks. 1 x 102
Kandungan
0,788 mg/100g 0,717 mg/100g* 0,649 mg/100g -
betasianin
Nilai IC50 243,73 ppm* 246,35 ppm* 359,73 ppm -

Keterangan :
* = perlakuan terbaik pada parameter tersebut

Tabel 20 menunjukkan bahwa pemilihan perlakuan terbaik ditentukan dengan

banyaknya tanda bintang pada masing-masing parameter. Pada hari ke-0 diperoleh

satu tanda bintang, pada hari ke-5 diperoleh empat tanda bintang dan pada hari ke-

10 diperoleh satu tanda bintang. Berdasarkan perolehan tanda bintang tersebut

maka perlakuan terbaik permen jelly buah naga merah selama penyimpanan ada

pada hari ke-5.

Penentuan lama simpan permen jelly buah naga merah berdasarkan hasil analisis

parameter-parameter kimia dibandingkan dengan SNI 3547.2-2008. Kadar air dan

total mikroba menjadi parameter utama yang menentukan lama simpan permen

jelly buah naga merah. Kadar air permen jelly buah naga merah sampai hari ke-10

sebesar 11,43% masih memenuhi kadar maksimal menurut SNI 3547.2-2008 yaitu

maks 20%. Sedangkan total mikroba permen jelly buah naga merah pada hari ke-

10 sebesar 1,77 x 102 dan tidak memenuhi kadar maksimal menurut SNI 3547-2-

2008 yaitu maksimal 1 x 102. Kandungan betasianin dalam permen jelly buah

naga merah selama penyimpanan mengalami penurunan. Kandungan betasianin


59

menentukan aktivitas antioksidan dalam permen jelly buah naga merah. Aktivitas

antioksidan permen jelly buah naga merah pada hari ke-0 dan ke-5 masih

memiliki tingkat keaktifan sedang. Pada hari ke-10 aktivitas antioksidan permen

jelly buah naga merah memiliki tingkat keaktifan yang lemah. Berdasarkan hal

tersebut, permen jelly buah naga merah dapat disimpan selama 5-10 hari pada

suhu ruang.

4.2.6. Analisis Kelayakan Produk Permen Jelly Buah Naga Merah

Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan unit pengolahan

pembuatan produk permen jelly buah naga merah. Analisis finansial meliputi

analisis kebutuhan modal, biaya operasional dan analisis kelayakan investasi yang

meliputi perhitungan R/C Ratio. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan

efisiensi usaha, yaitu ukuran perbandingan antara Penerimaan usaha (Revenue =

R) dengan Total Biaya (Cost = TC). Melalui nilai R/C, dapat diketahui apakah

suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan. Usaha efisiensi

(menguntungkan) jika nilai R/C > 1. Ringkasan hasil analisis finansial solusi

optimal dapat dilihat pada Tabel 23.


60

Tabel 23. Analisis usaha produk permen jelly buah naga merah

Uraian Jumlah Toples


Produksi 250
Penerimaan
Penjualan Permen Jelly Rp. 7.500.000
Total penerimaan Rp. 7.500.000
Pengeluaran
1. Biaya Tetap Rp. 211.329
2. Biaya variabel Rp. 5.787.500
Total Biaya Operasional (Rp) Rp. 5.998.829
HPP Rp. 23.995
Laba/toples Rp. 6.005
Laba/bulan Rp. 1.501.171
R/C 1,25

Total biaya produksi selama 1 tahun produk permen jelly buah naga merah adalah

sebesar Rp. 5.998.829,- dengan perincian biaya tetap (fixed cost) sebesar Rp.

211.329,- dan biaya tidak tetap (variable cost) sebesar Rp. 5.787.500,-. Harga

Pokok Produksi (HPP) sebesar Rp. 23.995,-/500g. Harga jual yang dihitung di

tingkat produsen ke konsumen sebesar Rp. 30,000,-/500g. Harga jual di tingkat

konsumen ini jika dibandingkan dengan produk sebanding yang ada di pasaran,

maka harga produk permen jelly buah naga merah hasil penelitian relatif lebih

murah dimana harga produk sejenis yang dijual curah di pasaran mempunyai

harga Rp. 35,000,-/500g. Nilai R/C > 1 yaitu 1,25, sehingga produk permen jelly

buah naga merah menguntungkan untuk diproduksi lebih banyak.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada penelitian tahap I, permen jelly buah naga merah yang memiliki sifat

sensori terbaik adalah penambahan agar-agar sebesar 2,0% dengan skor warna

sebesar 3,89 (agak suka), skor aroma sebesar 4,16 (suka), skor kekenyalan

sebesar 4,34 (suka), skor rasa sebesar 3,90 (agak suka) dan skor penerimaan

keseluruhan sebesar 4,15 (suka). Permen jelly buah naga merah dengan

perlakuan terbaik mengandung kadar air sebesar 10,19%, kadar gula reduksi

10.98%, kandungan betasianin sebesar 0,788 mg/100 g, aktivitas antioksidan

sebesar 17,9±1,22% dan nilai IC50 sebesar 243,73 ppm.

2. Pada penelitian tahap II, permen jelly buah naga merah dengan bahan

pembentuk gel agar-agar tanpa penambahan bahan pengawet dapat bertahan

selama 5 hari pada penyimpanan suhu ruang dengan kadar air sebesar 11,43 %,

total mikroba sebesar 7,63 x 10 koloni/g, kandungan betasianin sebesar 0,717

mg/100g dan nilai IC50 sebesar 246,35 ppm.


62

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan untuk:

1. Dilakukan kontrol terhadap suhu pemasakan dan pengadukan karena diketahui

suhu pemasakan dan pengadukan akan mempengaruhi kualitas permen jelly

buah naga merah.

2. Pada tahap pencetakan, harus digunakan pencetak yang steril dan dalam

keadaan yang aseptis.

3. Pada tahap pemotongan permen jelly buah naga merah menggunakan alat yang

steril dan dalam keadaan yang aseptis.

4. Pada tahap pengemasan digunakan bahan pengemas yang steril dan dalam

keadaan yang aseptis.

5. Penentuan total mikroba harus dilakukan sampai pengenceran 10-10.

6. Penyimpanan permen jelly buah naga merah pada suhu dingin sehingga

permen jelly dapat bertahan lebih lama.

7. Perlu dianalisis lebih lanjut pengemas permen jelly buah naga yang dapat

memperpanjang daya simpan dan tepat sebagai pengemas komersil produk

permen jelly buah naga merah.


DAFTAR PUSTAKA

Amin, I and W.Y. Lee. 2005. Effect of Different Blanching Times on Antioxidant
Properties in Selected Cruciferous Vegetables. Journal of the Science of
Food and Agriculture 85 (13): 2314-2320.

Angka, S.L. dan Suhartono. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. IPB Press, Bogor.

Anonim. 2009. Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga. http://bisnis-


buahnaga.blogspot.co.id/. Diakses pada 22 Agustus 2016. 1 hlm.

Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari, Y. Sedarnawati dan B. Budiyanto.


1999. Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. PAU IPB. Bogor. 228 hlm

Ariffin, A.A., J. Bakar, C.P. Tan, R.A. Rahman, R. Karim and C.C. Loi. 2009.
Essential fatty acids of pitaya (dragon fruit) seed oil. Food Chemistry. 114:
561–564.

Azeredo H.M.C., A.N. Santos, A.C.R. Souza, K.C.B. Mendes and M.I.R.
Andrade. 2000. Betacyanin Stability during Processing and Storage of
Microencapculated Red Beet root Extract. American Journal of Food
Technology. 2(4): 307-312.

Blois. 2003. Comparison of antioxidant activities of isoflavones. Kudzu Root.


Journaled File System.132 hlm.

Chandrasekara, A., M. Naczk and F. Shahidi. 2012. Effect of Processing on the


Antioxidant Activity of Millet Grains. Journal of Food Chemistry. 133: 1–9.

Dalapati, A dan C. Khairani. 2007. Petunjuk Teknis Pengolahan Buah-Buahan.


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sulawesi Tengah. 17 hlm.

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Selatan. 2013.


Data Luas Areal Tanaman Buah Naga. Lampung.

Esti dan A. Sediadi .2000. Sari Buah . http://www.warintek.ristek.go.id/pangan


/umum/pengawetan/ipb/Sari%20buah.pdf. Diakses pada 15 Januari 2016. 3
hlm
64

Fardiaz, D. 1989. Hidrokoloid. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan. Bogor:


Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
71 hlm.

Gaman, P. M and Sherrington, K. B. 1981. The Science of Food. Introduction to


Food Science, Nutrition and Microbiology. Third Edition. Pergamus Press.
New York.

Gengatharan, A., G. A. Dykes., W. S. Choo. 2015. Betalains: Natural Plant


Pigments with Potential Application in Functional Foods. Jounal of Food
Science and Technology. 64:645-649.

Glicksman, M. 1983. Food Hydrocolloid. Vol II. CRC Press, Inc. Boca Raton.
Florida. 199 pp.

Harijono, O.K. Joni dan A, M, Setyo. 2001. Pengaruh Kadar Karagenan dan Total
Padatan Terlarut Sari Buah Apel Muda terhadap Aspek Kualitas Permen
Jelly. Jurnal Teknologi Pertanian. 2 (2) : 110-116.

Hartati, L. 1999. Pembuatan Permen Gelatin Belimbing Wuluh. (Skripsi). Institut


Pertanian Bogor. Bogor. 68 Hlm.

Havlikova, L.K. and K. Mikova. 1983. Heat Stability of Betacyanins. Lebensm


Unters Forsch. 177: 247-250

Herbach K.M., F.C. Stintzing and R. Carle. 2004. Impact of Thermal Treatment
on Colour and Pigment Pattern of Red Beet (Beta vulgaris L.) preparations.
Journal of Food Science, 69 : 491–498.

Jaconline. 2006. The Function Properties of Sugar. http://ebookbrowse. com/3-


functional-properties-of-sugar-doc-d261682796. Diakses tanggal 15
September 2016. 54 Hlm.

Jaafar, R.A., A.R.B. Abdul Rahman, N.Z.C. Mahmod and R. Vasudevan. 2009.
Proximate analysis of dragon fruit (Hylocereus polyhizus). American
Journal of Applied Science. 6:1340–1346.

Kanner, K., S. Harel and R. Granit. 2001. Betalains a New Class of Dietary
Cationized Antioxidants. Journal of Agriculture and Food Chemistry, 49:
5178-5185.

Kobayashi, R., M. Takisada, T. Suzuki, K. Kirimura and S. Usami. 1997.


Neoagarobiose as a novel moisturizer with whitening effect. Journal of
Bioscience, Biotechnology and Biochemistry. 61(1): 162-163.

Koswara. 2009. Teknologi Pembuatan Permen. Ebookpangan.com. Diakses pada


3 Februari 2015. 60 hlm.
65

Kristanto, D., 2008. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar
Swadaya. Jakarta. 116 hlm.

Lawless, H.T. and H. Heymann. 1998. Sensory Evaluation of Food: Principles


and Practices. New York: Chapman & Hall. 596 pp.

Le Bellec, F., F. Vaillant and E. Imbert, 2006. Pitahaya (Hylocereus spp.): A new
fruit crop, a market with a future. Journal of Fruits, 61: 237-250.

Lehninger, A.L. 2000. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Terjemahan M.


Thenawijaya. Erlangga. Jakarta. 386 Hlm.

Mizrahi, Y., A. Nerd, and P. S. Nobel. 1997. Cacti as crops. Horticulture Reviews.
18:291-319.

Muchtadi, T.R dan Sugiyono. 2013. Prinsip dan Proses Teknologi Pangan.
Alfabeta. Bandung. 320 hlm.

Nurhikmat, A. 2003. Ekstraksi Pektin dari Apel Lokal: Optimasi pH dan Waktu
Hidrolisis. Widyariset vol. 4. Balai Pengembangan Proses dan Teknologi
Kimia-LIPI. Yogyakarta. 23-29 hlm.

Nurliyana, R., I. Syed Zahir, K. Mustapha Suleiman, M.R. Aisyah and K.


Kamarul Rahim. 2010. Antioxidant Study of Pulps and Peels of Dragon
Fruits: a Comparative Study. International Food Research Journal 17: 367-
375.

Priatni, S and A. Pradita. 2015. Stability Study of Betacyanin Extract from Red
Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus) Peels. Procedia Chemistry. 16: 438-
444.

Rebecca, O. P. S., A. N Boyce and S. Chandraa. 2010. Pigmen Identification and


Antioxidant Properties of Red Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus).
African Journal of Biotechnology. 9(10): 1450-1454.

Rees DA. 1969. Structure, Confirmation And Mechanism In The Formation Of


Polisaccharide Gels And Networks. Dalam Advances in Carbohydrate
Chemistry and Biochemistry. Wolfrom ML, Tipson RS, editor. New York:
Academic press.

Sari, A. 2012. Pengaruh Jenis Bahan Pengawet Terhadap Sifat Kimia,


Organoleptik dan Mikrobiologi Permen Jelly Buah Naga (Hylocereus
Polyrhizus) Selama Penyimpanan Suhu Ruang. (Skripsi). Universitas
Lampung. Lampung. 55 hlm.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2001. Syarat Mutu Gula Pasir. SNI 01-3140-
2001. Badan Standarisasi Nasional.Indonesia.
66

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2008. Standar Nasional Indonesia Kembang


Gula-Bagian 2: Lunak. SNI 3547.2-2008. Badan Standarisasi
Nasional.Indonesia. 48 hlm.

Stintzing FC, Schieber and A.R. Carle. 2002. Betacyanins in fruits from
redpurple pitaya, Hylocereus polyrhizus (Weber) Britton and Rose. Journal
of Food Chemistry. 77: 101-106.

Sudarmadji. S., B. Haryono dan Suhardi. 2007. Analisis Bahan Makanan Dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta. 160 hlm.

Suparjo. 2002. Pengaruh Jenis Bahan Pengawet Terhadap Daya Simpan Permen
Jelly Markisa (Passiflora Edulis Var Flafacarpa). (Skripsi). Universitas
Lampung. Lampung. 95 hlm.

Tang S.Z., J.P Kerry, D Sheehan and D.J Buckley. 2002. Antioxidative
Mechanism of Tea Catechins in Chicken Meat Systems. Journal of Food
Chemistry. 76:45–51.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Buah Naga. Nuansa Aulia.
Bandung. 152 hlm.

Vermerris, Wilfred and N. Ralph. 2006. Phenolic Compund and Their Effects of
Human Health. Phenolic Compound Biochemistry. 235-255.

Wahyudi, 2003. Memproduksi Roti. Modul Bidang Keahlian THP. Direktorat


Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta. 118 hlm

Wahyuni, R. 2012. Optimasi Pengolahan Kembang Gula Jelly Campuran Kulit


dan Daging Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) dan
Prakiraan Biaya Produksi. Jurnal Teknologi Pangan. 4(1): 24.

Wanitchang, J., A. Terdwongworakul, P. Wanitchang and S. Noypitak. 2010.


Maturity Sorting Index of Red Dragon Fruit (Hylocereus polyrhizus)..
Journal of Food Engineering. 100: 409−416.

Wybraniec, S., I. Platzner, S. Geresh, H.E. Gottlieb, M. Haimberg, M.Mogilnitzki,


and Y. Mizrahi. 2001. Betacyanins from Vine Cactus Hylocereus
polyrhizus. Journal of Phytochemistry. 58:1209–1212.

Wybraniec, S. and Y. Mizrahi. 2002. Fruit flesh betacyanin pigments in


Hylocereus cacti. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 50:6086–
6089.

Wikipedia. 2006. Pitaya. https://en.wikipedia.org/wiki/Pitaya. Diakses pada 22


Agustus 2016. 1 hlm.
67

Wikipedia. 2007. Citric Acid. https://id.wikipedia.org/wiki/citric-acid. Diakses


pada 22 Agustus 2016. 1 hlm. Diakses pada 22 Agustus 2016. 1 hlm.

Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.


Jakarta. 251 hlm.

Winarno, F. G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar


Harapan. Jakarta. 112 hlm

Yunizal. 2002. Teknologi Ekstraksi Agar-agar dari Rumput Laut Merah


(Rhodophyceae). Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi
Kelautan dan Perikanan. Pusat Riset Kelautan dan Perikanan.Departemen
Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 44 hlm.

Zainoldin, K.H. and A.S. Baba. 2009. The Effect of Hylocereus polyrhizus and
Hylocereus undatus on Physicochemical, Proteolysis, and Antioxidant
Activity in Yogurt. World Academy of Science, Engineering and
Technology. 60:361–366.

You might also like